KOLONIAL (VOC)
KELOMPOK 4 :
Terkait adanya persaingan antar kongsi Belanda, maka Pemerintahan dan Parlemen
Belanda mengusulkan agar antar kongsi Belanda mendirikan sebuah perusahaan dagang yang
lebih besar. Pada tanggal 20 Maret 1602 secara resmi dibentuklah persekutuan kongsi dagang
Belanda yang diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). VOC memilii
kantor pusat di Amsterdam.Pengurus pusat VOC terdiri atas tujuh belas orang atau dikenal
dengan sebutan heerenzeventien.
Pertama kali VOC Belanda menanamkani kekuasaan di Ambon dengan Alasan utama
VOC bermarkas di Ambon adalah karena Maluku merupakan kepulauan penghasil rempah-
rempah utama di Nusantara. Kala itu, Belanda memang hanya fokus berdagang hasil bumi,
terutama rempah-rempah, yang sangat laku dan berharga mahal di Eropa.
Penjajahan Portugis akhirnya berakhir pada tanggal 23 Februari 1605 dan digantikan oleh
Belanda . Dan Belanda berhasil menggantikan posisi Portugis mendapatkan sumber hasil
bumi dari kepulauan Nusantara dan mereka pun mendirikan VOC. Selama 2 abad menjajah,
VOC telah bertindak dan memerintah dengan menggunakan kekuasaan militer menekan dan
mengadu-domba kerajaan-kerajaan setempat, memberlakukan hukumnya sendiri di seluruh
Indonesia, memiliki pengadilan sendiri dan melakukan perdagangan monopoli yang sangat
merugikan rakyat.
Yang dipimpin oleh Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan terbesar di Jawa
dan juga kerajaan penghasil beras terbesar (sebagai bahan pangan) dan kayu (sebagai bahan
pembuatan kapal atau gedung). Mataram pun menjadi daya tarik VOC untuk menaklukan
kerajaan tersebut. Dan juga bagi VOC adalah ancaman VOC di Batavia.Awal hubungan
antara Mataram dan VOC yaitu berdagang, namun VOC lama-lama menuntut hak yang lebih
luas, berkali-kali merampok kapal-kapal Mataram, pemimpin kantor VOC, yang menghina
agama Islam dan Raja Mataram serta sering memerkosa wanita.
Perlawanannya :
Atas dasar hal tersebut sultan mengadakan persiapan untuk menyerbu Batavia. Jalur yang
harus ditempuh cukup sulit.Mereka dipimpin Tumenggung Bahurekso, Suro Agul-Agul,
Dipati Uposonto, Dipati Mandurejo,dan Dipati Ukur. Pada 22 September 1628 Tumenggung
Baureksa malancarkan serangan,tapi serangan ini gagal, penyebab utamanya adalah banyak
tentara Mataram yang kelaparan karena persedian makanan dibakar oleh VOC.Tahun 1629
Mataram kembali berencana menyerang Batavia, namun kali ini dengan persiapan yang lebih
matang, dengan mengirim padi ke Tegal serta ditumbuk disana untuk ‘diperdagangkan’ ke
Batavia. Namun diketahui oleh pihak VOC, dan mereka pun menghancurkan lumbung-
lumbung padi di Tegal. Selain itu, Cirebon yang juga menjadi lumbung padi bagi Mataram
dibakar juga. Kegagalan pun kembali terulang.Pada tahun 1645 Sultan Agung meninggal dan
digantikan oleh Sunan Amungkarat I (1646-1677). Tapi Raja Amungkarat I merupakan raja
yang lemah dan bersahabat dengan VOC dan bersikap sewenang – wenang dan kejam kepada
rakyat dan ulama . Dan timbulah perlawanan rakyat dipimpin Trunojoyo dan berhasil
menguasai ibukota kerajaan Mataram. Pengganti Amangkurat Mas I adalah Amangkurat Mas
II. Ibukota Mataram dipindah ke Surakarta dan ia berhasil menyingkirkan Trunojoyo berkat
bantuan Belanda. Tetapi Amangkurat Mas II sadar, kerjasama dengan Belanda lebih banyak
ruginya maka ketika Untung Suropati melawan Belanda ia justru mendukung.
Gowa menjadi masalah yang cukup serius bagi VOC, karena merupakan kesultanan yang
kuat, hal ini ditambah dengan terjadinya aliansi politik Gowa-Tallo. Awalnya VOC
mengetahui bahwa letak Goa begitu starategis dan sebagai tempat transit kapal yang ramai.
Awalnya hubungan antara VOC dengan Goa sangat baik.Tapi VOC mulai meminta agar
tidak lagi menjual beras dan menyerang kapal Makassar yang berlayar ke Maluku dan VOC
pun berkeinginan menguasai Makassar.
Perlawanannya :
Pada tahun 1666 pecahlah perang antara Gowa melawan VOC yang didukung oleh Arung
Palakka dan Raja Buton. Perang ini sukses dimenangkan oleh pihak VOC, dan Sultan
Hasanuddin sebagai sultan Gowa terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya (18
November 1667), namun perjanjian ini sangat merugikan Goa.Pada 2 April 1668 melakukan
penyerangan terhadap Belanda dipimpin oleh Sultan Hasanudin . Dan pada 5 Agustus
melakukan serangan berikutnya sampai Speelman (Gubernur Jendral saat itu) memuji Sultan
Hasanuddin atas keberaniannya, tapi itulah kemenangan terakhir Gowa karena setelahnya
VOC mengerahkan perang Total terhadap Gowa.
3. Perlawanan Banten
Perlawanan terhadap VOC juga terjadi di Banten yang terjadi dari tahun 1655-1660. Di
masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai kejayaan ia menerapkan sistem perdagangan
bebas sehingga banyak bangsa berdagang dengan kerajaan Banten. Namun VOC berusaha
mendapat hak monopoli perdagangan di Banten dan VOC memblokade jalur perdagangan di
Banten.
Perlawanannya :
Banten pun melakukan perlawanan dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa. Tahun 1650 pasukan Banten yang dipimpin oleh Raden Senopati
Ingalaga dan Haji Wangsaraja menyerang Batavia. Namun serangan ini telah diantisipasi
VOC, sehingga pasukan Banten dipukul mundur, Serangan Banten ini dan sangat menguras
tenaga dan dana VOC, yang mana saat itu harus memadamkan pemberontakan di daerah
lain.VOC tidak kurang akal dengan siasat De Vide Et Impera Sultan Haji anak Sultan Ageng
Tirtayasa berhasil dibujuk Belanda untuk merebut tahta ayahnya.Tahun 1681pasukan VOC
yang di bantu Sultan Haji berhasil mendesak pasukan Sultan Ageng. Sultan Ageng tertangkap
dan di tawan hingga wafat pada tahun 1692. Sebagai imbalan Sultan Haji harus memberikan
hak monopoli dagang lada di Banten dan Lampung kepada VOC, dan Banten harus mengakui
kekuasaan VOC.
4. Perlawanan rakyat Maluku
Pada tahun 1605 Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng
Portugis di Ambon. Praktik monopoli dengan sistem pelayaran hongi menimbulkan
kesengsaran rakyat.
Perlawanannya :
Dampak Negatif :
Rakyat harus menjual hasil rempah-rempah kepada pihak VOC dengan harga yang
sudah ditentukan oleh VOC.
Pendapatan rakyat menurun akibat adanya ketentuan harga tadi. Menurunnya jumlah
penduduk karena pembantaian massal, rakyat menderita kelelahan fisik yang parah
karena bekerja terlalu keras, produksi padi menurun karena tanaman tersebut tidak
laku di pasar internasional, dan menyebabkan banyak rakyat mati kelaparan.
VOC tetaplah VOC yang berambisi memonopoli rempah-rempah Nusantara. Alih-alih
mendapat ganti rugi, pada kenyataannya para pejabat kerajaan dan rakyat sama sekali
tidak mendapatkan apa-apa.
Rakyat hanya bisa meratapi hasil jerih payah mereka yang dimusnahkan VOC begitu
saja. Itu semua terjadi akibat praktik korupsi di tubuh VOC yang tidak dapat
dihindari.
4. DAFTAR BACAAN/REFERENSI
- Armelia. (2008). Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Semarang: ALPRIN.
- https://www.kompas.com
- Iswara N Raditya.Sejarah pindahnya ibu kota VOC
- https://www.academia.edu
- Abdullah, Taufik dan A.B Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 4
(kolonisasi dan Perlawanan). Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.