Anda di halaman 1dari 7

Nama : Katarina Dian Andriani

NPM : 162891
“Katekese Bagi Korban Bencana Melalui Teladan Ayub”
Pengantar
Sebagai murid Kristus mendapat tugas perutusan salah satunya adalah mewartakan
kabar gembira kepada banyak orang. Katekese merupakan salah satu cara pewartaan kabar
gembira kerajaan Allah. Sejak zaman dahulu karya pewartaan sudah dimulai. Mulai
perjanjian lama seperti Bapa Abraham diutus Allah untuk meninggalkan segala sesuatunya
dan mengikuti Allah. Hingga digenapi dalam perjanjian baru oleh Yesus sendiri. Dalam karya
pewartaan-Nya, Yesus menggunakan cara-cara sederhana seperti perumpamaan agar mudah
dipahami oleh orang yang mendengarnya. Dapat dikatakan bahwa Yesus adalah guru terbaik.
Karya pewartaan para nabi hingga digenapi oleh Yesus sendiri sampai saat ini menjadi tugas
yang harus diteruskan sebagai pengikut Kristus. Terlebih melihat perkembangan zaman yang
saat ini begitu pesat. Melihat perkembangan yang luar biasa di era industri ini, Gereja juga
harus ambil bagian didalamnya.
Katekese merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mewartakan kabar
gembira keselamatan Allah. Terdapat banyak sekali metode ataupun model dari kaketese.
Setiap metode ataupun model yang digunakan dalam berkatekese pastinya memiliki tujuan
agar kabar gembira karya keselamatan dapat tersampakan kepada umat dengan baik. Serta
mampu menumbuhkan iman umat dengan dasar biblis yang kuat salah satunya melalui tokoh
Ayub.

1. Katekese
“Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, orang-orang dewasa dalam
iman, yang khususnya mencangkup pengajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan
secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki
kepenuhan hidup Kristen. (CT 18)”. Berdasarkan apa yang terdapat dalam CT 18
menunjukan bahwa katekese merupakan sebuah pembinaan bagi semua umat. Apa yang
dibina, yang dibina adalah iman. Diharapkan melalui pembinaan iman ini, yang disampaikan
secara sistematis dan organis mampu membawa seluruh umat Kristen pada kepenuhan hidup
beriman Kristiani. Katekese sendiri merupakan warisan dari Yesus Kristus sendiri. Dimana
Kristus mengutus para rasul untuk meneruskan karya pewartaannya. “Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus, dan ajarlah mereka melaksanakan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
(Mat 28:19-20). Apa yang terdapat dalam Mat 28:19-20 merupakan pesan yang disampaikan
Yesus untuk para rasul, sekaligus menjadi tugas semua umat yang percaya dan mengikuti
Yesus.
Sebagai umat Allah yang terpilih, mendapat tugas pewartaan merupakan suatu
kewajiban yang harus dijalankan. Membawa banyak orang kepada keselamatan, tidak hanya
itu tetapi juga membawa banyak orang untuk semakin memiliki komunikasi yang intim
dengan Kristus sendiri. Hal ini merupakan tujuan dari katekese itu sendiri sebagai sebuah
karya pewartaan. Agar peserta yang mendengarkan pembinaan iman ini memiliki relasi yang
intim dengan Kristus atau tujuan katekese tercapai, maka juga perlu memperhatikan kondisi
serta latar belakang peserta seperti apa. Hal ini bertujuan agar bahan yang disampaikan, isi
yang disampaikan dapat menyentuh hati peserta. Sehingga mereka benar-benar mengalami
kehadiran Allah didalamnya.
Dalam berkatekese juga hendaknya menggunakan metode/model serta media yang
mendungkung proses berlangsungnya katekese. Terdapat banyak sekali model yang dapat
digunakan dalam katekese, diantaranya Katekese umat, SCP, Sotare dan masih banyak lagi.
Model/metode tersebut sangat mendukung fasilitator dalam menyampaikan karya
keselamatan Allah. Ditambah lagi dengan penggunaan media yang sekiranya membantu
pemahaman umat tentang pesan biblis yang disampaikan, seperti Kristus dengan
menggunkan perumpamaan sederhana yang mampu memberikan pemahaman kepada banyak
orang.

2. Peserta Katekese (Korban Bencana)


Kuasa Tuhan akan dunia ini sungguh luar biasa. Tuhan menciptakan segala sesuatu
dengan begitu indah dan sempurna. Teristimewa manusia, diciptakan Allah serupa dengan-
Nya dan diberi kepercayaan untuk menjaga dan menguasai segala yang Allah ciptakan
dibumi ini. Menguasai dalam arti merawat dan juga melestarikan apa yang telah Allah
berikan, oleh sebab itu Allah mengaruniakan akal budi kepada manusia, tidak kepada hewan
dan juga tumbuhan. Namun pada kenyataanya, manusia justru berkuasa atas hewan dan
tumbuhan. Merampas apa yang menjadi bagian hewan dan tumbuhan. Terlebih melihat
perkembangan dari zaman ke zaman yang semakin maju ini. Lahan-lahan yang harusnya
menjadi tempat hunian hewan, dirampas menjadi tempat manusia. Digunakan untuk mencari
keuntungan bagi manusia sendiri. Tumbuhan-tumbuhan ditebang sembarangan bahkan
dibakar, sehingga hewan-hewan tidak memiliki hunian lagi.
Keserakahan manusia yang merampas hunian hewan dan juga tumbuhan
mengakibatkan kondisi alam ini tidak stabil. Karena banyak lahan yang digunakan untuk
lahan perusahaan seperti pabrik-pabrik besar mengakibatkan kondisi alam tidak stabil.
Seperti pada saat ini, dimana hujan dan panas sudah tidak dapat diketahui ataupun dipresiksi
lagi. Karena tidak turun hujan kekeringan terjadi dimana-mana, karena hujan banjir terjadi
dimana-mana. Fenomena alam saat ini sudah tidak bisa diprediksi lagi. Seperti tahun ini
sudah terjadi banyak sekali fenomena alam yang terjadi, mulai dari gunung meletus, banjir,
kabut asap, longsor dan masih banyak lagi. Kejadian-kejadian ini mengakibatkan banyak
orang mengeluh dan bahkan menghujat Allah, mereka lupa akan keserakahan yang pernah
mereka lakukan. Tercatat oleh BNPB terjadi 1901 bencana alam sepanjang tahun 2019, tiga
bencana besar hidrometeorologi di awal tahun 2019. Banjir dan longsor di Sulawesi Selatan,
Sentani dan juga Bengkulu. Kejadian ini pastinya memakan banyak korban dan juga
mengakibatkan banyak orang mengungsi dari tempat tinggalnya. Terdapat banyak korban
bencana akibat fenomena alam ini, sebagai seorang pewarta memberikan semangat bagi para
korban bencana ini sangatlah diperlukan. Hal ini agar mereka kembali bangkit dan percaya
akan kuasa Tuhan yang begitu luar biasa. Diperlukan katekese khusu bagi mereka yang
sedang mengalami bencana ini, agar tetap memiliki pengarapan akan hidup dan semakin
beriman kepada Tuhan.

3. Kitab Ayub
Kitab Ayub merupakan salah satu kitab dalam perjanjian lama yang mengisahkan
tentang hidup Ayub. Ayub adalah seorang yang taat akan Allah, dimana ketika segala sesuatu
diambil oleh Allah, Ayub tetap taat. Karena ketaatanya itulah Allah mengembalikan segala
kepunyaan Ayub lebih dari apa yang dimilikinya sebelumnya. Kisah Ayub ini kiranya
mampu menginspirasi sebagai sumber bahan katekese bagi orang-orang yang sedang
mengalami cobaan seperti bencana. Dengan kisah Ayub ini diharapkan mereka yang
mengalami kesukaran dapat memiliki pengharapan kembali, karena kitab Ayub juga memiliki
kekhasan tersendiri. Kitab ini memiliki beberapa ciri khas diantaranya:
a. Ayub, penduduk Arab utara, seorang bukan Israel yang benar dan takut akan Allah,
mungkin ia hidup/ tetap hidup sebelum keluarga perjanjian ada (Ayub 1:1)
b. Kitab ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah ditulis mengenai rahasia
penderitaan. Sebagai puisi dramatic, drama dalam kitab ini berisi rasa kesedihan yang
mengharukan dan dialog intelektual yang menggugah perasaan.
c. Kitab ini menyingkapkan suatu dinamika penring yang beroperasi dalam setiap ujian
berat yang dialami orang yang saleh, sementara iblis berusaha unruk menghancurkan
imannya, Allah bekerja untuk membuktikan kebenaran iman ini dan
memperdalamnya. Keteguhan Ayub dalam iman yang sejati memungkinkan Allah
menang atas niat iblis.
d. Kitab ini memberikan sumbangan tak ternilai kepada seluruh penyataan alkitabiah
tentang pokok-pokok penting seperti Allah, umat manusia, penciptaan, iblis, dosa,
kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
e. Sebagian besar kitab ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan
Ayub oleh teman-temannya. Mungkin cara berfikir mereka yang salah diulang begitu
sering dalam kitab ini karena mencerminkan kesalahan yang umum terdapat antara
umat Allah dan harus diperbaiki.
f. Peranan iblis sebagai “penuduh” orang besar ditunjukan dengan lebih jelas dalam
Ayub daripada di kitab PL lainnya. Dari 19 acuan kepada iblis dalam PL, 14
diantaranya ada dakan kitab ini.
g. Secara dramatis kitab Ayub mempertunjukan prinsip alkitabiah bahwa orang percaya
diubah oleh penyataan dan bukan informasi.
Dalam kitab Ayub ini juga ditemukan bebepa gagasan. Gagasan pertama adalah
selaku musuh Allah, iblis menerima izin untuk menguji kesejatian iman orang yang benar
dengan menyiksa dia, tetapi kasih karunia Allah menang atas penderitaan karena oleh
iman pula Ayub tetap kokoh dan tak tergoyahkan. Bahkan ketika kelihatannya tidak ada
keuntungan sedikitpun untuk terus mengabdi Allah, Ayub tetap teguh. Kedua, Allah
digerakan oleh pertimbangan-pertimbangan yang terlalu luas sehingga tak akan terpahami
oleh pikiran manusia (Ayb 37:5). Karena manusia tidak melihat dengan kelapangan hati
dan visi yang dimiliki oleh Tuhan, maka manusia memerlukan supaya Allah menyatakan
diri-Nya, dan pencairan akan jalan-Nya. Ketiga, landasan iman yang sesungguhnya tidak
terletak pada berkat-berkat, anugerah, kemudahan-kemudahan, dan jawaban dari para
cerdik pandan melainkan pernyataan dari Allah sendiri. Keempat, Allah kadang-kadang
mengizinkan iblis menguji orang benar dengan tujuan memurnikan iman mereka
sebagaimana emas dimurnikan oleh api (ayb 20:10). Ujian semacam itu mengakibatkan
peningkatan integritas rohani dan kerendahan hati (Ayb 42:1-10). Terakhir, sekalipun
cara-cara Allah mengahadap kita kadang-kadang tampak suram dan kejam, akhirnya
Allah menampakan diri dalam belas kasih dan kemurahan yang penuh (Ayb 42:7-17)
Kitab Ayub menggambarkan dengan jelas bahwa Allah itu penuh belas kasih,
walaupunkadang memberikan berbagai cobaan dalam hidup ini. Melalui kisah hidup yang
dialami Ayub, menunjukan bahwa dengan ketaatan iman, dan kepercayaan akan kuasa Allah
maka belas kasih Allah akan datang kepada umat-Nya.

4. Katekese bagi korban bencana melalui teladan Ayub


Dalam kehidupan yang dilalui, Allah senantiasa memberikan yang terbaik sesuai
dengan kemampuan setiap pribadi manusia. Kadang Allah memberikan kebahagian kadang
juga kesedihan, semua itu diberikan sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah.
Melihat fenomena yang terjadi saat ini, banyak sekali hal baru yang ditemukan dari zaman ke
zaman. Terlebih melihar perkembangan zaman yang begitu pesat. Hal ini juga mempengaruhi
fenomena alam yang terjadi. Salah satu fenomena alam yang muncul adalah bencana alam
yang terjadi diberbagai tempat. Kondisi ini pastilah bukan kondisi yang mengenakan, tetapi
harus diterima dengan lapang dada. Memberontak pasti, protes pasti dan masih banyak hal
lain yang dilakukan karena tidak terima akan hal yang kurang mengenakkan ini. Bagaimana
hal ini dapat dihadapi, pastinya dengan iman yang kuat dan dengan kepercayaan kepada
Allah yang penuh.
Terdapat kata-kata yang sering muncul bahwa “Tuhan tidak akan memberikan cobaan
diluar batas kemampuan manusia” hal ini adalah benar, kalimat ini benar. Tidak mungkin
Tuhan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan manusia, karena cinta-Nya kepada
manusia sungguh lebih besar. Hal ini terbukti dalam kitab Ayub, dimana Ayub mampu
menghadapi semua tantangan yang diberikan Tuhan dengan baik, Ia sangat saleh, jujur dan
taat kepada Tuhan Allah, apa yang diminta Tuhan Ia berikan. Bahkan ketika semua
kepunnyanya diambil Ayub mengatakan “katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari
kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang
memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan” (Ayb 1: 21). Begitu salehnya
Ayub, sama sekali Ia tidak memberontak akan apa yang terjadi padanya.
Melihat apa yang dialami Ayub, apakah fenomena ala mini, bencana alam yang
terjadi ini menjadikan diri kita protes akan kuasa Allah? Memberikan penguatatan kepada
orang-orang yang sedang mengalami kesulitan sangatlah diperlukan. Terutama bagi mereka
yang sedang mengalami bencana alam, yang sedang mengalami keterpurukan ataupun
kesulitan. Cobaan yang dialami oleh setiap orang bukanlah sebuah kebetulan melainkan
rencana indah sendiri dari Allah. Sesulit apapun persoalan yang sedang terjadi, pastilah
manusia mampu menghadapinya. Mengalami bencana alam pastilah bukan hal yang
menyenangkan. Dalam kondisi seperti, katekese sangkatlah dibutuhkan. Bukan hanya sebagai
pengajaran iman tetapi juga memberikan motivasi kepada peserta yang sedang mengalami
bencana alam. Memang hal ini bukanlah hal yang mudah untuk disampaikan kepada mereka,
tetapi melalui tokoh Ayub ini kiranya mampu memberikan sedikit pencerahan kepada
mereka. Dalam konteks saat ini adakah yang mengalami penderitaan separah Ayub? Pastinya
sudah tidak ada lagi. Diharapkan melalui katekese yang diberikan kepada mereka yang
sedang mengalami bencana alam, ataupun kesulitan lainnya mampu membangkitkan
semangat mereka untuk senantiasa bersyukur atas apa yang mereka alami dan percaya akan
kuasa Tuhan yang luar biasa. Tetap memiliki ketaatan seperti Ayub, dan berserah kepada
Tuhan.

5. Penutup
Kuasa Tuhan tidak ada yang dapat mengetahuinya. Terkadang Tuhan memberikan
kebahagian, keindahan, kesedihan, kekhawatiran dan masih banyak lagi. Banyak sekali
kejuatan yang Tuhan berikan untuk setiap pribadi. Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa
Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan manusia. Sering kali karena
tidak kuat akan cobaan yang diberikan, manusia memberikan rekasi yang kurang memuaskan
hati Tuhan. Menghujat, mengumpat bahkan berbalik arah dari Tuhan. Cobaan, permasalah,
situasi yang kurang mengenakan pasti terjadi, namun tergantung setiap pribadi
mengahdapinya. Salah satu tokoh yang ditunjukan Tuhan sebagai sebuah contoh bagi umat-
Nya adalah Ayub. Kisah hidup Ayub sungguh memotivasi ketika dibaca dan dipelajari
dengan sungguh. Ayub adalah tokoh yang sangat soleh, dan sangat taat pada Tuhan Allah.
Bahkan ketika Tuhan Allah merampas segala kepunyaanya, Ayub tetap taat dan setia kepada
Allah. Kitab Ayub sangat menginspirasi bagi mereka yang sedang mengalami cobaan berat
seperti bencana alam ataupun kegagalan.
Kisah hidup Ayub menunjukan bahwa kasih Tuhan begitu luar biasa bagi umatnya
yang beriman. Tuhan bahkan mengembalikan segala sesuatu yang pernah diambil dari Ayub
dengan lebih baik lagi. Hal ini menunjukan bahwa ketika manusia sedang mengalami
kesulitan besar, ketika ia menggunakan imannya sebagai pegangan dan tidak menyerah akan
keadaan maka dengan belas kasihnya Tuhan akan menolong. Kitab Ayub ini sangat cocok
sebagai sumber katekese yang diberikan bagi mereka yang sedang menderita ataupun dalam
masalah. Kisah hidup Ayub mampu membangkitkan semangat bagi mereka yang sedang
mengalami kesulitan berat.
Daftar Pustaka

- Konsili Vatikan II
- Alkitab
- Dewantara, AW. 2008. Diktat Hermeneutika Perjanjian Lama. Madiun:
Widya Yuwana
- Dewantara, A. W. (2011). MEMPROMOSIKAN AMSAL DALAM KATEKESE
KELUARGA. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 6(3), 101-111.
- Dewantara, A. W. (2010). MEMPROMOSIKAN PERUMPAMAAN DALAM
MENGAJAR AGAMA KATOLIK. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 4(2),
352-360.

Anda mungkin juga menyukai