Tujuan kedatangan orang-orang Eropa ke dunia timur antara lain untuk mendapatkan
keuntungan dan kekayaan. Tujuan ini dapat dicapai setelah mereka menemukan rempah-rempah
di Kepulauan Nusantara. Dengan demikian semakin banyak orang-orang Eropa yang tertarik
pergi ke Nusantara. Para pedagang atau perusahaan dagang Portugis bersaing dengan para
pedagang Belanda, bersaing dengan para pedagang Spanyol, bersaing dengan para pedagang
Inggris, dan seterusnya.Bahkan tidak hanya antarbangsa,dalam satu bangsapun mereka saling
bersaing. Untuk memperkuat posisinya di dunia timur masing-masing dari suatu negara
membentuk persekutuan dagang bersama. Contoh Inggris membentuk East India Company
(EIC).
Persaingan yang cukup keras juga terjadi antarperusahaan dagang orang-oeang belanda.
Kenyataan ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan parlemen Belanda, sebab akan
merugikan Kerajaan Belanda sendiri maka pemerintah mengusulkan agar antarkongsi dagang
Belanda bekerja sama membentuk sebuah perusahaan. Pada tanggal 20 Maret 1602
dibentuklah Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang resmi dibentuk di Amsterdam.
Tujuan dibentuknya VOC antara lain untuk :
VOC dipimpin oleh dewan yang beranggotakan 17 orang direktur, sehingga disebut
"Dewan Tujuh Belas" yang juga disebut dengan Heeren XVII. VOC juga memiliki beberapa
kewenangan yang sering disebut dengan hak oktroi dan hak-hak antara lain:
Batavia dijadikan markas besar VOC karena memiliki tempat yang strategis. Selain itu
Batavia juga menjadi pusat perdagangan dan jalur perdagangan Internasional. Tindakan
intervensi politik terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara dan pemaksaan monopoli
perdagangan terus dilakukan. Politik devide et impera dan berbagai tipu daya juga dilaksanakan
demi mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sebesar-besarnya. Untuk memperkokoh
kedudukannya di Indonesia bagian barat dan memperluas pengaruhnya di Sumatera, VOC
berhasil menguasai Malaka. Berikutnya VOC berusaha meluaskan pengaruhnya ke Aceh.
Kerajaan Makasar di Indonesia bagian timur yang dipinpin oleh Sultan Hasanuddin juga berhasil
dikalahkan setelah terjadi perjanjian Bongaya tahun 1667.
Pengaruh dan kekuasaan VOC semakin meluas. Untuk mempertahankan kebijakan
monopoli maka arnada VOC diperkuat. Benteng benteng pertahanan dibangun, contoh Benteng
Doorstede di Saparua, Benteng Nasau di Aceh, Benteng Nieuw Viktoria di Ambon, Benteng
Oranye di Ternate, dan Benteng Rotterdam di Makasar.
VOC juga memperluas pengaruhnya sampai ke Irian yang dikenal sebagai wilayah yang masih
tertutup dengan hutan belantara. Orang Belanda pertama kali sampai ke Irian adalah Willem
Janz. Bersama armadanya rombongan Willem Janz berhasil memasuki tanah Papua pada tahun
1606. Pada waktu itu orang-orang Belanda sangat memerlukan bantuan budak, maka banyak
diambil dari orang-orang Irian. Pulau-pulau yang termasuk wilayah Irian yang semula berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Tidore sudah berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan VOC.
Dengan demikian, daerah pengaruh dan kekuasaan VOC sudah meluas di seluruh Nusantara.
Kolonialisme merupakan bentuk pengekalan imoerialisme. Muara kedua paham itu adalah
penjajahan dari negara yang satu terhadap daerah yang lain. Sistem ekonomi dan praktik
penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa itu tidak dilepaskan dari sistem ekonomi yang
berkembang di Eropa yakni sistem ekonomi merkantilisme. Merkantilisme merupakan sistem
ekonomi yang menekan peraturan dan praktik ekonomi pemerintahan suatu negara dengan
tujuan memperluas kekuasaan dengan mengorbankan kekuatan nasional negara saingannya. Oleh
karena itu, ciri yang menonjol dalamsistem ekonomi merkantilisme yakni menciptakan koloni di
luar negaranya sendiri dan melakukan monopoli perdangan.
3. VOC Gulung Tikar
Pada abad ke-17 hingga awal abad ke-18, VOC mengalami puncak kejayaan. Namun di
balik itu ada persoalan-persoalan yang dikuasai ternyata juga membuat masalah pengelolaan
semakin kompleks. Semakin luasnya daerahnya, pengawasan juga semakin sulit. Sebagai
pemerintah VOC, Batavia juga semakin dibanjiri penduduk, dari luar Batavia sehingga tidak
jarang menimbulkan masalah-masalah sosial.
Pada tanggal 27 Maret 1749, Parlemen Bedlanda mengeluarkan UU yang menetapkan
bahwa Raja Willem IV sebagai penguasa tertinggi VOC. Dengan demikian, anggota pengurus
"Dewan Tujuh Belas" kemudian sepenuhnya menjadi tanggung jawab Raja. Raja juga menjadi
panglima tertinggi tentara VOC. VOC sebagai kongsi dagang swasta keuntungannya semakin
merosot. Bahkan tercatat pada tahun 1673 VOC tidak mampu membayar dividen. Kas VOC juga
merosot tajam karena serangkaian perang yang telah dilakukan VOC dan beban hutang pun tidak
terelakkan.
Posisi jabatan dan berbagai simbol kehormatan tersebut tidaklah lengkap tanpa hadiah dan
upeti. Hal ini semua terkait dengan mekanisme pergantian jabatan di tubuh organisasi VOC.
Semua bermuatan korupsi. Untuk menjadi karyawan VOC juga harus "menyogok" . Dengan
demikian lah para pejabat VOC terjangkit penyakit korupsi karena ingin kehormatan dan
kemewahan sesaat. Beban utang VOC semakin berat, sehingga akhirnya VOC sendiri bangkrut
dan gulung tikar. Oleh karena itu, pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bubar.
C. Penjajahan Pemerintah Belanda
1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf
Pada tahun 1795 terjadi perubahan di Belanda. Munculah kelompok yang menamakan
dirinya kaum patriot. Kaum ini terpengaruh oleh semboyan Revolusi
Prancis: liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite (persaudaraan). Raja willem
V melarikan diri ke Inggris. Belanda dikuasai Perancis dan dibentuklah pemerintah baru sebahai
bagian dari Prancis yang dinamakan Republik Bataaf (1795-1811). Republik Bataaf dipimpin
oleh Louis Napoleon yang merupakan saudara dari Napoleon Bonaparte.
Sementara itu, Raja Willem V oleh pemerintah Inggris ditempatkan di Kota Kew. Raja
Willem V kemudian mengeluarkan perintah yang dikenal dengan"surat-surat Kew" yang berisi
agar para penguasa di negeri jajahan Belanda menyerahkan wilayahnya kepada Inggris bukan
kepada Prancis. Dengan "Surat-surat Kew" pihak inggris bertindak cepat dengan mengambil alih
beberapa daerah Hindia. Inggris juga memperkuat armadanya untuk melakukan blokade terhadap
Batavia.
a) Pemerintahan Herman Willem Daendels
Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral memerintah di Nusantara pada tahun
1808-1811 . Tugas utama Daendels yaitu mempertahankan Jawa agar tidak dikuasai Inggris. Dia
juga harus memperkuat pertahanan dan memperbaiki administrasi pemerintahan, selain itu dia
juga ditugasi untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonomi di Nusantara khususnya di tanah
Jawa.
Daendels adalah kaum patriot dan berpandangan liberal. Ia berasal dari Belanda yang
sangat dipengaruhi oleh ajaran Revolusi Perancis. Daendels ingin menanamkan jiwa
kemerrdekaan, persamaan dan persaidaraan di lingkungan masyarakat Hindia. Oleh karena itu, ia
ingin memberantas praktik-praktik yang dinilai feodalistik. Dalam rangka mengemban tugas
sebagai gubernur jendral dan memenuhi pesan dari pemerintah induk (Republik Bataaf)
Daendels melakukan beberapa langkah strategis, terutama menyangkut bidang pertahanan-
keamanan, administrasi pemerintahan, dan sosial ekonomi.
1) Bidang Pertahanan dan Keamanan
Pelaksanaan sistem Tanam Paksa harus menggunakan organisasi desa. Oleh karena itu,
diperlukan faktor penggerak, yakni lembaga organisasi dan tradisi desa yang dipimpin oleh
kepala desa. Dalam hal ini peran kepala desa sangat sentral. Kepala desa di samping sebagai
penggerak para petani, juga sebagai penghubung dengan atasan dan pejabat pemerintah. Oleh
karena posisi yang begitu penting itu maka kepala desa tetap berada di bawah pengaruh dan
pengawasan para pamong praja.
Pelaksanaan Tanam Paksa itu tidak sesuai dengan peraturan yang tertulis. Hal ini telah
mendorong terjadinya tindak korupsi dari para pegawai dan pejabat yang terkait dengan
pelaksanaan Tanam Paksa. Banyak pekerja yang jatuh sakit. Mereka dipaksa fokus bekerja untuk
Tanam Paksa, sehingga nasib diri sendiri dan keluarganya tidak terurus. Bahkan kemudian
timbul bahaya kelaparan dan kematian di berbagai daerah. Misalnya di Cirebon (1843 - 1844), di
Demak (tahun 1849) dan Grobogan pada tahun 1850. Sementara itu dengan pelaksanaan Tanam
Paksa ini Belanda telah mengeruk keuntungan dan kekayaan dari tanah Hindia. Dari tahun 1831
hingga tahun 1877 perbendaharaan kerajaan Belanda telah mencapai 832 juta gulden, utang-
utang lama VOC dapat dilunasi, kubu-kubu dan benteng pertahanan dibangun.
Masyarakat Belanda mulai mempertimbangkan baik buruk dan untung ruginya Tanam
Paksa. Timbullah pro dan kontra mengenai pelaksanaan Tanam Paksa. Pihak yang pro dan setuju
Tanam Paksa tetap dilaksanakan adalah kelompok konservatif dan para pegawai pemerintah.
Mereka setuju karena Tanam Paksa telah mendatangkan banyak keuntungan. Sementara, pihak
yang menentang pelaksanaan Tanam Paksa adalah kelompok masyarakat yang merasa kasihan
terhadap penderitaan rakyat pribumi. Mereka umumnya kelompok-kelompok yang dipengaruhi
oleh ajaran agama dan penganut asas liberalisme. Kaum liberal menghendaki tidak adanya
campur tangan pemerintah dalam urusan ekonomi. Kegiatan ekonomi sebaiknya diserahkan
kepada pihak swasta. Oleh karena itu, tahun 1850 Pemerintah mulai bimbang. Apalagi setelah
kaum liberal mendapatkan kemenangan politik di Parlemen (Staten Generaal). Parlemen
memiliki peranan lebih besar dalam urusan tanah jajahan. Sesuai dengan asas liberalisme, maka
kaum liberal menuntut adanya perubahan dan pembaruan.
Penolakan terhadap Tanam Paksa sudah menjadi pendapat umum. Oleh karena itu, secara
berangsug-angsur Tanam Paksa mulai dihapus dan mulai diterapkan sistem politik ekonomi
liberal. Hal ini didorong oleh isi kesepakatan di dalam Traktat Sumatera yang ditandatangani
tahun 1871. Penetapan pelaksanan sistem politik ekonomi liberal memberikan peluang pihak
swasta untuk ikut mengembangkan perekonomian di tanah jajahan. Seiring dengan upaya
pembaruan dalam menangani perekonomian di negeri jajahan, Belanda telah mengeluarkan
berbagai ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
Sejak dikeluarkan UU Agraria itu, pihak swasta semakin banyak memasuki tanah jajahan
di Hindia Belanda. Mereka memainkan peranan penting dalam mengeksploitasi tanah jajahan.
Oleh karena itu, mulailah era imperialism modern. Berkembanglah kapitalisme di Hindia
Belanda. Tanah jajahan berfungsi sebagai:
Bagi rakyat Bumiputera pelaksanaan usaha swasta tetap membawa penderitaan. Pertanian
rakyat semakin merosot. Pelaksanaan kerja paksa masih terus dilakukan seperti pembangunan
jalan raya, jembatan, jalan kereta api, saluran irigasi, benteng-benteng dan sebagainya. Di
samping melakukan kerja paksa, rakyat masih harus membayar pajak, sementara hasil-hasil
pertanian rakyat banyak yang menurun. Kerajinan-kerajinan rakyat mengalami kemunduran
karena terdesak oleh alat-alat yang lebih maju. Alat transportasi tradisional, seperti dokar,
gerobak juga semakin terpinggirkan. Dengan demikian rakyat tetap hidup menderita.
Perkembangan agama Kristen di Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Seperti halnya agama Hindu, Buddha dan
Islam, penyebaran agama Kristen juga melalui aktivitas pelayaran dan perdagangan. Orang-
orang Portugis menyebarkan agama Kristen Katolik. Orang-orang Belanda membawa agama
Kristen Protestan. pada abad ke-16 telah terjadi penjelajahan samudra untuk menemukan dunia
baru. Oleh karena itu, periode ini sering disebut The Age of Discovery. Kegiatan penjelajahan
samudra untuk menemukan dunia baru itu dipelopori oleh orang-orang Portugis dan Spanyol
dengan semboyannya; gold, glory, dan gospel. Para penyiar agama Katolik diawali oleh para
pastor (dalam bahasa Portugis, padre yang berarti imam). Pastor yang terkenal waktu itu adalah
Pastor Fransiscus Xaverius SJ dari ordo Yesuit.
Berikutnya juga berkembang agama Kristen di Kepulauan Maluku terutama setelah VOC
menguasai Ambon. Pada waktu itu para zendeling aktif menyebarkan agama baru ini dengan
semangat piesme, yaitu menekankan pertobatan orang-orang Kristen. Penyebaran agama Kristen
ini juga semakin intensif saat Raffles berkuasa. Agama Katolik dan Kristen berkembang pesat di
Indonesia bagian timur.