Anda di halaman 1dari 7

Minggu, 23 Juli 2023

Minggu Biasa XII - Minggu ke-8 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Allah Mengenal Umat-Nya

TUJUAN:
1. Orang beriman sadar dirinya dikenal oleh Tuhan dengan sangat baik, sehingga
dimampukan merasakan pemeliharaan Tuhan dalam seluruh hidupnya.
2. Dengan kesadaran bahwa Tuhan mengenal dan memelihara kehidupannya, orang
beriman dimampukan hidup dalam kehendak Tuhan dengan cara yang baru serta
dikuatkan dalam perjuangan iman di tengah dunia.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Kejadian 28:10-19a
Tanggapan : Mazmur 139:1-2, 23-24
Bacaan II : Roma 8:12-25
Bacaan Injil : Matius 13:24-30, 36-43

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Yohanes 10:14-15
Petunjuk Hidup Baru : Yohanes 14:21
Persembahan : 1 Tawarikh 16:29

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 5 :1, 6
Nyanyian Penyesalan : KJ 28 :1, 3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 379 :1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 289 :1 –
Nyanyian Pengutusan : KJ 389 :1, 2
1
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 26 :1, 2, 3
Kidung Panelangsa : KPJ 55 :1, 3
Kidung Kasanggeman : KPJ 67 :1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 161 :1 -
Kidung Pangutusan : KPJ 452 :1, 2

Pdt. Nicolaus Satriyo Nugroho, S.Si (GKJ Kabluk, Semarang)

DASAR PEMIKIRAN
Setiap orang tentu merasa bangga ketika mengetahui dirinya dikenal oleh pribadi yang
penting dan berkuasa, apalagi ketika ada kekhususan yang didapatkan dari pengenalan
tersebut. Banyak hal dilakukan untuk mendapatkan privilege, yang sayangnya seringkali
berorientasi pada pemenuhan keinginan diri sendiri. Pun demikian dengan relasi bersama
Tuhan. Tuhan yang mengenal umat menjadi kekuatan orang beriman menjalani kehidupan
di dunia ini yang harus dikelola dengan bijak untuk menumbuhkan kesadaran tentang
identitas diri dan semangat untuk bertindak sebagaimana kehendak Tuhan. Orang beriman
harus memiliki kesadaran yang benar dan bertindak dengan bijak agar pemahaman tentang
pengenalan Tuhan atas dirinya membuahkan hidup yang berkenan kepada-Nya dan
berguna bagi sesama.
KETERANGAN BACAAN
Kejadian 28:10-19a
Pasca “penipuan” yang dilakukan Yakub kepada Ishak, ia harus kabur ke Padan-Aram untuk
berlindung di rumah Laban, pamannya. Kemarahan dan kegeraman Esau yang mengancam
akan membunuh Yakub bisa jadi mendatangkan ketakutan baginya. Perjalanan ke Padan-
Aram tentu bukanlah perjalanan yang santai dan menyenangkan, tetapi sebuah pelarian yang
menegangkan bagi Yakub. Di tengah ketakutan itu, Yakub mendapatkan peneguhan dari Tuhan
tentang janji penyertaan kepadanya dan kepada keturunannya. Di sini Tuhan menyatakan
pengenalan-Nya kepada Yakub sebagai penerus janji kepada Abraham. Hal ini memberikan
kekuatan kepada Yakub untuk tetap beriman kepada Tuhan di tengah pelariannya, juga
menjadi landasan iman bagi Yakub dalam langkah kehidupan selanjutnya. Betel menjadi
penanda bagi Yakub dan kelak bagi keturunannya untuk yakin bahwa Tuhan mengenal
umat-Nya danakan pengenalan itu membuahkan karya pemeliharaan yang nyata.

Mazmur 139:1-2, 23-24


Tuhan yang Mahatahu, adalah tema dari Mazmur 139 ini. Kesadaran Pemazmur bahwa
Tuhan mengenal dirinya dengan sangat baik dan mengetahui apapun yang ada padanya
ditanggapi dengan kesediaan untuk diselidiki senantiasa oleh Tuhan. Pemazmur melihat
kemahatahuan Tuhan bukan sebagai ancaman yang bisa menjatuhkannya ke dalam
penghukuman jika ditemukan pelanggaran atau dosa, tetapi Pemazmur dengan bijak
menempatkan kemahatahuan Tuhan sebagai sarana senantiasa mawas diri disertai
kesediaan untuk diingatkan Tuhan jika ia bertindak salah. Kesadaran yang disertai olah diri
yang tepat seperti inilah yang menolong Pemazmur menjaga kehidupannya.

Roma 8:12-25
Allah sendiri mengenal kita dan berkenan menyelamatkan kita melalui karya Kristus. Roh
Kudus memberikan kesaksian dalam hati kita bahwa kita adalah anak-anak Allah yang
diberi keberanian untuk menyapa Allah sebagai Bapa kita. Kedekatan relasi inilah yang
mendorong kita untuk hidup dalam cara yang baru, yakni di bawah kepemimpinan Roh
2
Kudus. Kesadaran bahwa kita dikenal oleh Allah memampukan kita untuk tidak lagi tunduk
kepada daging, yang artinya kita hidup dalam kehendak Allah. Pun kesadaran itu
menguatkan kita untuk berjuang sebagai orang-orang yang berpengharapan sekalipun
berhadapan dengan keadaan dunia yang tidak menyenangkan. Melalui kesadaran ini,
Paulus ingin mengajak pembaca suratnya untuk memiliki keberanian hidup dengan
identitas sebagai anak- anak Allah, yang mengenal dan dikenal oleh Bapanya.

Matius 13:24-30, 36-43


Perumpamaan tentang ilalang dan gandum menunjukkan realitas kehidupan manusia di
tengah-tengah dunia. Setelah diselamatkan oleh Tuhan, orang beriman tidak lantas
berpindah ke situasi berbeda sama sekali melainkan tetap ditempatkan oleh Tuhan di dunia
bersama dengan orang-orang lain. Kehidupan yang dijalani dan tantangan yang dihadapi
pun juga bisa jadi sama. Keadaan ini perlu diwaspadai karena bisa membuat orang beriman
terlena sehingga memiliki cara pandang dan cara hidup yang sama dengan orang-orang
lain yang tidak percaya pada Yesus. Maka di sini diperlukan pemahaman bahwa:
1. Orang beriman adalah orang-orang yang sudah menerima anugerah dari Tuhan.
Gandum memang berbeda dari ilalang. Orang beriman perlu menyadari dirinya
“berbeda” dengan orang-orang lain oleh karena kasih karunia Tuhan yang sudah
diberikan kepadanya.
2. Dengan kesadaran bahwa dirinya “berbeda”, orang beriman diundang untuk
menghasilkan buah yang “berbeda” pula. Buah-buah yang dihasilkan merupakan wujud
hadirnya kasih Tuhan dalam dirinya, yang nampak dalam kehidupan kesehariannya.
Dengan dua hal ini, orang beriman diharapkan senantiasa sadar bahwa dirinya dikenali
oleh Tuhan serta disemangati agar mampu mewujudkan identitas (adeg) di tengah dunia.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Setelah menjadi anak-anak Tuhan, orang beriman tidak lantas dipisahkan dari dunia.
Kehidupan yang penuh tantangan dan tawaran dunia masih harus dihadapi sebagai medan
perjuangan iman. Pun orang beriman hidup dalam kebersamaan dengan orang-orang lain
pada “wadah” yang sama, yakni dunia ini. Secara kasat mata, orang beriman tidaklah
berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Meski demikian, orang beriman perlu
membangun kesadaran bahwa Tuhan sudah memanggilnya dan menjadikannya sebagai
anak-anak Tuhan, yang tentu memberikan perbedaan dibandingkan orang-orang lain.
Orang beriman perlu menyadari bahwa Tuhan mengenal dirinya dengan utuh dan penuh.
Hal ini seharusnya tidak dipandang sebagai ancaman yang menakut-nakuti, namun dikelola
dengan bijak untuk menghasilkan kehidupan yang sepadan dengan anugerah Tuhan.
Berbekal pemahaman ini, orang beriman didorong untuk memiliki ketangguhan dalam
menjalani perjuangan iman dan menghasilkan buah kehidupan yang berbeda. Dengan
demikian, orang beriman akan dimampukan menghidupi identitasnya di tengah-tengah
kebersamaan dengan orang-orang lain.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA


ALLAH MENGENAL UMAT-NYA

“Wiu..wiu..wiu..thot..thot..thot..wiu..wiu..wiu..!!!”
(Pengkhotbah bisa menyuarakan seperti sirine mobil)
Apa yang ada di benak kita ketika mendengar suara seperti ini, khususnya ketika kita
sedang berkendara..? Sebagian dari kita akan menduga bahwa ada kendaraan prioritas
yang akan melintas, seperti pemadam kebakaran, ambulan, iring-iringan jenazah, dll.
Akhirnya kita meminggirkan kendaraan sejenak dalam rangka memberikan jalan. Namun
jujur saja sebagian dari kita mungkin saat ini sudah mulai apatis ketika mendengar suara
sirine, karena pengalaman di jalan raya seringkali justru kendaraan- kendaraan non
3
prioritas dengan plat sipil yang membunyikan sirine memekakkan telinga. Mereka
memaksa pengguna jalan lain memberikan jalan sekalipun bukan dengan alasan yang
darurat. Mungkin hanya ingin melaju cepat, mungkin kebelet, atau mungkin hanya ingin
menampakkan arogansi di jalan raya. Rotator strobo dan sirine memang boleh dipasang
serta dibunyikan oleh kendaraan tertentu. Hal ini bertujuan agar mereka diketahui dan
mendapat perhatian dari pengendara lain serta mendapatkan prioritas di jalan raya.
Tentu tujuannya bukan sekadar agar bebas melenggang, namun ada tujuan yang lebih
utama. Pemadam kebakaran segera mencapai lokasi kebakaran dan memadamkan,
ambulan segera tiba di rumah sakit dan pasien mendapat pertolongan, dan lain- lainnya.
Masalahnya adalah ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang turut memasang
rotator strobo dan sirine di kendaraannya, lalu dibunyikan hanya demi kepentingannya
sendiri. Orang-orang seperti ini mempergunakan pengenalan masyarakat akan rotator
strobo dan sirine secara keliru, berakibat tergerusnya empati masyarakat bahkan pada
kendaraan prioritas yang berhak menggunakannya. Semoga di kalangan warga gereja
tidak ada orang-orang caper (cari perhatian) dengan cara seperti ini. Jika ada dan hadir
dalam ibadah ini, segeralah bertobat !!!
Allah Mengenal Umat-Nya, merupakan tema ibadah hari ini. Kita tentu mengamini tema ini
dan yakin bahwa Allah sangat mengenal kita. Namun apa yang harus kita pahami dari hal
ini..?
1. Dari bacaan pertama kita belajar bahwa pengenalan Tuhan terhadap umat-Nya
mengandung janji penyertaan dan pemeliharaan. Yakub dalam pelariannya dari Esau
berjumpa dengan Tuhan dan mendapatkan penglihatan yang meneguhkan imannya.
Dalam pelarian itu tentu Yakub merasakan ketakutan, kekuatiran, dan ketidakpastian.
Apalagi yang ia hadapi adalah kakaknya sendiri yang merasa “dikerjai” dengan
hilangnya berkat kesulungan akibat dicuri Yakub, walau sebenarnya itu juga akibat
kesalahan Esau sendiri. Peristiwa Betel menguatkan iman Yakub bahwa Tuhan
mengenalnya dan menyertai langkah kehidupannya.
2. Pemazmur juga mengamini apa yang diimani oleh Yakub dengan yakin bahwa Tuhan
Mahatahu. Ke-mahatahu-an Tuhan perlu ditanggapi secara tepat dan bijak. Di tengah
kehidupan di dunia ini dengan segala godanya, ke-mahatahu-an Tuhan bisa jadi
dimaknai sebagai ancaman. Seolah Tuhan selalu mengawasi umat-Nya dan membuat
umat hidup dalam ketakutan akan hukuman jika ditemukan bersalah. Sebaliknya
Pemazmur justru mempersilakan Tuhan untuk menyelidiki hidupnya dan menegur dia
jika langkahnya keliru. Pemazmur senantiasa mawas diri untuk menyadari bahwa
dirinya dikenal oleh Tuhan, sehingga ia berolah diri untuk menyesuaikan hidupnya
dengan kehendak Tuhan.
3. Perumpamaan Ilalang dan Gandum menegaskan bahwa Tuhan tahu betul jika anak-anak
Tuhan pada dasarnya berbeda dengan anak-anak dunia, sekalipun ditempatkan di
“wadah” yang sama yakni kehidupan di dunia ini. Perbedaan ini harus disadari oleh
anak-anak Tuhan untuk mengusahakan hidupnya menghasilkan buah yang sepadan
dengan identitasnya. Anak- anak Tuhan tidak boleh menjadi sama atau malah larut dan
hanyut dengan arus dunia sehingga menjadikan mereka kehilangan kemampuan
menghasilkan buah. Sebaliknya kesadaran identitas sebagai anak-anak Tuhan yang
dikenal oleh Pemilik kehidupan seharusnya menyemangati kita untuk semakin berbuah bagi
Tuhan.
4. Buah-buah kehidupan yang kita hasilkan bukan untuk memuaskan keinginan kita,
tetapi dalam ketundukan kepada Roh yang memiliki dan menyertai hidup kita. Paulus
dalam suratnya kepada jemaat di Roma menegaskan bahwa pengenalan Tuhan kepada
kita memberikan kewenangan (privilege) untuk kita berelasi intim dengan Tuhan.
Kekhususan ini harus kita kelola dengan benar dalam rangka mewujudkan kehendak
4
Tuhan, bukan malah kita pakai untuk memenuhi keinginan kita sendiri. Dibutuhkan
kesadaran dan usaha untuk berbuah bagi Tuhan yang dirasakan oleh sesama.

Rangkaian bacaan dan tema hari ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Tuhan yang
mengenal kita juga adalah Tuhan menyertai kita dan menghendaki kita memberi buah bagi
kehidupan bersama yang memuliakan nama Tuhan. Kita tidak perlu caper (cari perhatian)
kepada dunia, apalagi kepada Tuhan, jika tujuannya hanya untuk kepentingan dan
keinginan kita sendiri. Sebaliknya kita perlu mengolah iman dan diri kita agar
menghasilkan buah kehidupan yang nyata terasa bagi Tuhan dan sesama. Allah yang
mengenal umat-Nya memberi kita kekhususan, namun juga memberi kita tanggung jawab
untuk dilaksanakan. Mari kita sadari dan hidupi agar kita benar-benar merasakan
kehidupan yang disertai Tuhan dan mewujudkan kehidupan yang berdampak positif bagi
sesama serta memuliakan nama Tuhan. Amin.

KHOTBAH JANGKEP BASA JAWI


GUSTI ALLAH TEPANG KALIYAN UMAT KAGUNGANIPUN

“Wiu..wiu..wiu..thot..thot..thot..wiu..wiu..wiu..!!!”
(Juru khutbah sanget ngungelaken kadosdene suwanten sirine)
Punapa ingkang kita raosaken nalika mireng suwanten kados punika nalika nembe
lumampah ing margi..? Saperangan saking kita lajeng minggir awit rumaos wonten
kendaraan prioritas ingkang kedah dipunutamekaken wonten ing margi, kadosdene
pemadam kebakaran, ambulan, iring-iringan jenazah, lsp. Nanging asring damel anyel nalika
sampun minggir jebul ingkang lewat namung kendaraan sipil sanes prioritas nanging
ngginakaken rotator strobo lan sirine, ingkang meksa tiyang sanes supados paring margi
kanthi alesan saha ancas ingkang mboten wigati. Saged namung kepengin cepet, mbok bilih
kebelet, utawi pancen kepengin ketingal menawi piyambakipun rumaos langkung kuwaos
tinimbang tiyang-tiyang sanes.
Rotator strobo lan sirine pareng kaginakaken dening kendaraan- kendaraan prioritas, ingkang
ancasipun supados dipunmangertosi dening tiyang-tiyang sanes menawi kendaraan punika
nembe nindakaken tugasipun, kanthi makaten tiyang sanes badhe asung kautaman ing
margi. Pemadam kebakaran ingkang tumuju dhateng papan ingkang kobongan, ambulan
ingkang mbekta tiyang saking dhateng griya sakit, lsp. Nanging wonten tiyang-tiyang
ingkang tanpa tanggel jawab ngginakaken rotator strobo lan sirine, namung kangge
pepenginan lan pikajengipun piyambak. Tiyang- tiyang punika lepat anggenipun
ngginakaken pamawasipun masyarakat bab rotator strobo lan sirine, ingkang ndadosaken
kirangipun empati dhateng kendaraan prioritas ingkang saestu nggadhahi wewengan ing
bab punika. Mugi-mugi ing satengahing pasamuwan ingkang ndherek ngibadah mboten
wonten ingkang kados mekaten. Menawi wonten, enggal-enggal mratobat..!!!
“Gusti Allah Tepang Kaliyan Umat Kagunganipun” dados jejer pangibadah ing dinten punika.
Kita temtu mangertos lan yakin saestu bilih Gusti Allah pirsa saha tepang kaliyan umatipun.
Nanging punapaingkang kedah kita ugemi lan tindakaken ing bab punika?
1. Saking waosan sepisan kita sinau bilih tepangipun Gusti Allah dhateng umat
kagunganipun ugi ngemu prasetya bab panuntun lan pangrimat. Yakub ingkang nembe
mlajar saking Esau pinanggih kaliyan Gusti Allah lan pikantuk gegambaran ingkang
ngiyataken kapitadosanipun. Wonten ing salebeting mlajar, Yakub temtu ngraosaken
ajrih, kuwatos, lan kecalan pepesthening gesang. Punapa malih kedah ngadhepi Esap,
kangmasipun piyambak, ingkang rumaos kuciwa awit Yakub sampun ngrebut berkah
pambajeng saking ramanipun, sanadyan punika ugi awit kalepatanipun Esap.
Lelampahan Betel ngiyataken Yakub bilih Gusti Allah badhe tansah ngrimati ugi nuntun
lan nyarengi gesangipun.
2. Juru Mazmur wonten ing seratanipun ugi nyarujuki punapa ingkang kawartosaken
5
dhateng Yakub, inggih punika bab Gusti Allah ingkang Mahapirsa dhateng umatipun lan
kedah dipuntanggepi kanthi trep. Wonten ing satengahing gesang ing jagad ingkang
kebak panggodha, Gusti ingkang Mahapirsa saged kaangep minangka pangancam
ingkang ndadosaken manungsa ajrih nglampahi gesang. Ajrih awit paukuman ingkang
badhe kaparingaken menawi mboten nindakaken dhawuhipun Gusti.
Kosokwangsulipun, Juru Mazmur malah ngaturi Gusti Allah njajagi dan nitipriksa
gesangipun, ugi melehaken menawi pinanggil lepat. Juru Mazmur ugi tansah sadhar
bilih piyambakipun dipuntepangi dening Gusti Allah, mila ugi tansah mbudidaya gesang
kados ingkang dipunkersakaken dening Gusti.
3. Pasemon bab alang-alang ing satengahing gandum nedahaken bilih Gusti Allah pirsa
menawi putranipun Gusti beda kaliyan anak-anakipun jagad, sanadyan mapan ing jagad
ingkang sami. Bab punika kedah dipunsadhari dening tiyang pitados kangge mbereg
dhirinipun supados ngedalaken woh ingkang imbang kaliyan adegipun. Para
putranipun Gusti mboten pareng sami utawi malah katut cara gesangipun anak-anaking
jagad ingkang njalari mboten saged ngedalaken wohing gesang. Sadhar bab adeg
minangka putranipun Gusti mbereg kita langkung semangat mbudidaya dhiri
ngasilaken woh kagem kamulyanipun Gusti.
4. Wohing gesang ingkang kita asilaken sanes kangge nuruti pepenginan kita piyambak,
nanging wonten ing salebeting mbangun turut dhumateng Sang Roh ingkang ngreksa
gesang kita. Rasul Paul wonten ing seratipun dhateng pasamuwan ing kitha Rum
nedahaken bilih pitepangan kaliyan Gusti paring wewengan dhateng kita mbangun
sesambetan ingkang raket kaliyan Gusti Allah. Wewengan punika kedah kita tata kanthi
trep kangge mujudaken karsanipun Gusti, sanes kangge nuruti pikajeng kita piyambak.
Mbetahaken pamawasing dhiri saha pambudidaya supados saged ngedalaken woh
kagem Gusti ingkang ugi karaosaken dening sesami.

Sadaya waosan lan tema ing pangibadah dinten punika mucal kita supados sadhar bilih
Gusti Allah ingkang tepang kaliyan kita ugi Gusti Allah ingkang tansah ngrimati kita lan
ngersakaken supados kita ngedalaken woh ing satengahing gesang sesarengan kagem
kamulyanipun Gusti. Kita mboten prelu caper (pados perhatian) dhateng jagad punika,
punapa malih dhumateng Gusti Allah, menawi ancasipun namung kangge nuruti
pepenginan kita piyambak. Kosokwangsulipun kita kedah mbudidaya dhiri supados saged
ngasilaken wohing gesang ingkang saged karaosaken dening Gusti lan sesami. Gusti
ingkang tepang dhateng kita paring wewengan nanging ugi tanggel jawab ingkang kedah
kita tanggapi. Sumangga kita sadhari ugi kita gesangi supados saged ngraosaken gesang
ingkang estu-estu dipunsarengi dening Gusti lan mujudaken gesang ingkang andum
kasaenan tumrap sesami. Amin.

6
7

Anda mungkin juga menyukai