Anda di halaman 1dari 8

PERLAWANAN KERAJAAN-KERAJAAN ATAS KEHADIRAN

KOLONIAL (VOC)

KELOMPOK 4 :

- Aulia Kumala Hamdani (21052032)

- Azra Melinda (21052033)

1. Konsep dasar perlawanan kerajaan-kerajaan atas kehadiran kolonial(VOC)

A. Latar belakang Terbentuknya VOC

Belanda datang ke Indonesia sejak tahun 1596,beberapa kongsi dagang Belanda


melakukan melakukan monopoli perdagangan dan meraup keuntungan yang melimpah dari
kepulauan Indonesia itu sendiri, sehingga terjadi persaingan antar kongsi dagang
Belanda,selain itu belanda juga harus bersaing dengan kongsi dagang inggris yaitu EIC (east
india Compagnie).

Terkait adanya persaingan antar kongsi Belanda, maka Pemerintahan dan Parlemen
Belanda mengusulkan agar antar kongsi Belanda mendirikan sebuah perusahaan dagang yang
lebih besar. Pada tanggal 20 Maret 1602 secara resmi dibentuklah persekutuan kongsi dagang
Belanda yang diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). VOC memilii
kantor pusat di Amsterdam.Pengurus pusat VOC terdiri atas tujuh belas orang atau dikenal
dengan sebutan heerenzeventien.

B. Tujuan dari VOC

 Menghindari persaingan antara kongsi dagang Belanda itu sendiri


 Membantu keuangan pemerintah Belanda
 Memperkuat posisi sehingga dapat melaksanakan monopoli perdagangan
 Menjalankan pemerintahan sebagai wakil pemerintah Belanda di Hindia Timur.
 Ingin menguasai kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara
Dalam menjalankan tugasnya VOC mendapat wewenang dari pemerintah belanda berupa
hak oktroi,yang meliputi:

 Hak mencetak uang


 Hak untuk memelihara angkatan perang
 Hak untuk memerintah daerah yang diduduki
 Hak untuk melakukan perjanjian dengan raja raja
 Hak untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah

Keberhasilan VOC memperluas wilayah merepotkan heeren zeventien dalam mengurusi


keorganisasian VOC,sehingga pada tahun 1610 heeren zeventien menunjuk seorang
Gubernur Jenderal yang bertugas mengendalikan kekuasaan di wilayah kekuasaan
VOC ,Gubernur Jenderal pertama VOC adalah Pieter Both,dan untuk menjalankan tugasnya
gubernur jenderal VOC dibantu oleh sebuah dewan bernama Raad Van Indie (dewan hindia).

C. Munculnya perlawanan dari kerajaan-kerajaan

Disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu:

 Adanya praktik monopoli perdagangan yang dilaksanakan di Nusantara yang sangat


merugikan masyarakat Nusantara.
 Penerapan politik adu domba/ devide et impera atau politik adu domba yang sangat
merugikan rakyat Indonesia
 Campur tangan pemerintah Belanda dalam masalah internal di kerajaan-kerajaan
Nusantara.

Dengan demikian, penyebab munculnya perlawanan daerah disebabkan oleh praktik


monopoli perdagangan, penerapan politik adu domba dan campur tangan pemerintah Belanda
dalam masalah internal di kerajaan-kerajaan Nusantara yang sangat merugikan Nusantara.

2. MASALAH DAN FAKTA

A. Dimana saja kekuasaan VOC


B. Kerajaan-kerajaan apa saja yang melakukan perlawanan?
C. Apa dampak dari monopoli perdagangan VOC terhadap Indonesia?
3. PEMBAHASAN
A. Kekuasaan VOC

Pertama kali VOC Belanda menanamkani kekuasaan di Ambon dengan Alasan utama
VOC bermarkas di Ambon adalah karena Maluku merupakan kepulauan penghasil rempah-
rempah utama di Nusantara. Kala itu, Belanda memang hanya fokus berdagang hasil bumi,
terutama rempah-rempah, yang sangat laku dan berharga mahal di Eropa.

Lalu pada tahun 1609 kekuasaan di pindah ke Jayakarta(Sundah kelapa atau


Batavia).Karena Lokasi Jayakarta dianggap amat strategis dan termasuk jalur perdagangan
Asia. Selain itu, Jayakarta dekat dengan Selat Malaka dan Selat Sunda, juga bisa terhubung
relatif mudah dengan beberapa pelabuhan besar, seperti Banten, Cirebon, serta sejumlah
bandar dagang di Sumatera, Aceh, dan kawasan Malaya.Pamor Jayakarta yang terkenal
sebagai salah satu pusat perdagangan paling sibuk di Jawa bagian barat sudah terdengar sejak
dulu. Wilayah ini sebelumnya bernama Sunda Kelapa dan menjadi bagian dari kekuasaan
Pajajaran, kerajaan Sunda yang berpusat di Bogor dan eksis hingga 1579 Masehi.Selain itu,
para peniaga lintas bangsa dari negeri-negeri Melayu, India, Jepang, serta Cina juga kerap
singgah di Sunda Kelapa, selain para pedagang dan nelayan dari berbagai daerah di
Nusantara.

B. Beberapa kerajaan yang melakukan perlawanan terhadap VOC

Penjajahan Portugis akhirnya berakhir pada tanggal 23 Februari 1605 dan digantikan oleh
Belanda . Dan Belanda berhasil menggantikan posisi Portugis mendapatkan sumber hasil
bumi dari kepulauan Nusantara dan mereka pun mendirikan VOC. Selama 2 abad menjajah,
VOC telah bertindak dan memerintah dengan menggunakan kekuasaan militer menekan dan
mengadu-domba kerajaan-kerajaan setempat, memberlakukan hukumnya sendiri di seluruh
Indonesia, memiliki pengadilan sendiri dan melakukan perdagangan monopoli yang sangat
merugikan rakyat.

1. Perlawanan kerajaan Mataram

Yang dipimpin oleh Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan terbesar di Jawa
dan juga kerajaan penghasil beras terbesar (sebagai bahan pangan) dan kayu (sebagai bahan
pembuatan kapal atau gedung). Mataram pun menjadi daya tarik VOC untuk menaklukan
kerajaan tersebut. Dan juga bagi VOC adalah ancaman VOC di Batavia.Awal hubungan
antara Mataram dan VOC yaitu berdagang, namun VOC lama-lama menuntut hak yang lebih
luas, berkali-kali merampok kapal-kapal Mataram, pemimpin kantor VOC, yang menghina
agama Islam dan Raja Mataram serta sering memerkosa wanita.

Perlawanannya :

Atas dasar hal tersebut sultan mengadakan persiapan untuk menyerbu Batavia. Jalur yang
harus ditempuh cukup sulit.Mereka dipimpin Tumenggung Bahurekso, Suro Agul-Agul,
Dipati Uposonto, Dipati Mandurejo,dan Dipati Ukur. Pada 22 September 1628 Tumenggung
Baureksa malancarkan serangan,tapi serangan ini gagal, penyebab utamanya adalah banyak
tentara Mataram yang kelaparan karena persedian makanan dibakar oleh VOC.Tahun 1629
Mataram kembali berencana menyerang Batavia, namun kali ini dengan persiapan yang lebih
matang, dengan mengirim padi ke Tegal serta ditumbuk disana untuk ‘diperdagangkan’ ke
Batavia. Namun diketahui oleh pihak VOC, dan mereka pun menghancurkan lumbung-
lumbung padi di Tegal. Selain itu, Cirebon yang juga menjadi lumbung padi bagi Mataram
dibakar juga. Kegagalan pun kembali terulang.Pada tahun 1645 Sultan Agung meninggal dan
digantikan oleh Sunan Amungkarat I (1646-1677). Tapi Raja Amungkarat I merupakan raja
yang lemah dan bersahabat dengan VOC dan bersikap sewenang – wenang dan kejam kepada
rakyat dan ulama . Dan timbulah perlawanan rakyat dipimpin Trunojoyo dan berhasil
menguasai ibukota kerajaan Mataram. Pengganti Amangkurat Mas I adalah Amangkurat Mas
II. Ibukota Mataram dipindah ke Surakarta dan ia berhasil menyingkirkan Trunojoyo berkat
bantuan Belanda. Tetapi Amangkurat Mas II sadar, kerjasama dengan Belanda lebih banyak
ruginya maka ketika Untung Suropati melawan Belanda ia justru mendukung.

2. Perlawanan Sulawesi Selatan

Gowa menjadi masalah yang cukup serius bagi VOC, karena merupakan kesultanan yang
kuat, hal ini ditambah dengan terjadinya aliansi politik Gowa-Tallo. Awalnya VOC
mengetahui bahwa letak Goa begitu starategis dan sebagai tempat transit kapal yang ramai.
Awalnya hubungan antara VOC dengan Goa sangat baik.Tapi VOC mulai meminta agar
tidak lagi menjual beras dan menyerang kapal Makassar yang berlayar ke Maluku dan VOC
pun berkeinginan menguasai Makassar.

Perlawanannya :

Pada tahun 1666 pecahlah perang antara Gowa melawan VOC yang didukung oleh Arung
Palakka dan Raja Buton. Perang ini sukses dimenangkan oleh pihak VOC, dan Sultan
Hasanuddin sebagai sultan Gowa terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya (18
November 1667), namun perjanjian ini sangat merugikan Goa.Pada 2 April 1668 melakukan
penyerangan terhadap Belanda dipimpin oleh Sultan Hasanudin . Dan pada 5 Agustus
melakukan serangan berikutnya sampai Speelman (Gubernur Jendral saat itu) memuji Sultan
Hasanuddin atas keberaniannya, tapi itulah kemenangan terakhir Gowa karena setelahnya
VOC mengerahkan perang Total terhadap Gowa.

3. Perlawanan Banten

Perlawanan terhadap VOC juga terjadi di Banten yang terjadi dari tahun 1655-1660. Di
masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai kejayaan ia menerapkan sistem perdagangan
bebas sehingga banyak bangsa berdagang dengan kerajaan Banten. Namun VOC berusaha
mendapat hak monopoli perdagangan di Banten dan VOC memblokade jalur perdagangan di
Banten.

Perlawanannya :

Banten pun melakukan perlawanan dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa. Tahun 1650 pasukan Banten yang dipimpin oleh Raden Senopati
Ingalaga dan Haji Wangsaraja menyerang Batavia. Namun serangan ini telah diantisipasi
VOC, sehingga pasukan Banten dipukul mundur, Serangan Banten ini dan sangat menguras
tenaga dan dana VOC, yang mana saat itu harus memadamkan pemberontakan di daerah
lain.VOC tidak kurang akal dengan siasat De Vide Et Impera Sultan Haji anak Sultan Ageng
Tirtayasa berhasil dibujuk Belanda untuk merebut tahta ayahnya.Tahun 1681pasukan VOC
yang di bantu Sultan Haji berhasil mendesak pasukan Sultan Ageng. Sultan Ageng tertangkap
dan di tawan hingga wafat pada tahun 1692. Sebagai imbalan Sultan Haji harus memberikan
hak monopoli dagang lada di Banten dan Lampung kepada VOC, dan Banten harus mengakui
kekuasaan VOC.
4. Perlawanan rakyat Maluku

Pada tahun 1605 Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng
Portugis di Ambon. Praktik monopoli dengan sistem pelayaran hongi menimbulkan
kesengsaran rakyat.

Perlawanannya :

Tahun 1635 timbul perlawanan di Ambon dipimpin oleh Kakiali. Awalnya


pemberontakan ini menyulitkan pihak VOC, akhirnya VOC bersiasat untuk mengundang
Kakiali ke kapal VOC lalu menangkap. Hal ini menbuat penduduk semakin marah, dan mulai
melakukan perlawanan ,Akhirnya VOC pun membebaskan Kakiali. Pada 1641 Kakiali
bersama sekutunya kembali melakukan perlawanan . Kakiali pun tewas tahun 1643 pada
malam hari dengan cara ditusuk golok di tempat tidurnya oleh seorang berkebangsaan
Spanyol Di Ternate tahun 1650 terjadi perlawanan dari rakyat dipimpin oleh Saidi akibat
dari Sultan Mandarsyah yang dianggap terlalu dekat dengan VOC dan diturunkan dari
tahtanya. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan
Sultan Jamaluddin.VOC meluaskan kekuasaannya ke Tidore. Kekuasaan VOC mulai
tertanam di Tidore setelah mengangkat Patra Alam sebagai Sultan Tidore menggantikan
Sultan Jamaludin yang diasingkan oleh VOC ke Sailan. Ternyata rakyat tidak mau mengakui
Patra Alam sebagai sultan Tidore karena menganggap nya sebagai “sultan boneka” VOC.
Rakyat Tidore lebih menyukai Sultan Nuku (anak Sultan Jamaludin) sebagai sultan Tidore.
Pada tahun 1780 rakyat pun mulai melakukan perlawanan dipimpin Sultan Nuku, dan
akhirnya Sultan pun berhasil mengembangkan pemerintahan yang berdaulat dan melepaskan
diri dari VOC sampai akhir hayatnya (1805).

5. Perlawanan Kerajaan Aceh Terhadap Belanda


Kerajaan Aceh menganggap bahwa keberadaan Portugis yang memonopoli perdagangan di
Malaka, telah menyebabkan perdagangan yang dilakukan oleh Aceh di kawasan itu
mengalami kemerosotan . Oleh karena itu, Aceh berusaha untuk menyerang Portugis dengan
mengadakan penyerangan di selat Malaka.
Perlawanannya :
Perlawanan dipimpin oleh Sultan Ali Munghayat Syah dan dilanjutkan oleh Sultan Iskandar
Muda.Usaha Aceh untuk menyingkirkan Portugis dilakukan dengan cara bekerjasama dengan
Demak, dan meminta bantuan persenjataan ke Turki, Inggris, Goa, dan Gujarat. Dalam
perang tersebut tidak ada yang menang maupun yang kalah. Perang berakhir setelah jatuhnya
pelabuhan Malaka ke tangan penjajah pada tahun 1641.

C. Dampak Dari Monopoli Perdagangan


Secara keseluruhan, monopoli dagang VOC pun memberi dampak positif dan negatif
bagi rakyat dan bangsa Indonesia saat itu.
Dampak Positifnya :
 Banyak bangsa asing (eropa, asia, timur tengah) yang melakukan kegiatan
perdagangan di Nusantara, akibatnya aktivitas dagang menjadi semakin ramai.
 Pedagang pribumi memperoleh informasi hasil rempah-rempah yang laku dipasar
internasional.
 Selain itu, mereka juga lebih mengetahui tata cara perdagangan.
 Pedagang pribumi melakukan hubungan dengan bangsa lain.

Dampak Negatif :
 Rakyat harus menjual hasil rempah-rempah kepada pihak VOC dengan harga yang
sudah ditentukan oleh VOC.
 Pendapatan rakyat menurun akibat adanya ketentuan harga tadi. Menurunnya jumlah
penduduk karena pembantaian massal, rakyat menderita kelelahan fisik yang parah
karena bekerja terlalu keras, produksi padi menurun karena tanaman tersebut tidak
laku di pasar internasional, dan menyebabkan banyak rakyat mati kelaparan.
 VOC tetaplah VOC yang berambisi memonopoli rempah-rempah Nusantara. Alih-alih
mendapat ganti rugi, pada kenyataannya para pejabat kerajaan dan rakyat sama sekali
tidak mendapatkan apa-apa.
 Rakyat hanya bisa meratapi hasil jerih payah mereka yang dimusnahkan VOC begitu
saja. Itu semua terjadi akibat praktik korupsi di tubuh VOC yang tidak dapat
dihindari.

4. DAFTAR BACAAN/REFERENSI
- Armelia. (2008). Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Semarang: ALPRIN.
- https://www.kompas.com
- Iswara N Raditya.Sejarah pindahnya ibu kota VOC
- https://www.academia.edu
- Abdullah, Taufik dan A.B Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 4
(kolonisasi dan Perlawanan). Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Anda mungkin juga menyukai