Anda di halaman 1dari 3

SAKRAMEN TOBAT / PENGAMPUNAN DOSA

Yesus sendiri yang menetapkan Sakramen Pengampunan Dosa ketika Ia memperlihatkan


diri kepada para rasul pada hari Paskah dan berkata:
“Terimalah Roh Kudus ini. Jika kamu mengampuni dosa orang, maka dosanya akan diampuni.
Jika kamu mengatakan dosa orang tetap ada, maka dosanya tetap ada"
(Yoh 20:22a-23)

Sakramen pengampunan dosa atau rekonsiliasi adalah salah satu dari dua sakramen
penyembuhan (KGK 1423-1424). Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari
seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Dosa adalah
perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Setiap dosa berarti manusia menjauhkan diri
dari Tuhan. Dosa dilakukan secara sadar, dengan sengaja (diinginkan), dan dalam keadaan bebas,
akan berakibat merugikan orang lain dan dirinya sendiri serta merusak hubungan dengan Tuhan.
Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis. Dosa
ikut mengotori kesucian Gereja Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak. Jika seseorang
bertobat, maka ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama.
Tidak ada ungkapan yang lebih indah tentang yang terjadi pada sakramen Pengampunan
Dosa selain cerita Anak yang Hilang: Kita melenceng, kita tersesat dan tidak dapat bertahan lagi.
Namun, Bapa menanti kita dengan sukacita, dan tentunya, dengan kerinduan abadi. Ia memaafkan
kita kembali. Ia menerima kita lagi dan mengampuni dosa-dosa kita. Yesus sendiri telah
mengampuni dosa banyak orang. Bagi-Nya itu lebih penting daripada membuat berbagai mukjizat.
Ia melakukannya sebagai tanda dimulainya Kerajaan Allah, saat yang luka disembuhkan dan air
mata diseka. Yesus mengampuni dosa dengan kuasa Roh Kudus dan Ia meneruskan kuasa itu
kepada para Rasul. Kita akan berada di pangkuan Bapa saat kita datang kepada seorang Imam
untuk mengaku dosa.
Gereja melalui mereka yang memiliki kuasa para rasul, menjadi saluran rahmat
pengampunan dan pendamaian Allah dalam sakramen pengakuan dosa atau sakramen tobat. Yang
dituntut dalam sakramen tobat bukan sekedar rasa sesal dan air mata, melainkan “metanoia“, atau
perubahan hati dan seluruh sikap hidup. Yang diminta Allah dari manusia adalah niat baik dan
usaha pertobatan yang dilakukan manusia. Allah selalu siap menerima orang yang bertobat.

Langkah-langkah pertobatan seseorang:


1. Menyadari dan mengakui dosa.
2. Menyesali dosa.
3. Berniat untuk tidak berbuat dosa lagi.
4. Mohon ampun.
5. Mau menghidupi cara hidup yang baru.
(Pada saat kita memasuki kamar yang telah dipersiapkan, kita berlutut dan menerima berkat
pengantar dari Imam. Kemudian membuat tanda salib sebagai pembukaan pertobatan kita).
Kemudian katakanlah:
U: Bapa, Sakramen Tobat yang terakhir saya terima adalah (sebutkan kapan terakhir kali menerima
Sakramen Tobat)
(Catatan: jika ini pertama kalinya menerima Sakramen Tobat, katakanlah):
U: Bapa, ini penerimaan Sakramen Tobat saya untuk pertama kalinya.
Kemudian ucapkanlah:
U: Bapa, dari saat terakhir saya menerima Sakramen Tobat sampai saat ini, saya sadari telah
melakukan dosa-dosa. Dan oleh karena itu pada saat ini dihadapan Bapa, saya mau mengaku
kepada Allah Bapa Yang maha kuasa dan kepada seluruh umat Allah yang kudus, bahwa saya telah
berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian, khususnya bahwa saya
telah berdosa (sebutkan dosa anda dengan jujur).
Saya sungguh menyesal atas semua dosa saya itu, dan dengan hormat, saya meminta pengampunan
serta penitensi yang berguna bagi saya.
(Setelah itu, dengarlah nasihat dari Romo dan apa yang harus anda lakukan sebagai penintensi atas
dosa anda dengan seksama. Jika sudah mendapatkan nasihat, Romo akan meminta anda untuk
mengucapkan doa tobat sebagai berikut):
Allah yang maha rahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Sungguh patut Engkau hukum, terutama
karena aku telah tidak setia kepada Engkau Yang maha pengasih dan maha baik bagiku. Aku benci
akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan
tidak akan berbuat dosa lagi. Allah Yang maha murah, ampunilah aku orang berdosa ini. Amin
(Pada waktu Imam memberikan absolusi, anda harus membuat tanda salib, mengucapkan kata
terima kasih, lalu keluar dari kamar pengakuan. Saat Anda berdoa sesudah pengakuan pribadi,
selain mendoakan doa-doa penitensi, berdoa jugalah doa “Syukur Atas Pengampunan” PS. 27)

Mengapa dalam Gereja Katolik ada sakramen tobat?


Mark 2:7 dan 1 Yoh 1:9
o Bila kita melihat konteks dari Mark 2:7 "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat
Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" jelas disana
ungkapan dari musuh-musuh Yesus, yang menganggap Ia menghujat Allah
o Bila kita melihat konteks 1 Yoh 1:9 "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan." jadi jelas bahwa disini mengandung arti bahwa Allah selalu bersedia untuk
mengampuni dosa kita bila kita mengaku dosa dan tidak ada larangan untuk mengakukan
dosa kepada Imam atau apapun yang akan kita bahas pada paragraf selanjutnya nanti.

Bukankah dosa itu urusan pribadi Allah dengan kita?


Terhadap hal ini kita dapat menjawab bahwa dosa menjadi urusan Gereja karena kita dengan
Gereja seluruhnya adalah tubuh mistik Kristus bila kita berdosa yang merasakan akibat dosa itu
tidak hanya kita tetapi juga Gereja. berikut beberapa contoh hal tersebut dalam kitab suci:
 1 Kor 5:1-5 berbicara tentang Paulus yang menghukum orang yang menikah dengan isteri
ayahnya dan memerintahkan supaya orang tersebut dikucilkan dari jemaat dengan maksud
supaya pada akhirnya jiwanya diselamatkan
 2 Kor 2:5-11 berbicara tentang Paulus (dan jemaat Korintus) yang mempunyai wewenang
untuk mengampuni dosa seorang anggota jemaat.
 Mat 18:15-20 berbunyi, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata
... Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat."

Ayat-ayat ini mengandaikan bahwa jemaat memiliki kuasa untuk mengadili dan mengampuni
dosa anggota jemaat. Ayat-ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa dosa bukanlah soal
pribadi antara si pendosa dan Allah saja! Itu urusan Gereja juga. Gereja memiliki kuasa
mengampuni dosa karena otoritas tersebut diberikan oleh Yesus sendiri. Ketika hari sudah malam
pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu
yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus
dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sesudah
berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka.
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku,
demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi
mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya
diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." bersukacita
ketika mereka melihat Tuhan. (Yoh 20:19-23)
Di sini jelas bahwa Yesus menghembusi para Rasul, bandingkan dengan kejadian 2:7, Jelas
disini Yesus memberikan suatu otoritas sehingga penulis injil Yohanes menekankan hal ini dengan
menuliskan pada injilnya "Ia menghembusi mereka..." (Ayat 22) dan pada ayat sebelumnya
nampak jelas bahwa ini adalah amanat perutusan Yesus kepada para Rasul (Ayat 21) yang
diteguhkan oleh Roh Kudus (Ayat 22) dan bertujuan untuk mengampuni dosa (Ayat 23). jadi
otoritas ini bukan buatan atau rekaan Gereja Katolik, Otoritas ini bukan omong kosong hal ini bisa
dilihat pada ayat-ayat berikut:
 2 Kor 5:17-21 "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan
perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan
pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya
oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan
berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan
Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta
kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." disini
jelas bahwa Paulus adalah "Pelayan Pendamaian" (Rekonsiliasi=Tobat) dari sini jelas bahwa
Pelayan Pendamaian yang adalah tugas Kristus dapat dijalankan oleh Paulus (atas nama
Kristus).
 2 Kor 2:10 "Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga.
Sebab jika aku mengampuni (Yun: Charizomai), --seandainya ada yang harus kuampuni--
,maka hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan Kristus," lalu pada Kol 2:13 "Kamu juga,
meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah
dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni (Yun: Charizomai)
segala pelanggaran kita" jadi jelaslah Allah mengampuni dosa dan Paulus juga mengampuni
dosa atas nama Yesus.
 Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang
bergembira baiklah ia menyanyi! Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia
memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan
minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu
dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan
diampuni.Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya
kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yak
5:13:16)
Di sini jelas bahwa Sakramen Tobat mendapat tempatnya "hendaklah kamu saling mengaku
dosamu" (ayat 16), sekedar kita ketahui bahwa Yakobus 5:13-16 adalah dasar sakramen Tobat dan
Sakramen Pengurapan orang sakit. Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan orang sakit menurut
Yakobus membutuhkan Penatua Jemaat (Presbiter=Imam) lihatlah pada ayat 14. Dari banyak
uraian diatas maka jelaslah sakramen tobat dan mengakukan dosa dihadapan Imam memiliki
landasan Alkitab dan Tradisi Apostolik yang kuat sekali.

Anda mungkin juga menyukai