Anda di halaman 1dari 72

KHOTBAH JANGKEP

Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Juli 2022
Tema: Hidup Saling Meneguhkan Kasih-Nya

Kotbah Jangkep 2022 1


DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN
BULAN JULI 2022

Minggu, 3 Juli 2022 ........................................................................................... 3


Minggu Biasa IX Minggu ke-4 setelah Pentakosta (Hijau)
Bertolong-tolonganlah

Minggu, 10 Juli 2022 ..................................................................................... 17


Minggu Biasa X Minggu ke-5 setelah Pentakosta (Hijau)
Tetaplah Berbuat Kasih

Minggu, 17 Juli 2022 ..................................................................................... 30


Minggu Biasa XI Minggu ke-6 setelah Pentakosta (Hijau)
Bertekun Dalam Imanmu

Minggu, 24 Juli 2022 ..................................................................................... 45


Minggu Biasa XII Minggu ke-7 setelah Pentakosta (Hijau)
Teguhkan Imanmu

Minggu, 31 Juli 2022 ..................................................................................... 59


Minggu Biasa XIII Minggu ke-8 setelah Pentakosta (Hijau)
Andalkan Tuhan Dalam Segala Tindakan

2 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 3 Juli 2022
Minggu Biasa IX Minggu ke-4 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Bertolong-tolonganlah

TUJUAN:
1. Jemaat memiliki tekad untuk selalu berbuat kasih kepada sesama
tanpa batas
2. Jemaat memiliki pemahaman dan tekad untuk selalu mengasihi
dalam segala situasi dan kondisi

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 2 Raja-raja 5:1–14
Tanggapan : Mazmur 30
Bacaan II : Galatia 6:(1–6), 7–16
Bacaan Injil : Lukas 10:1–11, 16–20

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Mazmur 30:11
Petunjuk Hidup Baru : Galatia 6:2
Persembahan : Maleakhi 3:10

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia:
Nyanyian Pujian : KJ 4:1–3
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1, 5
Nyanyian Kesanggupan : KJ 370:1,2
Nyanyian Persembahan : KJ 450:1 –
Nyanyian Pengutusan : KJ 426:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 17:1–3
Kidung Panelangsa : KPJ 52:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 132:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 163:1
Kidung Pangutusan : KPJ 441

Pdt. Sih El Mirmaningrum, S.Si (GKJ Japah)

Kotbah Jangkep 2022 3


DASAR PEMIKIRAN
Pada bulan Juli ini Sinode GKJ mengangkat tema perenungan
sabda: HIDUP SALING MENEGUHKAN KASIHNYA yang dijabarkan
melalui pelayanan Firman tiap Minggu sepanjang bulan ini. Pada
minggu pertama kita akan menghayati kehidupan bersama sebagai
Keluarga Allah yang saling Tolong-menolong dengan tema:
BERTOLONG-TOLONGANLAH, tema yang diharapkan akan meng-
ingatkan kita bahwa sebagai orang kristen kita dipanggil menjadi
bagian dari keluarga Allah yang siap dipulihkan, namun juga siap
dilibatkan untuk memulihkan sesama dengan saling tolong-menolong
terhadap sesama makhluk ciptaanNya.

KETERANGAN BACAAN
2 Raja-raja 5:1-14
"Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka
tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya." (ay. 3)
adalah ungkapan dari anak perempuan, hamba istri Naaman yakni
salah satu dari antara orang-orang Israel yang dibawa ke Aram
tatkala Israel dikalahkan oleh Naaman, panglima negeri Aram ini.
Usul hamba perempuan ini membawa kesembuhan bagi
Naaman melalui ketaatannya melakukan perintah Elisa. Kisah
tentang Naaman yang disembuhkan oleh nabi Elisa, bisa jadi
merupakan kisah yang masih diharapkan terjadi saat ini. Betapa
tidak, sebab hanya dengan berendam saja, sakit kulitnya sembuh
seketika. Padahal sebelumnya Naaman mencibir kepada nabi Elisa
akan perintah yang diberikan kepadanya. Namun akhirnya Naaman
pergi juga dan melakukan perintah nabi Elisa (ay. 10-11) dan sembuh.

Mazmur 30
LAI memberi judul Perikop ini Bersyukur karena selamat
dari bahaya. Perikop yang dapat kita bagi menjadi 5 bagian kecil-
kecil, yakni: Ay. 2-4 berisi Pemazmur memuji Tuhan karena Tuhan

4 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


menolongnya, menyembuhkannya dari penyakit yang dimungkinkan
membawanya pada kematian. Ay. 5-6 ajakan pemazmur untuk
senantiasa memuji Tuhan karena keyakinan bahwa masih ada
harapan didalamNya, dan bahwa hanya sesaat saja Dia murka.
Ay. 7-8 kadang kala ketika mengalami hari-hari menyenangkan
kita meninggikan diri, lalu ketika Allah terasa “menyembunyikan
wajahNya” kita terkejut. Ay. 9-11 kesadaran diri dan seruan. Ay.
12-13 pemazmur bersyukur karena Allah telah mengubah dukacita
menjadi sukacita.
“Tuhan, jadilah penolongku” (ay. 10b), adalah sebuah kesadaran
diri dan seruan pemazmur kepada Tuhan. Kesadaran diri? Ayat 7
dalam kesenanganku, karena merasa aman dalam kemakmurannya
pemazmur beranggapan bahwa kekayaan dan keberhasilannya
menjadikan dirinya kuat sehingga tidak ada yang dapat menghan-
curkan kesenangannya. Kemudian Allah menaikkan tanganNya
yang melindungi serta mendatangkan kesusahan dan ketidak-
berdayaan yang serius dalam kehidupannya sehingga kemudian
dia menyadari kebutuhan akan berkat dan kehadiran Allah yang
terus menerus.

Galatia 6:(1-6), 7-16


“...kamu yang rohani, harus memimpin...” (ay. 1) memimpin,
kata yang dipakai dalam bahasa aslinya katartizo bermakna
memulihkan/membawa ke dalam kondisi yang tepat/menyem-
purnakan untuk tujuan penuh kegunaannya. Dalam ayat ini bermakna
bahwa seorang yang rohani harus memimpin yakni memulihkan
atau membawa kembali orang pada pertobatan yang benar dan
penyerahan sempurna pada Kristus dan ajaranNya. Kepemimpinan
itu meliputi tindakan disiplin yang dilaksanakan dengan lemah
lembut.
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah
kamu memenuhi hukum Kristus” (ay. 2). Pertanyaan dalam ayat

Kotbah Jangkep 2022 5


ini menunjukkan bagaimana seharusnya kehidupan orang kristen
berhubungan dengan sesamanya. Jikalau ayat ini dibandingkan
dengan ayat 12, dimana ada sebagian orang yang malah menonjolkan
dirinya atas sesama. Dalam ayat ini terlihat, ada sebagian warga
jemaat Galatia yang menonjolkan dirinya, tertutama atas hal-hal
yang lahiriah, antara lain sebagai orang bersunat yang seolah-olah
melakukan seluruh perintah Tuhan. Akan tetapi, rasul Paulus
menekankan akan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan
keberadaannya di hadapan Allah. Salah satu wujud tanggung jawab
itu adalah hidup yang senantiasa bertolong-tolongan. Setiap
orang percaya sudah dan senantiasa mendapatkan anugerah dari
Allah, dan setiap pemberian itu dipertanggungjawabkan (hukum
Kristus) dengan cara bertolong-tolongan. Setiap orang yang
melakukan kasih adalah melakukan hukum Kristus yang dilakukan
bukan dalam keterpaksaan melainkan karena memang mengasihi.

Lukas 10:1-11, 16-20


Perikop yang menjadi bacaan saat ini terdiri dua bagian yaitu
bagian yang pertama Tuhan Yesus mengutus tujuh puluh murid
dan bagian yang kedua kembalinya ketujuh puluh murid. Perutusan
para murid berdua-dua kesuatu tempat/ rumah/ kota adalah untuk
memberitakan injil Kerajaan Allah yaitu keadaan damai sejahtera
kepada semua manusia. Tanda-tanda Kerajaan Allah dinyatakan
dengan kebahagiaan oleh karena kesembuhan dari penyakit dan
pembebasan dari belenggu setan.
Bagian pertama ayat 1-11 (16), para murid diberi mandat oleh
Yesus Kristus untuk melakukan tugas misi. Mereka diutus berdua-
dua mengambarkan bagaimana para murid harus bekerjasama,
berhati-hati dan bersungguh-sungguh dalam melaksakan tugas
perutusan ini. Para murid juga diingatkan untuk mempunyai motivasi
yang benar dalam melakukan tugas perutusan ini. Bahkan motivasi
duniawi juga harus ditinggalkan yakni mengandalkan kelengkapan-

6 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kelengkapan lahiriah seperti dalam ayat “...Janganlah membawa
pundi-pundi atau bekal atau kasut,...”. Keteguhan iman dan keyakinan
akan Dia yang mengutus mutlak harus ada karena secara manusia
tugas ini berat seperti pada ayat 3 ”...Aku mengutus kamu seperti
anak domba ke tengah-tengah serigala..”. para murid juga diajarkan
untuk siap walaupun tugas perutusan ini memberitakan kabar
sukacita tapi nanti tetap ada yang menolak. Penolakan yang akan
diterima para murid pastilah membawa sakit hati dan kekecewaan
yang mendalam, oleh karenanya Yesus menguatkannya, dalam ayat
16 “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan
barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa
menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."
Bagian kedua ayat 17–20, para murid menyampaikan segala
sesuatu yang mereka alami, rasakan dan lihat selama menuntaskan
tugas perutusan dari Tuhan Yesus. Sukacita dan kebahagian ada
pada laporan tugas para murid. Mereka menceritakan bahwa dalam
Yesus ada kuasa untuk melakukan hal yang luar biasa, seperti ayat 17
“Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." Namun
para murid diingatkan untuk tidak bersukacita pada hal-hal itu saja
akan tetapi jauh dari itu yakni bahwa namanya tercatat dalam kitab
kehidupan.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Bertolong-tolongan menjadi salah satu wujud kesaksian yang
dapat dilihat secara nyata dilakukan umat dalam kehidupan sesehari
sebagai bukti dan ucapan syukur sebab Allah senantiasa menolong
kita. Seperti halnya yang dilakukan oleh hamba perempuan istri
Naaman, kendati dia berada di negeri pembuangan dia senantiasa
mengingat apa yang dibuat Allah melalui nabi Elisa, dan itu menjadi
kesaksian nyata.

Kotbah Jangkep 2022 7


Bertolong-tolongan juga dikehendaki oleh Kristus untuk
dilakukan oleh 70 muridNya. Dia mengutusnya berdua-dua bukan
tanpa maksud, namun dengan berdua-dua Tuhan mau agar para
murid belajar secara langsung bagaimana saling menolong dalam
suka-duka pelayanan mereka.
Tolong menolong menjadi hal yang penting sebagai wujud
kesaksian nyata kita terutama dimasa pandemi ini. Karena itu kita
dipanggil untuk melakukan sebagai wujud ungkapan terimakasih
kita kepada Tuhan.

8 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

BERTOLONG – TOLONGANLAH

Pada suatu hari, orang-orang berkumpul di sebuah lumbung


desa yang beberapa hari ini kelihatan tidak aman, amburadul
bahkan di pojok lumbung itu ada ceceran beras yang bersebaran
disudut-sudut karung beras. Orang-orang mulai memperhatikan
kemana arah ceceran beras itu. Ternyata di sudut lumbung orang-
orang menemukan sarang tikus yang didalamnya terdengar suara
cuit-cuit tikus. Lalu orang-orang mulai mengobrak-abrik sarang
tikus itu sampai kelihatannya sarang itu sudah kosong dan tikus-
tikusnya sudah keluar semua. Orang-orang masih berkumpul
disitu hingga mereka melihat ada 2 ekor tikus keluar dari sarang.
Orang mulai mengejar 2 tikus itu, namun kemudian terdiam
merasakan ada keanehan dengan 2 tikus itu. Satu tikus berlari
sementara tikus satunya menggigiti ekor si tikus yang berlari duluan.
Rupanya tikus yang menggigiti ekor temannya ini tikus buta yang
dituntun oleh temannya.
Ibu bapak dan saudara-saudara yang terkasih, belajar dari tikus
dan tikus buta dalam cerita di atas. Tikus yang tidak buta mau
menunggu hingga sepi, menunggu orang-orang yang mengejar
mereka pergi barulah dia keluar menuntun temannya yang buta
dengan cara rela digigiti ekornya. Apa motivasi si tikus ini? Hanya
ingin menyelamatkan kawannya, hanya ingin menolong sesamanya.
Minggu ini kita belajar tentang TOLONG MENOLONG dari
bagian-bagian sabda yang kita baca.
Ibu, bapak dan saudara-saudariku yang terkasih, sumber
pertolongan kita adalah dari Allah. Dia yang empunya pertolongan
yang sejati. Malah meski sering lupa untuk mengingat bahwa kita
tak pernah dapat melakukan apapun tanpa Allah, Allah masih tetap
mengingat dan menolong kita. Seperti yang kita baca dalam bagian

Kotbah Jangkep 2022 9


kitab Mazmur. Seringkali ketika kita dapat melakukan suatu hal
kecil, kita mulai sombong “aku tak akan goyah untuk selama-
lamanya”, namun ketika dirasa Tuhan jauh, seperti firman: “... ketika
Engkau menyembunyikan wajah-Mu,...” kita terkejut. Pemazmur
mengingatkan kita bahwa kita membutuhkan Dia, dan hanya Dia
yang memuliki kuasa dan pertolongan yang sempurna.
Apa yang dirasakan oleh Pemazmur juga tenyata dirasakan
oleh bocah perempuan hamba istri Naaman. Ketika melihat nyonya-
nya sakit dan mengingat bahwa Allah yang dikenalnya sejak dia
kecil di tanah Israel itu Allah yang memiliki kuasa. Allah yang mau
memakai hambaNya, yakni Nabi Elisa. Allah yang mau melakukan
banyak perkara lewat hambaNya ini, Allah yang sangat dipercaya
oleh hamba perempuan istri Naaman. Sehingga kemudian dia
berkata: “kalau saja Tuanku mau menemui nabi yang ada di Samaria
itu, tentulah dia membuat tuanku sembuh.” Kita dapat membaca
dalam bacaan kita hari ini, bahwa apa yang diyakini oleh annak
perempuan hamba istri Naaman itu benar terjadi. Allah melalui
Nabi Elisa memberikan pertolonganNya kepada Panglima Naaman.
Dan apabila kita memperhatikan, anak perempuan ini, meskipun
hanya seorang hamba sudah menyatakan pertolongannya dengan
caranya yakni memberikan informasi tentang Nabi Elisa.
Hamba perempuan istri Naaman ini sudah menyatakan
kesaksiannya kepada bangsa lain. Tugas ini juga diberikan oleh
Tuhan Yesus kepada para muriidNya. Ada 70 murid yang diutusnya
mewartakan kabar sukacita. Diutus berdua-dia artinya bahwa
mereka diutus tidak sendirian, ditus berdua-dua supaya diantara
mereka sendiri juga belajar tolong-menolong. Agar nantinya jika
ada satu yang jatuh, yang lain dapat memberikan pertolongan
membangunkannya kembali. Jika satu patah harapan dan hendak
menyerah, yang satunya menguatkan. Kalau yang satu sakit, yang
lain menjaga , dan lain sebagainya. Mengapa demikian? Karena
Yesus tahu bahwa para utusan ini akan menghadapi banyak masalah

10 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


dalam tugasnya bersaksi. Mereka akan dutolak, dianiaya, dll.
Pastinya ketika mereka mengalami hal-hal itu hati mereka akan
merasakan sakit, kecewa, dll. Karena itulah Tuhan Yesus mengutus
mereka pergi berdua-dua.
Ada dalam bagian sabda hai ini yang, para murid yang diutus
bersaksi berdua-dua itu, mengeluarkan buah lain selain tolong
menolong, yakni sukacita. “kemudian ketujuhpuluh murid itu kembali
dengan gembira” para murid tuntas menyelesaikan tugas dan
kembali dengan bersukacita.
Saudara-saudaraaku yang terkasih, hidup saling tolong menolong
ini sejatinya adalah wujud kita melaksanakan perintah Tuhan.
Bacaan surat kiriman Rasul Paulus pada jemaat Galatia mengingatkan
jemaat bahwa ketika itu ada orang yang dapat melakukan hukum
taurat namun merasa bisa khususnya merasa bisa melaksanakan
perintah jasmaniah, contohnya: sunat. Orang merasa kuat dan
tidak mau menolong orang lain, yang penting aku bisa. Masalah ini
diingatkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat, bahwa suka menolong
adalah wujud kita melakukan perintah Tuhan.
Saudara-saudariku yang terkasih, tahun-tahun ini dunia sedang
menghadapi pandemi karena penyakit corona. Sudah banyak orang
yang meninggal karena wabah ini. Namun juga masih ada orang
yang tidak percaya akan wabah ini. Seseorang di sebuah desa malah
tidak mau memakai masker, dalihnya: tiap hari aku kena sinar
matahari disawah, di ladang, nggak bakalan kena covid-19. Akan
tetapi ketika suatu hari orang tersebut sakit, kemudian di tes
ternyata positif, bahkan dia harus masuk isolasi di Rumah Sakit,
barulah dia percaya bahwa memang covid-19 itu nyata, katanya:
ternyata corona ini memang ada.
Namun selain orang yang takpercaya bahwa corona itu ada,
ada salah satu jemaat yang diperkenankan Tuhan turut merasakan
positif covid-19 lalu sembuh, memberikan kesaksiannya: ketika itu
aku sungguh-sungguh merasakan badanku sakit semua. Lidahku

Kotbah Jangkep 2022 11


mati rasa, hidungku takbisa mencium bau, mata dan nafasku panas,
sekujur tubuhku linu, lemah lunglai dan batuk. Aku sendirian ketika
itu. Hanya bisa mengirimkan pesan via whatshap pada salah satu
teman: “bangunkan aku nanti kalau sampai sore HP ku offline ya?”
dan sore harinya aku dibangunkannya. Beruntung aku masih bisa
bangun sore itu. Pagi berikutnya dan berikutnya lagi hingga 14 hari
aku sama sekali nggak keluar rumah, namun Tuhan memeliharaku.
”burung gagak-Nya” diutus setiap hari memberiku makan. Iya tiap
hari selalu ada saudara-saudari jemaat Tuhan yang mengirimkan
makanan, digantungkannya di gagang pintu sambil memanggilku:
“bu, jangan lupa sarapan ya?” aku memang sendirian, sakit, namun
sebenarnya aku tidak pernah sendirian. Tuhan memelihara aku
melalui tangan-tangan saudara-saudariku jemaat Tuhan. Aku
berruntung. Sekarang aku sudah sembuh, sepatutnya aku juga menjadi
berkat bagi sesamaku, mau menolong mereka yang membutuhkan.
Mungkin ada banyak orang seperti ibu dalam kisah diatas.
Kita barangkali seperti juga panglima Naaman sedang sakit dan
membutuhkan pertolongan. Tidak hanya raga kita, mungkin hati
kita juga butuh pertolongan, hati yang sombong / angkuh butuh
pertolongan untuk menjadi rendah hati. Ketika kita merasakan
hati atau badan kita sakit, mari dengan rendah hati kita datang
mohon pertolongan kepadaNya, kemudian setelah kita mendapatkan
pertolongan Tuhan melalui siapapun, mari kita mengungkapkan
sukacita kita karena kita sudah ditolong Tuhan itu dengan mau
menolong orang lain yang juga membutuhkan pertolongan kita.
Mari kita saling tolong menolong dalam beban kita sebagai wujud
kesaksian kita bahwa kita ini anak-anak Allah. Allah memberkati
kita, memberi pertolongan dan kekuatan kepada kita supaya kita
juga dimampukanNya memberikan pertolongan kepada sesama
kita. Amin

12 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

TULUNG – TINULUNGANA

Ing setunggaling dinten tiyang-tiyang sami nglempak wonten


ing lumbung desa ingkang pinten-pinten dinten punika ketingal
mboten aman, mboten rapi malah ing pojokan lumbung punika
wonten ceceran uwos ingkang sumebar saking pojok-pojokanipun
karung uwos. Tiyang-tiyang wiwit sami niteni, dhateng pundi
purugipun ceceran uwos punika. Jebul wonten ing pojokan lumbung,
tiyang-tiyang manggihi leng tikus, ingkang ing lebetipun kepireng
swanten cuit-cuitipun tikus-tikus. Tiyang-tiyang lajeng sami ngobrak-
abrik leng punika ngantos kawawas sampun sedaya tikus medal
saking leng. Tiyang-tiyang taksih nglempak ing mriku ngantos nalika
tikus kalih medal saking leng. Tiyang-tiyang wiwit ngobrak nanging
wonten ingkang aneh. 1 tikus kok malah nggenipun mlajeng kaliyan
nyakoti buntutipun kancanipun? Tiyang-tiyang njinggleng ngawasi,
jebul tikus ingkang nyakoti buntutipun kancanipun punika tikus wuta.
Ibu-bapak lan para sedherek kinasih. Sinau saking tikus lan
tikus wuta ing cariyos nginggil. Tikus ingkang mboten wuta, purun
nengga sepi, nengga tiyang ingkang ngobrak-abrik lengipun punika
kesah lajeng purun nuntun kanca tikus ingkang wuta (kanthi dipun
cokoti buntutipun), punika punapa ta ingkang dados panyurungipun?
Namung kepingin nylametaken kancanipun. Namung kepingin suka
pitulungan.
Minggu punika kita sinau bab TULUNG-TINULUNGANA saking
perangan-peranganing sabda ingkang sampun kita waos kala wau.
Ibu-bapak lan para sedherek kinasih, Etuking pitulungan kita
punika sejatosipun namung saking Gusti Allah. Panjenenganipun
ingkang kagungan pitulungan sejatos. Malah senajan kita asring
kesupen ngenget-enget bilih kita punika mboten saged nindakaken
punapa-punapa tanpa Gusti, Gusti taksih tetep ngengeti lan

Kotbah Jangkep 2022 13


mitulungi kita. Kados ingkang kita waos saking peranganing Mazmur.
Asring nalika kita saged ngrampungaken setunggaling prekawis
alit kemawon, lajeng wiwit gumunggung “aku ora bakal gloyoran
salawase” nanging nalika karaos Gusti nebih, kados pangandika
“... nanging sareng Paduka nutupi wedana Paduka...” kita lajeng
kaget. Juru Mazmur ngengetaken kita bilih kita mbetahaken
Panjenenganipun lan namung Panjenenganipun ingkang kagungan
panguwaos lan pitulungan ingkang sampurna.
Ingkang karaosaken dening juru Mazmur nyatanipun ugi
karaosaken dening lare estri abdinipun semahipun Naaman. Nalika
ningali bendaranipun gerah lan ngengeti bilih Allah ingkang dipun-
tepangi wiwit alit nalika taksih wonten ing tanah Israel punika
Allah ingkang kagungan panguwaos. Allah ingkang kersa ngagem
abdinipun, inggih punika Nabi Elisa. Allah ingkang sanyata kersa
nindakakekn kathah prekawis lumantar abdinipun punika, dipun
pitadosi kanthi saestu dening abdinipun semahipun Naaman. Pramila
lajeng sanjang: “menawi bendara kula kersa manggihi nabi ingkang
wonten ing Samaria punika temtu damel birating gerahipun”.
Kacariyos bilih menapa ingkang dipun pitadosi dening abdi punika
saestu. Allah lumantar Nabi Elisa paring pitulungan dhateng
senapati Naaman. Lan menawi kita niteni, lare estri punika, senajan
namung abdi kemawon ugi sampun mratelakaken pitulungan
kanthi anggenipun ngaturi pamawas.
Abdi estrinipun Naaman punika sanyatanipun sampun
nindakaken tugas paseksi dhateng bangsa sanes. Tugas ingkang
ugi kaparingaken dening Gusti Yesus dhateng para muridipun.
Wonten 70 tiyang ingkang kautus dening Gusti Yesus martosaken
kabar kabingahan. Kautus kalih-kalih tegesipun kautus mboten
piyambakan, kautus supados ing antawisipun para utusan ugi
sinau tulung-tinilung. Supados mangke menawi wonten setunggal
ingkang dhawah, sanesipun saged paring pitulungan, njenjegaken
malih. Menawi setunggalipun semplah, sanesipun saged ngiyataken.

14 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Menawi wonten setunggal ingkang sakit, sanesipun ingkang ngopeni,
lan sakpiturutipun. Kenging punapa? Awit Gusti pirsa para sekabat
punika badhe manggihi kathah prekawis salebeting nindakaken
paseksinipun. Dipun tolak, dipun aniyaya, lan sapiturutipun.
Mesthinipun menawi prekawis punika kelampahan manahipun
para utusan ngraosaken sakit, kuciwa lan sapiturutipun. Pramila
punika Gusti anggenipun ngutus mboten piyambakan nanging kalih-
kalih.
Wonten ing peranganing sabda dinten punika, para sekabat
ingkang kautus kalih-kalih sami ngedalaken woh sanesipun kejawi
anggenipun sinau tulung-tinulung, inggih punika kabingahan.
“kacarita sakabat pitung puluh mau padha bali kanthi bungah.”
Para murid tuntas ngrampungaken tugas lan wangsul kanthi bingah.
Para sedherek, gesang salebeting tulung tinulung punika
sejatosipun wujud anggen kita nindakaken dhawuhipun Gusti.
Waosaning serat kintunanipun Rasul Paul dhateng pasamuwan
Galatia ngengetaken pasamuwan bilih nalika semanten wonten tyang
ingkang saged nindakaken angger-anggering Toret nanging mboten
remen suka pitulungan dhateng tiyang sanes. Saged nindakaken
Toret nanging lajeng rumangsa bisa mirungganipun bab tata
kajasmanen, contonipun: tetak. Rumaos kiyat lan mboten purun
mitulungi tiyang sanes, sing penting aku bisa. Prekawis punika
dipun engetaken dening rasul Paul dhateng pasamuwan, bilih
remen suka pitulungan, remen tetulung punika wujud anggen kita
nindakaken dhawuhipun Gusti.
Para sedherek kinasih taun-taun punika donya saweg sami
ngraosaken pageblug covid-19. Sampun kathah ingkang sami nemahi
pejah awit pageblug punika. Nanging ugi taksih kathah tiyang
ingkang mboten pitados wontenipun pageblug. Ing salah setungaling
padhusunan malah wonten ingkang mboten migunakaken masker,
sanjangipun: aku saben dina panasan neng tegalan, ora bakalan
kena covid-19. Nanging nalika setunggaling dinten salah setunggaling
tiyang ingkang suwau mboten pitados wontenipun covid-19

Kotbah Jangkep 2022 15


punika sami ngalami sakit, lajeng dipun tes jebul positif, malah
lajeng mlebet isolasi ing griya sakit, nembe sami ngraosaken lajeng
sanjang: jebul covid-19 ki pancen ana.
Para sedherek kinasih, salah setungaling pasamuwan ingkang
kepareng ngalami sesakit punika mratelakaken paseksinipun: nalika
iku aku ngrasakake awakku lara kabeh. Ilatku ora isa ngrasakake
asin, legi lan sapiturute, irungku ora bisa ngambu, mripat lan
ambeganku krasa panas, linu kabeh saawak, lemes ora duwe daya
lan watuk. Aku dhewekan nalika iku. Mung bisa pesen nganggo WA
karo salah sijining kanca: “gugahen aku yen nganti sore HP ku ora
aktif ya?” Tenan sore digugah. Aku begja isih bisa tangi. Sesuk lan
sesuke nganti 14 dina, aku ora metu seka omah. Nanging Gusti
ngopeni aku. “gagak-E Gusti” diutus saben dina nggawa berkah.
Saben isuk mesthi ana sedulur pasamuwan sing nyanthelke sarapan
neng lawang karo celuk-celuk, “sarapan riyin bu.” Aku pancen
dhewekan, lara, tapi sejatine aku ora dhewekan. Gustiku ngrimati
aku lumantar sedulur pasamuwan. Aku begja. Saiki aku mari, kudune
aku uga bisa dadi berkah, gelem mitulungi wong liya sing butuh
pitulungan.
Mbokmenawi kathah tiyang kados ibu ing nginggil. Kula lan
panjenengan kadosdene panglima Naaman ingkang sakit lan
mbetahaken pitulungan. Mboten namung raga kita, mbokmenawi
manah kita mbetahaken pitulungan, manah ingkang gumunggung
mbetahaken pitulungan supados andhap asor. Nalika ngraosaken
bilih raga utawi manah kita sakit, mangga sami nglenggana sowan
dhateng Gusti nyuwun pitulungan. Tuwin sasampunipun kita
pikantuk pitulungan saking Gusti, lumantar sinten kemawon, mangga
kita sami mratelakaken kabingahan lan panuwun kita kanthi purun
mitulungi tiyang sanes ingkang mbetahaken pitulungan. Mangga
sami Tulung tinulung ing bot-repot kita, minangka wujud paseksi
kita bilih kita punika para putranipun Gusti. Gusti paring berkah
dhateng kita, paring pitulungan, lan paring kekiyatan dhateng
kita supados saged asung pitulungan dhateng sesami. Amin.

16 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 10 Juli 2022
Minggu Biasa X Minggu ke-4 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Tetaplah Berbuat Kasih

TUJUAN:
1. Jemaat memiliki tekad untuk selalu berbuat kasih kepada sesama
tanpa batas
2. Jemaat memiliki pemahaman dan tekad untuk selalu mengasihi dalam
segala situasi dan kondisi

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Amos 7:7-17
Tanggapan : Mazmur 82
Bacaan II : Kolose 1:1-14
Bacaan Injil : Lukas 10:25-37

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Yesaya 55:6-7
Petunjuk Hidup Baru : Lukas 6:35-36
Persembahan : Matius 5:23-24

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 389:1-4
Nyanyian Penyesalan : KJ 39:1, 3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 357:1, 2, 4
Nyanyian Persembahan : KJ 433:1-3
Nyanyian Pengutusan : KJ 434:2, 4

Bahasa Jawa
Nyanyian Pujian : KPJ 2:1, 3
Nyanyian Penyesalan : KPJ 63:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KPJ 450:1, 3
Nyanyian Persembahan : KPJ 154:1, 2
Nyanyian Pengutusan : KPJ 266:1-3

Pdt. Damar Kinandi Putra, S.Si (GKJ Kroya)

Kotbah Jangkep 2022 17


DASAR PEMIKIRAN
Situasi dan keadaan yang kita alami terkadang menjadi
penentu sebuah tindakan baik. Jika keadaan kita berkecukupan
atau malah berlebih, begitu mudah untuk memberi kepada sesama.
Hubungan yang baik dengan orang lain pun bisa mempengaruhi
kuantitas serta kualitas perbuatan baik kita. Lalu bagaimana jika
situasi dan kondisinya terbalik? Kondisi kita sedang terpuruk, lemah
tak berdaya? Hubungan kita dengan orang lain sedang rusak dan
kita sering disakiti? Apakah cinta kasih itu masih dapat kita berikan?
Benar jika dikatakan bahwa inti dasar Kekristenan adalah cinta
kasih. Namun cinta kasih itu sebenarnya tidak dipengaruhi oleh
kondisi serta keadaan yang mengitari kita. Semestinya cinta kasih itu
tetap terpancar dalam hidup kita, meski di tengah ketidakberdayaan
dan ketertindasan sekalipun. Seperti Tuhan Yesus yang menderita
sengsara dan mati di kayu salib karena kasihNya kepada manusia.

KETERANGAN BACAAN
Amos 7:7-14
Amos adalah seorang peternak domba dari Tekoa, sebuah desa
yang terletak di pinggiran Yehuda. Meski tinggal di wilayah Yehuda
(Kerajaan Selatan) namun Amos lebih banyak berbicara kepada
orang-orang Israel di Kerajaan Utara. Secara politik dan ekonomi,
Kerajaan Israel Utara di bawah pemerintahan Raja Yerobeam II
sebenarnya mengalami kejayaan dan kemakmuran. Namun keadaan
yang baik ini tidak sebanding dengan spiritualitas dan moralitas
yang dimiliki masyarakat Israel. Kesejahteraan ekonomi hanya
dimiliki para penguasa dan segelintir orang saja. Rakyat miskin
selalu menjadi sasaran ketidakadilan dan penindasan oleh para
penguasa. Hidup keagamaan tidak lagi berpusat kepada Yahweh,
sebab banyak kuil-kuil yang dibangun untuk menyembah dewa-
dewa. Kebobrokan mulai tumbuh subur di tengah bangsa Israel.
Praktek kejahatan dan kemunafikan juga diperlihatkan oleh kaum

18 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


agamawan (para Imam) yang semestinya berbicara lantang
tentang keadilan dan hidup yang benar di hadapan Allah. Kondisi
inilah yang menggerakkan nabi Amos untuk memberikan kritikan
dan peringatan kepada bangsa Israel. Ia terpanggil untuk
menyuarakan keadilan dan pertobatan yang sejati kepada Allah.
Ketika harus berhadapan dengan penguasa dan para pemimpin
agama sekalipun, Amos tidak gentar sebab segala perkataan dan
tindakannya adalah perintah dari Allah sendiri. Kritik dan peringatan
Amos bukan sebagai bentuk kebencian, melainkan cinta kasihnya
kepada bangsa Israel. Semua ia kerjakan agar bangsa Israel kembali
kepada Tuhan serta hidup dalam jalan kebenaran dan keadilan.

Mazmur 82
Nama Asaf tidaklah sepopuler nama Daud dan Salomo yang
sering dianggap sebagai penulis kitab Mazmur. Padahal dalam
beberapa kitab Mazmur, nama Asaf tercantum sebagai penulisnya.
Mazmur 50 dan Mazmur 73-83 merupakan tulisan dari Asaf. Asaf
adalah seorang ahli musik yang ditunjuk oleh Daud untuk menjadi
pimpinan pemusik di Istana Daud (1 Tawarikh 16:4-5). Karakteristik
Mazmur Asaf memperlihatkan ungkapan jujur akan perasaan hati
di mana syairnya dekat dengan pergulatan hidup sehari-hari.
Bahasa yang dipakainya pun bersifat metafora (kiasan), sama seperti
yang tertulis dalam Mazmur 82 ini. Ia menggambarkan Allah sedang
berdiri dalam sidang ilahi di antara para allah. Kata ‘para allah’
dalam Mazmur ini menunjuk pada para pemimpin atau raja-raja
dunia. Konteks saat itu raja juga dianggap sebaga ‘allah’ atau ‘titisan
allah’ oleh manusia. Di tangan para penguasa inilah bergantung
nasib hidup orang banyak. Karena itu, mereka diperintahkan oleh
Allah sebagai Sang Hakim/Penguasa Tertinggi untuk berlaku adil
kepada yang lemah, memiliki bela rasa kepada orang yang sengsara
serta membela pihak yang lemah dan miskin ketika berperkara
dengan orang fasik. Mazmur ini hendak menunjukkan sifat Allah

Kotbah Jangkep 2022 19


yang selalu berpihak kepada manusia yang lemah dan tertindas.
Ia juga bersikap adil dalam setiap perkara. Sifat dan karakter
seperti inilah yang Tuhan kehendaki agar juga dimiliki oleh para
penguasa dalam mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan.

Kolose 1:1-14
Jemaat Kolose bukanlah buah pekerjaan Rasul Paulus secara
langsung sebab ia sendiri belum pernah mengunjungi Kolose.
Kemungkinan besar jemaat Kolose berdiri karena pekabaran Injil
yang dilakukan oleh Epafras yang memberi informasi kepada Paulus
tentang keadaan jemaat Kolose. Melalui informasi Epafras inilah,
Rasul Paulus memberi perhatian khusus kepada jemaat Kolose.
Melalui suratnya, Paulus memuji jemaat Kolose atas ketekunan
dan keteguhan iman mereka terutama dalam menghadapi berbagai
ajaran sesat. Paulus bersyukur atas tiga hal yang terjadi dalam
jemaat Kolose (ay. 3-5). Pertama, iman kepada Kristus yang mengacu
pada peristiwa masa lalu di mana jemaat Kolose menjadi percaya.
Kedua, kasih kepada saudara seiman yang menunjukkan buah
iman yang terjadi di masa kini. Ketiga, pengharapan akan masa
depan yang menuju kepada Kristus sendiri. Ketiga hal inilah yang
bertumbuh di tengah jemaat Kolose. Meski di mata Paulus, jemaat
Kolose sangatlah baik, namun ia tetap meminta agar mereka
memelihara iman, kasih dan pengharapan yang sudah tumbuh.
Paulus dan rekan-rekan pelayanannya selalu berdoa bagi jemaat
Kolose agar memiliki ketekunan dan kesabaran dalam menanggung
segala sesuatu.

Lukas 10:25-37
Cinta kasih itu melampaui batas-batas kehidupan manusia.
Begitulah Yesus memberi pengajaran lewat perumpamaan orang
Samaria yang murah hati. Yesus membongkar pikiran sempit
seorang ahli Taurat yang sepertinya memiliki kriterita tertentu

20 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


terkait dengan siapa sesama manusia itu. Perumpamaan yang
Yesus ajarkan tentu sangat mengejutkan. Dalam perumpamaan
itu, Ia memakai tokoh-tokoh penting dalam sistem keagaaman
Yahudi, yaitu Imam dan orang Lewi serta orang Samaria yang
memiliki sejarah permusuhan dengan bangsa Yahudi. Bangsa
Samaria dianggap sebagai bangsa yang tidak mengenal Tuhan
dan tidak lagi memiliki kemurnian darah keturuhan Yahudi.
Menariknya justru Yesus memakai orang Samaria sebagai sosok
yang memiliki belas kasih kepada orang yang terluka parah karena
dirampok. Sebaliknya seorang Imam dan seorang Lewi yang
identik dengan tokoh agama, digambarkan sebagai sosok yang tidak
memiliki belas kasihan. Lewat perumpamaan ini, Yesus hendak
menjelaskan bahwa tidak ada batasan untuk mendefinisikan siapa
sesama kita. Identitas (suku, agama, dsb) yang berbeda maupun
kondisi social (miskin-kaya, tuan-hamba, teman-musuh) bukanlah
dasar dalam memandang tentang sesama. Cinta kasih menjadi
sempit dan dangkal jika kriteria sesama itu disertakan. Sebaliknya,
cinta kasih akan menjadi besar dan luas jika tidak memandang
‘muka’ seperti yang diperlihatkan oleh orang Samaria yang dengan
totalitas merawat serta memulihkan orang yang terluka.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Ajaran cinta kasih begitu melekat dalam kehidupan kekristenan.
Namun pemahaman dan penerapan cinta kasih sering mengalami
tantangan. Tantangan itu salah satunya muncul dari cara pandang
tentang objek cinta kasih (siapa sesama kita) serta kondisi diri yang
tidak jarang menghambat tindakan kasih. Sabda Tuhan memberi
inspirasi kepada setiap orang percaya bahwa cinta kasih itu tidak
terbatas. Cinta kasih juga mampu menumbuhkan keberanian
sehingga dapat melampaui batasan-batasan diri. Tetap mengasihi
di tengah keterbatasan serta mengasihi sampai terluka.

Kotbah Jangkep 2022 21


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

TETAPLAH BERBUAT KASIH

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Ada sebuah kisah tentang seorang ibu yang hidup di tengah
kemiskinan bersama anaknya yang masih kecil. Si ibu bekerja
serabutan dengan penghasilan yang sangat kecil, yang hanya
cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan sekolah
anaknya. Suatu ketika simpanan beras untuk dimasak sudah
menipis dan hanya cukup dimakan sampai 2 hari saja. Akhirnya
si ibu berusaha menghemat beras agar bisa dipakai lebih lama
lagi. Ia memasak dan menyiapkan makanan di meja supaya sepulang
sekolah anaknya bisa makan. Saat anaknya pulang sekolah,
disuruhnyalah ia untuk makan. Si anak pun melihat nasi dan sayur
yang hanya ada sedikit di meja. Ia berkata kepada ibunya, “Bu,
nasinya tinggal sedikit, mari kita makan bersama-sama.” Mendengar
ajakan itu, si ibu mengangkat sebuah piring dan dengan posisi
membelakangi anaknya ia berkata, “Makanan itu kamu habiskan
semua saja, ini ibu sudah ambil.” Kemudian anak itu pun
menghabiskan makanan yang ada di meja, dari belakang, si anak
melihat ibunya juga sedang makan. Namun anak ini tidak mengetahui
bahwa piring yang dipakai ibunya itu kosong. Si ibu hanya berpura-
pura sedang makan supaya anaknya tidak kelaparan. Ia berusaha
menyembunyikan masalah beras yang sudah menipis. Hal ini
dilakukannya supaya anaknya tidak merasa terbeban dan bisa
lebih konsentrasi dengan belajarnya. Si ibu tetap berjuang demi
anaknya walaupun harus mengorbankan diri. Kondisi yang penuh
keterbatasan tidak menghalangi kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya.

22 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Saudara-saudara,
Mengasihi adalah tindakan yang bersifat aktif dan selalu dinamis.
Kasih itu tidak pernah berhenti pada tataran perasaan dan
pemikiran belaka sebab ia harus diwujud nyatakan lewat perbuatan
yang bisa dirasakan orang lain. Dalam perwujudannya, cinta kasih
bisa diterjemahkan dengan cara yang beragam. Cinta kasih bisa
diwujudkan dengan cara yang membuat orang lain senang dan
nyaman. Misalnya, saja bersedekah. Namun sebaliknya, cinta kasih
juga bisa diberikan dengan cara yang justru membuat orang
tersinggung dan tidak suka dengan tindakannya. Teguran dan
nasehat kepada seseorang yang melakukan kesalahan bisa menjadi
contoh akan hal ini. Demikian pula cara Allah dalam mengasihi
bangsa Israel. Ia bisa memakai ‘tongkat’ untuk memukul kawanan
domba Israel yang hidupnya sudah melenceng dari jalan Tuhan.
Amos adalah salah satu nabi yang diutus Allah untuk memberi
kritik serta peringatan kepada bangsa Israel. Ia juga bernubuat
akan penghukuman Allah yang dijatuhkan kepada bangsa ini.
Menariknya, Amos adalah nabi yang berasal dari Yehuda yang
justru diutus Allah untuk berkarya di negeri Israel. Perbedaan
wilayah inilah yang dijadikan dasar pertentangan oleh Amazia,
seorang imam dari Betel, untuk menolak pemberitaan Amos (Amos
7:12). Meski sebenarnya penolakan itu disebabkan karena kritik
Amos yang sangat keras atas praktek-praktek kejahatan dan
kemunafikan yang dilakukan oleh bangsa Israel terutama para
penguasa. Selain itu, nubuat Amos tentang kehancuran Israel dan
kematian raja Yerobeam tentu saja menambah kegeraman imam
Amazia.
Melalui kisah ini, kita dapat merenungkan bahwa kasih Allah
yang diwujudkan melalui pemberitaan nabi Amos telah ditolak oleh
bangsa Israel. Kritik dan nubuatan dilihat sebagai potensi yang
mengusik kenyamanan dan kemapanan para penguasa serta para
imam yang telah bertindak jahat. Cara Allah dalam bertindak untuk

Kotbah Jangkep 2022 23


menunjukkan cinta kasihNya terkadang tidak bisa disambut
dengan sukacita. Meski demikian, Allah tetap mengasihi umatNya.
Semua tindakan Allah ini bertujuan agar kehidupan umat menjadi
pulih, dimana keadilan dan kedamaian dapatlah terselenggara.

Saudaraku,
Kritik Amos kepada para penguasa Israel hendak menunjukkan
bahwa orang-orang yang berkuasa itu memiliki potensi besar
untuk mengadakan perbaikan dan pembaharuan kehidupan. Para
penguasa menjadi ‘kunci utama’ dalam mewujudkan keadilan
dan kedamaian. Persoalan ini juga diserukan oleh Asaf, seorang
pemusik di era Raja Daud dan juga penulis kitab Mazmur. Di dalam
Mazmur 82, Asaf menggambarkan Allah sedang berdiri dalam
sidang ilahi di antara para allah. Kata ‘para allah’ dalam Mazmur
ini menunjuk pada para pemimpin atau raja-raja dunia. Konteks
saat itu raja juga dianggap sebaga ‘allah’ atau ‘titisan allah’ oleh
manusia. Di tangan para penguasa inilah bergantung nasib hidup
orang banyak. Karena itu, mereka diperintahkan oleh Allah sebagai
Sang Hakim/Penguasa Tertinggi untuk berlaku adil kepada yang
lemah, memiliki bela rasa kepada orang yang sengsara serta
membela pihak yang lemah dan miskin ketika berperkara dengan
orang fasik. Pemimpin yang baik dan selalu bertindak mengasihi
tentunya akan menghadirkan kebaikan dan kesejahteraan bagi
rakyatnya. Selain itu, cinta kasihnya juga bisa menjadi teladan bagi
masyarakat.

Bapak, ibu saudara yang dikasihi Tuhan,


Seperti halnya Amos yang mengalami penolakan atas niat
baiknya, tetapi tidak merasa kecil hati untuk tetap berbuat baik.
Begitulah semestinya kita menunjukkan kebaikan kepada sesama.
Tuhan Yesus memberi pengajaran yang sangat menarik melalui kisah
orang Samaria yang murah hati. Dalam kisah ini, kita menemukan

24 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


bahwa cinta kasih itu mampu melampaui batasan hidup. Seperti
tindakan yang ditunjukkan oleh orang Samaria kepada orang yang
terluka di pinggir jalan. Meskipun bangsa Samaria dipandang sebagai
bangsa yang tidak mengenal Tuhan (kafir) oleh orang-orang
Yahudi. Namun predikat negatif ini bukan menjadi dasar penghalang
kebaikan. Kebaikan tidak hanya diberikan kepada mereka yang
sama berdasarkan cara pandang kita. Bahkan mereka yang berbeda
dengan kita atau malah karena berbeda itu hingga mendapat
predikat sebagai ‘musuh’. Bukankah Yesus sendiri juga memberi
perintah “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang
membenci kamu.” (Matius 5:44). Pada titik ini kita memahami bahwa
cinta kasih itu bersifat universal, tidak mengenal batas apapun.
Kebaikan dan kemurahan hati diberikan kepada setiap orang, meski
kita tidak mengenal mereka sekalipun. Lewat perumpamaan ini,
Yesus hendak menjelaskan bahwa tidak ada batasan untuk
mendefinisikan siapa sesama kita. Identitas (suku, agama, dsb)
maupun kondisi social (miskin-kaya, tuan-hamba, teman-musuh)
yang berbeda, bukanlah dasar dalam memandang tentang sesama.
Cinta kasih menjadi sempit dan dangkal jika kriteria sesama itu
disertakan. Sebaliknya, cinta kasih akan menjadi besar dan luas
jika tidak memandang ‘muka’. Seperti halnya orang Samaria yang
tetap berbuat kasih kepada orang yang sekalipun tidak dikenalnya
padahal ia juga dianggap ‘kafir’.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,


Cinta kasih yang terwujud melalui kebaikan dan kemurahan
hati bukan sekedar ajaran yang selalu menarik untuk dibahas,
melainkan perlu tindakan nyata. Setiap kita terpanggil untuk selalu
berbuat baik dalam situasi dan kondisi apapun serta kepada
siapapun. Kerjakanlah selalu kebaikan-kebaikan kepada sesama
dan rawatlah setiap kebaikan yang sudah kita bangun. Tuhan menolong
kita semua. Amin.

Kotbah Jangkep 2022 25


KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

TANSAH NGUPADI KATRESNAN

Pasamuwan kinasih wonten ing Sang Kristus,


Kacariyos wonten satunggaling ibu kaliyan putra ingkang
gesang ing kesrakatan. Sang Ibu panyambut damelipun srabutan.
Kasilipun namung cekap kanggé kabetahan nedha sadinten-dinten
saha kabetahan sekolah putranipun. Kepara malah asring kirang.
Satunggaling dinten sang ibu mirsani bilih uwos kantun sakedhik
lan namung cekap kanggé 2 dinten kemawon. Ibu ménggalih supados
saged ngirit lan uwosipun saged kaginakaken kanggé wekdal ingkang
langkung lami. Piyambakipun lajeng masak kanggé putranipun.
Nalika putranipun wangsul sekolah, ibu dhawuhi putranipun
supados énggal nedha. Kang putra ningali sekul lan sayur ing méja
namung sekedhik. Piyambakipun lajeng matur, “Bu, sekulipun
kantun sekedhik. Monggo dhahar sareng-sareng.” Mireng putranipun
matur kados mekaten, si Ibu ngangkat piring kanthi posisi nyingkur
lan ngendika, “Wis kuwi segané entèkna baé. Iki ibu wis jupuk” Sang
Putra lajeng nelasaken sekul lan sayur ing méja. Saking wingking
piyambakipun ningali sang ibu ugi nembé dhahar. Awit posisi
nyingkur sang putra mboten mangertos bilih piringipun ibu kosong.
Sang ibu namung èthok-èthok dhahar supados putranipun mboten
kekirangan. Sang ibu nyimpen prekawis menika supados putranipun
mboten tumut ménggalih lan saged temen anggènipun sinau. Ibu
menika tansah ngupadi kanggé putranipun ngantos ngurbanaken
dhiri. Kahanan ingkang winates sejatosipun mboten dados pepalang
ibu nglairaken katresnanipun dhumateng putranipun.

Para sadhèrèk ingkang kinasih,


Katresnan mboten namung mandheg ing bab roso lan panemu,
awit kedah wonten cak-cakanipun ingkang saged katampi déning
sesami. Ing lelampahanipun, katresnan saged kawujudaken kanthi

26 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


cara ingkang manéka warni. Katresnan saged katindakaken kanthi
cara ingkang damel sesami bingah. Contonipun dedana dhateng
tiyang kang kesrakat. Kosokwangsulipun, katresnan ugi saged
damel tiyang sanès kecenthok manahipun kepara malah dados
sengit. Contonipun, ngémutaken lan melèhaken tiyang ingkang
tumindak lepat. Mekaten ugi cara anggènipun Gusti Allah nresnani
bangsa Israèl. Panjenenganipun saged ngginakaken ‘teken’ kanggé
nggebug bangsa Israèl ingkang gesangipun nyingkur saking
marginipun Gusti. Nabi Amos kautus déning Gusti Allah supados
ngémutaken bangsa Israèl. Piyambakipun ugi martosaken bab
paukumanipun Gusti dhateng bangsa Israèl. Kamangka nabi Amos
menika saking tlatah Yehuda ingkang kautus makarya kanggé
bangsa Israèl. Béntenipun papan panggènan menika ingkang dados
jalaranipun Amazia, imam saking Bètel, nampik sadaya pawartosipun
nabi Amos (Amos 7:12). Panampikipun imam Amazia menika
sejatosipun adhedhasar raos kecenthok lan mboten remen dhateng
pamelèhipun nabi Amos tumrap bangsa Israèl, mirungganipun para
panguwaos, ingkang sampun tumindak duraka lan lamis. Kejawi
menika, pameca bab karusakanipun bangsa Israèl lan sédanipun
Prabu Yérobeam sangsaya njalari jèngkèlipun imam Amazia.
Cariyos menika nedahaken tumrap kita sami, bilih sih katresnan-
ipun Gusti Allah ingkang kawujudaken lumantar pawartosipun nabi
Amos kalawau sampun katampik déning bangsa Israèl. Pepèmut lan
pamecanipun nabi Amos kaanggep saged njalari mboten tentreming
kawontenaning bangsa lan jongkeng kelnggahanipun para panguwaos
Israèl lan para imam ingkang tumindak duraka. Kadangkala cara
tumindakipun Gusti Allah kanggé mbabaraken sih katresnanipun
menika mboten saged katampi kanthi kebaking kabingahan déning
umat. Sinaosa mekaten, Gusti Allah tetep nresnani umatipun. Sadaya
pakaryanipun Gusti Allah menika sejatosipun kanggé pulihing
gesangipun umat. Kaadilan saha katentreman saged tuwuh ing
satengahing gesangipun umat.

Kotbah Jangkep 2022 27


Para sadhèrèk ingkang kinasih,
Pamelèhipun nabi Amos dhumateng para panguwaosing bangsa
Israèl kalawau sejatosipun ugi nedahaken bilih tiyang-tiyang ingkang
nggadahi kalenggahan lan panguwaos menika saged ndadosi lan
ndadosaken gesang langkung saé. Para panguwaos dados ‘kunci
utama’ kanggé mujudaken kaadilan lan katentreman. Babagan
menika ugi kawedharaken déning Asaf, satunggaling juru tembang
ing mangsa jumenengipun Prabu Dawud saha ingkang nyerat Kitab
Jabur. Wonten ing Jabur 82, Asaf paring gegambaran bilih Gusti
Allah mimpin rapaté para allah. Tembung ‘para allah’ ngemu suraos
para panguwaos utawi para ratu ing alam ndonya menika. Awit
nalika semanten, wonten pangertosan bilih para ratu menika
kaanggep minangka allah utawi ‘titisan Allah’ déning manungsa.
Gesangipun manungsa gumantung kaliyan para panguwaos. Kanthi
mekaten, para panguwaos kadhawuhan déning Gusti Allah supados
tumindak adil dhateng tiyang alit, nggadhahi béla raos dhateng
para tiyang ingkang nandhang sangsara. Para panguwaos ugi
kadhawuhan supados mbélani para tiyang ingkang ringkih lan
miskin nalika nembe prakaran kaliyan tiyang duraka. Para panguwaos
ingkang tumindak leres lan tansah nresnani, èstu saged nuwuhaken
katentreman saha karahayon tumrap rakyatipun. Ing sisih sanès,
katresnanipun para panguwaos saged dados tuladha dhateng
rakyatipun.

Pasamuwan ingkang dipuntresnani Gusti,


Kadosdéné nabi Amos ingkang mbabaraken katresnan namung
kèmawon katampik déning bangsa Israèl, nanging piyambakipun
mboten semplah anggènipun tetep nresnani. Mekaten ugi katresnan
kita dhateng sesami. Gusti Yésus paring piwulang ingkang èlok
sanget lumantar cariyos tiyang Samaria ingkang welas asih. Lumantar
cariyos menika kita saged sinau bilih katresnan sejatosipun mboten
winates. Kadosdéné tiyang Samaria ingkang paring kawelasan dhateng

28 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


satunggaling tiyang ingkang ketaton awit dipun bégal. Sinaosa
bangsa Samaria kaanggep bangsa kafir déning tiyang-tiyang Yahudi,
nanging menika mboten dados pepalang anggènipun nindakaken
katresnan. Katresnan mboten namun katujokaken dhateng sesami
miturut pamawas kita piyambak. Nanging ugi dhateng saben tiyang
ingkang bénten kaliyan kita utawi kaangep mengsah. Gusti Yésus
piyambak paring dhawuh, “Padha tresnaa marang mungsuhmu;
wong kang nganiaya kowé padha dongakna slamet.” (Matius 5:44).
Ing mriki kita saged mangertos bilih sih katresnan menika mboten
winates. Sih kawelasan ingkang kita paringaken dhateng sok sintena
tiyang, sinaosa mboten wonten sesambetan ing antawisipun kita.
Gusti Yésus nandhesaken ingkang naminipun sesami inggih menika
sadaya tiyang tanpa mawang tiyang. Kadosdéné tiyang Samaria
ingkang kawastanan kafir, ingkang paring sih kawelasan dhateng
tiyang ingkang mboten dipun tepangi.

Para sadhèrèk ingkang kinasih,


Sih katresnan menika sanès piwulang ingkang namung dipun
rembag kémawon, ananging ugi kedah kawujudaken ing tumindak
nyata. Saben kita sami katimbalan supados tansah nresnani dhateng
sok sintena tiyang saha ing kawontenan punapa kemawon. Sumangga
kita nindakaken kasaénan dhateng sesami lan ngrimat kasaénan
ingkang sampun kita lampahi. Gusti Allah paring pitulungan dhateng
kita sadaya. Amin.

Kotbah Jangkep 2022 29


Minggu, 17 Juli 2022
Minggu Biasa XI Minggu ke-6 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Bertekun Dengan Imanmu

TUJUAN:
1. Jemaat memahami bahwa keselamatan adalah anugerah Allah
yang harus disyukuri dalam hidupnya
2. Jemaat memiliki tekad untuk selalu bertekun dalam memelihara
iman dan keselamatan di sepanjang hidupnya

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Amos 8:1-12
Mazmur Tanggapan : Mazmur 52
Bacaan II : Kolose 1:15-28
Bacaan III : Lukas 10:38-42

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Kolose 1:13-14
Petunjuk Hidup Baru : Kisah Para Rasul 2:46-47
Persembahan : Mazmur 96:8-9

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 5:1, 6, 7
Nyanyian Penyesalan : KJ 37a:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 450:2, 4
Nyanyian Persembahan : KJ 395:1-3
Nyanyian Pengutusan : KJ 436:1-3

Bahasa Jawa
Nyanyian Pujian : KPJ 19:1-3
Nyanyian Penyesalan : KPJ 44:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KPJ 30:1, 3, 5
Nyanyian Persembahan : KPJ 34:1-3
Nyanyian Pengutusan : KPJ 453:1, 2

Pdt. Damar Kinandi Putra (GKJ Kroya, Cilacap)


30 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
DASAR PEMIKIRAN
Bertekun dalam iman sering dihayati ketika orang percaya
menghadapi kesusahan, penderitaan, godaan dan tantangan dalam
hidupnya. Pandangan bahwa orang yang mengalami penderitaan
itu sedang diuji sehingga harus memiliki ketekunan iman tentu
tidaklah salah. Tetapi menjadi tidak tepat jika ketekunan iman ini
kemudian terabaikan saat hidup orang percaya ada pada kondisi
mapan dan nyaman. Bukan hanya orang yang sedang mengalami
kesusahan saja yang dapat meninggalkan imannya kepada Tuhan.
Bahkan orang yang hidupnya sudah mapan atau malah berkelim-
pahan sekalipun bisa terjatuh karena tidak tekun dalam beriman
kepada Tuhan. Oleh karena itu bertekun dalam iman adalah kenisca-
yaan bagi setiap orang percaya yang tidak ditentukan oleh kondisi
maupun situasi yang dihadapinya.
Bertekun dalam iman tidak juga berarti jalan hidupnya akan
baik dan mulus. Bisa saja di tengah jalan akan mengalami goncangan
iman. Jika tidak dapat bertahan, maka ia menjadi tidak tekun.
Dengan demikian selama masih ada waktu (kesempatan), setiap
orang percaya harus terus berjuang agar hidupnya selalu dekat
dan melekat di dalam Kristus. Ketekunan akan menuntun orang
percaya memiliki pertumbuhan iman dan karakter yang dewasa
di dalam Kristus.

KETERANGAN BACAAN
Amos 8:1-12
Kejahatan sudah merambah di setiap lini kehidupan bangsa
Israel. Ketidakadilan, kecurangan, dan penindasan telah menyeng-
sarakan rakyat miskin dan kecil. Ibadah yang tidak tulus dan penuh
kemunafikan semakin memperkeruh keadaan bangsa Israel.
Melihat krisis yang terjadi, Allah tidak tinggal diam. Ia memberi
peringatan kepada bangsa Israel melalui Nabi Amos. Bukannya
mendengarkan peringatan Allah, namun bangsa Israel semakin

Kotbah Jangkep 2022 31


mengeraskan hati mereka. Hal ini terlihat dari upaya yang
dilakukan oleh imam Amazia dengan mengusir nabi Amos dari
tanah Israel. Sikap yang ditunjukkan bangsa Israel ini menjadikan
Allah geram. Lewat nabi Amos nubuat tentang penderitaan dan
kehancuran bangsa Israel disampaikan. Kehancuran yang terjadi
tidak hanya dari sisi politik dan ekonomi saja melainkan juga
spiritualitas dan moralitas. Di ayat 11-12 Allah bersabda, “Aku
akan mengirimkan kelaparan di negeri ini, bukan kelaparan akan
makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengar-
kan firman Tuhan. Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan
menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman Tuhan, tetapi
tidak mendapatnya.” Firman Tuhan yang semestinya menjadi
panduan untuk membangun spiritualitas serta moralitas akan
hilang di tengah bangsa Israel. Mereka kehilangan arah hidup yang
sejati. Bisa dibayangkan betapa mengerikannya keadaan yang akan
dialami oleh bangsa Israel karena hukuman Allah itu. Semua terjadi
karena kekerasan hati bangsa Israel dalam menerima nasehat,
peringatan dan ajakan tentang pertobatan.

Mazmur 52
Mazmur 52 ini dilatar belakangi oleh tragedi pembunuhan
para imam di Nob yang dilakukan oleh Saul (1 Samuel 22:6-23). Daud
yang melarikan diri dari Saul akhirnya kembali ke tanah Yehuda.
Berita ini diketahui oleh para pegawai istana dan juga para imam.
Mereka bungkam ketika Saul bertanya tentang Daud. Namun ada
seorang bernama Doëg, orang Edom, yang bercerita kepada Saud
tentang Daud dan juga hubungannya dengan imam Ahimelekh. Cerita
inilah yang kemudian membuat Saul marah dan memerintahkan
para pegawainya untuk membunuh para imam. Tetapi tidak ada
satu pun yang mau. Sampai akhirnya Doëg yang maju dan membunuh
para imam. Di tengah kondisi tertekan, baik karena kejaran Saul
maupun rasa bersalah atas kematian para imam itu, Daud menyerah-

32 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kan hidupnya pada kasih Allah. Ia percaya bahwa Allah yang
memegang kendali. Allah tidak akan tinggal diam atas kejahatan
dan ketidakadilan yang terjadi pada umatNya. Daud menyerahkan
sepenuhnya pengadilan Allah untuk setiap perkara yang dihadapi
manusia. Ia yakin akan kasih Allah yang memelihara hidupnya. Ia
menggambarkan dirinya seperti pohon Zaitun yang dapat bertahan
dan tidak dapat binasa. Sebab pohon ini memiliki kemampuan
memulihkan diri. Di musim kering pohon ini menjadi layu, tetapi
ketika musim hujan akan muncul dahan-dahan yang baru. Daud
melihat peristiwa pedih yang dialaminya menjadi proses per-
tumbuhan iman. Justru di tengah krisis itulah hidup ditempa untuk
semakin kuat dan bertumbuh.

Kolose 1:15-28
Surat Paulus kepada jemaat di Kolose ini bertujuan untuk
mengingatkan bahwa Kristus adalah sumber kehidupan sejati.
Sebab Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan dan yang
sulung. Didalam Yesus berdiam seluruh kepenuhan Allah. Artinya,
Allah tidak mempertahankan keberadaan-Nya sebagai Allah yang
hanya menciptakan, melihat dan memberi perintah. Tapi, Allah juga
mau bertindak menyapa, hidup bersama manusia dan menyelamatkan
manusia, melalui Yesus. Gereja pun dibangun atas iman percaya
kepada Kristus. Gereja menjadi ikatan orang-orang yang sudah
diperdamaikan dengan Allah. Mereka yang jauh dan memusuhi
Allah, sekarang sudah menerima pendamaian di dalam tubuh
Kristus. Oleh karena itu, setelah menerima kasih-Nya yang begitu
besar, setelah menerima pendamaian yang begitu agung dan indah,
maka setiap orang percaya harus memperhatikan tanggung
jawabnya dalam hidup ini supaya pada akhirnya mereka dapat
berdiri di hadapan Kristus dengan “kudus dan tak bercela dan tak
bercacat”. Paulus menuturkan bahwa agar kita harus bertekun
dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang dalam setiap

Kotbah Jangkep 2022 33


pengajaran yang sudah Yesus berikan dan jangan mau digeser
dari pengharapan injil. Paulus mengingatkan supaya kita jangan
kembali ke keadaan lama kita yang tanpa harapan dengan segala
perbuatan jahatnya. Sebaliknya kita harus memiliki keteguhan
iman dalam mengarungi kehidupan di dunia sembari mewartakan
kasih karunia Allah kepada dunia.

Lukas 10:38-42
Maria dan Marta begitu antusias dalam menyambut kedatangan
Tuhan Yesus ke rumah mereka. Namun sikap keduanya begitu
bertolak belakang. Marta menyambut Yesus dengan menyiapkan
jamuan special. Sebagai tuan rumah yang baik tentu saja Marta
ingin memberikan pelayanan yang terbaik bagi Tamu Agungnya.
Sedangkan Maria berdiam diri, duduk di dekat kaki Yesus dan
terus mendengarkan perkataanNya. Sikap yang berbeda ini
sering disalah mengerti sehingga menilai sikap Maria lebih baik
daripada sikap Marta. Namun benarkah demikian? Kita membaca
di dalam teks tadi bahwa Yesus tidak terkesan menyalahkan
sikap Marta maupun membenarkan sikap Maria. Justru polemik
muncul lewat Marta yang melihat sikap Maria yang terlalu acuh
dan tidak mau membantu dirinya menyiapkan sajian untuk Yesus.
Mungkin cerita menjadi berbeda jika Marta menyampaikan langsung
kepada Maria segala sesuatu yang menjadi keluh kesahnya.
Barangkali Marta tidak perlu mengeluh dengan segala pelayanan
yang dia kerjakan sendiri dan membiarkan Maria menemani Yesus.
Sepertinya teks ini hendak menekankan sisi kecemburuan, kekesalan
karena sikap dan cara melayani yang berbeda. Marta kesal karena
Maria tidak melayani Yesus sama seperti yang ia kerjakan. Padahal
Maria punya cara tersendiri dalam melayani Yesus, yaitu dengan
duduk mendengar serta menemani Yesus. Kecemburuan dan
kekesalan bisa membuat ketekunan dalam melayani menjadi kendor.
Di sisi lain, kesibukan pelayanan seperti yang dilakukan Marta

34 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


bisa membuat tidak tenang dan tidak tekun untuk mengerjakan
bagiannya sendiri sehingga cenderung menyalahkan pihak lain. Hal
ini bisa dikarenakan faktor kelelahan. Pada titik inilah sebenarnya
ketenangan diri melalui permenungan mendengar suara Tuhan
(kontemplasi) menjadi begitu penting. Seperti yang dilakukan
oleh Maria. Kontemplasi dan aksi adalah dua hal yang saling
melengkapi dalam bertekun melayani Tuhan.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Bagi orang percaya, keselamatan di dalam Kristus adalah
anugerah. Oleh karena itu setiap orang percaya haruslah bersyukur
kepada Tuhan dengan senantiasa memelihara keselamatan itu di
sepanjang hidupnya. Memelihara keselamatan bukanlah tindakan
yang mudah dan sederhana, sebab godaan dan tantangan selalu
ada di tengah kehidupan ini. Jika tidak berhati-hati, hal ini bisa
membuat orang percaya meninggalkan imannya. Hidup orang
percaya hendaknya selalu gigih dan tekun dalam melakukan segala
sesuatu bagi Tuhan.

Kotbah Jangkep 2022 35


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

BERTEKUN DENGAN IMANMU

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Manusia pada umumnya memiliki pemahaman bahwa sesuatu
yang didapatkan dengan susah payah akan jauh lebih berharga
ketimbang sesuatu yang diperoleh dengan mudah. Hal yang berharga
tersebut akan dirawat dengan sungguh-sungguh. Sedangkan sesuatu
yang dianggap tidak berharga atau biasa saja tentu tidak mendapat-
kan perhatian lebih. Sayangnya, tidak selalu hal yang diperjuangkan
dan bernilai lebih itu adalah sesuatu yang penting dan menjadi
kebutuhan mendasar dalam hidup. Sebaliknya, justru sesuatu yang
dianggap mudah dan sepele adalah hal yang sangat berguna dan
penting bagi hidup. Sebagai contoh, kalau kita bandingkan antara
mutiara dengan udara, mana yang paling susah di dapat? Tentu saja
mutiara lebih sulit menemukannya. Harganya pun juga tergolong
mahal. Sedangkan udara dapat diperoleh secara melimpah dan gratis.
Kalau seseorang itu ditanya, pilih mana antara mutiara atau
udara? Bisa jadi ia akan memilih mutiara sebab memiliki nilai harga
yang tinggi. Padahal kalau dipikir-pikir udara jauh lebih berguna
dan lebih penting bagi hidup manusia daripada mutiara. Kita masih
bisa hidup tanpa memiliki mutiara, tetapi kita tidak bisa hidup tanpa
ada udara.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Dalam iman Kristen, keselamatan yang dimiliki oleh setiap orang
percaya adalah anugerah Allah melalui pengorbanan Kristus di
kayu salib. Keselamatan menjadi ‘mahal harganya’ karena Kristus
mengorbankan diri bagi manusia. Tetapi bagi manusia menjadi ‘murah
harganya’ karena keselamatan adalah pemberian (anugerah) kasih
Allah. Mungkin karena mudah dan murahnya itulah sehingga sering

36 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


membuat orang percaya mudah lengah, kurang menghargai
anugerah keselamatan Allah. Padahal memelihara keselamatan
menjadi tanggung jawab besar yang harus diperjuangkan oleh tiap
orang percaya selama hidup di dunia ini. Ada banyak godaan dan
cobaan yang dialami oleh orang percaya yang sewaktu-waktu bisa
membuatnya mengingkari bahkan meninggalkan iman kepada
Kristus. Sungguh sangat disayangkan apabila anugerah keselamatan
itu disia-siakan. Semua ini dikarenakan kekerasan hati manusia
yang menampik kasih kemurahan Tuhan.
Kekerasan hati menjadi sumber malapetaka bagi bangsa
Israel ketika menolak nasehat dan peringatan Allah melalui nabi
Amos. Ketidakadilan, kejahatan dan ibadah yang palsu telah
menggerogoti kehidupan bangsa Israel. Amos mengingatkan dan
mengajak mereka untuk bertobat. Alih-alih mendengar dan
mengikuti perkataan Amos, bangsa Israel menolaknya. Bahkan imam
Amazia mengusir nabi Amos dari tanah Israel. Kerasnya hati bangsa
Israel menjadikan Allah geram dan akhirnya menjatuhkan hukuman.
Lewat nabi Amos nubuat tentang penderitaan dan kehancuran bangsa
Israel disampaikan. Kehancuran tidak hanya dari sisi politik dan
ekonomi saja melainkan juga spiritualitas dan moralitas. Di ayat
11b-12 Allah bersabda, “Aku akan mengirimkan kelaparan di
negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan
akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan. Mereka akan
mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur
untuk mencari firman Tuhan, tetapi tidak mendapatnya.” Firman
Tuhan yang semestinya menjadi panduan untuk membangun
spirutalitas serta moralitas akan hilang dari tengah kehidupan
bangsa Israel. Jika firman Tuhan itu digambarkan sebagai ‘kehadiran
Allah’ maka dapat diartikan bahwa Tuhan pun menjadi enggan untuk
ditemui oleh bangsa Israel. Bisa dibayangkan betapa mengerikannya
keadaan yang akan dialami oleh bangsa Israel karena hukuman
Allah itu. Semua terjadi karena kekerasan hati bangsa Israel dalam
menerima nasehat, peringatan dan ajakan tentang pertobatan.
Kotbah Jangkep 2022 37
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Bertekun dalam iman menjadi syarat utama agar anugerah
keselamatan itu senantiasa terpelihara. Begitulah Rasul Paulus
memberi nasehat agar setiap orang percaya harus bertekun dalam
iman, tetap teguh dan tidak bergoncang dalam setiap pengajaran
yang sudah Yesus berikan dan jangan mau digeser dari pengharapan
injil. Paulus mengingatkan agar jangan kembali ke keadaan lama kita
yang tanpa harapan dengan segala perbuatan jahatnya. Sebaliknya
kita harus memiliki keteguhan iman dalam mengarungi kehidupan di
dunia. Keteguhan iman barulah dapat teruji ketika kita menjumpai
peristiwa-peristiwa kehidupan. Hal yang paling sulit adalah ketika
kita mengalami tekanan dan penderitaan hidup. Sisi manusiawi kita
sering menjadi titik lemah dalam mempertahankan iman di tengah
goncangan kehidupan. Dalam keterbatasan manusiawi itulah kita
menaruh pengharapan dan berserah penuh pada kuasa Allah.
Sikap Daud yang menyerahkan hidupnya pada kasih Allah
menjadi teladan bagi kita. Di tengah kondisi tertekan, karena kejaran
Saul maupun rasa bersalah atas kematian para imam, Daud
menyerahkan sepenuhnya pada kuasa Allah (bdk. 1 Samuel 22:6-
23). Ia percaya bahwa Allah yang memegang kendali. Allah tidak
akan tinggal diam atas kejahatan dan ketidakadilan yang terjadi
pada umatNya. Daud menyerahkan sepenuhnya pengadilan Allah
untuk setiap perkara yang dihadapi manusia. Ia yakin akan kasih
Allah yang memelihara hidupnya. Dalam Mazmur 52, Ia meng-
gambarkan dirinya seperti pohon Zaitun yang dapat bertahan
dan tidak dapat binasa. Sebab pohon ini memiliki kemampuan
memulihkan diri. Di musim kering pohon ini menjadi layu, tetapi
ketika musim hujan akan muncul dahan-dahan yang baru. Bagi
Daud, hanya di dalam rumah Allah sajalah pohon zaitun ini akan
terus menghijau. Sebab kasih pemeliharaan Tuhan ada di dalamnya.

Bapak, ibu, saudara yang dikasihi Tuhan,


Tinggal dan hidup dalam kasih pemeliharaan Allah berarti
memberikan diri untuk selalu mendengarkan suara Tuhan. Sayangnya,
38 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
di tengah hiruk pikuk kehidupan saat ini orang percaya bisa
kehilangan sisi kepekaan untuk mendengarkan suara Tuhan.
Kesibukan pekerjaan dan aktifitas sering menjadi prioritas sehingga
lupa mengambil waktu untuk berdiam diri dan mendekatkan diri
pada Tuhan. Kisah Marta dan Maria yang menyambut kedatangan
Tuhan Yesus menjadi pembelajaran menarik bagi kita. Sikap Marta
yang melayani dengan menyiapkan sajian untuk Tuhan Yesus tentu
sangatlah baik. Sayangnya Marta kecewa dengan sikap Maria yang
tidak peduli dengan kesibukannya di dapur. Marta pun meminta
Yesus agar menegur Maria dan menyuruhnya untuk membantu
menyiapkan sajian. Namun Yesus justru menasehati Marta yang
terlalu kuatir dan menyusahkan diri. Hal ini bukan berarti Yesus
tidak suka dengan tindakan Marta. Apa yang dilakukan Marta,
sebagai tuan rumah yang baik, tentu sudah sangat tepat. Hanya
saja kesibukan di dapur telah membuatnya kuatir sampai-sampai
melampiaskan kekesalan kepada Maria. Padahal Maria punya cara
tersendiri dalam melayani Yesus, yaitu dengan duduk mendengar
serta menemani Yesus. Lewat kisah ini kita bisa belajar bahwa
kekecewaan dan kekesalan bisa membuat ketekunan dalam
melayani menjadi kendor. Kesibukan seperti yang dilakukan Marta
bisa membuat tidak tenang dan tidak tekun untuk mengerjakan
bagiannya sendiri sehingga cenderung menyalahkan pihak lain.
Pada titik inilah sebenarnya ketenangan diri melalui permenungan
mendengar suara Tuhan (kontemplasi) menjadi begitu penting.
Bagi Yesus, Maria telah memilih bagian yang terbaik yaitu mendekat
dan berdiam diri untuk mendengarkan Tuhan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Dalam menjalani hidup di dunia ada banyak perkara yang kita
jumpai. Jangan sampai kita mempertaruhkan anugerah keselamatan
yang kita terima di dalam Kristus. Setiap perkara selalu mengajarkan
kita untuk bertekun dalam iman. Sesulit apapun keadaan pilihlah
bagian yang terbaik yaitu dengan datang mendekat kepada Tuhan
dan dengarkanlah firmanNya. Tuhan memberkati. Amin.
Kotbah Jangkep 2022 39
KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

TEMEN NGUGEMI KAPITADOSAN

Pasamuwan kinasih ing Sang Kristus,


Saben prekawis ingkang dipun upadi kanthi rekaos biasanipun
kaanggep langkung aji tinimbang prekawis ingkang gampil
anggènipun mbudidaya. Mbok bilih kados mekaten pemanggihipun
sawetawis tiyang. Prekawis ingkang nggadahi pangaji limrahipun
dipun èman kanthi temen. Déné prekawis ingkang kaanggep biasa
kémawon asring mboten dipun gatosaken kanthi temen. Èmanipun,
mboten sedaya prekawis ingkang kaanggep aji menika wigati sanget
lan dados kabetahaning gesang. Kosok wangsulipun, satunggaling
prekawis ingkang biasa kémawon kepara mboten kaangep malah
migunani tumraping gesang. Contonipun, menawi kita mbandingaken
ing antawisipun mutiara kaliyan hawa (udara), pundi ingkang
langkung sisah anggènipun manggihaken? Temtu kémawon mutiara
langkung sisah. Mila reginipun awis sanget. Déné menawi hawa
langkung gampil anggènipun madosi lan mboten prelu bayar.
Pundi ingkang badhé kita pilih, mutiara utawi hawa? Limrahipun
kita badhé milih mutiara awit langkung adi. Kamangka menawi
dipun raos-raosaken hawa langkung wigati lan migunani tumrap
gesangipun manungsa. Kita taksih saged gesang sanadyan mboten
gadhah mutiara, nanging kita mboten saged gesang menawi mboten
wonten hawa malih.

Para sadhèrèk ingkang kinasih,


Kapitadosan Kristen medharaken bilih kawilujengan ingkang
katampi dénéng saben tiyang pitados inggih namung sih rahmatipun
Gusti lumantar pangorbananipun Sang Kristus ing kajeng salib.
Kawilujengan ingkang katampi menika pangaji sanget awit Sang
Kristus sampun ngurbanaken dhiri kanggé manungsa. Ananging

40 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


tumrap manungsa dados kirang aji awit kawilujengan menika
peparingipun (sih rahmatipun) Gusti Allah. Mbok bilih awit
sifatipun ingkang mirah (gratis) menika satemah ndamel tiyang
pitados kirang anggènipun ngajèni lan ngrimat peparingipun
Gusti. Kamangka ngrimat kawilujengan ingkang sampun katampi
menika dados tanggel jawabipun tiyang pitados ingkang kedah
dipun budidaya samangsa taksih gesang wonten ing jagad. Mila
saben tiyang pitados ditansah waspada awit kathah panggodha lan
pacoben ingkang saged ndamel tiyang pitados nilar kapitadosanipun
dhateng Sang Kristus. Saèstu èman sanget menawi peparingipun
Gusti menika kaangep tanpa guna. Awit saking wangkotipun
manungsa sih kamirahanipun Gusti katampik.
Wangkoting manahipun bangsa Israèl ingkang sampun nampik
pepèmut lan pitedahipun Gusti Allah lumantar nabi Amos ndateng-
aken memala. Tumindak duraka, mboten adil saha pangibadah
ingkang nglaha saèstu ngrisak gesangipun bangsa Israèl. Nabi
Amos paring pepemut saha ngatag bangsa Israèl supados mratobat.
Nanging bangsa Israèl mboten nampi pawartosipun nabi Amos.
Kepara malah imam Amazia nundhung nabi Amos saking tlatah
Israèl. Wangkoting manahipun bangsa Israèl ndamel Gusti Allah
duka lajeng paring paukuman. Lumantar nabi Amos, pameca bab
kasangsaran lan karisakan ing satengahing bangsa Israèl kababar-
aken. Mboten namung ing bab politik lan èkonomi kémawon,
karisakan ugi sumrambah ing babagan karohanèn saha moralitas.
Wonten ing ayat 11b-12, Gusti Allah paring pangandika, “Ingsun
bakal ndhatengaké pailan ana ing negara kéné, dudu pailan pangan
utawa kasatan banyu, nanging ngorong marang pangandikané
Pangèran Yéhuwah. Wong-wong bakal padha nglembara saka ing
sagara kang siji menyang ing sagara sijiné, sarta nglambara saka ing
lor menyang ing wètan, arep ngupaya pangandikané Sang Yéhuwah,
nanging ora olèh.” Pangandikanipun Gusti Allah ingkang dados
pambanguning karohanèn saha enering lampahipun bangsa

Kotbah Jangkep 2022 41


Israèl sampun mboten wonten ing satengahing gesangipun bangsa
Israèl. Menawi pangandikanipun Gusti menika dados gegambaran
bab Gusti Allah ingkang rawuh, mila saged dipun artosaken bilih
Gusti Allah mboten karsa dipun panggihi lan dipun sowani déning
bangsa Israèl. Kita saged ngraosaken kahananipun bangsa Israèl
ingkang ajrih lan gumeter awit saking paukumanipun Gusti menika.
Kahanan kados mekaten tuwuh awit saking wangkoting manahipun
bangsa Israèl ingkang sampun nampik pitedah, pepèmut lan
pangatag pamratobat.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti,


Tumemen ing kapitadosan dados sarat utami supados sih
rahmatipun Gusti tansah karimat. Mekaten pitedahipun Rasul
Paulus dhumateng para tiyang pitados supados sami temen ing
kapitadosan, setya tuhu dhateng Sang Kristus lan mboten oncat
saking pangajeng-ajengipun Injil. Sampun ngantos kita wangsul
malih dhateng kahanan lami ingkang tanpa pangajeng-ajeng
kanthi patrap tumindak duraka. Samesthinipun kita kedah temen
lan setya ing sajroning kapitadosan kanggé ngupadi gesang ing
jagad menika. Pracaya ingkang santosa saged kauji nalika kita
meningi manéka warni lelampahaning gesang. Kasangsaran lan
karibedan dados pandadar ingkang abot anggènipun kita temen
ing kapitadosan. Kamanungsan ingkang ringkih saged ndamel kita
kendho anggènipun ngudi mbélani kapitadosan. Ing salebeting
karingkihaning manungsa menika kita kedah nggadhahi pangajeng-
ajeng saha pasrah sumarah dhateng panguwaosipun Gusti.
Patrap tumindakipun prabu Dawud ingkang suméndhé
dhateng sih kamirahanipun Gusti saged dados tuladha tumrap kita.
Nalika ngadhepi kasisahan awit dioyak déning prabu Saul lan rumaos
tanggel jawab awit sedanipun para imam, prabu Daud masrahaken
prekawis menika wonten ing panguwaosipun Gusti Allah (bdk. 1
Samuèl 22:6-23). Piyambakipun pitados bilih Gusti Allah ingkang

42 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


ngrimat gesangipun. Gusti Allah temtu badhé paring pitulungan
lan maringi kaadilan awit Panjenenganipun pirsa pandamel awon
ingkang katindakaken dhateng umatipun. Wonten ing Jabur 52,
Daud ngupamèkaken dhirinipun kadosdéné wit zaitun ingkang
ngrembuyung lan mboten saged ambruk. Amargi wit zaitun
menika saged mulihaken dhiri. Nalika mangsa ketiga garing wit
zaitun dados alum nanging mboten pejah. Lajeng ing mangsa jawah
medal pang-pang anyar ingkang seger. Wonten ing Padalemanipun
Allah kémawon wit zaitun menika tetap ngrembuyung seger
royo-royo. Sedaya menika awit saking sih pangrimatipun Allah
ingkang kaparingaken.

Bapak, ibu lan para sadhèrèk ingkang kinasih,


Gesang wonten ing sih pangrimatipun Gusti ateges sumadya
tansah mirengaken pangandikanipun Allah. Èmanipun, ing gesang
samangké tiyang pitados saged nglirwakaken timbalanipun Gusti
menika. Tiyang pitados namung nengenaken pakarya lan panyambut
damelipun, satemah mboten wonten wekdal kanggé mirangaken
Pangandikanipun Gusti. Cariyos bab Marta lan Maria ingkang nampi
rawuhipun Gusti Yésus saged dados pasinanonan dhateng kita
sami. Paladosanipun Marta kanthi nyawisaken cecaosan kagem
Gusti Yésus dados tumindak ingkang saé. Nanging Marta kuciwa
dhateng Maria ingkang mboten preduli awit saking karepotanipun
ing pawon. Marta lajeng nyuwun tulung dhateng Gusti Yésus supados
dhawuhi Maria ngrèncangi piyambakipun nyawisaken cecaosan.
Gusti Yésus kepara malah ngèmutaken Marta ingkang ngrepotaken
dhiri menggalih prekawis ingkang damel kuwatir. Pangandikanipun
Gusti Yésus menika mboten ateges Panjenenganipun mboten remen
dhateng peladosanipun Marta. Tumindakipun Marta, minangka
ingkang kagungan griya, saèstu saé sanget. Ananging karepotanipun
ing pawon sampun damel Marta sayah lan kuwatir satemah
piyambakipun nguntapaken raos kuciwa dhateng Maria. Kamangka

Kotbah Jangkep 2022 43


Maria gadhah cara piyambak kanggé paring peladosan dhateng
Gusti Yésus, inggih menika lenggah ngrencangi Gusti Yésus lan
mirengaken pangandikanipun. Lumantar cariyos menika kita
saged sinau bilih raos gela kuciwa saged damel kendho ing
peladosan. Karepotan kados ingkang dipun tindakaken Marta saged
nuwuhaken raos mboten tentrem lan patrap ingkang mboten sabar
kanggé nglampahi tanggel jawabipun piyambak satemah gampil
madosi kalepatanipun tiyang sanès. Ing kahanan kados mekaten,
mijekkaken wekdal kanggé mirengaken Pangandikanipun Gusti
saèstu wigati sanget. Kanthi ngraos-raosaken Pangandikanipun
Gusti, kita saged nampi katentreman. Miturut Gusti Yésus, Maria
sampun milih prekawis ingkang becik inggih menika lenggah nyedhaki
Gusti Yésus, ngosongaken dhiri supados saged mirengaken pangandi-
kanipun.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Ing satengahing gesang wonten ing jagad menika sampun
ngantos kita nilaraken sih kawilujengan peparingipun Gusti wonten
ing Sang Kristus. Saben prekawis saèstu mulang kita sami satemah
tansah tumemen ngugemi kapitadosan. Ing kahanan kados punapa
kémawon, kita tetep milih prekawis ingkang becik inggih menika
sowan marek ing ngarsanipun Gusti lan mirengaken pangandikanpun.
Gusti mberkahi kita sami. Amin.

44 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 24 Juli 2021
Minggu Biasa XII - Minggu ke-7 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Teguhkan imanmu

TUJUAN:
1. Jemaat meyakini bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang mahakasih
dan sangat mempedulikan kehidupan umat-Nya.
2. Jemaat semakin teguh di dalam iman, yaitu percaya kuat kepada
Tuhan serta hidup setia kepada-Nya dalam segala keadaan.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Hosea 1:2-10
Tanggapan : Mazmur 85
Bacaan II : Kolose 2:6-15 (16-19)
Bacaan Injil : Lukas 11:1-13

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : Kolose 1:13-14
Petunjuk Hidup Baru : Kolose 1:23
Persembahan : Efesus 5:22-23

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 3:1, 3
Nyanyian Penyesalan : KJ 28:1, 3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 387:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 302:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 416:1, 3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 23:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 61:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 106:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 186:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 430:1, 3

Pdt. Wiji Astuti (GKJ Salatiga)

Kotbah Jangkep 2022 45


DASAR PEMIKIRAN
Kehidupan iman membutuhkan keteguhan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, kata teguh mempunyai 3
makna, yaitu 1) kukuh kuat, 2) kuat berpegang, 3) tetap tidak
berubah. Jadi di dalam kata teguh juga terkandung unsur setia
dan tidak ragu-ragu dalam percaya. Dalam kenyataan, untuk terus
teguh dalam iman tidaklah mudah. Banyak faktor, entah itu godaan
dunia yang menggiurkan, penderitaan yang berat, atau pun berbagai
tantangan, dapat menggoyahkan iman, sehingga kepercayaan kepada
Tuhan tidak lagi kuat dipegang, dan kesetiaan pun ditinggalkan.
Orang beriman seharusnya percaya bahwa Allah sangat
mengasihi dan peduli kepada umat-Nya. Sekalipun umat telah
berlaku tidak setia, namun Allah berkenan menyayangi kembali
umat-Nya dan memberikan pengampunan. Kasih dan kepedulian
Allah juga nyata kita rasakan. Ia bagaikan Bapa yang selalu peduli
dan mengasihi anak-anak-Nya, serta tahu memberikan yang terbaik
bagi anak-anak-Nya. Keyakinan seperti inilah yang seharusnya
membuat orang percaya teguh di dalam iman. Dalam segala keadaan,
tidak meragukan kasih Tuhan dan terus setia kepada-Nya.

KETERANGAN BACAAN
Hosea 1:2-10
Dalam bacaan ini, nabi Hosea diperintahkan oleh Allah untuk
mengawini seorang wanita sundal yaitu Gomer binti Diblaim dan
kemudian isterinya itu memperanakkan anak-anak sundal (Hos.
1:2). Perintah Allah kepada nabi Hosea ini pada prinsipnya untuk
menunjukkan kehidupan umat Israel yang waktu itu telah
“bersundal” dengan membelakangi Allah, yaitu berpaling dari Allah
dengan menyembah kepada dewa Baal. Dari perkawinan nabi Hosea
dengan Gomer binti Diblaim, nabi Hosea kemudian memperoleh
3 orang anak, yaitu: Yizreel, Lo-Ruhama, dan Lo-Ami. Nama dari anak-
anak nabi Hosea tersebut mengandung makna simbolis untuk

46 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


mengungkap situasi umat Israel yang nyata. “Yizreel” pada hakikat-
nya untuk menyatakan bahwa Allah akan segera menghukum
keluarga Yehu, yaitu raja Israel Utara; dan pemerintahannya akan
berakhir (Hos 1:4-5). “Lo-Ruhama” berarti: “tidak disayangi”. Nama
ini untuk menunjuk bahwa umat Israel tidak lagi disayang dan
diampuni oleh Allah (Hos. 1:6). Sedang “Lo-Ami” untuk menunjukkan
bahwa umat Israel kini tidak lagi berstatus sebagai umat Allah, dan
Allah telah menolak mereka untuk menjadi umatNya (Hos. 1:8-9).
Dengan melakukan perintah Allah tersebut, nabi Hosea bersedia
mempertaruhkan reputasi dirinya sebagai seorang nabi Allah dan
dia rela mengorbankan masa depannya. Namun di balik pengorba-
nan diri dari nabi Hosea tersebut sesungguhnya Allah juga mau
menyatakan bahwa Dia Allah yang tetap mengasihi dan setia
kepada umatNya. Kasih Allah senantiasa memiliki lingkup yang
lebih besar dari pada kesalahan dan dosa umatNya. Sehingga Allah
akan menyayangi kembali “Lo-ruhama” (yang tidak disayangi)
dan menyayangi lagi “Lo-Ami” (yang bukan umat Allah). Allah tetap
mampu menyayangi umat Israel yang sebenarnya tidak layak
lagi disebut sebagai umatNya.

Mazmur 85
Mazmur ini dimulai dengan pengakuan iman pemazmur bahwa
Tuhan sudah memulihkan keadaan Yakub. Hal ini berarti bahwa
Tuhan mengampuni umat-Nya dan tidak terus menyatakan murka-
Nya. Namun agaknya pengakuan ini tidak disampaikan dengan
nada gembira, tetapi dengan kepedihan hati. Mengapa? Karena
pengakuan ini diucapkan oleh orang yang menderita (ay. 6-7). Apa
yang menjadi penderitaannya, tidak dikatakan. Tetapi bagaimana
pun juga pemazmur sedang memohon agar mereka kembali
mengalami kasih setia Allah dan keselamatan yang dari-Nya.
Pemazmur memohon agar Tuhan memulihkan umat-Nya.

Kotbah Jangkep 2022 47


Di ayat-ayat selanjutnya, pemazmur menyatakan tekad dan
kerinduannya agar umat tidak jatuh kembali dalam kebodohan,
melainkan hidup makin dekat dengan Tuhan. Hidup dalam suasana
keadilan dan kasih dengan sesama, sehingga murka Tuhan tidak
akan terjadi lagi dan mereka semua mengalami kebaikan Tuhan.
Semua pengalaman pahit membuat pemazmur sadar bagaimana
umat harus menjalani kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang, walau ia tahu Allah tidak akan menolak untuk memberikan
pengampunan dan pemulihan. Kasih setia dan kebaikan Allah
bukan untuk dipermainkan, tetapi membuat umat sadar bagaimana
merespon kasih setia Allah. Pengampunan yang diberikan tidak
membuat umat bermain-main dengan anugerah-Nya, melainkan
hidup dalam kebenaran firman-Nya

Kolose 2:6-15 (16-19)


Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose agar tetap hidup di
dalam Kristus. Sebelumnya Paulus memuji jemaat Kolose yang telah
menunjukkan bagaimana mereka hidup tertib dan teguh di dalam
Kristus (Kol 2:6). Namun Paulus meminta agar ketetapan dan
keteguhan hati mereka itu dipertahankan. Mengapa? Saat itu jemaat
Kolose berhadapan dengan pengaruh ajaran-ajaran di luar Kristus
yang bisa membuat iman mereka terombang-ambing. Karena itu
Paulus memberi nasihat agar jemaat tidak terbawa arus ajaran
tersebut. Mereka harus senantiasa teguh dalam iman. Dalam
nasihatnya ini, Paulus memakai dua gambaran, yaitu pohon dan
bangunan, sedangkan Kristus adalah akar dari pohon tersebut
serta dasar dari berdirinya bangunan tersebut. Agar jemaat tetap
teguh di dalam iman, maka jemaat harus hidup berakar di dalam
Kristus dan dibangun di atas Kristus.

48 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Lukas 11: 1-13
Berawal dari permintaan para murid, “Tuhan, ajarlah kami
berdoa..”, maka Yesus pun mengajarkan doa, yang kita kenal
dengan Doa Bapa Kami. Di dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan
Yesus, Allah dinyatakan sebagai seorang Bapa, yang begitu mengasihi
dan peduli kepada anak-anakNya. Kasih dan kepedulian Bapa ini
digambarkan dengan perumpamaan yang sederhana tentang
seorang sahabat yang datang minta tolong kepada sahabatnya di
tengah malam. Dalam perumpamaan itu diceritakan bahwa pada
akhirnya sahabat/tuan rumah itu mau menolong, meskipun mungkin
dengan terpaksa ia harus bangun, atau mungkin mau menolong
hanya karena faktor sungkan atau kasihan. Tetapi yang pasti
sahabat/tamu itu tertolong. Perumpamaan ini diberikan bukan
untuk menunjukkan bahwa Bapa di Surga sering terganggu
dengan permintaan kita dan kadang terpaksa mengabulkan doa
kita. Perumpamaan ini justru mengajak kita untuk melihat bahwa
jika manusia yang jahat saja bisa memberikan pertolongan jika
ada teman yang memerlukan, apalagi Bapa di surga yang mahakasih.
Ia tentu tidak akan menutup mata dan mengabaikan begitu saja
permohonan yang kita naikkan kepada-Nya.
Di Luk. 11:11 Tuhan Yesus berkata: “Bapa manakah di antara
kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya akan memberikan
ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau jika ia minta telur, akan
memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat
tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi
Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada
mereka yang meminta kepadaNya.” Gambaran Allah sebagai Bapa
yang disaksikan oleh Tuhan Yesus adalah pribadi Ilahi yang aktif,
peduli, penuh kasih dan tahu memberikan yang terbaik kepada
manusia yang meminta kepadaNya. Allah tidak mungkin memberikan
yang buruk dan mencelakakan anak-anakNya, walaupun anak-
anaknya itu sering berpaling dan memberontak kepadaNya. Apa

Kotbah Jangkep 2022 49


yang disampaikan oleh Tuhan Yesus ini seharusnya semakin
meneguhkan iman para murid, sehingga mereka tidak meragukan
kasih setia Tuhan, sebaliknya semakin percaya dan setia dalam
beriman.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Melalui khotbah Minggu ini, jemaat diarahkan untuk memiliki
keteguhan iman. Belajar dari pengalaman umat Israel, memiliki
keteguhan iman bukan hal yang mudah. Hosea 2:1-10 maupun
Mazmur 85 menggambarkan bagaimana umat Tuhan gagal untuk
terus teguh dalam iman. Mereka telah berpaling dari Tuhan, sehingga
Allah menyatakan murka dan hukuman-Nya. Meskipun demikian,
Allah tetap mengasihi dan setia kepada umat-Nya. Allah berkenan
menyayangi kembali umat Israel yang sebenarnya tidak layak lagi
disebut sebagai umat-Nya.
Keteguhan iman juga bisa menjadi goyah manakala kita
menghadapi tantangan-tantangan di luar kita, seperti yang dihadapi
oleh jemaat di Kolose. Oleh karena itu, Paulus menasihati bahwa
mereka harus teguh di dalam iman, yaitu dengan tetap hidup berakar
di dalam Kristus dan dibangun di atas Kristus. Bagaimana hal itu
bisa dilakukan? Bacaan dalam Injil Lukas 11:1-13 meneguhkan kita
semua, bahwa kita memiliki Tuhan Allah yang peduli dan sangat
mengasihi kita. Ia digambarkan seperti Bapa yang penuh kasih
kepada kita anak-anak-Nya, serta tahu memberikan yang terbaik
bagi kita. Ketika kita sungguh meyakini hal itu, maka kita pasti akan
menjadi seorang yang teguh di dalam iman. Mesku hidup tidak
selalu menyenangkan, tidaks semua doa dikabulkan sesuai keinginan
kita, dan sekalipun menghadapi berbagai tantangan, kesulitan dan
berbagai godaan dunia yang menggiurkan, kita akan tetap percaya
kepada Tuhan dan setia kepada-Nya.

50 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

TEGUHKAN IMANMU

Seorang Bapak memberikan nama Teguh Prakosa kepada


anaknya (mohon maaf kalau ada nama yang sama). Dengan nama
tersebut, si Bapak mempunyai harapan, agar anaknya menjadi orang
yang teguh dan kuat di dalam iman. Tidak mudah goyah meskipun
dalam hidup ini menghadapi banyak pergumulan. Oleh karena
itu sejak kecil Teguh Prakosa dibaptiskan. Setelah dewasa, Teguh
juga menyatakan pengakuan percaya (Sidhi) dan aktif berpelayanan.
Namun sungguh tidak menyangka, setelah beberapa tahun bekerja
di luar kota, Teguh semakin jarang ke gereja. Ia tenggelam dalam
kesibukan pekerjaan dan kenikmatan dunia. Orang tuanya selalu
menasihati agar Teguh tetap hidup dekat dengan Tuhan dan terus
berbakti kepada Tuhan. Namun suatu hari dengan nada sombong
Teguh berkata, “Untuk apa ke gereja, untuk apa beriman kepada
Tuhan? Lha wong tanpa Tuhan saja hidup saya sudah sukses!”.
Sambil menangis Bapaknya Teguh berkata, “Harapan saya runtuh.
Anak yang saya beri nama Teguh ternyata imannya tidak teguh.”
Cerita di atas hanyalah sebuah gambaran bahwa memiliki
keteguhan iman bukanlah hal mudah. Bahkan meskipun seseorang
memiliki nama Teguh, tidaklah menjamin bahwa imannya akan terus
teguh dan kuat. Padahal beriman itu membutuhkan keteguhan.
Apa arti teguh? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
online, kata teguh mempunyai 3 makna, yaitu 1) kukuh kuat, 2)
kuat berpegang, 3) tetap tidak berubah. Jadi di dalam kata teguh
juga terkandung unsur setia dan tidak ragu-ragu dalam percaya.
Dalam kenyataan, karena berbagai faktor, entah itu godaan dunia
yang menggiurkan, penderitaan yang berat, atau pun berbagai
tantangan, iman seseorang bisa menjadi goyah, kesetiaan kepada

Kotbah Jangkep 2022 51


Tuhan pun mulai ditinggalkan. Hal seperti itu juga terjadi dalam
kehidupan bangsa Israel sebagaimana digambarkan dalam bacaan
pertama dan mazmur tanggapan. Secara khusus hal ini ditunjukkan
di bacaan Hosea 2:1-10.
Di situ nabi Hosea diperintahkan oleh Allah untuk mengawini
seorang wanita sundal yaitu Gomer binti Diblaim (Hos. 1:2).
Perintah Allah ini pada prinsipnya untuk menunjukkan kehidupan
umat Israel yang waktu itu telah “bersundal” dengan membelakangi
Allah, yaitu berpaling dari Allah dengan menyembah kepada dewa
Baal. Dari perkawinan nabi Hosea dengan Gomer binti Diblaim,
nabi Hosea kemudian memperoleh 3 orang anak, yaitu: Yizreel,
Lo-Ruhama, dan Lo-Ami. Nama dari anak-anak nabi Hosea tersebut
mengandung makna simbolis untuk mengungkap situasi umat
Israel yang nyata. “Yizreel” pada hakikatnya untuk menyatakan
bahwa Allah akan segera menghukum keluarga Yehu, yaitu raja
Israel Utara; dan pemerintahannya akan berakhir (Hos 1:4-5). “Lo-
Ruhama” berarti: “tidak disayangi”. Nama ini untuk menunjuk
bahwa umat Israel tidak lagi disayang dan diampuni oleh Allah
(Hos. 1:6). Sedang “Lo-Ami” untuk menunjukkan bahwa umat Israel
kini tidak lagi berstatus sebagai umat Allah, dan Allah telah menolak
mereka untuk menjadi umatNya (Hos. 1:8-9). Dengan melakukan
perintah Allah tersebut, nabi Hosea bersedia mempertaruhkan
reputasi dirinya sebagai seorang nabi dan rela mengorbankan masa
depannya. Namun di balik pengorbanan diri dari nabi Hosea tersebut
sesungguhnya Allah juga mau menyatakan bahwa Dia Allah yang
tetap mengasihi dan setia kepada umatNya. Kasih Allah senantiasa
memiliki lingkup yang lebih besar dari pada kesalahan dan dosa
umatNya. Sehingga Allah akan menyayangi kembali “Lo-ruhama”
(yang tidak disayangi) dan menyayangi lagi “Lo-Ami” (yang bukan
umat Allah). Allah tetap mampu menyayangi umat Israel yang
sebenarnya tidak layak lagi disebut sebagai umatNya. Itu artinya,
Allah masih memberikan kesempatan kepada umat-Nya untuk
kembali hidup dan merasakan kasih setia Allah. Hidup dalam
52 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja
anugerah Allah. Hidup yang dipulihkan. Kesempatan dan anugerah
yang luar biasa ini seharusnya tidak mereka sia-siakan, sebaliknya
mendorong mereka untuk selanjutnya hidup sebagai umat Allah
yang teguh di dalam iman.
Kehidupan umat Israel waktu itu bisa jadi adalah gambaran
kehidupan kita saat ini, yang tidak teguh dalam iman dan meninggalkan
kesetiaan kepada Tuhan. Apa penyebabnya? Biasanya karena kita
meragukan kasih dan kuasa Tuhan. Ketika doa-doa lama belum
dikabulkan, orang menjadi ragu-ragu dan tidak sabar, lalu mencari
pertolongan lain di luar Tuhan. Bahkan ketika keinginan dan
harapan tidak terwujud, orang lalu berpikir bahwa Tuhan tidak
lagi mengasihinya. Tuhan Yesus, melalui bacaan Injil Lukas 11:1-13,
mengajarkan kepada para murid agar teguh di dalam iman, karena
Tuhan Allah sungguh-sungguh Allah yang mahakasih dan bisa
diandalkan. Berawal dari permintaan para murid, “Tuhan, ajarlah
kami berdoa..” maka Yesus pun mengajarkan doa, yang kita kenal
dengan Doa Bapa Kami. Di dalam doa tersebut, Allah dinyatakan
sebagai seorang Bapa, yang begitu mengasihi dan peduli kepada
anak-anakNya. Kasih dan kepedulian Bapa ini digambarkan dengan
perumpamaan yang sederhana tentang seorang sahabat yang
datang minta tolong kepada sahabatnya di tengah malam. Dalam
perumpamaan itu diceritakan bahwa pada akhirnya sahabat/
tuan rumah itu mau menolong, meskipun mungkin dengan terpaksa
ia harus bangun, atau mungkin mau menolong hanya karena faktor
sungkan atau kasihan. Tetapi yang pasti sahabat/tamu itu tertolong.
Perumpamaan ini diberikan bukan untuk menunjukkan bahwa
Bapa di Surga sering terganggu dengan permintaan kita dan kadang
terpaksa mengabulkan doa kita. Perumpamaan ini justru mengajak
kita untuk melihat bahwa jika manusia yang jahat saja bisa
memberikan pertolongan jika ada teman yang memerlukan, apalagi
Bapa di surga yang mahakasih. Ia tentu tidak akan menutup mata
dan mengabaikan begitu saja permohonan yang kita naikkan
kepada-Nya.

Kotbah Jangkep 2022 53


Selanjutnya di Lukas 11:11 Tuhan Yesus berkata: “Bapa
manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya
akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau jika
ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika
kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-
anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh
Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya”. Gambaran Allah
sebagai Bapa yang disaksikan oleh Tuhan Yesus adalah pribadi
Ilahi yang aktif, peduli, penuh kasih dan tahu memberikan yang
terbaik kepada manusia yang meminta kepadaNya. Allah tidak
mungkin memberikan yang buruk dan mencelakakan anak-anakNya,
walaupun anak-anaknya itu sering berpaling dan memberontak
kepadaNya. Apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus ini seharusnya
semakin meneguhkan iman para murid, sehingga mereka tidak
meragukan kasih setia Tuhan, sebaliknya semakin percaya dan
setia dalam beriman. Bagaimana dengan kita saat ini?
Dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, kita memang
mengalami bahwa tidak semua harapan terwujud sesuai keinginan
kita. Kadang pun kita mengalami bahwa ketika berada dalam
masalah yang berat, dalam keadaan sakit, atau mengalami kesulitan
tertentu, kita sudah berdoa namun seolah Tuhan diam dan tidak
menolong kita. Janganlah kita menyerah apalagi sampai berpaling
dari Allah. Tetap teguhkan iman, sebab Tuhan Allah yang mahakasih
tidak pernah meninggalkan dan menegakan kita. Jangan ragukan
kasih dan kuasa-Nya, sebab dengan kasih dan kuasa-Nya Tuhan
sanggup bekerja dan bertindak untuk menolong kita dan
memberikan yang terbaik bagi kita. Agar iman kita tetap teguh, mari
selalu hidup dekat dengan Tuhan. Doa jangan pernah ditinggalkan.
Kita bersyukur karena untuk berdoa tidak perlu menggunakan
HP dan tidak perlu pulsa atau kuota. Doa itu gratis, namun bisa
meneguhkan serta menguatkan kita. Semoga Tuhan menolong kita,
dalam setiap keadaan kita tetap setia dan teguh beriman. Amin.

54 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

SANTOSAKNA PRACAYAMU!

Wonten satunggaling lare ingkang dipunparingi nama Teguh


Prakosa dening Bapakipun. Kanthi nama punika, tiyang sepuhipun
nggadhahi pengajeng-ajeng bilih larenipun punika saged dados
tiyang ingkang imanipun kiyat, boten miyar-miyur sinaosa ngadhepi
wawarni-warni prekawising gesang, satemah saged dados pendhe-
rekipun Gusti ingkang setya, sembada lan santosa. Pramila, dening
tiyang sepuhipun, Teguh kabaptisaken nalika taksih alit. Lajeng
nalika ngancik dhiwasa, Teguh ugi ngakeni kapitadosan utawi sidhi,
ugi sregep ndherek peladosan ing greja. Nanging nalika Teguh
sampun nyambut damel ing kitha sanes, Teguh wiwit boten sregep
dhateng greja. Pangibadah saha pandonga asring kalirwakaken.
Peladosan ing greja ugi mandheg. Tiyang sepuhipun tansah
ngemutaken supados Teguh tansah gesang caket kaliyan Gusti lan
sregep ngibadah. Nanging satunggaling dinten, tanpa kanyana-nyana,
kanthi gumunggung Teguh wantun matur dhateng tiyang sepuhipun,
“Kangge menapa ngibadah, kangge menapa pitados dhateng Gusti?
Lha wong tanpa Gusti kula saged dados tiyang sukses”. Tiyang
sepuhipun saestu sedhih mireng bab punika. Kanthi muwun,
Bapakipun ngendika, “Bocah kuwi dak jenengke Teguh, dak gadhang-
gadhang dadi wong sing kuat imane, ehh lha kok malah kaya ngono...”
Cariyos punika namung dados satunggaling gegambaran,
bilih nggadhahi iman utawi kapitadosan ingkang bakuh utawi kiyat
punika sanes prekawis ingkang gampil. Sinaosa tiyang kagungan
asma Teguh, boten dados jaminan bilih tiyang punika kiyat lan
santosa imanipun. Beriman utawi pitados dhateng Gusti punika
ateges mitadosaken gesang dhateng Gusti. Bab menika ugi boten
gampil. Mitadosaken gesang dhateng manungsa ingkang ketingal
kémawon angèl, punapa malih mitadosaken gesang dhumateng

Kotbah Jangkep 2022 55


Gusti Allah ingkang boten ketingal. Sinaosa Gusti Allah punika
tansah nresnani lan preduli dhateng kita, nanging kita taksih
asring mangu-mangu ing kapitadosan, kepara lajeng boten setya
dhateng Gusti. Prekawis ingkang kados mekaten dumados ing
gesangipun bangsa Israel minangka umat kagunganipun Gusti.
Waosan sepisan saking Kitab Hosea 2:1-10 lan ugi saking Jabur 85,
nelakaken kados pundi umat kagunganipun Gusti kala semanten
sampun gagal anggenipun ngugemi kapitadosan dhateng Gusti.
Minangka umatipun Gusti, bangsa Israel sampun dipuntresnani
dening Gusti, nanging malah nilar kasetyan dhateng Gusti lan
manembah dhateng dewa Baal. Awit saking punika, Gusti Allah
maringaken paukuman kangge umat Israel. Sinaosa mekaten,
awit katresnan lan kasetyanipun ingkang ageng, Gusti Allah
taksih kersa nampi lan nresnani malih umatipun. Ateges, sinaosa
umat sejatosipun boten pantes ing ngarsanipun Gusti, nanging
Gusti taksih maringi wewengan supados umat nampi sih rahmat.
Kanthi mekaten, gesangipun umat saged kapulihaken malih, Lan
ing salajengipun, umat kagunganipun Gusti punika nggandhahi
kapitadosan ingkang saya santosa lan kasetyan ingkang saestu
dhateng Gusti.
Ing gesang kita samangke, mbokbilih kita saged ugi kadosdene
umat Israel kala semanten, ingkang miyar-miyur ing kapitadosan,
lan nilar kasetyan dhateng Gusti. Menapa penyebabipun? Biasanipun
amargi tiyang mangu-mangu dhateng katresnan lan panguwaosipun
Gusti. Menawi pandonganipun dangu dereng kasembadan, lajeng
mangu-mangu lan boten sabar, lajeng pados pitulungan sanes ing
sakjawaning Gusti. Malah menawi pikajengipun boten katurutan,
tiyang nggadhahi panganggep bilih Gusti boten nresnani piyam-
bakipun. Gusti Yesus, lumantar waosan Injil Lukas 11:1-13, paring
piwulang supados para pendherekipun tansah santosa ing
kapitadosan awit Gusti Allah punika saestu Gusti Allah ingkang
mahatresna lan saged dipunandelaken. Piwulangipun Gusti Yesus

56 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


punika kawiwitan nalika para sekabat nyuwun winulang bab
ndedonga, lan ing ngriku Gusti Yésus mulangaken Donga Rama
Kawula. Pandonga punika isinipun bab pasrah dhumateng pangreksa
tuwin karsanipun Gusti Allah ingkang saé. Kénging punapa? Awit
kanthi katresnan lan panguwaosipun, Gusti Allah pirsa punapa
ingkang dipun betahaken déning para kagunganipun. Bab punika
kagambaraken kanthi cariyos tiyang ingkang murugi griya
mitranipun ing wanci dalu saprelu nyuwun tetedhan. Tetedhan
punika kanggé nyegah tamunipun. Piyambakipun mangretos
menawi tumindakipun temtu ngganggu ingkang kagungan griya
kepara mujudaken tumindak ingkang nglingsemi. Ingkang kagungan
griya temtu badhé kawirangan menawi boten saged nyegah
tamunipun amargi katelasan tetedhan. Kapeteg ing kawontenan
kasebat, mila piyambakipun kapeksa boten ajrih kécalan ajining
dhiri, nyenyuwun dhateng mitranipun ing wanci dalu. Lan awit
tumindakipun ingkang kados mekaten, mitranipun purun paring
pitulungan.
Cariyos punika paring gegambaran bilih manungsa ingkang
duraka kemawon purun nulungi mitranipun ingkang mbetahaken
pitulungan, punapa malih Gusti Allah ingkang mahatresna lan
mahakuwaos, mesthi kersa nanggapi panyuwunan kita kanthi
kebak ing kawigatosan lan mesthi kersa paring pitulungan.
Salajengipun Gusti Yesus ugi nggambaraken katresnanipun Gusti
Allah kadosdene tiyang sepuh dhateng anak-anakipun. Tiyang sepuh
boten badhé maringi sawer nalika anakipun nyuwun ulam; utawi
kalajengking minangka gantosipun tigan. Tiyang sepuh mangertos
maringi punapa ingkang saé tumrap anak-anakipun. Gusti Yésus
ngandika, katresnanipun Gusti Allah langkung ageng tinimbang
katresnanipun tiyang sepuh dhateng anakipun.
Pangandikanipun Gusti punika paring piwulang dhumateng
kita supados kita boten mangu-mangu dhateng katresnan saha
panguwaosipun Gusti. Sinaosa sedaya pepenginan lan pikajeng

Kotbah Jangkep 2022 57


kita ing donya menika boten sedaya katurutan. Nalika kita
nggadhepi prekawising gesang ingkang awrat, nalika kita sakit
lan sampun ndedonga nanging dereng mantun-mantun, nalika kita
ngalami kangelaning gesang lan nyuwun pitulungan saking Gusti
nanging kados-kados Gusti boten paring pitulungan, sampun
ngantos semplah ing manah, menapa malih ngantos nilar kasetyan
dhateng Gusti Allah. Pitadosa bilih Gusti Allah ingkang mahatresna
boten badhe nilar lan negakaken kita. Mangga nyuwun pitulungan
Sang Roh Suci supados ing mawarni-warni prekawising gesang,
kapitadosan kita samsaya kasantosaken. Kita langkung kiyat
ngugemi iman dhumateng Gusti, awit pitados satuhu bilih kanthi
katresnan lan panguwaosipun, Gusti makarya lan badhe maringi
ingkang paling sae piyambak kangge kita. Supados kapitadosan
kita tansah kiyat lan santosa, mangga tansah gesang cecaketan
kaliyan Gusti. Sampun ngantos pandonga kita tilaraken. Kita muji
sokur awit kangge ndedonga boten kedah ngangge HP lan boten
mbetahaken pulsa utawi kuota. Ndedonga menika gratis, malah
ugi ndayani gesang kita. Pramila, sampun ngantos nyupekaken
pandonga. Kanthi pandonga, Gusti mitulungi kita dados umatipun
ingkang setya, kapitadosan kita ugi dados santosa. Amin

58 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 31 Juli 2022
Minggu Biasa XIII Minggu ke-8 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Tuhan andalan utama hidupku

TUJUAN:
Jemaat tidak menggantungkan hidup pada hal-hal duniawi yang tidak
kekal, karena hanya Tuhan yang menjadi andalan utama.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Hosea 11:1-11
Tanggapan : Mazmur 107:1-9; 43
Bacaan II : Kolose 3:1-11
Bacaan Injil : Lukas 12:13-21

DAFTAR AYAT PENDUKUNG LITURGIS


Berita Anugerah : I Petrus 1:3-5
Petunjuk Hidup Baru : Matius 6:20-21
Persembahan : II Korintus 9:7-8

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 4:1, 6
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1, 4
Nyanyian Kesanggupan : KJ 240a:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 393:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 407:1, 4

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 34:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 49:1, 3
Kidung Kesanggeman : KPJ 416:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 183:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 438:1, 2

Pdt. Wiji Astuti (GKJ Salatiga)

Kotbah Jangkep 2022 59


DASAR PEMIKIRAN
Siapa orangnya yang tidak mau dan tidak suka menjadi kaya?
Banyak orang beranggapan bahwa menjadi orang kaya, dengan
memiliki banyak uang atau harta dunia, maka hidup menjadi
serba enak dan menyenangkan. Dengan anggapan itu, maka orang
menjadikan harta kekayaan dunia sebagai tujuan hidup. Padahal
harta kekayaan dunia hanyalah sarana hidup, dan sifatnya tidak
kekal. Namun dalam kenyataan, harta kekayaan duniawi sungguh
menjadi godaan yang menggiurkan, hingga akhirnya banyak orang
yang menggantungkan hidup pada harta kekayaan tersebut, dan
tidak lagi menjadikan Tuhan sebagai andalan utama dalam hidup.
Orang beriman, bukan sekedar percaya, namun juga harus
mempercayakan hidup kepada Tuhan. Itu artinya, orang beriman
harus menjadikan Tuhan sebagai andalan utama. Meskipun hal-
hal duniawi dibutuhkan, jangan sampai orang beriman hidup sebagai
“orang bodoh” yang menggantungkan hidup pada harta kekayaan
dunia, karena semua akan berakhir sia-sia. Hanya Tuhan yang bisa
menjadi andalan utama dalam hidup, karena kasih-Nya kekal,
kuasa-Nya sanggup diandalkan dan hanya Tuhan yang mampu
menjamin keselamatan jiwa kita.

KETERANGAN BACAAN
Hosea 11:1-11
Hosea adalah nabi yang diutus untuk memperingatkan umat
Allah tentang ketidaksetiaan mereka dan bagaimana mereka telah
berpaling dari Allah. Padahal, Allah begitu mengasihi mereka.
Gambaran tentang kasih Allah begitu jelas: "Ketika Israel masih
muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu." Tuhan
menggambarkan diri-Nya sebagai seorang bapak yang penuh kasih
bagi Israel. Tuhan mengingatkan Israel bahwa ketika mereka
menjadi budak di Mesir, DIA mendengar teriakan mereka. Allah
memanggil dan membebaskan mereka dari tangan Firaun. DIA

60 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


melindungi selama 40 tahun pengembaraan mereka di padang
gurun. Dengan kasih-Nya, Allah menuntun mereka ke Tanah
Perjanjian. Tapi apa reaksi mereka? "Makin Kupanggil mereka, makin
pergi mereka itu dari hadapan-Ku." Mereka melupakan Allah.
Berpaling dari-Nya, bahkan meninggalkan-Nya. Mereka pergi dari-
Nya jauh dan semakin jauh. “Umat-Ku betah dalam membelakangi
Aku.”
Namun, sekali pun demikian, larutkah Allah dalam kemurkaan-
Nya? Bagi Israel, kasih Allah sungguh nyata. Ketika mereka mengeluh
tentang manna, Allah memberi mereka burung puyuh. Ketika
mereka mengeluh kehausan, Allah menyediakan air yang segar dari
cadas yang kokoh tegar. Ketika mereka menyadari kesalahan dan
bertobat, Allah mengampuni. "Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku,
belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan
murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan
Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia. Yang Kudus
di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan.”
Mereka tidak akan dilupakan atau ditinggalkan. Kasih Allah akan
mengubah mereka. Cinta-Nya untuk selama-lamanya.

Mazmur 107:1-9, 43
Banyak penafsir memperkirakan bahwa mazmur ini dilatar-
belakangi oleh situasi pada zaman pembuangan di Babel. Ayat 1-
32 mencatat pengalaman orang-orang yang berada dalam kesesakan,
namun memperoleh pertolongan Tuhan. Dalam perkembangannya,
Mazmur ini dipakai dalam ibadah sebagai nyanyian untuk mengan-
tarkan korban syukur kepada Tuhan. Ayat 1-3 dimulai dengan
seruan untuk bersyukur atas kebaikan Tuhan, karena karya Tuhan
sehingga umat telah kembali dari pembuangan. Selama dalam
pembuangan mereka berada di dalam cengkeraman penguasa
yang telah menaklukkan negeri mereka (Di ayat 2 disebut dengan
istilah kuasa yang menyesakkan).

Kotbah Jangkep 2022 61


Pemazmur mengajak mereka untuk mengingat pengalaman
di masa lampau. Keadaan mereka digambarkan seperti sekelompok
orang yang berjalan di padang belantara. Mereka tidak tahu jalan
untuk pulang, mereka menderita kelaparan, dan kondisi batin
mereka jg memprihatinkan. Dalam kondisi seperti itu, hanya satu
hal yang bisa mereka lakukan, yaitu berseru kepada Tuhan! Dan
Tuhan menjawab mereka. Tuhan membawa mereka pulang ke
tempat kediaman mereka.

Kolose 3:1-11
Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan oleh anugerah
Allah di dalam Yesus Kristus, Jemaat Kolose dinasihati oleh Rasul
Paulus agar pikiran mereka tidak tertuju hanya pada perkara-
perkara duniawi. Seperti apakah perkara-perkara duniawi itu?
Rasul Paulus memberi contoh mengenai kebanggaan rohani karena
ketaatan terhadap aturan-aturan agama atau pun men¬jauhkan
diri dari larangan-larangan di dalamnya (Kol. 2:16-18). Sebaliknya
ada juga yang mengabaikan aturan-aturan agama beserta
larangannya dengan hidup semaunya, yakni hidup dalam percabulan,
kenajisan, hawa nafsu dan keserakahan (Kolose 3:5). Yang pertama
mengikatkan diri dengan rupa-rupa aturan dan larangan agama,
sementara yang kedua mengabaikan semuanya dan hidup semaunya.
Keduanya bukan hal yang dikehendaki oleh Tuhan, karena keduanya
dilakukan hanya karena mengejar perkara-perkara duniawi.
Tuhan menghendaki kita hidup sebagai manusia-manusia
baru. Menjadi manusia baru berarti bersedia untuk menyalibkan
segala hawa nafsu dan keinginannya, agar merdeka untuk me¬layani
Allah dan sesama. Menjadi manusia baru berarti bersedia untuk
senantiasa melakukan apa yang Allah kehendaki.

62 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Lukas 12:13-21
Lukas 12:13-21 menceritakan: ada orang yang bersengketa
mengenai warisan datang kepada Yesus dan minta Yesus membantu
supaya saudaranya mau berbagi warisan dengannya. Jadi Yesus
tiba-tiba diangkat menjadi "hakim warisan." Agaknya Yesus
mensinyalir bahwa dalam diri orang tersebut dikuasai oleh roh
ketamakan terhadap harta atau kekayaan. Maka Yesus memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengajarkan sikap yang benar terhadap
harta dunia. Yesus memakai sebuah perumpamaan tentang orang
kaya yang bodoh. Orang tersebut kaya raya, hartanya berlimpah-
limpah. Tetapi semua itu dinikmati sendiri, dengan kata lain ia
menjadi orang yang super egois. Selain egois, orang kaya itu juga
mengandalkan kekayaannya itu untuk sandaran jiwa dan
keselamatannya. Ayat 19 menunjukkan hal tersebut, “Sesudah itu
aku berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang,
tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah,
minumlah dan bersenang-senanglah!” (Lukas 12:19). Namun,
malam itu juga, nyawa orang kaya itu diambil oleh Allah, dan orang
kaya itu meninggal dunia. Maka sia-sialah semua kekayaannya,
karena harta kekayaan berapapun banyaknya tidak bisa dibawa
mati dan tidak bisa menyelamatkan jiwanya. Itu sebabnya Yesus
menyebut orang kaya tersebut bodoh. Kita semua juga akan disebut
bodoh kalau hidup hanya bergantung kepada kekayaan dunia
yang tidak kekal, karena hidup kita hanya akan berakhir sia-sia.
Sehubungan dengan hal ini, maka Yesus mengajarkan agar kita
menjadi kaya di hadapan Allah. Kaya di hadapan Allah, artinya
hidup bergantung kepada Allah, sehingga hidup kita tidak akan
sia-sia, karena Allah dan kasihNya kekal adanya. Di sisi lain orang
yang kaya di hadapan Allah adalah orang yang mau berbagi dengan
sesamanya. Meskipun dia tidak kaya menurut ukuran dunia,
namun ia peduli dengan kesengsaraan sesamanya, dan jika punya
banyak harta, maka itu tidak untuk dinikmati sendiri. Orang yang

Kotbah Jangkep 2022 63


kaya di hadapan Allah mengakui bahwa kekayaan yang dimiliki
itu berasal dari Tuhan, maka dia pun siap menggunakannya seperti
yang Tuhan kehendaki. Kekayaannya juga untuk mengabdi kepada
Tuhan sebagai wujud ucapan syukurnya atas berkat kekayaan
yang diterimanya. Dengan demikian orang kaya yang seperti itu
akan tetap rendah hati, jauh dari kesombongan dan ketamakan,
hidupnya akan terus bergantung kepada Tuhan karena menyadari
bahwa hanya Tuhan andalan utama dalam hidup.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Agak sulit untuk mencari benang merah dari keempat bacaan
leksionari Minggu ini, karena masing-masing bacaan memiliki
konteks yang berdiri sendiri-sendiri. Oleh karena itu, khotbah
Minggu ini akan fokus pada bacaan Injil, yaitu Lukas 12: 13-21,
dengan tujuan agar jemaat menjadikan Tuhan sebagai andalan
utama dalam hidup. Melalui bacaan Firman Tuhan tersebut, jemaat
ditolong untuk di satu sisi menyadari bahwa ada banyak hal-hal
duniawi yang menggiurkan, terutama harta, uang atau kekayaan
yang seringkali menjadi andalan hidup manusia, sehingga manusia
tidak lagi bergantung kepada Tuhan. Padahal harta, uang dan
kekayaan sifatnya tidak kekal. Yesus menyebut seseorang itu bodoh,
manakala menggantungkan hidup pada harta, uang atau kekayaan
yang tidak kekal tersebut. Oleh karena itu, jemaat diarahkan untuk
tidak menggantungkan hidup pada harta atau kekayaan duniawi.
Di sisi lain, jemaat didorong menjadi kaya di hadapan Allah. Harta
kekayaan boleh dimiliki, sebagai sarana hidup bukan tujuan hidup.
Harta kekayaan dunia tidak bisa menjadi sandaran jiwa dan
penjamin keselamatan, Hanya Tuhan yang mampun menjamin
keselamatan jiwa manusia. Oleh karena itu, hanya Tuhan yang
layak menjadi andalan utama bagi hidup.

64 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

TUHAN ANDALAN UTAMA HIDUPKU

Ada seorang lelaki yang bernama Pak Sugito Ia terkenal kaya


raya. Sayangnya, selain terkenal kaya ia juga terkenal kikir dan
tamak. Suatu hari istrinya pengin sekali naik helikopter. Awalnya
Pak Sugito menolak keinginan istrinya karena naik helikopter itu
harus bayar mahal. Tetapi karena istrinya merayu-rayunya terus
dan demi cintanya kepada istrinya, dengan berat hati Pak Sugito
akhirnya memenuhi keinginan istrinya.
Sampailah mereka berdua di tempat carter helikopter. Si pilot
berkata, “Betul pak, mau naik helikopter? Bayarnya mahal lho! Naik
selama 1 jam bayar 10 juta. Kalau Anda bicara di atas didenda 5
juta. Tetapi kalau Anda tidak bicara sepatah kata pun, akan saya
kasih bonus 15 juta." Setelah setuju dengan perjanjian tersebut,
helikopter diterbangkan oleh pilot dengan cara manuver jungkir
balik di atas.".
Setelah helikopter mendarat kembali, si pilot berkata kepada
Pak Sugito,"Wah Anda hebat, Anda berhasil tidak bicara sepatah
kata pun waktu di atas tadi.".
Pak Sugito pun berkata: "Tadinya saya mau ngomong, tapi
takut didenda, dan takut tidak dapat bonus dari Anda!!". Si Pilot
bertanya, “Lha memangnya Bapak mau bilang apa?” Pak Sugito
menjawab, “Istri saya jatuh”
Para ibu, para kaum wanita, bagaimana perasaan Anda jika
punya suami seperti pak Sugito? Mosok istrinya dibiarkan jatuh
hanya karena dia tidak mau didenda 5 juta dan demi dapat bonus
15 juta. Kebangeten memang! Demi uang, istri dikorbankan. Itu
akibat tamak terhadap harta. Yahh..untung ini hanya cerita.
Dalam kenyataan, bukankah banyak peristiwa juga sering
terjadi: karena harta, banyak hubungan kekeluargaan menjadi

Kotbah Jangkep 2022 65


rusak, anak berani melawan orang tua demi mendapatkan harta
warisan orang tua; atasan memeras anak buah, seorang menipu
bahkan membunuh orang lain atau saudaranya sendiri, dlsb. Bagi
mereka hanya satu tujuan: berhasil mengumpulkan harta. Dengan
cara demikian orang itu lupa akan Tuhan. Kenyataan berbicara
bahwa harta/kekayaan dunia ternyata bisa menjerumuskan orang
ke jurang malapetaka, manakala hati orang tersebut dikuasai oleh
ketamakan terhadap harta.
Lukas 12:13-21 menceritakan: ada orang yang bersengketa
mengenai warisan datang kepada Yesus dan minta Yesus membantu
supaya saudaranya mau berbagi warisan dengannya. Jadi Yesus
tiba-tiba diangkat menjadi "hakim warisan." Agaknya Yesus
mensinyalir bahwa dalam diri orang tersebut dikuasai oleh roh
ketamakan terhadap harta atau kekayaan. Maka Yesus memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengajarkan sikap yang benar terhadap
harta dunia. Yesus memakai sebuah perumpamaan tentang orang
kaya yang bodoh. Orang tersebut kaya raya, hartanya berlimpah-
limpah. Tetapi semua itu dinikmati sendiri, dengan kata lain ia
menjadi orang yang super egois. Selain egois, orang kaya itu juga
mengandalkan kekayaannya itu untuk sandaran jiwa dan
keselamatannya. Ayat 19 menunjukkan hal tersebut, “Sesudah itu
aku berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang,
tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah,
minumlah dan bersenang-senanglah!” (Lukas 12:19). Namun,
malam itu juga, nyawa orang kaya itu diambil oleh Allah, dan orang
kaya itu meninggal dunia. Maka sia-sialah semua kekayaannya,
karena harta kekayaan berapapun banyaknya tidak bisa dibawa
mati dan tidak bisa menyelamatkan jiwanya. Itu sebabnya Yesus
menyebut orang kaya tersebut bodoh. Kita semua juga akan
disebut bodoh kalau hidup hanya bergantung kepada kekayaan
dunia yang tidak kekal, karena hidup kita hanya akan berakhir
sia-sia. Sehubungan dengan hal ini, maka Yesus mengajarkan agar
kita menjadi kaya di hadapan Allah.

66 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Kaya di hadapan Allah, artinya hidup bergantung kepada Allah,
sehingga hidup kita tidak akan sia-sia, karena Allah dan kasihNya
kekal adanya. Di sisi lain orang yang kaya di hadapan Allah adalah
orang yang mau berbagi dengan sesamanya. Meskipun dia tidak
kaya menurut ukuran dunia, namun ia peduli dengan kesengsaraan
sesamanya, dan jika punya banyak harta, maka itu tidak untuk
dinikmati sendiri. Orang yang kaya di hadapan Allah mengakui
bahwa kekayaan yang dimiliki itu berasal dari Tuhan, maka dia pun
siap menggunakannya seperti yang Tuhan kehendaki. Kekayaannya
juga untuk mengabdi kepada Tuhan sebagai wujud ucapan syukur-
nya atas berkat kekayaan yang diterimanya. Dengan demikian orang
kaya yang seperti itu akan tetap rendah hati, jauh dari kesombongan
dan ketamakan.
Di dalam hidup kita ini, uang dan harta memang kita butuhkan,
bahkan boleh kita miliki. Menjadi kaya itu juga tidak dilarang oleh
Tuhan. Jadi, Tuhan tidak melarang atau menghambat umatNya
untuk menjadi kaya karena memiliki banyak uang atau harta benda
dunia. Abraham, Daud, Salomo, Yusuf adalah contoh orang-orang
yang diberkati oleh Tuhan dengan kekayaan yang luar biasa. Jadi,
menjadi orang kaya, boleh-boleh saja. Yang tidak boleh adalah, kalau
orang begitu kepingin kaya, lalu melupakan segala sesuatu yang
lain: lupa kesehatan sendiri, lupa keluarga, lupa gereja, bahkan lupa
kepada Tuhan. Ia pun menjadi orang egois dan tamak, lalu
menghalalkan segala cara, mengabaikan norma-norma moral dan
etika demi uang dan harta yang banyak. Itu yang tidak boleh! Kalau
harta uang dijadikan pujaan, dijadikan andalan atau ‘tuhan’ tempat
ia menggantungkan segala sesuatu, ini yang salah! Mengapa salah?
Sebab uang, harta benda dunia, itu hanya alat, sarana untuk hidup,
bukan tujuan andalan utama. Uang/harta itu sesuatu, tetapi bukan
segala-galanya. Ia bisa menjadi pelayan yang baik, kalau kita
menguasainya. Tetapi uang/harta adalah tuan yang jahat, kalau
kita dikuasainya; kalau kita menjadi budak uang, budak kekayaan. Ini
yang membuat orang tamak

Kotbah Jangkep 2022 67


Sayang sekali, pada jaman sekarang ini godaan materi begitu
luar biasa. Banyak orang sudah dikuasai oleh ketamakan. Menggan-
tungkan hidup pada uang dan harta, memuja kesenangan materi,
hingga Tuhan pun dilupakan. Yesus mengingatkan kita semua,
“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan.”
Mari mengingat selalu bahwa kita dilahirkan telanjang, dan akan
mati dengan telanjang. Harta kekayaan sebanyak apapun tidak akan
kita bawa mati. Oleh sebab itu, jangan sampai kita hanya menjadi
orang yang kaya harta dunia, tetapi tidak kaya di hadapan Allah.
Kaya materi tidak masalah, tetapi harus tetap kaya di hadapan
Allah, Yang tidak kaya secara dunia pun tidak perlu kuatir, yang
penting tetap kaya di hadapan Allah, menjadikan Allah sebagai
andalan utama dalam hidup. Kalau itu yang terjadi maka hidup
kita tidak akan berakhir sia-sia. Semoga Roh Kudus menolong
kita, agar selalu menjadikan Tuhan sebagai andalan utama dalam
hidup kita. Amin

68 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

GUSTI ANDEL-ANDELING URIPKU

Wonten satunggaling tiyang ingkang Asmanipun Pak Sugito.


Tiyang menika kondhang minangka tiyang ingkang sugih mblegedhu,
nanging ugi cethil saha tamak. Satunggaling dinten, semahipun
kepengin sanget saged nitih helikopter. Sewaunipun pak Sugito
boten badhe nuruti pepenginan saking semahipun wau, awit nitih
helikopter menika wragadipun awis. Nanging karana semahipun
tansah ngglembuk, adreng anggenipun nyenyuwun, mila sinaosa
kanthi manah ingkang owel, Pak Sugito wusananipun nglulusaken
panyuwunan semahipun. “Ya wis dak turuti panjalukmu minangka
wujuding tresnaku marang kowe,” mekaten pangandikanipun Pak
Sugito dhateng semahipun.
Ing wusana, pak Sugito kaliyan semahipun lajeng tindak dhateng
satunggaling papan ingkang nyewakaken helikopter. Si pilot lajeng
matur, “Saestu pak, panjenengan kekalih badhe nitih helikopter?
Wragadipun awis lho. Setunggal jam panjenengan kedah mbayar
10 yuta. Menawi ing nginggil mangke panjenengan ngendikan, badhe
kadhendha 5 yuta Nanging menawi panjenengan boten ngendikan
babar pisan, panjenengan kula aturi bonus 15 yuta. Kados pundi
pak?” Pak Sugito paring wangsulan, “Iyo mas Pilot aku sarujuk. Wis
saiki gawanen aku karo bojoku mabur numpak helikopter iki.”
Ringkesing cariyos, Pak Sugito kaliyan semahipun saged mabur
nitih helikopter.
Sasampunipun helikopter wau mendarat, mas Pilot matur
dhateng pak Sugito, “Wah panjenenan saestu hebat, panjenenan
saestu berhasil boten ngendikan sadangunipun wonten nginggil
wau.” Pak Sugito lajeng ngendika, “Jane aku mau arep ngomong
mas, naning wedi yen didhendha, eman-eman yen ora sido entuk
bonus.” Si Pilot lajeng nyuwun pirsa, “Lha sejatosipun panjenengan
kala wau badhe ngendika menapa pak?” Pak Sugito paring
wangsulan, “Bojoku tiba, Mas, ceblok saka helikopter.”
Kotbah Jangkep 2022 69
Para ibu, kados pundi raosing manah panjenengan menawi
kagungan garwa kados Pak Sugito? Ingkang negakaken semahipun
dhawah saking helikopter karana boten purun kadhendha 5 yuta
lan supados pikantuk bonus 15 yuta. Kangge nggayuh arta, semah
kakorbanaken. Sedaya menika awit budi kethaha, raos tamak
dhateng bandha. Untung kemawon menika namung satunggaling
cariyos.
Nanging ing kasunyatan, kathah prekawis ugi asring dumados:
awit kabereg dening raos melik dhateng bandha, pasedherekan
utawi sesambetan ing brayat lajeng risak, lare wantun dhateng
tiyang sepuhipun, tiyang ngapusi utawi malah tega mejahi tiyang
sanes, lsp. Tumraping tiyang menika, gegayuhaning gesang namung
setunggal, inggih menika kados pundi sagedipun ngempalaken
bandha. Kasunyatan mratelakaken bilih bandha utawi kasugihan
saged murugaken tiyang dhumawah ing kacilakan/kasangsaran,
menawi manahipun tiyang menika dipunkuwaosi dening budi
kethaha, ketamakan dhateng bandha.
Lukas 12:13-21 nyariosaken: wonten satunggaling tiyang
ingkang sowan dhateng Gusti Yesus, nyenyuwun supados Gusti
Yesus paring pambiyantu anggenipun badhe andum warisan.
Mbokbilih Gusti Yesus rumaos nggumun, awit dumadakan kok
kaangkat minangka “hakim warisan”. Nanging ketingalipun Gusti
Yesus pirsa bilih manahipun tiyang wau dipunkuwaosi dening
budi kethaha, ketamakan dhateng bandha utawi kasugihan. Mila
Gusti Yesus lajeng paring piwulang bab patrap ingkang leres
dhateng bandha donya. Gusti Yesus paring pasemon bab tiyang
ingkang tanpa budi. Tiyang menika sugih mblegedhu, bandhanipun
kathah sanget. Nanging sedaya menika namung kangge gesangipun
piyambak, karemenan saha kabetahanipun piyambak. Kanthi
tembung sanes, tiyang menika super egois. Kejawi egois, tiyang
sugih menika ugi ngendelaken kasugihanipun minangka sumbering
kawiujenganipun. Ayat 19 nedahaken bab menika, “Nyawaku nuli

70 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


dakkandhanane: Heh, nyawaku, kowe wis duwe bandha akeh banget,
cukup kanggo urip pirang-pirang taun, mulane ngasoa, mangana,
ngombea lan seneng-senenga”. Nanging ing wekdal menika ugi
nyawanipun tiyang wau kapundhut dening Gusti, tiyang sugih
wau tilar donya. Sedaya kasugihanipun muspra, awit bandha donya
kathaha kados menapa boten saged kabekta menawi tiyang tilar
donya, lan boten saged milujengaken nyawanipun. Mila saking
menika Gusti Yesus nyebat tiyang sugih menika tiyang ingkang
tanpa budi. Menawi ing tembung basa Indonesia sinebat orang
bodoh. Mbok bilih kita sedaya badhe sinebat tiyang ingkang
tanpa budi, orang bodoh, menawi anggen kita nglampahi gesang
namung gumantung dhateng banda donya ingkang boten langgeng.
Nyumendhekaken gesang namung dhateng banda donya badhe
ndadosaken gesang kita muspra lan nglaha.
Gegayutan kaliyan bab menika, Gusti Yesus paring piwulang
supados kita sugih ing ngarsanipun Gusti Allah. Sugih ing ngarsanipun
Allah ateges kita nggadhahi keyakinan bilih namung Gusti Allah
sumbering gesang kita, ingkang dados andel-andeling gesang
ingkang utami. Menawi kita dados tiyang ingkang sugih ing
ngarsanipun Gusti Allah, gesan namung gumantung kaliyan Gusti
Allah. Gesang kita boten badhe muspra lan nglaha, awit Gusti Allah
saha katresnanipun langgeng ing salaminipun. Ing sisih sanes,
tiyang sugih ing ngarsanipun Allah punika ngakeni bilih kasugihan
punika asalipun inggih saking Allah, punika peparing, pramila ugi
kaginakaken miturut ing pangrehipun Gusti. Kasugihanipun ugi
kangge ngabdi dhumateng Gusti minangka wujud raos sokur
awit saking berkah kasugihan ingkang sampun katampi. Kanthi
mekaten, tiyang sugih punika badhe tansah andhap asor, tebih
saking raos gumunggung lan budi kethaha utawi ketamakan. Kados
pundi ingkang dumados ing gesang kita?
Gesang ing donya menika pancen mbetahaken arta utawi
bandha minangka sarananing gesang, sanes andel-andeling gesang.
Dados tiyang sugih bandha kadonya menika kenging-kenging
Kotbah Jangkep 2022 71
kemawon, boten dipunlarang dening Gusti. Abraham, Dawud,
Salomo, lan Yusuf menika conto tiyang-tiyang ingkang gesangipun
binerkahan dening Gusti kanthi kasugihan ingkang ageng. Dados,
sugih menika kenging-kenging kemawon. Nanging ingkang boten
dipunkeparengaken dening Gusti inggih menika, menawi saking
kepengipun dados sugih, tiyang lajeng nyupekaken sedayanipun,
kadosta: supe dhateng kesehatanipun, supe dhateng brayatipun,
supe dhateng greja lan dhateng Gusti. Tiyang menika dados tiyang
ingkang egois lan tamak, lajeng nindakaken menapa kemawon
kangge nggayuh arta utawi bandha ingkang kathah. Menawi arta
utawi bandha kadadosaken bendara, gesangipun namung gumantung
dhateng bandha, lajeng kasugihanipun namung kangge dhirinipun
piyambak, boten preduli dhateng tiyang sanes lan boten purun
andum berkah. Nah menika ingkang klentu.
Bandha arta, kasugihan kadonyan menika pancen asring dados
satunggaling panggodha ingkang nengsemaken manah lan
ndadosaken kita dhumawah. Mila sumangga kita tansah nyuwun
pitulunganipun Sang Roh Suci, supados kita dados tiyang ingkang
sugih ing ngarsanipun Gusti Allah. Gesang boten gumantung
dhateng arta utawi bandha, nanging namung gumantung dhateng
Gusti. Namung Gusti ingkang dados andel-andeling gesang ingkang
utami, supados kanthi mekaten gesang kita boten badhe muspra
utawi nglaha. Amin

72 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai