Anda di halaman 1dari 108

KHOTBAH JANGKEP

Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Agustus 2021
Tema: Menjadi Anak Bangsa Yang Semakin Dewasa

Khotbah Jangkep Agustus 2021 71


DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN
BULAN AGUSTUS 2021

Minggu, 1 Agustus 2021 ........................................................................................ 73


Minggu Biasa XIII-Minggu ke-10 setelah Pentakosta (Hijau)
Memelihara kesatuan Roh

Minggu, 8 Agustus 2021 ........................................................................................ 98


Minggu Biasa XIV-Minggu ke-11 setelah Pentakosta (Hijau)
Hidup Sebagai Orang Merdeka

Minggu, 15 Agustus 2021 .................................................................................. 122


Minggu Biasa XV-Minggu ke-12setelah Pentakosta (Hijau)
Hidup Dalam Hikmat Allah

Selasa, 17 Agustus 2021 ..................................................................................... 136


HUT Kemerdekaan RI (Merah)
Allah Melepaskan Kita Dari Penindasan

Minggu, 22 Agustus 2021 .................................................................................. 150


Minggu Biasa XVI-Minggu ke-13 setelah Pentakosta (Hijau)
Kuat Di Dalam Tuhan

Minggu, 29 Agustus 2021 .................................................................................. 164


Minggu Biasa XVII-Minggu ke-14 setelah Pentakosta (Hijau)
Hidup Yang Sungguh Beribadah

72 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 1 Agustus 2021
Minggu Biasa XIII-Minggu ke-10 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Memelihara kesatuan Roh

TUJUAN:
Jemaat bersedia memelihara kehidupan bersama umat dengan
menghidupi roh kesadaran, motivasi dan komitmen diri sebagai anggota
keluarga Kerajaan Allah.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 2 Samuel 11:26-12:13a
Tanggapan : Mazmur 51:3-15
Bacaan II : Efesus 4:1-16
Bacaan Injil : Yohanes 6:24-35

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Yohanes 6:47-48
Petunjuk Hidup Baru : Efesus 4:21-25
Dasar Persembahan : 2 Korintus 8:14-15

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 1:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 387:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 393:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 249:1, 2, 3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 5:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 46:1-4
Kidung Kasanggeman : KPJ 78:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 159:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 362:1, 3

Pdt. Nani Minarni, S.Si, M.Hum (GKJ Brayat Kinasih)

Khotbah Jangkep Agustus 2021 73


DASAR PEMIKIRAN
Kuatnya ikatan dalam sebuah komunitas atau kelompok atau
keluarga biasanya dilandasi oleh dasar dan tujuan yang jelas, serta
digerakan oleh roh (“spirit/jiwa”) yang kuat dan disepakati oleh
anggotanya. Ikatan yang kuat menjadi modal dasar yang tangguh
dalam menghadapi kesulitan bersama. Ikatan yang kuat juga
mendorong setiap anggota atau bagian dari komunitas itu
memberikan loyalitas dan kerelaannya melakukan apapun demi
komunitas/kelompok itu.
Persoalannya, memulai sebuah relasi dan ikatan barangkali
lebih mudah jika dibandingkan dengan mempertahankan ikatan
kebersamaan, apalagi ketika ikatan merenggang karena tindakan
yang salah dan dianggap merusak relasi. Bagaimana ikatan
kebersamaan tetap kuat, bersatu dan saling menguatkan untuk
mencapai tujuan hidup yang luhur sekalipun ada anggota komunitas
yang merusak suasana kebersamaan? Hal inilah yang akan
disampaikan melalui tema khotbah Memelihara Kesatuan Roh,
yakni fokus pada proses pemeliharaan hidup dengan menghidupi
“spirit” pendampingan, dan pengampunan sebagai anggota keluarga
kerajaan Allah.

KETERANGAN BACAAN
2 Samuel 11:26-12:13a
Perbuatan Daud mengambil Batsyeba, istri Uria prajuritnya
dengan cara yang licik merupakan tindakan yang “jahat” di mata
Tuhan (ay 27c). Demikian juga sikap Batsyeba, bersandiwara dalam
perkabungan kematian suaminya. Perkabungan dalam tradisi bangsa
Israel biasanya dilakukan dengan cara meratap, duduk di tanah
dan mengenakan kain kabung serta mengolesi rambut dengan abu.
Perkabungan dilakukan selama 7 hari. Batsyeba tengah mengandung
anak dari Daud sementara ia berkabung karena kematian suaminya.
Seolah-olah, baik Batsyeba maupun Daud mereka saling sepakat
74 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
menutupi kejahatannya. Sehingga setelah lewat masa perkabungan,
segera Daud mengambil Batsyeba sebagai istrinya.
Tuhan yang melihat perbuatan jahat Daud kemudian mengutus
Nabi Natan menyampaikan teguran dan akibat yang akan
ditanggungnya. Ayat 1-13a, menunjukan cara Allah menegur Daud:
a. Mengutus Nabi Natan menyampaikan teguran melalui kisah
kiasan seorang kaya dan miskin. Si kaya yang mengambil domba
betina satu-satunya kepunyaan si miskin hanya untuk jamuan
makan para tamunya. Pertanyaan nabi Natan: “menurutmu
bagaimana tindakan si kaya ini?” Daud menjadi marah, dan
berkata selayaknya dihukum mati.
b. Daud tidak segera menyadari bahwa yang dimaksudkan adalah
dirinya. Bertindak salah dan dosa, tetapi menganggap sebagai
kebenaran, inilah yang menjadi kekejian bagi Tuhan. Bukan
hanya menipu manusia, tetapi sikap “tidak takut akan Tuhan”.
c. Natan memilih cara tegas dan keras menunjuk langsung kepada
Daud, “kamulah orangnya, yang telah mengambil istri Uria”.
d. Daud menyesal, menerima teguran Natan, tetapi ia harus sedia
menanggung akibat dari kejahatannya. Bahwa malapetaka
akan menimpa kaum keluarganya sendiri, baik istri-istrinya
maupun anak-anaknya (ay 11). Memang ia akan tetap hidup
setelah menyesali dosa dan perbuatannya (ay 13), akan tetapi
berkat yang semula diberikan kepada keluarganya akan
berubah menjadi jalan kehancuran baginya.
Kisah Daud dan Batsyeba menjadi contoh kesatuan “roh” yang
keliru. Sepakat untuk menjalani kecurangan bersama, sebagai
“pasangan” dengan sikap curang, tidak jujur, dan penuh kepalsuan
di depan banyak orang. Roh kedagingan telah menjadi pengikat.
Hal ini tidak disukai oleh Tuhan, roh kedagingan akan membawa
pada kehancuran relasi. Hal penting yang diberi tekanan, yakni
dalam masyarakat Israel peranan istri dan kekudusan
perkawinan merupakan bagian sentral dari kekudusan seluruh

Khotbah Jangkep Agustus 2021 75


anggota keluarga. Ketika terjadi penyelewengan, “mengingini istri
atau milik orang lain” dilakukan maka itu berarti sama dengan
mendatangkan murka Allah bagi keturunan berikutnya.

Mazmur 51:3-15
Masmur 51 dikenal sebagai permohonan ampun yang sangat
mendesak. Respon pribadi, pengakuan dosa Daud setelah mendapat
teguran dari Nabi Natan. Daud menerima teguran perihal kecurangan
yang dilakukannya sebagai kekejian dan dosa, maka ia sendiri harus
menunjukan pengakuan dosanya di tengah umat dalam peribadahan.
Mengapa Daud melakukan pengakuan dosa, dan bagaimana
isi pengakuannya? Daud mengakui dosanya setelah sadar bahwa
ia melakukan pelanggaran atas hukum Taurat, mengingini istri
Uria, menodai kekudusan perkawinan Uria dan itu berarti ia juga
sedang mempertaruhkan masa depan keturunannya sendiri. Ada
3 bagian penting dari isi mazmur pengakuan dosa:
A. Menerima ketika dirinya disalahkan sebagai “bertindak jahat
dimata Tuhan”, kemudian merasa menyesal, bahwa akibatnya
fatal bagi keturunannya. Ay 1c-4, merupakan permohonan “belas
kasih Allah”, dan “mohon dosanya dibersihkan/tahir”, sebab
Allah yang akan memperhitungkan setiap pelanggaran. Dosa
dipahami melekat pada tubuh, sehingga perlu dibersihkan,
ditahirkan dan dikuduskan agar terbebas dari tekanan rasa
bersalah.
B. Menyatakan pengakuan atas kesalahan. Tanda pertobatan
dimulai dengan sikap mau mengakui salah. Pengampunan
diberikan karena adanya pengakuan salah. Pemazmur mengakui
selama belum mengutarakan salahnya maka “dosanya selalu
terbayang dihadapanku” (ay 5b). Pemazmur tahu apa artinya
dosa itu, yakni rusaknya relasi secara langsung dengan Tuhan
dan menyimpang dari satu-satunya tujuan yang mulia.
Kesadaran akan akibat dosa itu membuat pemazmur
menempatkan diri sebagai mahluk yang mudah jatuh dalam
76 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
dosa, tetapi sekaligus percaya bahwa Tuhan Allah akan
membimbing kembali dalam kebenaran semata-mata karena
kasih setiaNya. Cara Tuhan membimbing dengan memberikan
hikmat dan kebenaran dalam lubuk hati (proses olah perasaan)
setelah bertindak dosa (ay 8, 15). Pengalaman berdosa dan
diampuni kembali menjadikan pemazmur menjadi kuat dan
berani bersaksi bahkan mengajarkan jalan kebenaran, supaya
orang lain yang berdosa dapat berbalik pada Allah.
C. Pengharapan dan komitmen hidup baru (ay 9-14). Hidup yang
diampuni memberikan daya yang baru dalam pengharapan
dan kerelaan diri untuk hidup dijalan Tuhan. Orang yang
diampuni dosanya, maka akan mendapatkan kelegaan hati,
ada kegirangan dan sukacita, sorak-sorai, semangat yang
baru, tidak merasa malu lagi dan bersembunyi, serta
mengalami pembaharuan hati yang makin teguh. Hal yang
paling membahagiakan yakni pemazmur tahu bahwa Tuhan
Allah tidak membuang dirinya dari hadapanNya, melainkan
memberi kesempatan untuk mengalami keselamatan.
Mazmur 51, menjadi salah satu bacaan yang bersifat
pendampingan. Tindakan salah dan keliru yang mendatangkan
dosa sangat dekat dengan diri setiap orang. Setiap orang dapat
jatuh dalam perbuatan dosa, itu sebabnya pengalaman juru
Mazmur menjadi pengingat bahwa dalam ikatan persekutuan
atau jemaat, salah satu tugas pemeliharaan iman yakni melalui
penggembalaan (pastoral) yang menuntun pada pertobatan dan
komitmen hidup baru.

Efesus 4:1-16
Paulus memberikan tekanan perihal “hidup sebagai orang
yang dipanggil” dan dipilih oleh Allah dalam mendapatkan
keselamatan dalam Yesus Kristus. (Ef 4:1). Dorongan Paulus yakni
supaya jemaat sungguh-sungguh memelihara relasinya dengan
Yesus Kristus, sebagai orang-orang yang dipanggilNya. Beberapa
Khotbah Jangkep Agustus 2021 77
nasehat praktis supaya hidup menjadi berpadanan (sesuai)
dengan maksud dari panggilan itu antara lain:
1. Memelihara relasi antar jemaat (ayat 2), melalui sikap hidup
yang baik: rendah hati, lemah lembut, sabar, saling membantu.
2. Memelihara kesatuan dengan Roh Kudus (ay 3-6) yang
menuntun pada damai sejahtera. Ikatan kesatuan “tubuh
Kristus/Jemaat” dan “Roh Kudus” yang dipelihara ditandai
dengan pemahaman teologis yang sama tentang siapa Allah
Bapa (Tuhan), apa itu Iman dan Baptisan? Lebih jauh
diterangkan bahwa Allah Bapa dari semua, di atas semua dan
oleh semua dan di dalam semua. Nampaknya Paulus
memahami bahwa akar perselisihan paham di antara jemaat
Efesus salah satunya yakni soal bagaimana Allah bekerja
menyelamatkan? Ada paham pantheisme (Allah ada pada
semua hal) yang cukup kuat mempengaruhi jemaat,
sementara Injil berbicara tentang Allah dalam diri Yesus
Kristus karena alasan “kasih karunia” maka manusia
diselamatkan. Paulus memakai logika pantheisme tersebut
untuk menegaskan ulang perihal siapa Yesus Kristus itu!
Yesus melampaui segala sesuatu yang ada di alam semesta,
dengan mengatakan bahwa Yesus telah naik, dan ia juga akan
turun ke bagian bumi yang paling bawah.
3. Mempertahankan Iman akan Yesus Kristus (ay 7-16). Paulus
memberikan sebuah pandangan teologis dengan menganalog
“kesatuan tubuh”, dimana Yesus Kristus adalah Kepala-nya
sedangkan orang yang percaya adalah bagian dari tubuh itu.
Jadi jika gereja dan jemaat adalah tubuhnya, maka yang
memerintah dan menggerakan seluruh tubuh itu adalah
Yesus Kristus, Sang Kepala gereja (ay 15c-16). Bahwa sebagai
tubuh memiliki bagian masing-masing dan fungsinya masing-
masing tetapi semua itu digerakan oleh dan untuk tujuan
yang sama yakni kemuliaan nama Yesus Kristus.

78 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


4. Memahami dan menerima karunia yang beragam untuk
pelayanan pemeliharaan iman (ay 11-14). Paulus sangat
menekankan perihal kebersamaan/ikatan jemaat yang
terpelihara melalui pendidikan iman yang serius dalam
jemaat. Itu sebabnya, sesuai dengan karunia masing-masing
lalu ada jabatan gerejawi yang bertugas memelihara jemaat,
baik sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala-
gembala dan pengajar-pengajar. Tujuan dari pembagian kerja
dalam pemeliharaan iman di jemaat yakni melibatkan bagian
tubuh Kristus (gereja) sesuai karunianya, agar bersikap aktif
melayani dan memperhatikan pertumbuhan gerejaNya (baik
dalam hal iman, maupun ikatan saling menopang di antara
jemaat dalam menghadapi persoalan). Adapun tugas utama
pemangku jabatan tersebut yakni “memperlengkapi orang-
orang kudus” (jemaat) dalam pelayanan dan pembangunan
tubuh Kristus (gereja). Sementara itu indikator jemaat yang
sehat, jika menganalog “pemeliharaan tubuh” sebagai
pemeliharaan jemaat, setidaknya dapat dilihat dari ciri berikut:
pengajaran tentang Yesus Kristus/Injil, dewasa dalam
menghadapi kesulitan, mengalami pertumbuhan (kualitas
hidup dan kwantitas yang bertambah), diikat oleh kasih
Kristus, tegas dalam pengambilan keputusan terkait dengan
sikap dan bahaya ajaran sesat. Semua itu didasari oleh sikap
“kesadaran diri” untuk bertumbuh dan menumbuhkan
persekutuan iman dalam gereja-Nya.

Yohanes 6:24-35
Narasi Yohanes 6:24-35 ini merupakan kelanjutan dari kisah
mujizat Yesus memberi makan 5000 orang. Pada bagian ini,
ditekankan tentang alasan-alasan yang mendasari seseorang
mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus dimanapun dan
kemanapun DIA pergi. Ayat 24 memberi keterangan, bahwa
pengalaman bersama Yesus dan menerima roti serta ikan itu

Khotbah Jangkep Agustus 2021 79


mengingatkan banyak orang pada kisah Musa dan bangsa Yahudi
(Israel). Utusan Allah yang disebut Mesias diyakini akan datang
dan memberikan tanda-tanda melalui mujizat yang luar biasa. Itu
sebabnya, orang banyak menyadari ketika Yesus dan muridNya
berpindah ke seberang (ke Kapernaum), mereka memutuskan
untuk mengikutiNya. Beberapa hal yang menarik dari teks antara
lain:
1. Yesus dipanggil sebagai “rabbi” (artinya Guru) (ay 25), seorang
Yahudi yang paham dan mengerti isi Taurat, dan mengajar
banyak orang tentang hidup dalam kesalehan. Pertanyaan
yang diajukan “bilamana “rabbi” tiba di Kapernaum?” Tidak
dijawab sesuai keterangan waktunya, melainkan apa maksud
dibalik pertanyaan itu. Yesus katakan: “…..kamu mencari Aku
bukan karena tanda, tetapi karena kamu telah makan roti dan
menjadi kenyang” (ay 26). Bagian ini menegaskan bahwa
alasan orang banyak mengikut Yesus yakni untuk mendapatkan
kemudahan dan kelancaran rejeki/makanan hari “itu”. Dengan
kata lain, mengikut Yesus untuk mendapatkan kemudahan
material dan kebutuhan hidup.
2. Yesus memberikan dorongan untuk dapat makan orang harus
mengupayakannya dengan cara “bekerjalah” (ay 27). Nampaknya
“bekerja” untuk mendapat makanan merupakan kelumrahan
dalam hidup. Tetapi bekerja yang seperti apa yang membuat
seseorang dapat bertahan dan memiliki orentasi yang bukan
sekadar demi kebutuhan hidup harian? Kelanjutan dari
dorongan “bekerjalah”, Yesus mengatakan “bukan untuk
makanan yang dapat binasa, melainkan yang dapat dimakan
sampai kekal”. Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, Bapa
melalui AnakNya. Yesus menawarkan sebuah orentasi dan
motivasi kerja demi kelestarian hidup jangka panjang.
3. Memiliki dan menghidupi misi bekerja yang sesuai dengan
kehendak Allah (ay 28-29). Orang banyak nampaknya terpikat
untuk hal yang sifatnya langgeng. Bekerja dan dapat makanan

80 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


yang berlangsung terus sampai kesudahan zaman. Sehingga
mereka merespon “pekerjaan apa yang harus diperbuat untuk
mengerjakan pekerjaan Bapa?” Pekerjaan apa yang sesuai
dengan kehendak Allah dan itu berdampak langgeng? Yesus
menjawab: “hendaklah kamu percaya kepada DIA yang telah
diutus Allah!” Apa maksudnya? Ini soal “iman=kepercayaan”
yang harus dibangun dalam hidup dan bekerja. Yakni hidup
dan bekerja dengan percaya kepada nama Yesus.
4. Percaya pada Yesus memerlukan proses kepekaan dan
latihan. Iman pada Yesus akan terbukti ketika kesulitan dan
perkara hidup harian dialami. Itu sebabnya secara logis,
orang banyak butuh “tanda”. Apa tandanya bahwa apa yang
dilakukan/dikerjakan itu sudah sesuai dengan kehendak
Bapa? Apa tandanya kalau Yesus bisa dipercaya, perbuatan
Yesus seperti apa yang bisa membuat orang banyak
mengimani kuasa nama Yesus? (ay 30-35), menjadi inti dialog
yang disasar oleh Yesus. Bahwa ketika orang banyak
mengalami kemudahan ketika mengikutiNya, maka mereka
akan tertarik pada bagian lain dari rahasia kuasa dan mujizat
yang diperbuatNya. Tanda Yesus yang diberikan yakni
jaminan yang lebih tinggi dari tanda Musa. Nenek moyang
Israel dulu diberi tanda “manna dari sorga oleh BapaNya”
ketika mereka di padang gurun. Yesus memberikan “jaminan
perkataan, bahwa ada Roti Kehidupan” yang kekal dan
melebihi “manna yang dari sorga”. Roti Kehidupan itu adalah
Yesus sendiri.

Oleh sebab itu, alasan mendasar seseorang memilih mengikut


Yesus yakni untuk mendapatkan kehidupan yang kekal, melebihi
makanan yang didapat dan diperlukan sehari-hari. Kehidupan
kekal yang diupayakan dengan bekerja “mempercayai kuasa nama
Yesus”. Ketika kita percaya pada kuasa nama Yesus yang diutus
oleh Bapa sebagai sumber berkat, maka kita sedang terhubung

Khotbah Jangkep Agustus 2021 81


langsung dengan Allah, Sang sumber berkat. Memelihara relasi
dengan Bapa, dilakukan dengan cara mengimani kuasa Yesus
dalam hidup keseharian dan orentasi pekerjaan kita selama di
dunia.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


• Idealnya relasi sebuah komunitas/keluarga, dan realitas
konflik, perselisihan dan penyimpangan dalam relasi.
• Bagaimana memelihara hidup dalam ikatan persekutuan
(gereja dan keluarga Kerajaan Allah)?
• Belajar dari pengalaman Daud, jemaat Efesus, dan rahmat
Allah yang memberikan ruang pengampunan dan kesempatan
keselamatan dalam Yesus Kristus.
• Ditutup dengan refleksi partisipatif: mengumpulkan pemikiran
bersama dalam upaya memelihara kesatuan roh/spirit kebaikan
dan kebenaran dalam persekutuan jemaat, keluarga dan
masyarakat. Pengumpulan pemikiran dan praktek pemeliharaan
hidup bersama dituangkan dalam skema jari-jari. (Majelis
menyediakan kertas plano ditempel didinding gereja dan
spidol. Setiap jemaat disilahkan menulis satu pemikiran bentuk
pemeliharaan yang akan diupayakan. Contoh: Menguatkan
Perkunjungan, dll).

82 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MEMELIHARA KESATUAN ROH

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,


Memelihara sebuah ikatan tetap dalam kesatuan, ternyata
memerlukan kesadaran, motivasi dan komitmen. Contoh: ketika
pasangan akan memulai ikatan menjadi suami-istri, hidup
berkeluarga, selalu diawali dengan bayangan yang ideal, indah dan
bahagia selamanya. Mulai dari pra-wedding, saat janji pernikahan
diikrarkan dan pesta dilangsungkan, yang ada gambaran bahagia.
Akan tetapi dalam prakteknya, tidak semua hal indah dan sukacita
itu tetap ideal. Beriring waktu mulai diterpa perkara, konflik,
selisih paham serta kesulitan yang dapat merenggangkan ikatan
kebersamaan. Pasangan ini diuji komitmennya dalam memelihara
ikatan mula-mula, ketika salah satu pasangan kemudian berubah
setia memilih berpaling pada perempuan lain.

Bagaimana menjaga roh kebersamaan/komitmen/ motivasi/


semangat tetap bersatu ketika salah satunya berubah tidak setia?
Inilah yang menjadi tidak mudah dan membutuhkan kesadaran,
motivasi, komitmen baru dan kerelaan berproses memperbaiki
kesalahan.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,


Kita akan belajar menggumuli dan menemukan solusi bersama,
bagaimana memelihara kesatuan roh dalam hidup kita, baik sebagai
keluarga, komunitas gereja dan masyarakat, terutama ketika harus
diperhadapkan dengan rupa ragam persoalan yang merenggangkan
ikatan tersebut? Ada 3 kata kunci, kesadaran, komitmen dan
motivasi yang mengarahkan kesatuan sebuah ikatan:

Khotbah Jangkep Agustus 2021 83


1. Belajar hidup dalam “Kesadaran” dari Pengalaman Daud.
Kisah Daud dan Batsyeba menjadi contoh kesatuan “roh” yang
keliru. Baik Daud dan Batsyeba, sepakat untuk menjalani kecurangan
bersama, sebagai “pasangan cinta” yang terlarang. Memakai sikap
curang, tidak jujur, dan penuh kepalsuan di depan banyak orang
Batsyeba pura-pura berkabung atas kematian suaminya, tetapi
lewat 7 hari kemudian ia menikah dengan Daud. Sementara Daud
memakai legalitas kekuasaannya sebagai raja secara sewenang-
wenang, demi seorang perempuan cantik. Ia menjadi raja yang
melakukan skandal.

Ketika nabi Natan menegur perbuatan Daud yang licik


merebut Batsyeba dari Uria, prajuritnya sendiri melalui gambaran
seorang kaya yang tega mengambil domba milik si miskin (2 Samuel
11:26-12:13a), maka Daud menyesal sekali. Sekalipun sudah
terlambat, sebab Uria mati, dan Batsyeba mengandung anak Daud.
Apa yang dilakukan oleh Daud? Dalam Mazmur 51, menjadi
pengakuan dosa Daud ditengah umatNya. Beberapa sikap Daud
dalam membangun “kesadaran baru” antara lain:
A. Menerima ketika dirinya disalahkan sebagai “bertindak jahat
dimata Tuhan”, kemudian merasa menyesal, bahwa akibatnya
fatal bagi keturunannya (Ay 1c-4). Ia memohon “belas kasih
Allah”, dan “mohon dosanya dibersihkan/tahir”, sebab Allah
yang akan memperhitungkan setiap pelanggaran.
B. Menyatakan pengakuan dosa atas kesalahan. Tanda pertobatan
dimulai dengan sikap mau mengakui salah. Pengampunan
diberikan karena adanya pengakuan salah. Selama belum
mengutarakan pengakuan, maka “dosanya selalu terbayang
dihadapanku” (ay 5b). Artinya, tindakan dosa berarti rusaknya
relasi secara langsung dengan Tuhan dan menyimpang dari
satu-satunya tujuan yang mulia. Mengaku dosa berarti percaya
bahwa Tuhan Allah akan membimbing kembali dalam kebenaran
semata-mata karena kasih setiaNya. Cara Tuhan membimbing

84 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


yakni dengan memberikan hikmat dan kebenaran dalam
lubuk hati setelah bertindak dosa (ay 8, 15). Pengalaman
berdosa dan diampuni menjadikan seseorang kuat dan berani
bersaksi bahkan mengajarkan jalan kebenaran, supaya orang
lain yang berdosa dapat berbalik pada Allah.
C. Membangun pengharapan dan komitmen hidup baru (ay 9-
14). Hidup yang diampuni memberikan daya yang baru dalam
pengharapan dan kerelaan diri untuk hidup dijalan Tuhan.
Orang yang diampuni dosanya, maka akan mendapatkan
kelegaan hati, ada kegirangan dan sukacita, sorak-sorai, semangat
yang baru, tidak merasa malu lagi dan bersembunyi, serta
mengalami pembaharuan hati yang makin teguh. Hal yang
paling membahagiakan yakni Tuhan Allah tidak membuang
dirinya dari hadapanNya, melainkan memberi kesempatan
untuk mengalami keselamatan.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,


2. Belajar menghidupi “komitmen baru” dari Jemaat Efesus.
Ketika Paulus melihat potensi konflik baik ditengah keluarga,
maupun jemaat karena perbedaan paham pengajaran keselamatan
antara pantheisme (Allah ada dalam semua) dan “kasih karunia”,
maka Paulus menekanan teologinya tentang “hidup sebagai orang
yang dipanggil” dan dipilih oleh Allah dalam mendapatkan
keselamatan dalam Yesus Kristus. (Ef 4:1). Dorongan Paulus agar
jemaat memelihara relasinya dengan Yesus Kristus, sebagai
orang-orang yang dipanggilNya.

Nasehat Paulus jemaat harus mengupayakan komitmen dalam


pelayanan, antara lain:
A. Memelihara relasi antar jemaat (ay 2), melalui sikap hidup
yang baik: rendah hati, lemah lembut, sabar, saling membantu.
B. Memelihara kesatuan dengan Roh Kudus (ay 3-6) yang menuntun
pada damai sejahtera. Ikatan kesatuan “tubuh Kristus/Jemaat”

Khotbah Jangkep Agustus 2021 85


dengan “Roh Kudus” yang dipelihara ditandai dengan
pemahaman teologis yang sama tentang siapa Allah Bapa
(Tuhan), apa itu Iman dan Baptisan? Lebih jauh diterangkan
bahwa Allah Bapa dari semua, di atas semua dan oleh semua
dan di dalam semua. Paulus memakai logika pantheisme
untuk menegaskan ulang siapa Yesus Kristus itu! Yesus
melampaui segala sesuatu yang ada di alam semesta, dengan
mengatakan bahwa Yesus telah naik, dan ia juga akan turun
ke bagian bumi yang paling bawah.
C. Mempertahankan Iman akan Yesus Kristus (ay 7-16). Paulus
memberikan sebuah pandangan teologis dengan menganalog
“kesatuan tubuh”, dimana Yesus Kristus adalah Kepala-nya
sedangkan orang yang percaya adalah bagian dari tubuh itu.
Jadi jika gereja dan jemaat adalah tubuhnya, maka yang
memerintah dan menggerakan seluruh tubuh itu adalah Yesus
Kristus, Sang Kepala gereja.
D. Memahami dan menerima karunia yang beragam untuk
pelayanan pemeliharaan iman (ay 11-14). Paulus sangat
menekankan perihal kebersamaan/ikatan jemaat yang
terpelihara melalui pendidikan iman yang serius dalam
jemaat. Itu sebabnya, sesuai dengan karunia masing-masing
lalu ada jabatan gerejawi yang bertugas memelihara jemaat,
baik sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala-
gembala dan pengajar-pengajar. Tujuan dari pembagian kerja
dalam pemeliharaan iman di jemaat yakni melibatkan bagian
tubuh Kristus (gereja) sesuai karunianya, agar bersikap aktif
melayani dan memperhatikan pertumbuhan gerejaNya (baik
dalam hal iman, maupun ikatan saling menopang di antara
jemaat dalam menghadapi persoalan). Adapun tugas utama
pemangku jabatan tersebut yakni “memperlengkapi orang-
orang kudus” (jemaat) dalam pelayanan dan pembangunan
tubuh Kristus (gereja).

86 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Jadi gereja yang ikatannya sehat, berkomitmen memperhatikan
bentuk “pemeliharaan iman” jemaatnya. Adapun pemeliharaan
itu diwujudkan melalui: pengajaran gereja tentang Yesus
Kristus/Injil, pendampingan bagi jemaat dalam menghadapi
kesulitan, persekutuan yang bertumbuh (kualitas dan kuantitas),
diikat oleh kasih Kristus, tegas dalam pengambilan keputusan
terkait dengan sikap dan bahaya ajaran sesat. Semua itu didasari
oleh sikap “kesadaran diri” untuk bertumbuh dan menumbuhkan
persekutuan iman dalam gereja-Nya.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Yesus Kristus,


3. Menghidupi “Motivasi” mengikut Yesus sebagai “bagian
tubuhNya”.
Narasi Yohanes 6:24-35 ini merupakan kelanjutan dari kisah
mujizat Yesus memberi makan 5000 orang. Pada bagian ini,
menolong kita merefleksikan ulang perihal pentingnya motivasi
seseorang mengikuti Yesus dimanapun dan kemanapun DIA
pergi. Beberapa motivasi yang dapat kita renungkan:
A. Mengikut Yesus untuk mendapat kemudahan dan kelancaran
rejeki. Yesus dipanggil sebagai “rabbi” (artinya Guru) (ay 25),
seorang Yahudi yang paham dan mengerti isi Taurat, dan
mengajar banyak orang tentang hidup dalam kesalehan.
Pertanyaan yang diajukan “bilamana “rabbi” tiba di Kapernaum?”
Tidak dijawab sesuai keterangan waktunya, melainkan apa
maksud dibalik pertanyaan itu. Yesus katakan: “kamu mencari
Aku bukan karena tanda, tetapi karena kamu telah makan roti
dan menjadi kenyang!” (ay 26). Bagian ini menegaskan bahwa
alasan orang banyak mengikut Yesus yakni untuk mendapatkan
kemudahan dan kelancaran rejeki/makanan hari “itu”. Memakai
kata lain, mengikut Yesus untuk mendapatkan kemudahan
material dan kebutuhan hidup.
B. Menghidupi orentasi “hidup kekal”. Yesus memberikan dorongan,
untuk dapat makan, orang harus mengupayakannya dengan

Khotbah Jangkep Agustus 2021 87


cara “bekerjalah”(ay 27). “Bekerja” untuk mendapat makanan
merupakan kelumrahan dalam hidup. Tetapi bekerja yang
seperti apa yang membuat seseorang dapat bertahan dan
memiliki orentasi bukan demi kebutuhan hidup harian saja?
Kelanjutan dari dorongan “bekerjalah”, Yesus mengatakan
“bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan yang dapat
dimakan sampai kekal.” Inilah pekerjaan yang dikehendaki
Allah, Bapa melalui AnakNya. Yesus menawarkan sebuah orentasi
dan motivasi kerja demi kelestarian hidup jangka panjang.
C. Untuk melatih pertumbuhan iman dalam bekerja. Yakni
menghidupi misi diri agar berpadanan dengan kehendak Allah.
Orang banyak nampaknya terpikat untuk hal yang sifatnya
langgeng. Bekerja dan dapat makanan yang berlangsung terus
sampai kesudahan zaman. Sehingga mereka merespon
“pekerjaan apa yang harus diperbuat untuk mengerjakan
pekerjaan Bapa?” Pekerjaan apa yang sesuai dengan kehendak
Allah dan itu berdampak langgeng? Yesus menjawab: “hendaklah
kamu percaya kepada DIA yang telah diutus Allah!” (ay 28-29).
Apa maksudnya? Ini soal “iman = kepercayaan” yang harus
dibangun dalam hidup dan bekerja. Yakni hidup dan bekerja
dengan percaya kepada nama Yesus.
D. Untuk menghayati ikatan kebersamaan antara sesama pengikut
Yesus. Iman pada Yesus akan terbukti ketika kesulitan dan
perkara hidup harian dialami. Itu sebabnya secara logis, orang
banyak butuh “tanda”. Apa tandanya bahwa apa yang dilakukan/
dikerjakan itu sudah sesuai dengan kehendak Bapa? Apa
tandanya kalau Yesus bisa dipercaya, perbuatan Yesus seperti
apa yang bisa membuat orang banyak mengimani kuasa nama
Yesus? Ay 30-35, menjadi inti dialog yang disasar oleh Yesus.
Bahwa ketika orang banyak mengalami kemudahan
mengikutiNya, maka mereka akan tertarik pada rahasia kuasa
dan mujizat yang diperbuatNya juga dalam kebersamaan.
Tanda Yesus yang diberikan lebih tinggi dari tanda Musa.

88 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Nenek moyang Israel dulu diberi tanda “manna dari sorga oleh
BapaNya”. Tetapi, Yesus memberikan “jaminan perkataan,
bahwa ada Roti Kehidupan” yang kekal dan melebihi “manna
yang dari sorga”. Roti Kehidupan itu adalah Yesus sendiri.

Untuk memelihara kesatuan, baik sebagai keluarga maupun


gereja, kita didorong untuk mengolah kesadaran diri, menghidupi
motivasi mengikut Yesus, dan memiliki komitmen bersama.
Ketika kita percaya pada kuasa nama Yesus yang diutus oleh Bapa
sebagai sumber berkat, maka kita sedang terhubung langsung
dengan Allah, Sang Sumber berkat. Jadi sebagai “gerejaNya”,
memelihara relasi dengan Bapa, dilakukan dengan cara mengimani
kuasa Yesus dalam hidup bersama sebagai satu ikatan “keluarga
Kerajaan Allah”.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,


Sebagai komitmen kita bersama sebagai persekutuan orang
yang percaya dan mengikuti Yesus, saya mengajak setiap jemaat
untuk terlibat dalam menuliskan sebuah usulan solusi. Menuliskan
pemikiran bersama bagaimana pemeliharaan kesatuan sebagai
keluarga, gereja dan bagian masyarakat akan diwujudkan. Disamping
kanan, kiri pada dinding sudah disediakan kertas plano…silahkan
menuliskan satu pemikiran saudara, atau bahkan hal mendasar
yang akan saudara lakukan untuk memelihara kesatuan itu. Contoh:
menguatkan perkunjungan jemaat (jika untuk gereja); menghidupi
cinta mula-mula (jika untuk keluarga), dst. Prosesi penulisan
komitmen dilakukan saat akan keluar dari tempat ibadah, diakhir
ibadah ini. Menuliskan komitmen diri terlibat dalam upaya
pemeliharaan kehidupan bersama baik di keluarga maupun gereja,
maka kita sedang membangun idealitas kebersamaan dalam roh
yang sama, yakni damai sejahtera dan hidup kekal. Amin.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 89


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

NGRIMATI TETUNGGILANING ROH

Pasamuwan ingkang dipuntresnani lan nresnani Gusti Yesus


Kristus,
Ngrimati suhing tetunggilan, nyatanipun mbetahaken
pangertosan, pambereg dan tanggel jawab. Contonipun: saben
pasangan ingkang miwiti gesang ing sesemahan, bebrayatan
mesthi nggadahi pangangen-angen ingkang sampurna, endah lan
kebak ing kabingahan selaminipun. Wiwit saking “pre-wedding
(acara sakderengipun ningkah), nalika sami mratelakaken
janjinipun lan riyaya neningkahan katindakaken sedaya dados
gambaraning kabingahan. Ananging saksampunipun dipunlampahi
ingkang sewau kagambaraken endah lan mbingahaken, mboten
sedaya gampil kawujudaken. Mindhak dinten manggihaken perkawis,
pasulayan, regejekan, seling surup ingkang njalari tebihing
sesambetan setunggal lan setunggalipun. Kekalihipun sami kauji
tanggel jawabipun kangge ngrimati katresnan wiwitan, nalika
setunggalipun sampun mboten setya malih badhe nemahi
perkawis ingkang awrat.

Lajeng kadospundi tansah kasagedaken njagi rohing


tetunggilan/tanggel jawab/pambereg/semangat tetep nunggil
sesarengan, menawi ingkang setunggalipun sampun ewah ing bab
kasetyanipun? Punika ingkang mbetahaken pangertosan, pambereg
lan tanggel jawab ingkang enggal lan kedah purun kanthi ikhlas
nata malih gesangipun.

Pasamuwan ingkang dipuntresnani lan nresnani Gusti Yesus


Kristus,
Sesarengan kita sami badhe sinau, kadospundhi ngrimati
tetunggilaning roh ing gesang kita, dadosa ing satengahing brayat,

90 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


pasamuwan punapa dene masyarakat, mirungganipun nalika
kaabenajengaken kaliyan mawerni-werni perkawis? Wonten 3
kunci inggih punika pangertosan, pambereg lan tangggel jawab
ingkang nuntun ing patunggilan:

1. Sinau ‘Mangertosi ingkang karaosaken” saking


lelampahaning gesangipun Daud.
Cariyosipun Dawud lan Batsyeba dados satunggaling conto
tetulingganing “roh” ingkang kelentu. Dadosa Dawud lan Batsyeba
sarujuk nindakaken culika sesarengan. Ngapusi, goroh lan pinter
nutupi tumindak ala ing ngajenging tiyang kathah punika ingkang
katindakaken dening kekalihipun. Batsyeba ngatingalaken raos
sedih nalika semahipun pejah, ananging saksampunipun langkung 7
dinten lajeng purun dipunningkahi dening Dawud. Dene Dawud
piyambak sampun ngginakakaken panguwaosipun kanthi sewenang-
wenang; namung kangge mendhet pawestri ingkang sampun
dados darbeking liyan.

Nalikanipun Nabi Natan ngengetaken dhateng Dawud ingkang


sampun tumindak culika kanthi pasemon tiyang sugih kanthi
sawenang-wenang mendhet mendanipun tiyang miskin (2 Samuel
11:26-12:13a), temah Dawud nelangsani dosanipun. Senajan
sampun telat anggenipun ngakeni dosanipun, awit Uria sampun
pejah lan Batsyeba ugi ngandhut anakipun Dawud. Lajeng punapa
ingkang katindakaken dening Dawud? Ing Kitab Mazmur 51,
dados pangakening dosanipun Dawud ing ngajenging umatipun.
Sikap mangertosi ingkang karaosaken antawisipun:
1. Nampi nalika dirinipun dipunengetaken kalepatanipun ing
ngarsanipun Gusti. Lajeng nelangsani dosanipun senajan
lumantar tumindak punika paukumanipun Gusti tetep
kelampahan dhateng tedhak turunipun (ay 1c-4). Dawud
nyuwun kawelasan dhumateng Gusti Allah lan Gusti mugi
kersa paring pangapunten, awit namung Panjenenganipun
ingkang kagungan kuwaos ngapunten.
Khotbah Jangkep Agustus 2021 91
2. Mratelakaken pangakening dosa awit kalepatanipun. Tanda
mratobat punika kawiwitan saking sikap purun ngakeni lepat.
Pangapunten badhe kaparingaken menawi purun ngakeni.
Menawi dereng purun ngakeni dosa, kalepatanipun mesthi
badhe tansah ngreridhu gesangipun (ay 5b). Awit tumindak
dosa punika tegesipun risaking sesambetan antawisipun Gusti
Allah kaliyan manungsa lan nyimpang saking gegayuhan
ingkang mulya. Ngakeni dosa ateges ugi pitados bilih Gusti
Allah lan sih piwlasipun badhe kersa nuntun gesangipun malih
ing salebeting kayekten. Gusti badhe paring kawicaksanan lan
kayekten ing manahipun supados mboten nindakaken dosa
malih (ay 8, 15). Nindakaken dosa lajeng kaapunten punika
dadosaken tiyang sami kakiyataken malih lan kasagedaken
malih nglairaken paseksi bab margining kayekyen jati,
supados tiyang sanes ugi gesang ing kayekten.
3. Mbangun pangajeng-ajeng lan purun tanggel jawab nglampahi
gesang (ay 9-14). Gesang ingkang sampun kaapunten dening
Gusti badhe ngraosaken dayaning gesang enggal ingkang
badhe nuwuhaken pangajeng-ajeng lan sukalila nglampahi
gesang ing margining Gusti Allah. Dene menawi sampun
nampi pangapunten mesthi badhe tansah ngraosaken ayem,
bingah, gesang enggal lan mboten badhe lingsem sarta
sangsaya kukuh ing iman lan gesangipun. Ingkang langkung
bingahaken malih bilih Gusti Allah mboten nyingkiraken
gesangipun, nanging kaparingan kawilujengan malih.

Pasamuwan ingkang nresnani lan dipuntresnani Gusti Yesus,


2. Tansah Sinau nggesangaken Tanggel Jawab anyar saking
pasamuwan Efesus.
Nalika Rasul Paulus pirsa bilih ing satengahing brayat
punapadene ing satengahing pasamuwan tuwuh perkawis awit
wontenipun piwulang bab kawilujengan antawisipun piwucal
pantheisme (Gusti Allah wonten ing sedayanipun) lan “sih

92 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kanugrahan”, mila Rasul Paulus nandhesaken piwucalipun bab
“Gesang minangka tiyang ingkang tinimbalan” lan pinilih dening
Gusti Allah supados nampi kawilujengan saking Yesus Kristus (Es
4:1). Rasul Paulus paring pangatag supados pasamuwan tansah
ngrimati sesambetanipun kaliyan Gusti Yesus minangka tiyang
ingkang sampun tinimbalan.

Rasul Paulus paring dhawuh dhateng pasamuwan supados


tansah mbudidaya tanggeljawab peladosan, antawisipun:
1. Ngrimati sesambetan ing antawisipun pasamuwan (ay 2)
lumantar sikaping gesang ingkang sae: andhap asor, welas
asih, sabar lan purun paring pambiyantu.
2. Ngrimati tetunggilanipun kaliyan Sang Roh Suci (ay 3-6)
ingkang nuntun dhateng katentreman. Tangsuling tetunggilan
antawisipun pasamuwan lan sang Roh Suci ingkang dipunrimati
adhedhasar pangertosan ingkang sami bab Gusti Allah (Allah
Rama), iman lan Baptisan. Langkung bebles malih, Rasul Paulus
mratelakaken bilih Gusti Allah wonten ing sedayanipun, ing
sakinggiling sedayanipun lan awit saking sedayanipun lan ing
salebeting sedayanipun. Rasul Paulus ngginakaken piwucal
Pantheisme, kangge njlentrehaken sinten Gusti Yesus punika.
Panjenenganipun ugi nglangkungi sedayanipun ing jagad
punika, kanthi ngandika bilih Gusti Yesus sampun sumengka
lan ingkang sampun tumedhak ing peranganing bumi ingkang
ngandhap piyambak.
3. Mempertahankan Iman akan Yesus Kristus (ay 7-16). Rasul
Paulus maringi pangertosan iman kanthi nyamekaken “tunggiling
badan” punika gambaranipun pasamuwan ingkang minangka
peranganing badan dene Gusti Yesus punika minangka
sesirahing pasamuwan. Dados menawi gereja utawi pasamuwan
punika badanipun, dene ingkang njalari badan punika saged

Khotbah Jangkep Agustus 2021 93


nindakaken punapa kemawon awit Gusti Yesus ingkang
mranata lan ingkang ngersakaken.
4. Mangertos lan nampi benten-bentening kanugrahan ingkang
kaginakaken kangge pangrimating iman pasamuwan (ay 11-
14). Paulus nandhesaken bab mirungganing piwucaling
pangandikanipun Gusti minangka sarana tangsuling
tetunggilaning pasamuwan. Awit saking punika, trep kaliyan
benten-bentening kanugrahan ing satengahing pasamuwan
wonten kalenggahan ingkang nggadahi jejibahan ngrimati
pasamuwan, dadosa minangka rasul, nabi, juru Injil, pangen
lan pamulang. Ancasing tugas ingkang benten-benten punika
supados sedaya pasamuwan sami ngraosaken bilih sedaya
minangka gegelitaning sariranipun Sang Kristus (gereja) trep
kaliyan kanugrahanipun. Kanthi mekaten sedaya warganing
pasamuwan sami sumadya lelados lan nggatosaken indaking
pasamuwan (dadosa ing iman, punapadene anggenipun sami
nggatosaken setunggal lan setunggalipun nalika ngadhepi
perkawis). Dene tugas utaminipun ingkang kaparingaken
kalenggahan mirunggan ing satengahing pasamuwan inggih
punika “supaya para suci padha kacawisna kanggo ayahan
leladi, kanggo pambangune sarirane Sang Kristus.”

Dados gereja ingkang sehat punika ingkang tanggel jawab


nggatosaken wujuding pangrimating iman pasamuwan. Dene
pangrimat punika saged kawujudaken lumantar: piwucal bab
Gusti Yesus/Injil, nggatosaken pasamuwan ingkang nembe
ngadhepi perkawis, kempalan ingkang tumuwuh ing bab “kualitas
lan kuantitas”; suhing gesang dening Gusti Yesus, sampun kendho
dhateng piwucal nasar ingkang wonten ing tengahing
pasamuwan. Sedaya kalawau kalandhesaken ing sikap ingkang
sadar kangge tumuwuh lan nuwuhaken gesanging patunggilaning
iman ing satengahing pasamuwan.

94 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Pasamuwan ingkang dipuntresnani lan nresani Gusti Yesus,
3. Nggesangaken “Motivasi” ndherek Gusti Yesus minangka
“peranganing badanipun Gusti”
Ingkang kapangandikakaken ing Injil Yokanan 6:24-35 punika
wonten sambetanipun kaliyan cariyos nalika Gusti Yesus maringi
tetedhan 5000 tiyang. Ing bab punika kita sami kaengetaken
“motivasi” anggen kita dherek Gusti Yesus ing kawontenan
punapa kemawon ingkang kita adhepi. Saged kita gatosaken
sawetawis pambereg ingkang saged kita jinggleng sesarengan:
1. Ngetut wingking Gusti kangge nggayuh gesang ingkang sekeca
lan gampil pados rejeki. Gusti Yesus tinimbalan minangka
“Rabbi” (tegesipun Guru, ay. 25); Tiyang Yahudi sami mangertos
isining Toret lan mucal kathah tiyang bab gesang ingkang saleh.
Pitakenan ingkang dipun ajengaken dhateng panjenenganipun
“Rabbi, kala punapa anggen Paduka rawuh ing ngriki?” Gusti
Yesus mboten mangsuli pitakenan punika miturut ingkang
pun ajengaken, ananging panjenenganipun kepara ngaturaken
pangertosan ingkang langkung lebet, “Satemen-temen pituturKu
ing kowe, kowe padha nggoleki Aku iku ora awit kowe padha
weruh pratandha, nanging marga wus padha mangan roti
nganti wareg.” (ay 26). Gusti Yesus pirso bilih tiyang kathah
ngetut panjenenganipun punika namung kepingin nampi gesang
ingkang sekeca lan gampil pados rejeki. Kanthi tembung
sanes ndherek Gusti Yesus supados gampil pados rejeki lan
kebatetahaning gesang.
2. Ngrimati gegayuhan “Gesang Langggeng”. Gusti Yesus paring
pambereg, menawi tiyang kepingin nedha, piyambakipun kedah
nyambutdamel (ay 27). Nyambutdamel kangge nyekapi
kabetahan punika limrah lan pancen kedah dipunlampahi
dening sedaya tiyang. Ananging nyambutdamel ingkang
kadospundhi supados saged nggayuh gesang langgeng? Gusti
Yesus ngandika: “Padha tumindaka ing gawe, aja supaya oleh

Khotbah Jangkep Agustus 2021 95


pangan kang kena ing rusak, nanging supaya oleh pangan kang
bisa tahan tumeka ing urip langgeng…” punika nyambutdamel
ingkang kinersakaken dening Gusti Allah lumantar putranipun
ingkang kinasih. Gusti Yesus mbereg dhateng para murid lan
sedayanipun supados anggenipun nyambutdamel punika
mboten namung kangge kabetahan jasmani ananging ugi
kedah kangge kabetahan rohani supados gesangipun
lestantun mboten namung nalika gesang ing jagad punika
ananging ugi gesang ing kalanggengan.
3. Kangge nggladi tuwuhing iman ing salebeting nyambutdamel,
inggih punika supados tansah selaras antawisipun ingkang
katindakaken cundhuk kaliyan kersanipun Gusti Allah. Kathah
tiyang ketinggalipun sami kasengsem bab nyambutdamel lan
saged nampi tetedhan ngantos dumugi ing kalanggengan.
Temah lajeng sami ngandika “Kawula kedah sami nglamphi
punapa supados nindakaken padamelan ingkang kakersakaken
dening Allah? Gusti Yesus atur wangsulan: “….supaya kowe
padha pracaya marang kang kautus dening Allah” (ay 28-29)
Punapa tegesipun? Punika tegesipun sambet kaliyan iman
ingkang kedah kabangun ing salebeting nglampahi gesang lan
nalikanipun nyambutdamel inggih punika gesang lan
nyambuldamel alandhesan pitados dhateng Gusti Yesus.
4. Kangge ngraos-raosaken tangsuling tetunggilan kaliyan para
pendherekipun Gusti Yesus. Iman dhumateng Gusti Yesus
punika mesthi kabukten nalika ngdhepi perkawis ing gesang
padintenan. Mila limrah menawi kathah tiyang lajeng nyuwun
“tanda”. Punapa tandanipun bilih ingkang katindakaken trep
kaliyan kersanipun Gusti Allah? Punapa tandanipun menawi
Gusti Yesus punika pancen pinitados ing gesangipun tiyang
kathah? Ing ayat 30-35, nalika tiyang kathah sami gampil
ndherek panjenenganipun, mesthi ugi badhe kasangsem
panguwaos lan mujizat ingkang katindakaken dening Gusti

96 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Yesus ing tengah-tengahing tiyang kathah. Tanda ingkang
katindakaken dening Gusti Yesus nglangkungi ingkang
sampun katindakaken dening Nabi Mausa. Leluhuripun
bangsa Israel nalika semanten kaparingan “mana saking
swarga”. Ananging Gusti Yesus ngandikakaken bilih wonten
roti panguripan ingkang langgeng lan nglangkungi “mana
saking swarga”. Roti panguripan ingkang kapangandikaken
inggih punika Gusti Yesus piyambak.

Kangge ngrimati tetunggilan, dadosa ing brayat punapadene


ing pasamuwan, kita sami kabereg supados sami nggadahi
pangertosan, gesangaken motivasi ndherek Gusti Yesus lan purun
nindakaken tanggel jawab sesarengan. Nalikanipun kita pitados
dhateng Asmanipun Gusti Yesus ingkang kuwaos dados
sumbering berkah, mesthi kita ugi pitados kaliyan Gusti Allah
ingkang dados sumbering berkah. Dados minangka “gereja”-
nipun, mbangun sesambaten kaliyan Gusti Allah punika kedah
katindakaken pitados dhateng Gusti Yesus ing gesang sesarengan
minangka “Brayat kratoning Allah”

Pasamuwan ingkang dipuntresnani lan ingkang nresnani


Gusti Yesus,
Minangka tanggel jawab tiyang pitados lan pendherekipun
Gusti Yesus, kula ngajak saben umat kagunganipun Gusti kersa
sami nyerat satunggaling usulan, ingkang mugi saged kaginakaken
kangge margining pirembagan ingkang sae lan munpangati
mbangun gesang sesarengan.

Pasamuwan sami kaajag nyerat kadospundhi mujudaken


pangrimat kangge wutuhing gesang ing brayat, gereja lan
masyarakat. Ing kiwa lan tengen sampun kacawisaken kertas

Khotbah Jangkep Agustus 2021 97


plano…sakpunika sumangga kasuwun nyerat usul, pamikiran
ingkang saged mujudaken tetunggilan punika.

Contonipun: nggesangaken patuwen (ing gereja), nggesangaken


katresnan wiwitan (ing brayat), lsp. Anggenipun nyerat punika
saged katindakaken nalika rampung ibadah; kakempalan ing
satunggaling wadah (utawi papan sanesipun) ancasipun supados
kita sami sesarengan sami nggadahi pambudidaya ngrimati
gesang sesarengan ing satengahing brayat, gereja punapa dene
masyarakat. Supados tansah ngraosaken tentrem rahayu kados
ingkang kinersakaken dening Gusti Allah. Amin

98 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 8 Agustus 2021
Minggu Biasa XIV-Minggu ke-11 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Hidup Sebagai Orang Merdeka

TUJUAN:
Jemaat menyadari perannya sebagai warga bangsa Indonesia melalui
pencapaian kerja yang dilakukan dengan tanggungjawab.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 2 Samuel 18:5-9, 15, 31-33
Tanggapan : Mazmur 130
Bacaan II : Efesus 4:25-5:2
Bacaan Injil : Yohanes 6:35, 41-51

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Yohanes 17:22-23
Petunjuk Hidup Baru : Galatia 5:1
Dasar Persembahan : 2 Korintus 9: 7-8

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : PKJ 192:1, 2, 3
Nyanyian Penyesalan : KJ 38:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : PKJ 200: 1 (dinyanyikan 2 X)
Nyanyian Persembahan : KJ 287b:1, 2, 3
Nyanyian Pengutusan : PKJ 176:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 347:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 49:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 78:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 167:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 359:1-3

Pdt. Nani Minarni, S.Si, M.Hum (GKJ Brayat Kinasih)

Khotbah Jangkep Agustus 2021 99


DASAR PEMIKIRAN
Merdeka seringkali dimaknai sebagai bebas, tidak terkena
tuntutan, leluasa bertindak, lepas dari sesuatu keadaan yang
menindas, dan tidak bergantung pada orang atau sesuatu yang
lain (lihat KBBI). Merdeka dalam arti leluasa, terutama di era
teknologi informasi, bisa dimaknai sebagai memiliki peluang
bebas untuk menggunakan media sosial, mengakses dan mengirim
informasi. Merdeka dalam relasi sosial, berarti tidak bergantung
pada orang atau sesuatu yang lain yang dapat membuat hidup dan
dirinya merasakan nyaman, damai dan tenang menjalani hidup.
Definisi yang akan digunakan dalam kerangka khotbah ini ada
2, pertama merdeka dalam arti seseorang dalam perjalanan
spiritualitasnya dapat menjadi mandiri dan tidak bergantung
pada orang lain atau sesuatu yang melekatkan hidupnya pada
materi. Kedua, merdeka dalam arti menggunakan keleluasaan
bertindak, baik di realitas sosial maupun melalui virtual, dengan
disertai kesadaran etis sebagai sikap tanggungjawab sosialnya
kepada Allah dan sesamanya. Umat didorong untuk memaknai
kemerdekaan Indonesia sebagai hak asasi, bebas dari penjajahan
dan penindasan bangsa lain, sekaligus ajakan untuk mewujudkan
misi luhur keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh warga
bangsa Indonesia. Khotbah minggu ini akan mengajak jemaat
menyadari tanggungjawabnya sebagai bagian warga bangsa,
sekaligus anggota jemaat yang berperan aktif mendukung upaya
pencapaian luhur bangsa ini.

KETERANGAN BACAAN
2 Samuel 18:5-9, 15, 31-33
Konflik keluarga Daud sudah dinubuatkan oleh nabi Natan,
sebagai akibat dari tindakan zinah Daud dengan Betsyeba.
Pemberontakan Absalom anak Daud diawali dari perbuatan Amnon
yang memperkosa Tamar adik Absalom. Amnon juga anak Daud
100 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
dari istri yang lain. Sikap balas dendam Absalom dengan membunuh
Amnon, berlanjut kepada ketidaksenangan Daud kepadanya,
sehingga Absalom melarikan diri ke Gesur (2 Sam 13:19-39).
Sebagai hukuman dari Daud, Absalom dibuang selama 5 tahun,
kemudian berdamai lagi dengan Daud. Akan tetapi pengampunan
dari ayahnya dibalas dengan taktik untuk menguasai kerajaan,
dengan melakukan pemberontakan terhadap Daud (ayahnya
sendiri). Hal inipun merupakan bagian dari nubuatan nabi Natan.
Kisah pemberontakan Absalom, berakhir dengan pengejaran
oleh Yoab dan tentara kerajaan Daud sampai ke hutan Efraim,
dimana Absalom mengalami kematiannya. Kisah kematian yang
memilukan, Absalom yang gagah berani, harus tergantung di
pohon Terbantin, dimana bumi dan langit menolaknya. Yoab
melemparkan tiga lembing ke tubuh Absalom saat ia masih
tergantung dipohon (ay 14). Padahal pesan Daud “perlakukanlah
Absalom, anak muda itu dengan lunak” (ay 5). Namun Yoab, Abisai
dan Itai, tentara Daud membuatnya menjadi terbalik. Pertempuran
berjalan sengit, dan 20.000 orang tentara mati. Kekalahan dipihak
Absalom. Ia mati, dan kabar kematiannya yang disampaikan oleh
orang Etiopia (ay 32) itulah yang membuat Daud sangat bersedih,
hingga meratapi kematian Absalom, anaknya (ay 33).
Yoab sebagai kepala prajurit, menjalankan tugasnya
mengamankan bangsa Israel dari rongrongan pemberontak sekalipun
itu anak raja Daud sendiri. Dalam mengemban tanggungjawabnya,
Yoab lebih meletakan pertimbangan keamanan seluruh negara
daripada kepentingan pribadi raja terhadap anaknya. Sementara
itu, Abisai dan Itai lebih memilih sebagai orang yang patuh pada
perintah raja. Gambaran prajurit Daud dalam mengambil sikap
dan keputusan untuk keamanan kerajaan Israel yang dipimpin
Daud waktu itu, menjadi model warga bangsa yang loyal terhadap
negara, atau loyal terhadap pemimpin negara yang dapat
digantikan orang lain. Nasionalisme Yoab menarik untuk

Khotbah Jangkep Agustus 2021 101


diperhatikan dalam kerangka dirinya sebagai prajurit yang
memiliki sikap “merdeka” dalam arti leluasa bersikap dengan
pertimbangan etis, yakni demi kepentingan negara yang lebih
besar dibanding pribadi dan golongan.

Mazmur 4
Merupakan nyanyian keyakinan kepada Tuhan, sekalipun
pemazmur Daud mengalami keadaan yang membuatnya merasa
sulit untuk dapat tidur nyaman dan tenang. Nada dari mazmur 4
lebih banyak mengungkap bagaimana pengalamannya dengan
Tuhan dilewati ketika harus menghadapi segala kesulitan, dan
tekanan dalam hidup. Doa mazmur ini merupakan pengalaman
kasih setia Allah yang dihayati dalam hidup sehari-hari. Juru
mazmur memberikan tekanan penting pada relasi personal umat
dengan Tuhan dalam doa:
A. Tuhan mendengar suara teriakan orang yang minta tolong
kepadaNya ketika dalam kesesakan (ay 1c). Relasi intim
dengan Tuhan menjadi dasar yang kuat untuk dapat
mengalami belas kasih dan kelegaan dari Tuhan disaat yang
berat.
B. Tuhan memperhatikan kumpulan orang banyak yang cara
ibadahnya dikenan (ay 2-6). Dalam hal ini ibadah yang
dimaksud yakni bentuk sikap yang konsisten terus berharap
dan percaya pada cara Tuhan menetapkan langkah hidup
orang yang dikasihiNya dan dipilihNya. Ketika ia memerlukan
Tuhan Allah dalam kesulitannya, ia berseru, dan Tuhan
menolong. Tetapi ada cara hidup yang menodai relasi dengan
Tuhan dan menjadikan penghambat, yakni kebohongan, sikap
marah hingga bisa bertindak dosa. Pemazmur berpesan
kalaupun marah, jangan sampai berbuat dosa (ay 5), cukup
berkata-kata dalam hati dan tetap diam. Sebaliknya, sudah
seharusnya umat memberikan persembahan syukur (korban)
dan percaya pada Tuhan (ay 6), menjalani hidup dalam
102 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
sukacita, mengalami cahaya wajah Tuhan, dan dapat
berbaring dengan tenang (ay 7-9). Sebab penjaminnya sudah
pasti yakni Tuhan Allah yang sudah menetapkan jalan hidup
setiap orang sejak dari semula.

Efesus 4: 25-5:2
Secara keseluruhan pasal 4 merupakan nasehat praktis dari
Paulus bagi jemaat Efesus, sebagai respon atas persoalan
perbedaan paham teologis yang dikhawatirkan dapat membuat
jemaat menjadi bimbang ibarat diombang-ambingkan oleh rupa
angin pengajaran (4:14) yang menyesatkan. Hal ini mendorong
Paulus untuk mengingatkan bahwa sebagai orang yang percaya
pada Yesus Kristus, maka hidupnya harus menunjukan kebaruan
yang berbeda daripada orang yang belum mengenalNya (4:17).
Ayat 18-31 menjadi contoh daftar perbuatan yang membedakan
antara golongan orang yang sudah mengenal dan menerima
Yesus, dengan orang yang tidak mengenalNya. Sikap golongan
orang yang menolak ajaran Yesus, jauh dari persekutuan, hidup
menuruti hawa nafsu, bekerja dengan serakah segala macam
kecemaran (ay 19). Sedangkan golongan orang yang menerima
ajaran Yesus, ditandai dengan sikap dirinya yang berubah baik
dari cara berfikir (lebih rohani), meninggalkan cara hidup
duniawi (kecemaran, kegeraman, suka berdusta).
Sikap yang disarankan untuk dijalani oleh orang yang mengikut
Yesus yakni:
A. Pribadi yang berintegritas, berkata jujur dan benar (ay 25),
sebab Allah menciptakan manusia semula untuk maksud
kebaikan dan dalam kebenaran, apalagi sebagai satu kesatuan
jemaat.
B. Pribadi yang dapat mengendalikan amarah dalam dirinya (ay
26-27), kalaupun sampai marah maka tahu batasannya,
kapan mengakhiri sikap marahnya itu dan tidak melewati

Khotbah Jangkep Agustus 2021 103


hari berikutnya (jangan sampai matahari terbenam). Artinya
jika amarah melewati hari berikutnya maka itu sudah menjadi
dendam, apalagi sampai si iblis masuk untuk membujuk pada
tindakan jahat.
C. Pribadi yang menjauhi tindakan jahat ketika mengupayakan
rejeki (ay 28), bekerjalah dengan jujur jangan mencuri (korupsi),
mengambil apa yang bukan haknya. Sebaliknya bekerjalah
dengan baik, bekerja dengan tangannya sendiri, dan bahkan
berbagi kepada orang yang kekurangan dari hasil pekerjaannya
itu.
D. Pribadi yang menjaga mulutnya dari kata-kata kotor (ay 29),
melainkan memilih kata-katanya dengan tepat sehingga
orang yang mendengarnya merasakan dibangun, dikuatkan
dan mendapat kasih karunia. Apalagi sampai mendatangkan
duka dihati Allah, melalui kata-kata yang mengumpat atau
menghujat Allah (ay 30).
E. Pribadi yang menjaga sikapnya baik dalam relasi sosial (ay
31-32), tidak mendatangkan kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian, fitnah, sebaliknya bersikap ramah terhadap
semua orang, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.

Nasehat praktis tersebut disampaikan supaya jemaat


menyadari artinya dipanggil dalam lingkup keselamatan oleh
Allah melalui Yesus Kristus, yakni untuk menjalani hidup sebagai
anak-anak Terang. Hal ini menjadi penekanan Paulus, sebab Yesus
Kristus sudah memberikan teladan hidup sebagai penurut Allah.
Mengasihi orang yang percaya kepada Allah dan kepada diriNya,
itu sebabnya Yesus Kristus rela menyerahkan diriNya sebagai
persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Nasehat Paulus
ini mendorong setiap jemaat untuk menjaga dan terlibat secara
bertanggungjawab dalam hidup bersama jemaat sesuai karunia
masing-masing.

104 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Yohanes 6:35, 41-51
Merupakan kelanjutan dari pengajaran Yesus tentang sumber
kehidupan kekal yang dibutuhkan oleh orang yang percaya. Yesus
menekankan bahwa diriNya: “Roti Hidup” (ay 35). Yesus
menegaskan bahwa barangsiapa datang kepadaNya tidak akan
lapar lagi, dan yang percaya kepadaNya tidak akan haus lagi. Ada
dua hal yang ditekankan ketika seseorang ingin mengalami hidup
kekal yakni DATANG dan PERCAYA kepada Yesus sebagai sumber
kehidupan kekal itu.
Pernyataan diri Yesus sebagai “Roti Hidup” ternyata tidak
direspon secara positif oleh seluruh pendengarnya. Sebab ada
golongan orang Yahudi yang kemudian menjadi jengkel, dan
bersungut-sungut: “Bukankah Ia, anak Yusuf yang bapa dan
ibuNya kita kenal?” (ay 41). Bagian ini menunjukan bahwa
kecenderungan terbesar penolakan biasanya datang dari orang
yang dekat dan tahu latar belakang kehidupan keluarganya. Yesus
tahu bahwa ada orang yang bersungut-sungut tentang
pernyataanNya, itu sebabnya kemudian Yesus menegaskan
kembali dengan menggunakan kata: “DATANG kepadaKU” dengan
menambahkan keterangan bagaimana seseorang dapat datang
kepadaNya, itu bukan karena keinginan orang itu melainkan ada
campur tangan Bapa. Kata Yesus: “jikalau ia tidak DITARIK oleh
BAPA yang mengutus Aku” (ay 44). Satu bagian yang baru dan
menjadi pembeda dari pengajaran Yesus yakni soal kehidupan
kekal setelah kematian, melalui peristiwa KEBANGKITAN pada
akhir zaman.
Yesus tahu bahwa kebanyakan orang Yahudi yang pernah
membaca kitab nabi-nabi, mendengar dan mengetahui bahwa
datangnya Mesias sudah disebutkan baik tanda-tandanya melalui
pekerjaan dan mujizatnya, maupun pengajaran tentang Anak
Allah yang datang dari Allah sendiri (ay 45-47). Itu sebabnya
Yesus seolah mengingatkan kembali bagian ini kepada para

Khotbah Jangkep Agustus 2021 105


pendengarNya bahwa diriNya adalah benar dari Allah dan melihat
siapa Allah juga dalam diriNya. Persoalannya apakah orang yang
mendengar ini mau percaya atau tidak?
Yesus menegaskan kembali pada ayat 48: “Akulah Roti
hidup”. Kemudian Yesus mengajak pendengarNya waktu itu
berrefleksi mundur, bahwa dahulu ketika nenek moyang bangsa
Israel di padang gurun, Allah memberikan manna dari sorga.
Itulah roti yang dari sorga dan membuat mereka hidup. Tetapi
generasi pertama bangsa Israel itu telah mati sekalipun pernah
makan roti dari sorga. Yesus menegaskan, bukan secara harafiah
tentang “roti hidup” berarti kalau makan roti dari sorga maka
orang ini akan hidup abadi. Melainkan Yesus menunjuk kepada
diriNya sendiri, bahwa “roti hidup” itu adalah gambaran dari
tubuhNya yang akan dikorbankan, dan itulah yang akan
memberikan penyelamatan bagi orang yang percaya kepadaNya.
Pengorbanan diri Yesus inilah yang akan menjadi jalaran
pemulihan relasi antara Allah dan manusia dosa. Itu sebabnya
Yesus menandaskan bahwa pengorbanan tubuhNya ini akan
diberikan untuk hidup dunia (ay 51).
Dengan demikian, orang yang datang dan percaya pada Yesus
menerima pembebasan dari dosa, dan sekaligus kemerdekaan
untuk menentukan sikapnya apakah akan menerima dan percaya
pada YESUS atau tidak. Jadi, dalam hal inilah makna
dimerdekakan dari belenggu dosa dunia, dan dibawa masuk
dalam tanggungjawab iman pada Yesus untuk turut serta
memberikan respon jawab YA dan Amin, atau sebaiknya TIDAK
dan Tolak. Injil Yohanes memberikan tekanan penting akan
hakekat keIlahian Yesus, sebagai Roti Hidup yang berasal dari
sorga, sekaligus sebagai Anak Allah yang mengenal BapaNya dan
menunjukan jalan pada hidup kekal melalui peristiwa
kebangkitan di akhir zaman.

106 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
• Memahami arti kata merdeka dan menentukan definisi yang
digunakan dalam khotbah berdasarkan dasar pemikiran.
• Contoh konflik keluarga di kerajaan Daud, dan bagiamana
Yoab memilih bersikap tegas sesuai pertimbangannya sendiri
ketika bicara tenang pilihan antara mengamankan negara
atau kepentingan keluarga kerajaan? Contoh sikap merdeka
dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pekerjaan.
• Pengajaran Yesus tentang Roti Hidup dan respon orang
banyak yang mendengar, ada dua golongan orang yang
menerima dan menolak pengajaran Yesus, demikian juga
menolak Yesus. Gambaran Injil Yohanes memberikan
penguatan bahwa alasan mendasar jiwa merdeka atau bebas
menentukan jalan keselamatan itu merupakan pilhan bebas
manusia.
• Dikuatkan dengan contoh jemaat Efesus yang dibingungkan
oleh angin pengajaran yang menyesatkan, lalu bagaimana
seharusnya jemaat menajlani hidupnya sebagai orang yang
sudah menerima Yesus dan percaya keapadaNYA. Ada
beberapa ciri orang yang hidupnya berkiblat pada Yesus.
• Ditutup dengan sebuah ajakan untuk mencermati cara dan
sikap hidup masing-masing, peranan apa yang sudah dipilih
melalui pekerjaan, dan tanggungjawab sebagai warga gereja
dan sekaligus warga bangsa Indonesia ditengah tatanan yang
butuh dukungan pasca pendemi covid 19?

Khotbah Jangkep Agustus 2021 107


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

HIDUP SEBAGAI ORANG MERDEKA

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kritus,


Merdeka seringkali dimaknai sebagai bebas, tidak terkena
tuntutan, leluasa bertindak, lepas dari sesuatu keadaan yang
menindas, dan tidak bergantung pada orang atau sesuatu yang
lain (lihat KBBI). Merdeka dalam arti leluasa, terutama di era
teknologi informasi, bisa dimaknai sebagai memiliki peluang
bebas untuk menggunakan media sosial, mengakses dan
mengirim informasi. Merdeka dalam relasi sosial, berarti tidak
bergantung pada orang atau sesuatu yang lain yang dapat
membuat hidup dan dirinya merasakan nyaman, damai dan
tenang menjalani hidup.

Jadi orang yang merdeka berarti seseorang yang memaknainya


sebagai jalan spiritualitas yang dapat menuntun latihan
kemandirian, dan tidak bergantung pada orang lain atau sesuatu
yang melekatkan hidupnya secara mutlak. Kedua, merdeka
berarti juga dapat menggunakan keleluasaan sikapnya bertindak,
baik di realitas sosial maupun melalui virtual, dengan disertai
kesadaran etis (moral) sebagai sikap tanggungjawab sosialnya
kepada Allah dan sesamanya.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi TuhanYesus,


Melalui bacaan 1, kita belajar bagaimana Yoab menggunakan
kemerdekaan dirinya secara bertanggungjawab, dengan menimbang
apa yang baik, benar dan berguna serta membangun bagi
ketentraman Kerajaan Israel waktu itu. Yoab tahu menempatkan
dirinya dengan tegas, antara urusan kerajaan dan kepentingan
pribadi raja Daud. Yoab menjadi saksi sejarah bagaimana awal
mula konflik keluarga kerajaan Daud terjadi dan akarnya

108 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


bersumber pada apa? Yoab lebih memilih kepentingan bersama
sebagai bangsa yakni tanggungjawab prajurit kerajaan untuk
mengupayakan perlindungan bagi rakyatnya dan hal itu
dilakukan secara berintegritas?

Konflik keluarga Daud sudah dinubuatkan oleh nabi Natan,


sebagai akibat dari tindakan zinah Daud dengan Batsyeba.
Pemberontakan Absalom anak Daud diawali dari perbuatan
Amnon yang memperkosa Tamar adik Absalom. Amnon juga anak
Daud dari istri yang lain. Sikap balas dendam Absalom dengan
membunuh Amnon, berlanjut kepada ketidaksenangan Daud
kepadanya, sehingga Absalom melarikan diri ke Gesur (2 Sam
13:19-39). Sebagai hukuman dari Daud, Absalom dibuang selama
5 tahun, kemudian berdamai lagi dengan Daud. Akan tetapi
pengampunan dari ayahnya dibalas dengan taktik untuk
menguasai kerajaan, dengan melakukan pemberontakan terhadap
Daud (ayahnya sendiri). Hal inipun merupakan bagian dari
nubuatan nabi Natan.

Kisah pemberontakan Absalom, berakhir dengan pengejaran


oleh Yoab dan tentara kerajaan Daud sampai ke hutan Efraim,
dimana Absalom mengalami kematiannya. Kisah kematian yang
memilukan, Absalom yang gagah berani, harus tergantung di
pohon Terbantin, dimana bumi dan langit menolaknya. Yoab
melemparkan tiga lembing ke tubuh Absalom saat ia masih
tergantung dipohon (ay 14). Padahal pesan Daud “perlakukanlah
Absalom, anak muda itu dengan lunak” (ay 5). Namun Yoab, Abisai
dan Itai, tentara Daud membuatnya menjadi terbalik. Pertempuran
berjalan sengit, dan 20.000 orang tentara mati. Kekalahan dipihak
Absalom. Ia mati, dan kabar kematiannya yang disampaikan oleh
orang Etiopia (ay 32) itulah yang membuat Daud sangat bersedih,
hingga meratapi kematian Absalom, anaknya (ay 33).

Khotbah Jangkep Agustus 2021 109


Yoab sebagai kepala prajurit, menjalankan tugasnya
mengamankan bangsa Israel dari rongrongan pemberontak sekalipun
itu anak raja Daud sendiri. Dalam mengemban tanggungjawabnya,
Yoab lebih meletakan pertimbangan keamanan seluruh negara
daripada kepentingan pribadi raja terhadap anaknya. Sementara
itu, Abisai dan Itai lebih memilih sebagai orang yang patuh pada
perintah raja. Gambaran prajurit Daud dalam mengambil sikap
dan keputusan untuk keamanan kerajaan Israel yang dipimpin
Daud waktu itu, menjadi model warga bangsa yang loyal terhadap
negara, atau loyal terhadap pemimpin negara yang dapat
digantikan orang lain. Nasionalisme Yoab menarik untuk
diperhatikan dalam kerangka dirinya sebagai prajurit yang
memiliki sikap “merdeka” dalam arti leluasa bersikap dengan
pertimbangan etis, yakni demi kepentingan negara yang lebih
besar dibanding pribadi dan golongan.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kritus,


Menjadi pribadi yang bekerja dengan berintegritas, tahu
membedakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi
sekalipun orang nomor 1 di negara, tentu sangat jarang dijumpai.
Model orang seperti Yoab, sulit didapati, apalagi dekat dengan
penguasa negara. Tetapi inilah gambaran orang yang merdeka
dalam menentukan keleluasaan sikapnya, atas dasar pertimbangan
moral/etis.

Kepada para murid Tuhan Yesus juga mengajarkan, bagaimana


orang banyak akan dapat sampai kepada relasi yang dekat pada
Allah? Sikap mental seperti apa yang harus dimiliki, dan cara
pandang bagaimana agar dapat mencapainya? Bagian ini dapat
kita perhatikan dari dialog antara orang Yahudi dan Yesus, dalam
konteks percakapan “roti hidup”. Yesus menekankan bahwa diriNya:
“Roti Hidup” (ay 35). Yesus menegaskan bahwa barangsiapa
datang kepadaNya tidak akan lapar lagi dan yang percaya kepadaNya

110 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


tidak akan haus lagi. Ada dua hal yang ditekankan ketika seseorang
ingin mengalami hidup kekal yakni DATANG dan PERCAYA
kepada Yesus sebagai sumber kehidupan kekal itu.

Pernyataan diri Yesus sebagai “Roti Hidup” ternyata tidak


direspon secara positif oleh seluruh pendengarnya. Karena ada
golongan orang Yahudi yang kemudian menjadi jengkel, dan
bersungut-sungut: “Bukankah Ia, anak Yusuf yang bapa dan
ibuNya kita kenal?” (ay 41). Bagian ini menunjukan bahwa
kecenderungan terbesar penolakan biasanya datang dari orang
yang dekat dan tahu latar belakang kehidupan keluarganya. Yesus
tahu bahwa ada orang yang bersungut-sungut tentang
pernyataanNya, itu sebabnya kemudian Yesus menegaskan
kembali dengan menggunakan kata: “DATANG kepadaKU” dengan
menambahkan keterangan bagaimana seseorang dapat datang
kepadaNya, itu bukan karena keinginan orang itu melainkan ada
campur tangan Bapa. Kata Yesus: “jikalau ia tidak DITARIK oleh
BAPA yang mengutus Aku” (ay 44). Satu bagian yang baru dan
menjadi pembeda dari pengajaran Yesus yakni soal kehidupan
kekal setelah kematian, melalui peristiwa KEBANGKITAN pada
akhir zaman.

Yesus tahu bahwa kebanyakan orang Yahudi yang pernah


membaca kitab nabi-nabi, mendengar dan mengetahui bahwa
datangnya Mesias sudah disebutkan baik tanda-tandanya melalui
pekerjaan dan mujizatnya, maupun pengajaran tentang Anak
Allah yang datang dari Allah sendiri (ay 45-47). Itu sebabnya
Yesus seolah mengingatkan kembali bagian ini kepada para
pendengarNya bahwa diriNya adalah benar dari Allah dan melihat
siapa Allah juga dalam diriNya. Persoalannya apakah orang yang
mendengar ini mau percaya atau tidak?

Khotbah Jangkep Agustus 2021 111


Yesus menegaskan kembali pada ayat 48: “Akulah Roti
hidup”. Kemudian Yesus mengajak pendengarNya waktu itu
berrefleksi mundur, bahwa dahulu ketika nenek moyang bangsa
Israel di padang gurun, Allah memberikan manna dari sorga.
Itulah roti yang dari sorga dan membuat mereka hidup. Tetapi
generasi pertama bangsa Israel itu telah mati sekalipun pernah
makan roti dari sorga. Jadi “roti hidup” bukan berarti jika makan
roti dari sorga, maka orang ini akan hidup abadi. Yesus menunjuk
kepada diriNya sendiri, bahwa “roti hidup” itu adalah gambaran
dari tubuhNya yang akan dikorbankan, dan itulah yang akan
memberikan penyelamatan bagi orang yang percaya kepadaNya.
Pengorbanan diri Yesus inilah yang akan menjadi jalaran
pemulihan relasi antara Allah dan manusia dosa. Itu sebabnya
Yesus menandaskan bahwa pengorbanan tubuhNya ini akan
diberikan untuk hidup dunia (ay 51).

Dengan demikian, orang yang DATANG dan PERCAYA pada


Yesus menerima pembebasan dari dosa, dan sekaligus kemerdekaan
untuk menentukan sikapnya apakah akan menerima dan percaya
pada YESUS atau tidak. Jadi, dalam hal inilah makna
dimerdekakan dari belenggu dosa, dan dibawa masuk dalam
tanggungjawab iman pada Yesus, untuk turut serta memberikan
jawab YA dan Amin, atau sebaiknya TIDAK dan Tolak. Injil
Yohanes memberikan tekanan penting akan hakekat keIlahian
Yesus, sebagai Roti Hidup yang berasal dari sorga, sekaligus
sebagai Anak Allah yang mengenal BapaNya dan menunjukan
jalan pada hidup kekal melalui peristiwa kebangkitan di akhir
zaman.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus Kristus,


Melalui cara pandang kedua dalam perspektif orang yang
sudah dimerdekakan dari dosa, melalui pengorbanan Yesus inilah,
maka kita dikatakan telah menerima kasih karunia. Anugerah

112 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


keselamatan yang cuma-cuma, itu sebabnya sangat wajar jika kita
meresponnya dengan sikap yang sungguh bersyukur. Datang dan
percaya pada Yesus dan caraNya menuntun kita dalam
keselamatan kekal melalui karya Trinitarian, yakni Bapa dan Anak
adalah satu, Bapa dan Roh Kudus adalah sehakekat. Inilah yang
oleh rasul Paulus juga ditekankan kepada jemaat Efesus, perihal
kasih karunia dan bagaimana orang percaya kemudian didorong
untuk memiliki perilaku etis, dan moralitas yang baik ditengah
lingkungan yang mungkin tidak lagi takut akan Allah.

Nasehat rasul Paulus masih relevan bagi kita, sebagai orang


yang dimerdekakan oleh Kristus, maka kita juga memiliki
tanggungjawab iman. Sikap yang disarankan untuk dijalani oleh
orang yang mengikut Yesus yakni menjadi:
1. Pribadi yang berintegritas, berkata jujur dan benar (ay 25),
sebab Allah menciptakan manusia semula untuk maksud
kebaikan dan dalam kebenaran, apalagi sebagai satu
kesatuan jemaat.
2. Pribadi yang dapat mengendalikan amarah dalam dirinya (ay
26-27), kalaupun sampai marah maka tahu batasannya,
kapan mengakhiri sikap marahnya itu dan tidak melewati
hari berikutnya (jangan sampai matahari terbenam). Artinya
jika amarah melewati hari berikutnya maka itu sudah
menjadi dendam, apalagi sampai si iblis masuk untuk
membujuk pada tindakan jahat.
3. Pribadi yang menjauhi tindakan jahat ketika mengupayakan
rejeki (ay 28), bekerjalah dengan jujur jangan mencuri
(korupsi), mengambil apa yang bukan haknya. Sebaliknya
bekerjalah dengan baik, bekerja dengan tangannya sendiri,
dan bahkan berbagi kepada orang yang kekurangan dari hasil
pekerjaannya itu.
4. Pribadi yang menjaga mulutnya dari kata-kata kotor (ay 29),
melainkan memilih kata-katanya dengan tepat sehingga

Khotbah Jangkep Agustus 2021 113


orang yang mendengarnya merasakan dibangun, dikuatkan
dan mendapat kasih karunia. Apalagi, jangan sampai
mendatangkan duka di hati Allah, melalui kata-kata yang
mengumpat atau menghujat Allah (ay 30).
5. Pribadi yang menjaga sikapnya baik, dalam relasi sosial (ay
31-32), tidak mendatangkan kepahitan, kegeraman,
kemarahan, pertikaian, fitnah, sebaliknya bersikap ramah
terhadap semua orang, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni.

Nasehat praktis tersebut disampaikan supaya kita menyadari


artinya dipanggil dalam lingkup keselamatan oleh Allah melalui
Yesus Kristus, yakni untuk menjalani hidup sebagai anak-anak
Terang. Hal ini menjadi penekanan Paulus, sebab Yesus Kristus
sudah memberikan teladan hidup sebagai penurut Allah.
Mengasihi orang yang percaya kepada Allah dan kepada diriNya,
itu sebabnya Yesus Kristus rela menyerahkan diriNya sebagai
persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Nasehat Paulus
ini mendorong kita untuk menjaga dan terlibat secara
bertanggungjawab dalam hidup bersama jemaat, di gereja dan
masyarakat sesuai karunia masing-masing. Bangsa kita
membutuhkan pribadi yang berintegritas, takut akan Allah dan
memiliki sikap moral yang baik untuk membangun kembali negeri
ini, apapun profesi kita. Selayaknya sebagai pengikut Yesus kita
lebih lagi memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia, seperti
untuk Tuhan. Selamat menghayati panggilan hidup sebagai orang
yang dimerdekakan, supaya menggunakan kemerdekaannya itu
secara bertanggungjawab baik dihadapan Allah, maupun dalam
relasi sosial. Tuhan memberkati. Amin.

114 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

GESANG MINANGKA TIYANG MARDIKA

Pasamuwan ingkang dipuntresnani, lan ingkang nresnani


Gusti Yesus….
Miturut Bausastra, ingkang nami mardika punika tegesipun
ora kawengku lan kaeereh ing panguwasa liyane (ora kebawah
ora kaprentah); luwar saka ing sesanggan; perdikan. Mardika
menawi kasambetaken kaliyan era teknologi informasi saged
dipunartosaken minangka sarana kangge ngginakaken media
sosial, nampi lan ngirim informasi saksekecanipun piyambak.
Dene mardika menawi kasambetaken kaliyan gesang sesarengan
ing satengahing masyarakat tegesipun mboten gumantung
kaliyan tiyang sanes utawi dhateng punapa kemawon ingkang
njalari gesangipun lan dirinipun saged ngraosaken raos sekeca,
tentrem lan ayem nglampahi gesang.

Dados tiyang ingkang mardika punika tiyang ingkang saged


ngartosaken kawontenan ingkang dipunalami punika minangka
margining karohanen ingkang saged nuntun ing mandirining
gesang lan mboten mboten gumantung kaliyan tiyang sanes utawi
sanesipun. Ingkang kaping kalih, mardika punika sarana
anggenipun kanthi bebas ngginakaken sikapipun kangge
tumindak, dadosa ing kasunyataning gesang punapadene ing
donyaning virtual (internet) kinanthenan raos sadhar lan purun
tanggung jawab dhateng sesami lan Gusti Allah.

Pasamuwan ingkang dipuntresnani, lan ingkang nresnani


Gusti Yesus….
Saking waosan kapisan, kita saged sinau kadospundi Yoab
ngginakaken kamardikan dirinipun kanthi tanggel jawab, kanthi
tetimbangan punapa ingkang sae, leres lan migunani saha saged

Khotbah Jangkep Agustus 2021 115


mbangun tentreming Krajan Israel nalika semanten. Senapati
Yoab mangertos kadospundi mapanaken dirinipun kanthi leres
ing antawisipun nindakaken tugas kenegaraan lan nggatosaken
kepentinganipun Raja Dawud. Punapa malih Yoab dados seksi
kunci wiwitanipun tuwuhing pasulayan antawisipun Dawud
kaliyan Absalom putranipun. Yoab langkung nggatosaken
kabetahaning bangsa minangka prajurit ingkang tanggel jawab.

Pasulayan ingkang kelampahan ing krajanipun Dawud


sampun kaweca dening Nabi Natan, jalaran saking tumindaking
Raja Dawud ingkang laku bedang kaliyan Batsyeba. Pangeran
Absalom kang mengsah perang dhateng Dawud kawiwitan saking
tumindakipun Amnon ingkang ngrudopeksa Tamar adikipun
Absalom. Amnon punika ugi anakipun Dawud saking semah
sanesipun. Sikap wales winalesipun Absalom kanthi mejahi
Amnon punika kalajengaken nyengiti Dawud, temah Absalom
sumingkir dhateng Gesur (2 Sam 13:19-39). Dawud lajeng
dhawahaken paukuman dhateng Absalom watawis 5 taon,
saksampunipun punika lajeng sami ngawontenaken bedamen.
Ananging pangapuntenipun Dawud punika kaginakaken dening
Absalom kangge nguwaosi krajan kanthi mengsah perang Dawud
(bapakipun piyambak).

Cariyos mengsah perangipun Absalom, rampung nalikanipun


prabu Dawud utusan dhateng Senapati Yoab sakwadyabalanipun
supados bidhal nempuh perang ing wono Efraim ngantos Absalom
nemahi pejah. Pejahipun Absalom mrihatosaken sanget, nalika
kapregok kaliyan prajuritipun Prabu Dawud. Absalom nitih bihal
lan badhe mlajeng, ananging ing sakandhaping bebuletaning pang
wit tarbantin mustakanipun kecantol ing wit ela punika, temah
gentoyongan wonten ing antawisipun langit lan bumi. Senapati
Yoab mndhut towok 3 cacahipun lajeng kajojohaken ing jajane
Pangeran Absalom (ay 14). Kamangka sakderengipun prajurit

116 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


ingkang kapimpin dening Yoab punika sampun kaweling dening
Prabu Dawud supados sampun ngantos mejahi Absalom (ay 5),
nanging Yoab, Abisai lan Itai mboten nindakaken dhawuh punika.
Kados ingkang kaserat ing ay 7 “…ing dina iku wutahing getih
nggegirisi banget: wong kang tiwas rong puluh ewu.” Pejahipun
pandherekipun Absalom ingkang kathah cacahipun kathah
semanten ugi bab pejahipun Absalom kawartosaken dening
tiyang Ethiopia (ay 32). Nampi pawartos punika, Prabu Dawud
sungkawa sanget lan muwun nangisi Absalom (ay 33).

Yoab minangka Senapati, pemimpining prajurit nindakaken


tugasipun kangge ngamanaken bangsa Israel saking para tiyang
ingkang badhe jongkeng kalenggahan. Ing salebeting nindakaken
tanggel jawabipun, Yoab langkung mentingaken amanipun
kawontenan negari katimbang kepentingan pribadi Raja.
Gambaran punika nedahaken kadospundi para tiyang sami
mbudidaya nindakaken tanggel jawabipun supados negari gesang
tentrem malih. Sikap lan tumindakipun Yoab punika patut dipun
conto minangka prajurit ingkang setya ing sumpahipun njagi
kantentreman lan kawijunganing Negara.

Pasamuwan ingkang dipuntresnani lan ingkang nresnani Gusti


Yesus,
Dados pribadi ingkang tanggel jawab, saged ngutamekaken
kepentingan tiyang kathah katimbang kepentingan pribadi
punika sampun awis-awis kita panggihaken. Model tiyang
kadosdene Yoab, sampun angel dipunpanggihaken punapa malih
celak kaliyan pemimpining negari. Ananging punika conto
ingkang kedah kita tedahaken minangka tiyang mardika ingkang
saged mutusaken sikapipun murih kawilujengan sedayanipun.

Dhateng para muridipun, Gusti Yesus ugi mucal, kadospundi


tiyang kathah saged mujudaken sesambetan ingkang celak

Khotbah Jangkep Agustus 2021 117


kaliyan Gusti Allah? Lajeng sikap mental ingkang kadospunapa
ingkang kedah dipun darbeki lan kadospundi anggenipun nggayuh?
Perangan punika saged kita gatosaken nalika tiyang Yahudi
wawan pangandikan kaliyan Gusti Yesus nalika ngrembag bab
“roti gesang”. Gusti Yesus nandhesaken bilih, panjenenganipun
punika ‘roti ingkang gesang (ay 35). Sinten kemawon ingkang
purun marek sowan dhumateng panjenenganipun mboten badhe
ngraosaken luwe malih lan ingkang pitados dhateng panjenengan
mboten badhe ngelak malih. Ingkang perlu dipungatosaken inggih
punika tembung marek sowan lan pitados dhateng Gusti Yesus
minangka sumbering gesang langgeng.

Senajan nalika Gusti Yesus ngandikakaken dhirinipun


minangka “Roti ingkang gesang” mboten sedaya saged nampi.
Sabab nalika semanten ing ngriku wonten kalih golongan tiyang
Yahudi ingkang sami grenengan “Apa iku dudu Yesus anake Yusuf?
Aku rak padha wanuh karo bapa-biyunge? Tembung punika
kawedal, umumipun lair saking tiyang ingkang celak lan sampun
wanuh kaliyan brayatipun. Gusti Yesus pirsa wonten tiyang
ingkang nampik piwucalipun, mila panjenenganipun
nandhesaken malih kanthi ngandika: “Marani Aku” kanthi
katrangan tambahan, kadospundhi tiyang saged wanuh dhateng
panjenenganipun mboten amargi kersanipun ananging awit
campur astanipun Gusti Allah Ramanipun. Pangandikanipun: “Ora
ono wong kang bisa marani Aku, kajaba Manawa digendheng
dening Sang Rama kang ngutus Aku..” (ay 44)

Gusti Yesus pirsa bilih tiyang Yahudi umumipun sami maos


kitab para nabi lan mireng saha mangertos bilih Sang Mesih badhe
rawuh akanthi tandha lumantar ayahanipun, mujizat lan
piwucalipun ingkang saking Gusti Allah piyambak (ay 45-47).
Gusti nandhesaken malih lumantar panjenenganipun ingkang
sampun rawuh, senajan wonten ingkang mboten pitados.

118 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Ing ayat 48 Gusti Yesus lajeng ngandika malih “Aku iki roti
panguripan.” Sinarengan ngengetaken bab pakaryanipun Gusti
Allah ingkang nate katindakaken dhateng para leluhuring Israel
nalika ing ara-ara samun. Gusti Allah maringi manna saking
swarga. Lumantar roti punika bangsa Israel sami ngraosaken
pangrimatipun ananging sedaya punika sampun sami pejah. Dene
Roti panguripan ingkang kaparingaken punika saking badanipun
ingkang badhe kinurbanaken kangge kawilujenganipun sedaya
tiyang. Pangurbananipun Gusti Yesus punika ingkang badhe
dados margining pulihing sesambetan antawisipun Gusti Allah
kaliyan manungsa ingkang dosa. Gusti Yesus nandhesaken malih
“Anadene roti pawewehKu yaiku dagingKu, kang bakal
Dakwenehake kanggo uripe jagad” (ay 51).

Kanthi mekaten, saben tiyang ingkang sami marek sowan lan


pitados dhateng Gusti Yesus badhe nampi pangluwaran saking
dosa lan kaparingan kamardikan kangge nampi punapa nampik
panjenenganipun. Dados, punika maknaning kamardikan saking
blengguning dosa lan kaengetaken tanggel jawab iman dhateng
Gusti Yesus inggih punika purun nampi punapa nampik
panjenenganipun. Injil Yokanan nandhesaken bab hakikating
Yesus minangka Allah, ingkang maringi rotining gesang saking
swarga; lan minangka Putranipun Gusti Allah ingkang dados
margining tiyang sami nampi gesang langgeng lumantar perkawis
patangen ing pungkasaning jaman.

Pasamuwan ingkang dipuntresnani lan ingkang nresnani Gusti


Yesus,
Lumantar pangertosan ingkang mekaten kalawau, tiyang
ingkang sampun nampi kamardikan saking dosa lumantar
pangurbananipun Gusti Yesus sinebat sampun nampi sih rahmat.
Kanugrahan ingkang kaparingaken dhateng kita saklimrahipun
kedah katedahaken ing salebeting sikap kita ingkang kebak ing

Khotbah Jangkep Agustus 2021 119


pangucap sokur. Panjenenganipun sampun makarya ing Allah
Sang Rama, Sang Putra lan Sang Roh Suci. Punika ugi ingkang
lajeng kawucalaken dening Rasul Paulus dhateng pasamuwan ing
Efesus, sesambetan kaliyan sih rahmat lan kadospundhi
kedahipun tiyang pitados gesang ing satengahing sesami ingkang
mboten wanuh panjenenganipun.
Rasul Paulus paring pepenget:
1. Pasamuwan kedah nggadahi Pribadi ingkang tanggel jawab,
jujur lan leres ing gesangipun (ay 25), awit nalika Gusti Allah
akarya manungsa ingkang wiwitan kagem perkawis-perkawis
ingkang ngemu kayekten jati, punapa malih minangka
pasamuwanipun Gusti.
2. Pasamuwan kedah nggadahi pribadi ingkang saged
ngendaleni nepsunipun (ay 26-27). Senajan ngantos sampun
kalairaken nepsunipun kedah mangertos watesipun. Sampun
ngantos awit nepsunipun si iblis lajeng ngginakaken punika
kangge dhatengaken perkawis awrat sanesipun.
3. Pasamuwan kedah nggadahi pribadi ingkang nebihi tumindak
awon (ay 28), kedah nyambutdamel kanthi jujur lan purun
tetulung dhateng tiyang sanes. Sampun ngantos nyolong
utawi mendhet ingkang mboten dados hak-ipun.
4. Pasamuwan kedah nggadahi pribadi ingkang njagi tembung-
tembungipun. (ay 29). Sampun ngantos kewedal tembung
reged, punapa malih ngantos damel sekelipun Sang Rohing
Allah (ay 30) ananging namung tembung ingkang becik kangge
mbangun, ngiyataken lan ndhatengaken sih rahmat.
5. Pasamuwan kedah nggadahi Pribadi ingkang sae, kanthi jagi
sikapipun lan mbangun sesambetan ingkang sae kaliyan
sanesipun (ay 31-32). Punapa kemawon ingkang katindakaken
sampun ngantos dhatengaken ngendhem sengit, nuwuhaken
raos serik, brangasan, gampang nepsu, tukar-padu lan
panyatur ala.

120 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Pepenget punika kaparingaken supados kita sami mangertosi
tegesipun tinimbalan ing kawilujenganipun Gusti Allah lumantar
Gusti Yesus Kristus lan dados putra-putraning pepadhang. Gusti
Yesus sampun paring tuladha, nresnani saben tiyang,
ngurbanaken sariranipun kagem korban ingkang arum ing
ngarsanipun Gusti Allah. Punika kedah mbereg kita ugi ing
salebeting gesang sesarengan ing satengahing pasamuwan lan
masyarakat trep kaliyan peparing ingkang mawerni-werni.

Punapa malih ing gesanging bangsa Indonesia punika, sikap


ingkang tanggel jawab lan ajrih asih dhateng panjenenganipun lan
nggadahi sikap moral ingkang sae lan purun mbangun negari
kedah katindakaken saben wekdal. Wilujeng ngraos-raosaken
timbalanipun Gusti minangka tiyang mardika, supados kasagedaken
ngginakaken kamardikan punika kanthi tanggel jawab dadosa ing
ngarsanipun Gusti punapadene ing gesanging sesame. Gusti
mberkahi. Amin.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 121


Minggu, 15 Agustus 2021
Minggu Biasa XV-Minggu ke-12 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Hidup Dalam Hikmat Allah

TUJUAN:
Jemaat dapat mewujudkan hidup dengan hikmat Tuhan melalui sikap
hidup berdasar pengelolaan akal pikiran dan budi manusia dengan iman
yang kuat dan takut akan Tuhan, agar berguna dalam menjalin relasi
dengan sesama untuk kemuliaan Tuhan maupun mengelola berkat
Tuhan.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 1 Raja-Raja 2:10-12; 3:3-14
Tanggapan : Mazmur 111
Bacaan II : Efesus 5:15-20
Bacaan Injil : Yohanes 6:51-58

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : 2 Timotius 3:15-17
Petunjuk Hidup Baru : 2 Timotius 3:15-17
Persembahan : Roma 11:33-35

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 9:1, 5
Nyanyian Penyesalan : KJ 382:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 416:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 466a:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 412:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 26:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 49:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 158:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 165:1-
Kidung Pengutusan : KPJ 202:1, 2

Pdt. Purwantoro Kurniawan, S.Th, M.Min (GKJ Ambarukma)

122 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Apa yang menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia dalam
menjalani hidup agar beroleh kesejahteraan atau kebahagiaan di
dunia dan setelah meninggalkan dunia? Apakah keadaan fisik
yang menawan? Apakah kelimpahan harta benda? Apakah status
sosial dengan pendidikan yang jadi andalan? Pertanyaan-pertanyaan
reflektif tersebut menjadi penting untuk kita perhatikan bila kita
mau menjalani hidup saat di dunia ini agar dapat menemukan
makna hakiki dalam hidup yang membuat kita bahagia lahir batin.
Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, berdasar kesaksian
kitab suci kita disadarkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan
tidak cukup hanya dengan percaya. Sikap percaya kita masih dapat
kita lengkapi dengan mengolah hati dan pikiran secara mendalam
dan sungguh-sungguh serta mewujudkannya dengan sikap hidup
yang baik. Hal itulah yang dapat menolong kita belajar menjadi
orang yang berhikmat. Hidup dengan harta benda dan kesempatan-
kesempatan yang dapat diraih adalah sarana penunjang hidup
yang dapat dipergunakan dengan bijaksana sehingga menumbuhkan
kesadaran adanya hikmat dalam diri orang percaya.

KETERANGAN BACAAN
1 Raja-raja 2:10–12, 3:3–14
Bacaan ini menyatakan tentang permintaan dari Raja Daud
kepada Salomo anak yang dipersiapkan untuk menggantikan dia
menjadi raja Israel. Raja Daud menyampaikan ringkasan pengalaman
rohaninya kepada Tuhan, yakni kesetiaan kepada Tuhan dan
hidup di jalan Tuhan sesuai dengan kitab Taurat, maka ia merasa
diberkati dengan kelimpahan harta. Daud berharap Salomo dapat
meneruskan kepemimpinannya dengan setia kepada Tuhan dan
persoalan-persoalan yang belum diselesaikan Raja Daud terhadap
orang-orang yang disebutkan oleh Daud dapat diselesaikan
Salomo.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 123


Bagi Salomo yang berusia masih sangat muda, tentu hal yang
disampaikan oleh ayahandanya bukan persoalan yang mudah.
Setelah ayahandanya mangkat, maka Salomo menjadi raja dan
melaksanakan apa yang diamanatkan ayahandanya. Tuhan kemudian
menjumpai Salomo dalam mimpi serta memenuhi permintaan
Salomo, yakni memperoleh hikmat dengan hati yang dapat
digunakan untuk menimbang hal yang baik dan yang jahat. Dalam
hal itu terbukti bahwa kebenaran janji Tuhan akan dinyatakan,
bila seseorang taat dan setia melaksanakan kehendak Tuhan.

Mazmur 111
Mazmur ini adalah bentuk pengakuan juru mazmur kepada
Tuhan. Ia menyatakan pujian kepada Tuhan, lalu dinyatakan pula
syukur. Mengapa ia memuji Tuhan dan bersyukur? Nampaknya
pemazmur memiliki pengalaman pribadi maupun mengimani
pengalaman umat yang takut akan Tuhan. Pemazmur dapat
memroklamasikan Tuhan bahwa Tuhan telah melakukan pekerjaan
yang besar untuk umat. Bila ada yang meragukan, kiranya layak
diselidiki semua orang yang ingin menguji kebenaran Tuhan.
Pemazmur dapat berkesaksian tentang bagaimana Tuhan bekerja
pada manusia yang dinyatakan Tuhan melalui perbuatan tangan-
Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titahNya teguh, kokoh
untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran
dan kejujuran. Maka pemazmur menegaskan tentang Tuhan yang
memberikan anugerah berkat dan menepati janjinya pada setiap
orang yang takut akan Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Demikianlah dengan takut akan Tuhan maka akan menjadi
awal yang baik bagi orang itu yang dapat berhikmat.

Efesus 5:15–20
Dalam bacaan ini Rasul Paulus berkepentingan untuk
menolong jemaat di Efesus membangun hidup seperti orang arif
(Yunani: sofos) dan tidak seperti orang bebal (Yunani: asofos).
124 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Maksudnya tentu saja adalah pola dan sikap hidup orang yang
bijaksana atau berhikmat. Kata saksama, nampaknya digunakan
Rasul Paulus agar jemaat memperhatikan dengan sungguh-
sungguh dan cermat atas apa yang dilakukan manusia dalam
hidupnya. Manusia harus menggunakan waktu dengan baik,
bukan diisi dengan kejahatan dan nafsu manusia dengan
kemabukan, hanya akan dinilai sebagai kebodohan. Kebodohan
adalah penilaian yang dapat dikatakan bertolak belakang dengan
kearifan atau kebijaksanaan atau berhikmat. Oleh sebab itu, bila
manusia melakukan hal baik mulai dari diri, kemudian
membangun sikap yang baik pula terhadap sesama dan Tuhan
dengan segenap hati, maka kata segenap hati yang digunakan
Rasul Paulus adalah dasar pertimbangan dan pengambilan
keputusan akan apa yang dilakukan manusia didalam semangat
spriritualitas yang takut akan Tuhan Yesus.

Yohanes 6:51–59
Pengajaran Tuhan Yesus tentang Roti hidup merupakan
metafora dengan makan tubuh dan minum darah Tuhan Yesus,
membuat terkejut orang-orang Yahudi, hingga mereka bertengkar
sendiri. Apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus menyatakan
pembaharuan makna dari konsep lama yang dipegang teguh
bangsa Israel, bahwa pemeliharaan Tuhan atas bangsa Israel di
padang gurun pada jaman Musa, memunculkan kebanggaan
tersendiri sehingga membuat mereka sangat fanatik. Selama
empat puluh tahun perjalanan bangsa Israel dipelihara oleh
Tuhan dengan hanya makan roti manna dan daging burung puyuh
menuju tanah Kanaan dijanjikan Tuhan, benar-benar dipegang
teguh turun-temurun.
Maka ketika Tuhan Yesus memberi pengajaran baru tentang
hidup kekal dan kebangkitan pada akhir jaman dengan makan
tubuh dan minum darah Yesus, sesungguhnya itu menunjukkan
adanya hikmat baru. Namun orang-orang Yahudi menerima
Khotbah Jangkep Agustus 2021 125
secara harafiah, sehingga mereka ribut sendiri. Bila mereka
berhikmat maka pengajaran Tuhan Yesus dapat dicerna dulu dan
tidak akan menerima secara mentah-mentah; artinya melalui
pemahaman dan pertimbangan sebelum memberi tanggapan
terhadap pengajaran Tuhan Yesus.

ARAH DAN POKOK PEWARTAAN


Melalui serangkaian bacaan sabda Tuhan sesungguhnya
dapat ditemukan pemahaman bila manusia ingin beroleh hikmat
didalam Tuhan Allah adalah mengupayakan hidup setia kepada
Tuhan dengan memberlakukan kehendak Tuhan melalui kedalaman
hati dan menimbang-nimbang serta memutuskan sesuatu hal
dengan segenap hati dalam takut akan Tuhan. Maka diharapkan
jemaat dapat mengelola hati, pikiran, tutur dan sikapnya untuk
mewujudkan kebaikan terhadap Tuhan dan sesama.

126 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

HIDUP DALAM HIKMAT TUHAN

Jemaat yang terkasih dan diberkati dalam hikmat Tuhan.


Dalam kehidupan sehari-hari ada ungkapan bila “Orang pintar
belum tentu bijaksana, namun orang bijaksana pasti pintar” atau
“Untuk menjadi orang yang bijaksana, pendidikan tinggi tidak
menjadi jaminan, namun pendidikan tinggi sejatinya menjadi
sarana orang dapat bijaksana”

Kata bijaksana atau kebijaksanaan yang sering kita dengar


pada dasarnya adalah hikmat yang dapat diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari oleh siapa saja. Untuk menjadi orang yang
berhikmat, tidak perlu menunggu menjadi tua atau memperoleh
ilmu sampai pada perguruan tinggi.

Berikut disampaikan kesaksian seorang bapak sebagai warga


gereja disalah satu GKJ, yang dapat menjadi gambaran bagaimana
hidup berhikmat dalam Tuhan. Kesaksian itu berupa nasihat pada
dua anaknya, di saat anak sulung selesai di wisuda jenjang
Diploma-3. Ia menyampaikan kepada anaknya demikian: “Bapakmu
tidak lulus SD, karena hanya sampai kelas IV lalu bapak ke kota
untuk bekerja dan mengadu nasib. Saat ini bapak dipercaya mengelola
koperasi, punya karyawan yang tamatan SMA, dan bapak bisa
duduk sebagai ketua serta harus memimpin para pengurus yang
berpendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Bapak merasa
senang dan bangga, serta meyakini itu semua adalah berkat pimpinan
Tuhan. Bapak menyadari kehidupan yang keras, bahkan bapak juga
pernah melakukan hal yang tidak diperkenan Tuhan, namun bapak
sadar harus menata hIdup demi masa depan. Maka bapak memutuskan
untuk tidak lupa diri ketika memperoleh uang. Bapak berjuang
bersama ibumu untuk berhemat dan menyimpan uang di koperasi.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 127


Dari situ bapak dan ibumu dapat bersyukur kepada Tuhan, sebab doa
bapak dan ibumu terkabul agar dapat menyekolahkan anak-anak
sampai perguruan tinggi. Sekarang pergunakanlah ilmu untuk
kebaikan dan kemuliaan Tuhan, serta jadilah teladan untuk
adikmu yang kuliah S-1.”

Demikianlah kisah nyata seorang warga gereja yang merasa


senang bisa memberikan wejangan kepada anaknya tentang
peristiwa kehidupan yang dialami walau tidak tamat Sekolah
Dasar, namun ia punya semangat untuk menyekolahkan anak-
anaknya sampai jenjang perguruan tinggi.

Pada sisi lain dalam kisah kehidupan ini, banyak orang yang
memiliki kesempatan mengenyam pendidikan tinggi tidak
mencerminkan ilmu yang diperoleh untuk mewujudkan kebaikan,
bahkan banyak yang terjatuh dalam penghambaan duniawi karena
menggunakan status ilmu pengetahuan yang diraih dengan tidak
benar. Maka kita dapat bertanya siapa dan bagaimana yang
sesungguhnya bisa menjalani hidup dengan berhikmat itu?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita memperhatikan


pelajaran dari sabda Tuhan pelayanan khotbah, yang dituntun
dengan tema: Hidup Dalam Hikmat Tuhan.

Dalam bacaan Injil Yohanes pengertian hidup adalah hidup


diawali dengan menerima Tuhan Yesus sebagai Roti hidup. Tuhan
Yesus menyatakan bahwa tubuhNya dapat dimakan dan darahNya
dapat diminum manusia adalah gambaran untuk memudahkan
manusia menerima secara penuh Tuhan Yesus yang menjadi jaminan
bagi manusia beroleh hidup kekal. Hal itu disampaikan Tuhan
Yesus untuk memberi pemahaman pada bangsa Israel bahwa
kebanggaan pada leluhur bangsa Israel pada waktu dipimpin Musa,
dipelihara Tuhan dengan roti manna dan burung puyuh di padang

128 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


gurun selama empat puluh tahun, hanya untuk kelangsungan hidup
secara jasmaniah. Ada makanan yang sifatnya kekal, yang dapat
menjadi jaminan untuk manusia memperoleh hidup kekal yakni
tubuh dan darah Tuhan Yesus. Itulah yang menjadikan manusia
dapat merasakan kesatuan antara Tuhan Sang Bapa, Yesus Kristus
dan orang-orang yang mau pecaya dalam kekekalan hidup.

Selanjutnya kata hikmat berarti kebijaksanaan atau kearifan


sebagaimana yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sedangkan kata kebijaksanaan dalam KBBI disebutkan sebagai
kepandaian menggunakan akal budinya dengan pengalaman dan
pengetahuannya atau juga berarti kecakapan bertindak apabila
menghadapi kesulitan.

Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini disebutkan bahwa hikmat


(bahasa Ibrani: khokhma, dan bahasa Yunani: sophia) senantiasa
adalah hal praktis, bukan teoritis. Pada dasarnya hikmat adalah
kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yang benar untuk
mencapai hasil yang dikehendaki. Tempat kedudukannnya ialah
hati, pusat keputusan moral dan intelektual.

Oleh karena itu berkaitan dengan bacaan sabda Tuhan yang


telah kita terima, maka perihal hidup dalam hikmat Tuhan, apa yang
disampaikan Raja Daud, Raja Salomo, Juru Mazmur dan Rasul Paulus,
kiranya mendorong kita untuk dapat menghayati bahwa hidup yang
kita jalani saat ini, sesungguhnya berjalan menuju hidup kekal
didalam Tuhan Yesus. Bila kita mau menjadi orang yang berhikmat
dan hidup dalam Tuhan, maka yang harus kita wujudkan adalah:
1. Melakukan kewajiban dengan setia terhadap TUHAN Allah, hidup
menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti
segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya.
2. Memfungsikan hati yang faham menimbang untuk membedakan
yang baik dan yang jahat.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 129


3. Takut akan TUHAN dengan berakal budi yang baik.
4. Memperhatikan dengan saksama, bagaimana seseorang
menjalani hidup, jangan seperti orang bebal, tetapi seperti
orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada dengan baik.

Jemaat yang terkasih dan diberkati dengan hikmat Tuhan,


Semoga dengan empat hal tadi, dapat menolong dan mendorong
kita untuk menjadi orang percaya yang dapat memahami bahwa
manfaat hidup dengan hikmat dari Tuhan adalah menjadi bekal
perjalanan hidup kita agar tidak jatuh dalam dosa, karena kita
dapat memperhatikan mana hal yang baik dan yang tidak baik.
Hikmat itu juga menjadi bekal menggunakan sarana hidup berupa
harta benda untuk kebaikan. Hikmat itu pula untuk bekal kita
memelihara hidup dan anggota tubuh untuk kemuliaan Tuhan dan
tidak untuk menuruti hawa nafsu manusiawi kita. Hikmat itu juga
yang menjadikan bisa bersikap rendah hati terhadap sesama,
hingga kita merasakan kesejahteraan hidup.

Kita memang menyadari rasanya sulit dan berat menjadi orang


berhikmat dalam Tuhan, karena kemungkinan kehendak Tuhan
sebagaimana yang ada dalam kitab suci, kita jadikan beban bukan
kewajiban. Barangkali bisa juga kita lebih senang pada gebyar
yang ditawarkan dunia ini dengan bujuk rayu yang menjerumuskan
pada kekelaman dosa. Namun bila kita mengingat pengorbanan
Tuhan Yesus yang menyerahkan tubuh dan darahNya bagi kita,
maka kita harus mantap untuk percaya dan mau menjadi orang
yang berhikmat didalam Tuhan.

Pada akhirnya jangan sampai kita kehilangan semangat merasa


tidak memiliki hikmat hanya karena berpendidikan rendah. Siapa
saja yang memiliki kesempatan belajar lebih tinggi bahkan sampai
perguruan tinggi, semoga semakin berhikmat. Bila kita melakukan
dengan segenap hati, maka Tuhan sudah berjanji memberikan berkat.
Amin.
130 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

GESANG WONTEN ING KAWICAKSANANIPUN GUSTI

Pasamuwan ingkang kinasih lan binerkahan kanthi


kawicaksananipun Gusti,
Ing gesang padintenan wonten pamanggih menawi: “Tiyang
pinter dereng mesthi wicaksana, namung tiyang wicaksana mesthi
pinter” utawi “Dados tiyang wicaksana pawiyatan luhur mboten
dados jaminan, nanging pawiyatan luhur yektosipun dados sarana
tiyang saged wicaksana”

Tembung wicaksana utawi kawicaksanan ingkang asring kita


pireng, yektosipun kawicaksanan ingkang saged kababar ing
gesang padintenan dening sok sintena kemawon. Supados saged
dados tiyang wicaksana mboten perlu nengga ngancik yuswa
sepuh utawi nggayuh seserepan ilmu ngantos pawiyatan luhur.

Ing saklajengipun kepareng kaandharaken wontenipun paseksi


satunggaling bapak warga saking salah setunggalipun warga GKJ,
ingkang saged dados gegambaran kados pundi gesang wicaksana
wonten ing Gusti. Paseksi punika wujud pitutur tumrap lare-larenipun
cacah kalih, nalika ingkang mbajeng sampun ngrampungaken
pasinaon tataran Diploma-3.

Bapak punika paring pangandikan mekaten: “Bapakmu ora


lulus SD, awit mung tekan kelas IV banjur lunga menyang kutha
saperlu nyambut gawe lan adu nasib. Wektu iki, bapak dipercaya
ngreksa koperasi, duwe karyawan sing lulusan SMA, lan bapak bisa
dadi pangarsa mimpin para pengurus sing duweni pendidikan
menengah uga kang saka pawiyatan luhur. Bapak rumangsa
bungah lan mongkog, sarta pracaya iku kabeh awit berkah saka
panuntune Gusti. Bapak ngrumangsani urip sing abot, malah bapak

Khotbah Jangkep Agustus 2021 131


uga nate nindhakake apa kang ora ndadekake keparenging Gusti,
nanging bapak banjur gumregah kudu nata urip kanggo ing tembe
mengkone. Mula bapak netepake ora lali nalika oleh dhuwit. Bapak
lan ibumu bebarengan mbudidaya gemi lan nyimpen dhuwit ing
koperasi. Saka kono bapak lan ibumu bisa ngaturake panuwun
kagem Gusti, awit pandongane bapak lan ibumu dipinangkani
supaya bisa nyekolahake anak-anak nganti pawiyatan luhur. Saiki
pigunakna ngelmu kanggo kabecikan lan kamulyane Gusti, sarta
dadia tuladha kanggo adimu sing isih sinau ana tataran S-1.”

Mekaten punika paseksi nyata satunggaling warga ingkang


rumaos bingah saged paring pitutur tumrap anak-anakipun bab
lelampahaning gesang ingkang dipun alami, nadyan mboten lulus
SD, nanging nggadhahi daya nyekolahaken anak-anakipun
ngantos pawiyatan luhur.

Ing sisih sanes wonten ing lelampahaning gesang punika, kathah


tiyang nggadahi wewengan ngraosaken seserepan dhumugi
pawiyatan luhur nanging mboten mratelakaken seserepan ingkang
dipun gayuh kangge mbabaraken kasaenan, awit kathah ingkang
dhumawah ngabdi dhateng kadonyan awit migunakaken werdining
seserepan kanthi mboten leres. Awit saking punika kita saged
pitaken sinten lan kados pundi sayektosipun nglampahi gesang
kanthi kawicaksanan punika?

Kangge mangsuli pitakenan punika, sumangga kita migatosaken


piwucal lumantar andharan peladosan khotbah, ingkang katuntun
kanthi irah-irahan: Gesang Wonten Ing Kawicaksananipun
Gusti.

Ing waosan Injil Yokanan pangertosan gesang inggih punika


gesang ingkang kawiwitan nampi Gusti Yesus minangka Rotining
Panguripan. Gusti Yesus mratelakaken menawi sariranipun saged

132 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


dipun tedha lan rahipun saged dipun ombe dening manungsa
sayektosipun minangka gegambaran supados manungsa gampil
nampi kanthi sakwetahipun menawi Gustii Yesus ingkang nanggel
manungsa nampi gesang langgeng.

Bab punika kaandharaken Gusti Yesus tumrap bangsa Israel


sageda mangertos menawi anggenipun bombong tumrap leluhuripun
nalika dipun pangarsani dening Musa, dipun rimat dening Gusti
kanthi nedha roti manna tuwin peksi gemak ing ara-ara samun
sadangunipun sekawan dasa taun, namung kangge kabetahan gesang
tata kajasmanen. Wonten tedhan ingkang sipatipun langgeng,
ingkang saged kangge sarana nanggel manungsa nampi gesang
langgeng inggih punika sarira lan rahipun Gusti Yesus. Punika
ingkang ndadosaken manungsa saged ngraosaken patunggilan ing
antawisipun Gusti Sang Rama, Gusti Yesus tuwin para tiyang
pitados wonten kalanggenganing gesang.

Ing salajengipun tembung wicaksana (ing basa Indonesia


kasebat: hikmat) ngemu pangertosan kawicaksanan utawi kearifan
kados dene ingkang pinanggih ing Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Dene tembung kawicaksanan (kebijaksanaan) wonten ing
KBBI kaandharaken minangka kapinteran migunakaken akal
bebuden lan kawruhipun, ugi saged kinanthen pangertosan
trampil mbudidaya nalika ngadhepi satunggaling perkawis.

Wonten ing buku Ensiklopedia Masa Kini kasebataken menawi


wicaksana/hikmat (basa Ibrani: khokhma, lan basa Yunani: sophia)
tansah mujudaken perkawis ingkang kababar kanthi limrah utawi
prasaja lan mboten adhapur seserepan. Sayektosipun kawicaksanan
punika kapinteran nggayuh asil, nata rancangan kanthi leres
kangge nggayuh asil ingkang dados pepenginanipun. Papan
dhunungipun ing manah, punjering katetepaning pakarti lan
kawasisan.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 133


Awit saking punika sesambetan kalayan waosan sabdanipun
Gusti ingkang kita tampi, bab gesang wicaksana wonten ing Gusti,
punapa ingkang kaandhraken Prabu Dawud, Prabu Suleman, Juru
Mazmur lan Rasul Paulus, mugi dados pambereg kita satemah
saged ngraosaken menawi gesang ingkang kita lampahi punika,
sayektosipun lumampah tumuju gesang langgeng wonten ing
Gusti Yesus. Menawi kita nggadhahi pepinginan dados tiyang
wicaksana tuwin gesang wonten Gusti, ingkang saged kita babaraken
inggih punika :
1. Nindhakaken kuwajiban kanthi kasetyan dhumateng Gusti
Allah, gesang miturut margi ingkang dipun tedahaken Gusti,
lan kanthi tansah miturut sedaya katetepan, dhawuh, pranatan
lan pepakenipun Gusti.
2. Mbabaraken paedahipun manah ingkang pana nenimbang
kangge mbentenaken pundi ingkang sae lan nistha.
3. Ajrih asih dhumateng Gusti kanthi migunakanen akal bebuden
ingkang sae.
4. Migatosaken kanthi tlesih kados pundi anggenipun manungsa
nglampahi gesang sampun ngantos kados dene tiyang tanpa
budi, nanging kados tiyang wicaksana, tuwin migunakaken
wekdal kanthi prayogi.

Pasamuwan ingkang kinasih lan binerkahan ing


kawicaksananipun Gusti,
Mugi kanthi sekawan perkawis kala wau, saged mitulungi lan
mbereg kita dados tiyang pitados ingkang saged ngraosaken menawi
paedahipun gesang kanthi kawicaksanan saking Gusti inggih
punika dados sangu lampahing gesang kita supados mboten
dhumawah ing dosa, awit saged niteni pundhi perkawis ingkang
sae lan pundi ingkang mboten sae. Kawicaksanan ugi dados sangu
migunakaken sarananing gesang arupi banda kadonyan kangge
kasaenan. Kawicaksanan ugi minangka sangu kita ngrimat gesang
lan peranganing raga kangge kamulyanipun Gusti lan mboten

134 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kangge nguja hardaning kamanungsan kita. Kawicaksanan ugi
ingkang saged ndadosaken lembah manah tumraping sesami,
satemah kita ngraosaken karaharjaning gesang.

Kita pancen ngrumaosi angel lan awratipun dados tiyang


wicaksana wonten ing Gusti, awit ing mbok menawi karsanipun
Gusti kados ingkang wonten ing kitab suci, kita anggep minangka
momotan mboten minangka kuwajiban. Utawi saged ugi kita
langkung nengenaken gebyaring jagad kanthi pambujuk ingkang
saged njlomprongaken kita ing pepetenging dosa. Ananging
menawi kita ngengeti pangurbananipun Gusti Yesus ingkang
masrahaken sarira lan rahipun kangge kita, mila kita badhe
sangsaya manteb ing pitados lan nyanggemi gesang minangka
tiyang wicaksana wonten ing Gusti.

Wusananipun sampun ngantos kita kecalan greget rumaos


mboten nggadhahi kawicakanan awit namung nggadhai asiling
pasinaon namung tataran andhap. Sinten kemawon ingkang
nggadhahi kalodhangan sinau langkung inggil malah dhumugi ing
pawiyatan luhur, mugi sangsaya wicaksana. Menawi kita
nindhakaken kanthi gumolonging manah, Gusti sampun prasetya
badhe mbabaraken berkah. Amin.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 135


Selasa, 17 Agustus 2021
HUT KEMERDEKAAN RI (Merah)

TEMA PERAYAAN IMAN


Allah Melepaskan Kita dari Penderitaan

TUJUAN:
1. Jemaat mensyukuri karya pemeliharaan Allah yang melepaskan kita
dari penderitaan.
2. Jemaat terdorong untuk terlibat secara aktif dan konstruktif pada
karya pemeliharaan Allah dalam melepaskan penderitaan sesama
se bangsa dan se tanah air.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : I Raja-Raja 7:1-12
Tanggapan : Mazmur 101
Bacaan II : Kisah Para Rasul 7:9-16

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : 2 Korintus 5:21
Petunjuk Hidup Baru : 1 Petrus 2:16-17
Persembahan : Roma 11:36

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : PKJ 175:1
Nyanyian Penyesalan : KJ 29:1, 4
Nyanyian Kesanggupan : KJ 424:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 337:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 336:1, 4

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 356:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 45:1, 4
Kidung Kasanggeman : KPJ 362:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 359:1-
Kidung Pengutusan : KPJ 360:1, 4

Pdt. Em. Darsono Eko Noegroho


(PPK Sinode GKJ di LPP Sinode – Pendeta Emeritus GKJ Baturetno)

136 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Allah Sang Pencipta langit dan bumi, adalah Allah yang terus
berkarya memelihara langit dan bumi ciptaan-Nya itu. Allah Sang
Pencipta itu berkehendak, berprakarsa, dan bertindak memelihara
kesejahteraan seluruh umat manusia dan kelangsungan hidup
dunia, dengan melepaskan manusia dari penderitaannya.
Dalam memelihara ciptaan-Nya itu, Allah berkenan melibatkan
diri dalam sejarah kehidupan dunia, dengan mengikut sertakan
manusia sebagai kawan sekerja-Nya. Manusia-manusia yang
diikutsertakan Allah itu menjadi “pelayan Allah”, yang harus
memperjuangkan terwujudnya karya pemeliharaan Allah atas
kehidupan manusia dan dunia.

KETERANGAN BACAAN
1 Raja-raja 7:1-12
Di tengah-tengah mega-proyek pembangunan Bait Suci yang
dilakukan oleh Salomo (1 Raja-raja 6:1-38; 7:13-51), disisipkan
laporan pembangunan istana raja. Istana ini akan dipakai oleh Salomo
untuk tempat tinggal dan tempat menjalankan pemerintahannya
(ay 2-8). Bangunan istana ini berada dalam satu kompleks dengan
bangunan Bait Suci (ay 9-12).

Bangunan istana yang dibangun Salomo, terdiri atas 5 gedung:


1) Gedung "Hutan Libanon" sebagai gedung pertemuan besar
yang dipakai untuk upacara-upacara resmi. (ay 2-5),
2) Balai Saka sebagai serambi istana yang berpilar dan bertangga
(ay 6),
3) Balai Singgasana (Balai Rung) tempat Raja Salomo duduk untuk
mengadili (ay 7),
4) Gedung kediaman Salomo (ay 8a),
5) Gedung kediaman isteri Salomo (ay 8b).

Khotbah Jangkep Agustus 2021 137


Gedung-gedung dalam bangunan istana ini berada dalam satu
kompleks dengan bangunan Bait Suci (ay 9-12), tempat tabut
perjanjian ditempatkan disana (1 Raja-raja 8:1-13). Bait Suci
dengan tabut perjanjianya itu menjadi lambang kehadiran Allah di
tengah-tengah umat-Nya, dan di sanalah umat boleh datang dan
bersekutu dengan-Nya. Dengan demikian, raja adalah manusia
yang diikutsertakan oleh Allah tampil sebagai sosok pemegang
kekuasaan negara, yang diberi kesempatan oleh Allah untuk
menjalankan pemerintahan, demi terpeliharanya kesejahteraan
umat-Nya. Raja adalah “pelayan Allah” dalam mewujudkan karya
pemeliharaan-Nya atas umat milik-Nya.

Mazmur 101
Dalam mazmur rajawi ini, raja keturunan Daud dipanggil
menyampaikan semacam “sumpah jabatan” secara liturgis. Raja
dalam mazmur ini mencerminkan adanya tokoh manusia yang
dilibatkan oleh Allah dalam karya pemeliharaan atas umat-Nya
(ay 1-2b). Maka raja atau pelayan rakyat itu didorong untuk
berani mengungkapkan komitmennya sebagai raja ideal, yang
memerintah dengan tulus (ay 2c-3), tak bercela (ay 4-5), dan
bermartabat (ay 8).
Akan tetapi kita semua tahu, bahwa antara yang ideal dengan
kenyataan kerap terdapat jurang yang dalam dan lebar, lebih-
lebih dalam hidup politik yang terkenal keras. Tak ada seorang
raja Israel pun – bahkan Daud dan Salomo – yang memenuhi
harapan ini. Ini berarti untuk memasuki dunia politik yang keras
dan penuh tantangan ini, diperlukan rahmat Allah dan
kerendahan hati (ay 6-7).

Kisah Para Rasul 7:9-16


Stefanus dalam pembelaannya di hadapan Mahkamah Agama,
mengajak orang-orang yang hadir di sana waktu itu, serta kepada
orang-orang beriman penerima dan pembaca kitab Kisah Para
138 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Rasul, untuk bersama-sama belajar tentang pemeliharaan Allah
atas umat manusia dari sejarah pengalaman hidup Yusuf, anak
Yakub dalam Kisah Para Rasul 7:9-16. Karena bagi Stefanus setiap
tokoh dalam sejarah Yahudi, mengkiaskan sesuatu.
Dengan kalimat singkat padat pada ayat 9a, “Karena iri hati,
bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir,………..”
Stefanus melukiskan kesibukan manusia – pada kisah ini saudara-
saudara Yusuf – dalam merencanakan dan melakukan perbuatan
jahat, yang didorong oleh kebencian dan iri hati, dengan menjual
Yusuf sebagai budak kepada para orang Ismail (lihat Kejadian 37).
Namun dengan mata iman, Yusuf dapat melihat bencana berubah
menjadi kemenangan. Dengan mata iman, Yusuf dapat melihat
tangan Allah yang penuh kasih bekerja di belakang kejahatan
saudara-saudaranya. Ia dijual ke Mesir sebagai budak, dipenjarakan
tanpa salah, dilupakan oleh orang yang telah ditolongnya, tetapi
akhirnya Yusuf menjadi perdana menteri di Mesir (ay 10). Itulah
sebabnya, Yusuf dapat bersaksi bahwa apa yang direka-rekakan
yang jahat terhadapnya, telah direka-rekakan oleh Allah untuk
kebaikan, yaitu untuk memelihara hidup suatu bangsa yang besar
(ay 11-14, bdk. Kej. 50:20).
Respon Yusuf atas pekerjaan Allah di belakang kejahatan
saudara-saudaranya, menjadikan Yusuf setia dalam setiap tugas
yang diberikan kepadanya. Melayani sebagai budak di penjara,
sama baiknya dengan melayani sebagai perdana menteri, karena
keduanya pada hakikatnya adalah pelayanan kepada Tuhan.
Itulah sebabnya Stefanus menyimpulkan Yusuf sebagai orang
yang dianugerahi “kasih karunia dan hikmat” oleh Allah (ay 10).

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Kerelaan Allah mengikutsertakan manusia dalam karya
pemeliharaan-Nya atas umat manusia, tidak hanya berlaku pada
jaman dahulu saja. Kerelaan Allah mengikutsertakan manusia ini,
Khotbah Jangkep Agustus 2021 139
juga berlaku bagi kehidupan manusia pada masa kini, juga atas
kehidupan orang-orang beriman di negeri ini.
Belajar dari sejarah pengalaman hidup Yusuf, anak Yakub
dalam Kisah Para Rasul 7:9-16, tangan Allah yang penuh kasih
bekerja di belakang kejahatan saudara-saudaranya. Allah telah
bekerja di belakang pengalaman pahit Yusuf, untuk direka-
rekakan oleh Allah menjadi kebaikan, yaitu untuk memelihara
hidup suatu bangsa yang besar.
Keterlibatan Allah dalam sejarah kehidupan umat-Nya itu,
menuntut keterbukaan dan kesediaan umat dipakai Allah dalam
karya pemeliharaan-Nya. Oleh karenanya, umat dipanggil untuk
terlibat secara aktif dan konstruktif dalam hidup berbangsa dan
bernegara, karena pada hakikatnya keterlibatan kita secara aktif
dan konstruktif itu adalah pelayanan kepada Allah.

140 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

TERLIBAT DALAM KARYA PEMELIHARAAN ALLAH

Allah Sang Pencipta langit dan bumi, adalah Allah yang terus
berkarya memelihara langit dan bumi ciptaan-Nya itu. Allah Sang
Pencipta itu berkehendak, berprakarsa, dan bertindak memelihara
kesejahteraan seluruh umat manusia dan kelangsungan hidup
dunia, dengan melepaskan manusia dari penderitaannya.

Dalam memelihara ciptaan-Nya itu, Allah berkenan melibatkan


diri dalam sejarah kehidupan dunia, dengan mengikut sertakan
manusia sebagai kawan sekerja-Nya. Manusia-manusia yang
diikutsertakan Allah itu menjadi “pelayan Allah”, yang harus
memperjuangkan terwujudnya karya pemeliharaan Allah atas
kehidupan manusia dan dunia.

Laporan pembangunan istana Salomo dalam 1 Raja-raja 7:1-


12, memberi gambaran kepada kita peran manusia – di sini peran
manusia itu ditampilkan dalam diri raja Salomo – dalam karya
pemeliharaan Allah atas umat manusia. Istana raja itu terdiri atas:
gedung pertemuan besar (ay 2-5); serambi istana yang berpilar
dan bertangga (ay 6); singgasana raja untuk mengadili (ay 7);
gedung kediaman raja (ay 8a); dan gedung kediaman isteri raja
(ay 8b). Gedung-gedung dalam bangunan istana ini menggambarkan
tempat tinggal dan tempat raja menjalankan pemerintahannya.

Gedung-gedung dalam bangunan istana ini berada dalam satu


kompleks dengan bangunan Bait Suci (ay 9-12), tempat tabut
perjanjian ditempatkan di sana (1 Raja-raja 8:1-13). Bait Suci
dengan tabut perjanjianya itu menjadi lambang kehadiran Allah di
tengah-tengah umat-Nya, dan di sanalah umat boleh datang dan
bersekutu dengan-Nya. Dengan demikian, raja adalah manusia

Khotbah Jangkep Agustus 2021 141


yang diikutsertakan oleh Allah tampil sebagai sosok pemegang
kekuasaan negara, yang diberi kesempatan oleh Allah untuk
menjalankan pemerintahan, demi terpeliharanya kesejahteraan
umat-Nya. Raja adalah “pelayan Allah” dalam mewujudkan karya
pemeliharaan-Nya atas umat milik-Nya.

Sebagai pelayan Allah yang harus memperjuangkan terwujudnya


karya pemeliharaan Allah, raja tidak boleh menjalankan
pemerintahan semau-maunya sendiri. Dalam Mazmur 101, raja
keturunan Daud dipanggil untuk menyampaikan semacam
“sumpah jabatan” secara liturgis. Raja atau pelayan rakyat itu
didorong untuk berani mengungkapkan komitmennya sebagai
raja ideal: (1) memerintah dengan tulus (ay 2c-3); (2) tak bercela
(ay 4-5); (3) dan bermartabat (ay 8).

Akan tetapi kita semua tahu, bahwa antara yang ideal dengan
kenyataan kerap terdapat jurang yang dalam dan lebar, lebih-lebih
dalam hidup politik yang terkenal keras. Tak ada seorang raja Israel
pun – bahkan Daud dan Salomo – yang memenuhi harapan ini. Ini
berarti untuk memasuki dunia politik yang keras dan penuh tantangan
ini, diperlukan rahmat Allah dan kerendahan hati (ay 6-7).

Gereja dan orang-orang beriman tidak boleh hanya mengeluh


dan mengkritik kekurangan dan kelemahan mereka yang
menjalankan pemerintahan, tetapi juga harus benar-benar berdoa
untuk mereka, serta ikut serta mengarahkan mereka dengan
sunguh-sungguh ke jalan yang seharusnya ditempuh.

Kerelaan Allah mengikutsertakan manusia dalam karya


pemeliharaan-Nya atas umat manusia ini, tidak hanya berlaku
pada jaman dahulu saja. Kerelaan Allah mengikutsertakan manusia
ini, juga berlaku bagi kehidupan manusia pada masa kini, juga atas
kehidupan orang-orang beriman di negeri Indonesia ini.

142 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Stefanus dalam pembelaannya di hadapan Mahkamah Agama,
mengajak orang-orang yang hadir di sana waktu itu, serta kepada
orang-orang beriman penerima dan pembaca kitab Kisah Para
Rasul, termasuk kita pada saat ini, untuk bersama-sama belajar
tentang pemeliharaan Allah atas umat manusia dari sejarah
pengalaman hidup Yusuf, anak Yakub dalam Kisah Para Rasul 7:9-
16. Karena bagi Stefanus setiap tokoh dalam sejarah Yahudi,
mengkiaskan sesuatu.

Dengan kalimat singkat padat pada ayat 9a, “Karena iri hati,
bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir,………..”
Stefanus melukiskan kesibukan manusia – pada kisah ini saudara-
saudara Yusuf – dalam merencanakan dan melakukan perbuatan
jahat, yang didorong oleh kebencian dan iri hati, dengan menjual
Yusuf sebagai budak kepada para orang Ismail (lihat Kejadian 37).
Namun dengan mata iman, Yusuf dapat melihat bencana berubah
menjadi kemenangan. Dengan mata iman, Yusuf dapat melihat
tangan Allah yang penuh kasih bekerja di belakang kejahatan
saudara-saudaranya. Ia dijual ke Mesir sebagai budak,
dipenjarakan tanpa salah, dilupakan oleh orang yang telah
ditolongnya, tetapi akhirnya Yusuf menjadi penguasa di Mesir (ay
10). Itulah sebabnya, Yusuf dapat bersaksi bahwa apa yang
direka-rekakan yang jahat terhadapnya, telah direka-rekakan
oleh Allah untuk kebaikan, yaitu untuk memelihara hidup suatu
bangsa yang besar (ay 11-14, bdk. Kej. 50:20).

Respon Yusuf atas pekerjaan Allah di belakang kejahatan


saudara-saudaranya, menjadikan Yusuf setia dalam setiap tugas
yang diberikan kepadanya. Melayani sebagai budak di penjara,
sama baiknya dengan melayani sebagai menteri, karena keduanya
pada hakikatnya adalah pelayanan kepada Tuhan. Itulah
sebabnya Stefanus menyimpulkan Yusuf sebagai orang yang
dianugerahi “kasih karunia dan hikmat” oleh Allah (ay 10).

Khotbah Jangkep Agustus 2021 143


Kerelaan Allah mengikutsertakan manusia dalam karya
pemeliharaan-Nya atas umat manusia ini, juga berlaku dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Allah Sang Pencipta tidak hanya
menganugerahi bangsa kita dengan kemerdekaan. Allah Sang
Pencipta itu juga berkenan memelihara kelangsungan hidup
bangsa kita sebagai bangsa yang merdeka, hingga saat ini menuju
ke masa depan.

Hari ini, bersama-sama seluruh bangsa, kita sedang memperingati


dan merayakan kemerdekaan negara kita Indonesia yang ke 76.
1) Sebagai warga negara, baik rasanya peringatan dan perayaan
kemerdekaan bangsa kita kali ini, kita pergunakan untuk
mensyukuri kesetiaan Allah dalam memelihara kelangsungan
hidup bangsa kita, meski bangsa ini tidak pernah luput dari
berbagai kesulitan dan tantangan.
2) Sebagai orang yang terlibat dalam pemerintahan dari daerah
sampai pusat, kita pergunakan peringatan dan perayaan
kemerdekaan bangsa kita kali ini untuk berbenah diri,
memperbaiki pengabdian kita agar lebih tulus, lebih tak
bercela, dan lebih bermartabat.
3) Sebagai warga negara biasa, kita pergunakan peringatan dan
perayaan kemerdekaan bangsa kita kali ini, untuk
memperbarui komitmen kita mengisi kemerdekaan bangsa,
dengan lebih terlibat aktif dan konstruktif dalam hidup
berbangsa dan bernegara.

Karena kita tahu, bahwa pengabdian kita kepada bangsa ini


serta keterlibatan kita secara aktif dan konstruktif dalam hidup
berbangsa dan bernegara ini hakikatnya adalah pelayanan kepada
Allah. Dirgahayu Republik Indonesia.
Amin.

144 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

NDHÈRÈK LELADI ING PANGRIMATIPUN ALLAH

Gusti Allah ingkang nitahaken langit lan bumi, punika ugi


Gusti Allah ingkang tansah makarya ngrimati langit lan bumi.
Gusti Allah ingkang nitahaken langit kaliyan bumi punika kepareng,
kagungan karsa, sarta tumandang-damel ngrimati karaharjanipun
sadaya umat manungsa sarta nglestantunaken gesangipun jagat,
kanthi ngluwari manungsa saking panandhangipun.

Ing salebeting ngrimati titah-Ipun punika, Gusti Allah karsa


tumut makarya wonten ing sejarahing gesangipun jagat, kanthi
ngajak manungsa minangka tiyang ingkang sesarengan nyambut
damel kagem pakaryanipun Gusti Allah. Tiyang-tiyang ingkang
dipun-ajak Gusti Allah dados “paladosipun Allah”, ingkang kedah
ngudi kababaripun ayahaning pangrimatipun Allah tumrap
gesangipun manungsa sarta jagat punika.

Palapuran tumrap padamelan mbangun kratonipun Sang


Prabu Suléman ing 1 Para Raja 7:1-12, maringi gambaran dhateng
kita menggah jejibahanipun manungsa – ing ngriki jejibahanipun
manungsa dipun-ketingalaken ing gesangipun Sang Prabu Suléman
– wonten ing ayahan pangrimatipun Allah tumrap umat manungsa.
Kratonipun sang prabu punika kedadosan saking: bangsal kanggé
pepanggihan ageng (ay 2-5); bangsal ingkang wonten èmpèripun
ing sisih ngajeng wonten sakanipun lan undhak-undhakanipun
(ay 6); bangsal singgangsana, papan kagem nindakaken pangadilan
(ay 7); kedhaton ingkang dipun-dalemi sang prabu (ay 8a); tuwin
kedhaton ingkang dipun-dalemi garwanipun sang prabu (ay 8b).
Gedhong-gedhong ingkang kabangun ing kratonipun sang prabu
punika nggambaraken papan padaleman tuwin papanipun sang
prabu nindakaken pepréntahanipun.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 145


Gedhong-gedhong ingkang kabangun ing kratonipun sang prabu
punika mapan ing wewengkon ingkang sami kaliyan gedhong
Padaleman Suci (ay 9-12), papanipun nyèlèhaken pethi prajanjian
(1 Para Raja 8:1-13). Padaleman Suci dalasan pethi prajanjian
punika dados pralambang karawuhanipun Gusti Allah ing tengah-
tengahing umat-Ipun, sarta ing ngriku papanipun umat kepareng
sowan tuwin tetunggilan kaliyan Gusti Allah. Kanthi makaten,
sang prabu punika manungsa ingkang kadhawuhan tumut déning
Gusti Allah, nglairaken dhiri minangka blegeripun ingkang ngasta
panguwaosing negari; ingkang kaparingan wewengan déning
Allah kanggé nindakaken pamarintahan, kanggé rineksanipun
karaharjaning umat-Ipun Gusti Allah. Sang prabu punika “paladosipun
Gusti Allah” ing salebetipun mbabar ayahaning pangrimatipun
Allah dhumateng umat kagungan-Ipun.

Minangka paladosipun Gusti Allah ingkang kedah ngudi


kababaring ayahan pakaryaning pangrimatipun Gusti Allah, sang
prabu mboten kepareng nindakaken pamarintahanipun
sapikajengipun piyambak. Wonten ing Masmur 101, sang prabu
tedhak-turunipun Sang Prabu Dawud, tinimbalan kanggé
nglairaken “sumpahing kalenggahan” sacara liturgis. Sang prabu
utawi paladosing para kawula punika kaberek supados wantun
nglairaken kesanggemanipun minangka raja ingkang idhéal,
jumbuh kaliyan pangajeng-ajeng: (1) nindakaken pamarintahan
kanthi manah ingkang resik (ay 2c-3); (2) mboten cidra (ay 4-5);
(3) sarta ngadhahi martabat (ay 8).

Ananging kita sadaya mangertos, bilih antawisipun ingkang


idhéal kaliyan kanyatan, asring pinanggih jurang ingkang lebet
sarta wiyar, langkung-langkung ing salebeting gesang politik ingkang
misuwur mboten tepa-tepa. Mboten wonten satunggal-satunggala
raja ing Israèl – kalebet Sang Prabu Dawud tuwin Sang Prabu
Suléman – ingkang saged nyembadani pangajeng-ajeng punika.

146 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Punika ateges kanggé lumebet ing jagading politik ingkang
mboten tepa-tepa sarta kebak ing reribet punika, dipunbetahaken
sih-rahmatipun Allah tuwin andhap asoring manah (ay 6-7).

Pasamuwan tuwin para tiyang pitados mboten kepareng


namung sesambat sarta nyaruwé dhateng kekirangan tuwin
karingkihaning para sadhèrèk ingkang sami nindakaken
pamarintahan, ananging ugi kedah èstu-èstu ndongakaken para
sadhèrèk wau, sarta tumut mrenahaken kanthi temen-temen
dhateng margi ingkang kedahipun dipun ambah.

Keparengipun Gusti Allah ngajak manungsa tumut ing ayahan


pangrimatipun Gusti Allah dhumateng umat manungsa punika,
mboten namung tumanduk ing jaman rumiyin kémawon.
Keparengipun Gusti Allah ngajak manungsa tumut ing ayahan
pangrimatipun Gusti Allah punika, ugi tumanduk ing gesangipun
manungsa wekdal samangké, ugi tumrap gesangipun para tiyang
pitados ing negari Indonesia punika.

Stéfanus wonten ing panjawabipun dhateng Pradata Agami,


ngajak tiyang-tiyang ingkang ndhatengi ing ngriku nalika
semanten, sarta dhateng para tiyang pitados ingkang nampèni
tuwin ingkang maos kitab Lelakoné Para Rasul punika, kalebet
kita ing wekdal punika, kanggé sinau sesarengan bab
pangrimatipun Gusti Allah dhumateng umat manungsa saking
sejarah pengalamaning gesangipun Yusuf, putranipun Yakub
wonten ing Lelakoné Para Rasul 7:9-16. Amargi kanggénipun
Stéfanus, saben priyantun ing sejarahipun bangsa Yahudi, punika
nggambaraken satunggaling prakawis.

Kanthi ukara ringkes ing ayat 9a, “Margi saking drengkinipun,


para bapa-leluhur kita wau lajeng nyadé Yusuf dhateng tanah
Mesir,…...” Stéfanus nggambaraken ributipun manungsa – ing

Khotbah Jangkep Agustus 2021 147


cariyos punika sadhèrèk-sadhèrèkipun Yusuf – ing salebetipun
ngrancang tuwin nindakaken pandamel awon, ingkang kabereg
déning sengit tuwin drengkinipun, sarana nyadé Yusuf minangka
abdi tumbasan dhateng tiyang Ismaél (mirs. Purwaning Dumadi
37). Ananging kanthi mripating kapitadosanipun, Yusuf saget
mirsani bancana santun dados kaunggulan. Kanthi mripating
kapitadosan, Yusuf saget sumerep Astanipun Gusti Allah ingkang
kebak ing sih-piwelas makarya ing sawingkinging piawonipun
sadhèrèk-sadhèrèkipun. Yusuf kasadé dhateng tanah Mesir dados
abdi, kinunjara tanpa kalepatan, dipun-supèkaken déning tiyang
ingkang naté dipun tulungi, ananging wusananipun Yusuf
kaangkat dados panguwaos ing tanah Mesir (ay 10). Punika
sababipun, Yusuf saget nglairaken paseksi bilih punapa ingkang
karantam awon tumrap piyambakipun, sampun kacipta déning
Gusti Allah malih dados becik, inggih punika kanggé mitulungi
gesang dhateng bangsa ingkang ageng (ay 11-14, kcn. PD 50:20).

Tanggapanipun Yusuf dhateng pakaryanipun Allah ing


sawingkinging tumindak awonipun sadhèrèkipun, ndadosaken
Yusuf setya dhateng saben jejibahan ingkang kaparingaken
dhateng piyambakipun. Ngladosi minangka abdi ing pakunjaran,
sami saénipun kaliyan ngladosi minangka nayaka, amargi kalih-
kalihipun hakikatipun paladosan dhumateng Gusti Allah. Punika
sababipun Stéfanus mbundheli bilih Yusuf punika satunggaling
tiyang ingkang kaparingan “sih-rahmat tuwin kawicaksanan”
déning Gusti Allah (ay 10).

Keparengipun Gusti Allah ngajak manungsa tumut ing


salebeting ayahan pangrimatipun Gusti Allah dhumateng umat
manungsa punika, ugi tumanduk ing gesangipun bangsa Indonesia.
Gusti Allah ingkang nitahaken langit kaliyan bumi, mboten
namung maringi kamardikan dhumateng bangsa Indonesia. Gusti
Allah ingkang nitahaken langit kaliyan bumi punika ugi kepareng

148 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


ngrimat lestantuning gesangipun bangsa kita minangka bangsa
ingkang mardika, ngantos wekdal samangké ngener dhateng
gesang ingkang badhé kelampahan ing ngajeng kita.

Dinten punika, sesarengan kaliyan sawetahing bangsa, kita


saweg mèngeti tuwin ngriyayakaken kamardikaning negari kita
Indonesia ingkang kaping 76.
1) Minangka warganing negari, prayogi raosipun menawi pèngetan
tuwin pahargyan kamardikaning bangsa wekdal punika, kita
ginakaken kanggé saos sokur dhumateng Gusti Allah, awit
saking kasetyan-Ipun ngrimati lestantuning gesangipun
bangsa kita, sinaosa bangsa kita mboten naté uwal saking
sawernining pakèwet lan karibedan.
2) Minangka tiyang ingkang tumut ambyur ing pamarintahan
saking ngandhap dumugi nginggil, kita ginakaken pèngetan
tuwin pahargyan kamardikaning bangsa wekdal punika kanggé
mrenahaken dhiri, ndandosi pangabdèn kita supados langkung
resik, langkung mboten cidra, sarta langkung ngadhahi
martabat.
3) Minangka warga negari limrah, kita ginakaken pèngetan tuwin
pahargyan kamardikaning bangsa wekdal punika, kanggé
ngénggalaken kesagahan kita tumut ngisèni kamardikaning
bangsa, kanthi tumut ambyur langkung mempeng, sarta langkung
asipat mbangun ing gesanging bangsa tuwin negari.

Amargi kita mangertos, bilih pangabdèn kita dhumateng


bangsa punika saha anggèn kita tumut ambyur kanthi mempeng
sarta asipat mbangun wonten ing gesanging bangsa lan negari
punika hakikatipun paladosan dhumateng Gusti Allah. Mugi
tansah lestari Republik Indonesia. Amin.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 149


Minggu, 22 Agustus 2021
Minggu Biasa XVI-Minggu ke-13 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Kuat Di Dalam Tuhan

TUJUAN:
Jemaat kuat dalam berpegang pada janji Tuhan yang menyatakan
anugerah sorgawi dalam Yesus Kristus dan kuat juga mempertahankan
iman dalam bimbingan Roh Kudus hingga beroleh jaminan hidup kekal.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 1 Raja-Raja 8: (1,6,10-11), 22-30, 41-43
Tanggapan : Mazmur 84
Bacaan II : Efesus 6:10-20
Bacaan Injil : Yohanes 6:56-69

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Roma 10:9-11
Petunjuk Hidup Baru : Ibrani 10:35-39
Persembahan : 1 Tesalonika 5:16-18

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 14:1, 3
Nyanyian Penyesalan : KJ 362:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 369A:1,2
Nyanyian Persembahan : KJ 450:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 370:1, 3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 209:1–3
Kidung Panelangsa : KPJ 49:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 113:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 161:1 -
Kidung Pengutusan : KPJ 144:1, 2

Pdt. Purwantoro Kurniawan, S.Th, M.Min (GKJ Ambarukmo)

150 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Hidup dalam iman kepada Tuhan sesungguhnya adalah menjalin
relasi dengan Tuhan yang secara fisik tidak nampak. Hidup beriman
juga merupakan wujud nyata dari kekuatan memegang teguh janji
setia dari Tuhan yang diyakini memberi berkat dan jaminan, saat
hidup di dunia maupun kehidupan kekal yang akan diterima.
Manusia dapat menanggapi pekerjaan Tuhan dengan hal-hal
simbolik yang menggambarkan ekspresi iman, seperti Salomo yang
membangun Bait Allah, sebagai rumah yang dipersembahkan
kepada Tuhan dengan harapan Tuhan berkenan mendiaminya.
Hal itu mendorong semangat iman untuk bersyukur dan
bersukacita karena beroleh berkat dan kasih karunia Tuhan,
bahkan diyakini berlangsung turun-temurun.
Meski demikian diperlukan perjuangan iman untuk bisa
mengatasi persoalan-persoalan kehidupan dan tetap teguh serta
setia kepada Tuhan. Perjuangan yang dimaksud adalah perjuangan
iman melawan kuasa iblis yang tidak nampak. Diperlukan keberanian
menghadapinya dan disertai menggunakan perlengkapan rohani
sebagai senjata, sehingga tidak ada niat untuk mengundurkan diri
dari Tuhan.

KETERANGAN BACAAN
1 Raja-raja 8:1, 6, 10-11, 22-30, 41-43
Dalam serangkaian bacaan ini, sesungguhnya menyatakan
kesaksian bahwa Salomo sungguh-sungguh menjadi hamba
Tuhan dan raja bangsa Israel serta anak Daud yang setia dan
kemudian membangun rumah untuk Tuhan yakni Bait Allah.
Sampai masa Salomo bangsa Israel menyembah Tuhan dan
melaksanakan kurban hanya di Kemah Suci yang bongkar pasang
dan gunung pengorbanan seperti yang dilakukan Salomo di
Gibeon.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 151


Maka tiba saatnya Salomo mewujudkan berdirinya Bait Allah
dan ketika telah selesai dibangun, Salomo berdiri dan berbicara di
hadapan bangsa Israel, pada suatu kesempatan pada hari raya di
bulan Etanim, yakni bulan ketujuh, menurut penanggalan bangsa
Israel waktu itu. Tabut perjanjian dibawa para imam dan orang
Lewi, bersama kemah suci dan perabot suci ke dalam bait Allah
dan setelah mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi
yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya.
Kemudian Salomo berbicara tentang Tuhan yang kiranya
berkenan tinggal di dunia yang dianggapnya sebagai tempat
kekelaman, maka Salomo sangat berharap agar berkenan tinggal
di rumah yang dibuatnya dengan megah untuk Tuhan
mendiaminya. Itu adalah upaya Salomo menyingkirkan keraguan
sehingga ia berdoa memohon kepada Tuhan, dengan mengingat
kebaikan, kasih setia dan janji Tuhan kepada bangsa Israel dan
juga Daud. Bahkan juga mohon perkenan Tuhan apabila ada orang
asing diluar bangsa Israel dapat mengenal Nama Tuhan melalui
Bait Allah yang dibangunnya. Itu menandakan bahwa ia berharap
kemuliaan Tuhan tidak hanya untuk bangsa Israel saja, tetapi juga
untuk orang diluar bangsa Israel, sebab Salomo juga memiliki istri
seorang perempuan dari anak seorang Firaun dari Mesir.
Nampaknya itu adalah bentuk kekuatan iman dan pengharapan
dari Salomo kepada Tuhan, mengingat kasih setia dan janji Tuhan
kepada orang-orang yang dikasihi Tuhan.

Mazmur 84
Memperhatikan Mazmur 84 ini, dapat diperoleh gambaran
bagaimana kerinduan Pemazmur terhadap adanya rumah Tuhan
dan ingin memilikinya. Suatu rumah yang diimpikan dengan
penuh harap akan memberikan kedamaian hati bagi manusia
bahkan kebahagiaan diam di rumah Tuhan setelah melintasi
peziarahan hidup menuju kedamaian kekal. Itu semua menjadi
ideal, yang menyemangati kekuatan berjuang merasakan bahwa
152 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
di Sion ada tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal
musim menyelubunginya dengan berkat.
Pemazmur mengungkapkan suasana batin itu semua kepada
Tuhan, Allah semesta alam yang diimani. Pemazmur rindu tinggal
di rumah Tuhan, sekalipun hanya tinggal di pelatarannya saja, ia
akan bersukacita dan bersorak-sorai. Pemazmur mempunyai
kekuatan iman sehingga berketetapan segenap hati dan tubuhnya
bersorak-sorai memuji-muji Tuhan Allah. Bahkan ia melihat
bahwa rumah Tuhan akan menjadi berkat tidak hanya manusia,
tetapi juga burung pipit dan layang-layang, sebab mereka bisa
berdiam dan bertelur untuk menetaskan anak-anak burung di
depan mezbah. Itu menunjukkan refleksi pengharapan pemazmur
yang kuat, bahwa dari rumah Tuhan, Allah akan melanggengkan
berkat turun-temurun bagi umat yang diurapi oleh Tuhan.

Efesus 6:10-20
Rasul Paulus menyampaikan gambaran hidup yang dijalani
jemaat di Efesus ibaratnya adalah memasuki medan peperangan.
Seorang prajurit maju perang pada masa lalu berperang dengan
kelengkapan diri yang berbeda dengan perang jaman sekarang.
Prajurit jaman dahulu termasuk pada masa rasul Paulus, bila
berperang menghadapi lawan, harus berhadapan satu lawan satu
atau dengan banyak lawan dan perlawanan harus dari jarak dekat
dan terlibat kontak fisik secara langsung. Ketika harus
menghadapi lawan dari jarak jauh dengan panah yang digunakan
lawan, maka prajurit harus memperlengkapi diri dengan pakaian
perang yang lengkap dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Pelindung kepala, wajah, tangan, leher, dada, perut hingga kaki,
menjadi syarat mutlak untuk maju perang atau pun menahan laju
lawan dalam peperangan.
Namun saat jaman rasul Paulus, peperangan yang dihadapi
jemaat bukan soal perang fisik seperti prajurit dan lawan. Namun

Khotbah Jangkep Agustus 2021 153


yang sedang dibicarakan rasul Paulus adalah peperangan melawan
iblis dengan tipu muslihatnya. Maka rasul Paulus berharap kepada
jemaat Efesus untuk kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan
kuasa-Nya.
Selain itu rasul Paulus juga berharap jemaat Efesus berdoa
untuk orang-orang Kudus termasuk kepada rasul Paulus. Artinya,
doa yang ditujukan pada hamba-hamba Tuhan yang melayani jemaat
maupun memberitakan Injil. Secara khusus doa jemaat kepada rasul
Paulus akan menjadi kekuatan tersendiri untuk berani memberitakan
Injil secara langsung dari mulut rasul Paulus, sekalipun sedang
didalam penjara, karena memberitakan Injil Yesus Kristus.

Yohanes 6:60–69
Yesus Kristus datang ke dunia dan memberi pengajaran pada
bangsa Israel dengan sesuatu yang baru. Apa yang dinyatakan
Yesus banyak mendapat tentangan dan penolakan dari orang-
orang Israel, khususnya kalangan orang Yahudi, ahli Taurat, orang
Farisi maupun orang Saduki, bahkan disertai ancaman yang
membahayakan diri-Nya. Termasuk pengajaran baru tentang
hidup kekal, yang Yesus Kristus sampaikan dengan analog manusia
akan berolehnya bila makan daging dari tubuh Yesus Kristus dan
minum darahNya.
Pengajaran itu membongkar dogma yang diimani bangsa Israel
khususnya orang-orang Yahudi yang telah berlangsung ratusan
tahun, hingga menjadikan mereka fanatik. Mereka merasa diberkati
sebagai keturunan Abraham dan kepemimpinan Musa yang hebat
hingga bangsa Israel selamat di padang gurun selama 40 tahun,
dianggap menjadi pembeda dari bangsa-bangsa lain. Mereka
dikasihi oleh Tuhan dan menyebabkan mereka merasa sebagai bangsa
yang akan beroleh selamat dengan sendirinya. Maka, ketika Yesus
Kristus memberikan pengajaran tentang roti hidup yang turun
dari sorga dan daging dan darah Yesus Kristus menjadi penjamin

154 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


hidup kekal, ada murid-murid kemudian diketahui oleh Yesus
Kristus bersungut-sungut, karena mendengar perkataan mereka:
"Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”
Mereka nampaknya menangkap pengajaran Yesus Kristus
bermakna sarkasme, dan tidak sesuai dengan dogma yang membuat
mereka telah fanatik. Perumpamaan yang disampaikan Yesus
Kristus diterima secara harafiah ketika mereka mendengarnya.
Oleh karena itu yang kemudian menyebabkan murid-murid-
Nya yang bukan kelompok dua belas murid, mengundurkan diri
dan tidak lagi mengikut Dia. Yesus Kristus menyatakan bahwa
roh-lah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.
Perkataan-perkataan yang disampaikan-Nya kepada mereka
adalah tentang roh dan hidup. Nenek moyang Israel dengan
makan roti manna dan burung puyuh telah mati, maka secara
kedagingan tidak bisa diandalkan lagi. Yesus Kristus menyatakan
hanya karena Anak Manusia saja yang diperkenan sang Bapa yang
karenaNya memberikan karunia roh dan hidup, bila orang mau
datang kepada Bapa.
Kemudian Yesus bertanya kepada dua belas muridNya apakah
mereka mau pergi mengundurkan diri juga? Petrus memberi
jawab dengan balik bertanya, bila mereka pergi, mau pergi kepada
siapa? Jawaban Petrus itu dilanjutkan dengan pengakuan bahwa
apa yang disampaikan Yesus Kristus adalah perkataan hidup yang
kekal dan mereka menyatakan telah percaya dan tahu bahwa
Yesus Kristus adalah Yang Kudus dari Allah. Nampaklah terhadap
mereka, dua belas murid Yesus Kristus, bahwa mereka sangat
memerlukan Yesus Kristus, sehingga mereka mau tetap percaya
dan mengikutNya. Sekalipun waktu akan menguji kesetiaan
mereka, apakah benar-benar percaya dan mengikut Yesus, sebab
mereka saat itu masih bersama-sama Yesus Kristus. Peristiwa
seputar kesengsaraan hingga wafatnya Yesus Kristus menjadi
parameter iman mereka.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 155


POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Hidup orang yang beriman kepada Tuhan adalah hidup dalam
janji. Sejak masa Perjanjian Lama Tuhan membangun relasi
kepada tokoh-tokoh penting dalam kitab suci, seperti Abraham,
Ishak dan Yakub hingga bangsa Israel dengan suatu perjanjian.
Sampai pada jaman Salomo janji Tuhan terus berlangsung,
sehingga jemaat dapat diajak untuk belajar bagaimana Salomo
memegang janji setia Tuhan, yang telah memberi berkat
kelimpahan dan penyertaan pada Daud. Kemudian Salomo
melanjutkan tugas Daud sampai mewujudkan membangun rumah
untuk Tuhan, yang dikenal dengan sebutan Bait Suci atau Bait
Allah, sebagai pengganti Kemah Suci.
Namun demikian, jemaat juga dapat belajar bahwa kesetiaan
Tuhan pada bangsa Israel tidak dimaknai hanya dengan satu sisi,
yakni memunculkan fanatisme sebagai keturunan Abraham
menjadikan mereka berbeda dengan bangsa lain dan tidak ada
peluang pembaharuan pengajaran dari Yesus Kristus, tentang
hidup kekal yang dirindukan bangsa Israel maupun umat bangsa
lain. Bukankah dalam doa tentang fungsi rumah Tuhan, Salomo
juga memohon kepada Tuhan agar orang asing-pun dapat
merasakan manfaat adanya rumah Tuhan?
Perasaaan manusia yang berlebihan bisa menjadi pintu
masuk bagi iblis untuk memperdaya manusia. Manusia akan
merasa dipuaskan dengan pemahaman harafiah tentang
fanatisme nenek-moyang mereka, yang dalam pandangan Yesus
Kristus, itu harus dibaharui, agar tidak mengungkung bangsa
Israel khususnya orang-orang Yahudi dengan fanatisme sempit.
Oleh karena itu, diperlukan sikap yang bijak dengan
memperlengkapi diri melalui perlengkapan senjata rohani. Semua
itu bisa menjadi cara mewujudkan kebenaran dalam Tuhan dan
tidak punya niat mengundurkan diri dari Tuhan.

156 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

KUAT DI DALAM TUHAN

Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan,


Dalam kehidupan ini, kita mengenal tanaman kapas yang bisa
dimanfaatkan dengan dipintal menjadi benang dan bila ditenun
bisa menjadi kain serta bisa digunakan untuk baju atau kebutuhan
lainnya yang bermanfaat bagi manusia. Saat masih berupa kapas,
benda itu lembut dan mudah dipisah-pisahkan, karena saking
halus atau lembutnya. Namun ketika dipintal menjadi benang,
akan nampak kekuatannya. Kekuatan itu teruji misalnya ketika
digunakan untuk menarik layang-layang kekuatan benang juga
terbukti ketika digunakan untuk menjahit. Tetapi benang bisa
menjadi tidak kuat bila terkena air. Benang juga bisa menjadi
kusut bila tidak digulung dengan baik.

Apakah manusia juga memiliki kekuatan seperti kapas yang


dijadikan benang? Atau sebaliknya menjadi tidak kuat? Ukuran
kekuatan manusia bukan dilihat dari kekuatan raganya. Banyak
orang dengan raga yang gagah perkasa, tetapi hatinya lemah.
Tetapi ada orang yang perawakannya kurus, namun memiliki
kekuatan hati. Maka sesungguhnya kekuatan manusia dapat
ditemukan dalam praktik hidup sehari-hari.

Untuk memperoleh bukti kekuatan manusia sebagai orang


percaya kepada Tuhan, kita dapat mencermati sabda Tuhan
dalam ibadah ini yang dituntun dengan thema: Kuat Di Dalam
Tuhan. Adapun hal-hal yang dapat kita petik adalah:
1. Kuat berpegang pada janji Tuhan dengan kesetiaan.
Raja Salomo memberikan teladan dengan kesetiaan berpegang
pada janji Tuhan, sehingga dengan sungguh-sungguh mewujudkan
membangun Bait Allah, yang sangat diharapkan Raja Daud
Khotbah Jangkep Agustus 2021 157
ayahandanya. Meski berkelimpahan harta benda, kekayaan
dan kekuasaan yang luar biasa, tetapi Raja Salomo tidak pernah
lupa kebaikan Tuhan, sehingga dengan sukacita menghaturkan
korban persembahan yang sangat banyak kepada Tuhan.
Kesetiaan kepada Tuhan juga diwujudkan dengan berdoa dan
meminta agar Bait Allah juga menjadi berkat bagi orang-
orang asing meskipun tidak seiman.
2. Kuat dalam pengharapan dapat tinggal di Rumah Tuhan.
Hal tersebut dinyatakan Pemazmur oleh karena sukacitanya
terhadap Rumah Tuhan atau Bait Allah. Bagi Pemazmur ia merasa
bersukacita walau hanya berada di pelataran, dibanding di
tempat-tempat lainnya. Demikian pula walau hanya berada
diambang pintu sudah merasa bersukacita, daripada tinggal
di kemah-kemah orang fasik. Keinginan yang demikian
menggambarkan pengharapan yang kuat agar dapat tinggal
bersama Tuhan. Hal tersebut juga muncul dalam diri dua
belas murid Tuhan Yesus, yang tetap berkeinginan bersama
Tuhan Yesus meskipun ada murid-murid yang lain yang
mundur dan meninggalkan Tuhan Yesus.
3. Kuat dalam menerima firman Tuhan Yesus.
Ketika murid-murid menerima pengajaran tentang Tuhan
Yesus sebagai Roti Hidup yang dapat diterima manusia melalui
tubuh dan darahNya yang dapat dimakan dan diminum,
menjadikan tidak nyamannya hati mereka, yang sebagian
besar orang-orang Yahudi. Hal demikian dianggap mustahil
sebab orang-orang Yahudi sudah terlanjur menerima pengajaran
mendasar dan turun-temurun, jika leluhur mereka menerima
roti manna dan burung puyuh, sebagai tanda bahwa Tuhan
memelihara jasmani orang-orang Israel. Perasaan yang
demikian itulah yang menjadikan bangsa Israel berbeda
dengan bangsa lain dan merasa tidak memerlukan pengajaran
lainnya. Oleh karena itu ada murid-murid yang tidak tahan
lalu meninggalkan Tuhan Yesus.
158 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Tetapi bagi dua belas murid, ketika ditanya oleh Tuhan Yesus
mengapa mereka juga tidak meninggalkan Tuhan Yesus, maka Petrus
memberi jawab kepada siapa ia akan pergi. Tiada lain hanya Tuhan
Yesus yang menyampaikan perkataan sebagai perkataan hidup yang
kekal dari Pribadi yang dipercaya dan dimengerti sebagai Yang Kudus
dari Allah. Perkataan Tuhan Yesus menjadi firman dan sesungguhnya
Tuhan Yesus sendiri adalah Sang Firman sejati, maka menerima Tuhan
Yesus juga harus mau menerima firmanNya dengan sepenuh hati.

Melalui tiga hal tersebut dapat menjadi pijakan bagi kita untuk
mawas diri, juga untuk memperhatikan tumbuh berkembangnya
iman warga gereja. Apakah kita memiliki kekuatan yang utuh
untuk menerima Tuhan melalui janji setiaNya, firmanNya maupun
pengorbanan melalui tubuh dan darahNya? Apakah kita mempunyai
niat untuk meninggalkan Tuhan hanya karena suatu masalah yang
membebani kita?

Mengingat masih ada orang percaya yang sudah menyatakan


janji setia kepada Tuhan dengan segenap hati ternyata tidak dipegang
dengan kuat, maka mari kita selalu mawas diri. Banyak hal yang
menyebabkan tidak kuatnya hidup bersama Tuhan Yesus. Kelemahan
iman dimanfaatkan kuasa kegelapan yakni iblis untuk mengalahkan
orang percaya sehingga berpaling dan meninggalkan Tuhan.

Oleh karena itu kita dapat memperhatikan nasihat Rasul Paulus


supaya kita mengenakan perlengkapan rohani. Hal tersebut dapat
menjadi sarana bagi kita untuk menanggulangi tipu daya iblis yang
akan membuat rusaknya iman kita. Tuhan Yesus menyatakan firman
dalam Matius 26:41 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi
daging lemah.” Pada akhirnya, marilah kita selalu mewujudkan jati
diri orang percaya kepada Tuhan dengan kuat, sehingga ketika kita
menghadapi ujian kehidupan apa pun yang terjadi dalam hidup
ini, tidak ada yang menjadi penghalang bagi kita untuk menerima
berkat Tuhan. Amin.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 159


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

KIYAT WONTEN ING GUSTI

Pasamuwan ingkang dipun tresnani lan binerkahan ing Gusti,


Wonten ing gesang punika kita mangertos wontenipun taneman
kapas ingkang saged dipun ginakaken dados bolah, lan nalika dipun
tenun saged dados bakal lan saged kangge rasukan utawi kabetahan
sanesipun ingkang maedahi kangge manungsa. Nalika taksih wujud
kapas, sipatipun alus lan gampil dipun suwir-suwir. Nanging nalika
dipun dadosaken bolah badhe ketingal kekiyatanipun. Kekiyatan
menika kacihna nalika dipun ginakaken kangge ngundhuh layangan
ugi nalika kangge dondom-dondom. Nanging bolah saged mbedhel
nalika kenging toya. Bolah ugi saged bundhet nalika mboten dipun
gulung kanthi sae.

Punapa manungsa ugi nggadhahi kekiyatan kados dene kapas


ingkang dipun dadosaken bolah? Utawi kosok wangsulipun malah
mboten kiyat? Ukuran kekiyatan manungsa mboten ketitik awit
santosaning raganipun manungsa. Kathah tiyang ingkang raganipun
gagah prakosa nanging ringkih manahipun. Kathah tiyang ingkang
dipunwastani ringkih raganipun awit ketingal kuru, kasunyatan
nggadahi kekiyatan manah. Pramila kekiyatan tumrapipun manungsa
saged dipun panggihaken lumantar cak-cakaning gesang padintenan.

Kangge manggihaken cihnaning kekiyatanipun manungsa


minangka tiyang pitados dhumateng Gusti, saged kita jumbuhaken
kalayan sabdanipun Gusti ing peladosan khotbah kanthi irah-
irahan: Kiyat Wonten Ing Gusti. Dene piwucal sabdanipun Gusti
ingkang saged kita pethik inggih punika:
1. Kiyat cepengan prasetyanipun Gusti kanthi kasetyan.
Prabu Suleman paring tuladha kasetyan nyepengi prasetyanipun
Gusti, ngantos nyembadani yasa Padaleman Suci kagem Gusti,

160 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


ingkang dados gegadhanganipun Prabu Dawud ingkang rama.
Sanadyan kasinungan bandha kadonyan lan kasugihan tuwin
panguwaos ingkang ngeram-eramaken, nanging Prabu Suleman
mboten nate kesupen bab kasaenanipun Gusti, ngantos kanthi
bingah nyaosaken korban minangka pisungsung ingkang
kathah sanget kagem Gusti. Kasetyanipun dhumateng Gusti
ugi kawarna lumantar anggenipun Prabu Suleman ndedonga
dhumateng Gusti lan nyenyuwun supados Padaleman Suci
punika ugi saged dados berkah tumrap tiyang-tiyang ngamanca
nadyan mboten nunggil pitados.
2. Kiyat ing pangajeng-ajeng saged dumunung wonten ing
Padalemanipun Gusti
Bab menika kapratelakaken juru masmur awit bingahipun
tumrap Padalemanipun Gusti. Tumraping juru masmur sampun
rumaos bingah nadyan namung wonten ing plataran tinimbang
wonten ing papan sanes. Ugi nadyan namung ngampi-amping
ing kori, sampun rumaos bingah tinimbang dumunung ing
tarub-tarub tiyang duraka. Pepinginan ingkang kados makaten,
nggambaraken pangajeng-ajeng ingkang kiyat supados saged
nunggil kalayan Gusti. Bab punika ugi kawarna kadosdene
sekabatipun Gusti Yesus cacah kalih welas, nggadahi pepinginan
tetep nunggil kalayan Gusti Yesus nadyan wonten murid-
murid sanesipun ingkang mundhur lan nilaraken Gusti Yesus.
3. Kiyat nampi pangandikanipun Gusti Yesus.
Nalikanipun para murid nampi piwucal bab Gusti Yesus
minangka Roti Panguripan ingkang saged dipun tampeni
manungsa lumantar sarira lan rahipun ingkang saged dipun
tedha lan dipun ombe, ndadosaken gorehing manahipun murid-
murid ingkang wradinipun saking tiyang Yahudi. Bab punika
kaanggep mokal awit tiyang Yahudi sampun nggadhahi
pamanggih gumathok turun-temurun, dene leluhuripun nampi
roti manna tuwin peksi gemak minangka tanda anggenipun

Khotbah Jangkep Agustus 2021 161


Gusti Allah ngrimati raganipun tiyang-tiyang Israel. Raos
pangraos ingkang kados mekaten punika ingkang ndadosaken
bangsa Israel rumaos benten kaliyan bangsa sanes lan
mboten merlokaken piwucal sanesipun. Mila wonten murid-
murid sawetawis ingkang mboten tahan lajeng nilaraken
Gusti. Ananging tumrapipun sekabat kalih welas nalika dipun
dangu Gusti Yesus punapa ugi mboten nilar Gusti Yesus,
tumunten Petrus nelakaken atur dhateng sinten malih ingkang
dipun purugi. Mboten wonten sanes inggih namung Gusti
Yesus ingkang mbabar pangandika minangka pangandikan
gesang langgeng awit kababar saking Pribadi ingkang dipun
pitadosi lan sumurupi minangka Ingkang Suci Saking Gusti.
Pangandikanipun Gusti Yesus dados sabda lan sayektosipun
Gusti Yesus punika Sang Sabda Sejati, pramila pitados
dhumateng Gusti Yesus, ugi purun nampi pangandikanipun
kanthi gumolonging manah.

Lumantar tigang perkawis punika, saged dados pancadan anggen


kita niti priksa diri kita ugi migatosaken tuwuh ngrembakaning
kapitadosanipun warganing pasamuwan. Punapa kita ugi nggadhahi
kekiyatan nampi Gusti lumantar prasetyan lan pangandikan dalah
pengorbanan sarira lan rahipun? Utawi lajeng gadhah niyat
nilaraken Gusti awit satunggaling momotan?

Kanthi ngengeti taksih wonten tiyang pitados ingkang


sampun nelakaken prasetyan dhumateng Gusti kanthi
gumolonging manah nanging mboten dipun cepengi kanthi kiyat,
mugi bab punika ndadosaken kita tansah mawas diri. Kathah
perkawis ingkang dados jalaran mboten kiyat gesang nunggil
kalayan Gusti. Karingkihaning kapitadosan dipun ginakaken
panguwaosing pepeteng inggih punika iblis tumunten nglindhih
tiyang pitados satemah nyingkur lan nilar Gusti.

162 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Awit saking punika kita saged migatosaken andharanipun
Rasul Paulus supados kita migunakaken praboting kasukman. Bab
punika saged dados sarana anggen kita nanggulangi juligipun iblis
ingkang badhe damel risaking kapitadosan kita. Gusti Yesus
nelakaken pangandika wonten ing Matius 26:41 “Padha meleka
lan ndedongaa, supaya kowe aja tumiba ing panggodha. Roh iku
pancen cumandhang, nanging daging iku ringkih.”

Wusananipun sumangga kita tansah nyanggemi jejering


tiyang pitados dhumateng Gusti ingkang kiyat, satemah nalika
ngadhepi pendhaharaning gesang punapa kemawon ingkang
tumempuh, mboten wonten pambengan anggen kita nglairaken
berkahipun Gusti. Amin.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 163


Minggu, 29 Agustus 2021
Minggu Biasa XVII Minggu ke-14 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Hidup Yang Sungguh Beribadah

TUJUAN:
Jemaat dapat merasakan dan menghayati buah dari hikmat yang
diberikan Tuhan dalam hidup yang melahirkan kesukacitaan.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Kidung Agung 2:8-13
Tanggapan : Mazmur 45:2, 7-10
Bacaan II : Yakobus 1:17-27
Bacaan Injil : Markus 7:1-8, 14-15, 21-23

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : 1 Timotius 4:8-11
Petunjuk Hidup Baru : 1 Timotius 4:8–11
Persembahan : 1 Timotius 6:10-12

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 3: 1, 3
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 428:1,5,6
Nyanyian Persembahan : PKJ 146:1-3
Nyanyian Pengutusan : PKJ 264:1-3

Bahasa Jawa :
Kidung Pamuji : KPJ 71:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 55:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 124:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 178a:1-
Kidung Pengutusan : KPJ 459:1, 2

Pdt. Purwantoro Kurniawan, S.Th, M. Min (GKJ Ambarukmo)

164 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Pelayanan ibadah Minggu, hari besar atau ibadah khusus
mengamanatkan firman Tuhan yang harus diwujudkan dalam
hidup sehari-hari. Ada kesan yang namanya ibadah adalah bentuk
kesetiaan manusia kepada Tuhan yang dinyatakan dalam sembah
bakti pada saat ibadah. Setelah selesai ibadah jemaat akan pulang
dan melanjutkan kewajiban hidup sehari-hari. Namun apakah
kewajiban yang dijalankan oleh orang percaya itu sesuai dengan
firman Tuhan? Hidup dengan beribadah kepada Tuhan,
nampaknya baru dipahami sebatas ibadah yang dilakukan dalam
komunitas jemaat dengan liturgi yang ada. Sedangkan dalam
menjalani hidup sehari-hari nampaknya bukan menjadi bagian
dari ibadah, karena merasa tidak terikat dengan liturgi.
Oleh karena itu hidup yang sungguh beribadah sebenarnya
hendak menempatkan kesadaran bahwa kita adalah orang
beriman kepada Tuhan yang menjalankan kewajiban peribadatan
liturgis dan menjalani hidup sehari-hari tanpa liturgi yang
sesungguhnya itu juga bagian dari ibadah kepada Tuhan secara
mandiri. Oleh karena itu memahami hidup yang sungguh
beribadah akan menempatkan kesadaran jemaat bahwa ibadah
liturgis akan diteruskan dalam hidup sehari-hari tanpa liturgi
sebagai pelaku firman Tuhan dengan selalu bersukacita dan
menghindarkan diri dari segala bentuk kefasikan.

KETERANGAN BACAAN
Kidung Agung 2:8–13
Dalam pengelompokan Kitab Suci Perjanjian Lama, kitab
Kidung Agung adalah bagian dari ketubim (kitab-kitab) dan dalam
tradisi Yahudi, yang dalam peribadatan difungsikan sebagai
megilot yakni lima kitab dalam bentuk gulungan yang dibacakan
di rumah-rumah ibadah (sinagoge) pada hari-hari raya dimulai
dari Paskah. Kelima kitab megilot tersebut adalah Kidung Agung,

Khotbah Jangkep Agustus 2021 165


Rut, Ratapan, Pengkhotbah dan Ester. Kidung Agung sendiri dibaca
sebagai ungkapan yang menyatakan kesukacitaan melalui bahasa
cinta kasih atau romantisme. Raja Salomo diterima secara umum
sebagai penulisnya mengingat kebijaksanaan yang terkandung dalam
ayat yang disampaikan. Secara alegoris penulis mengungkapkan
personifikasi dua pihak yang sedang dalam suasana romantis
sebagai gambaran relasi antara Tuhan dengan bangsa Israel.
Makna yang tersirat dari ayat bacaan kita ini ada suatu masa
yang telah berlalu, yakni musim dingin yang telah lewat. Kemudian
musim memangkas tiba, sehingga ada gambaran sukacita. Sukacita
itu dinyatakan dengan ungkapan keindahan yang bunyinya “Di
ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas;
bunyi tekukur terdengar di tanah kita. Pohon ara mulai berbuah
dan bunga pohon anggur semerbak baunya.”
Maka ditengah sukacita itu ajakan dari sang kekasih untuk pujaan
hatinya menikmati indahnya perubahan dengan sesegera mungkin
atau menyambut dengan bergegas, seperti orang yang dibangunkan
dari tidur dan bergegas menyambut hari baru yang indah.

Mazmur 45:2, 7–10


Sabda Tuhan dari pemazmur ini menyatakan penulisnya
bukan Daud namun dari bani Korah, yakni keturunan dari Korah
bin Yizhar bin Kehat bin Lewi yang berperan dalam pemeliharaan
kerohanian bangsa Israel melalui pelayanan di Kemah Suci.
Pemazmur mengungkapkan maksud tulisannya sebagai:
nyanyian pengajaran, nyanyian kasih, yang ditujukan kepada raja
(ay 1). Ia memuji raja itu dengan menyatakan bahwa Tuhan
berkenan dan memberkati raja karena telah menyatakan kemurahan
yang tercurah dari bibirnya serta yang mencintai keadilan dan
membenci kefasikan.
Pemazmur juga menuliskan kelimpahan dan sukacita raja
yang tinggal di istana gading dan diliputi iringan dengan permainan

166 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kecapi dan keharuman pakaian karena bau wewangian, kemegahan,
kekayaan dan permaisuri, dan disamping itu ada putri-putri raja.
Nampaknya putri-putri ini adalah anak-anak raja dari bangsa raja
di luar Israel, sebagaimana disebut dalam ayat 13 yakni Putri Tirus,
dan diajak untuk kerasan tinggal bersama sang raja dan diharapkan
mereka tidak ingin terbayang-bayang dengan bangsa dan keluarga
bahkan harta yang telah ditinggalkannya. Putri-putri ini diharapkan
dapat menyesuaikan diri dan senang dengan suasana baru di
istana sang raja yang beroleh pengurapan dari Tuhan.

Yakobus 1:17-27
Melalui bacaan dari Surat Yakobus ini, penulis Surat Yakobus
menyampaikan proklamasi tentang Tuhan Sang Bapa adalah yang
menjadikan manusia oleh firman kebenaran sehingga pada tingkat
tertentu menjadi anak sulung diantara seluruh ciptaan-Nya. Hal
demikian adalah anugerah Allah yang sempurna yang dari atas
yang dapat diartikan datangnya dari sorga dianugerahkan pada
manusia di bumi ini. Oleh karena itu jemaat harus menerima
dengan lemah lembut firman yang tertanam dalam hati dan
memberlakukan firman tersebut dengan sungguh-sungguh. Sikap
yang dapat diwujudkan oleh jemaat adalah mengubah perilaku
hidup dari yang tidak terpuji menjadi terpuji sehingga jemaat
akan berbahagia oleh perbuatannya.
Menurut penulis Yakobus bila orang menjalin relasi dengan
Tuhan melalui ibadahnya, namun bila sikap hidupnya bertentangan
dengan firman Tuhan, disebut menipu diri sendiri. Maka bila
mendengar firman Tuhan, tidak berhenti sebatas menjadi pendengar
firman untuk kepentingan diri sendiri saja, namun jemaat juga
didorong dapat memberlakukan kehendak Tuhan dalam wujud
kepedulian sosial yakni mengunjungi yatim piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri
tidak dicemarkan oleh dunia, artinya jangan sampai jatuh dalam
pencobaan dengan pelanggaran. Yakobus berani menyimpulkan
Khotbah Jangkep Agustus 2021 167
bila jemaat melakukannya maka ia menjalani ibadah yang murni
dan yang tak bercacat di hadapan Allah Bapa. Bila jemaat dapat
merasakan pemberian dari Tuhan melalui firman dan
mengaplikasikan firman dalam ibadah aksional sehari-hari maka
akan disebut sebagai pelaku firman Tuhan.

Markus 7:1–8, 14–15, 21–23


Pada bacaan bagian dari Injil Markus ini, Tuhan Yesus hendak
menyampaikan bahwa orang Farisi dan ahli Taurat telah terbelenggu
dengan adat-istiadat yang dijadikan alat penghakiman terhadap
mereka yang dianggap melanggar kebiasaan turun-temurun. Ketika
mereka tahu bahwa murid-murid Yesus tidak membasuh tangan
sebelum makan, maka dianggap melanggar adat istiadat nenek moyang
mereka. Setelah orang pulang dari bepergian, ada tradisi membasuh
tangan sebelum makan, karena tangan banyak bersentuhan dengan
benda sehingga kotor dan itu dianggap najis. Maka mereka datang
kepada Yesus dan menanyakan mengapa murid-murid Yesus
tidak melakukan adat-istiadat leluhur bangsa Israel.
Pertanyaan yang disampaikan kepada Tuhan Yesus menjadi
bumerang bagi orang Farisi dan ahli Taurat, sebab Tuhan Yesus
justru mengatakan mereka adalah orang munafik. Mengapa
demikian? Ternyata Tuhan Yesus mengetahui bahwa mereka
munafik sebab telah nyata ada dalam nubuatan Yesaya: “Bangsa
ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari
pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan
ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia..”
Mereka adalah orang-orang yang paham dan menguasai kitab
suci dan peraturan yang berasal dari Tuhan melalui firmanNya,
namun praktik pengajarannya tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan. Buktinya adalah mereka menggunakan adat istiadat untuk
menilai umat yang dianggap melanggar tradisi dan tidak
mempertimbangkan apa yang dilakukan berdasar kebenaran

168 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


firman Tuhan. Demikianlah mereka disebut munafik karena
bersikap mendua hati.
Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan sesungguhnya
adalah baik untuk menjaga kebersihan, begitu pula menjaga
kebersihan cawan, kendi dan perkakas-perkakas rumah tangga.
Namun bila kemudian digunakan untuk alat menghakimi atau
menjatuhkan penilaian kenajisan pada orang lain, demi
pembenaran tradisi atau adat-istiadat secara harafiah, maka hal
itulah yang dikoreksi oleh Tuhan Yesus, sebab bisa menjadi batu
sandungan dihadapan Tuhan dan sesama. Bila menjadi batu
sandungan berati tidak diperkenan Tuhan sebab bisa menjadi
berdosa dan bila berdosa berarti najis dihadapan Tuhan.
Tuhan Yesus juga memberikan pengertian baru tentang
kenajisan, sebagaimana dalam ayat 7:15 “Apapun dari luar, yang
masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa
yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." Apakah yang
dimaksud dengan apa yang keluar dari seseorang itu menajiskan?
Nampaknya itu adalah ucapan bibir dan sikap seseorang dengan
segala kejahatannya karena didorong keputusan hati yang tidak
baik, sehingga memunculkan banyak tindakan dosa.

ARAH DAN POKOK PEWARTAAN


Jemaat dapat senantiasa menjalani hidup dengan keputusan
hati yang baik, sehingga memunculkan pikiran, ucapan dan sikap
yang baik pula, sebagai sarana mendukung makna hidup yang
sungguh beribadah kepada Tuhan. Kesetiaan mewujudkan firman
Tuhan dapat dinyatakan dalam hidup sehari-hari dan tidak sebatas
ibadah liturgi. Bahkan dapat diwujudkan dengan membangun
sikap peduli pada sesama yang sedang dalam kesusahan atau
penderitaan. Oleh karena itu jemaat dapat memantapkan diri
untuk menjadi pelaku firman Tuhan yang baik.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 169


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

HIDUP YANG SUNGGUH BERIBADAH

Jemaat yang diberkati Tuhan,


Dalam ibadah, ketika jemaat mengumpulkan persembahan,
majelis sering menggunakan firman Tuhan dari Surat Roma 12:1
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasihatkan kepada kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Sabda
Tuhan melalui Rasul Paulus itu menyatakan dua hal yakni:
pertama ada pihak yang menyatakan kemurahan, yakni Allah
yang memberikan anugerah keselamatan kepada manusia melalui
pengorbanan Yesus Kristus. Kedua, yakni manusia sebagai
penerima anugerah diberi dorongan untuk menanggapi dengan
bersedia diri mempersembahkan tubuh sebagai persembahan
yang hidup dan berkenan kepada Allah, sehingga hidup berserah
itu akan dapat dinilai sebagai ibadah yang sejati kepada Tuhan,
yang didasarkan korban darah Yesus Kristus yang kudus. Maksud
mempersembahkan tubuh menurut Rasul Paulus pasti hidup
seutuhnya yang diserahkan secara penuh kepada Tuhan,
termasuk roh dan jiwa manusia.

Namun apakah mudah menyerahkan hidup seutuhnya kepada


Tuhan sebagai wujud ibadah yang sejati? Memperhatikan kalimat
“...sebagai ibadah yang sejati...” berarti menunjukkan adanya
kesungguhan, keutuhan dan kemurnian dari manusia untuk hidup
sesuai dengan kehendak Tuhan yang dinyatakan dalam firman
Tuhan. Dalam praktik hidup sehari-hari orang percaya sudah
berjuang untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan, namun ada
persoalan yang masih membelenggu hidup manusia sehingga
tidak dapat mewujudkan hidup yang sesuai dengan kehendak

170 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Tuhan. Terbukti masih banyak kejahatan yang dilakukan manusia
seperti kebencian, fitnah, iri, perselisihan, dan masih banyak lagi.

Bila dalam ibadah minggu ini kita dituntun dengan tema “Hidup
yang Sungguh Beribadah” maka beberapa hikmat dari firman Tuhan
akan menolong kita untuk dapat mewujudkan kehendak Tuhan.
1. Mewarnai hidup dengan hati yang baik.
Dalam hal ini kita dapat belajar dari teguran Tuhan Yesus
kepada sekelompok orang Farisi dan ahli Taurat yang tidak
menggunakan firman Tuhan sebagaimana mestinya, namun
lebih mengutamakan adat istiadat untuk menghakimi orang
yang dianggap melanggar kebiasaan bangsa Israel, seperti
ketika murid-murid Tuhan Yesus tidak mencuci tangan sebelum
makan. Tindakan tersebut tidak dibenarkan menurut adat
istiadat, sebab kebiasaannya adalah orang harus cuci tangan
setelah dari luar rumah, karena kotor dan dianggap najis.
Karena sikap mereka yang demikian maka Tuhan Yesus
menyebut mereka orang munafik, sebab mereka mengajarkan
firman Tuhan kepada umat, namun pada sisi lain mereka
mencari-cari kesalahan orang lain karena melangar adat
istiadat yang tidak berkaitan dengan firman Tuhan, sehingga
mereka dianggap munafik. Kemunafikan menunjukkan hati
yang mendua sehingga cenderung mengabaikan sikap tidak
ada rasa adil dan merugikan orang lain. Tuhan Yesus
menyatakan perlunya menilai kenajisan bukan dari apa yang
dimakan manusia, namun dari hati manusia melalui pikiran
dan kata-kata yang diucapkan manusia yang tidak baik, yang
hanya akan bertentangan dengan firman Tuhan. Oleh karena
itu bila kita mau menjadi orang yang setia dan mewujudkan
hidup yang sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan, kita
harus memutuskan untuk hidup yang diwarnai dengan hati
yang baik. Maka itu kemudian akan muncul pikiran, kata-kata
dan sikap yang baik pula, dan kita tidak akan dinilai sebagai
Khotbah Jangkep Agustus 2021 171
orang munafik. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan usaha
kita mengendalikan diri dengan sungguh-sungguh. Artinya
kita sebagai pelaku firman Tuhan harus berusaha mengekang
diri dari keinginan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik
atau pun berusaha tidak melakukan kejahatan dalam bentuk
apa pun agar tidak ada batu sandungan dalam hidup ini, baik
terhadap Tuhan maupun kepada sesama. Kita juga dapat
meneladan Raja Salomo yang berbuat adil dan membenci
kefasikan sebagai wujud perjuangan melakukan firman
Tuhan dengan setia, sehingga Tuhan berkenan dan memberi
berkat khususnya tentang hidup yang penuh kebijaksanaan
bagi kemuliaan Tuhan.
2. Mewujudkan kepedulian pada sesama yang sedang mengalami
kesusahan.
Hidup yang sungguh beribadah rupanya tidak hanya untuk
keperluan diri sendiri tetapi juga ditujukan pada orang lain
yang sedang mengalami kesusahan. Menurut Surat Yakobus
ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah,
Bapa kita, ialah mengunjungi yatim-piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri
tidak dicemarkan oleh dunia (Yakobus 1:27). Dalam hal ini
makna hidup yang sungguh beribadah dapat diwujudkan
melalui ungkapan kepedulian pada sesama yang sedang
mengalami kesusahan siapa pun itu orangnya. Hal inilah yang
dapat disebut sebagai ibadah aksional, sebab kita memberi
kepedulian dengan sikap perbuatan kita.

Disamping itu, hal demikian bisa digunakan sebagai kesempatan


memberi semangat, seperti apa yang diungkapan dalam Kidung
Agung, bahwa Sang Kekasih mengajak pujaan hatinya segera
meninggalkan masa sedih menuju masa bahagia. Ungkapan
kepedulian dan penyemangat terungkap dalam Kidung Agung
2:12–13 yang demikian bunyinya: “Di ladang telah nampak bunga-
172 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur terdengar di
tanah kita. Pohon ara mulai berbuah dan bunga pohon anggur
semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah!”

Namun Yakobus menasihati jangan sampai ungkapan kepedulian


menjadi batu sandungan, sehingga jemaat dapat menjaga diri
hingga tidak jatuh dalam penggodaan. Bila jatuh dalam
penggodaan maka akan merendahkan martabat diri sendiri dan
orang yang perlu ditolong dan dengan sendirinya makna hidup
yang sungguh beribadah kepada Tuhan menjadi tidak murni dan
cacat dihadapan Allah.

Jemaat yang diberkati Tuhan untuk dapat menjadi pelaku


firman,
Kiranya melalui firman Tuhan dengan hikmat yang dapat kita
petik dapat menjadi sarana bagi pemelihara iman percaya kita
kepada Tuhan. Kiranya kita dapat mempersembahkan hidup kita
sebagai sarana peribadatan sejati dan murni.

Marilah kita melakukan firman Tuhan dengan sungguh-


sungguh walaupun berat. Tetapi bila kita melakukannya dengan
dasar percaya dalam nama Tuhan Yesus, kita dapat melakukan
dengan sesungguhnya. Marilah kita menjauhkan diri dari sikap
menilai dan menghakimi orang lain berdasar kehendak diri kita
ataupun adat istiadat yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Marilah
kita memantapkan diri mengisi hidup yang sungguh beribadah
kepada Tuhan dengan menghiasi hati melalui kebaikan, sehingga
hidup ini dapat menjadi sarana terwujudnya damai sejahtera
Tuhan. Semoga Roh Kudus yang ada didalam hati kita berkenan
menuntun kita menyatakan firman Tuhan dengan segala
kebenarannya. Amin.

Khotbah Jangkep Agustus 2021 173


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

GESANG INGKANG SATUHU MBABAR PANGIBADAH

Pasamuwan ingkang binerkahan ing Gusti,


Ing pangibadah nalika pasamuwan ngempalaken pisungsung,
pradataning pasamuwan asring ngginakaken sabdaning Gusti
saking Serat Rum 12:1 ingkang suraosipun: ”Kang iku para sadulur,
marga saka sih-kamirahane Gusti Allah, aku pitutur marang kowe,
padha nyaosna badanmu minangka kurban kang urip lan suci,
sarta kang dadi keparenge Gusti Allah: yaiku pangibadahmu kang
sajati.” Sabdaning Gusti lumantar Rasul Paulus punika mratelakaken
kalih perkawis. Ingkang sepisan, wonten paraga ingkang mbabar
kamirahan, inggih punika Gusti Allah ingkang maringaken kanugrahan
kawilujengan tumrap manungsa lumantar pangorbananipun Gusti
Yesus Kristus. Kalih, inggih punika manungsa minangka paraga
ingkang nampi kanugrahan, jinurungan supados nanggapi kanthi
kasanggeman misungsungaken badanipun minangka pisungsung
ingkang gesang lan ndadosaken keparengipun Gusti, satemah
gesang ingkang kapasrahaken ing Gusti kados mekaten, winastan
pangibadah ingkang sejati, awit atetales rahipun Sang Kristus
Yesus ingkang suci. Masrahaken badan mesthinipun jangkep
kanthi roh lan jiwanipun manungsa dhumateng Gusti.

Ananging punapa gampil masrahaken gesang sakwetahipun


dhumateng Gusti minangka wujud pangibadah ingkang sejati?
Menawi nitik kasunyatan gesang padintenan taksih kita prangguli
pamblunthah ingkang dipun tindakaken dening manungsa,
sajakipun manungsa taksih dereng saged minangkani ingkang
dados karsanipun Gusti. Kacihna taksih wonten patrap ingkang
cengkah kalayan sabdanipun Gusti kados dene kumeren, sengit-
sinengidan, pamitenah, kadurakan lan sanes-sanesipun.

174 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Menawi ing pangibadah Minggu punika peladosan khotbah
kaandharaken irah-irahan Gesang Ingkang Satuhu Mbabar
Pangibadah pramila wonten kalih piwucal ingkang saged kita
pethik, minangka tetales anggen kita mbudidaya mbabaraken
karsanipun Gusti.
1. Ngrenggani Gesang kanthi kasaenaning manah.
Bab punika kita saged sinau saking pangandikanipun Gusti
Yesus ingkang katujokaken dhateng golonganipun tiyang
Farisi lan ahli Toret sawetawis, ingkang migunakaken
sabdanipun Gusti kanthi mboten sakmesthinipun. Malah
kepara migunakaken adat istiadat leluhuripun kangge
njegsani tiyang ingkang kaanggep nerak padatan bangsa
Israel, kadosdene nalika para sekabatipun Gusti Yesus
mboten wisuh sakderengipun nedha. Patrap kados mekaten
kaanggep mboten leres manut pranatan adat istiadat, awit
limrahipun nalika tiyang wangsul saking kekesahan
tanganipun kedah wisuh, awit menawi mboten mekaten
tangan ingkang reged kaanggep najis. Lumantar patrap tiyang
Farisi lan ahli Toret sawetawis punika dening Gusti Yesus
kasebat minangka tiyang lamis. Para tiyang punika paring
wucalan bab sabdanipun Gusti dhateng umat, nanging ing
sisih sanes remen pados kalepataning sesami ingkang
kaanggep nerak adat istiadat lan ngetrapaken paukuman ugi
adhedhasar adat istiadat ingkang mboten wonten sambung
rapetipun kalayan sabdaning Gusti. Bab lelamisan nedahaken
manah ingkang mangro lan asring mboten kadunungan raos
adil tundhonipun damel kapitunan sesami. Gusti Yesus
mratelaken perlunipun nitik bab najis mboten awit saking
tetedhan ingkang dipun tedha manungsa, nanging awit saking
manahipun manungsa lumantar pikiran lan ukara ingkang
kawedal kanthi mboten sae, ingkang namung cengkah
kalayan sabdanipun Gusti. Pramila, menawi kita nggadhahi
pepinginan minangka tiyang ingkang setya lan mbabaraken
Khotbah Jangkep Agustus 2021 175
gesang satuhu ngibadah dhumateng Gusti, kita kedah
netepaken gesang punika kanthi rinengga manah ingkang sae.
Satemah badhe nuwuhaken pikiran, tembung-tembung lan
patrap ingkang ugi sae, lan mboten badhe winastan tiyang
lamis. Kangge mratelakaken bab punika dipun perlokaken
pambudidaya ngemudheni diri kanthi tumemen. Tegesipun
kita minangka tiyang ingkang nindhakaksen sabdanipun
Gusti mbudidaya meper diri saking pepinginan nglairaken
tembung-tembung ingkang mboten prayogi, ugi mbudidaya
mboten mbabar lampah mblunthah menapa kemawon
wujudipun, supados mboten dados sandungan ing gesang
punika, dadosa ing ngarsanipun Gusti punapa dene ing
ngajengipun sesami. Kita ugi saged nulad Prabu Suleman
ingkang sembada nindhakaken sabdanipun Gusti kanthi
kasetyan, satemah Gusti karenan lan ngrentahaken berkah
mirungganipun bab kawicaksanan ingkang cak-cakanipun
kagem kamulyanipun Gusti lan karaharjaning sesami.
2. Mbabar kawigatosan tumrap sesami ingkang saweg nandhang.
Gesang ingkang satuhu mbabar pangibadah yektosipun
mboten namung kangge diri pribadi, nanging ugi dhateng
tiyang sanes ingkang saweg nampi panadhangipun, kados
ingkang kaandharaken ing Serat Yakobus 1:27 ingkang
suraosipun “Pangibadah kang murni sarta tanpa cacad ana
ing ngarsaning Allah, Rama kita, yaiku niliki bocah lola sarta
para randha sajroning kasusahane lan njaga supaya awake
dhewe aja nganti kena ing jejembering donya.” Ing bab punika
gesang satuhu mbabar pangibadah saged kawarna kanthi
anggen kita paring kawigatosan tumrap sesami nalika saweg
wonten ing panandhangipun sok sintena kemawon tiyang
punika. Bab punika saged dipunwastani kita nindhakaken
ibadah aksional awit kita mbabaraken cihnaning pangibadah
kanthi kawigatosan tumrap sesami lumantar patrap lampahing
gesang kita.
176 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kejawi punika, kawigatosan kita dhateng tetiyang ingkang
saweg nandhang, saged dados sarana paring panjurung supados
gumregah nggadhahi daya, kados dene suraosing sabda Mustikaning
Kidung 2:12–13 ingkang ngetingalaken dayaning kabingahan,
ingkang mekaten suraosipun “Ing pategalan wis katon kembang-
kembang, wis mangsane methik; anggunge perkutut wis keprungu
ana ing tanah kita. Wit anjir wiwit awoh, lan kembanging wit
anggur ngambar gandane. Tangia, memanisku, mrenea, intenku!”

Ewa semanten Yakobus paring pitutur sampun ngantos


pratelaning kawigatosan dados sela sandungan, pramila kita
kedah njagi gesang supados mboten dhumawah ing panggodha.
Awit menawi dhumawah ing panggodha badhe damel asoring
drajad kita piyambak ugi tiyang sanes ingkang perlu nampi
pitulungan, kanthi mekaten wigatosing gesang ingkang saestu
mbabar pangibadah dhumateng Gusti mboten saged murni lan
dados cacad ing ngarsanipun Gusti.

Pasamuwan kinasih ingkang binerkahan ing Gusti,


Mugi kanthi sabdanipun Gusti lumantar piwucal ingkang kita
pethik saged dados sarana ngrimat kapitadosan kita dumateng
Gusti. Mugi kita saged misungsungaken gesang minangka sarana
pangibadah ingkang sejati lan murni. Sumangga kita mbabaraken
sabdanipun Gusti kanthi tumemen sanadyan awrat.

Ananging menawi kita tindakaken kanthi tetales piyandel


wonten ing asmanipun Sang Kristus Yesus, kita badhe saged
nglampahi kanthi sembada. Sumangga kita nebihaken diri saking
patrap nudhing utawi njegsani tiyang sanes adhedhasar
pamanggih kita piyambak utawi adat padintenan supados
gesanging pasedherekan namung kawarna kanthi kaendahaning
patrap lampahing gesang kados karsanipun Gusti. Sumangga kita
mantebaken ngisi gesang ingkang satuhu mbabar pangibadah

Khotbah Jangkep Agustus 2021 177


kanthi rerenggan manah ingkang sae, satemah gesang punika
saged dados sarana kebabaring tentrem rahayunipun Gusti Allah.
Mugi Sang Roh Suci ingkang dedalem ing manah kita, karsa
nuntun kita mbabaraken sabdanipun Gusti kanthi kayekten.
Amin

178 Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai