Anda di halaman 1dari 2

Arti Sebuah Kematian (Pengkhotbah 7:1-2)

Kebanyakan manusia memiliki paradigma bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan. Ada tangisan, kehilangan, dan kemuraman dalam setiap kematian. Jelas saja,
kematian ‘kan akhir hidup. Kematian adalah akhir dari eksistensi manusia. Kematian juga begitu
mengerikan karena misteri yang terkandung di dalamnya: apa yang terjadi saat mati dan ke mana
perginya gerangan? Manusia modern bisa begitu bangga dengan dirinya, apalagi jika ia bisa
menguasai alam semesta. Namun, pada akhirnya ia akan menjadi debu, dan debu kembali kepada
alam. Akhirnya manusia ditaklukkan oleh alam. Kematian adalah sesuatu yang mengenaskan.
Namun Pengkhotbah beranggapan lain. Menurut pandangannya, kematian adalah sesuatu yang
positif. Kita akan renungkan ayat-ayat berikut ini yang berbicara tentang kematian dan arti
hidup.
“Nama yang harum lebih baik daripada minyak yang mahal”
Apalah arti sebuah nama? Begitu komentar dunia. Namun Alkitab berbicara mengenai
pentingnya sebuah nama. Bahkan nama itu lebih berharga daripada kekayaan dunia. Amsal
mengatakan bahwa nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar. (Amsal 22:1)
Di akhir hidup seseorang, kita dapat mengetahui siapakah orang itu. Seseorang yang banyak
menabur berkat, di akhir hidupnya banyak orang yang bersimpati. Begitu juga sebaliknya.
Ini seharusnya membuat kita merenung, mau menjadi seperti orang macam apakah kita?
Bagaimana kita harus hidup supaya hidup kita berarti bagi Tuhan dan sesama? Apa yang harus
kita tabur supaya menuai yang baik?
“Hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran”
Di telinga kalangan umum, ayat ini terdengar cukup aneh. Pasalnya, manusia biasanya menyukai
kelahiran daripada kematian. Kelahiran itu sesuatu yang menyenangkan dan melihat bayi kecil
adalah sesuatu yang menyukakan. Kelahiran adalah sesuatu yang baik, namun tidak demikian
dengan kematian.
Kematian adalah sesuatu yang menandakan hidup ini fana, sementara, dan terbatas. Maka pada
umumnya orang tidak menyukai kematian. Namun Pengkhotbah mengatakan bahwa hari
kematian lebih baik daripada hari kelahiran. Mengapa demikian?
Rahasia besar ini hanya bisa dimengerti oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Memang kita
tahu bahwa kematian adalah satu akibat dari dosa. Kematian adalah sesuatu yang membawa kita
kepada akhir di dalam hidup di dunia. Tetapi bukan berarti kematian adalah sesuatu yang
mengerikan atau asing. Bagi orang percaya kematian adalah sesuatu yang indah. Mengapa?
Pertama, kita akan kembali kepada Tuhan yang mengasihi kita. Kita akan bersekutu dengan
sumber hidup dan sumber bahagian untuk selama-lamanya.
Kedua, kita akan mengakhiri hidup yang penuh dengan air mata ini. Kita akan masuk ke dalam
hidup yang kekal. Kita akan hidup selama-lamanya dengan Tuhan Allah.
Paulus bahkan mengatakan bahwa mati adalah keuntungan. “Karena bagiku hidup adalah Kristus
dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21). Pintu masuk yang membawa manusia kepada neraka
diubah Tuhan melalui karya Kristus menjadi pintu kepada hidup yang kekal. Jadi, bagi orang
percaya kematian justru hal memberikan pengharapan, yakni hidup yang kekal.
Pergi kerumah Duka Lebih baik Dari Pada Pergi Ke Rumah Pesta
Sebelum membahas ayat ini, terlebih dahulu kita harus paham bahwa kitab Pengkhotbah adalah
merupakan kitab hikmat bangsa Ibrani. Kitab ini mengajarkan bagaimana petuah-petuah untuk
hidup berhikmat.
Ayat di atas merupakan hal yang kontradiktif bagi pemikiran kita pada umumnya. Namun,
sebetulnya Pengkhotbah sedang mengajak kita merenung, bahwa ketika kita sedang berada di
dalam keadaan suka, biasanya kita tidak memikirkan arti hidup. Dalam keadaan serba senang
dan nyaman, kita cenderung melupakan makna hidup yang dalam.
Mari kita merenungkan satu realita di dalam hidup manusia. Sudah menjadi satu pandangan yang
benar bahwa terkadang orang yang sehat, makmur, dan sangat kaya akan lebih sukar memahami
perkara rohani dan arti bergantung kepada Tuhan, dibandingkan dengan seseorang yang berada
dalam keadaan sakit, miskin, dan melarat. Yesus bahkan pernah berkata bahwa ada orang kaya
yang sukar masuk kerajaan sorga. Ini bukan pengajaran bahwa kaya dan makmur itu tidak
rohani, tetapi mengajarkan bahwa kekayaan seringkali membuat orang lupa akan Tuhan karena
sukar bergantung kepada-Nya. Tetapi orang miskin yang tertindas biasanya lebih bergantung
kepada Tuhan karena dia sadar bahwa dia bisa hidup adalah karena anugerah Tuhan.
Kembali kepada kitab Pengkotbah, di sana kita diajak merenung bahwa rumah duka lebih baik
daripada rumah pesta, karena di dalam rumah pesta orang seringkali bersukaria dan melupakan
Tuhan. Sebaliknya di dalam rumah duka, seseorang dapat menyadari beberapa hal:
1. Hidup ini sementara
2. Segala kekayaan hidup ini akhirnya habis
3. Yang tertinggal hanyalah nama
4. Hidup ini fana
5. Manusia itu lemah
6. Manusia itu terbatas

Semua hal ini membuat manusia merenung tentang apa arti hidupnya. Di rumah duka seseorang
seharusnya mulai memikirkan nilai-nilai kehidupan yang lebih mulia dan kekal daripada nilai-
nilai yang sementara dan yang akan tersapu dengan waktu.
Marilah kita merenungkan bahwa realita kematian adalah realita yang membuat kita memikirkan
apa arti hidup kita. Bagaimana kita menjalani hidup ini? Bagaimana kita ingin mati kelak?

Anda mungkin juga menyukai