Persiapan
Pemandu hendaknya menyiapkan diri dengan baik dan berpakaian yang pantas untuk ibadat. Demikian juga anggota keluarga
yang turut berpartisipasi dalam ibadat tersebut.
Ruangan ditata dengan baik, dengan Salib dan dua lilin yang mengapitinya di atas meja yang dirias dengan rapi.
Keheningan hendaknya dijaga agar yang hadir bisa masuk dalam suasana doa.
Ketika hendak memulai ibadat, Pemandu/Pengantar berkata: "Penolong kita ialah Tuhan", lalu yang lain menyahut: "yang
menjadikan langit dan bumi."
RITUS PEMBUKA
3. KATA PEMBUKA
Saudara/i terkasih dalam Kristus. Hari ini kita memasuki minggu ketiga Masa Prapaskah. Tentulah kita
berharap bahwa dalam menjalankan puasa selama dua pekan ini, kita telah mengalami kemajuan. Kita boleh
bersyukur atas hal itu. Melalui Sabda-Nya hari ini, Tuhan mengajak kita untuk memperhatikan arah hidup kita
ke depan, dengan memakai takaran dan cara pandang Yesus Kristus sendiri. Yesus menyamakan diri-Nya
dengan Bait Allah, dengan berkata, “Rombak Bait Allah, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya
kembali.” Oleh sebab itu, marilah menyiapkan diri dan membuka hati kepada-Nya, agar kita semakin mengenal
dan menyadari kehendak-Nya.
1
6. DOA PEMBUKA
P. Marilah Kita Berdoa.
Allah Bapa yang Mahabaik, Engkau telah memberikan perintah-Mu yang mengarahkan kami agar
jangan sampai menempuh jalan sesat. Kami mohon curahkanlah Roh-Mu kepada kami, agar kami dapat
menyadari, bahwa hidup sejati tumbuh dari salib Putra-Mu, dan Dia telah membangunkan dunia berkat
sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Dialah Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, bersama
dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa.
U. Amin.
LITURGI SABDA
P. Saudara sekalian, Tuhan bersabda. “Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku
hadir di tangah-tengah mereka “Percaya akan Sabda ini, maka marilah kita hening sejenak dan menyadari
kehadiran Tuhan di tengah kita.
7. BACAAN PERTAMA: Kel. 20:1-3,7,10a,12-17 (Kel. 20:1-17) Duduk
Bacaan dari Kitab Keluaran
Demikianlah Sabda Tuhan.
8. MAZMUR TANGGAPAN
Ulangan: Pada-Mu, Ya Tuhan, ada Sabda kehidupan abadi.
Mazmur:
1. Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa. Peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada
orang bersahaja.
2. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata berseri.
3. Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selama-lamanya; hukum Tuhan itu benar, adil selalu.
4. Lebih indah daripada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu tetesan dari
sarang lebah.
2
Bait Allah dianggap menjadi tempat yang paling tepat dan strategis untuk berbisnis. Bait Allah yang seharusnya
menjadi tempat beribadah kepada Allah telah menjadi ajang komersialisme (tempat mengeruk kepentingan
pribadi). Yesus dengan tegas mengatakan “ambil semuanya ini dari sini, jangan membuat rumah Bapa-Ku
menjadi tempat berjualan”! Inilah cara yang dipakai Yesus untuk menegur orang-orang yang mengotori Bait
Allah dengan jualan mereka (ayat 13-18). Bait Allah dibangun dengan tujuan sebagai tempat perjumpaan antara
Allah dan manusia. Bait Allah adalah tempat berdoa, tempat di mana kita dapat bertemu dengan Allah dalam
keheningan.
Jika demikian maksudnya, maka marilah kita periksa kira-kira apa arti peristiwa yang dihidangkan
dalam injil Yohanes. Peristiwa yang terjadi di Bait Allah ini pertama-tama merupakan pernyataan Yesus
tentang Diri-Nya sendiri. Dia tampil ke depan sebagai seorang yang memiliki kuat-kuasa, baik dalam kata
maupun perbuatan nyata. Kuat-kuasa itu berasal dari Bapa di surga dan berlandaskan pada hakekat ilahi-Nya
sendiri. Bait Allah memang adalah rumah Bapa-Nya. Yesus adalah Putera-Nya yang tunggal, Pribadi kedua
Allah Tritunggal Mahakudus, sehingga sama sekali tidak salah apabila di dalam Bait Allah, Yesus merasa
berada di rumah-Nya sendiri dan memiliki hak penuh untuk menggunakan dan meruntuhkan rumah itu. Namun
apabila sekadar dipandang dari kacamata manusiawi, tindakan Yesus itu memang luar biasa: Seorang diri,
Yesus berani menentang dan menantang para pemuka agama Yahudi.
Kedua, peristiwa di Bait Allah ini menyatakan bahwa Yesus sendirilah yang merupakan Bait Allah
sejati. Adapun Bait Allah di Yerusalem yang terbuat dari batu itu hanyalah merupakan gambaran dan lambang
tempat pengudusan yang sebenarnya, tempat Allah betul-betul disembah dalam roh dan kebenaran. Tempat
kudus yang sejati adalah Tubuh-Nya sendiri, kodrat insani-Nya. Orang berbicara mengenai Bait Allah yang
terbuat dari batu, tentang membangun dan meruntuhkannya. Sebaliknya, Yesus berbicara mengenai Bait Allah
yang hidup, yakni Tubuh-Nya sendiri. Di sini pun tampaklah keutuhan hidup Yesus yang berhubungan satu
sama lain, sebab sejak awal pelayanan-Nya di depan publik, Yesus telah memaklumkan tentang kematian dan
kebangkitan-Nya. Bila di kemudian hari pengakhiran itu tiba, dan Bait Allah itu betul-betul dirobohkan dan
dibangun kembali dengan kebangkitan-Nya, maka para murid pun akan mengenang kembali permulaan itu dan
oleh karena itu iman mereka pun diperkuat. Yohanes mencatatnya dengan singkat-jelas: “Sesudah Ia bangkit
dari antara orang mati, murid-murid-Nya teringat bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percaya
kepada Kitab Suci dan kepada perkataan yang telah diucapkan Yesus” (Yoh 2:22). Awal dan akhir terjalin
menjadi satu dan merupakan satu keseluruhan yang bulat. Cara Yesus adalah cara kasih untuk semua manusia.
Mazmur menegaskan bahwa “hikmat Tuhan baik, tetap selamanya. Keputusan Tuhan benar, adil selalu. Lebih
indah daripada emas murni, lebih manis daripada madu lebah”. Hal ini tidak hanya berarti bahwa hati Yesus
terbakar oleh kobaran kasih-Nya, melainkan juga bahwa kasih-Nya itulah yang menjadi sebab kematian-Nya.
Orang Yahudi tidak merelakan kehancuran Bait Allah mereka yang terbuat dari batu, oleh karena itu Bait Allah
yang sejati – Yesus – akan mereka hancurkan. Namun justru pengakhiran Diri-Nya pada hakekatnya akan
menyebabkan pengakhiran Bait Allah batu mereka. Mengapa? Karena peribadatan Bait Allah dengan segala
persembahan kurban hewan akan berakhir secara mendasar karena kurban salib-Nya. Awal-Nya adalah
pengakhiran mereka.
Ketiga, adalah pembersihan Israel. Israel adalah rumah Yahweh, tempat-Nya yang kudus. Akan tetapi
para pemimpin Israel membuat agama dan terlebih lagi kebaktian-kebaktian keagamaan menjadi semacam
bisnis. Kesalehan mereka diabdikan untuk kepentingan pribadi. Mereka mengharapkan balas-jasa dari Allah
3
atas “kelakuan saleh” mereka, lalu menuntut upah duniawi berupa kemewahan hidup materiil. Jiwa dagang
yang dipenuhi dengan kalkulasi untung-rugi ini tidak disenangi Yesus, oleh karena itu diusir dan
diporakporandakan oleh-Nya. Yesus mewartakan kebahagiaan berkat rahmat Allah. Hal itu tidak dapat diterima
oleh para pemuka agama Yahudi, sehingga mereka pun ingin menghancurkan-Nya. Namun dengan kurban-Nya,
Yesus akan membawa jiwa-jiwa baru bagi persembahan yang nyata. Dengan demikian sekarang Israel baru –
Israel rohani – sungguh-sungguh menjadi rumah Bapa-Nya.
Keempat, pada akhirnya muncullah misteri pesta Paskah. Paskah merupakan perayaan persembahan
kurban domba. Oleh karena itu, Yesus mengarahkan perhatian kita pada penyembelihan Domba yang sejati,
yaitu Diri-Nya sendiri. Di samping itu Paskah juga merupakan pesta makan roti tak beragi. Adonan ragi yang
lama dibuang. Kristus akan menyingkirkan “adonan” dosa dan bagi manusia membawa roti tak beragi, roti
kehidupan, roti yang tak mengandung dosa dan kejahatan lagi. Paskah dirayakan pada waktu musim semi dalam
suasana yang penuh sukacita. Maka kini Yesus membawa musim semi hidup baru yang sejati dan perjamuan
bagi para pengikut-Nya. Mereka mengambil bagian dalam Daging dan Darah-Nya dengan mengharapkan dapat
ikut serta dalam Paskah Abadi, di mana mereka bersatu bersama Dia dalam rumah Bapa dan karenanya menjadi
persekutuan para kudus.
Saudara/i yang terkasih dalam Tuhan. Demikianlah sabda yang diucapkan Yesus mengandung makna
yang dalam dan berisikan banyak petunjuk. Segala karya-Nya pun penuh misteri. Hasilnya adalah, bahwa
banyak orang percaya kepada Yesus. Akan tetapi, rupanya kepercayaan mereka bukanlah kepercayaan sejati,
sebab hanya berdasarkan pada mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya saja. Yesus telah membuat mukjizat-
mukjizat di Yerusalem, namun kepercayaan sama sekali bukanlah sekadar menyaksikan mukjizat-mukjizat,
melainkan membuka hati bagi sapaan Allah lewat sabda-Nya. Mukjizat hanyalah pangkal, langkah pertama,
atau alasan! Persoalannya adalah sikap kita terhadap sabda Allah yang hidup. Justru sikap itulah yang tidak ada
pada orang-orang Yahudi. Di sisi lain, Yesus pun tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka karena Dia
tahu apa yang ada dalam hati mereka. Yesus tahu bahwa kata kesanggupan mereka akan diikuti oleh penolakan,
dan lagi mereka pada awalnya memang masih menaruh minat namun di kemudian hari akan meninggalkan diri-
Nya.
Tuhan Yesus ingin membagikan kekudusan-Nya kepada kita. Jika kita mendekati firman Allah dengan
hati yang rendah hati, penuh perhatian dan dengan keinginan untuk diajar oleh Tuhan, maka kita berada di
tempat yang baik untuk memungkinkan firman Tuhan untuk mengubah kita dalam rupa Kristus. Tuhan ingin
mengajar kita jalan-Nya agar kita dapat tumbuh dalam kekudusan. Tuhan mengajarkan dan mendisiplinkan kita
dalam kasih untuk memimpin kita dari kesalahan jalan berdosa kita menuju kebenaran dan keadilan-Nya.
“Allah mendisiplinkan kita untuk kebaikan kita, supaya kita turut ambil bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibrani
12:10). Tuhan memanggil kita untuk menjadi orang suci yang menyembah-Nya dengan hormat dan terimakasih
atas rahmat dan kebaikan-Nya yang besar kepada kita. Apakah Anda mengizinkan firman Allah mengubah
Anda di jalan kasih dan kekudusan-Nya? Semoga, Amin!!
Hening Sejenak….
5
KOMUNI KERINDUAN
RITUS PENUTUP
6
U. Amin.
22. PENGUTUSAN
P. Marilah pergi! Kita diutus Tuhan untuk mewartakan Kabar Gembira bagi banyak orang.
U. Amin.