Agustus 2021
Tema: Menjadi Anak Bangsa Yang Semakin Dewasa
TUJUAN:
Jemaat bersedia memelihara kehidupan bersama umat dengan
menghidupi roh kesadaran, motivasi dan komitmen diri sebagai anggota
keluarga Kerajaan Allah.
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 2 Samuel 11:26-12:13a
Tanggapan : Mazmur 51:3-15
Bacaan II : Efesus 4:1-16
Bacaan Injil : Yohanes 6:24-35
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 5:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 46:1-4
Kidung Kasanggeman : KPJ 78:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 159:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 362:1, 3
KETERANGAN BACAAN
2 Samuel 11:26-12:13a
Perbuatan Daud mengambil Batsyeba, istri Uria prajuritnya
dengan cara yang licik merupakan tindakan yang “jahat” di mata
Tuhan (ay 27c). Demikian juga sikap Batsyeba, bersandiwara dalam
perkabungan kematian suaminya. Perkabungan dalam tradisi bangsa
Israel biasanya dilakukan dengan cara meratap, duduk di tanah
dan mengenakan kain kabung serta mengolesi rambut dengan abu.
Perkabungan dilakukan selama 7 hari. Batsyeba tengah mengandung
anak dari Daud sementara ia berkabung karena kematian suaminya.
Seolah-olah, baik Batsyeba maupun Daud mereka saling sepakat
74 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
menutupi kejahatannya. Sehingga setelah lewat masa perkabungan,
segera Daud mengambil Batsyeba sebagai istrinya.
Tuhan yang melihat perbuatan jahat Daud kemudian mengutus
Nabi Natan menyampaikan teguran dan akibat yang akan
ditanggungnya. Ayat 1-13a, menunjukan cara Allah menegur Daud:
a. Mengutus Nabi Natan menyampaikan teguran melalui kisah
kiasan seorang kaya dan miskin. Si kaya yang mengambil domba
betina satu-satunya kepunyaan si miskin hanya untuk jamuan
makan para tamunya. Pertanyaan nabi Natan: “menurutmu
bagaimana tindakan si kaya ini?” Daud menjadi marah, dan
berkata selayaknya dihukum mati.
b. Daud tidak segera menyadari bahwa yang dimaksudkan adalah
dirinya. Bertindak salah dan dosa, tetapi menganggap sebagai
kebenaran, inilah yang menjadi kekejian bagi Tuhan. Bukan
hanya menipu manusia, tetapi sikap “tidak takut akan Tuhan”.
c. Natan memilih cara tegas dan keras menunjuk langsung kepada
Daud, “kamulah orangnya, yang telah mengambil istri Uria”.
d. Daud menyesal, menerima teguran Natan, tetapi ia harus sedia
menanggung akibat dari kejahatannya. Bahwa malapetaka
akan menimpa kaum keluarganya sendiri, baik istri-istrinya
maupun anak-anaknya (ay 11). Memang ia akan tetap hidup
setelah menyesali dosa dan perbuatannya (ay 13), akan tetapi
berkat yang semula diberikan kepada keluarganya akan
berubah menjadi jalan kehancuran baginya.
Kisah Daud dan Batsyeba menjadi contoh kesatuan “roh” yang
keliru. Sepakat untuk menjalani kecurangan bersama, sebagai
“pasangan” dengan sikap curang, tidak jujur, dan penuh kepalsuan
di depan banyak orang. Roh kedagingan telah menjadi pengikat.
Hal ini tidak disukai oleh Tuhan, roh kedagingan akan membawa
pada kehancuran relasi. Hal penting yang diberi tekanan, yakni
dalam masyarakat Israel peranan istri dan kekudusan
perkawinan merupakan bagian sentral dari kekudusan seluruh
Mazmur 51:3-15
Masmur 51 dikenal sebagai permohonan ampun yang sangat
mendesak. Respon pribadi, pengakuan dosa Daud setelah mendapat
teguran dari Nabi Natan. Daud menerima teguran perihal kecurangan
yang dilakukannya sebagai kekejian dan dosa, maka ia sendiri harus
menunjukan pengakuan dosanya di tengah umat dalam peribadahan.
Mengapa Daud melakukan pengakuan dosa, dan bagaimana
isi pengakuannya? Daud mengakui dosanya setelah sadar bahwa
ia melakukan pelanggaran atas hukum Taurat, mengingini istri
Uria, menodai kekudusan perkawinan Uria dan itu berarti ia juga
sedang mempertaruhkan masa depan keturunannya sendiri. Ada
3 bagian penting dari isi mazmur pengakuan dosa:
A. Menerima ketika dirinya disalahkan sebagai “bertindak jahat
dimata Tuhan”, kemudian merasa menyesal, bahwa akibatnya
fatal bagi keturunannya. Ay 1c-4, merupakan permohonan “belas
kasih Allah”, dan “mohon dosanya dibersihkan/tahir”, sebab
Allah yang akan memperhitungkan setiap pelanggaran. Dosa
dipahami melekat pada tubuh, sehingga perlu dibersihkan,
ditahirkan dan dikuduskan agar terbebas dari tekanan rasa
bersalah.
B. Menyatakan pengakuan atas kesalahan. Tanda pertobatan
dimulai dengan sikap mau mengakui salah. Pengampunan
diberikan karena adanya pengakuan salah. Pemazmur mengakui
selama belum mengutarakan salahnya maka “dosanya selalu
terbayang dihadapanku” (ay 5b). Pemazmur tahu apa artinya
dosa itu, yakni rusaknya relasi secara langsung dengan Tuhan
dan menyimpang dari satu-satunya tujuan yang mulia.
Kesadaran akan akibat dosa itu membuat pemazmur
menempatkan diri sebagai mahluk yang mudah jatuh dalam
76 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
dosa, tetapi sekaligus percaya bahwa Tuhan Allah akan
membimbing kembali dalam kebenaran semata-mata karena
kasih setiaNya. Cara Tuhan membimbing dengan memberikan
hikmat dan kebenaran dalam lubuk hati (proses olah perasaan)
setelah bertindak dosa (ay 8, 15). Pengalaman berdosa dan
diampuni kembali menjadikan pemazmur menjadi kuat dan
berani bersaksi bahkan mengajarkan jalan kebenaran, supaya
orang lain yang berdosa dapat berbalik pada Allah.
C. Pengharapan dan komitmen hidup baru (ay 9-14). Hidup yang
diampuni memberikan daya yang baru dalam pengharapan
dan kerelaan diri untuk hidup dijalan Tuhan. Orang yang
diampuni dosanya, maka akan mendapatkan kelegaan hati,
ada kegirangan dan sukacita, sorak-sorai, semangat yang
baru, tidak merasa malu lagi dan bersembunyi, serta
mengalami pembaharuan hati yang makin teguh. Hal yang
paling membahagiakan yakni pemazmur tahu bahwa Tuhan
Allah tidak membuang dirinya dari hadapanNya, melainkan
memberi kesempatan untuk mengalami keselamatan.
Mazmur 51, menjadi salah satu bacaan yang bersifat
pendampingan. Tindakan salah dan keliru yang mendatangkan
dosa sangat dekat dengan diri setiap orang. Setiap orang dapat
jatuh dalam perbuatan dosa, itu sebabnya pengalaman juru
Mazmur menjadi pengingat bahwa dalam ikatan persekutuan
atau jemaat, salah satu tugas pemeliharaan iman yakni melalui
penggembalaan (pastoral) yang menuntun pada pertobatan dan
komitmen hidup baru.
Efesus 4:1-16
Paulus memberikan tekanan perihal “hidup sebagai orang
yang dipanggil” dan dipilih oleh Allah dalam mendapatkan
keselamatan dalam Yesus Kristus. (Ef 4:1). Dorongan Paulus yakni
supaya jemaat sungguh-sungguh memelihara relasinya dengan
Yesus Kristus, sebagai orang-orang yang dipanggilNya. Beberapa
Khotbah Jangkep Agustus 2021 77
nasehat praktis supaya hidup menjadi berpadanan (sesuai)
dengan maksud dari panggilan itu antara lain:
1. Memelihara relasi antar jemaat (ayat 2), melalui sikap hidup
yang baik: rendah hati, lemah lembut, sabar, saling membantu.
2. Memelihara kesatuan dengan Roh Kudus (ay 3-6) yang
menuntun pada damai sejahtera. Ikatan kesatuan “tubuh
Kristus/Jemaat” dan “Roh Kudus” yang dipelihara ditandai
dengan pemahaman teologis yang sama tentang siapa Allah
Bapa (Tuhan), apa itu Iman dan Baptisan? Lebih jauh
diterangkan bahwa Allah Bapa dari semua, di atas semua dan
oleh semua dan di dalam semua. Nampaknya Paulus
memahami bahwa akar perselisihan paham di antara jemaat
Efesus salah satunya yakni soal bagaimana Allah bekerja
menyelamatkan? Ada paham pantheisme (Allah ada pada
semua hal) yang cukup kuat mempengaruhi jemaat,
sementara Injil berbicara tentang Allah dalam diri Yesus
Kristus karena alasan “kasih karunia” maka manusia
diselamatkan. Paulus memakai logika pantheisme tersebut
untuk menegaskan ulang perihal siapa Yesus Kristus itu!
Yesus melampaui segala sesuatu yang ada di alam semesta,
dengan mengatakan bahwa Yesus telah naik, dan ia juga akan
turun ke bagian bumi yang paling bawah.
3. Mempertahankan Iman akan Yesus Kristus (ay 7-16). Paulus
memberikan sebuah pandangan teologis dengan menganalog
“kesatuan tubuh”, dimana Yesus Kristus adalah Kepala-nya
sedangkan orang yang percaya adalah bagian dari tubuh itu.
Jadi jika gereja dan jemaat adalah tubuhnya, maka yang
memerintah dan menggerakan seluruh tubuh itu adalah
Yesus Kristus, Sang Kepala gereja (ay 15c-16). Bahwa sebagai
tubuh memiliki bagian masing-masing dan fungsinya masing-
masing tetapi semua itu digerakan oleh dan untuk tujuan
yang sama yakni kemuliaan nama Yesus Kristus.
Yohanes 6:24-35
Narasi Yohanes 6:24-35 ini merupakan kelanjutan dari kisah
mujizat Yesus memberi makan 5000 orang. Pada bagian ini,
ditekankan tentang alasan-alasan yang mendasari seseorang
mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus dimanapun dan
kemanapun DIA pergi. Ayat 24 memberi keterangan, bahwa
pengalaman bersama Yesus dan menerima roti serta ikan itu
TUJUAN:
Jemaat menyadari perannya sebagai warga bangsa Indonesia melalui
pencapaian kerja yang dilakukan dengan tanggungjawab.
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 2 Samuel 18:5-9, 15, 31-33
Tanggapan : Mazmur 130
Bacaan II : Efesus 4:25-5:2
Bacaan Injil : Yohanes 6:35, 41-51
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 347:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 49:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 78:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 167:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 359:1-3
KETERANGAN BACAAN
2 Samuel 18:5-9, 15, 31-33
Konflik keluarga Daud sudah dinubuatkan oleh nabi Natan,
sebagai akibat dari tindakan zinah Daud dengan Betsyeba.
Pemberontakan Absalom anak Daud diawali dari perbuatan Amnon
yang memperkosa Tamar adik Absalom. Amnon juga anak Daud
100 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
dari istri yang lain. Sikap balas dendam Absalom dengan membunuh
Amnon, berlanjut kepada ketidaksenangan Daud kepadanya,
sehingga Absalom melarikan diri ke Gesur (2 Sam 13:19-39).
Sebagai hukuman dari Daud, Absalom dibuang selama 5 tahun,
kemudian berdamai lagi dengan Daud. Akan tetapi pengampunan
dari ayahnya dibalas dengan taktik untuk menguasai kerajaan,
dengan melakukan pemberontakan terhadap Daud (ayahnya
sendiri). Hal inipun merupakan bagian dari nubuatan nabi Natan.
Kisah pemberontakan Absalom, berakhir dengan pengejaran
oleh Yoab dan tentara kerajaan Daud sampai ke hutan Efraim,
dimana Absalom mengalami kematiannya. Kisah kematian yang
memilukan, Absalom yang gagah berani, harus tergantung di
pohon Terbantin, dimana bumi dan langit menolaknya. Yoab
melemparkan tiga lembing ke tubuh Absalom saat ia masih
tergantung dipohon (ay 14). Padahal pesan Daud “perlakukanlah
Absalom, anak muda itu dengan lunak” (ay 5). Namun Yoab, Abisai
dan Itai, tentara Daud membuatnya menjadi terbalik. Pertempuran
berjalan sengit, dan 20.000 orang tentara mati. Kekalahan dipihak
Absalom. Ia mati, dan kabar kematiannya yang disampaikan oleh
orang Etiopia (ay 32) itulah yang membuat Daud sangat bersedih,
hingga meratapi kematian Absalom, anaknya (ay 33).
Yoab sebagai kepala prajurit, menjalankan tugasnya
mengamankan bangsa Israel dari rongrongan pemberontak sekalipun
itu anak raja Daud sendiri. Dalam mengemban tanggungjawabnya,
Yoab lebih meletakan pertimbangan keamanan seluruh negara
daripada kepentingan pribadi raja terhadap anaknya. Sementara
itu, Abisai dan Itai lebih memilih sebagai orang yang patuh pada
perintah raja. Gambaran prajurit Daud dalam mengambil sikap
dan keputusan untuk keamanan kerajaan Israel yang dipimpin
Daud waktu itu, menjadi model warga bangsa yang loyal terhadap
negara, atau loyal terhadap pemimpin negara yang dapat
digantikan orang lain. Nasionalisme Yoab menarik untuk
Mazmur 4
Merupakan nyanyian keyakinan kepada Tuhan, sekalipun
pemazmur Daud mengalami keadaan yang membuatnya merasa
sulit untuk dapat tidur nyaman dan tenang. Nada dari mazmur 4
lebih banyak mengungkap bagaimana pengalamannya dengan
Tuhan dilewati ketika harus menghadapi segala kesulitan, dan
tekanan dalam hidup. Doa mazmur ini merupakan pengalaman
kasih setia Allah yang dihayati dalam hidup sehari-hari. Juru
mazmur memberikan tekanan penting pada relasi personal umat
dengan Tuhan dalam doa:
A. Tuhan mendengar suara teriakan orang yang minta tolong
kepadaNya ketika dalam kesesakan (ay 1c). Relasi intim
dengan Tuhan menjadi dasar yang kuat untuk dapat
mengalami belas kasih dan kelegaan dari Tuhan disaat yang
berat.
B. Tuhan memperhatikan kumpulan orang banyak yang cara
ibadahnya dikenan (ay 2-6). Dalam hal ini ibadah yang
dimaksud yakni bentuk sikap yang konsisten terus berharap
dan percaya pada cara Tuhan menetapkan langkah hidup
orang yang dikasihiNya dan dipilihNya. Ketika ia memerlukan
Tuhan Allah dalam kesulitannya, ia berseru, dan Tuhan
menolong. Tetapi ada cara hidup yang menodai relasi dengan
Tuhan dan menjadikan penghambat, yakni kebohongan, sikap
marah hingga bisa bertindak dosa. Pemazmur berpesan
kalaupun marah, jangan sampai berbuat dosa (ay 5), cukup
berkata-kata dalam hati dan tetap diam. Sebaliknya, sudah
seharusnya umat memberikan persembahan syukur (korban)
dan percaya pada Tuhan (ay 6), menjalani hidup dalam
102 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
sukacita, mengalami cahaya wajah Tuhan, dan dapat
berbaring dengan tenang (ay 7-9). Sebab penjaminnya sudah
pasti yakni Tuhan Allah yang sudah menetapkan jalan hidup
setiap orang sejak dari semula.
Efesus 4: 25-5:2
Secara keseluruhan pasal 4 merupakan nasehat praktis dari
Paulus bagi jemaat Efesus, sebagai respon atas persoalan
perbedaan paham teologis yang dikhawatirkan dapat membuat
jemaat menjadi bimbang ibarat diombang-ambingkan oleh rupa
angin pengajaran (4:14) yang menyesatkan. Hal ini mendorong
Paulus untuk mengingatkan bahwa sebagai orang yang percaya
pada Yesus Kristus, maka hidupnya harus menunjukan kebaruan
yang berbeda daripada orang yang belum mengenalNya (4:17).
Ayat 18-31 menjadi contoh daftar perbuatan yang membedakan
antara golongan orang yang sudah mengenal dan menerima
Yesus, dengan orang yang tidak mengenalNya. Sikap golongan
orang yang menolak ajaran Yesus, jauh dari persekutuan, hidup
menuruti hawa nafsu, bekerja dengan serakah segala macam
kecemaran (ay 19). Sedangkan golongan orang yang menerima
ajaran Yesus, ditandai dengan sikap dirinya yang berubah baik
dari cara berfikir (lebih rohani), meninggalkan cara hidup
duniawi (kecemaran, kegeraman, suka berdusta).
Sikap yang disarankan untuk dijalani oleh orang yang mengikut
Yesus yakni:
A. Pribadi yang berintegritas, berkata jujur dan benar (ay 25),
sebab Allah menciptakan manusia semula untuk maksud
kebaikan dan dalam kebenaran, apalagi sebagai satu kesatuan
jemaat.
B. Pribadi yang dapat mengendalikan amarah dalam dirinya (ay
26-27), kalaupun sampai marah maka tahu batasannya,
kapan mengakhiri sikap marahnya itu dan tidak melewati
TUJUAN:
Jemaat dapat mewujudkan hidup dengan hikmat Tuhan melalui sikap
hidup berdasar pengelolaan akal pikiran dan budi manusia dengan iman
yang kuat dan takut akan Tuhan, agar berguna dalam menjalin relasi
dengan sesama untuk kemuliaan Tuhan maupun mengelola berkat
Tuhan.
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 1 Raja-Raja 2:10-12; 3:3-14
Tanggapan : Mazmur 111
Bacaan II : Efesus 5:15-20
Bacaan Injil : Yohanes 6:51-58
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 26:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 49:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 158:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 165:1-
Kidung Pengutusan : KPJ 202:1, 2
KETERANGAN BACAAN
1 Raja-raja 2:10–12, 3:3–14
Bacaan ini menyatakan tentang permintaan dari Raja Daud
kepada Salomo anak yang dipersiapkan untuk menggantikan dia
menjadi raja Israel. Raja Daud menyampaikan ringkasan pengalaman
rohaninya kepada Tuhan, yakni kesetiaan kepada Tuhan dan
hidup di jalan Tuhan sesuai dengan kitab Taurat, maka ia merasa
diberkati dengan kelimpahan harta. Daud berharap Salomo dapat
meneruskan kepemimpinannya dengan setia kepada Tuhan dan
persoalan-persoalan yang belum diselesaikan Raja Daud terhadap
orang-orang yang disebutkan oleh Daud dapat diselesaikan
Salomo.
Mazmur 111
Mazmur ini adalah bentuk pengakuan juru mazmur kepada
Tuhan. Ia menyatakan pujian kepada Tuhan, lalu dinyatakan pula
syukur. Mengapa ia memuji Tuhan dan bersyukur? Nampaknya
pemazmur memiliki pengalaman pribadi maupun mengimani
pengalaman umat yang takut akan Tuhan. Pemazmur dapat
memroklamasikan Tuhan bahwa Tuhan telah melakukan pekerjaan
yang besar untuk umat. Bila ada yang meragukan, kiranya layak
diselidiki semua orang yang ingin menguji kebenaran Tuhan.
Pemazmur dapat berkesaksian tentang bagaimana Tuhan bekerja
pada manusia yang dinyatakan Tuhan melalui perbuatan tangan-
Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titahNya teguh, kokoh
untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran
dan kejujuran. Maka pemazmur menegaskan tentang Tuhan yang
memberikan anugerah berkat dan menepati janjinya pada setiap
orang yang takut akan Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Demikianlah dengan takut akan Tuhan maka akan menjadi
awal yang baik bagi orang itu yang dapat berhikmat.
Efesus 5:15–20
Dalam bacaan ini Rasul Paulus berkepentingan untuk
menolong jemaat di Efesus membangun hidup seperti orang arif
(Yunani: sofos) dan tidak seperti orang bebal (Yunani: asofos).
124 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Maksudnya tentu saja adalah pola dan sikap hidup orang yang
bijaksana atau berhikmat. Kata saksama, nampaknya digunakan
Rasul Paulus agar jemaat memperhatikan dengan sungguh-
sungguh dan cermat atas apa yang dilakukan manusia dalam
hidupnya. Manusia harus menggunakan waktu dengan baik,
bukan diisi dengan kejahatan dan nafsu manusia dengan
kemabukan, hanya akan dinilai sebagai kebodohan. Kebodohan
adalah penilaian yang dapat dikatakan bertolak belakang dengan
kearifan atau kebijaksanaan atau berhikmat. Oleh sebab itu, bila
manusia melakukan hal baik mulai dari diri, kemudian
membangun sikap yang baik pula terhadap sesama dan Tuhan
dengan segenap hati, maka kata segenap hati yang digunakan
Rasul Paulus adalah dasar pertimbangan dan pengambilan
keputusan akan apa yang dilakukan manusia didalam semangat
spriritualitas yang takut akan Tuhan Yesus.
Yohanes 6:51–59
Pengajaran Tuhan Yesus tentang Roti hidup merupakan
metafora dengan makan tubuh dan minum darah Tuhan Yesus,
membuat terkejut orang-orang Yahudi, hingga mereka bertengkar
sendiri. Apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus menyatakan
pembaharuan makna dari konsep lama yang dipegang teguh
bangsa Israel, bahwa pemeliharaan Tuhan atas bangsa Israel di
padang gurun pada jaman Musa, memunculkan kebanggaan
tersendiri sehingga membuat mereka sangat fanatik. Selama
empat puluh tahun perjalanan bangsa Israel dipelihara oleh
Tuhan dengan hanya makan roti manna dan daging burung puyuh
menuju tanah Kanaan dijanjikan Tuhan, benar-benar dipegang
teguh turun-temurun.
Maka ketika Tuhan Yesus memberi pengajaran baru tentang
hidup kekal dan kebangkitan pada akhir jaman dengan makan
tubuh dan minum darah Yesus, sesungguhnya itu menunjukkan
adanya hikmat baru. Namun orang-orang Yahudi menerima
Khotbah Jangkep Agustus 2021 125
secara harafiah, sehingga mereka ribut sendiri. Bila mereka
berhikmat maka pengajaran Tuhan Yesus dapat dicerna dulu dan
tidak akan menerima secara mentah-mentah; artinya melalui
pemahaman dan pertimbangan sebelum memberi tanggapan
terhadap pengajaran Tuhan Yesus.
Pada sisi lain dalam kisah kehidupan ini, banyak orang yang
memiliki kesempatan mengenyam pendidikan tinggi tidak
mencerminkan ilmu yang diperoleh untuk mewujudkan kebaikan,
bahkan banyak yang terjatuh dalam penghambaan duniawi karena
menggunakan status ilmu pengetahuan yang diraih dengan tidak
benar. Maka kita dapat bertanya siapa dan bagaimana yang
sesungguhnya bisa menjalani hidup dengan berhikmat itu?
TUJUAN:
1. Jemaat mensyukuri karya pemeliharaan Allah yang melepaskan kita
dari penderitaan.
2. Jemaat terdorong untuk terlibat secara aktif dan konstruktif pada
karya pemeliharaan Allah dalam melepaskan penderitaan sesama
se bangsa dan se tanah air.
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : I Raja-Raja 7:1-12
Tanggapan : Mazmur 101
Bacaan II : Kisah Para Rasul 7:9-16
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 356:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 45:1, 4
Kidung Kasanggeman : KPJ 362:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 359:1-
Kidung Pengutusan : KPJ 360:1, 4
KETERANGAN BACAAN
1 Raja-raja 7:1-12
Di tengah-tengah mega-proyek pembangunan Bait Suci yang
dilakukan oleh Salomo (1 Raja-raja 6:1-38; 7:13-51), disisipkan
laporan pembangunan istana raja. Istana ini akan dipakai oleh Salomo
untuk tempat tinggal dan tempat menjalankan pemerintahannya
(ay 2-8). Bangunan istana ini berada dalam satu kompleks dengan
bangunan Bait Suci (ay 9-12).
Mazmur 101
Dalam mazmur rajawi ini, raja keturunan Daud dipanggil
menyampaikan semacam “sumpah jabatan” secara liturgis. Raja
dalam mazmur ini mencerminkan adanya tokoh manusia yang
dilibatkan oleh Allah dalam karya pemeliharaan atas umat-Nya
(ay 1-2b). Maka raja atau pelayan rakyat itu didorong untuk
berani mengungkapkan komitmennya sebagai raja ideal, yang
memerintah dengan tulus (ay 2c-3), tak bercela (ay 4-5), dan
bermartabat (ay 8).
Akan tetapi kita semua tahu, bahwa antara yang ideal dengan
kenyataan kerap terdapat jurang yang dalam dan lebar, lebih-
lebih dalam hidup politik yang terkenal keras. Tak ada seorang
raja Israel pun – bahkan Daud dan Salomo – yang memenuhi
harapan ini. Ini berarti untuk memasuki dunia politik yang keras
dan penuh tantangan ini, diperlukan rahmat Allah dan
kerendahan hati (ay 6-7).
Allah Sang Pencipta langit dan bumi, adalah Allah yang terus
berkarya memelihara langit dan bumi ciptaan-Nya itu. Allah Sang
Pencipta itu berkehendak, berprakarsa, dan bertindak memelihara
kesejahteraan seluruh umat manusia dan kelangsungan hidup
dunia, dengan melepaskan manusia dari penderitaannya.
Akan tetapi kita semua tahu, bahwa antara yang ideal dengan
kenyataan kerap terdapat jurang yang dalam dan lebar, lebih-lebih
dalam hidup politik yang terkenal keras. Tak ada seorang raja Israel
pun – bahkan Daud dan Salomo – yang memenuhi harapan ini. Ini
berarti untuk memasuki dunia politik yang keras dan penuh tantangan
ini, diperlukan rahmat Allah dan kerendahan hati (ay 6-7).
Dengan kalimat singkat padat pada ayat 9a, “Karena iri hati,
bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir,………..”
Stefanus melukiskan kesibukan manusia – pada kisah ini saudara-
saudara Yusuf – dalam merencanakan dan melakukan perbuatan
jahat, yang didorong oleh kebencian dan iri hati, dengan menjual
Yusuf sebagai budak kepada para orang Ismail (lihat Kejadian 37).
Namun dengan mata iman, Yusuf dapat melihat bencana berubah
menjadi kemenangan. Dengan mata iman, Yusuf dapat melihat
tangan Allah yang penuh kasih bekerja di belakang kejahatan
saudara-saudaranya. Ia dijual ke Mesir sebagai budak,
dipenjarakan tanpa salah, dilupakan oleh orang yang telah
ditolongnya, tetapi akhirnya Yusuf menjadi penguasa di Mesir (ay
10). Itulah sebabnya, Yusuf dapat bersaksi bahwa apa yang
direka-rekakan yang jahat terhadapnya, telah direka-rekakan
oleh Allah untuk kebaikan, yaitu untuk memelihara hidup suatu
bangsa yang besar (ay 11-14, bdk. Kej. 50:20).
TUJUAN:
Jemaat kuat dalam berpegang pada janji Tuhan yang menyatakan
anugerah sorgawi dalam Yesus Kristus dan kuat juga mempertahankan
iman dalam bimbingan Roh Kudus hingga beroleh jaminan hidup kekal.
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 1 Raja-Raja 8: (1,6,10-11), 22-30, 41-43
Tanggapan : Mazmur 84
Bacaan II : Efesus 6:10-20
Bacaan Injil : Yohanes 6:56-69
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 209:1–3
Kidung Panelangsa : KPJ 49:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 113:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 161:1 -
Kidung Pengutusan : KPJ 144:1, 2
KETERANGAN BACAAN
1 Raja-raja 8:1, 6, 10-11, 22-30, 41-43
Dalam serangkaian bacaan ini, sesungguhnya menyatakan
kesaksian bahwa Salomo sungguh-sungguh menjadi hamba
Tuhan dan raja bangsa Israel serta anak Daud yang setia dan
kemudian membangun rumah untuk Tuhan yakni Bait Allah.
Sampai masa Salomo bangsa Israel menyembah Tuhan dan
melaksanakan kurban hanya di Kemah Suci yang bongkar pasang
dan gunung pengorbanan seperti yang dilakukan Salomo di
Gibeon.
Mazmur 84
Memperhatikan Mazmur 84 ini, dapat diperoleh gambaran
bagaimana kerinduan Pemazmur terhadap adanya rumah Tuhan
dan ingin memilikinya. Suatu rumah yang diimpikan dengan
penuh harap akan memberikan kedamaian hati bagi manusia
bahkan kebahagiaan diam di rumah Tuhan setelah melintasi
peziarahan hidup menuju kedamaian kekal. Itu semua menjadi
ideal, yang menyemangati kekuatan berjuang merasakan bahwa
152 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
di Sion ada tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal
musim menyelubunginya dengan berkat.
Pemazmur mengungkapkan suasana batin itu semua kepada
Tuhan, Allah semesta alam yang diimani. Pemazmur rindu tinggal
di rumah Tuhan, sekalipun hanya tinggal di pelatarannya saja, ia
akan bersukacita dan bersorak-sorai. Pemazmur mempunyai
kekuatan iman sehingga berketetapan segenap hati dan tubuhnya
bersorak-sorai memuji-muji Tuhan Allah. Bahkan ia melihat
bahwa rumah Tuhan akan menjadi berkat tidak hanya manusia,
tetapi juga burung pipit dan layang-layang, sebab mereka bisa
berdiam dan bertelur untuk menetaskan anak-anak burung di
depan mezbah. Itu menunjukkan refleksi pengharapan pemazmur
yang kuat, bahwa dari rumah Tuhan, Allah akan melanggengkan
berkat turun-temurun bagi umat yang diurapi oleh Tuhan.
Efesus 6:10-20
Rasul Paulus menyampaikan gambaran hidup yang dijalani
jemaat di Efesus ibaratnya adalah memasuki medan peperangan.
Seorang prajurit maju perang pada masa lalu berperang dengan
kelengkapan diri yang berbeda dengan perang jaman sekarang.
Prajurit jaman dahulu termasuk pada masa rasul Paulus, bila
berperang menghadapi lawan, harus berhadapan satu lawan satu
atau dengan banyak lawan dan perlawanan harus dari jarak dekat
dan terlibat kontak fisik secara langsung. Ketika harus
menghadapi lawan dari jarak jauh dengan panah yang digunakan
lawan, maka prajurit harus memperlengkapi diri dengan pakaian
perang yang lengkap dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Pelindung kepala, wajah, tangan, leher, dada, perut hingga kaki,
menjadi syarat mutlak untuk maju perang atau pun menahan laju
lawan dalam peperangan.
Namun saat jaman rasul Paulus, peperangan yang dihadapi
jemaat bukan soal perang fisik seperti prajurit dan lawan. Namun
Yohanes 6:60–69
Yesus Kristus datang ke dunia dan memberi pengajaran pada
bangsa Israel dengan sesuatu yang baru. Apa yang dinyatakan
Yesus banyak mendapat tentangan dan penolakan dari orang-
orang Israel, khususnya kalangan orang Yahudi, ahli Taurat, orang
Farisi maupun orang Saduki, bahkan disertai ancaman yang
membahayakan diri-Nya. Termasuk pengajaran baru tentang
hidup kekal, yang Yesus Kristus sampaikan dengan analog manusia
akan berolehnya bila makan daging dari tubuh Yesus Kristus dan
minum darahNya.
Pengajaran itu membongkar dogma yang diimani bangsa Israel
khususnya orang-orang Yahudi yang telah berlangsung ratusan
tahun, hingga menjadikan mereka fanatik. Mereka merasa diberkati
sebagai keturunan Abraham dan kepemimpinan Musa yang hebat
hingga bangsa Israel selamat di padang gurun selama 40 tahun,
dianggap menjadi pembeda dari bangsa-bangsa lain. Mereka
dikasihi oleh Tuhan dan menyebabkan mereka merasa sebagai bangsa
yang akan beroleh selamat dengan sendirinya. Maka, ketika Yesus
Kristus memberikan pengajaran tentang roti hidup yang turun
dari sorga dan daging dan darah Yesus Kristus menjadi penjamin
Melalui tiga hal tersebut dapat menjadi pijakan bagi kita untuk
mawas diri, juga untuk memperhatikan tumbuh berkembangnya
iman warga gereja. Apakah kita memiliki kekuatan yang utuh
untuk menerima Tuhan melalui janji setiaNya, firmanNya maupun
pengorbanan melalui tubuh dan darahNya? Apakah kita mempunyai
niat untuk meninggalkan Tuhan hanya karena suatu masalah yang
membebani kita?
TUJUAN:
Jemaat dapat merasakan dan menghayati buah dari hikmat yang
diberikan Tuhan dalam hidup yang melahirkan kesukacitaan.
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Kidung Agung 2:8-13
Tanggapan : Mazmur 45:2, 7-10
Bacaan II : Yakobus 1:17-27
Bacaan Injil : Markus 7:1-8, 14-15, 21-23
Bahasa Jawa :
Kidung Pamuji : KPJ 71:1-3
Kidung Panelangsa : KPJ 55:1, 2
Kidung Kasanggeman : KPJ 124:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 178a:1-
Kidung Pengutusan : KPJ 459:1, 2
KETERANGAN BACAAN
Kidung Agung 2:8–13
Dalam pengelompokan Kitab Suci Perjanjian Lama, kitab
Kidung Agung adalah bagian dari ketubim (kitab-kitab) dan dalam
tradisi Yahudi, yang dalam peribadatan difungsikan sebagai
megilot yakni lima kitab dalam bentuk gulungan yang dibacakan
di rumah-rumah ibadah (sinagoge) pada hari-hari raya dimulai
dari Paskah. Kelima kitab megilot tersebut adalah Kidung Agung,
Yakobus 1:17-27
Melalui bacaan dari Surat Yakobus ini, penulis Surat Yakobus
menyampaikan proklamasi tentang Tuhan Sang Bapa adalah yang
menjadikan manusia oleh firman kebenaran sehingga pada tingkat
tertentu menjadi anak sulung diantara seluruh ciptaan-Nya. Hal
demikian adalah anugerah Allah yang sempurna yang dari atas
yang dapat diartikan datangnya dari sorga dianugerahkan pada
manusia di bumi ini. Oleh karena itu jemaat harus menerima
dengan lemah lembut firman yang tertanam dalam hati dan
memberlakukan firman tersebut dengan sungguh-sungguh. Sikap
yang dapat diwujudkan oleh jemaat adalah mengubah perilaku
hidup dari yang tidak terpuji menjadi terpuji sehingga jemaat
akan berbahagia oleh perbuatannya.
Menurut penulis Yakobus bila orang menjalin relasi dengan
Tuhan melalui ibadahnya, namun bila sikap hidupnya bertentangan
dengan firman Tuhan, disebut menipu diri sendiri. Maka bila
mendengar firman Tuhan, tidak berhenti sebatas menjadi pendengar
firman untuk kepentingan diri sendiri saja, namun jemaat juga
didorong dapat memberlakukan kehendak Tuhan dalam wujud
kepedulian sosial yakni mengunjungi yatim piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri
tidak dicemarkan oleh dunia, artinya jangan sampai jatuh dalam
pencobaan dengan pelanggaran. Yakobus berani menyimpulkan
Khotbah Jangkep Agustus 2021 167
bila jemaat melakukannya maka ia menjalani ibadah yang murni
dan yang tak bercacat di hadapan Allah Bapa. Bila jemaat dapat
merasakan pemberian dari Tuhan melalui firman dan
mengaplikasikan firman dalam ibadah aksional sehari-hari maka
akan disebut sebagai pelaku firman Tuhan.
Bila dalam ibadah minggu ini kita dituntun dengan tema “Hidup
yang Sungguh Beribadah” maka beberapa hikmat dari firman Tuhan
akan menolong kita untuk dapat mewujudkan kehendak Tuhan.
1. Mewarnai hidup dengan hati yang baik.
Dalam hal ini kita dapat belajar dari teguran Tuhan Yesus
kepada sekelompok orang Farisi dan ahli Taurat yang tidak
menggunakan firman Tuhan sebagaimana mestinya, namun
lebih mengutamakan adat istiadat untuk menghakimi orang
yang dianggap melanggar kebiasaan bangsa Israel, seperti
ketika murid-murid Tuhan Yesus tidak mencuci tangan sebelum
makan. Tindakan tersebut tidak dibenarkan menurut adat
istiadat, sebab kebiasaannya adalah orang harus cuci tangan
setelah dari luar rumah, karena kotor dan dianggap najis.
Karena sikap mereka yang demikian maka Tuhan Yesus
menyebut mereka orang munafik, sebab mereka mengajarkan
firman Tuhan kepada umat, namun pada sisi lain mereka
mencari-cari kesalahan orang lain karena melangar adat
istiadat yang tidak berkaitan dengan firman Tuhan, sehingga
mereka dianggap munafik. Kemunafikan menunjukkan hati
yang mendua sehingga cenderung mengabaikan sikap tidak
ada rasa adil dan merugikan orang lain. Tuhan Yesus
menyatakan perlunya menilai kenajisan bukan dari apa yang
dimakan manusia, namun dari hati manusia melalui pikiran
dan kata-kata yang diucapkan manusia yang tidak baik, yang
hanya akan bertentangan dengan firman Tuhan. Oleh karena
itu bila kita mau menjadi orang yang setia dan mewujudkan
hidup yang sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan, kita
harus memutuskan untuk hidup yang diwarnai dengan hati
yang baik. Maka itu kemudian akan muncul pikiran, kata-kata
dan sikap yang baik pula, dan kita tidak akan dinilai sebagai
Khotbah Jangkep Agustus 2021 171
orang munafik. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan usaha
kita mengendalikan diri dengan sungguh-sungguh. Artinya
kita sebagai pelaku firman Tuhan harus berusaha mengekang
diri dari keinginan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik
atau pun berusaha tidak melakukan kejahatan dalam bentuk
apa pun agar tidak ada batu sandungan dalam hidup ini, baik
terhadap Tuhan maupun kepada sesama. Kita juga dapat
meneladan Raja Salomo yang berbuat adil dan membenci
kefasikan sebagai wujud perjuangan melakukan firman
Tuhan dengan setia, sehingga Tuhan berkenan dan memberi
berkat khususnya tentang hidup yang penuh kebijaksanaan
bagi kemuliaan Tuhan.
2. Mewujudkan kepedulian pada sesama yang sedang mengalami
kesusahan.
Hidup yang sungguh beribadah rupanya tidak hanya untuk
keperluan diri sendiri tetapi juga ditujukan pada orang lain
yang sedang mengalami kesusahan. Menurut Surat Yakobus
ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah,
Bapa kita, ialah mengunjungi yatim-piatu dan janda-janda
dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri
tidak dicemarkan oleh dunia (Yakobus 1:27). Dalam hal ini
makna hidup yang sungguh beribadah dapat diwujudkan
melalui ungkapan kepedulian pada sesama yang sedang
mengalami kesusahan siapa pun itu orangnya. Hal inilah yang
dapat disebut sebagai ibadah aksional, sebab kita memberi
kepedulian dengan sikap perbuatan kita.