Anda di halaman 1dari 5

Sewaktu kita mengampuni orang lain, kita diberkati dengan sukacita dan kedamaian.

Diilhami oleh Tuhan Yesus Kristus, Paulus telah memberikan kepada kita solusi terhadap masalah
kehidupan yang menuntut pengertian dan pengampunan. “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap
yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu” (Efesus 4:32). Apabila roh kebaikan hati, pengampunan dengan hati yang
dilembutkan dari satu sama lain dapat dibawa ke dalam setiap rumah tangga, sifat mementingkan diri,
ketidakpercayaan dan kegetiran yang merusak begitu banyak rumah tangga dan keluarga akan sirna dan
manusia akan hidup dalam damai.15

Pengampunan adalah bahan bersifat mukjizat yang memastikan keharmonisan dan kasih di dalam
rumah tangga atau lingkungan. Tanpanya ada pertentangan. Tanpa pengertian dan pengampunan ada
pertikaian, diikuti dengan kurangnya keharmonisan, dan ini membiakkan ketidaksetiaan di dalam rumah
tangga, di dalam cabang dan di dalam lingkungan. Di lain pihak, pengampunan adalah selaras dengan
roh Injil, dengan Roh Kristus. Inilah roh yang harus kita semua miliki jika kita ingin menerima
pengampunan terhadap dosa-dosa kita sendiri dan menjadi tak bersalah di hadapan Allah.16

Sering kali, kesombongan menghambat jalan kita dan menjadi batu sandungan kita. Tetapi kita masing-
masing perlu bertanya kepada diri sendiri: “Apakah kesombongan Anda lebih penting daripada
kedamaian Anda?”

Terlalu sering, seseorang yang telah melakukan banyak hal yang amat baik dalam kehidupan dan
memberikan sumbangsih yang bagus akan membiarkan kesombongan menyebabkannya kehilangan
pahala besar yang menjadi haknya. Kita hendaknya selalu mengenakan ‘kain kabung dan abu’ dari hati
yang mengampuni dan jiwa yang menyesal, bersedia selalu untuk menunjukkan kerendahan hati yang
tulus, seperti yang dilakukan si pemungut cukai [lihat Lukas 18:9–14], dan meminta Tuhan untuk
membantu kita mengampuni.17

Selama kefanaan masih ada kita hidup dan bekerja dengan orang-orang yang tidak sempurna; dan akan
ada kesalahpahaman, pelanggaran, dan luka terhadap perasaan yang peka. Tujuan yang terbaik pun
kadang disalahpahami. Adalah membesarkan hati menemukan banyak orang yang, dalam kebesaran
jiwa mereka telah meluruskan pemikiran mereka, menelan kesombongan mereka, mengampuni apa
yang mereka rasakan merupakan kelalaian pribadi. Beberapa lainnya yang telah menjalani jalan yang
kritis, sepi, berduri dalam kesengsaraan yang papa, akhirnya telah menerima koreksi, mengakui
kekeliruan, membersihkan hati mereka dari kegetiran, dan kembali menemukan kedamaian, kedamaian
yang dirindukan itu yang begitu mencolok dalam ketidakhadirannya. Dan kefrustrasian kritikan,
kegetiran dan kerenggangan yang diakibatkannya telah memberi tempat bagi kehangatan serta terang
dan kedamaian.18

Ini dapat dilakukan. Manusia dapat mengalahkan dirinya sendiri. Manusia dapat mengatasi. Manusia
dapat memgampuni semua yang telah bersalah terhadapnya dan melanjutkan untuk menerima
kedamaian dalam kehidupan ini dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang.19
Jika kita mau menuntut untuk kedamaian, mengambil inisiatif dalam menyelesaikan perbedaan-
perbedaan—jika kita mau mengampuni dan melupakan dengan segenap hati kita—jika kita mau
membersihkan jiwa kita sendiri dari dosa, kegetiran dan kesalahan sebelum kita melemparkan batu
atau tuduhan terhadap orang lain—jika kita mau mengampuni semua pelanggaran yang nyata maupun
yang diperkirakan sebelum kita meminta pengampunan bagi dosa-dosa kita sendiri—jika kita mau
membayar utang kita sendiri, besar maupun kecil, sebelum kita menekan orang yang berutang kepada
kita—jika kita mau mengatur untuk membersihkan mata kita sendiri dari batang yang membutakan
sebelum kita memperbesar selumbar di mata orang lain—betapa ini akan menjadi dunia yang agung!
Perceraian akan berkurang hingga angka minimum; pengadilan akan terbebas dari rutinitas yang
menjijikkan; kehidupan keluarga akan surgawi; pembangunan kerajaan akan maju dengan kecepatan
yang terus bertambah; dan kedamaian yang melampaui segala akal [lihat Filipi 4:7] akan mendatangkan
kepada kita semua suatu sukacita dan kebahagiaan yang belum pernah “timbul di dalam hati manusia”
[lihat 1 Korintus 2:9].20

Semoga Tuhan memberkati kita semua agar kita boleh terus-menerus membawa di dalam hati kita
semangat pertobatan dan pengampunan yang sejati sampai kita akan menyempurnakan diri kita sendiri,
menatap ke arah kemuliaan-kemuliaan permuliaan yang menanti mereka yang paling setia.2
Kamis, 21 Mei 2020

Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga

Bacaan Alkitab : Markus 16 : 19 ~ 20

Warna Liturgis : Putih

Pendahuluan

Kemenangan Yesus atas kuasa iblis tidak hanya ditandai oleh kematian dan kebangkitan-Nya, tetapi juga
kenaikan Yesus ke sorga. Kenaikan itu bahkan harus dicatat sebagai puncak kemenangan setelah
mengakhiri misi pembebasan manusia dari dosa maut. Kembalinya Yesus kepada Allah Bapa,
menunjukan bahwa iblis tidak lagi berkuasa atas dunia dan manusia. lbIis ditaklukan, dosa dan maut
diganti dengan keselamatan dan kehidupan. Karena itu, menghayati makna peristiwa terangkat-Nya
Yesus ke sorga merupakan salah satu panggilan kristiani yang tidak dapat diabaikan. Seperti apa
peristiwa itu, mari kita dalami ceritanya.

PENJELASAN TEKS

2.1. Ayat 19~20 : Kenaikan dan misi penginjilan

Sebelum terangkat Yesus mempersiapkan murid-murid untuk meneruskan misi penginjilan ke seluruh
dunia. Penampakan- penampakan sebagaimana dicatat pada bagian sebelumnya memberikan
penguatan dan keyakinan kepada murid-murid-Nya bahwa Yesus hidup. Yesus meyakinkan murid-murid
karena sesudah la meninggalkan mereka misi penginjilan keseluruh dunia harus berlansung. Yesus
menjaga kontinuitas/kesinambungan penginjilan-Nya dengan mengutus murid-murid-Nya. “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah lnjil kepada segala makhluk“ (ayat 15). Sekalipun Yesus tidak lagi bersama
(secara fisik) dengan murid-murid. IA tidak meninggalkan mereka sedirian menjalankan misi penginjilan
itu. IA terangkat ke sorga dan “duduk di sebelah kanan Allah“.

Yesus berkuasa dan memerintah bersama Allah Bapa-Nya, tidak hanya di sorga tetapi juga di bumi
(perhatikan pernyataan Yesus dalam Matius 28:18). Dengan begitu misi penginjilan yang dilaksanakan
murid-murid itu berlangsung di bawah kuasa Kristus. Injil Markus mencatat bahwa “Tuhan turut
bekerja”. Murid-murid bekerja bersama Yesus. Mereka tidak sendiri, Yesus ada di antara dan bersama
mereka menginjili dunia ini. OIeh sebab itu, bukan hanya ada kesinambungan misi penginjilan, tetapi
juga ada kontinuitas kehadiran Yesus.

PENERAPAN

Gereja Kristen lnjili Di Tanah Papua adalah gereja yang Injili. Bukan hanya ada nilai-nilai lnjil yang ada
pada gereja ini, tetapi juga ia selalu ada dalam gerakan penginjilan dunia. Tugas penginjilan ini adalah
kesinambungan misi Yesus dan murid-murid-Nya dulu. Maka tidak bisa tidak, gereja ini harus mengikuti
pola penginjilan Yesus. Dalam penginjilan ini Tuhan turut bekerja, sesuai dengan janji kepada murid-
murid-Nya sebagaimana dicatat dalam Matius 28:20. Amin
Hal Pengampunan

Baca: 2 Korintus 2:5-11

“…kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau
berat.” 2 Korintus 2:7. Kita orang Kristen jangan hanya pandai meminta ampun kepada Tuhan atas kesalahan dan
dosa kita, tetapi kita juga harus berani mengambil sikap mengampuni orang lain. Mengampuni atau memberikan
pengampunan berarti melupakan kemarahan, atau suatu tindakan melupakan kesalahan orang lain; ini merupakan
prinsip Tuhan yang harus dikerjakan oleh kita. Firman Tuhan menyatakan, “…jikalau kamu tidak mengampuni
orang, Bapamu juga tak akan mengampuni kesalahannya.” (Matius 6:15). Yesus menekankan bahwa jika orang
Kristen tidak mau mengampuni saudaranya, Bapa di sorga pun tidak akan mengampuni kesalahan dan pelanggaran
kita, bahkan Dia tidak akan mendengarkan doa-doa kita. Kita sama sekali tidak punya hak menghakimi dan melihat
kesalahan orang lain dari sudut pandang manusia, ini ditegaskan Yesus, “Janganlah kamu menghakimi, maka
kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah
dan kamu akan diampuni.” (Lukas 6:37). Waktu Yesus bertemu perempuan yang tertangkap basah sedang
berzinah, Dia tidak menghakimi dan mempermalukan perempuan itu, melainkan berkata, “Dosamu telah diampuni
dan jangan berbuat dosa lagi!” Dari awal pelayananNya hingga akhir, bahkan di seluruh waktuNya saat menjalani
penderitaan di kayu salib, Yesus tidak pernah mengeluarkan kata kata-kata kutuk terhadap orang-orang yang
menuntuk kematianNya dan menyalibkan Dia; Ia justru memohon pengampunan kepada Bapa, “Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab bereka tidak tahu yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Siapakah kita ini, sehingga berani
menghakimi dan tidak mau mengampuni kesalahan orang lain? Bial ada saudara seiman jatuh ke dalam dosa,
sepatutnya kita menolong dan membawa dia kembali kepada Tuhan, jangan memusuhi dan menceritakan dosanya
kepada banyak orang. Rasul Paulus mengingatkan kita agar kita mau mengampuni dan tidak menghakimi saudara
kita yang sedang dalam pergumulan. Saat ini Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat bila
selama ini kita sering menghakimi dan tidak mau mengampuni orang lain. Mohon ampun kepada Tuhan dan
segeralah berdamai dengan orang lain MENGAMPUNI 70×7 Matius 18:21 Kemudian datanglah Petrus dan
berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap
aku? Sampai tujuh kali?” Matius 18:22 Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai
tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. PENGAMPUNAN CARA MANUSIAWI . Manusia sulit
mengampuni sebab manusia adalah hamba dosa. Kadang-kadang ia mau mengampuni, tetapi ternyata tidak bisa.
Mengapa? Sebab semua manusia diikat oleh dosa. Matius 26:41b Sungguhpun roh berkehendak, tetapi tubuh
lemah. Roma 7:19 Karena yang baik yang aku gemar itu, tiada aku perbuat, melainkan yang jahat yang aku tiada
gemar, itulah aku amalkan (Roma ,7 ayat 20-21).Sebab itu kalau manusia mau mengampuni, biasanya: Hanya
menahan , menunda (mencari kesempatan yang baik untuk membalas). Biasanya karena ada aksi (yang nampak atau
tidak) lalu timbul reaksi, meledaklah suatu tindakan pembalasan misalnya marah, membalas, mau menghukum,
menghajar, melawan dan lain-lain. Kalau manusia mengampuni, itu seringkali hanya: Menahan Ini seperti orang
yang menahan buang air kecil/ besar) atau menunda tekanan marah atau benci yang ada di dalam hatinya. Ia hanya
dapat menunda sebentar, sebab yang di dalam perut tetap ada dan hendak ke luar. Kalau sudah keterlaluan, tidak
tahan lagi, maka ia akan meledak dalam kemarahan atau pembalasan yang hebat, atau: dan kemudian Menunda
Mengampuni dengan mulutnya tetapi sebetulnya di dalam hatinya ia hanya menunda sampai lain kali atau mencari
kesempatan yang baik untuk membalas terang-terangan atau dengan sembunyi. Memang sulit bagi manusia untuk
benar-benar mengampuni. Kalau toh ia mengampuni, seringkali ada sisanya, misalnya tidak senang hati, benci,
dendam, sentimen, cacat hubungan, dan sebagainya. Kadang-kadang orang yang “baik” (Luk 18:19) berusaha
menenangkan tekanan dalam hati dengan cara-cara lain yang masih bisa diterima.Tetapi semua yang dibuat manusia
itu hanyalah seperti kain larah.Yesaya 64:6 Tetapi kami sekalian seperti seorang najis jua dan segala kebenaran
kami seperti sehelai kain yang larah, sebab itu kami sekalianpun luruh seperti daun dan kami dibawa oleh kejahatan
kami seperti diterbangkan oleh angina. Sebab itu tidaklah heran kalau di dalam segala kebudayaan manusia (baik
manusia modern atau manusia purba) selalu ada benci, sentimen, balas dendam, pembunuhan dan peperangan, oleh
sebab tidak dapat mengampuni, hanya dapat menahan diri dan itu pun ada batasnya. Petrus bertanya berapa kali ia
harus mengampuni saudaranya yang bersalah kepadanya. Petrus memperkirakan satu angka yang ideal menurut
dirinya sendiri yaitu 7 (tujuh). Ini dapat dikatakan angka ideal bagi manusia. Tetapi semua manusia sadar bahwa
biasanya tidak ada atau tidak banyak manusia yang ideal. Kadang-kadang mengampuni satu kali saja sudah tidak
mampu. Sebab itu manusia tidak pernah mempunyai jalan keluar yang baik yang bisa membuat manusia dan dunia
menjadi damai. Hanya Tuhan Yesus yang bisa memberi damai dalam hati manusia, rumah tangganya, keluarganya,
lingkungannya dan dunianya. Orang itu tidak mengerti yang diperbuatnya Lukas 23:34 Yesus berkata: “Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk
membagi pakaianNya. (Kis 7:60). Yesaya 1:18b Jikalau segala dosamu bagaikan warna kirmizi sekali pun, niscaya
ia itu akan menjadi putih seperti salju; jikalau ia itu merah merah sekalipun, niscaya ia itu akan menjadi putih
seperti bulu kambing domba. Dari merah kermizi menjadi putih seperti salju. Dosa-dosa yang sudah diampuni
…..AMIN

Anda mungkin juga menyukai