Anda di halaman 1dari 98

Tema Pelayanan Bulan Agustus 2020

Berkarya bersama Allah yang


Memerdekakan

DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN


BULAN AGUSTUS 2020

Minggu, 2 Agustus 2020 ......................................................................... 54


Minggu Biasa XVIII (Hijau)
Belas Kasih Allah Mendatangkan Berkat

Minggu, 9 Agustus 2020 ......................................................................... 70


Minggu Biasa XIX (Hijau)
Percaya Akan Rancangan Tuhan

Minggu, 16 Agustus 2020 ...................................................................... 80


Minggu Biasa XX (Hijau)
Pikiran Tuhan tak Terselami

Senin, 17 Agustus 2020 .......................................................................... 96


Hari Ulang Tahun ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia (Merah)
Tuhan Mau Memerdekakan. Maukah Kita Dimerdekakan?

Minggu, 23 Agustus 2020 ..................................................................... 113


Minggu Biasa XXI (Hijau)
Pengakuan Mewujud dalam Tindakan

Minggu, 30 Agustus 2020 ..................................................................... 134


Minggu Biasa XXII (Hijau)
Menjadikan Pengikut Yesus yang Berani

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 53


Minggu, 2 Agustus 2010
Minggu Biasa XVIII (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Belas Kasih Allah Mendatangkan Berkat

TUJUAN
Umat merasakan kemurahan Allah atas hidupnya dan umat terdorong
untuk mewujudkan kemurahan bagi sesama

DAFTAR BACAAN LITURGIS


Bacaan I : Kejadian 32:22-31
Tanggapan : Mazmur 17:1-7,15
Bacaan II : Roma 9:1-5
Bacaan III : Matius 14:13-21

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Efesus 2:4-5
Petunjuk hidup baru : Efesus 2:10
Persembahan : 1 Tawarikh 29:14

NYANYIAN LITURGIS
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 292:1-3
Nyanyian Penyesalan : KJ 23:1-2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 424:1-3
Nyanyian Persembahan : KJ 387:1-4
Nyanyian Pengutusan : KJ 425:1-2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 26:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 46:1,2
Kidung Kesanggeman : KPJ 159:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 165:1-3
Kidung Pangutusan : KPJ 202:1,2

Pdt. Bambang Irianto (GKJ Semarang Barat)


54 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
DASAR PEMIKIRAN
Manusia memiliki kecenderungan memikirkan diri sendiri.
Bahkan yang namanya berbuat baik pun kadang diselipi dengan
pamrih sehingga jika pamrih tidak terwujud akan menimbulkan
kekecewaan. Ditambah lagi pemahaman bahwa segala sesuatu
yang mereka miliki adalah hasil kerja, hasil usaha, bahkan hasil
keringat sendiri. Dengan demikian, yang dihasilkan dianggap
sebagai miliknya. Pemahaman ini yang menjadikan manusia sulit
memberi atau peduli. Seseorang akan terbuka dan membutuhkan
orang lain jika menyadari keterbatasan dan ketidakmampuannya.
Perjumpaan dan pengalaman bersama Tuhan akan mengubah cara
berpikir seseorang sehingga tidak lagi egois dan mengandalkan
diri sendiri, tetapi mengakuiTuhan serta mau peduli dan memberi.

KETERANGAN BACAAN
Kejadian 32:22-31
Yakub sangat ketakutan untuk berjumpa kembali dengan
kakaknya, Esau, setelah sekian tahun melarikan diri dari keluarganya.
Ketakutan Yakub adalah buah dari perbuatan masa lalunya, yaitu
menipu orang tuanya (Ishak) untuk mendapatkan berkat kesulungan
yang menjadi jatah Esau, walau sudah terjadi jual beli hak kesulungan
antara Esau dan Yakub. Yakub berusaha melunakkan hati Esau
dengan menyiapkan berbagai persembahan dan mengirim keluarganya
lebih dulu. Sementara itu, Yakub berjalan di tempat paling belakang
untuk menghindari segala kemungkinan dan menentramkan hati.

Setelah menyeberangkan keluarganya, Yakub bergumul dengan


seorang laki-laki sampai fajar menyingsing. Di tengah pergulatan,
orang itu memukul sendi pangkal paha Yakub sehingga terpelecok.
Yakub pun tidak lagi bisa berjalan sempurna (pincang). Orang itu
meminta supaya Yakub melepaskan dan membiarkannya pergi.
Akan tetapi Yakub bersikeras meminta berkat sebelum melepaskan

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 55


orang itu. Terjadi dialog antara Yakub dan orang itu dan orang itu
mengubah nama Yakub yang artinya penipu, menjadi Israel:
“sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan
engkau menang”. Yakub pun diberkati. Yakub merasakan belas
kasih Allah karena telah melihat Allah berhadapan muka,tetapi
nyawanya tertolong karena ada pemahaman bahwa orang yang
melihat Allah pasti mati. Lalu Yakub menamai tempat itu Pniel
yang artinya “aku telah melihat wajah yang Ilahi dengan muka”.

Mazmur 17:1-7,15
Mazmur ini sebuah ratapan dan doa dari Daud yang mendapat
perlakuan tidak adil. Daud mencari perlindungan kepada Tuhan
untuk menantikan keputusan ilahi. Ayat 1-2 adalah doa agar Tuhan
menghakimi dengan adil. Ayat 3-5 berisi pernyataan tidak bersalah.
Ayat 6-7 berisi permohonan dan keyakinan akan pertolongan
Tuhan bagi setiap orang yang berlindung kepada Tuhan. Ayat 15
berisi kepuasan yang akan dirasakan oleh setiap orang yang
berlindung kepada Tuhan.

Roma 9: 1-5
Rasul Paulus sangat mengasihi bangsanya. Ia ingin supaya
bangsanya juga menerima anugerah Allah sebagaimana pengalamannya
yang telah merasakan kasih karunia Allah. Dahulu Rasul Paulus
melawan dan menganiaya jemaat dengan pemikiran bahwa hal itu
adalah pengabdian kepada Allah. Pemahaman tersebut ternyata
keliru besar. Setelah berjumpa dan menerima anugerah Tuhan
Yesus, yang dulu dianggapnya berfaedah ternyata sia-sia.

Rasul Paulus menyadari betul anugerah Allah karena sebenarnya


Ia merasa tidak layak menerima pengampunan Tuhan Yesus.
Rasul Paulus ingin bangsanya, Israel, juga merasakan anugerah
Allah, bahkan dia rela ’terkutuk’ dan ’terpisah’ dari Kristus demi
saudara-saudaranya. Mengapa Rasul Paulus sangat mengasihi

56 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


bangsanya dan berharap bangsanya menerima anugerah Allah?
Terungkap bahwa Israel adalah bangsa pilihan:“Sebab mereka
adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan
mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian,
dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah
keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam
keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia
adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”
Kasih, yang telah dirasakan oleh Rasul Paulus, mendorongnya
untuk mengasihi bangsanya, bahkan dengan harga yang sangat
mahal sekalipun.

Matius 14: 13-21


Tuhan Yesus menyingkir ke tempat sunyi setelah mendengar
Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya oleh Herodes. Tentu
ada keprihatinan yang dirasakan oleh Tuhan Yesus. Namun ketika
mendarat, dijumpai-Nya banyak orang dalam jumlah besar.
Ternyata mereka mengikuti Tuhan Yesus melalui jalan darat.
Mereka berharap Tuhan Yesus menyembuhkan mereka yang sakit.
Bisa dimengerti bahwa mereka dengan sungguh-sungguh
mencari dan mengikuti Tuhan Yesus. Mereka ingin disembuhkan
dari segala penyakit yang dideritanya. Pada waktu itu, orang yang
sakit dianggap sebagai orang berdosa, bahkan dikutuk Allah,
sehingga diasingkan dari masyarakat. Sementara, untuk
mendapatkan kesembuhan adalah sesuatu yang sangat sulit.
Yesus pun menyembuhkan mereka yang sakit.

Melihat orang banyak yang jumlahnya 5000 orang laki-laki


(belum termasuk perempuan dan anak-anak) yang sampai petang
belum makan, para murid peduli dengan kondisi itu. Akan tetapi,
keterbatasan membuat mereka meminta Tuhan Yesus supaya
menyuruh orang banyak itu pergi mencari makan. Tuhan Yesus

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 57


justru menyuruh para murid memberi mereka makan. Perintah
ini mengajak para murid mencari solusi untuk peduli/berbelas
kasih dengan kebutuhan liyan dan jangan cepat menyerah dengan
keadaan. Jelas hal ini menjadi sumber kebingungan para murid
karena pada mereka hanya ada lima roti dan dua ekor ikan.
Namun, semua itu diberikan kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus
menerima, mengucap berkat, dan memecah-mecahkan roti itu. Di
tangan Tuhan Yesus, itu cukup, bahkan berlebih dua belas bakul
penuh. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa untuk peduli
tidak perlu menunggu cukup, melainkan mulai dari yang kita
miliki. Tuhan yang akan mencukupkan.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Memberi lebih berarti daripada menerima. Manusia perlu
belajar menghayati bahwa belas kasih (pemberian) Allah itu
membuahkan berkat dalam kehidupan kita, sehingga mendorong
kita untuk juga berbelas kasih/peduli terhadap sesama. Alkitab
menunjukkan tiga hal yang membuat seseorang mengalami
belas kasih Allah sehingga dapat berbagi kasih kepada sesama.
Pertama, sadar akan keterbatasan diri. Kedua, mengalami kasih
Allah. Ketiga, panggilan untuk berbagi. Manusia perlu menjadikan
Tuhan sebagai sumber pertolongan dan hidup untuk dapat
senantiasa merasakan belas kasih Allah, yang selanjutnya
menjadi modal bagi jemaat untuk berbagi kepada sesama.

58 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

DIBERI UNTUK MEMBERI

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Jika Saudara diminta untuk memilih, mana yang akan Saudara
pilih: memberi atau menerima? Melayani atau dilayani? Kebanyakan
orang akan memilih diberi dan dilayani. Mengapa? Banyak orang
berpikir bahwa diberi dan dilayani lebih enak, menguntungkan,
terhormat, dan menyenangkan. Benarkah demikian? Siapa mau
dilayani dan diberi seumur hidup, mulai dari makan, minum,
mandi sampai “ke belakang”? Ada yang mau?

Panggilan kita sebagai orang beriman adalah memberi dan


melayani. Dengan memberi dan melayani sesama, hidup menjadi
berarti, bermakna, karena dibutuhkan oleh orang lain. Berbeda jika
hidup hanya mau diberi dan dilayani saja. Tentukita akan menjadi
beban bagi orang lain. Kita adalah orang-orang yang telah merasakan
anugerah Tuhan. Melalui karya Tuhan Yesus, kita menerima
jaminan hidup, tidak hanya di dunia ini saja tetapi di keabadian.
Jika kita menghayati dan merasakannya dengan sungguh-sungguh,
hal ini akan mengubah hidup kita untuk mau berbagi, peduli dengan
sesama, agar mereka pun merasakan anugerah Tuhan.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,


Firman Tuhan hari ini menunjukkan kepada kita tiga hal yang
harus dialami oleh seseorang untuk dapat merasakan belas kasih
Allah, yang akan mendorongnya untuk hidup peduli dan berbagi
dengan sesama:
1) Sadar akan keterbatasan diri
Kesombongan diawali dari pengakuan bahwa segala sesuatu
adalah hasil usahanya sendiri. Segala yang dimiliki adalah miliknya
sendiri. Kesombongan juga mewujud dalam pikiran yang merasa

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 59


mampu melakukan segala sesuatu dengan kekuatan sendiri,
sehingga tidak membutuhkan orang lain dan cenderung
meremehkan orang lain. Kalau kita hidup bersama dengan
orang sombong, kira-kira bahagia atau senang? Pasti jawabnya:
njelehi! Orang sombong tidak akan menghargai Tuhan, juga
tidak akan bersyukur kepada Tuhan karena merasa semua
adalah hasil dan milik sendiri. Apalagi dalam relasi dengan sesama.

Yakub menjadi sangat kaya setelah melarikan diri dari


rumah, setelah ia menipu ayahnya, Ishak,untuk mendapatkan
berkat yang ditujukan kepada Esau, kakaknya. Sekarang,
setelah sekian tahun pergi, Yakub kembali. Akan tetapi,
Yakub mengalami ketakutan yang luar biasa kalau harus
bertemu dengan kakanya, Esau. Hal ini dapat dimengerti
karena Yakub telah merampas hak berkat Esau dengan cara
menipu. Yakub ingin melunakkan hati kakaknya dengan
banyak persembahan dan juga mengirim anak-anak dan istrinya.
Sementara Ia sendiri berjalan di belakang rombongan.

Segala rencana Yakub tidak membuatnya tenang.


Ketakutan masih melanda dirinya. Ia sadar akan kelemahan
dirinya. Ketika Yakub bergumul dengan ‘seseorang’ maka Yakub
bergumul dengan sekuat tenaga, sampai fajar menyingsing.
Orang itu memukul pangkal paha Yakub sehingga terpelecok
(pincang). Yakub tidak melepaskan orang itu sebelum dia
memberkati Yakub. Yakub membutuhkan berkat. Inilah peristiwa
penting dalam hidup Yakub. Ia menyadari keterbatasan
dirinya sehingga Ia mengalami ketakutan dan membutuhkankan
belas kasihan, berkat dari Tuhan. Lalu orang itu berkata
kepada Yakub: ”Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub,
tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan
manusia, dan engkau menang". Lalu diberkatilah Yakub.

60 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Kesadaran akan kelemahan diri, akan membuka mata hati
untuk kehadiran Tuhan dalam hidup seseorang. Kerendahan
hati adalah kesadaran akan kekurangan dan keterbatasan
kita. Tanpa kerendahan hati, kita tidak akan merasakan
kehadiran Tuhan.

2) Mengalami kasih Allah


"Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi
nyawaku tertolong!" Itulah teriakan sukacita dan syukur
Yakub yang luar biasa setelah bergumul dengan Allah dan
masih hidup. Yakub mengalami kasih Allah. Saat itu, ada
pemahaman bahwa seseorang yang melihat Allah pasti mati.
Pengalaman Rasul Paulus pun berbicara soal rasa syukur.
Ketika berjumpa dengan Tuhan Yesus, Rasul Paulus
mengalami kasih Allah. Seharusnya ia mati, tetapi beroleh
pengampunan dan keselamatan. Pengalaman ini sangat
membekas dalam diri Rasul Paulus sehingga membuatnya
mengalami perubahan cara pandang dan tujuan hidup. Rasul
Paulus dahulu melawan jemaat Tuhan, sekarang melayani
jemaat Tuhan. Dulu mencari hormat untuk diri sendiri,
sekarang mencari hormat Tuhan. Dulu merasa bangga
dengan menaati hukum-hukum Tuhan, sekarang hanya
bersandar kepada belas kasihan Tuhan.

Ketika hati seseorang sudah tersentuh oleh kasih Allah,


akan terjadi pembaharuan hidup. Orang hanya akan
mengalami kasih Allah jika memiliki kerendahan hati. Hal itu
hanya terjadi jika seseorang menyadari keterbatasan,
kelemahan, dan ketidakberdayaan dirinya. Kasih Allah akan
dialami oleh setiap orang yang, dengan rendah hati, datang
kepada Tuhan, sebagaimana dikatakan oleh pemazmur:
“Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 61


pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu”
(Mzm 17:15). Marilah kita membangun perjumpaan dengan
Tuhan setiap hari. Dengan demikian, kita akan merasakan dan
mengalami kasih Allah yang akan mengubah hidup kita.

3) Panggilan untuk memberi


Kalau ada orang yang meninggal, siapa yang akan disesali
kepergiannya? Orang yang suka memberi atau yang suka
menerima? Orang yang suka melayani atau orang yang maunya
dilayani? Jelas orang yang suka memberi/berbagi dan
melayani! Itu artinya, hidup orang yang suka memberi dan
melayani menjadi berkat. Tuhan mengajar kita untuk mau
memberi, berbagi, dan peduli kepada sesama. Semua itu
dilakukan bukan supaya, melainkan karena.’ Apa maksudnya?
Kalau kita memberi supaya, itu berarti ada pamrih di
dalamnya, ada muatan dari yang kita lakukan. Namun jika
kita memberi karena,segala yang kita lakukan adalah akibat
dari sesuatu. Lha apa sesuatu itu? Anugerah Allah! Kita telah
mengalami kasih Allah dalam hidup kita. Tidak hanya
keselamatan kekal di dalam Tuhan Yesus, bahkan juga
jaminan pemeliharaan Tuhan setiap hari yang selalu baru dan
tidak pernah berhenti. Kasih Tuhan juga tidak bergantung
dari balasan kita, yang sering kali jauh dari syukur.
Pemberian Allah yang demikian itulah yang memanggil kita
untuk melayani sesama.

Hal ini ditunjukkan oleh Tuhan Yesus ketika meminta para


murid untuk peduli kepada orang-orang yang mengikut-Nya,
tidak hanya sekedar menyuruh mereka pergi mencari makan
sendiri. Yesus berkata kepada mereka: ”Tidak perlu mereka
pergi, kamu harus memberi mereka makan”. Masalah memberi
seringkali terkendala dengan modal untuk memberi. Sering
kita dengar alasan,“Nanti saja kalau aku sudah kaya, baru

62 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


memberi.” Ada juga yang berkata,“Untuk diri sendiri saja tidak
cukup, apalagi untuk memberi.” Tuhan memanggil kita untuk
memberi tidak menunggu kita cukup atau kaya dulu, tetapi
dari keinginan/tekad/hati untuk memberi. Hal itu akan
menuntun kita untuk memberi dari yang ada, bukan dari yang
tidak ada. Selanjutnya, Tuhan yang akan mencukupkan atau
memberi jalan keluar. Jangan sampai niat/hati untuk
memberi bergantung dari banyaknya ‘roti’ atau ‘ikan’ yang
kita miliki, tetapi mulailah dari hati yang digerakkan oleh
kasih. Marilah kita memberi, karena kita telah diberi.

Akhirnya, Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.


Hanya kalau kita menyadari kelemahan dan keterbatasan
diri, kita akan bisa datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati.
Perjumpaan dengan Tuhan akan membuat kita mengalami kasih
Allah dan itulah berkat luar biasa yang dapat kita rasakan. Itu akan
mengubah hidup kita. Karena aku telah diberi, maka aku
memberi. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

JANGKEP BAHASA JAWA

KITA SAMPUN NAMPÉNI BERKAH, MILA KITA KEDAH


ANDUM BERKAH

Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus Kristus.


Menawi kepareng milih, pundi ingkang badhé kita pilih: nyaosi
utawi nampi? Ngladosi utawi dipun ladosi? Temtu kathah ingkang
sami milih NAMPI utawi ugi DIPUN LADOSI, jalaran NAMPI lan
DIPUN LADOSI punika panci langkung éca lan sekéca, langkung
nguntungaken, langkung ketingal kinurmatan, lan ugi saèstu
ngremenaken manah. Punapa inggih leres mekaten? Punapa
wonten tiyang ingkang purun tansah dipun ladosi salaminipun

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 63


gesang, kadosta dhahar, ngunjuk ngantos kabetahan reresik
badan ugi tansah dipun ladosi. Purun? Punika ateges sampun boten
saged punapa-punapa malih (lumpuh) mila kedah dipun ladosi?

Yektosipun, kita pinangka tiyang pitados tinimbalan uspados


purun mbiyantu lan andum berkah. Bab punika nuwuhaken raos
bilih gesang kita dados wonten ginanipun, jalaran dipun
betahaken déning tiyang sanès. Bènten bilih gesang namung
nyadhong pitulungan lan nengga peparingipun tiyang sanès,
ateges ndadosaken momotanipun tiyang sanès. Kanthi ngémuti
bilih kita sampun nampi kanugrahan ageng awujud jaminan
gesang saking Gusti Yesus, kita saged ngraosaken kanthi manah
ingkang lerem lan saged ngalami éwah-éwahaning gesang.
Tundhanipun, kita purun sami andum berkah kasaénan dhateng
sesami, satemah sangsaya kathah tiyang ingkang saged ngraosaken
kanugrahanipun Gusti kados ingkang kita alami.

Para kadang ingkang dipun tresnani Gusti Yésus Kristus,


Pangandikanipun Gusti dinten punika paring pitedah dhateng
kita ngengingi tigang prekawis ingkang kedah dipun alami déning
saben manungsa supados saged ‘ngraosaken’ sih katresnanipun
Gusti Allah, satemah dosa pangatag (motivasi) ing salebeting
manah kanggé nindakaken kasaénan dhumateng sesami.
1) Nglenggana bilih dhiri kita punika sèkèng lan winates
Watak kumalungkung (sombong) tuwuh jalaran wonten
pemanggih bilih samukawis ingkang kita tampi punika awit
saking pakaryan kita piyambak lan boten mbetahaken
pambiyantunipun tiyang sanès, mila sedaya asiling pakaryan
punika pancèn gadhahanipun piyambak, lan lajeng ngrèmèhaken
tiyang sanès. Kados pundi raosipun menawi kita gesang
sesarengan kaliyan tiyang ingkang nggadhahi patrap sombong
kados mekaten? Punapa manah kita saged remen? Wangsulanipun
temtu: Wah, jan njelèhi...!

64 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Mila kita kabereg supados ngrumaosi bilih kita punika
tiyang ingkang sèkèng lan winates. Kadosta ingkang
kalampahan ing gesangipun Yakub. Kacariyosaken ing Kitab
Suci, bilih gesangipun Yakub sangsaya sugih sasampunipun
mlajar saking griya jalaran ‘ngapusi’ Ishak, ramanipun. Yakub
ngrampas wewenang pembarep (hak kesulungan) ingkang
dados bagéyanipun Ésau, kangmasipun. Sasampunipun kelampahan
pinten-pinten tahun, lajeng Yakub wangsul kanthi manah
ingkang taksih kuwatos amargi kedah pepanggihan kaliyan
Ésau. Kawontenan punika saged dipun mangertosi jalaran
tumindakipun dhumateng Ésau, ngrampas hak kanthi cara
apus-krama.

Yakub kepéngin ngrimuk manahing kadang sepuhipun


kanthi ngintunaken pisungsung, lan ugi para sisihanipun
dalasan para putranipun sami sowan, supados sageda lejar
penggalihipun Ésau, déné Yakub piyambak ngawasaken
saking katebihan. Éwa semanten, punapa ingkang sampun
katindaken punika dèrèng saged ngleremaken manahipun,
jalaran ngrumaosi apes lan ringkih.

Kacariyos, ing kawontenan ingkang mekaten punika


Yakub pinanggih pancakara kaliyan ‘satunggaling tiyang’
ngantos ngajengaken wanci pajar. ‘Tiyang’ punika kasil
muntir cethikipun Yakub ngantos keseléo, lajeng pincang.
Ananging Yakub kasil ngempit lan boten ngeculaken ‘tiyang’
punika sakdèrèngipun paring berkah dhateng Yakub.
Prastawa punika nedahaken bilih Yakub mbetahaken
pitulungan awujud berkahipun Gusti Allah, mila ‘tiyang’
punika lajeng paring dhawuh mekaten: "Jenengmu aja disebut
Yakub menèh, nanging Israèl; merga kowé wis gelut karo Allah
lan karo manungsa, mangka menang."

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 65


Nglenggana kawontenaning dhiri ingkang sèkèng lan
ringkih badhé saged ngraosaken tumedhakipun Gusti Allah
ing gesanging manungsa. Sikep andhap-asor punika mujudaken
pratandha wontenipun karingkihan lan kasèkèngan kita.
Tanpa sikep andhap-asor, kita boten badhé saged ngraosaken
panuntuning Gusti Allah ing gesang kita.

2) Saged ngraosaken lan gesang ing salebeting katresanipun


Gusti Allah
"Aku wis ketemu karo Allah adu-arep, éwasemono isih
lestari urip!" Mekaten panguwuhipun Yakub kanthi kebak
sukarena amargi saged pepanggihan kaliyan Gusti Allah
lumantar gelut pancakara, ananging boten tiwas. Jalaran
wonten pangertosan bilih tiyang saged aben-ajeng kaliyan
Gusti Allah, tamtu badhé tiwas. Pengalamanipun rasul Paulus
nalika dipun panggihi Gusti Yesus ugi njalari piyambakipun
saged ngraosaken agunging katresnanipun Gusti Allah, amargi
ingkang kedahipun pejah nanging malah angsal pangapunten
lan kawilujengan. Mila lelampahan punika saèstu tumama lebet
ing manahipun rasul Paulus, njalari éwah-éwahan ageng ing
gesangipun. Rasul Paulus sangsaya mangertosi jatining gesang
lan ndandosi enering gesangipun. Menawi rumiyin nglawan
lan nganiaya pasamuwanipun Gusti Allah, samangké purun
ngladosi kanthi lila lan legawa. Menawi rumiyin ngudi
pakurmatan saking tiyang sanès, sapunika gantos mbudidaya
pakurmatan kagem Gusti Allah. Rumiyin rumaos bombong
lan gumunggung jalaran sampun apal lan rumaos sampun
nindakaken sedaya pepakènipun Gusti Allah (Toret), samangké
namung suméndhé dhumateng sih piwelasipun Gusti Allah.

Bilih manungsa purun/saged nggadhahi watak andhap-


asor lan nglenggana ringkihing badanipun, badhè saged
ngraosaken lan gesang ing saklebeting katresnanipun Gusti

66 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Allah. Tiyang ingkang rumaos apes lan ringkih, badhé saged
kanthi andhap-asor sowan nyuwun pitulungan dhateng Gusti
Allah, kados ingkang sampun katindakaken déning juru
Masmur 17:15, “Nanging kawula, badhé nyawang wadana
Paduka wonten ing salebeting kaleresan; tuwin ing satangi
kawula, kawula badhé katuwukan ing pasuryan Paduka”.

Pramila sumangga sami mbangun pepanggihan kaliyan


Gusti Allah ing saben dinten , lumantar pandonga lan tansah
ngegilut pangandikanipun Gusti, ngibadah ing kaleresan,
tuwin ngladosi sesami ingkang sami mbetahaken pitulungan
kita. Bilih ‘pasrawungan’ kita kaliyan Gusti Allah saged kabangun
kanthi tekun lan raket, kita badhé saged ngraosaken lan
gesang ing saklebeting katresnanipun Gusti allah.

3) Timbalan supados preduli dhateng tiyang sanès


Kadang pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yésus
Kristus,
Nalika wonten tiyang ingkang tilar-donya, tamtu wonten
raos gela utawi kuciwa ing antawisipun ingkang sami tinilar.
Sangsaya malih bilih tiyang ingkang tilar-donya punika
kondhang anggènipun sengkut ngladosi sesami, utawiasring
andum peparing dhumateng kadang sanès ingkang mbetahaken.
Ateges bilih tiyang ingkang asring pawèwèh lan asring
ngladosi dhateng tiyang sanès punika mujudaken berkah
tumrap tiyang kathah.

Gusti Allah sampun paring piwulang supados sami purun


andum kasaénan, nggadhahi kawigatosan dhateng tiyang
sanès. Kita nresnani boten “supados...” ananging nresnani
“amargi...” Punapa tegesipun? Tembung ‘supados’, ateges
ingkang kita tindakaken ngemu pamrih, wonten momotan ing

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 67


salebeting tumindak. Nanging bilih landhesaning tumindakipun
adhedhasar tembung ‘amargi’, nedahaken tumindak adhedhasar
‘satunggaling perkawis ingkang sampun dumadi ing salebeting
gesang kita’, inggih punika kanugrahanipun Gusti Allah
ingkang sampun katampi, rumaos sampun nampi nugraha
saking Gusti. Kita nresnani lan leladi “amargi” sampun nampi
berkah saking Gusti.

Inggih jalaran rumaos sampun nampi kanugrahanipun


Gusti Allah ingkang ageng ingkang boten ngemungaken
kawilujengan langgeng. Kita ugi pikantuk jaminan bab
pangreksanipun Gusti Allah ing sawetahing gesang anyar ing
saben dintenipun. Kepara katresnanipun Gusti Allah ingkang
kita tampi punika babar pisan boten gumantung kaliyan atur-
panuwun kita dhumateng Gusti. Peparing ingkang agung
saking Gusti Allah ingkang sampun kita raosaken punika
ingkang mujudaken ‘timbalan’ supados nindakaken kasaénan
dhumateng tiyang sanès. Kados dhawuhipun Gusti Yésus
supados para murid sami preduli dhumateng tiyang sanès
ingkang mbetahaken, pangandikanipun: “Ora susah padha
dikon lunga. Kowé waé padha mènèhana pangan" (Mat 14:16).

Kathah tiyang ingkang anggènipun nindakaken peparing


dhateng tiyang sanès adhedhasar wontenipun ‘modal/paitan’, mila
kathah ingkang saweg purun peparing nengga mangké menawi
sampun sugih. Utawi wonten ingkang nggadhahi pawadan
(alasan) kanggé nyekapi kabetahanipun piyambak langkung
rumiyin, saweg saged mikiraken kabetahanipun tiyang sanès.
Lan taksih wonten sawetawis pawadan ingkang kadosipun tinemu
nalar ingkang njalari manungsa boten purun mitulungi tiyang
sanès.

68 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Timbalanipun Gusti Allah dhumateng kita supadosa
nindakaken peparing dhateng tiyang sanès punika boten nalika
kita sampun cekap utawi sampun sugih langkung rumiyin,
ananging kedah tuwuh/mrentul salebeting manah ingkang
adreng. Kedah wonten tekad ing salebeting manah kepéngin
andum kasaénan. Ing salajengipun Gusti Allah ingkang badhé
nyekapaken lan paring margi murih tuntas sedayanipun.
Sampun ngantos krenteg ingkang saé kanggé andum kasaénan
lajeng pupus jalaran ‘roti lan ulam’ ingkang kita gadhahi
winates cacahipun, nanging adhedhasar manah ingkang
kepéngin andum kasaénan jalaran kaatag déning katresnan.
Sumangga sami andum kasaénan dhumateng tiyang sanés,
jalaran kita sampun nampi kasaénan saking Gusti Allah.

Wusananipun para kadang kinasih.


Inggih namung kanthi nglenggana ing karingkihan diri lan
kekiyatan ingkang sarwa winates, kinanthènan sikep andhap-
asor, kita badhé saged kagèndhèng sowan dhumateng Gusti, lan
pepanggihan kaliyan Panjenenganipun ndadosaken kita saged
ngraosaken lan gesang ing salebeting katresnanipun Gusti Allah.
Malah kepara langkung katresnanipun Gusti ingkang ngédab-
édabi punika badhé ngraosaken éwah-éwahan ing gesang kita.
Jalaran kula sampun kaparingan, mila kula saged andum kasaénan
dhateng sesami.

Gusti Allah mberkahi kita sedaya. Amin.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 69


Minggu, 9 Agustus 2020
Minggu Biasa XIX (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Percaya akan Rancangan Tuhan

TUJUAN
Umat percaya bahwa Allah memiliki rancangan indah dalam hidup
setiap orang sehingga terdorong untuk hidup dengan keyakinan, bukan
kekuatiran.

DAFTAR BACAAN LITURGIS


Bacaan I :Kejadian 37:1-4, 12-28
Tanggapan :Mazmur 105:1-6, 16-22, 45b
Bacaan II :Roma 10:5-15
Bacaan III :Matius 14:22-33

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Yohanes 1:12
Petunjuk Hidup Baru : Matius 6:31-33
Persembahan : Amzal 3:9-10

NYANYIAN
Bahasa Indonesia:
Nyanyian Pujian : KJ 21:1,2
Nyanyian Penyesalan : KJ 37b:1,2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 334:1-3
Nyanyian Persembahan : KJ 349: 1-4
Nyanyian Pengutusan : KJ 440:1-2

Bahasa Jawa:
Kidung Pamuji : KPJ 13:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 52:1,2
Kidung Kasanggeman : KPJ 35 (3X)
Kidung Pisungsung : KPJ 112:1,3,5
Kidung Pangutusan : KPJ 123:1,2

Pdt. Bambang Irianto (GKJ Semarang Barat)


70 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
DASAR PEMIKIRAN.
Dalam hidup ini, hal yang membuat manusia takut dan kuatir
adalah karena manusia berusaha menghadapi segala persoalan
dengan kekuatannya sendiri. Ketika kekuatan diri tidak dapat
mengatasi persoalan, munculah rasa kuatir dan takut. Firman
Tuhan mengajak kita untuk menghadapi hidup, dengan segala
persoalannya, bersama Tuhan. Artinya, kita percaya bahwa Tuhan
memiliki rancangan damai sejahtera, rancangan keselamatan,
bagi umat-Nya. Oleh karena itu, kita tidak perlu takut,melainkan
menghadapi hidup bersama Tuhan. Hal itu berartibahwa kita
memiliki sikap percaya dan taat.

KETERANGAN BACAAN
Kejadian 37:1-4,12-28
Yusuf menjadi anak kesayangan Israel dari semua anaknya
karena lahir pada masa tua Israel dan dari istri yang sangat
dicintai, yaitu Rachel. Yusuf diperlakukan khusus oleh orang tuanya,
sehingga menimbulkan rasa iri, yang berkembang menjadi kebencian
saudara-saudaranya yang lain, sampai mereka tidak mau menyapa.
Ditambah lagi, Yusuf sering menceritakan kejahatan saudara-
saudaranya kepada ayahnya.

Ketika Yusuf diutus oleh ayahnya untuk melihat keadaan


saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan domba di
dekat Sikhem, saudara-saudaranya melihat itu sebagai kesempatan
untuk meluapkan kebencian dengan berencana meleyapkan
Yusuf. Mereka hendak berdusta kepada ayah mereka bahwa Yusuf
diterkam binatang buas. Ruben berusaha melepaskan Yusuf
dari rencana jahat saudara-saudaranya dengan mengusulkan
supaya Yusuf dimasukkan ke dalam sumur. Ruben berencana akan
melepaskan Yusuf. Sayangnya, rencana Ruben gagal karena setelah
dimasukan ke dalam sumur, Yusuf dijual kepada rombongan

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 71


kafilah orang Ismael, saudagar-saudagar dari Midian, atas usul
Yehuda seharga 20 syikal perak. Yusuf pun dibawa ke Mesir dijual
sebagai budak.

Mazmur 105:1-6,16-22,45b
Mazmur ini merupakan madah kepada Tuhan, yang telah
menjanjikan tanah Kanaan kepada umat. Tuhan itu dapat ditemui
di segala tempat dan setiap waktu dan janji-Nya terlaksana di
mana-mana. Dalam ayat 1-6, Israel diundang untuk memuji dan
mencari kehadiran Allah. Ayat 16-22 menceritakan tentang Yusuf,
yang dijual sebagai budak, menjadi penyelamat bagi Mesir yang
dilanda kelaparan. Semua itu sudah direncanakan oleh Tuhan.
Dari keseluruhan Mazmur ini terungkap bahwa Allah Israel setia
kepada janji untuk memberikan kepada Israel tanah Kanaan. Oleh
karena itu, umat diminta untuk memegang segala ketetapan dan
pengajaran-Nya.

Roma 10:5-15
Di satu sisi, Paulus menyitir tulisan Musa tentang kebenaran
karena hukum Taurat. Di sisi lain, Paulus menyatakan tentang
kebenaran karena iman. Keduanya seolah bertentangan. Maksudnya,
jaminan pembenaran manusia oleh Allah karena manusia
melakukan hukum Taurat merupakan sesuatu yang tidak
mungkin. Sama seperti membawa Yesus turun atau membawa
Kristus naik dari antara orang mati. Namun, yang tidak mungkin
dilakukan manusia sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus:
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah
Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan
mulut orang mengaku dan diselamatkan”. Hal ini berlaku bagi
semua orang yang berseru kepada-Nya. Oleh karena itu, betapa
indahnya kedatangan orang yang membawa kabar baik ini.

72 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Matius 14:22-33
Setelah peristiwa Yesus memberi makan 5000 orang, orang
banyak itu disuruh pergi. Para murid pun disuruh berangkat
mendahului Yesus ke seberang. Sementara itu, Yesus naik ke bukit
untuk berdoa seorang diri. Dikisahkan bahwa para murid
mengalami ancaman sebab perahu mereka diombang-ambingkan
gelombang karena angin sakal. Dalam situasi demikian, Yesus
berjalan di atas air untuk menemui mereka. Mereka berteriak
ketakutan karena mengira bahwa Yesus adalah hantu. Yesus pun
menegur mereka dengan berkata: “Jangan takut, ini Aku”.

Petrus, secara spontan, meminta izin agar dapat menjumpai


Tuhan Yesus dengan berjalan di atas air. Yesus pun mengizinkan.
Dengan penuh percaya dan pandangan terarah kepada Yesus,
Petrus dapat berjalan di atas air. Namun, ketika ia merasakan
tiupan angin, perhatiannya tidak lagi fokus kepada Tuhan Yesus,
tetapi kepada angin yang menerpanya. Ia pun menjadi takut dan
mulai tenggelam. Di tengah kondisi yang kritis, Petrus mengarahkan
kembali harapannya kepada Yesus dan berkata: ”Tuhan, tolonglah
aku”. Yesus pun segera menolong serta menegur: “Mengapa engkau
bimbang”. Melihat itu semua, para murid menyembah Yesus
sambil mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Pengakuan mengenai kepercayaan kita kepada Allah perlu
dibuktikan dengan ketaatan. Namun, manusia terkadang sulit
untuk taat karena manusia memiliki pemikiran sendiri. Sikap
mengandalkan pikiran itulah yang sering berujung pada rasa
kuatir dan takut. Firman Allah hari ini mengajarkan tiga hal
penting, yaitu kondisi manusia yang sering tidak percaya pada
Allah, cara manusia dapat percaya pada Alllah, dan cara manusia
dapat hidup bersama Allah dalam menghadapi pergumulan hidupnya.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 73


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA.

MENGAPA TAKUT?

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,


Ada sebuah pertanyaan, ”Apakah Saudara percaya kepada
Tuhan?” Jika ya, lantas apa buktinya kalau Saudara percaya? Salah
satu bukti kalau kita percaya Tuhan adalah sikap taat. Namun tidak
mudah untuk hidup taat karena kita memiliki pikiran dan rancangan
sendiri yang kita anggap paling benar. Sementara itu, rancangan
dan pikiran kita justru sering membuat hidup dipenuhi dengan
kekuatiran dan ketakutanakan kegagalan pikiran dan rancangan
itu. Jadi, rancangan kita buat sendiri, kita anggap benar sendiri,
kita ragukan sendiri, lalu menjadi kuatir sendiri. Aneh tapi nyata!

Bagaimana cara agar kita terbebas dari rasa takut dan kuatir?
Firman Tuhan hari ini menunjukkan kepada kita tiga tahapan yang
seringkali dialami oleh manusia, sampai ia dapat menikmati hidup
tanpa rasa kuatir dan takut.
1) Tidak percaya pada Tuhan
Semua orang pasti memiliki rasa takut dan kuatir. Perasaan
tersebut membuat hidup tidak bahagia, tidak bisajenak tidur,
dan tidak nyaman. Semua orang ingin hidup bahagia, tenteram,
bebas dari rasa takut dan kuatir. Pertanyaannya, ”Mengapa manusia
masih juga kuatir dan takut?” Manusia takut dan kuatir menghadapi
masalah, khususnya jika masalah yang dihadapi dirasa terlalu
besar. Ada perasaan tidak mampu. Ditambah lagi, tidak ada yang
membantu serta tidak ada jaminan. Rasa takut dan kuatir muncul
ketika manusia ingin menghadapi masalah dengan kekuatannya
sendiri. Hal yang demikian pernah dialami oleh Petrus ketika
ia berjalan di atas air. Terlebih, ketika ia mulai merasakan
tiupan angin yang menjadikannya takut dan mulai tenggelam.
Kepada Petrus, Yesus berkata: “Hai orang yang kurang percaya”.

74 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Kita adalah orang yang memiliki Tuhan yang sangat
mengasihi kita, Ia menjaga, melindungi, serta menjamin
hidup kita, sebagaimana dalam bacaan Injil kita. Tuhan Yesus
peduli ketika para murid mengalami ancaman karena
diombang-ambingkan ombak. Tuhan Yesus segera datang
untuk menolong. Tidak ada yang perlu ditakutkan dan
dikuatirkan, walaupun situasinya genting. Tuhan datang
tepat pada waktunya. Jangan tidak percaya!Percayalah kepada
Tuhan! Dengan hidup mengandalkan kekuatan sendiri, dengan
mengabaikan/melupakan Tuhan, akan membawa kita pada
ketakutan dan kekuatiran, maka percayalah kepada Tuhan.

2) Percaya pada rancangan Tuhan


Tuhan itu luar biasa baik. Tuhan tidak hanya
menyelamatkan kita, tetapi juga merancangkan kehidupan
yang penuh harapan dan damai sejahtera. Pergumulan
tentang masa depan itu pernah dialami oleh Yusuf. Dalam
bacaan pertama, kita melihat kisah Yusuf yang oleh
saudaranya dimasukkan ke dalam sumur, dijual menjadi
budak di Mesir, selanjutnya difitnah dan dipenjara.
Bayangkan jika kita berada di posisi Yusuf. Apakah kita masih
percaya bahwa kita memiliki masa depan yang indah?
Barangkali kita akan diliputi ketakutan atau kekuatiran.
Menariknya, Yusuf dapat melewati pergumulannya dengan
luar biasa. Yusuf tidak kehilangan harapan, karena ia percaya
bahwa Tuhan memiliki rancangan damai sejahtera.

Pada akhir kisah Yusuf, ia berkata kepada saudara-


saudaranya yang telah berbuat jahat kepadanya, “Memang
kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi
Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan
maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 75


memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.Saudara-saudara,
Tuhan memiliki rancangan untuk setiap kita. Tuhan
menjamin hidup kita. Kita harus menanggapinya dengan
mempercayai-Nya, maka kita akan tenang.

3) Hidup bersama Tuhan


Menghadapi hidup yang penuh dengan cobaan, godaan,
dan ujian, rasanya tak mungkin kita mengandalkan kekuatan
sendiri. Di dalamnya termasuk hal penebusan dosa atau
pembenaran. Semua itu tak dapat terjadi jika kita mengandalkan
perbuatan kita. Pembenaran kita oleh Allah semata-mata
karena anugerah. Oleh karena itu, menaruh kepercayaan
kepada Allah menjadi hal yang penting dalam setiap
pergumulan kita. Demikianlah yang terjadi dalam hidup
Yusuf dan Petrus yang tidak akan mungkin kuat dan selamat
dengan kekuatannya sendiri.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Marilah kita hadapi hidup ini bersama Tuhan.Jangan kita
meninggalkan Tuhan dengan mengikuti pikiran dan keinginan
kita sendiri. Hal itu akan membawa kita pada kekuatiran dan
ketakutan. Hadapilah hidup ini bersama Tuhan. Ia, yang telah
mengalahkan maut, akan menjamin hidup kita dalam
kemenangan. Bersama Tuhan, kita bisa! Jadi, mengapa takut?
Amin.

76 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

KÉNGING PUNAPA KOK AJRIH?

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yésus Kristus


Wonten satunggaling pitakènan: Punapa Panjenengan sami
pitados dhateng Gusti Allah? Lajeng punapa buktinipun bilih
panjenengan pitados dhateng Gusti? Salah satunggaling bukti
bilih kita pitados dhumateng Gusti inggih punika setya-tuhu
(taat). Ananging panciboten gampil, kepara angèl sanget dados
tiyang ingkang setya lan tuhu, jalaran kita asring sampun
nggadhahi pangertosan lan rancangan piyambak. Kita asring
pitados bilih rancangan kita punika paling saé lan paling prayogi.
Kamangka sampun kabuktèn bilih rancangan lan pangertosan kita
malah saged nuwuhaken raos kuwatir lan was-was.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yésus Kristus.


Saben tiyang kepéngin gesang mardika lan uwal saking was
sumelang. Ananging kados pundi caranipun? Sabdanipun Gusti dinten
punika memulang tigang prekawis pinangka tigang tahap anggènipun
manungsa saged gesang santosa suméndhé dhateng Gusti.
1) Boten Pitados dhumateng Gusti Allah
Mèh saben tiyang nggadhahi raos ajrih lan sumelang
ingkang njalari gesang boten tentrem. Pitakènanipun, kénging
punapa déné taksih wonten tiyang ingkang gadhah raos ajrih
lan sumelang? Adat sabenipun, raos punika tuwuh amargi
manungsa nggadhahi momotan ingkang awrat sanget. Punapa
malih rumaos boten wonten ingkang purun utawi kuwawi
asung pambiyantu lan boten wonten ingkang purun nanggel.
Punika ateges bilih raos ajrih lan sumelang punika tuwuh amargi
ngandelaken dayanipun piyambak. Ing waosan Injil kala wau
kacariyos Pétrus ingkang ugi nggadhahi raos ajrih lan sumelang,

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 77


inggih nalika Pétrus lumampah ing sainggiling toya seganten.
Ananging awit Pétrus ngraosaken santering angin, lajeng dados
giris lan wiwit kèrem. Mila Gusti Yésus paring dhawuh, “Hèh,
wong kang cupet ing pangandel, yagéné kok mangu-mangu?”

Kita punika sampun nggadhahi Gusti Yésus ingkang saèstu


tresna dhateng kita, Panjenenganipun nganthi lan ngreksa gesang
kita. Gusti Yésus pirsa lan preduli dhateng kawontenanipun
para murid nalika katempuh ing ombak ageng, mila lajeng
rawuh paring pitulungan. Sinaosa mekaten, raos ajrih lan
sumelang boten lajeng sirna. Mila sumangga tetep pitados
dhumateng Gusti Allah, sampun ngantos miyur lan sumelang.
Kanthi ngandelaken kekiyatan dhiri lan nglirwakaken Gusti,
badhé nggèndhèng kita tumuju ing gesang ingkang kebak raos
kuwatos lan ajrih. Pramila, tetepa pitados dhateng Gusti Allah.

2) Pitados dhateng Rancanganipun Gusti Allah


Gusti Allah punika sanyata pancèn saé. Panjenenganipun
boten namung milujengaken kita, ananging ugi sampun
ngrancang pagesangan ingkang kebak ing pangajeng-ajeng
bab tentrem rahayu. Menawi kita ngadhepi kasunyataning
gesang kados ingkang sampun dipun alami déning Yusuf,
ingkang dipun lebetaken ing sumur, dipun sadé lan dados
budhak-tukon ing Mesir, lajeng dipun pitenah déning tiyang
sanès tumunten kinunjara, punapa kita taksih saged pitados
bilih kita taksih nggadhahi pangajeng-ajeng ingkang éndah?
Mbok menawi kita ugi ngraosaken giris. Ananging, Yusuf
nggadhahi patrap saénalika ngadhepi kawontenan punika.
Yusuf babar pisan boten kécalan pangajeng-ajeng. Kados
pundi caranipun? Yusuf pitados bilih Gusti Allah kagungan
rancangan tentrem-rahayu. Yusuf mangertosi perkawis
punika lumantar impèn-impèn ingkang naté kaparingaken

78 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


déning Gusti Allah. Mila ing wusananipun Yusuf saged paring
katrangan dhateng para kadangipun ingkang lampah-jahat
mekaten: “Panci kowé padha ngrantam kang ala marang aku,
nanging iku dicipta malih dadi becik déning Gusti Allah, supaya
banjur nindakaké kang kelakon ing dina iki, mitulungi urip
marang bangsa kang gedhé.” Para Sedherek, Gusti Allah
sampun kagungan rancangan ingkang saé tumrap gesang kita
piyambak-piyambak, ingkang perlu kita lampahi kanthi
tekun inggih punika pitados dhateng Gusti Allah.

3) Gesang Sesarengan kaliyan Gusti Allah


Ing salebeting gesang ingkang kebak pacobèn punika,
tangèh menawi kita namung ngandelaken kekiyatan kita
piyambak. Kita punika kebak ing kasèkèngan, kepara
kawontenan kita punika prasasat naming lebu. Kadosdéné
Yusuf lan ugi Pétrus, kita boten badhé wilujeng menawi
namung ngandelaken kekiyatan kita piyambak. Nalika
ngandelaken Gusti Yésus, Pétrus saged mlampah ing
sainggiling toya. Ananging nalika boten ngener malih dhateng
Gusti Yésus, piyambakipun lajeng ajrih tumunten badhé
kèrem. Pétrus ènget lan nyuwun pitulungan dhateng Gusti
Yésus, lajeng nampi pitulungan. Sumangga kita ngadhepi
gesang punika sesarengan kaliyan Gusti Allah. Sampun
ngantos nilar Gusti Allah lajeng nengenaken pangertosan lan
pepénginan kita piyambak. Awit sedaya punika wau badhé
nggèndhèng ing salebeting raos kuwatos lan sumelang. Krana
gesang sesarengan kaliyan Gusti Allah ingkang sampun
ngawonaken pati, kita nggadhahi piandel ingkang paring
kasagedan lan kekiyatan mila sedaya saged kasil. Boten perlu
was lan sumelang menawi kita tansah gesang sesarengan
kaliyan Gusti Allah. Amin.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 79


Minggu, 16 Agustus 2020
Minggu Biasa XX (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Pikiran Tuhan tak Terselami

TUJUAN
1. Jemaat menyadari bahwa rencana Allah tak terselami
2. Jemaat memahami bahwa kasih Allah diberikan kepada seluruh
umat manusia
3. Jemaat terdorong untuk beriman pada Allah dan taat pada jalan
Allah

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Kejadian 45:1-15
Mazmur Tanggapan : Mazmur 133
Bacaan II : Roma 11:1-2a, 29-32
Bacaan III : Matius 15:21-28

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Yesaya 55:7
Petunjuk Hidup Baru : Roma 8:28
Persembahan : Yesaya 12:4-5

NYANYIAN LITURGIS
Bahasa Indonesia
1. Nyanyian Pujian : KJ 389:1-4
2. Nyanyian Penyesalan : KJ 33:1,3,4
3. Nyanyian Kesanggupan : KJ 352:1,2
4. Nyanyian Persembahan : KJ 292:1-3
5. Nyanyian Pengutusan : KJ 416:1,2

Bahasa Jawa
1. Nyanyian Pujian : KPJ 89:1,2,3
2. Nyanyian Penyesalan : KPJ 57:1,2
3. Nyanyian Kesanggupan : KPJ 69:1,2,3
4. Nyanyian Persembahan : KPJ 181:1-3
5. Nyanyian Pengutusan : KPJ 155:1,2,3

Pdt. Damar Kinandi Putera (GKJ Kroya, Cilacap)

80 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Sebagai ciptaan, manusia memiliki keterbatasan. Ada banyak
hal yang tidak mampu dijangkau oleh logika manusia. Manusia
memang memiliki daya kemampuan untuk mencari dan menjelaskan
segala sesuatu dalam kehidupan. Namun, ada kesadaran bahwa di
tengah upaya pencarian itu ada satu titik saat logika manusia tidak
mampu menjangkaunya. Tepatlah jika dikatakan bahwa hidup itu
misteri. Apakah keterbatasan serta ketidakmampuan manusia
menjangkau misteri kehidupan itu lalu menjadikan manusia tidak
berdaya dalam mengupayakan hidup itu sendiri? Tentu saja tidak!
Sikap percaya kepada Allah Sang Pencipta, Yang Tak Terbatas,
itulah yang menjadi kunci dalam upaya manusia menjalani
kehidupan ini. Setiap rencana dan langkah juang manusia mesti
diletakkan dalam bingkai besar rencana kasih Allah. Penghayatan
iman seperti ini akan memampukan manusia dalam melihat setiap
sisi kehidupan sebagai bagian dari karya kasih Allah. Rencana kasih
Allah bisa dalam wujud kebahagiaan, sekaligus juga penderitaan
yang dialami oleh manusia. Bisa saja manusia bertanya, ”Jika Allah
mengasihi manusia, mengapa ada penderitaan?” Pertanyaan ini
menggugah kita bahwa tidak hanya pikiran/rencana Tuhan yang
tak terselami, tetapi juga kasih Allah sendiri tidak terselami oleh
manusia. Menjalani kehidupan dengan beriman kepada Tuhan akan
menolong manusia menghayati serta mengecap kasih Allah itu.

KETERANGAN BACAAN
Kejadian 45:1-15
Hidup sebagai orang yang terbuang dan terasing dari keluarga
tentu tidaklah menyenangkan. Belum lagi harus menjalani hidup
dengan penuh cobaan dan penderitaan. Nasib seperti ini dialami
oleh Yusuf. Ketika masih tinggal bersama keluarganya, Yusuf tidak
disukai oleh saudara-saudaranya. Kebencian mereka memuncak
ketika Yusuf dijual sebagai budak kepada orang Midian. Ibarat seperti

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 81


barang, Yusuf diperjualbelikan. Akhirnya ia dijual kembali kepada
Potifar, kepala pengawal raja Firaun di Mesir. Sebagai orang yang
terbuang, Yusuf harus menjalani serentetan cobaan dan
penderitaan di Mesir. Nasib buruk seolah-olah selalu menghantui
Yusuf. Mulai dari digoda dan difitnah oleh isteri Potifar sampai
akhirnya meringkuk di penjara. Meski Yusuf selalu mengalami hal
yang buruk, tetapi ia tetap setia dan taat kepada Tuhan. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak tergoda oleh rayuan isteri Potifar. Yusuf
pun selalu menjadi orang yang baik dan manis. Ketekunan dan
kebaikannya itu berbuah manis. Perlahan-lahan nasib baik mulai
berpihak padanya.

Puncaknya adalah ketika Yusuf menjadi raja (penguasa kedua


setelah Firaun) di Mesir. Meski sudah menjadi raja, Yusuf tidak
menjadi sewenang-wenang. Ia tidak menaruh dendam kepada
orang-orang yang pernah menyakitinya. Sikap itu ia tunjukkan
kepada saudara-saudaranya. Saat terjadi bencana kelaparan,
keluarga Yakub mencari makanan sampai ke tanah Mesir.
Peristiwa inilah yang mempertemukan Yusuf dan saudara-
saudaranya. Tidak ada rasa benci dan marah yang ditunjukkan
Yusuf kepada saudara-saudaranya.

Yusuf menghayati bahwa peristiwa-peristiwa yang menyakitkan


pada masa lalu tidak lepas dari rencana kasih Allah kepadanya
dan juga keluarganya. Ia mampu melihat masa lalu yang kelam
dalam bingkai karya kasih Allah. Ketika berhadapan dengan
saudara-saudaranya, Yusuf berkata: ”Tetapi sekarang, janganlah
bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual
aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh
aku mendahului kamu” (ayat 5) dan: “Maka Allah telah menyuruh
aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di
bumi ini dan memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari

82 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke
sini, tetapi Allah” (ayat 7-8a). Perkataan Yusuf ini menjadi refleksi
yang sangat menarik dalam menyikapi setiap peristiwa kehidupan,
terutama kesusahan dan penderitaan. Yusuf mampu mengolah hal
buruk menjadi sesuatu yang baik. Secara manusiawi, Yusuf
memang tidak mengetahui persis masa depannya. Namun, sikapnya
yang setia dan taat kepada Allah menghantarnya untuk dapat
mengecap karya kasih Allah.

Mazmur 133
Hidup dalam persekutuan memberi kekuatan bagi manusia
untuk menjalani proses kehidupan. Manusia tidak mampu
berjalan seorang diri dalam menelusuri rencana kasih Allah di
tengah hidupnya. Manusia selalu memerlukan sesama yang
menjadi penopang. Pemazmur menuturkan tentang kehidupan
bersama umat yang diberkati oleh Allah. Kebersamaan itu
mendatangkan kebahagiaan. Bukan sekadar asal bersama saja,
melainkan kebersamaan yang diikat oleh kasih persaudaraan.
Dengan tali pengikat itu tentunya suasana menjadi penuh dengan
kerukunan. Jika satu dengan yang lain saling terikat dan hidup
rukun, tentu masing-masing akan memiliki rasa simpati bahkan
empati satu dengan yang lain. Terlebih ketika salah satu saudara
mengalami pergumulan berat. Setiap orang bisa saling
menasihati, mengingatkan, dan menopang agar mampu untuk
setia dan taat pada jalan Allah. Di situlah letak berkat Tuhan yang
sejati, yaitu kehidupan yang damai dan bahagia.

Roma 11:1-2a, 29-32


Manusia tidak dapat menyelami rencana kasih Tuhan atas
kehidupan ini. Pemahaman ini semestinya memberi kesadaran
bahwa manusia tidak dapat membatasi karya keselamatan Allah

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 83


bagi seluruh umat manusia. Keselamatan Allah terbuka bagi seluruh
umat manusia. Berita tentang keselamatan inilah yang disiarkan
untuk kemudian ditanggapi oleh manusia. Rasul Paulus menuturkan
bahwa dahulu umat Israel tidak dapat menerima berita
keselamatan dan kebenaran dari Allah yang dinyatakan lewat
para nabi dan juga Tuhan Yesus Kristus. Namun, demikian,
kemurahan Allah itu tetap terbuka kepada mereka yang menolaknya.
Setiap orang percaya telah menerima kasih kemurahan Kristus,
maka hidupnya tidak lagi dalam kuasa dosa. Kasih, kebaikan, dan
kemurahan Kristus ada dalam perilaku kehidupan orang percaya.
Dengan demikian, orang-orang yang tidak taat dapat melihat
kemurahan Kristus melalui sikap dan perilaku orang percaya.
Paulus mengatakan: ”… supaya oleh kemurahan yang telah kamu
peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan” (ayat 31). Jika
orang-orang yang tidak taat itu membenci dan masih
menolakanugerah keselamatan dari Allah, justru hal itu menjadi
alat Tuhan untuk menunjukkan kemurahan-Nya (ayat 32). Tugas
orang-orang percaya bukanlah membatasi kemurahan Allah,
melainkan setia dan tekun dalam jalan kebenaran Tuhan untuk
menyiarkan kabar keselamatan kepada semua orang.

Matius 15:21-28
Kisah tentang perempuan Kanaan yang merengek-rengek
meminta belas kasih Yesus ini menarik untuk disimak. Sepintas,
teks ini memperlihatkan perjuangan seorang ibu demi keselamatan
anaknya. Namun, di sisi lain, sikap Yesus dalam menanggapi
permintaan perempuan Kanaan ini terkesan bertolak belakang
dengan sosok-Nya yang welas asih. Hal serupa juga ditunjukkan
para murid yang merasa risih dengan kehadiran perempuan
Kanaan yang mengikuti sambil berteriak-teriak. Meski ditolak dan
mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, perempuan

84 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Kanaan ini tetap bersikukuh untuk meminta pertolongan Yesus.
Berulang kali Yesus membatasi usaha perempuan Kanaan tadi.
Sepertinya paradigma tentang “keselamatan eksklusif” (keselamatan
hanya untuk orang Yahudi) menjadi pegangan Yesus. Ia mengungkapkan
bahwa misi-Nya hanya ditujukan kepada domba-domba yang
hilang dari Israel. Ditambah lagi dengan ungkapan ’anjing’ yang
digunakan oleh Yesus untuk mengidentifikasi orang-orang bukan
Yahudi. Sebenarnya istilah ’anak-anak’ dan ’anjing’ yang digunakan
Yesus ini merupakan istilah umum yang sering dipakai oleh orang
Yahudi untuk membedakan status bangsa Yahudi sebagai umat
Allah dan bangsa bukan Yahudi sebagai umat kafir. Menariknya,
kata ’anjing’ dalam teks ini tidak memakai kata kuon ataukuos
yang berarti anjing liar, seperti yang dipakai orang Yahudi untuk
menghina orang-orang kafir. Kata yang dipakai oleh Yesus adalah
kunariois dari kata kunarion yang berarti anjing kecil, anjing
rumah/peliharaan. Pemahaman baru muncul disini, bahwa
memang benar bangsa lain dianggap kafir, tetapi mereka juga
mendapat pemeliharaan yang baik dari Tuhan, seperti anjing
rumah/peliharaan yang disayangi majikannya. Secara tidak langsung
Yesus menyebutkan bahwa keselamatan dari Allah juga terbuka
bagi bangsa-bangsa lain. Dengan cerdas, perempuan Kanaan tadi
menanggapi perkataan Yesus dengan mengatakan bahwa seekor
anjing pun ikut makan remah-remah roti yang jatuh dari meja
tuannya. Seolah-olah perempuan Kanaan ini tidak mempermasalahkan
jika dianggap sebagai anjing atau orang kafir, bahkan ia sendiri
membenarkannya. Namun, ia tidak mau terjebak pada status sebagai
orang kafir itu. Inilah yang mendorongnya, dengan jujur, rendah
hati, sekaligus berani, memohon keselamatan dari Yesus bagi
anaknya. Sikap dan perjuangan perempuan inilah yang dipandang
Yesus sebagai bentuk iman yang besar.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 85


POKOK ARAH PEWARTAAN
Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu memahami
rencana kasih Allah bagi kehidupan. Nalar dan batin manusialah
yang memampukannya untuk merenungkan setiap peristiwa
kehidupan yang menjadi bagian kecil dari rencana besar Allah.
Refleksi inilah yang menjadi pijakan manusia dalam bertindak
mengupayakan masa depannya. Ibarat menyusun puzzle,
begitulah manusia melihat secara utuh kehidupannya melalui
kepingan-kepingan peristiwa yang disusunnya.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MENGHAYATI RENCANA KASIH ALLAH

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Ada seorang laki-laki yang tergesa-gesa hendak naik pesawat.
Sesampainya di bandara, ternyata pesawat sudah terbang. Laki-
laki ini begitu kecewa karena ada tugas pekerjaan yang mendesak
di kota lain. Ia pun mencari jadwal penerbangan lain pada hari itu
juga. Ketika menanti penerbangan berikutnya, ia mendengar
berita bahwa pesawat yang sudah terbang tadi mengalami
kecelakaan. Laki-laki tadi, yang sebelumnya kecewa dan marah,
kini bersyukur karena tidak berada dalam pesawat yang mengalami
kecelakaan. Ia berkata, “Tuhan masih mengasihiku sehingga aku
selamat. Ternyata pertolongan Tuhan indah pada waktunya.”Bagi
si laki-laki ini, ungkapan syukur semacam itu menjadi relevan.
Namun,tepatkah pernyataan seperti ini jika ditujukan kepada
keluarga korban? Jika dikatakan Tuhan mengasihi sehingga
menyelamatkan si laki-laki tadi, lalu mengapa Tuhan tidak
menyelamatkan yang lainnya? Apakah Tuhan dalam mengasihi
manusia itu tebang pilih? Mungkin begitulah kira-kira pergulatan

86 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


iman yang dialami manusia. Belum lagi ditambah pemahaman
yang mengaitkan antara dosa dan hukuman. Orang-orang yang
mengalami musibah dan penderitaan itu tidak bisa dilepaskan dari
kesalahan dan dosanya, sehingga orang-orang semacam ini mestilah
bertobat dan memperbaiki hidupnya agar bisa lepas dari penderitaan.
Cara berpikir yang seperti ini tentu membatasi karya kasih Allah.
Anggapannya adalah kasih Allah hanya diberikan kepada mereka
yang mengklaim diri kudus dan suci.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Bacaan Alkitab hari ini menolong kita untuk menghayati
rencana kasih Allah yang senantiasa hadir dalam hidup manusia.
Rencana kasih Allah terlalu besar dan luas untuk dipahami
manusia. Jika demikian, maka manusia tidak bisa membatasi
karya Allah. Perjumpaan Yesus dengan perempuan Kanaan,
seperti yang dicatat oleh Injil Matius, mengajarkan tentang kasih
keselamatan Allah yang menembus batas eksklusivitas bangsa
Yahudi. Bangsa Yahudi memahami bahwa mereka adalah umat
yang dikasihi Allah, umat yang kudus dan diselamatkan.
Pemahaman ini kemudian melahirkan ’sentimen bangsa’ dengan
menyebut bangsa-bangsa di luar Yahudi itu kafir dan tidak
dikasihi Allah. Ungkapan ’anak-anak’ dan ’anjing’, seperti yang
dipakai oleh Injil Matius, menjadi buah nyata akan pandangan
eksklusif yang sudah mengakar di tengah bangsa Yahudi.
Anehnya, ungkapan ’anak-anak’ dan ’anjing’ ini juga dipakai oleh
Yesus ketika berjumpa dengan perempuan Kanaan yang meminta
belas kasih-Nya. Perjumpaan itu memberi kesan yang tidak
menyenangkan bagi si perempuan Kanaan. Ia mengalami penolakan
oleh para murid dan dari Yesus sendiri. Sebenarnya Yesus sudah
membatasi diri-Nya dari perempuan Kanaan tadi dengan
mengatakan: ”Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 87


dari umat Israel”. Ternyata pandangan yang sempit juga dimiliki
oleh Yesus. Sikap seperti ini juga pernah terjadi ketika Ia melarang
para murid untuk memberitakan Kerajaan Sorga kepada bangsa-
bangsa lain seperti dicatat dalam Matius 10:5-6. Hal ini dapat
dipahami karena Injil Matius ditulis kepada orang-orang Yahudi
Kristen. Nuansa eksklusivisme bangsa Yahudi muncul disitu.
Meski demikian, sebenarnya Injil Matius, secara tidak langsung,
ingin membongkar sikap eksklusif bangsa Yahudi tersebut.

Peran perempuan Kanaan disini menjadi pemantiknya.


Terlihat dari sikap si perempuan Kanaan yang mengabaikan
pernyataan Yesus tadi. Ia tetap bersikukuh untuk memohon
kepada Yesus. Bahkan ia mengamini saat Yesus menyebut bangsa
lain, termasuk dirinya, dengan istilah ’anjing’. Kata ini memang
terdengar kasar. Namun, memang kata ’anjing’ sudah menjadi
ungkapan umum yang berkembang di tengah bangsa Yahudi
untuk membedakan status mereka dengan bangsa lain. Istilah
’anak-anak’ dipakai untuk bangsa Yahudi sebagai bangsa yang
kudus dan diselamatkan Allah. Sementara itu, istilah ’anjing’
ditujukan kepada bangsa lain yang dianggap kafir dan tidak
diselamatkan Allah. Namun, kata ’anjing’ yang dipakai oleh Yesus
memiliki makna yang berbeda. Yesus tidak memakai kata kuon
atau kuos, yang berarti anjing liar, seperti yang dipakai orang
Yahudi untuk menghina orang-orang bukan Yahudi. Kata yang
dipakai oleh Yesus adalah kunariois dari kata kunarion yang
berarti anjing kecil, anjing rumah/peliharaan. Pemahaman baru
muncul disini. Benar bahwa bangsa lain dianggap kafir, tetapi
mereka juga mendapat kasih pemeliharaan dari Tuhan, seperti
anjing rumah/peliharaan yang disayangi majikannya. Secara
tidak langsung, Yesus menyebutkan bahwa keselamatan dari
Allah juga terbuka bagi bangsa-bangsa lain.

88 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Tanggapan perempuan Kanaan tadi juga memperlihatkan
perjuangannya yang tidak mau dipengaruhi oleh status/nasibnya
sebagai bangsa kafir. Dengan cerdas, perempuan Kanaan tadi
menanggapi perkataan Yesus bahwa seekor anjing pun ikut
makan remah-remah roti yang jatuh dari meja tuannya. Bagi
perempuan Kanaan ini, meski hanya remah-remah, itu sudah
cukup untuk mendapatkan kasih kemurahan dari Allah. Inilah
yang mendorongnya dengan jujur dan rendah hati, sekaligus
berani, memohon keselamatan dari Yesus bagi anaknya. Sikap dan
perjuangan perempuan inilah yang dipandang Yesus sebagai
bentuk iman yang besar.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Kasih keselamatan Allah diberikan kepada seluruh ciptaan-
Nya tanpa batasan-batasan status sebagai umat pilihan ataupun
umat yang kudus dan suci. Batasan-batasan itu sebenarnya
konsep berpikir manusia. Terlalu sempit jika kasih Allah hanya
dibatasi oleh cara berpikir manusia. Bahkan cara Allah dalam
bertindak untuk menyatakan karya kasih-Nya seringkali tidak
sesuai dengan pikiran dan harapan manusia. Hal ini dapat kita
temukan melalui perjalanan hidup Yusuf yang begitu berat. Di
tengah keluarga, ia dibenci saudara-saudaranya yang sampai tega
menjualnya sebagai budak di tanah Mesir. Tidak tampak keluh
kesah Yusuf ketika dibuang oleh saudara-saudaranya. Saat
difitnah oleh isteri Potifar sehingga dijebloskan ke penjara, ia pun
menerima dan menjalani nasib buruknya itu. Yusuf tetap setia dan
taat kepada Tuhan. Sikapnya selalu baik dan tidak menaruh
dendam kepada orang-orang yang menyakitinya. Ini terbukti
ketika Yusuf diangkat sebagai raja Mesir dan berjumpa dengan
saudara-saudaranya. Yusuf menolong keluarganya yang sedang
mengalami bencana kelaparan. Kepada saudara-saudaranya,
Yusuf berkata: “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 89


janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab
untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului
kamu” (Kejadian 45:5). Yusuf memang tidak melupakan perlakuan
saudara-saudaranya yang telah menyakitinya. Namun, Yusuf
memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat nasib buruk
yang dialaminya selama menjadi budak di Mesir. Ia mampu
melihat bahwa semua yang telah terjadi adalah rencana dan cara
Allah dalam memberikan kebaikan bagi Yusuf dan keluarganya.

Melalui kisah Yusuf ini, kita dapat belajar bahwa rencana dan
cara Allah terkadang menyakitkan di mata manusia. Namun, jika
kita mampu berdamai dengan diri sendiri dan dengan keadaan
yang menimpa kita, maka perjalanan yang begitu berat itu dapat
kita lalui. Menerima keadaan yang buruk sekalipun tanpa harus
menyalahkan diri sendiri maupun pihak-pihak di luar diri kita
menjadi kunci untuk bisa melalui pengalaman buruk. Di sisi lain,
kita tetap harus menjalani kehidupan dengan melakukan hal-hal
yang baik. Sama seperti Yusuf yang setia kepada jalan kebenaran
Tuhan dan tetap bersikap baik kepada siapapun, termasuk orang-
orang yang pernah menyakiti hatinya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Sebagai umat yang dikasihi Tuhan, marilah kita juga ikut
ambil bagian dalam mewartakan kasih-Nya bagi sesama. Jangan
sampai kita membatasi karya kasih Allah yang sejatinya
dianugerahkan kepada seluruh ciptaan-Nya. Meskipun kita sadar
bahwa ada juga orang-orang yang menolak anugerah keselamatan
dari Allah, tetaplah berbuat baik kepada mereka, karena dengan
sikap demikian mereka akan mengecap kasih Allah. Seperti yang
dikatakan Paulus: ”demikian juga mereka sekarang tidak taat,
supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga
akan beroleh kemurahan” (Roma 11:31). Tuhan memberkati kita.
Amin.

90 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

NGRAOS-RAOSAKEN RANCANGANIPUN GUSTI

Pasamuwan ingkang kinasih,


Wonten satunggaling tiyang jaler ingkang kesesa tindak
dhateng bandara awit sampun mèpèt kaliyan wekdal bidhalipun
pesawat. Sasampunipun dumugi ing bandara, jebul pesawat sampun
bidhal. Tiyang jaler punika mangkel lan gela, awit wonten tanggel
jawab padamelan ing kitha sanès ingkang kedah dipun ayahi.
Piyambakipun lajeng pados tikèt pesawat malih supados saged
bidhal ing dinten punika ugi. Nalika nengga wekdalipun bidhal,
piyambakipun mireng pawartos bilih pesawat ingkang kalawau
sampun mabur kénging alangan. Tiyang jaler punika kagèt lan
rumaos begja. Piyambakipun lajeng celathu, ”Gusti isih nresnani
aku, mula aku slamet. Jebul, pitulungané Gusti élok ing titi mangsané.”
Pangucapipun tiyang jaler punika mratélakaken pangucap sokur
awit sampun nampi pangayoman saking Gusti. Nanging kados
pundi tumrap braya tingkang nandhang sungkawa? Punapa
tembung ingkang kaucapaken déning tiyang jaler punika cocok
kaliyan kawontenan ingkang nembé dipun tampi? Menawi Gusti
Allah nresani tiyang jaler kalawau, temahan saged uwal saking
alangan, lajeng kénging punapa Gusti Allah boten ngayomi tiyang-
tiyang sanèsipun? Punapa punika ateges bilih Gusti Allah pilah-
pilih anggènipun nresnani manungsa? Mekaten pitakènan ingkang
tuwuh ing salebeting manahipun manungsa, sesambetan kaliyan
manéka warni momotaning gesang. Wonten ugi pemanggih bilih
momotaning gesang punika wujuding paukuman saking Gusti
Allah awit dosa-dosa ingkang katandukaken. Mila tiyang-tiyang
ingkang kamomotan kaatag supados mratobat, satemah saged
uwal saking kasisahan. Pangatag kanggé mratobat temtu kémawon

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 91


prelu lan kedah katindakaken. Émanipun, pemanggih kados mekaten
saged damel tiyang ngakimi tiyang sanès lan nganggep sanèsipun
punika mursal utawi kapir. Pemanggih ingkang mekaten punika
ateges matesi sih katresnanipun Allah dhateng manungsa.

Para sedhèrèk ingkang kinasih,


Waosan sabda samangké nuntun kita ngraos-raosaken
rancanganipun Gusti Allah ingkang nuwuhaken kasaénan tumrap
manungsa. Rancanganipun Gusti punika wiyar lan ageng sanget,
boten saged kajangkung déning pangertosaning manungsa.
Pakaryanipun Gusti boten saged dipun watesi déning manungsa.
Pepanggihan antawisipun Gusti Yésus kaliyan pawèstri saking
Kanaan paring piwulang bilih kawilujengan saking Gusti Allah ugi
kaparingaken tumrap bangsa sanès. Kawilujengan peparingipun
Gusti punikaboten winates kagem Bangsa Yahudi.

Tiyang-tiyang Yahudi ngugemi bilih bangsanipun punika bangsa


kang kapiji, suci, lan dipun tresnani déning Gusti Allah. Pangertosan
punika nuwuhaken pemanggih ingkang eksklusif, ingkang nganggep
bangsa sanèsminangk kapir. Prekawis punika cetha sanget kanthi
wontenipun tembung ’anak’ lan ’segawon’ kados ingkang kaserat ing
Injil Matéus. Émanipun, tembung-tembung punika ugi dipun
ngendikakaken déning Gusti Yésus kang katujokaken dhateng pawèstri
Kanaan kalawau. Temtunipun pawèstri Kanaan punika rumaos
boten jenjem awit sampun katampik déning Gusti Yésuslan para sakabat.

Wontenipun pemanggih ingkang eksklusif katingal saking


pangandikanipun Gusti Yésus dhateng pawèstri Kanaan.
Panjenenganipun matesi pakaryanipun namung kanggé bangsa
Israèl kanthi ngendika:”Aku mung kautus marani wedhus-wedhusé
Bani Israèl kang padha ilang baé”. Jebul pemanggih ingkang kados
mekaten ugi ketingal nalika Gusti Yésus ngutus para sakabat.

92 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Panjenenganipun paring piweling supados para sakabat boten
nyimpang dhateng marginipun tiyang kapir. Pangutusan punika
namung kagem ”wedhus-wedhusé Bani Israèl kang katriwal”
(Matius 10:5-6). Menawi kita bandingaken kaliyan kitab Injil
sanèsipun, bab pangutusan punika namung wonten ing Injil Matéus.
Prekawis punika ngemu suraos bilih Injil Matéus kaserat dhateng
tiyang-tiyang Yahudi Kristen, pramila eksklusif-ipun bangsa
Yahudi ketingal sanget. Namung kemawon, waosan Injil Matéus dinten
punika ugi paring pangertosan anyar kanggé ngéwahi pemanggih
ingkang eksklusiftumuju dhateng ingkang inklusif utawi tinarbuka.

Tumindakipun pawèstri Kanaan wau dados jalaranipun.


Sanadyan katampik déning Gusti Yésus, pawèstri Kanaan punika
tetep nekad nyuwun sih-kawelasanipun Sang Kristus. Piyambakipun
ugi nampi dipun wastani segawon. Temtu kemawon tembung
punika kasar sanget. Sejatosipun tembung segawon sampun limrah
kaginakaken ing satengahing pasrawunganipun tiyang-tiyang
Yahudi kanggé mbedakaken antawising bangsa Yahudi kaliyan
bangsa sanès. Bangsa Yahudi dipun wastani anak-anak, déné
bangsa sanès dipun wastani segawon. Nanging tembung segawon
ingkang dipun ngendikakaken déning Gusti Yésus tegesipun béda
kaliyang ingkang limrah dipun ginakaken déning tiyang Yahudi.
Gusti Yésus ngginakaken tembung kunariois, saking tembung
kunarion, ingkang tegesipun kirik utawi segawon ingon-ingonan.
Tembung punika béda kaliyan tembung kuon utawi kuos ingkang
tegesipun segawon liar, ingkang padatanipun dipun ginakaken
kanggé mastani bangsa sanès Yahudi minangka bangsa kapir.
Sanadyan taksih ngagem tembung segawon, ananging Gusti Yésus
paring pangertosan anyar. Sih-kamirahanipun Gusti Allah ugi
katujokaken dhateng bangsa sanès ingkang dipun wastani kapir,
kados déné segawon ingon-ingonan ingkang dipun rimat lan
dipun tresnani déning bendaranipun.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 93


Pambudidayanipun pawèstri Kanaan kala wau ugi nedahaken
bilik piyambakipun boten preduli menawi dipun wastani kapir.
Kawontenan punika boten dados pambengan kanggé nyenyuwun
dhateng Gusti Yésus. Atur wangsulanipun pawèstri wau: ”Kasinggihan
Gusti, nanging segawon rak inggih sami nedha cuwil-cuwilan
ingkang dhawah saking méjanipun bandaranipun” (Matius 15:27).
Tumindak jujur, andhap asor, saha tekad ingkang ageng punika
wujud pambudidayanipun pawèstri Kanaan supados Gusti Yésus
paring pitulungan. Tumindakipun ingkang mekatenpunika dipun
alem déning Gusti Yésus, pangandikanipun: ”Héh, wong wadon,
kok gedhé pangandelmu, mulané katekana apa kang dadi karepmu”.

Para sedhèrèk ingkang kinasih,


Sih-kanugrahanipun Gusti kaparingaken dhateng sadaya titah.
Boten winates. Pikiranipun manungsa piyambak ingkang matesi
pakaryanipun Gusti. Kamangka rancangan saha pakaryanipun
Gusti Allah punikaboten saged kagayuh déning pikiranipun manungsa.
Caranipun Gusti makarya ugi asring tebih saking pangajeng-ajeng
kita. Prekawis punika saged kita panggihaken ing sauruting
lampah gesangipun Yusuf. Matumpa-tumpa kasisahan ingkang dipun
tandang déning Yusuf. Ing satengahing brayat, piyambakipun dipun
sengiti déning sedhèrèk-sedhèrèkipun ngantos dipun sadé dados
batur-tukon ing tanah Mesir.

Yusuf boten sambat sinaosa sampun dikuya-kuya déning


sedhèrèkipun piyambak. Ketingal sanget bilih Yusuf nampi saben
kasisahan lan reribed. Kados déné nalika dipun pitenah déning
garwanipun Potifar ngantos piyambakipun dipun kunjara. Yusuf
tetep setya tuhu dhateng Gusti Allah. Piyambakipun tansah tumindak
saé lan boten ngendhem serik dhateng saben tiyang ingkang naté
nyakiti manahipun. Buktinipun, nalika Yusuf kaangkat dados
pangwaos ing Mesir, Yusuf paring pitulungan dhateng sedhèrèk-
sedhèrèkipun ingkang sami dhateng Mesir kanggé nempur gandum.
Ing satunggaling pepanggihan Yusuf ngendika dhateng sedhèrèk-

94 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


sedhèrèkipun: ”Nanging saiki aja padha susah lan aja nggrantes, awit
saka anggonmu wus ngedol aku mréné, awit Gusti Allah kang ngutus
aku ndhisiki kowé supaya mitulungi urip”.Yusuf pancèn boten
kesupèn dhateng sedhèrèk-sedhèrèkipun ingkang sampun nganiaya
piyambakipun. Ananging Yusuf ngraosaken bilih sadaya kasisahaning
gesang punikaboten saged uwal saking rancangan lan pakaryanipun
Gusti Allah ingkang dhatengaken kasaénan tumrap Yusuf punapa
déné brayatipun.

Lumantar cariyosipun Yusuf punika kita saged sinau bilih


rancangan saha pakaryanipun Gusti Allah kadhangkala tebih
saking pamawas kita lan saged ugi nyakitaken manah. Menawi
kita saged nentremaken dhiri, nampi sadaya kahananing gesang
kanthi kebaking pangucap sokur, temtu lampah kita dados
ènthèng lan sekéca. Sageda kita nampi sadaya karibedaning
gesang tanpa nyalahaken dhiri utawi tiyang sanès. Sinaosa
panandhang ingkang dipun sanggi punika awrat, nanging tetep
mbudidaya gesang ingkang saé. Kados déné Yusuf ingkang setya
tuhu dhateng marginipun Gusti Allah saha tetep tumindak saé
dhateng sedaya tiyang, mirungganipun dhateng tiyang-tiyang
ingkang sampun naté damel serik manahipun.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Minangka umat kagunganipun Gusti, sumangga kita sami
mbabaraken sih-katresnanipun Gusti dhateng sesami. Sampun
ngantos kita matesi sih kamirahanipun Gusti Allah ingkang ugi
kaparingaken dhateng sadaya titah. Sinaosa, kita ugi ngraosaken
bilih wonten sawetawis tiyang ingkang nampik sih-kanugrahaning
Gusti punika. Tansaha mbudidaya kasaénan, supados tiyang-tiyang
ingkang nampik Gusti Allah punika saged ngraosaken katresnanipun.
Kados déné pangandikanipun Rasul Paulus: ”mangkono uga wong
iku saiki iya padha ora mbangun-miturut, supaya awit saka sih-
piwelas kang wus kaparingaké marang kowé iku, wong mau iya
bakal padha olèh sih-piwelas.” Gusti mberkahi kita. Amin.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 95


Senin, 17 Agustus 2020
Hari Ulang Tahun ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia
(Merah)

TEMA PERAYAAN IMAN


Tuhan Mau Memerdekakan. Maukah Kita Dimerdekakan?

TUJUAN
4. Jemaat mensyukuri karya Allah yang memerdekakan
5. Jemaat terdorong untuk memerdekakan orang lain yang hidup
dalam belenggu

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Yesaya 66:18-23
Mazmur Tanggapan : Mazmur 130
Bacaan II : Galatia 5:13-15
Bacaan III : Matius 8:1-3

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Roma 6:17-18
Petunjuk Hidup Baru : 1 Petrus 2:15-17
Persembahan : Markus 12:43-44

NYANYIAN LITURGIS
Bahasa Indonesia
6. Nyanyian Pujian : KJ 336:1-4
7. Nyanyian Penyesalan : KJ 25:1-3
8. Nyanyian Kesanggupan : KJ 249:1,3
9. Nyanyian Persembahan : KJ 337:1-3
10. Nyanyian Pengutusan : PKJ 176:1,2

Bahasa Jawa
6. Nyanyian Pujian : KPJ 356:1,2
7. Nyanyian Penyesalan : KPJ 97:1,2
8. Nyanyian Kesanggupan : KPJ 360:1-4
9. Nyanyian Persembahan : KPJ 182:1-3
10. Nyanyian Pengutusan : KPJ 359:1,2,3

Pdt. Damar Kinandi Putera (GKJ Kroya, Cilacap)

96 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Allah, di dalam Yesus Kristus, adalah Allah yang mendatangkan
kemerdekaan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Allah
memerdekakan manusia dari kuat kuasa dosa yang selalu
membawa manusia pada kesengsaraan hidup. Karya Allah di
dalam Yesus Kristus menyelamatkan umat manusia. Kemerdekaan
bagi orang percaya terjadi dalam keseluruhan aspek kehidupannya,
baik jasmani maupun rohani. Untuk bisa menerima karya
penyelamatan Allah yang memerdekakan itu, orang percaya perlu
memulainya sejak di dalam pikiran dan hatinya. Kemerdekaan
sering kali berubah menjadi sebuah konsep yang ilusif.
Kemerdekaan dimaknai sebagai keadaan yang sebebas-bebasnya
untuk mengekspresikan kehendak manusia. Terfasilitasinya
kehendak bebas manusia sebebas-bebasnya menjadi ukuran
sebuah kemerdekaan. Padahal acap kali kehidupan manusia
menjadi sangat terbelenggu justru oleh kehendak bebasnya
sendiri. Manusia menjadi terpenjara oleh kehendaknya sendiri.
Kehidupannya dikendalikan sedemikian rupa oleh kehendaknya
sendiri. Ia diperbudak oleh kehendaknya tanpa pernah merasa
perlu untuk memikirkan Tuhan atau sesamannya. Keadaan seperti
inilah yang dengan mudah membuat manusia jatuh ke dalam dosa.

Kemerdekaan yang sejati bukanlah ”kemerdekaan untuk”


melainkan ”kemerdekaan dari”. Bebas mengekspresikan kehendak
bukan kemerdekaan yang sesungguhnya. Kita sungguh-sungguh
merdeka jika kita terbebas dari pengaruh apapun yang membelenggu
hidup kita, termasuk di dalamnya kehendak kita sendiri.

KETERANGAN BACAAN
Yesaya 66:18-23
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Ini adalah
peribahasa untuk menunjukkan bahwa setiap masyarakat memiliki
kultur atau budayanya masing-masing. Masyarakat yang beragam
itu memiliki alam pikir masing-masing yang melahirkan norma-
Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 97
norma kehidupan yang dipakai untuk mengatur tata tertib
pergaulan dan kehidupan masyarakat itu sesuai keberadaan
mereka di daerahnya masing-masing. Masyarakat Yahudi atau
umat Israel pun memiliki kultur atau budaya atau norma-norma
kehidupan yang menjadi ”langit dan bumi” mereka. Namun, pada
masa pembuangan, umat Israel kehilangan ”langit dan bumi”
tempat mereka hidup. Mereka menjadi bangsa yang dijajah yang
hidup di bawah aturan bangsa lain, bahkan mereka telah tercerabut
dari tanah pusaka mereka karena dipaksa hidup di tanah
pembuangan. Bangsa Yahudi telah menjadi budak atau bangsa
terjajah di tanah pusaka bangsa lain. Kehidupan semacam itu pasti
penuh penderitaan.

Dalam situasi demikian itulah nabi Yesaya memberitakan


janji Allah yang akan membebaskan umat Israel dari penderitaan
yang mereka alami di tanah pembuangan. Allah menjanjikan
sebuah ”langit dan bumi yang baru” kepada umat Israel. Allah
berkehendak untuk memulihkan kembali seluruh kehidupan
umat. Yerusalem, yang menjadi simbol kehidupan budaya dan
keagamaan serta kehidupan politis umat Israel, akan dipulihkan
kembali. Allah akan mengembalikan bangsa Israel kepada tanah
pusaka mereka, memulihkan kembali tatanan kehidupan umat
Israel. Tidak cukup sampai di situ, Allah juga berjanji untuk
menempatkan seluruh bangsa yang hidup di sekitar umat Israel
untuk melihat kemuliaan Allah. Artinya, sebagai sebuah bangsa,
umat Israel akan mendapat pengakuan kembali secara sosial,
ekonomi, dan politik dari seluruh bangsa. Martabat bangsa Israel
akan dipulihkan kembali dengan dibebaskannya mereka dari
penjajahan.

Mazmur 130
Ada saja orang yang memiliki gambaran akan Tuhan seperti
seorang tua yang kaku, yang suka duduk di singgasana-Nya
dengan tongkat kekuasaan-Nya, mengawasi manusia dan selalu
98 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
bersiap untuk memberikan hukuman kepada manusia yang melakukan
kesalahan. Tuhan digambarkan sebagai seorang pemarah yang tak
kenal ampun kepada mereka yang berbuat salah. Penggambaran
seperti ini memperkenalkan wajah Tuhan yang penuh amarah
dan angkara murka.

Namun, pengalaman pemazmur dalam peziarahan imannya


berkata lain. Di dalam kesusahan yang dialaminya, bahkan tatkala
pemazmur merasa bahwa kesusahannya terjadi karena kesalahan
yang dibuatnya, dia menemukan bahwa Allah adalah selalu
menyediakan tempat bagi sebuah pengampunan. Allah yang
demikian selalu menjadi tempat bagi pemazmur untuk menaruh
harapannya. Allah yang penuh kemurahan dan pengampunan itu
selalu dinanti-nantikan pemazmur untuk memberikan kelegaan
dan pembebasan. Allah yang dikenal oleh pemazmur adalah Allah
yang disegani karena Ia murah hati dan selalu siap sedia dengan
pengampunan selain hukuman. Allah bukanlah Allah yang
pemarah, penuh dengan angkara murka, dan selalu menaruh
dendam kepada manusia dengan semua hukuman yang telah
disiapkan. Alih-alih menghukum manusia atas kesalahannya,
dalam pengalaman iman pemazmur, Allah justru menyediakan
jalan keluar, pembebasan, bagi umat Israel dari seluruh kesalahan
yang telah diperbuat.

Galatia 5:13-15
Kemerdekaan Kristen dicapai hanya semata berdasarkan
kesadaran kita akan anugerah kasih Allah sebagaimana telah
dinyatakan-Nya dalam karya pelayanan Yesus yang penuh
totalitas. Anugerah kasih Allah itu membebaskan manusia dari
dosa dan rupa-rupa perhambaan. Manusia tidak lagi diikat oleh
aneka rupa aturan seperti Taurat untuk memperoleh keselamatan
hidupnya. Manusia tidak lagi hidup dalam aneka rupa perhambaan,
termasuk menghamba pada kehendaknya sendiri. Anugerah dari
Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 99
Allah dan imanlah yang memampukan manusia untuk tetap
tinggal dalam kasih dan hidup dengan digerakan oleh kasih. Dapat
dikatakan bahwa kasih Allahlah yang memerdekakan kehidupan
orang beriman agar mereka dibebaskan dari belenggu dosa,
belenggu perhambaan, dan belenggu aturan duniawi sehingga
kasih Allah dapat dinyatakan dengan bebas melalui kehidupan
manusia dengan sesamanya.

Itulah sebabnya kemerdekaan itu bukanlah ”kemerdekaan


untuk”, yaitu kemerdekaan dalam pengertian bebas untuk
melakukan segala sesuatu yang kita kehendaki. Kemerdekaan seperti
ini rawan untuk kembali berubah menjadi perhambaan sebab
manusia bisa diperhamba oleh kehendaknya sendiri. Apabila ini
terjadi, betapa manusia bisa kembali terjatuh dalam dosa,
melakukan perbuatan dosa. Oleh karenanya, Paulus menekankan
bahwa kemerdekaan itu bukan berarti merdeka untuk melakukan
perbuatan dosa. Kita dimerdekakan oleh kasih Allah semata-mata
agar kasih Allah itu dapat dengan bebas terpancar melalui
segenap kehidupan kita bersama dengan sesama kita, sehingga
hubungan manusia satu sama lain dipenuhi oleh kasih dan dunia
ini hidup dalam tatanan kasih.

Kemerdekaan itu adalah ”kemerdekaan dari”; sebuah


keadaan bebas dari aneka belenggu (dosa, perhambaan, tekanan
aturan, dll) yang membuat manusia bisa dengan segenap
totalitasnya mendayagunakan hidupnya bagi nyatanya kasih
Allah kepada sesama dan dunia ini.

Matius 8:1-13
Untuk memperlihatkan kuasa Yesus, penulis Injil Matius
sering memberikan cerita mengenai Yesus yang berhadapan
dengan kekuasaan, baik itu kuasa duniawi/jasmani (Romawi,
penyakit) maupun kuasa rohani (pemuka agama Yahudi, roh
jahat). Melalui aneka rupa cerita itu, kita bisa melihat betapa
100 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
kuasa yang dimiliki Yesus demikian besar sehingga memiliki
pengaruh kuat, dapat mengalahkan kuasa-kuasa lain, sehingga
banyak pihak dibebaskan dari aneka rupa penyakit, roh jahat,
pandangan yang diskriminatif, beban sejarah maupun moral, dsb.
Yesus digambarkan sedemikian rupa berpihak kepada orang yang
secara sosial politis berada dalam posisi marginal. Keberpihakan
Yesus selalu ditunjukkkan dengan aksi nyata yang mendatangkan
keadilan, kesembuhan, dan pembebasan bagi orang yang tertindas.

Melalui bacaan kali ini, kita membaca dua cerita Yesus


menyembuhkan orang sakit, yaitu seorang dengan sakit kusta dan
seorang hamba dari seorang perwira di Kapernaum yang menderita
sakit lumpuh. Menderita sakit kusta, pada zaman itu, merupakan
sebuah aib tersendiri oleh karena anggapan bahwa penyakit kusta
adalah kutukan, upah dosa manusia. Ketika Yesus ditanya oleh si
kusta mengenai kesediaan-Nya menyembuhkan penyakit kusta
yang dideritanya, Yesus menjawab dengan tanpa ragu bahwa Ia
bersedia. Yesus tidak melihat si kusta sebagai pendosa yang layak
dihukum dengan penyakitnya itu. Yesus justru berbelas kasihan dan
bertindak menyembuhkannya. Selain mendapatkan kesembuhan
secara fisik, si kusta menerima pemulihan martabat sebagai manusia
secara sosial. Kesembuhannya mematahkan anggapan mengenai
kutukan Allah dan membebaskannya dari stigma negatif sebagai
orang terkutuk.

Orang Israel memiliki pandangan yang sangat eksklusif dalam


pergaulan mereka dengan bangsa-bangsa lain. Mereka merasa
sebagai umat perjanjian/pilihan Allah dan bangsa di luar bangsa
Israel yang hidup di luar hukum Taurat dilihat sebagai bangsa
yang jauh dari anugerah Allah. Dengan mengabulkan permintaan
seorang perwira Romawi di Kapernaum untuk kesembuhan
hambanya yang sakit lumpuh, Yesus tidak sekadar sedang berbelas

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 101


kasihan saja. Yesus telah mematahkan anggapan eksklusif bangsa
Israel. Karya penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus juga
berlaku bagi seorang Romawi yang adalah orang yang tidak
mengenal Allah sebagaimana Taurat mengajarkannya kepada
umat Israel. Tidak hanya menyembuhkan hambanya, Yesus juga
memuji iman perwira Romawi tersebut sebagai orang yang
memiliki iman jauh lebih besar daripada orang Israel sendiri.
Pujian ini tentunya bukan tanpa dasar sebab, sebagai seorang
tentara, cara berpikir perwira Romawi itu menunjukan cara
beriman yang benar kepada Allah. Sebagai tentara yang sangat
akrab dengan sikap hormat kepada pimpinan, perwira Romawi
itu menempatkan Allah layaknya seorang pemimpin hidupnya.
Apapun perintah yang diberikan oleh Yesus diyakininya akan
mendatangkan kesembuhan bagi hambanya. Iman perwira
Romawi ini melintasi batas sekat perbedaan budaya dan
kepercayaan dan iman ini yang menyelamatkan hidup hambanya.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Karya Allah berlangsung sejak awal mula sampai pada
kesudahan zaman. Allah adalah kasih dan seluruh pekerjaan yang
dilakukannya bagi manusia di dunia ini adalah untuk menyatakan
kasih-Nya kepada manusia. Kasih Allah dinyatakan kepada manusia
dalam karya-karya-Nya yang memerdekakan manusia dalam
berbagai bidang kehidupan manusia.

Pada kisah umat Israel di tanah pembuangan, nabi Yesaya


memberitakan karya Allah yang memerdekakan dan memulihkan
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik bangsa Israel. Pemazmur
mengungkapan Allah yang dikenalnya sebagai Allah yang
membebaskannya dari rasa bersalah dan memberikan jalan
keluar kepada manusia yang telah melakukan kesalahan di
hadapan Allah.

102 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Kasih Allah adalah anugerah yang diterima oleh manusia dan
iman kita kepada-Nya akan menuntun kita untuk menerima
kemerdekaan yang sejati. Dalam Injil Matius, kita melihat karya
Allah yang memerdekakan bagi si kusta yang ditahirkan. Ia
mengalami pemulihan, tidak hanya secara fisik, tetapi juga
martabatnya secara sosial. Karya Allah juga berlangsung melewati
batasan yang dibuat oleh pandangan manusia yang eksklusif
dengan disembuhkannya hamba seorang perwira Romawi di
Kapernaum yang menderita sakit lumpuh.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MENGALAMI KEMERDEKAAN YANG SEJATI

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,


Ada sebuah paradoks yang muncul saat kita berbicara
mengenai kemerdekaan. Kemerdekaan sering diasumsikan
sebagai sebuah keadaan ketika manusia bisa dengan bebas
mengekspresikan kehendaknya. Oleh karena itu segala sesuatu
yang menghalangi manusia untuk melaksanakan kehendaknya
adalah sebuah bentuk penjajahan atau perbudakan. Namun,
sangatlah mungkin terjadi bahwa manusia pada gilirannya
dipenjara oleh kehendaknya sendiri. Manusia menjadi sedemikian
menderita karena terbelenggu oleh kehendaknya yang selalu
menuntut untuk terlaksana. Semula yang menjadi ukuran dari
kemerdekaan adalah terlaksananya kehendak manusia. Namun,
ada saat ketika kehendak itu memenjarakan hidup manusia
sedemikian rupa sehingga hidupnya semata-mata diabdikan bagi
terlaksananya kehendaknya itu.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 103


Apabila kita merenungkan kenyataan seperti itu maka kita
bisa merefleksikan bahwa sejatinya kemerdekaan itu bukanlah
”tindakan untuk”. Maksudnya, kemerdekaan tidak bisa dimaknai
sebagai tindakan untuk melakukan segala sesuatu demi terlaksananya
kehendak kita sendiri. Apabila demikian, kemerdekaan hanya
menjadi sebuah ilusi belaka karena pada gilirannya kehendak
manusia itu sendiri yang akan merenggut kemerdekaan manusia.

Dalam terang iman Kristen, sebagaimana telah diteladankan


oleh Yesus sendiri, kemerdekaan bisa dialami oleh orang Kristen
justru ketika manusia mau menyerahkan segenap kehidupannya
pada kehendak Allah Bapa di surga. Kehendak Allah adalah untuk
menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia di dunia ini. Hal ini
diwujudkan dengan melakukan karya-karya yang mendatangkan
kemerdekaan bagi manusia sehingga manusia bisa hidup dalam
kasih-Nya dan berbagi kasih dengan sesamanya dan dunia.

Paulus mengatakan kepada jemaat di Galatia bahwa


kemerdekaan diperoleh orang Kristen oleh karena anugerah
kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Iman kepada Allah dalam
Yesus Kristus inilah yang menuntun manusia untuk hidup dalam
kasih Allah yang memerdekakan itu. Manusia telah dimerdekakan
dari dosa dan rupa-rupa perhambaan. Oleh karena itu, panggilan
hidup manusia adalah untuk menyatakan kasih Allah, yang telah
dialaminya itu, dalam kehidupan dengan sesamanya di dunia ini.
Kemerdekaan bukan sesuatu yang abstrak. Kemerdekaan itu
harus dialami dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Bagi
Paulus, kemerdekaan orang Kristen haruslah terwujud dalam
sikap saling mengasihi dan melayani. Setiap kebebasan yang
dimiliki bukan menjadi alat untuk memaksakan kehendak
ataupun menindas orang lain. Paulus mengingatkan akan
bahayanya kehancuran apabila kebebasan itu dipahami tanpa
batas. Untuk memahami sebuah kemerdekaan yang sejati maka

104 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


harus mampu melihat bahwa orang lain sebagai orang yang
merdeka. Sikap saling mengasihi dan melayani adalah jembatan
untuk bisa menghargai kemerdekaan orang lain serta mengalami
kemerdekaan yang sejati.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Melalui nubuatan Nabi Yesaya, kita dapat melihat bahwa
karya Allah yang memerdekakan itu bekerja menyentuh aspek
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik umat Israel. Allah berkenan
untuk membebaskan bangsa Israel di tanah pembuangan dari
penjajahan bangsa lain. Allah akan memberikan ”langit dan bumi
yang baru” kepada umat Israel. Yerusalem, sebagai simbol pusat
kehidupan umat Israel dalam bidang sosial budaya dan keagamaan
serta bidang politik, akan dipulihkan kembali. Allah akan
mengembalikan umat Israel kepada tanah pusaka mereka.
Kemerdekaan yang dijanjikan Allah kepada umat Israel adalah hal
yang sangat nyata dalam aspek sosio-kultural, ekonomi, dan
politik bangsa Israel. Allah ikut bekerja untuk menghadirkan
kemerdekaan yang seutuhnya bagi bangsa Israel. Dengan
demikian, ada pengakuan bahwa kemerdekaan sebuah bangsa itu
tidak lepas dari anugerah Allah. Pengakuan semacam ini juga
muncul dalam Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia tidak serta merta diraih dengan
kekuatan manusiawi saja, melainkan juga atas kuasa dan rahmat
Tuhan. Pernyataan religius ini menjadi penegas bahwa karya
Allah senantiasa bekerja dalam perjuangan bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaannya, bahkan sampai sekarang ini.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Melalui cerita Injil Matius, kita bisa melihat bahwa kasih Allah
dalam karya-Nya yang memerdekakan itu sangat berkuasa untuk
memberikan kebebasan kepada mereka yang tertindas. Orang
yang sakit kusta adalah mereka yang tertindas, baik secara

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 105


jasmani maupun rohani. Selain tubuh yang menderita karena
sakit, mereka juga mengalami ketertindasan budaya karena
pandangan masyarakat yang menganggap mereka sebagai orang
yang terkutuk oleh karena kusta yang dideritanya. Dengan
mentahirkannya, Yesus telah melakukan karya yang memerdekakan
si kusta dari penderitaannya secara fisik maupun rohani.
Demikian pula yang dialami oleh seorang hamba dari seorang
perwira Romawi di Kapernaum. Kesembuhan yang dialami hamba
yang menderita lumpuh itu memperlihatkan kasih Allah yang
dinyatakan dalam karya yang memerdekakan bagi manusia
melewati batasan eksklusif mengenai janji keselamatan. Allah
berkenan berkarya kepada seluruh umat manusia yang menaruh
kepercayaan kepada-Nya tanpa dibatasi oleh ikatan budaya dan
kepercayaan agama.

Jika Allah dalam bertindak melampaui batas ikatan budaya


dan agama, maka semestinya umat Tuhan dalam bertindak dan
bekerja bagi bangsa Indonesia ini tidaklah dibatasi oleh sekat-
sekat primordialisme. Semua ikut bekerja dan bekerja sama demi
keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,


Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia pernah mengalami masa-
masa pasang surut. Tentunya ada kegagalan ataupun keberhasilan
dalam membangun kehidupan di negeri ini. Sikap-sikap saling
menyalahkan, menuduh, dan curiga atas situasi yang terjadi pada
masa lalu maupun sekarang hanya akan menjadi penghambat
dalam proses memperbaiki dan memajukan bangsa Indonesia.
Menjadi bangsa yang merdeka hendaknya ditunjukkan juga dengan
sikap murah hati dan memaafkan. Pemazmur memberikan kesaksian
iman mengenai Allah sebagai Allah yang pemurah yang
menyediakan pengampunan atas pelanggaran dan kesalahan
106 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
umat Israel. Allah membebaskan manusia dari rasa bersalah dan
memberikan jalan keluar dari kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh manusia. Menjadi merdeka adalah terbebas dari rasa
bersalah serta kebencian-kebencian dan kemarahan.

Melalui berbagai kisah dalam perikop Alkitab hari ini, kita


bisa menyaksikan bahwa kehendak Allah adalah semata-mata
untuk menyatakan kasih-Nya kepada manusia dan dunia ini.
Kasih-Nya dinyatakan dalam karya-karya yang memerdekakan
umat manusia dari aneka macam belenggu yang menghalangi
manusia untuk hidup dalam anugerah kasih Allah. Kasih Allah ini
memerdekakan manusia dalam keseluruhan aspek kehidupannya
agar manusia juga bisa menyatakan kasih kepada sesamanya dan
dunia ini. Dengan demikian, dalam pergaulannya dengan sesama
dan dalam tanggung jawabnya mengelola kehidupan di tengah
dunia, manusia dapat menyatakan kasih Allah.

Namun, sering kali manusia terjebak dalam kehendak


pribadinya. Kehendak manusia menjadi penghalang untuk
memahami kehendak Allah yang semata-mata kasih. Oleh karena
itu, manusia menjadi terpenjara dalam dunia ini, hidupnya
menjadi tidak merdeka. Kemerdekaan yang sejati harus dimulai
sejak dalam pikiran dan hati manusia yang tertuju pada Tuhan.
Allah mau memerdekakan manusia, maukah kita dimerdekakan
oleh Allah? Iman kita kepada kasih Allah itulah yang menyelamatkan
kita, memberikan kemerdekaan yang sejati kepada kita dalam
seluruh aspek kehidupan kita. Kiranya Tuhan memberkati. Amin.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 107


KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

MENINGI KAMARDIKAN INGKANG SEJATI

Pasamuwan ingkang kinasih,


Ing satengahing gesang, taksih wonten sawetawis tiyang
ingkang klèntu anggènipun mangertosi babagan kamardikan.
Kamardikan dipun tegesi saben tiyang bébas nindakaken sedaya
pepénginanipun. Mila sedaya perkawis ingkang mambengi
pepénginanipun punika kaanggep wujuding penjajahan. Menawi
mekaten, manungsa sampun kajajah déning pepénginanipun
piyambak. Manungsa lajeng rumaos sangsara nalika pepénginanipun
boten kalampahan. Ukuraning kamardikan inggih punika sedaya
pepénginan saged kaleksanan. Kanthi mekaten, manungsa
sampun kakunjara déning pepénginanipun. Gesangipun namung
ngabdi dhateng sedaya pepénginan. Menawi kita raos-raosaken
kasunyataning gesang ingkang kados mekaten, temtu kamardikan
punikasanès pambudidaya kanggé mujudaken sedaya pepénginanipun
manungsa. Kamardikan ingkang kados mekaten namung dados
ilusi. Saben pepénginan punika saged dados blenggu tumraping
kamardikan ingkang sejati.

Ing kapitadosanipun tiyang Kristen, kados déné tuladhanipun


Gusti Yésus, kamardikan punika saged dipun raosaken nalika
manungsa purun masrahaken gesangipun dhateng karsanipun
Allah Sang Rama. Karsanipun Gusti Allah inggih punika mujudaken
sih-katresnanipun tumrap sedaya manungsa ing jagad punika.
Bab punika saged kalampahan kanthi pakaryan ingkang saged
damel kamardikaning sesami temahan saben tiyang saged gesang
ing katresnanipun Gusti lan andum katresnan dhateng jagad.

108 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Dhumateng pasamuwan ing Galatia, Rasul Paulus ngendika
bilih kamardikaning tiyang Kristen punika awit saking sih-
kamirahanipun Gusti Allah wonten ing Sang Kristus. Kapitadosan
dhateng Gusti Allah wonten ing Sang Kristus punika ingkang
nuntun manungsa kanggé gesang ing salebeting sih-katresnanipun
Gusti Allah ingkang mardikakaken. Manungsa sampun mardika
saking panguwaosing dosa lan rupi-rupi pangawulan dhateng
jagad. Mila Gusti nimbali kita supados mbabaraken sih
katresnanipun ingkang sampun kita raosaken. Kamardikan
punikasanès prekawis ingkang boten genah utawi ing awang-
awang. Kamardikan punika kedah nyata karaosaken déning
manungsa ing samukawis gesangipun. Tumrap Rasul Paulus,
kamardikanipun tiyang Kristen punika dipun buktèkaken kanthi
tresna-tinresnan lan sami déné ngladosi. Kamardikan sanès
pirantos kanggé nggega pikajengipun piyambak utawi nindhes
sesaminipun. Rasul Paulus ngémutaken bilih kamardikaning
manungsa ingkang boten winatés punika saged mbebayani, awit
saged ngrisak gesangipun manungsa. Supados saged ngraosaken
kamardikan ingkang sejati, mila kita kedah saged nyawang bilih
tiyang sanès ugi gadhah kamardikanipun piyambak. Tumindak
tresna-tinresnan lan sami déné ngladosi saged dados jembatan
kanggé ngurmati kamardikanipun tiyang sanès sarta saged
meningi kamardikan ingkang sejati.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Lumantar pamecanipun nabi Yésaya, kita saged mirsani bilih
pakaryanipun Gusti Allah ingkang mardikakaken bangsa Israèl
punika karaosaken ing babagan sosial, ekonomi, lan politik.
Gusti Allah ngersakaken supados bangsa Israèl saged uwal saking
panguwaosipun bangsa sanès. Gusti Allah prajanji badhé maringi
”langit lan bumi anyar” dhateng bangsa Israèl. Yérusalèm minangka
lambang punjering gesangipun bangsa Israèl ing babagan adat-

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 109


sosial, agami, sarta politik, badhé dipun pulihaken déning Gusti
Allah. Gusti Allah badhé nuntun bangsa Israèl wangsul malih
dhateng papan panggènanipun piyambak. Kamardikan peparingipun
Gusti Allah punika saged karaosaken ing sawetahing gesangipun
bangsa Israèl. Gusti Allah tumut makarya kanggé kamardikanipun
bangsa Israèl. Kanthi mekaten, wonten pangaken bilih kamardikaning
satunggaling bangsa punikaboten saged uwal saking sih
kanugrahaning Gusti Allah. Pangaken kados mekaten ugi cetha
kaserat ing Pembukaan UUD 1945 ingkang nélaaken kanthi cetha
bilih kamardikaning bangsa Indonésia boten namung saking
pambudidayaning manungsa kemawon, ananging ugi awit saking
panguwaos saha peparingipun Gusti Allah. Prekawis punika
nedahaken bilih Gusti Allah tansah makarya ing saklebeting bangsa
Indonésia ngupadi kamardikanipun ngantos titi wanci samangké.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Lumantar waosan Injil Matéus, kita ugi saged ningali sih-
pakaryanipun Gusti Allah dhumateng tiyang-tiyang ingkang
katindhes. Tiyang budhugen kaangep tiyang ingkang katindhes
sacara kajasmanèn lan karohanèn. Kejawi raganipun ingkang
nandhang sesakit, tiyang budhugen ugi sakit manahipun, amargi
dipun singkiraken ing gesang pasrawungan. Sakit karana
budhugen dipun wastani paukuman saking Gusti Allah, mila
tiyang budhugen punika tiyang ingkang najis. Pitulunganipun
Gusti Yésus dhateng tiyang budhugen punika boten namung
nyarasaken sesakitipun ananging ugi mbirat najisipun, satemah
saged katampi malih ing satengahing gesang masyarakat.
Mekaten ugi nalika Gusti Yésus nyarasaken abdinipun opsir ing
Kapernaum. Kasarasan ingkang dipun tampi déning abdinipun
opsir Kapernaum punika nélaaken bilih sih-katresnanipun Allah
boten winatés. Pakaryanipun Gusti Allah kababaraken dhateng
sadaya manungsa wonten ing donya punika.

110 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Menawi anggènipun Gusti Allah makarya punikaboten
winatés, mila samesthinipun umat kagunganipun Gusti sami déné
makarya kagem kasaénanipun bangsa Indonésia tanpa winatés.
Sadaya tumut nyambut damel lan sangkul sinangkul kagem
kautuhan lan katentrémaning bangsa Indonésia.

Para sedhèrèk ingkang dipun tresnani Gusti Yésus,


Wonten ing sejarahipun, bangsa Indonésianaté meningi
kawontenan ingkang saé punapa déné ingkang awon. Kadhangkala
kanggé mangun bangsa punika saged kasembadan nanging ugi
meningi kegagalan. Tumindak sami déné cubriya, sami nutuh
punapa nglepataken tumrap kawontenan ingkang kalampahan
ing wekdal kepengker lan mangsa samangké namung dados
pambengan kanggé mulihaken saha nentremaken bangsa Indonésia.
Bangsa ingkang mardika inggih punika bangsa ingkang gadhah
welas asih saha lubèr ing pangapunten. Juru Masmur paring
paseksi bilih Gusti Allah punika Gusti ingkang lubèr ing sih-
kamirahan. Panjenenganipun tansah paring pangapunten dhateng
sadaya panerak lan kalepatanipun umat Israèl. Gusti Allah
nguwalaken manungsa saking raos alit ing manah awit kalepatanipun
saha paring margi kaluwaran satemah manungsa saged nilar
sadaya kalepatan lan dosanipun. Tiyang ingkang mardika punika
tiyang ingkang luwar saking raos klèntu saha uwal saking raos
sengit lan murka.

Para sedhèrèk ingkang kinasih,


Lumantar waosan Kitab Suci samangké, kita saged sinau bilih
karsanipun Gusti Allah inggih punika kababaring sih katresnanipun
Gusti tumrap manungsa lan jagad. Katresnanipun Gusti karaosaken
ing salebeting pakaryan-pakaryang ingkang mardikakaken manungsa

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 111


saking manéka warni blengguning gesang. Kamardikan ingkang
sampun katampi punika kedahipun ndayani kita kanggé nampi
timbalanipun Gusti inggih punika nresnani sesami lan sadaya
titahipun.

Émanipun, manungsa kajiret déning pikajengipun piyambak.


Pikajengipun manungsa saged dados pepalang kanggé ngraos-
raosaken karsanipun Gusti Allah, inggih punika wujuding sih-
katresnanipun. Mila manungsa dados kèlu dhateng ombyaking donya
ingkang saged damel gesangipun boten nampi kamardikan
ingkang sejati. Kamardikan ingkang sejati dipun wiwiti saking
pikiran lan manahipun manungsa ingkang tumuju dhateng Gusti
Allah. Kapitadosan kita dhateng Gusti Allah punika ingkang
milujengaken saha paring kamardikan ingkang sejati ing gesang.
Gusti tansah mberkahi kita sami. Amin.

112 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 23 Agustus 2020
Minggu Biasa XXI (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Pengakuan mewujud dalam tindakan

TUJUAN
Umat memiliki pengakuan iman yang mewujud dalam tindakan nyata

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Keluaran 1:8-2:10
Tanggapan : Mazmur 124
Bacaan II : Roma 12:1-8
Bacaan III : Matius 16:13-20

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Roma 10:9-10
Petunjuk Hidup Baru : Yakobus 2:14-17
Persembahan : Roma 11:36-12:1

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 63:1,2
Nyanyian Penyesalan : KJ 29:1-4
Pujian Kesanggupan : KJ 427:1,3
Pujian Persembahan : KJ 403:1-4
Nyanyian Pengutusan : KJ 426:1,4

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 23:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 64:1,3
Kidung Kesanggeman : KPJ 106:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 89:1-3
Kidung Pangutusan : KPJ 113:1,3

Pdt. Wahyu Purwaningtyas (GKJ Nusukan, Sala)

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 113


DASAR PEMIKIRAN
Bagi masyarakat Jawa, ungkapan yang berbunyi: Gusti punika
tak kena kinaya ngapa, merupakan ungkapan yang tidak lagi asing.
Ungkapan tersebut sering kali dipakai untuk mengingatkan
masyarakat Jawa tentang hakikat Tuhan yang tidak dapat direka-
reka oleh alam pikir manusia yang penuh dengan keterbatasan.
Betapapun demikian, kerinduan masyarakat Jawa untuk mencari,
memaknai, dan membuktikan keberadaan Tuhan itu tetap diberi
ruang, karena hal tersebut merupakan bagian dari upaya mereka untuk
memudahkan pemahaman, sekaligus membantunya merumuskan
bentuk keimanannya.

Sayangnya, dalam kenyataannya, tidak sedikit orang (atau


sekelompok orang) yang memutlakkan “penemuan dan pemaknaannya”
tentang Tuhan sebagai yang paling benar. Terlebih jika hal tersebut
didasarkan pada pengetahuannya tentang Tuhan yang diambilkan
dari agama-agama Semitis, yang notabene justru hadir kemudian.
Akibatnya, alih-alih saling menghargai “penemuan dan pengakuan”
tentang Tuhan, yang ada justru saling menghakimi dan memaksakan
“penemuan serta pengakuannya” tentang Tuhan itu pada yang
lain. Jika hal tersebut terjadi, maka keharmonisan yang merupakan
jiwa masyarakat Jawa (dan juga Indonesia) menjadi terciderai
bahkan terancam.

KETERANGAN BACAAN
Keluaran 1:8-2:10
Bacaan ini merupakan kisah yang menghantar pembaca
untuk mengetahui perubahan situasi yang dialami oleh keluarga
besar Yakub setelah mereka diboyong ke Mesir oleh Yusuf, yang saat
itu menjadi kepercayaan raja Mesir, dibandingkan dengan kondisi
Keluarga Yakub (dibaca: Orang Ibrani) pada zaman Firaun yang
kemudian. Pada zaman Yusuf, orang Ibrani hidup dalam masa keemasan.

114 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Mereka ditempatkan di Gosyen yang subur, diizinkan untuk
menjadi peternak,dipercayai untuk menjaga ternak Firaun, dan
dijadikan warga kehormatan di Mesir. Namun,pada zaman Firaun
yang kemudian, kondisi itu berubah. Terlebih setelah Firaun mengambil
kebijakan yang ekstrem untuk mereka, yaitu memberlakukan kerja
paksa yang sangat keras dan kejam, serta melakukan pembunuhan
terhadap semua bayi laki-laki yang dilahirkan oleh perempuan Ibrani.

Alasan perubahan kebijakan yang diputuskan Firaun itu


selain karena “kisah manis zaman Yusuf” itu tidak lagi terdengar,
juga karena kenyataan bahwa komunitas Ibrani kedapatan
bertumbuh dengan cepat. Bahkan di Keluaran 1:7,9 Firaun
menggambarkannya secara hiperbola: “Orang-orang Israel beranak
cucu, dan tidak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak, dan
dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi
mereka… Bangsa Israel itu sangat banyak, dan lebih besar
jumlahnya dari pada kita…” Dengan kata lain, kebijakan yang tidak
manusiawi tersebut diputuskan oleh Firaun karena merasa
terancam dengan keberadaan orang asing di daerahnya. Terlebih,
orang asing itu jumlahnya semakin berlipat.

Menariknya, dalam situasi penuh dengan ancaman, penindasan,


dan kekerasan, tetap ada pribadi yang mengedepankan nilai-nilai
kemanusiaan. Mereka yang kedapatan melakukan hal tersebut
mayoritas adalah perempuan, yaitu:
 Sifra dan Pua (bidan-bidan yang menolong perempuan
Ibrani): dalam bacaan ini disebutkan bahwa sekalipun mereka
mendapat perintah dari penguasa untuk membunuh tiap bayi
laki-laki yang lahir dari perempuan Ibrani, tetapi mereka
memutuskan untuk tidak melakukannya.
 Kakak perempuan dari bayi yang dihanyutkan ke sungai
(selanjutnya diketahui kalau namanya Miryam): dia memutuskan

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 115


untuk mengikuti pergerakan adiknya yang dihanyutkan, supaya
mengetahui segala hal yang berhubungan dengan dia. Setelah
dia tahu bahwa bayi itu diambil putri Firaun, dia pun
memberanikan diri untuk mencarikan inang penyusu bagi
bayi tersebut, yang notabene adalah ibunya sendiri.
 Putri Firaun: sekalipun dia berada dalam inner circle-nya
Firaun, tetapi dia kedapatan berani untuk menentang kebijakan
dari Firaun dalam hal pembunuhan bayi-bayi. Tanpa ada
ketakutan sama sekali atas kemungkinan hukuman yang
ditimpakan kepadanya jika Firaun tahu apa yang dilakukannya,
dia tetap memutuskan untuk mengambil bayi tersebut dan
mengangkatnya sebagai anaknya.
 Ibu bayi itu (Yokhebed): sekalipun identitasnya sebagai seorang
yang “menyembunyikan” bayi selama tiga bulan akan terungkap,
tetapi dia tetap punya keberanian untuk menghadap putri Firaun.
Dia pun menyediakan diri untuk menyusui bayinya dan
mendidiknya sampai saatnya diserahkan kembali ke putri Firaun.

Hal mendasar apa yang menyebabkan mereka melakukan


tindakan yang pada masa itu tergolong membahayakan hidup
mereka sendiri?
 Untuk Sifra dan Pua, alasannya jelas: mereka takut akan Allah
 Untuk kakak perempuan bayi tersebut: tidak spesifik alasannya.
Kemungkinan karena dia terikat hubungan darah dengan
adiknya. Dan dia ingin memastikan keselamatan adiknya.
 Untuk Putri Firaun: selain karena rasa belas kasihan yang
muncul dalam dirinya ketika mendengar dan melihat bayi itu
menangis, juga bisa karena dia mau menunjukkan bahwa
sekalipun dia berada di lingkaran dalam kekuasaan, tetapi dia
tidak mau terikat dengan kebijakan yang diambil penguasa.
Selain karena dia punya kemerdekaan untuk memutuskan
sendiri hal yang akan dia putuskan, juga karena ia mau

116 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


menyatakan ketidaksetujuannya dengan kebijakan yang tidak
manusiawi.
 Ibu bayi itu: selain karena dia adalah ibu kandungnya, besar
kemungkinan juga dikarenakan dia ingin memberi nutrisi yang
terbaik untuk anaknya dan mau untuk memberikan didikan
seberapa dia mampu untuk melakukannya.

Apapun itu, pelajaran yang bisa diambil dari bacaan ini


adalah:
 Tuhan bisa memakai banyak cara dan banyak pihak (termasuk
mereka yang pada saat itu tidak dianggap, yaitu para perempuan)
untuk terlibat dalam karya keselamatan.
 Tindakan seseorang didasarkan pada kesadaran akan keterhu-
bungannya dengan Tuhan dan sesama. Artinya, jika dia menyikapi
bahwa keberadaan dirinya adalah karena Tuhan, dan Tuhan
memakai dirinya sebagai penolong bagi sesama, maka dia pun
akan melakukan tindakan kemanusiaan. Sebaliknya jika tidak,
maka takut pada Tuhan tidak ada pada dirinya, dan sesama
dianggap sebagai musuhnya.

Mazmur 124
Keterangan yang diberikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia
untuk mazmur ini adalah “nyanyian ziarah Daud”. Sedangkan teks
Masoret menyebutkan bahwa mazmur ini merupakan mazmur
untuk naik ke (kota) Daud. Dengan kata lain, mazmur ini merupakan
mazmur yang biasanya dinyanyikan dalam konteks liturgis. Isinya
menceritakan tentang kesaksian bangsa Israel akan tokoh utama
yang memungkinkan mereka merasakan hal-hal yang luar biasa.

Disebut luar biasa karena saat mereka mendapati manusia


bangkit melawan, menelan hidup-hidup, amarahnya menyala dan
menghayutkan, tetapi mereka dimampukan untuk tetap selamat.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 117


Hal itu disadarinya bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena
ada peran dari Tokoh utama kisah ini. Dan Tokoh utama yang
dimaksudkan itu adalah TUHAN. Karena itu, mereka pun menyatakan
pengakuan imannya dengan formula: “Pertolongan kita adalah dalam
nama TUHAN yang menjadikan langit dan bumi”. Formula
pengakuan iman tersebut terbilang pendek, tetapi didasarkan
pada pengalaman eksistensial keimanan mereka kepada TUHAN.

Roma 12:1-8
Mulai dari pasal 12, Rasul Paulus hendak menjelaskan tentang
respons iman yang mestinya diperlihatkan oleh orang yang
memiliki pengakuan: “Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia,
dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya”.
Bentuk-bentuk dari respons iman yang mestinya diperlihatkan
diantaranya:
 Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup,
kudus, dan berkenan kepada Allah, karena itu ibadah yang sejati.
 Menunjukkan pembaharuan budi, yaitu menyelaraskan seluruh
kehidupannya kepada kehendak Allah, sebab kehendak Allah
itu baik, berkenan dan sempurna.
 Harus menempatkan dan menerima diri dengan tepat, serta
dapat menguasai diri. Orang Jawa mengatakan,bisa rumangsa,
aja rumangsa bisa.
 Menyadari bahwa Allah memberikan karunia yang berbeda
kepada setiap orang, sehingga dimampukan untuk menerima,
mensyukuri, dan menghargai.

Matius 16:13-20
Kisah tentang pengakuan Petrus tidak hanya ditemukan dalam
Injil Matius, tetapi juga dalam Injil Markus dan Lukas. Betapapun
demikian, gelar Yesus yang dicatat oleh ketiga penginjil sinoptis
tersebut berbeda. Matius mencatat: “Engkau adalah Mesias, Anak

118 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Allah yang hidup”. Markus menyebutnya: “Engkau adalah Mesias”.
Sedang menurut Lukas: “Mesias yang dari Allah”. Penyebutan yang
berbeda tersebut dapat dimaklumi karena Injil-injil tersebut
memiliki setting of life-nya masing-masing.

Yang menarik dari kisah ini adalah, apapun gelar yang


disebutkan kepada-Nya, termasuk jika hal tersebut sama sekali
tidak bersinggungan dengan kemesiasan-Nya (seperti terlihat dari
pernyataan orang banyak tentang Yesus), hal itu terlihat tidak
mengganggu Yesus. Hanya saja, terhadap pernyataan Petrus, Yesus
terlihat memberikan respons secara khusus, dengan menyatakan:
“Berbahagialah engkau Simon bin Yunus”.Respons yang seperti itu
disampaikan Yesus bukan pertama-tama karena Petrus menyebut
Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang Hidup, tetapi lebih karena
dasar Petrus menyatakannya bukan karena kata orang, bukan karena
ikut-ikutan suara mayoritas, tetapi karena Bapa yang menyatakan
itu kepadanya.

Atas kenyataan itu jugalah maka kepada Petrus diberi


kehormatan untuk menjadi prototype bagi umat Tuhan yang lain,
terutama dalam hal pengakuan iman otentik yang tidak dipengaruhi
oleh suasana eksternal (baik itu yang berhubungan dengan situasi
politik – disimbolkan dengan penyebutan Kaisarea Filipi yang dijadikan
latar belakang kisah ini; maupun yang berhubungan dengan
situasi sosial – yang digambarkan dengan pengakuan orang banyak
atau pengakuan mayoritas).

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Keberadaan manusia yang penuh dengan keterbatasan
menjadikan manusia tidak memiliki cukup kemampuan untuk
dapat memahami tentang Tuhan. Betapapun demikian, Tuhan
tetap memberi ruang bagi umat-Nya untuk dapat membahasakannya
berdasarkan konteks dan pergumulan yang dihadapinya. Dengan
harapan, melaluinya, umat Tuhan semakin memiliki kedekatan
dengan-Nya dan dapat mengaplikasikan imannya dalam hidup
sehari-hari. Terkait dengan hal tersebut maka:

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 119


 Penghargaan terhadap keberagaman formula pengakuan iman
umat terhadap Tuhan merupakan hal yang mesti dipelihara
demi menghindari kecenderungan untuk menghakimi yang
lain karena terjebak pada pemutlakan akan formula tertentu.
 Kesadaran untuk mewujudkan pengakuan dalam kehidupan
keseharian merupakan hal yang penting dilakukan, sebagaimana
firman yang berbunyi: “iman tanpa perbuatan adalah mati”.
 Perbuatan yang diperlihatkan sebagai perwujudan iman
semestinya terkait dengan kesadaran bahwa pertolongan
kita adalah dalam Tuhan dan juga terkait dengan kepedulian
kita pada sesama.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

PENGAKUAN MEWUJUD DALAM TINDAKAN

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Istilah Tete Manis mungkin asing bagi kita. Selain kurang familier,
juga memang bukan istilah yang lahir dari budaya Jawa. Sekalipun
demikian, jika Saudara tahu lagu “Sio Mama”, tentu saudara pernah
mendengar istilah tersebut. Sebab, dalam lagu ini, kita menemukan
istilah Tete Manis. Lagunya demikian (pengkhotbah bisa menyanyikan,
meminta orang lain menyanyikan, memutar lagu ini, atau menayangkan
videonya; misalnya https://www.youtube.com/watch?v=xtyVyNWZKhk):

Sio Mama

B’rapa puluh tahun lalu waktu beta kacile


Beta ingat tempo itu sio mama gendong-gendong beta
Sambil mama bakar sagu, mama menyanyi buju-buju
Lah sampai besar bagini, beta tak lupa mamae
Refr: Sio mamae, beta rindu mau pulange
Sio mamae, beta so lihat kurus lawange
Beta belum balas mama, mama so capek so dulue
Sio Tete Manise jaga beta pung mamae

120 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Jadi, apa arti Tete Manis dalam lagu tersebut?
Jika pertanyaan tersebut kita ajukan kepada saudara-saudara
kita yang berasal dari Kepulauan Maluku, terutama mereka yang
beragama Kristen, maka mereka akan cepat menjawab bahwa arti
Tete Manis dalam syair lagu itu adalah Tuhan Yesus. Namun,
sebenarnya, dari asal katanya, istilah tersebut tidak pertama-tama
menunjuk kepada Tuhan Yesus, melainkan kepada sosok kakek
yang baik. Tete, digunakan oleh masyarakat Kepulauan Maluku
untuk menyebut kakek, sementara manis bisa berarti baik,
sayang, sabar, dan perhatian. Lalu mengapa artinya berubah dari
“kakek yang baik” menjadi “Tuhan Yesus”? Berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan mahasiswa pasca sarjana dari sebuah
Universitas di Ambon, hal tersebut merupakan bentuk Kristologinya
orang Ambon. Maksudnya, bentuk dan cara orang Ambon
menggambarkandan menghayati tentang Kristus.

Berdasarkan sejarahnya, istilah Tete Manis sebenarnya tidak


ada, Yang ada adalah istilah Tete Momo. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan sosok kakek tua yang kejam dan suka marah
pada anaknya. Istilah Tete Momo familier bagi masyarakat di
kepulauan Maluku karena muncul dalam kisah rakyat dari Maluku
yang kerap didongengkan pada anak-anak sebelum tidur. Harapannya,
melalui kisah atau dongeng tentang Tete Momo, anak-anak dapat
berperilaku baik, sehingga tidak dimarahi oleh kakeknya. Ketika
Injil masuk ke Ambon, demi memudahkan pemahaman orang
akan Yesus, maka mereka pun akhirnya menyebut Yesus dengan
istilah Tete Manis. Lalu apakah tepat jika istilah Tete Manis
dipakai untuk menggambarkan Yesus?

Sebagian generasi muda Ambon zaman sekarang merasa hal


itu tidak tepat. Pertama, di dalam Alkitab, Yesus tidak digambarkan
sebagai sosok kakek-kakek. Kedua, sikap dan perilaku Yesus di

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 121


dalam Alkitab tidak serta-merta sama dengan gambaran Tete
Manis. Kalau sosok Tete Manis cenderung sangat baik, lembut,
selalu membela, dan memanjakan cucunya, tidak demikian halnya
dengan sosok Yesus. Yesus dalam Alkitab tidak selalu digambarkan
dengan seperti itu. Bahkan Yesus seringkali juga digambarkan
sebagai sosok yang tegas dan tanpa tedeng aling-aling saat
berhadapan dengan hal yang tidak benar.

Terlepas dari tepat tidaknya istilah tersebut untuk


menggambarkan sosok Yesus, faktanya banyak orang, terutama
masyarakat Ambon, terbantu memahami dan menghayati sosok
Yesus melaluinya. Selain karena sangat khas dan kontekstual,
melalui istilah tersebut mereka dapat merasakan kasih sayang
yang luar biasa dari Yesus. Akhirnya, perasaan itu membuat
mereka juga terbantu untuk menjalankan aktivitas harian mereka, di
antaranya untuk tetap memiliki pengharapan karena ada Yesus
yang selalu mengasihi mereka.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Sikap orang Ambon yang memahami sosok Yesus berdasarkan
konteks budaya dan berdasarkan refleksinya setelah mendengar
kisah Yesus diceritakan kepada mereka itu sebenarnya juga
diperlihatkan oleh para penulis Injil. Sekalipun mereka sama-
sama berkisah tentang Yesus, tetapi cara mereka membahaskan
Yesus berbeda-beda.Penginjil Matius menyebut Yesus sebagai
Anak Daud, Anak Abraham. Penginjil Markus menyebut Yesus
sebagai Anak Manusia. Penginjil Lukas menyebut Yesus sebagai
Anak Allah. Menariknya, Yesus sendirilah yang memberi kesempatan
kepada para murid untuk menggambarkan diri-Nya berdasarkan
kacamata pribadi.Hal ini tampak dari pertanyaan Yesus kepada
mereka: “Menurut kamu siapakah Aku ini?”

122 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Lebih menarik lagi, hanya Petrus yang merespons
pertanyaan itu. Murid-murid yang lain diam saja. Apakah karena
murid-murid yang lain belum mampu berteologi? Apakah karena
mereka takut salah? Apakah karena mereka tidak spontan seperti
Petrus? Tidak ada keterangan yang detail tentang alasan diamnya
para murid itu. Yang kita tahu adalah bahwa setelah Petrus
mengatakan kepada Yesus bahwa baginya Yesus adalah Mesias,
Anak Allah yang Hidup, Yesus segera meresponsnya dengan
mengatakan:
 berbahagialah Engkau,
 engkau adalah Petrus: di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaat-Ku,
 kepadamu akan kuberi kunci kerajaan sorga.
Sebuah respons yang memiliki makna luar biasa! Dalam respons
tersebut, terlihat bahwa Yesus berkenan akan jawaban Petrus dan
Yesus memberi tanggung jawab istimewa kepada Petrus.

Kenapa bisa begitu? Padahal jika kita memperhatikan perikop


selanjutnya, sekalipun Petrus menyebut Yesus sebagai Mesias,
tetapi pemaknaannya akan Mesias berbeda dengan konsep Yesus.
Buktinya, ketika Yesus menjelaskan bahwa Dia harus menderita
sengsara dan wafat, Petrus segera menarik Yesus dan menyatakan
ketidaksetujuannya. Tentu hanya Yesus yang tahu alasan dari
respons-Nya yang luar biasa itu. Namun, jika kita memperhatikan
pernyataan Yesus sesaat setelah Yesus menyatakan bahwa Petrus
berbahagia, rasanya kita mendapati bahwa salah satu alasan
Yesus adalah karena Petrus menyatakan pengakuan imannya
tentang Yesus itu bukan karena kata orang, bukan karena terpengaruh
suara mayoritas, melainkan karena Petrus mau mendengar suara
Bapa sendiri. Hal tersebut terlihat dari pernyataan Yesus yang
berbunyi: “… bukan manusia yang menyatakan hal itu kepadamu,
melainkan Bapaku yang di sorga”.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 123


Terhadap sikap Petrus yang mendasarkan pengakuan imannya
karena mendengar suara Bapa, Yesus menjadikan Petrus sebagai
prototype kehidupan jemaat. Harapannya, jemaat yang lain pun
bisa memiliki iman yang otentik, yang didasarkan pada
kepekaannya memahami kehendak Tuhan, dan bukan sekadarikut-
ikutan orang. Hal tersebut terlihat dari pernyataan Yesus: “Engkau
adalah Petrus: Dia atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku”.

Hanya saja yang juga tidak boleh dilupakan adalah bahwa


apapun bentuk pengakuan imannya, seharusnya hal tersebut
dapat terlihat juga dalam perilaku, bukan sekadar ucapan. Hal
inilah yang diingatkan oleh Rasul Paulus dalam Surat Roma.
Awalnya, Rasul Paulus menjelaskan tentang pemahaman imannya
kepada jemaat Roma, yang dibingkai dalam pernyataan yang
berbunyi: “Sebab, segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan
kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan selama-lamanya!”. Setelah itu,
Rasul Paulus melanjutkan tulisannya dengan memberi penjelasan
tentang hal konkret yang mesti diperlihatkan oleh orang yang
memiliki pengakuan seperti itu. Pengakuan itu mesti mewujud
dalam tindakan. Adapun hal-hal konkret yang dimaksudkan Rasul
Paulus adalah:
 mempersembahkan tubuh, sebagai persembahan yang hidup,
kudus dan berkenan kepada Allah, karena itu ibadah yang sejati,
 menunjukkan pembaharuan budi, yaitu menyelaraskan seluruh
kehidupannya kepada kehendak Allah, sebab kehendak Allah
itu baik, berkenan, dan sempurna,
 harus menempatkan dan menerima diri dengan tepat, serta
dapat menguasai diri;bisa rumangsa, aja rumangsa bisa.

124 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Ketiga hal yang diungkapakan Rasul Paulus itu tentunya
bukan hal yang mudah untuk dilakukan, sebab semuanya
berhubungan dengan kerelaan untuk memberi, bahkan mengurbankan
diri. Namun, sekalipun tidak mudah, beberapa perempuan yang
hidup pada zaman Musa, dimampukan oleh Tuhan untuk dapat
melakukannya. Mereka adalah Sifra dan Pua, Miryam (kakak
Musa), Ibu kandung Musa, dan Putri Firaun. Mereka tidak secara
verbal menyatakan pengakuan iman mereka. Namun, mereka
bertindak secara konkret; siap berkurban untuk menolak
kekerasan dan mewujudkan kepedulian kepada sesama.

Sifra dan Puaadalah bidan-bidan yang membantu persalinan


para perempuan Ibrani. Perintah Firaun bagi mereka adalah
supaya membunuh bayi laki-laki yang lahir. Namun, mereka tidak
melakukannya sekalipun terancam hukuman dari penguasa.
Kakak Perempuan Musa, Miryam, merelakan diri untuk mengikuti
kemanapun bayi Musa terbawa aliran air sungai. Bahkan dia
berani menemui Putri Firaun untuk mencarikan ibu susu bagi bayi
Musa tadi.Ibu Musa, Yokhebed, berani menyembunyikan bayinya
hingga tiga bulan, sekalipun terancam bahaya jika sampai
ketahuan. Dia pun berani mengambil kesempatan untuk menyusui
dan mendidik Musa, sekalipun bisa saja identitasnya sebagai ibu
yang menyembunyikan bayi itu terbongkar. Sementara itu, Putri
Firaun, sekalipun termasuk inner circle dari penguasa saat itu,
berani memutuskan untuk mengambil dan membesakan bayi
Musa yang notabene adalah anak Ibrani.

Tindakan para perempuan itu berisiko besar. Nyawa mereka


pun terancam. Namun, mereka tetap melakukannya. Hal ini
menunjukkan bahwa keputusan mereka untuk bertindak tidak
didasarkan faktor eksternal, seperti kebijakan penguasa dan rasa
takut pada hukuman. Mereka bertindak berdasarkan rasa takut
akan Tuhan dan rasa kemanusiaan.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 125


Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Kita sendiri bisa jadi dengan mudah merumuskan formula
pengakuan iman kita kepada Tuhan. Kita bisa menggunakan formula
yang lazim digunakan, seperti Pengakuan Iman Rasuli. Kita juga
bisa menggunakan istilah lokal yang sudah diterima dalam
masyarakat, seperti Gusti, Pangeran Yehuwah, atau Tete Manis
tadi. Kita juga bisa menyatakan pengakuan iman berdasarkan
refleksi pribadi terkait karya Tuhan dalam hidup kita.

Hal yang tidak boleh dilupakan adalah kita harus menghargai


keberagaman formula pengakuan iman yang ada, tanpa perlu jatuh
pada pemutlakan atas formula tertentu. Selain itu, pengakuan iman
itu harus mewujud dalam hidup sehari-hari. Terakhir, perwujudan
pengakuan iman itu kiranya tidak didasarkan pada faktor eksternal,
melainkan kesadaran bahwa pertolongan kita adalah dalam Tuhan
dan kebutuhan untuk peduli dengan sesama. Tuhan memberkati.
Amin.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

PENGAKEN INGKANG MAUJUD ING TUMINDAK PADINTENAN

Pasamuwan kagunganipun Gusti Yésus,


Kagem panjenengan sedaya, tembung TÉTÉ MANIS mbok
bilih kalebet tembung ingkang awis-awis kepireng. Malah mbok
bilih wonten ingkang nembé mireng sapunika. Nanging tumrap
ingkang pirsa lagu“Sio mama”, temtu sampun naté mireng
tembung punika, awit lagu punika ngagem tembung Tété Manis.
Lagu-nipun mekaten:

126 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Sio mama

B’rapa puluh tahun lalu waktu béta kacilé


Béta ingat tempo itu sio mama gendong-gendong bétaé
Sambil mama bakar sagu, mama menyanyi puja-puja
Lah sampai besar bagini, béta tak lupa mamaé
Refr: Sio mamaé, béta rindu mau pulangé
Sio mamaé, béta so lihat kurus lawangé
Béta belum balas mama, mama so capek so dulué
Sio Tété Manisé jaga béta pung mamaé
(Pengkotbah saged nyanyi piyambak, maosaken tembung
ing lagu punika, utawi ngagem video)

Sejatosipun, punapa tegesipun Tété Manis? Menawi pitakenan


punika kita aturaken dhateng sedhèrèk kita ing tlatah Ambon saha
kepulauan Maluku, mirungganipun ingkang ngugemi kapitadosan
Kristen, kita badhé pikantuk wangsulan bilih tegesipun tembung
Tété Manis punika inggih punika Gusti Yésus. Nanging sejatosipun,
tembung Tété Manis punika tegesipun kakèk yang baik hati.Tétépunika
tegesipunkakèk, mbak kakung, utawi éyangkakung. Dénémanis
punika tegesipun saé, sabar, kebak katresnan lan welas asih.
Lajeng kenging punapa tembung Tété Manis dipun ginaaken
kagem nggambaraken Gusti Yésus?

Pasamuwan ingkang kinasih,


Wonten penelitian ingkang katindakkaen déning mahasiswa
pasca sarjana saking setunggaling Universitas ing kitha Ambon,
ingkang nyebat bilih bab punika kelampahan minangka wujud
Kristologi-nipun tiyang Ambon. Ateges, punika wujud anggènipun
tiyang Ambon nggambaraken saha ngraosaken bab Gusti Yésus.
Sejatosipun, waunipun, tembung Tété Manispunika boten wonten.
Ingkang wonten punika tembung Tété Momo. Tété Momo dipun

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 127


ginakaken déning masarakat ing kepulauan Maluku kanggé
nggambaraken kakèk ingkang jahat, ingkang asring paring
paukuman dhateng para laré ingkang tumindak nakal. Tété
Momopunika asring kacriyosaken déning tiyang sepuh dhateng
larénipun sadèrèngipun tilem. Cariyos punika dados pambereg
kanggé para laré supados sami tumindak saé. Nalika pawartos
Injil lumebet dhateng Maluku, supados tiyang langkung gampil
nggambaraken Gusti Yesus, dipun agem tembung Tété Manis,
kosok wangsulipun saking Tété Momo.

Lajeng punapa tembung Tété Manis saéstu saged


nggambaraken bab Gusti Yésus sawetahipun? Menawi pitakènan
punikadipun paringaken dhateng para nèm-nèman ing jaman
sapunika, limrahipun badhé paring wangsulan boten sarujuk.
Kejawi amargi tembung Tété Manis punika boten wonten, ugi
amargi gambaran Gusti Yésus ingkang kaserat ing Kitab Suci béda
kaliyan gambaran Tété Manis. Gusti Yésus ing Kitab Suci sanès
kakèk-kakèk. Gusti Yésusugi boten tansah kagambaraken minangka
piyayi ingkang “manis”, nanging asring ugi kagambaraken tegas,
ingkang langsung to the pointnalika mirsani satunggaling perkawis.
Nanging kanyatanipun, tembung Tété Manis sampun mbiyantu
tiyang Ambon nggambaraken lan mangertosi Gusti Yésus, saha
mitadosaken gesangipun dhateng Panjenenganipun.

Pasamuwan kagunganipun Gusti Yésus,


Anggènipun tiyang Ambon ngagem tembung lokal kagem
nggambaraken Gusti Yesus, adhedhasar pangertosan bab cariyosipun
Gusti Yesus lan kabudayanipun piyambak, ugi dipun ketingalaken
déning para tiyang ingkang nyerat Kitab Injil. Sinaosa sami-sami
nyariyosaken bab Gusti Yésus, nanging sami gadhah tembung
piyambak-piyambak kanggé nggambaraken Gusti Yésus.Matius

128 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


nyebat Gusti Yésus minangka tedhaké Sang Prabu Dawud,
tedhaké Rama Abraham.Markus nyebat Gusti Yésus minangka
Putraning Manungsa. Déné Lukas nyebat Gusti Yésus minangka
Putraning Allah.

Élokipun malih, wewengan kanggé nggambaraken Gusti Yésus


adedhasar pangertosan pribadining saben tiyang punika
kanyatanipun sampun langkung rumiyin kaparingaken déning
Gusti Yésus, salah setunggalipun rikala Gusti Yésus ndangu para
murid kanthi pitakènan: “Nanging tumpraping kowé, Aku iki
sapa?” Tumrap pitakènan punika, kanyatan namung Pétrus ingkang
paring wangsulan, kanthi matur: “Paduka punika Sang Kristus,
Putranipun Allah ingkang gesang”. Sanèsipun naming kendel.
Punapa punika amargi murid-murid sanèsipun dèrèng saged
berteologi? Utawi awit para murid punika ajrih menawi lepat?
Utawi amargi para murid punika boten spontan kados déné
Pétrus? Boten wonten katrangan ngéngingi bab punika. Ingkang
kita mengertosi namung katrangan bilih sasampunipun Pétrus
atur wangsulan ingkang kados mekaten, Gusti Yésus lajeng paring
pangandikan:
 Rahayu kowé
 Kowé iku Pétrus, sarta watu karang iki bakal dakanggo
tetalesing pasamuwan-Ku
 Kowé bakal dak pasrahi soroging Kraton swarga.

Saking pangandikan punika, ketingal bilih Gusti Yésus


karenan dhateng wangsulanipun Pétrus. Gusti Yésus ugi paring
tanggel jawab mirunggan dhateng Pétrus. Kénging punapa saged
mekaten? Kamangka ing perikop salajengipun, kita maos bilih
sinaosa kala semanten Pétrus ngakeni menawi Gusti Yésus punika
Sang Kristus utawi Mésias, nanging pangertosanipun béda kaliyang
karsanipun Gusti Yésus. Katitik, rikala Gusti Yésus ngendika

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 129


menawi Panjenenganipun kedah sangsara lan séda, Pétrus lajeng
narik Gusti Yésus lan ngetingalaken bilih piyambakipun boten
sarujuk. Temtu kemawon namung Gusti Yésus ingkang pirsa kénging
punapa Pétrus dipun alembana. Ananging Gusti Yésus nélaaken
bilih pengakenipun Pétrus punika sanès adhedhasar cariyosipun
tiyang sanès, ugi boten amargi namung kèlu ing pangertosaning
tiyang golongan, nanging amargi Pétrus purun mirengaken
pangandikanipun Sang Rama piyambak. Bab punika ketingal
saking pangandikanipun Gusti Yésus:“… amarga kang nglairake iku
marang kowé dudu daging lan getih, nanging Ramaku kang ana ing
swarga”.

Amargi Pétrus nélaakan kapitadosanipun adhedhasar


pangandikanipun Sang Rama, Gusti Yésus lajeng miji Pétrus
minangka prototype utawi tuladha gesangipun pasamuwan.
Pasamuwan punika kedah kados Pétrus, gadhah iman ingkang
otentik, kadhasaran pangertosan awit tepang kaliyan Gusti lan
karsanipun. Bab punika ketingal saking pangandikanipun Gusti
Yésus ingkang mekaten: “Kowé iku Pétrus, sarta watu karang iki
bakal dakanggo tetalesing pasamuwan-Ku”.

Pasamuwan kagunganipun Gusti Yésus,


Perkawis salajengipun ingkang boten pareng dipun supèaken
inggih punika punapa kemawon wujuding pratélaning kapitadosanipun,
punika kedah ketingal ugi ing salebeting tumindak. Boten namung
ing tembung. Bab punika dipun émutaken déning Rasul Paulus ing
seratipun dhateng pasamuwan ing kitha Rum/Roma.

Ing bab setunggal dumugi sewelas Rasul Paulus paring


piwucal bab kapitadosan dhateng Gusti Yésus, ingkang lajeng
dipun budheli kanthi ukara: “Awitdéné anané samubarang kabèh
iku saka ing Panjenengané, lan marga déning Panjenengané: kamulyan
kagema ing Panjenengané salawas-lawasé”.Rasul Paulus lajeng
nglajengaken seratanipun kanthi paring piwucal ngéngingi bab
130 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
ingkang kedah dipun tindakaken déning umat ingkang gadhah
pengaken ingkang mekaten. Awit, pengaken punika kedah
ketingal ing salebeting tumindak padintenan. Tuladha ingkang
dipun pratelaaken, ing antawisipun:
 nyaosaken badan, minangka kurban ingkang gesang lan suci,
ingkang dados keparengipun Gusti Allah,
 ngetingalaken budi ingkang kaanyaraken, tegesipun nglarasaken
sedaya gesangipun kaliyan kersanipun Gusti Allah, awit
kersanipun Allah punikasaé lan sampurna,
 kedah mapanaken dhiri kanthi trep, saha saged ngemudhèni
dhiri, kados tetembungan “bisaa rumangsa, aja rumangsa bisa”.

Tigang perkawis ingkang kaserat déning Rasul Paulus punika


temtunipun sanès bab ingkang gampil katindakaken. Sedaya
sesambétan kalian kasagahan lan kesanggeman kanggé
masrahaken saha ngurbanaken dhiri.

Éwa semanten, ing satengahing kangèlan kanggé nindakaken


bab punika, kanyatan wonten sawetawis pawèstri ing jamanipun
Nabi Musa ingkang kasagedaken nindakaken bab punika. Para
pawèstripunika inggih punika: Sifra lan Pua, Miryam (bakyunipun
Musa), ibukipun Musa (Yokhèbèd), saha putranipun putri Sang
Prabu Pringon. Parapawèstri punika boten nelaaken pengakening
kapitadosanipun lumantar tembung, nanging tumindakipun
ingkang sumedya ngurbanaken dhiri supados kèlu ing tumindaking
pangwasa ingkang boten leres, saha perduli dhateng sesami,
nelaaken bilih sami ajrih asih dhateng Gusti.

Sifra lan Pua punika bidhan ingkang mbiyantu tiyang Ibrani


babaran. Kekalihipun dipun dhawuhi déning Sang Prabu Pringon
supados mejahi saben bayi jaler ingkang lair. Nanging kanyatan
bab punika boten katindakaken, sinaosa mangertos bilih saged
kemawon dipun ukum déning Sang Prabu Pringon.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 131


Miryam, bakyunipun Musa, sumedya ngawat-awati bayi Musa
ingkang dipun papanaken ing satengahing wlingen ing pinggir
bengawan Nil. Rikala mangertos menawi putranipun putri Sang
Prabu Pringon kersa ngangkat Musa, piyambakipun sumadya
matur badhe madosaken dalem inya kangge nesepi bayi punika.

Yokhèbèd, ibukipun Musa, sumedya nesepi lan nggula wenthah


Musa. Sanajan, saged kemawon tiyang kathah dados mangertos
bilih piyambakipun piyambak ingkang sampun ndhelikaken bayi
punika tigang wulan dangunipun.

Putranipun putri Sang Prabu Pringon purun ngangkat bayi


Ibrani dados putra. Sanajan putranipun Sang Prabu Pringon piyambak,
nanging boten nindakaken perkawis ingkang sami kaliyan
ramanipun.

Tumindakipun para pawèstripunika saged ngancam nyawanipun.


Éwa semanten, para pawèstri punika tetep nindakaken. Bab punika
ngetingalaken bilih para pawèstri punika sanes golonganing
tiyang ingkang tumindakipun dipun temtoaken déning tiyang
sanes utawi kawontenan. Anggènipun sami tumindak punika
adhedhasar raos ajrih asih dhateng Gusti lan raos kamanungsan.

Pasamuwan kagunganipun Gusti,


Saben tiyang saged nelaaken pengakening kapitadosanipun
dhateng Gusti. Saged kanthi ngaturaken pratelaning kapitadosan
ingkang sampun limrah kados Pengakening Pitados Rasul. Saged
ugi nelaaken pengakening pitados kanthi tembungipun piyambak,
adhedhasar gesang ingkang dipun lampahi sareng kaliyan Gusti.
Éwa semanten, wonten tigang perkawis ingkang boten pareng
dipun supèaken, inggih punika:

132 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


 kita kedah ngajeni wontening pratelaning pengakening
kapitadosan ingkang maneka warni, temahan boten lajeng
ngakimi tiyang sanès ingkang gadhah tetembungan
pengakening pitados ingkang béda,
 kita kedah emut bilih pengakening kapitadosan punika kedah
mawujud ing salebeting tumindak padintenan, awit pitados
tanpa pandamel punika setaosipun pejah,
 anggèn kita nelaaken kapitadosan ing tumindak punika
sampun ngantos adhedhasar tiyang sanes utawi kawontenan,
nanging tansah kadhasaran pengaken bilih pitulungan kita
punika pinangkanipun saking Sang Yehuwah, saha kadasaraken
raos perduli kita dhateng sesami.

Gusti mberkahi kita. Amin.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 133


Minggu, 30 Agustus 2020
Minggu Biasa X X I I (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Menjadi pengikut Yesus yang berani

TUJUAN
Umat memiliki keberanian untuk berkarya sebagai pengikut Kristus

DAFTAR BACAAN
Bacaan I : Keluaran 3:1-15
Tanggapan : Mazmur 105:1-6,23-26,45b
Bacaan II : Roma 12:9-21
Bacaan III : Matius 16:21-28

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Filipi 2:5-11
Petunjuk Hidup Baru : Filipi 1:27-30
Persembahan : Filipi 4:12-13

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian :KJ 9:1,3,5
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1,4
Pujian Kesanggupan : KJ 436:1-3
Pujian Persembahan : KJ 428:1-4
Nyanyian Pengutusan : KJ 429:1,3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 19:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 44:1-3
Kidung Kesanggeman : KPJ 103:1,2
Kidung Pisungsung : KPJ 172:1-3
Kidung Pangutusan : KPJ 126:1,3

Pdt. Wahyu Purwaningtyas (GKJ Nusukan)

134 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Ungkapan yang berbunyiwong legan golek momongan tidak
asing bagi masyarakat Jawa. Dalam kehidupan keseharian, ungkapan
tersebut seringkali dipakai untuk menggambarkan tentang seseorang
yang mau merepotkan dirinya dengan urusan yang seharusnya tidak
perlu dilakukannya, atau yang seharusnya tidak menjadi tanggung
jawabnya. Atas pemahaman yang seperti itu, maka orang akhirnya
berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak menjadi porsinya
atau tanggung jawabnya.

Tentu saja, secara manajerial hal tersebut bagus karena prinsip


regenerasi dan pemerataan tugas menjadi dapat terealisasi. Hanya
saja sayangnya, ungkapan tersebut sering dipakai juga sebagai
alasan untuk menghindarkan diri dari tugas panggilan yang Tuhan
berikan. Terlebih jika mendapati kenyataan bahwa ada banyak
tantangan dalam penyelesaian tugas tersebut. Akibatnya, semakin
sedikit orang yang menyediakan diri dan mengurbankan dirinya
untuk menjawab panggilan Tuhan.

KETERANGAN BACAAN
Keluaran 3:1-15
Bacaan ini merupakan bagian dari Kisah Musa dipanggil oleh
Tuhan untuk memimpin Bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
Ada respons menarik yang diperlihatkan Musa saat mendapatkan
panggilan tersebut, terlebih jika dibanding dengan respons nabi-
nabi lain saat dipanggil oleh Tuhan.

Dalam proses panggilan nabi-nabi lain,seperti Yesaya atau


Yeremia, terlihat bahwa,pada awal Tuhan memanggil, respons
mereka sama, yaitu menolak dengan berbagai alasan. Alasan yang
dikemukakan di antaranya masih muda, tidak pandai berbicara,
dan merasa tidak layak karena orang berdosa. Namun,setelah

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 135


Tuhan menjelaskan bahwa dalam tugas perutusan tersebut Tuhan
akan menyertai, mereka pun segera meresponsnya dengan
kesediaan. Tidak demikian halnya dengan Musa. Dalam panggilan
itu,Tuhan berkenanberdialog panjang lebar dengan Musa. Tuhan
juga berulangkali menjelaskan bahwa Dia akan menyertai Musa.
Tuhan akan menyiapkan penolong sebagai penyampai pesan-Nya
(dalam hal ini adalah Harun). Tuhan berkenan menyatakan nama-
Nya sebagai jaminan jika ada yang bertanya kepada Musa tentang
siapa yang mengutusnya. Tuhan juga sudah menunjukkan mujizat
untuk membuktikan bahwa kuasa-Nya sangat besar. Namun,hal-
hal tersebut tidak serta-merta membuat Musa menyatakan
kesiapannya menjalankan panggilan tersebut. Bahkan di akhir
dialog, Musa berkata kepada Tuhan: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya
siapa saja yang patut Kau utus” (Keluaran 4:13). Kata-kata tersebut
menunjukkan bahwa Musa sepertinya tidak peduli dan tidak siap
dengan tugas yang diembankan kepadanya.

Kemungkinan besar, sikap Musa yang demikian dilatarbelakangi


beberapa hal, di antaranya:
 Dia sudah nyaman dengan status dan situasi yang dijalaninya,
yaitu berkeluarga dan menggembalakan ternak.
 Dia merasa ada banyak kelemahan, terutama dalam hal berbicara
 Dia memiliki pengalaman yang tak mengenakkan pada saat
berhadapan dengan bangsa Mesir maupun bangsa Israel.Dengan
bangsa Mesir, dia mendapati bahwa mereka sangat kejam,
bisa melakukan berbagai cara untuk mendapatkan yang menjadi
keinginannya, termasuk menerapkan kerja paksa kepada orang
Israel. Bahkan Firaun pun berikhtiar untuk membunuhnya
(Keluaran 2:15). Sementara itu, dengan bangsa Israel, dia
berhadapan dengan krisis kepercayaan. Hal itu terlihat pada
saat dia membela orang Israel dengan cara membunuh orang
Mesir yang melakukan ketidakadilan. Pada saat itu, bangsa Israel
tidak percaya akan ketulusan yang dilakukannya (Keluaran 2:11-14).

136 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Sekalipun demikian, Tuhan tetap berkenan untuk memanggil
Musa. Selain sebagai bukti bahwa Tuhan memperhatikan, mendengar,
dan mengetahui penderitaan bangsa Israel selama di Mesir, juga
sebagai wujud bahwa Tuhan tidak pernah dapat membiarkan
kezaliman terus merajalela di muka bumi. Untuk itu, Tuhan mau
memakai Musa untuk menunjukkan kepada bangsa Israel dan
bangsa Mesir tentang hal-hal tersebut. Sekaligus Tuhan juga mau
menjadikan Musa pemimpin bangsa Israel menuju ke tanah perjanjian.

Mazmur 105:1-6,23-26,45b
Bagi bangsa Israel, isi syair dalam Mazmur ini, terutama ayat
1-6, sebenarnya bukan lagi hal yang asing. Dalam 1 Tawarikh
16:7-36, tercatat bahwa Daud meminta kepada Asaf dan saudara-
saudaranya untukmenyanyikannya pada saat Tabut Tuhan berhasil
diletakkan di Yerusalem. Tujuannya adalah untuk mengajak orang
Israel senantiasa bersyukur kepada Allah. Alasannya, sejak masa
lampau, sejak zaman nenek moyang mereka, Allah senantiasa
menunjukkan belas kasihan dan pertolongan-Nya. Salah satu
contohnya adalah ketika Tuhan memilih dan mengutus Musa
untuk memimpin umat-Nya keluar dari tanah perbudakan di
Mesir menuju ke tanah perjanjian.

Roma 12:9-21
Setelah di perikop sebelumnya Paulus menjelasakan bahwa
mempersembahkan tubuh dan perubahan budi merupakan konsekuensi
dari pengakuan bahwa: “Segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia,
dan kepada Dia; bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya”, maka
dalam perikop ini Paulus melanjutkannya dengan memberikan
berbagai nasihat tentang hidup dalam kasih. Ada banyak tindakan
konkrit yang Paulus contohkan terkait dengan hidup dalam kasih
itu. Namun,semuanya bermuara pada prinsip proaktif (belajar
untuk selalu mendahului dalam memberi hormat, mengasihi, dan
memberi) dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 137


Matius 16:21-28
Perikop yang oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diberi
judul “Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan
syarat-syarat mengikuti Dia” ini terdapat di ketiga Injil Sinoptis
(Matius, Markus, Lukas). Ketiga Injil sama-sama meletakkan
perikop ini sebelum kisah transfigurasi Yesus. Kemungkinan besar,
hal tersebut dilakukan oleh para penulis Injil untuk menjelaskan
bahwa penderitaan bukan akhir dari segalanya. Orang yang setia
berjalan dalam jalan penderitiaan, terlebih kalau itu adalah
kehendak Tuhan, maka kemuliaan Tuhan sudah menantinya.

Terkait dengan hal itu maka, wajar jika dalam menjelaskan


tentang penderitaan yang akan dialaminya, Yesus langsung
menyambungnya dengan menjelaskan tentang syarat-syarat
mengikuti Dia. Salah satunya berbunyi:“siapa yang menyelamatkan
nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa yang kehilangan
nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”. Pernyataan
Yesus yang demikian merupakan sesuatu yang tidak lazim. Faktanya,
setiap makhluk hidup akan berusaha, dengan berbagai cara, untuk
dapat menyelamatkan nyawanya. Bahkan Tuhan sebenarnya memberi
kemampuan kepada setiap makhluk untuk dapat mensiasati
bahaya yang mengancamnya, demi dapat menyelamatkan nyawanya.
Contoh dari kemampuan menyelamatkan nyawa ini adalah cumi-
cumi dengan tintanya, bunglon dengan kemampuannya berubah
warna kulit sesuai tempatnya berada, dan manusia dengan
kemampuannya merencanakan masa depan.

Namun, jika kita memperhatikan dengan saksama, ajaran


Yesus ini bukan bermaksud supaya umat-Nya tidak peduli dengan
keselamatan hidup. Justru umat harus memperhatikan keselamatan
diri. Hanya saja bukan dengan cara berkonsentrasi untuk

138 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


menyelamatkan diri sendiri saja, melainkan dengan bermakna
bagi yang lain. Sebagaimana yang Yesus lakukan, yaitu supaya
yang lain mendapatkan kesempatan untuk diselamatkan, sekalipun,
untuk itu, Dia harus kehilangan nyawanya.

POKOK PEWARTAAN
Panggilan untuk terlibat menjadi mitra kerja Allah
sebenarnya merupakan keniscayaan bagi setiap umat yang
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Sekalipun
demikian, ketika kesempatan untuk ikut terlibat itu datang, tidak
sedikit dari umat Tuhan yang menolaknya. Ada berbagai alasan
yang melatarbelakanginya. Bisa jadi kesibukan dalam bekerja,
nyaman dengan “zona” yang sedang dirasakannya, tidak mendapati
ada keuntungan yang akan diperoleh dari tugas tersebut, atau
ketidaksiapan untuk meninggalkan segala sesuatu demi mengikuti
Yesus. Terlebih jikalau panggilan itu konsekuensinya besar, seperti
hilangnya rasa aman atau nyawa. Namun, apapun alasannya,
Yesus sendiri menyatakan bahwa: “siapa yang menyelamatkan
nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa yang kehilangan
nyawanya karena Aku dan karena Injil, dia akan menyelamatkannya”.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MENJADI PENGIKUT YESUS YANG BERANI

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Pernyataan yang berbunyi: “Kejahatan terjadi bukan karena
banyaknya orang jahat merajalela tetapi karena diamnya orang-
orang baik” tentunya bukan lagi pernyataan yang asing, terlebih
di musim kampanye. Ungkapan yang awalnya disampaikan oleh
Marthin Luther King, Jr itu sering kali dipakai, terutama oleh para

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 139


aktivis pergerakan, untuk mengingatkan agar kita tidak golput,
melainkan agar kita mau terlibat dalam pemilihan umum. Dengan
harapan, betapa pun kita tahu bahwa tidak ada orang yang
sempurna, setidaknya dengan ikut terlibat dalam pemilu, kita
dapat mencegah orang yang jahat untuk berkuasa.

Sayangnya ajakan untuk terlibat mencegah orang jahat


berkuasa itu terkadang tidak serta-merta direspons dengan
antusias. Salah satunya terlihat dari sikap Musa ketika Tuhan
memanggilnya untuk menjadi pemimpin bangsa Israel keluar dari
tirani kekuasaan Mesir dan membawa mereka ke negeri yang
penuh dengan susu dan madu. Dalam proses pemanggilan itu,
Tuhan, tidak seperti ketika memanggil nabi-nabi yang lain,
menyediakan diri untuk berdialog panjang lebar dengan Musa.
Dalam dialog yang digambarkan dengan bertatap muka itu, Tuhan
pun menyatakan berbagai hal kepada Musa demi mengatasi
keraguannya, seperti:
 saat Musa meminta legalitas dari siapa yang memanggil,
Tuhan segera menyatakan tentang nama-Nya,
 saat Musa menanyakan apa yang harus dikatakannya, Tuhan
segera menjelaskan apa saja yang harus dikatakannya kepada
bangsa Israel,
 saat Musa mengatakan bahwa dia tidak pandai bicara, Tuhan
menyatakan bahwa Dia telah menyiapkan Harun untuk
membantunya,
 saat Musa menyatakan tentang kekuatirannya kalau-kalau
bangsa Israel tidak percaya dengan perkataannnya, Tuhan
segera memberi kesempatan pada Musa untuk menyaksikan
dan terlibat dalam menghadirkan mujizat-Nya, dengan harapan
mujizat itu juga yang akan diperlihatkannya kepada bangsa
Israel demi meyakinkan mereka, yaitu tongkat berubah menjadi
ular dan tangan berubah menjadi putih.

140 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Namun,semua itu tidak membuat Musa segera menyatakan
“iya” terhadap panggilan Tuhan. Bahkan dalam Keluaran 4:13,
Musa berkata: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut
Kauutus”. Pernyataan Musa ini membuat Tuhan kemudian murka.
Pertanyaannya: Apa yang membuat Musa merespons demikian?

Jika kita memperhatikan bacaan pertama kali ini, kita tidak


mendapati alasan detail terkait dengan keenganan Musa
menerima panggilan Tuhan tersebut. Namun,jika kita
memperhatikan kisah Musa sebelumnya, agaknya ada beberapa
hal yang mempengaruhi ketidaksiapannya menerima panggilan
Tuhan, diantaranya:
 Dia sudah nyaman dengan status dan situasi yang dijalaninya,
yaitu berkeluarga dan menggembalakan ternak.
 Dia merasa ada banyak kelemahan, terutama dalam hal berbicara
 Dia memiliki pengalaman yang tak mengenakkan pada saat
berhadapan dengan bangsa Mesir maupun bangsa Israel. Dengan
bangsa Mesir, dia mendapati bahwa mereka sangat kejam, bisa
melakukan berbagai cara untuk mendapatkan yang menjadi
keinginannya, termasuk menerapkan kerja paksa kepada
orang Israel. Bahkan Firaun pun berikhtiar untuk membunuhnya
(Keluaran 2:15). Sementara itu, dengan bangsa Israel, dia
berhadapan dengan krisis kepercayaan. Hal itu terlihat pada
saat dia membela orang Israel dengan cara membunuh orang
Mesir yang melakukan ketidakadilan. Pada saat itu, bangsa
Israel tidak percaya akan ketulusan yang dilakukannya
(Keluaran 2:11-14).

Sekalipun demikian, Tuhan tetap berkenan untuk memanggil


Musa. Selain sebagai bukti bahwa Tuhan memperhatikan,
mendengar, dan mengetahui penderitaan bangsa Israel selama di
Mesir, juga sebagai wujud bahwa Tuhan tidak pernah dapat
membiarkan kezaliman terus merajalela di muka bumi.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 141


Sikap Tuhan, yang berkenan melibatkan Musa untuk menentang
kezaliman penguasa demi dapat menyelamatkan bangsanya, itu
juga yang diingatkan dan dicontohkan Yesus kepada para murid-
Nya. Salah satunya terlihat dari penjelasan Yesus tentang penderitaan
yang akan diterima-Nya sekaligus juga tentang syarat-syarat
mengikuti Dia. Sayangnya, hal tersebut tidak serta-merta dapat
dimengerti oleh para murid-Nya. Hal itu terlihat dari sikap Petrus
yang menarik dan menegor Yesus dengan mengatakan: “Tuhan,
kiranya Allah menjauhkan hal itu. Hal itu sekali-kali tidak akan
menimpa Engkau”.

Alasan Petrus melakukan hal itu memang tidak disebutkan di sini.


Namun,jika melihat perikop sebelumnya, kemungkinan besar itu
karena bagi dia hal yang berhubungan dengan penderitaan tidak
semestinya dialami oleh Mesias. Selain itu, kalau kita melihat
kelaziman yang dilakukan oleh setiap makhluk hidup saat berhadapan
dengan bahaya, maka spontanitas yang dilakukannya pasti akan
menghindar atau mencegahnya. Namun, dalam bacaan Injil tadi,
Yesus terlihat justru menyediakan diri dan menyongsong penderitaan
itu.

Bagi Yesus, hal itu dilakukan-Nya bukan karena Dia tidak


bisa menyelamatkan diri, melainkan itulah jalan yang mesti
ditempuh demi menyelamatkan semua manusia. Oleh karena itu,
Yesus pun kemudian mengajak murid-murid-Nya untuk dapat
melihat bahwa “keselamatan” itu dapat sungguh dirasakan jika
dampaknya bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tapi juga
untuk yang lain, sekalipun untuk itu harus mengurbankan diri.
Bentuk dari pengurbanan dan kesiapan diri untuk terlibat
mewujudkan kebaikan dan menghilangkan kejahatan ditulis oleh
Paulus dalam nasihat-nasihatnya tentang kasih. Di antaranya

142 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


adalah belajar untuk bisa “proaktif” (terutama untuk selalu mendahului
dalam memberi hormat, mendahului dalam mengasihi, mendahului
dalam memberi) danmengalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.

Nasihat-nasihat ini tentu tidak mudah untuk dilakukan,


terlebih jika kita hidup dalam lingkungan yang dipenuhi dengan
kejahatan, tipu daya, balas dendam, dan semacamnya. Namun,
sebagaimana disampaikan Marthin Luther King Jr, kejahatan
terjadi bukan karena banyaknya orang jahat, tetapi karenadiamnya
orang baik.Apakah kita tetap akan diam hanya demi mencari
posisi aman? Apakah kita akan tidak peduli karena takut disebut
wong legan golek momongan? Atau kita mau bergerak sekalipun
untuk itu ada pengurbanan yang kita berikan? Tentu kita sendiri
yang bisa menjawabnya. Namun,Kenji Goto memutuskan untuk
tidak tinggal diam saat melihat ada ketidakadilan dan kezaliman
terus terjadi.

Kenji Goto adalah seorang wartawan lepas dan pembuat film


dari Jepang yang dipenggal oleh ISIS pada tahun 2015. Selama dia
berkarya, terutama di daerah konflik, dia banyak mengunggah
laporan video ke akun YouTube miliknya. Sebagian yang diunggah
itu berisi laporan tentang penderitaan anak-anak di Afganistan,
Sierra Leone, Irak dan tentu juga di Suriah. Dia memang sempat
pulang ke Jepang. Namun,ketika mendengar bahwa Haruna
Yukawa, sahabatnya selama di Suriah, diculik oleh ISIS, dia pun
kembali ke Suriah untuk menyelamatkan sahabatnya. Malang,
sesampai di sana dia justru ditangkap oleh ISIS untuk kemudian
dijadikan penyampai pesan tewasnya Haruna Yukawa. Setelah itu,
dia sendiri juga dipenggal oleh ISIS.

Sekalipun demikian, dia telah memberikan warisan yang tidak


ternilai, yaitu sebuah pesan cinta dan toleransi yang didapatnya
selama di Suriah. Pesan itu ditulis dengan harapan supaya orang

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 143


banyak mengetahui bahwa yang dilakukan oleh ISIS bukan
cerminan perilaku bangsa Arab. Pesan itu ditulisnya dalam tweet
berbahasa Jepang yang kira-kira berbunyi demikian: “Tutup mata
Anda dan tetaplah sabar. Sekali Anda merasakan amarah dan
membentak, maka (kesabaran) itu berakhir. Ini seperti berdoa.
Membenci bukan perilaku manusia. Menghakimi adalah wilayah
Tuhan. Itulah yang diajarkan saudara Arab saya”.

Hal yang dilakukan oleh Kenji Goto merupakan wujud bahwa


baginya “golek momongan” bukan sesuatu yang tabu untuk
dilakukan. Terlebih jika itu berhubungan dengan kemanusiaan dan
panggilan Tuhan untuk mencegah kezaliman serta mengusahakan
kesejahteraan bagi yang lain. Bagaimana dengan kita?Tuhan
memberkati. Amin.

KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

WANTUN DADOS PENDHÈRÈKIPUN GUSTI YESUS

Pasamuwan kagunganipun Gusti Yésus,


”Sangsaya kathah kalepatan ingkang kalampahan punika
sanès amargi sangsaya kathah tiyang awon, nanging amargi tiyang
ingkang saé sami kèndel”. Mbok bilih kita asring mireng ukara
punika, mirungganipun menawi kita lumebet ing wekdalipun
kampanye. Ukara kala wau asring dipun ginaaken déning para
aktivis kanggé mbereg masarakat supados boten golput, saha
boten apatis saben-saben ngadhepi pemilu. Awit, sinaosa kanyatanipun
boten wonten tiyang ingkang sampurna, kalebet para calon pemimpin
punika, nanging paling boten, pemilupunika satunggaling cara anggèn
kita tumut ngalang-alangi tiyang awon pikantuk panguwaos.

144 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Émanipun, pambereg kanggé tumut ngalang-alangi tiyang
awon gadhah panguwaos punika kanyatan boten lajeng dipun
tanggapi kanthi suka rena. Malah kepara kathah tiyang ingkang
asring boten perduli dhateng pambereg saha timbalan punika.
Punika saged kita tingali saking tanggapanipun Nabi Musa rikala
dipun timbali, dipun pilih, lan dipun utus déning Gusti Allah dados
pemimpining Bangsa Israèling salebeting ngadhepi tumindakipun
panguwaos Mesir ingkang boten adil, saha ing salebeting tumuju
dhateng tanah prasetyan ingkang kebak susu saha madu. Anggènipun
nimbali Musa, Gusti Allah kersa ngendika kanthi aben-ajeng lan
trewaca, boten kados nalika nimbali nabi-nabi sanèsipun. Malah
kepara Gusti ugi kersa paring bukti nalika Musa mangu-mangu
nampeni timbalan punika.
 Rikala Musa nyuwun “legalitas” bab sinten ingkang kepareng
nimbali piyambakipun, supados bab punika saged dipun
terangaken dhateng Bangsa Israèl, Gusti Allah lajeng paring
pangertosan bab Asmanipun.
 Rikala Musa tanglet bab punapa ingkang kedah dipun
cariyosaken dhateng Bangsa Israèl ngéngingi bab timbalan
punika, Gusti lajeng paring pangertosan kanthi cetha bab
sedaya ingkang kedah dipun cariyoaken dhateng bangsa Israèl.
 Rikala Musa matur menawi piyambakipun boten saged
wicantenan, Gusti lajeng paring pangertosan bilih Panjenenganipun
sampun nyawisaken Harun minangka wakilipun kanggé
mituturi bangsa Israèl.
 Rikala Musa munjuk bab raos kuwatosipun menawi bangsa
Israèl boten pitados dhateng sedaya pawartosipun, Gusti
lajeng paring wewengan dhateng Musa kanggé neksèni saha
tumut mujudaken mukjijatipun, kanthi pangajab menawi bab
punika dipun ketingalaken dhateng Bangsa Israèl, saged
ndadosaken sami yakin lan boten mangu-mangu dhateng
kersanipun Gusti punika. Déné mukjijat ingkang katindakaken

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 145


menika tekeningkang dados sawer lan asta ingkang dados
pethak kados nandhang mala saraat sasampunipun kalebetaken
ing tangkeping jubahipun.

Éwasemanten, sedaya punika boten lajeng ndadosaken Musa


saged paring wangsulan ”inggih” dhateng timbalanipun Gusti
punika. Malah kepara ing Pangentasan 4:13 Musa matur dhateng
Gusti Allah: “Dhuh Pangeran, mugi Paduka karsaa utusan sinten
kemawon ingkang pantes Paduka utus” ingkang damel Gusti Allah
duka.

Kénging punapa Musa nanggapi timbalanipun Gusti kanthi


cara ingkang mekaten?Menawi kita nggatosaken waosan ingkang
sepisan, pancèn kita boten badhé manggihikatrangan ngéngingi
jalaranipun Musa boten lajeng nampi ayahan timbalanipun Gusti.
Nanging menawi kita nggatosaken cariyos bab gesangipun Musa
saderengipun, kita saged manggihi sawetawis perkawis ingkang
saged dados jalaran, inggih punika:
 Sampun sekéca kaliyan kawontenan lan kalenggahanipun,
inggih punika: mangun balé griya saha dados pangèn
 Piyambakipun gadhah pengalaman ingkang boten sekéca
rikala sesambetan kaliyan tiyang Mesir saha tiyang Israèl.
Kaliyan tiyang Mesir inggih punika rikala piyambakipun
sumerep bilih bangsa punika saèstu kejem, saged nindakaken
sedaya cara kalebet kekerasan kanggénggayuh pepénginanipun,
kalebet ndadosaken bangsa Israèlbatur-tukon ingkang kedah
nyambut damel. Lan dhateng piyambakipun, Sang Prabu Pringon
piyambak ugi ngerèh nyawanipun (Pangentasan 2:15). Déné
kaliyan bangsa Israèl, piyambakipun magertos bilih tiyang-
tiyang Israèl boten sakwetahipun pitados dhateng
piyambakipun. Awit, rikala piyambakipun mbélani tiyang
Israèl ingkang saweg nampi tumindak boten adil saking tiyang

146 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Mesir, kanthi cara mejahi tiyang Mesir punika, piyambakipun
malah manggihi tiyang Israèlsami boten pitados dhateng
piyambakipun (Pangentasan 2:11-14).

Éwa semanten, sinaosa kathah perkawis ingkang dados jalaran


kanggé Musa éndha saking dhawuh utusanipun Gusti, nanging
kanyatanipun Gusti tetap nimbali Musa. Bab punika katindakaken
déning Gusti, kejawi minangka bukti bilih Gusti Allah kersa
nggatosaken, midhangetaken, lan pirsa ingkang dados panandangipun
Bangsa Israèl sadangunipun kadadosaken batur-tukon ing Mesir,
ugi minangka wujud bilih Gusti boten saged ngèndelaken tumindak
boten adil sangsaya sumrambah.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Anggènipun Gusti Allah kersa ngagem Musa ing salebeting
pakaryanipun numpes tumindak ingkang boten adil dening paguwaos
saha mulyaaken bangsanipun punika ugi dipun émutaken saha
dipun tuladhaaken déning Gusti Yésus supados saged dipun
tindakaken dening para muridipun. Punika ketingal ing piwucalipun
Gusti Yésus bab anggènipun Gusti Yésus badhé nandhang
sangsara, sarta bab manggul salib. Émanipun, bab punika boten
lajeng saged dipun mangertosi déning para muridipun. Punika
ketingal sanget nalika Pétrus énggal-énggal nggèrèd Gusti Yésus
saha munjuk: ”Gusti, mugi Gusti Allah nebihaken bab punika! Sampun
sepisan-pisan Paduka ngantos kataman ingkang mekaten punika”.

Jalaranipun Pétrus tumindak mekaten boten kaserat ing


waosan punika. Nanging menawi kita nggatosaken bilih ing ayat-
ayat sakderengipun Pétrus atur pangaken bilih Gusti Yésus punika
Sang Kristus, punika saged dados jalaran, amargi kedahipun Sang
Kristus utawi Mésias boten nandhang sangsara. Kejawi saking
punika, limrahipun, nalika pinanggih bebaya, sedaya titah ngudi

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 147


sagedipun nginggati, saksaged-saged boten ketaman ing bebaya
punika. Punapa malih bab punika kalebet satunggaling insting
ingkang kaparingaken déning Gusti Allah dhateng sedaya
titahipun. Nanging wonten ing waosan Injil kala wau, Gusti Yésus
malah ketingal masrahaken diri nampi kasangsaran saha panandang.

Gusti Yésus nampèni kasangsaran saha panandhang boten


amargi Panjenenganipun boten saged nguwalaken dhiri.Punika margi
ingkang dipun pilih kanggé milujengaken umat kagunganipun.
Pramila Gusti Yésus lajeng mbereg para muridipun supados saged
mangertos bilih kawilujengan ingkang sejatos boten namung
dipun raosaken déning dhiri pribadi, nanging ugi saged dipun
raosaken déning sesami. Sinaosa kanggé mujudaken bab punika
kedah kanthi cara ngurbanaken dhiri.

Rasul Paulus ugi nyerat pitutur bab ngurbanaken dhiri saha


kesanggeman ndhèrèk ing pakaryanipun Gusti mujudaken kawilujengan,
kasaénan, lan kaadilan. Pitutur punika dipun bundheli lumantar
piwucal bab katresnan. Rasul Paulus mituturi tiyang pitados supados
sami pro aktif. Tegesipun purun miwiti asung pakurmatan, andum
berkah, saha katresnan. Kejawi punika ugi wantun males piala
kanthi kasaénan.

Pitutur-pitutur ingkang mekaten temtu boten gampil dipun


tindakaken. Punapa malih menawi kita gesang ing satengahing
donya ingkang padatanipun tumindak awon, ngapusi, lan males
piala mawi piala. Nanging, Marthin Luther King, Jr. naté ngendika,
”Kawontenan boten adil punika kalampahan sanès amargi kathahing
tiyang awon, nanging amargi tiyang ingkang saé sami kèndel”.
Punapa kita badhé kéndel nalika manggihi tumindak ingkang
boten adil, namung supados kita tetep aman? Punapa kita boten
perduli awit kuwatos dipun sebat”wong legan golèk momongan”?.

148 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Utawi kita badhésamekta tumindak minangka mitranipun Gusti lan
tumut numpes tumindak boten adil, sinaosa kedah ngurbanaken
dhiri? Temtu kita piyambak-piyambak ingkang saged atur wangsulan.
Nanging Kènji Goto kalebet tiyang ingkang milih ”legan golèk
momongan” supados saged numpes tumindak ingkang boten adil.

Kènji Goto punika setunggaling wartawan lepas saha tiyang


ingkang damel film saking Jepang. Sadangunipun makarya, mirunggan
rikala wonten ing dhaérah konflik, piyambakipun kathah nginggah
video ing akun YouTube gadhahanipun. Video-video ingkang dipun
inggah punika kathah-kathahipun nggambaraken bab panandhanipun
para laréingkang wonten ing Afganistan, Siéra Léoné, Irak, lan
Suriah. Kacriyos, piyambakipun sampun wangsul dhateng Jepang,
nanging rikala mireng bilih Haruna Yukawa, mitranipun rikala
makarya ing Suriah, dipun culik déning ISIS, piyambakipun lajeng
késah malih dhateng Suriah. Kanthi pangajab saged manggihaken
sahabatipun. Nanging ingkang kelampahan malah kosok wangsulipun.
Saksampunipun dumugi ing Suriah, piyambakipun dipun cepeng
déning ISIS, dipun dadosaken ”utusan” ingkang martosaken bab
pejahipun Haruna Yukawa, lan bibar punika piyambakipun ugi
dipun pejahi déning ISIS. Éwa semanten, piyambakipun saged
paring warisan ingkang aji sanget, inggih punikapawartos bab
katresnan lan toleransi ingkang karaosaken sadangunipun makarya
ing Suriah. Kanthi pangajab, tiyang sanès saged mangertos bilih
ingkang katindakkaen déning ISIS punika sejatosipun boten
nggambaraken bangsa Arab sakwetahipun. Pawartos katresnan
punika dipun serat lumantar tweet kanthi ngginakaken bahasa
Jepang ingkang kinten-kinten mekaten pertalanipun: ”Merema
lan tetepa sabar. Saben sira nesu lan sira banjur nggetak, bab iku
(sabar) wis ilang. Pancèn iki kaya ndonga. Awit sengit iki sejatiné
dudu tumindaké manungsa, lan njeksani iku sejatiné Gusti dhewe
sing isa nindakaké. Iku kabeh mau sing diwulangaké sedulur Arab
marang aku”.

Agustus 2020 – Berkarya bersama Allah yang Memerdekakan 149


Pasamuwan ingkang kinasih,
Punapa ingkang katindakaken déning Kènji Goto kala wau
wujud bilih kanggé piyambakipun “golèk momongan” punika
sanès perkawis ingkang kedah dipun éndhani, punapa malih
menawi nggadahi sesambetan kaliyan kamanungsa saha dhawuh
timbalanipun Gusti tumut numpes tumindak boten adil, tan tumut
ngudi kasantosaning sesami. Samangke kantun kita wantun lan
sumadya utawi boten nglampahi dhawuh timbalan punika. Gusti
mberkahi. Amin.

150 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai