Anda di halaman 1dari 36

KHOTBAH JANGKEP

Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Juni 2022
Tema: Roh Tuhan Memulihkan

Kotbah Jangkep 2022 133


DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN
BULAN JUNI 2022

Minggu, 5 JUNI 2022 ................................................................................... 135


Pentakosta (Merah)
Dipimpin Oleh Roh

Minggu, 12 JUNI 2022 ............................................................................... 136


Minggu Trinitas (Putih)
Lahirkan Kemuliaan dengan Roh-Nya

Minggu, 19 JUNI 2022 ................................................................................ 137


Minggu Biasa VII Minggu ke-2 setelah Pentakosta (Hijau)
Jangan Hidup Dalam Kecemasan

Minggu, 26 JUNI 2022 ................................................................................ 150


Minggu Biasa VIII Minggu ke-3 setelah Pentakosta (Hijau)
Jangan Kembali Terpuruk

134 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 5 Juni 2022
Pentakosta (Merah)

TEMA PERAYAAN IMAN


Dipimpin Oleh Roh

TUJUAN:
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Kisah Para Rasul 2:1-21
Tanggapan : Mazmur 104:24-34, 35b
Bacaan II : Roma 8:14-17
Bacaan Injil : Yohanes 14:8-17, (25-27)

KETERANGAN:
Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Pentakosta 2022
yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah.

Kotbah Jangkep 2022 135


Minggu, 12 Juni 2022
Minggu Trinitas (Putih)

TEMA PERAYAAN IMAN


Lahirkan Kemuliaan Dengan RohNya

TUJUAN:
DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Amsal 8:1-4, 22-31
Tanggapan : Mazmur 8
Bacaan II : Roma 5:1-5
Bacaan Injil : Yohanes 16:12-15

KETERANGAN:
Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Pentakosta 2022
yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah.

136 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 19 Juni 2022
Minggu Biasa VII Minggu ke-2 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Jangan Hidup dalam Kecemasan

TUJUAN : Umat dapat mengelola kecemasan hidup yang menyelimuti


kesehariannya dengan tetap bersandar pada Tuhan

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 1 Raja-Raja 19:1-15a
Tanggapan : Mazmur 42 dan 43
Bacaan II : Galatia 3:23-29
Bacaan III : Lukas 8:26-39

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Matius 11:28-30
Petunjuk Hidup Baru : 1 Korintus 15:58
Persembahan : 1 Tawarikh 29:13-14

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : PKJ 11:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 28:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : NKB 207:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 367:1, 3, 6
Nyanyian Pengutusan : NKB 137:1, 3

Bahasa Jawa :
Kidung Pamuji : KPK 116:1
Kidung Panelangsa : KPJ 55:1-3
Kidung Kasanggeman : KPJ 72:1, 3, 4
Kidung Pisungsung : KPJ 166:1-3
Kidung Pengutusan : KPJ 441:1

Pdt. Elisabeth Simanjuntak, S.Si (GKJ Gandaria)

Kotbah Jangkep 2022 137


DASAR PEMIKIRAN
✓ Keputusasaan dapat menghalangi seseorang untuk membuat
pengamatan yang akurat dan keputusan yang baik. Cemas dan
putus asa yang berlebihan dapat membuat seseorang mengambil
keputusan lari dari realita. Demikian pula dengan yang terjadi
pada Elia, ia mengalami ketakutan di bunuh oleh Ratu Izebel.
Elia hidup dalam kecemasan dan memilih lari sembunyi ke
padang gurun.
✓ Percaya kepada Tuhan bahwa Ia senantiasa menemani dan
memulihkan kondisi yang dihadapi. Tuhan memiliki beragam
cara untuk menolong dan menemani umat-Nya.
✓ Mengakui segala hal yang menjadi kekhawatiran di hadapan
Tuhan adalah yang utama dalam mengelola kecemasan. Dalam
proses mengakui, kita dapat mengidentifikasi hal-hal yang
membuat kita cemas dan khawatir serta dapat membantu
kita untuk melihat persoalan dan cara penyelesaiannya dari
berbagai perspektif.

KETERANGAN BACAAN
1 Raja-Raja 19:1-15a
Bacaan ini menceritakan pengalaman iman kehidupan Nabi
Elia. Nabi Elia mengalami pengalaman yang tidak selamanya berjalan
mulus dan tenang. Di awal kisah diceritakan keberanian Elia yang
membunuh nabi-nabi Baal kepunyaan Ratu Izebel. Hal tersebut
membuat Izebel marah dan ingin membunuh Elia. Keberanian Elia
meleleh dan berubah menjadi sangat takut dan putus asa. Ada dua
hal yang dapat direnungkan dari bacaan ini:
1) Lari dan bersembunyi merupakan tindakan yang keliru
dalam mengelola kecemasan.
Elia sangat takut ketika mengetahui bahwa dirinya akan
dibunuh oleh Ratu Izebel dan Raja Ahab. Ia lari ke padang gurun
bahkan memohon kepada Tuhan untuk mengambil nyawanya.

138 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Namun Tuhan kurang berkenan akan tindakan Elia yang lari
dan bersembunyi. Tuhan menguatkan Elia dan meminta Elia
untuk kembali menghadapi realita dengan perspektif yang baru.
Tuhan meminta Elia untuk menghadapi hal yang membuatnya
takut dan cemas.
2) Yakin bahwa Tuhan hadir dalam beragam cara untuk
menemani di tengah situasi krisis.
Pada waktu di padang gurun, Tuhan menolong Elia dengan
mengutus malaikat-Nya, untuk memberi makanan dan minuman
bagi Elia. Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk
beristirahat memulihkan kekuatan. Tuhan memberi kekuatan
kepada Elia sehingga mampu berjalan selama empat puluh hari
lamanya ke Gunung Sinai. Tuhan hadir dalam suara keheningan,
meneguhkan Elia untuk melanjutkan karya menghadapi segala
kecemasan yang selama ini ia takutkan.
Bukti penyertaan Tuhan pada Elia yang kita baca dalam kisah ini,
menunjukkan bahwa Tuhan senantiasa menemani dan Ia mengingin-
kan kita percaya bahwa kita tidak sendirian di tengah situasi krisis.

Mazmur 42 - 43
Kedua mazmur ini memiliki keterkaitan penggambaran yang
sangat realistis tentang seseorang yang cemas dan putus asa. Sebuah
ratapan seseorang yang hidup di perbatasan Israel Utara dan
mendambakan kerinduan untuk bergabung dengan umat Allah
yang beribadah di Yerusalem. Pemazmur menggambarkan jiwa
yang berada dalam krisis karena merindukan kehadiran Allah dan
keputusasaan karena ditindas musuhnya. Pemazmur mengakui
keberadaan dirinya yang merasa tertekan dan gelisah, semua itu
ia ungkapkan kepada Tuhan.

Kotbah Jangkep 2022 139


Galatia 3:23-29
Bacaan ini menunjukkan pengajaran Paulus tentang penegasan
bahwa hanya dalam iman kepada Yesus Kristus, orang-orang
percaya dimerdekakan. Paulus juga mengingatkan kepada kita,
sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan, kita diundang untuk
hidup sebagai anak-anak Allah yang telah dibenarkan. Tidak ada
lagi pemisahan sosial antara Yahudi dan Yunani, antara hamba
dan orang merdeka, bahkan di antara laki-laki dan perempuan,semua
dipersatukan dalam Kristus. Pengajaran Paulus dalam bacaan ini
mengingatkan pentingnya peranan komunitas orang percaya yang
telah dipersatukan dalam Kristus untuk hidup saling mendukung
dan tetap beriman di dalam Yesus Kristus.

Lukas 8:26-39
Bacaan ini menceritakan kisah tentang pemulihan yang diberikan
Yesus kepada orang yang mengalami kerasukan di Gerasa. Lukas
8:26-39 menunjukkan respon orang ketika melihat karya yang
telah Yesus lakukan.
Diceritakan bagaimana keadaan orang yang kerasukan sangat
membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Kemudian Yesus
memulihkan kehidupan orang yang kerasukan sehingga orang
tersebut dapat mengalami perubahan hidup yang lebih baik.
Orang yang telah disembuhkan, siap untuk menjadi saksi akan
karya Allah yang telah ia rasakan.
Penulis kitab Lukas juga menceritakan sisi yang berbeda tentang
respon para penjaga babi. Melihat apa yang telah Yesus lakukan,
para penjaga babi merasa rugi secara materi. Para penjaga itu
cemas dan segera berlari untuk memberitahukan kepada masyarakat.
Cemas, takut dan kemarahan yang menyelimuti hati membuat para
penjaga babi kurang menyadari akan karya besar yang telah Yesus
lakukan sebuah pemulihan. Demikian pula respon dari penduduk
Gerasa, mereka menjadi takut karena perubahan yang telah Yesus

140 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


lakukan kepada orang yang kerasukan setan. Penduduk Gerasa
menolak keberadaan Yesus karena diliputi ketakutan atas hal
yang belum pernah mereka lihat.
Dinamika perubahan hidup dapat terjadi dalam kehidupan
kita dan seringkali membuat kita cemas, takut dan marah. Ketika
kita tidak mampu mengelola kecemasan dan ketakutan itu, kita
akan sulit melihat dan menyadari akan karya-karya yang telah Allah
nyatakan dalam kehidupan kita.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Menghadapi peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan,
ancaman dari orang-orang sekitar, mengalami kerugian secara materi,
kegagalan atas pelaksanaan tugas, seringkali membuat hidup
seseorang mengalami kecemasan dan keputusasaan. Rasa cemas
dan putus asa yang tidak dikelola dengan baik dapat mengganggu
aktivitas kehidupan sehari-hari dan dapat menurunkan kondisi
kesehatan mental.
Penting untuk mempelajari cara mengelola kecemasan hidup
agar setiap orang dapat menolong diri sendiri dan orang lain ketika
menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan harapan. Diperlukan
sebuah sikap percaya dan tetap merasakan kehadiran Tuhan yang
senantiasa hadir menemani hidup kita. Tuhan hadir dalam beragam
cara untuk menemani kita dalam menghadapi situasi krisis.

Kotbah Jangkep 2022 141


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MARI MENGELOLA KECEMASAN

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Bagaimana respon saudara ketika mendengar kabar ada orang
yang anda kenal maupun keluarga terdiagnosis Covid 19 atau bahkan
meninggal dunia karena Covid 19?
Bagaimana respon saudara ketika mendengar kabar ada orang
yang berencana untuk membunuh saudara?
Adakah diantara kita yang merasakan perubahan pada tubuh
menjadi berkeringat, jantung berdetak kencang atau tiba-tiba
terpikir hal-hal negatif ketika mendengar kedua pertanyaan tadi?
Ya, tubuh akan merespon dengan tanda-tanda tersebut ketika
kita mengalami kecemasan. Ketika menghadapi peristiwa yang
tidak sesuai dengan harapan, ancaman dari orang-orang sekitar,
mengalami kerugian secara materi, kegagalan atas pelaksanaan
tugas, seringkali membuat hidup seseorang mengalami kecemasan
dan keputusasaan. Rasa cemas memiliki tiga komponen, yaitu
komponen emosi, fisiologi, dan kognitif. Kita akan merasakan
perasaan takut dan sedih (komponen emosi), sensasi tubuh yang
berbeda dari biasanya (fisiologi) dan muncul pemikiran negatif
(kognitif).
Cemas merupakan suatu kondisi psikologis yang wajar
dirasakan oleh individu ketika merasa adanya ancaman pada hal
belum jelas. Melalui rasa cemas, individu mampu untuk bertahan
diri, mengelola emosi negatif yang terjadi hingga berani mengatasi
rasa cemasnya. Namun, kecemasan yang dirasakan secara terus-
menerus hingga mengganggu aktivitas sehari-hari individu (tidak
bersosialisasi dengan orang lain, tidak mampu merawat diri
dengan baik) merupakan gejala dari terjadinya gangguan kecemasan.
Individu yang mengalami gangguan kecemasan, tentu dapat menurun-
kan kondisi kesehatan mentalnya. Bahkan orang yang mengalami
gangguan kecemasan dapat melakukan hal-hal yang diluar dugaan.

142 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Berbicara tentang kecemasan, Elia dalam kisah 1 Raja-Raja
19:1-15a juga mengalami hal tersebut. Elia cemas dan sangat takut
ketika mengetahui bahwa dirinya akan dibunuh oleh Ratu Izebel
dan Raja Ahab. Elia tidak mampu mengelola kecemasannya dan
memilih lari ke padang gurun.Keberanian Elia hilang dan berubah
menjadi sangat takut dan putus asa, bahkan ia sampai memohon
kepada Tuhan untuk mengambil nyawanya. Namun Tuhan kurang
berkenan akan tindakan Elia yang lari dan bersembunyi. Tuhan
menguatkan Elia dan meminta Elia untuk kembali menghadapi
realita dengan perspektif yang baru. Tuhan meminta Elia untuk
menghadapi hal yang membuatnya takut dan cemas. Kisah Elia
menjadi bukti akan pentingnya mengelola kecemasan agar tidak
mengganggu aktivitas panggilan hidup yang kita jalani.
Lalu, bagaimana cara mengelola kecemasan itu?
Pertama, percaya bahwa Tuhan hadir dalam beragam cara
untuk menemani di tengah situasi krisis. Pada waktu di padang
gurun, Tuhan menolong Elia dengan mengutus malaikat-Nya, untuk
memberi makanan dan minuman bagi Elia. Tuhan hadir dalam
suara keheningan, meneguhkan Elia untuk melanjutkan karya
menghadapi segala kecemasan yang selama ini ia takutkan.
Diperlukan sebuah sikap percaya dan tetap merasakan kehadiran
Tuhan yang senantiasa hadir menemani hidup kita. Tuhan punya
beragam cara untuk menemani dan menolong kita.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Hal kedua, mengakui segala hal yang membuat kita cemas di
hadapan Tuhan. Kitab Mazmur 42-43 mengajarkan kita bagaimana
sikap penulis yang meratap di hadapan Tuhan. Pemazmur mengakui
keberadaan dirinya yang merasa tertekan dan gelisah, semua itu
ia ungkapkan kepada Tuhan. Pemazmur menggambarkan jiwa yang
berada dalam krisis karena merindukan kehadiran Allah dan

Kotbah Jangkep 2022 143


keputusasaan karena ditindas musuhnya. Pengakuan akan keadaan
kita di hadapan Tuhan dapat membuat diri kita lebih siap.
Hal ketiga yang perlu dilakukan,mengidentifikasi kecemasan
yang kita alami. Setelah proses mengakui perasaan di hadapan
Tuhan, kita dapat mengidentifikasi hal-hal yang membuat kita
cemas. Apa yang membuat diri cemas? Apa yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah yang membuat cemas? Mendaftarkan
hal-hal yang dapat dilakukan, baik saat terjadinya peristiwa
maupun rencana ke depan yang dapat dilakukan. Mengidentifikasi
kecemasan dapat membantu kita merespon peristiwa yang kita
hadapi dengan sikap yang tepat. Kita dapat semakin menyadari
akan karya-karya yang telah Tuhan nyatakan dalam hidup kita.
Ketika kita tidak mampu mengelola kecemasan dan ketakutan,
kita akan sulit melihat dan menyadari akan karya-karya yang telah
Allah nyatakan. Seperti kisah para penjaga babi dan penduduk
gerasa dalam Lukas 8:26-39. Melihat apa yang telah Yesus
lakukan kepada babi-babi mereka, para penjaga babi merasa rugi
secara materi. Para penjaga itu cemas dan segera berlari untuk
memberitahukan kepada masyarakat. Kecemasan itu membuat
para penjaga dan penduduk Gerasa sulit melihat karya pemulihan
yang telah Yesus lakukan kepada orang yang mengalami kerasukan.
Mereka lebih berfokus pada materi yang hilang (kerugian dari
babi yang jatuh) dan dinamika perubahannya, sehingga hal positif
yang telah Tuhan Yesus lakukan tidak disyukuri. Pentingnya
mengidentifikasi kecemasan dapat membantu kita semakin menyadari
akan karya-karya yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,


Hal terakhir yang dapat dilakukan adalah berbagi cerita kepada
keluarga, sahabat dan orang-orang di sekitar kita. Komunitas memiliki
peranan penting untuk saling mendukung dan menolong orang-
orang percaya untuk dapat merasakan karya Tuhan yang senantiasa

144 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


nyata dalam kehidupan. Melalui komunikasi dengan orang sekitar,
kita dapat berbagi pengalaman yang saling menguatkan. Pengajaran
Paulus dalam bacaan Galatia 3:23-29 mengingatkan pentingnya
peranan komunitas orang percaya yang telah dipersatukan
dalam Kristus untuk hidup saling mendukung dan tetap beriman
di dalam Yesus Kristus. Ketika ada saudara yang memerlukan
bantuan, kita perlu memberi diri untuk menjadi pendengar yang
baik, mengembangkan kemampuan untuk saling menguatkan
serta berbagi informasi yang tepat dan membangun. Selamat
mengelola kecemasan, yakinlah bahwa kita mampu karena
Tuhan senantiasa beserta kita. Amin

Kotbah Jangkep 2022 145


KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

NATA MANAH NGADHEPI RAOS SUMELANG

Para sadhèrèk ingkang kinasih,


Kula badhé nyuwun pirsa dhateng panjenengan sami. Punapa
ingkang panjenengan raosaken menawi panjenengan mireng
pawartos bilih wonten sadhèrèk utawi brayat panjenengan ingkang
sakit, utawi malah kedah tilar donya amargi ketaman Covid-19?
Kados pundi raosing penggalih panjenengan menawi panjenengan
pirsa wonten tiyang ingkang ngancam badhé mejahi panjenengan?
Nalika kula nélakaken pitakènan kalawau, punapa ingkang panjenen-
gan raosaken? Punapa badan panjenengan lajeng ngedalaken riwé
utawi kringet, ngraosaken dheg-dhegan, lajeng tuwuh maneka warni
penggalih ala?

Para sadhèrèk ingkang kinasih,


Tandha-tandha ingkang kula sebataken wau mujudaken
pratandha ingkang saged kita mangertosi ing badan kita nalika
kita ngaosaken sumelang utawi kecemasan. Tandha-tandha ing
badan kita adatipun ketawis nalika kita ngadhepi perkawis-perkawis
ingkang mboten cundhuk kaliyan punapa ingkang dados pangangen-
angen kita, ancaman, kapitunan, gagal nindakaken jejibahan, lan
sapiturutipun, ingkang wusananipun njalari kita ngraosaken sumelang.
Raos sumelang èstunipun nggadhahi tigang pérangan, inggih
punika pérangan emosi, pérangan fisiologi, lan pérangan kognitif.
Contonipun mekaten. Raos ajrih lan sedhih mujudaken tandha
pérangan emosi ingkang tuwuh. Menawi kita ngraosaken bilih
badan kita wonten ingkang raosipun mboten kados adatipun, utawi
bènten kaliyan adat sadinten-dinten, punika ingkang kawastanan
pérangan fisiologi. Déné menawi ing penggalih kita lajeng tuwuh
penggalihan maneka warni ingkang ala, punika pratandha saking
pérangan kognitif.

146 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Sumelang mujudaken kondisi psikologis limrah ingkang kita
raosaken nalika ngadhepi utawi ngraosaken kaancam ingkang
dèrèng kita mangertosi. Raos sumelang éstunipun mujudaken
srana kanggé kita supados kita saged tatag lan nata emosi-emosi
negatif ingkang kalampahan ngantos dumugi wancinipun kita
saged nampi raosing was sumelang punika. Nanging, menawi kita
ngraosaken sumelang ingkang lebet lan njalari kita mboten saged
nindakaken gesang sadinten-dinteng saklimrahipun, kadosdéné
mboten saged sesambetan kaliyan tiyang sanès kanthi prayogi,
mboten saged nindakaken jejibahan pribadi kanthi sakmesthinipun,
langkung-langkung menawi sampun nindakaken prekawis-prekawis
ingkang mboten tinemu nalar lan mbebayani, punika sampun
kalebet punapa ingkang dipun wastani gangguan kecemasan utawi
anxiety disorder. Gangguan kecemasan punika saged njalari gangguan
kondisi kesehatan mental.

Para sadhèrèk ingkang kinasih,


Waosan ing 1 Raja-Raja 19:1-15a nélakaken bilih Elia ugi
nglampahi raos sumelang punika. Elia sumelang lan ajrih nalika
nyumurupi bilih piyambakipun kaancam ing pati déning Ratu
Izebel lan Raja Ahab. Amargi mboten saged nata manahipun, Elia
lajeng mlajar tumuju ing ara-ara. Elia kécalan kekendelanipun.
Piyambakipun ngraosaken ajrih lan nglokro ngantos nggadhahi
panyuwunan supados Gusti njabut nyawanipun. Nanging Gusti
mboten rena kaliyan panyuwunanipun Elia. Gusti lajeng ngiyataken
Elia lan ngatag piyambakipun supados wantun ngadhepi perkawis
kanthi ngginaaken pamawas ingkang énggal. Gusti ngatag Elia
supados wantun ngadhepi prekawis ingkang njalari piyambakipun
rumaos ajrih lan sumelang. Cariyos bab Elia punika dados bukti
bilih kita kedah wantun ngadhepi prekawis ingkang sampun damel
tuwuhing raos ajrih ing gesang kita lan wantun nata penggalih
kita ngadhepi raos was sumelang supados bab punika mboten
ngreridhu lampahing gesang kita. Lajeng, kados pundi caranipun
supados kita saged nata raos sumelang punika?
Kotbah Jangkep 2022 147
Ingkang sepisan, kita kedah pitados bilih kita mboten piyambakan
nalika ngadhepi maneka warni perkawis ingkang nuwuhaken raos
wumelang punika. Kita pitados bilih Gusti rawuh lan makarya,
ngamping-ampingi kita, kados déné nalika Gusti rawuh lan ngiyat-
aken Elia kanthi ngutus malaikat nyekapi kabetahaning Elia. Gusti
rawuh ing salebetipun swanten ingkang sidhem ngiyataken Elia
supados piyambakipun wantun ngadhepi bab-bab ingkang njalari
ajrih, satemah Elia saged nglajengaken pakaryanipun. Ingkang dipun
betahaken inggih punika pitados bilih Gusti mboten nate nilar kita
lan tansah ngamping-ampingi, mitulungi, lan makarya ing gesang kita
Kaping kalih, kita kedah wantun ngakeni dhateng Gusti sedaya
perkawis ingkang njalari kita ngraosaken was sumelanging batos.
Kitab Jabur 42-43 nélakaken kados pundi Sang Juru Mazmur
ngunjukaken pasambatipun dhateng Gusti. Juru Mazmur wantun
ngakeni kawontenan gesangipun ingkang ngraosaken mboten
tentrem, was, lan sumelang. Juru Mazmur nggambaraken kawonten-
aning gesangipun kados déné tinindhes déning mengsah lan
ngantu-antu rawuhing Gusti. Pangaken ing ngarsanipun Gusti
punika saged ngiyataken kita.
Ingkang kaping tiga, kita kedah mbedhah lan niti priksa utawi
mengidentifikasi raos sumelang ingkang némbé kita adhepi. Kita
kedah milah punapa ingkang njalari kita ngraosaken sumelang lan
punapa ingkang saged kita tindakaken supados kita linuwaran
saking raos sumelang punika. Identifikasi bab-bab ingkang njalari
kita ngraosaken sumelang saged ngiyatakan lan nyawisaken kita
kanggé ngadhepi maneka warni prekawis kanthi leres. Wusananipun,
kita saged ngraosaken lan pitados dhateng pakaryanipun Gusti
wonten ing gesang kita.

Para sadhèrèk ingkang kinasih,


Menawi kita mboten saged nata manah ngadhepi raos sumelang,
tamtunipun mboten gampil ningali lan pitados ing pakaryanipun
Gusti. Kados déné para juru pangén babi lan warganing kitha Gerasa

148 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


nalika nyumurupi punapa ingkang dipun tindakaken déning Gusti
Yesus ingkang kaserat ing Injil Lukas 8:26-39. Juru pangén babi
punika rumaos kapitunan amargi kécalan babi. Tiyang-tiyang punika
rumaos sumelang, lajeng wadul dhateng warga kitha Gerasa. Raos
was sumelang punika njalari tiyang-tiyang punika mboten saged
ningali pakaryanipun Gusti ingkang nyarasaken tiyang ingkang
kapanjingan dhemit. Juru pangèn punika langkung milih bab
kapitunanipun tinimbang kasarasaning sesaminipun, wusananipun
lajeng mboten saged ningali pakaryan adi ingkang dipun tindakaken
déning Gusti Yesus lan mboten saged ngucap sokur menggah bab
punika. Pramila, nampi lan nindakaken identifikasi raos sumelang
punika penting sanget supados kita tansah saged ningali lan
ngraosaken pakaryanipun Gusti wonten ing salebetipun gesang kita.
Ingkang pungkasan, kita saged nélakaken punapa ingkang
kita raosaken utawi wawan rembag dhateng sanak, sadhèrèk, utawi
brayat kita. Tiyang-tiyang wonten ing sakiwa tengen kita nggadhahi
tanggel jawab ingkang baken ugi supados kita saged sangkul-
sinangkul ing bot-repoting gesang, satemah saged sangsaya mbikak
manah kita kanggé ngraosaken pakaryanipun Gusti. Seratanipun
Rasul Paulus ing Galatia 3:23-29 ngèngetaken bilih tiyang pitados
mujudaken pasamuwan ingkang sampun dipun tunggilaken ing
salebetipun Sang Kristus. Pramila, tiyang pitados nggadhahi jejibahan
supados nélakaken panyengkuyungipun tumraping warganing
pasamuwan punika. Nalika wonten sadhèrèk ingkang mbetahaken
panyengkuyung, kita mitulungi lan ngiyataken kanthi mirengaken
punapa ingkang dipunraosaken, punapa ingkang njalari tuwuhing
raos sumelang. Bab punika ugi dados srana kanggé kita sinau
mbangun dhiri kita supados saged dados tiyang pinitados wonten
ing satengahing patunggilan.
Wusananipun, sugeng nata manah ngadhepi raos sumelang.
Kita saged nindakaken perkawis punika amargi Gusti tansah nganthi
lan ngreksa kita. Amin.

Kotbah Jangkep 2022 149


Minggu, 26 Juni 2022
Minggu Biasa VIII Minggu ke-3 setelah Pentakosta (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Jangan Kembali Terpuruk

TUJUAN:
1. Umat diingatkan akan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Panggilan
yang adalah anugerah semata.
2. Umat kembali melaksanakan panggilan sebagai murid Yesus, berani
bangkit dari keterpurukan dan memulihkan sesama yang terpuruk.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 2 Raja-raja 2:1-2, 6-14
Tanggapan : Mazmur 77:2-3, 12-21
Bacaan II : Galatia 5: 1, 13-25
Bacaan Injil : Lukas 9:51-62

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Yesaya 46:4
Petunjuk Hidup Baru : Galatia 5:16
Persembahan : Ulangan 16:17

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia:
Nyanyian Pujian : KJ 21:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 27:1, 4, 5
Nyanyian Kesanggupan : KJ 376:1–3
Nyanyian Persembahan : KJ 363:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 370:1–3

Bahasa Jawa:
Kidung Pamuji : KPJ 26:1–3
Kidung Panelangsa : KPJ 52:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 120:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 163:1
Kidung Pangutusan : KPJ 124:1, 2, 4

Pdt. Sih El Mirmaningrum, S.Si (GKJ Japah)

150 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


DASAR PEMIKIRAN
Menutup rangkaian kotbah bulan Juni dengan Tema: Roh Tuhan
Memulihkan ini, di Minggu terakhir ini kita hendak merenungkan
sabda Tuhan dengan Tema Jangan kembali terpuruk. Tema ini
hendak mengajak kita untuk tidak kembali terpuruk karena
banyaknya hal yang menyakitkan, melukai, dll melainkan tetap
bangkit dengan keyakinan bahwa Allah yang telah menyertai kita
di masa-masa lalu, Dia juga Allah yang berkarya melalui Roh-Nya
saat ini dan Allah yang akan terus berkarya hingga akhirnya.

KETERANGAN BACAAN
2 Raja-raja 2:1-2, 6-14
“...Tuhan menyuruh aku ke Betel...” (ay. 2). Rombongan nabi
pada jaman itu berpusat di 3 daerah ini: Gilgal, Betel dan Yerikho.
Allah rupanya menyuruh Elia pergi ke pusat-pusat peribadatan itu
supaya memberikan dorongan untuk terakhir kalinya sekaligus
memberitahukan bahwa Elisa akan menjadi pemimpin mereka
yang baru menggantikan dirinya.
“... biarlah aku mendapat dua bagian dari Rohmu.” (ay. 9). dua
(2 bagian) yang dimaksud dalam ayat ini bukan dalam arti 2 kali
lipat kuasa rohani Elia, sebaliknya istilah itu menunjuk pada hubungan
ayah-anak, dimana putra sulung menerima 2 kali lipat warisan
putra-putri lainnya (Ulangan 21:17). Dalam hal permohonannya
ini Elisa memohon kepada ayah rohaninya untuk memberikan kadar
Roh nabi yang lebih besar kepadanya supaya ia dapat melanjutkan
pelayanan Elia. Dan Allah mengabulkan permohonan Elisa karena
mengetahui bahwa nabi muda itu bersedia untuk tetap setia kepada-
Nya di tengah-tengah kemurtadan rohani, moral dan doktrin di
sekitarnya.

Kotbah Jangkep 2022 151


Mazmur 77:1-2, 11-20
Mazmur ini melukiskan seseorang yang sedang dalam kesulitan
besar yang berseru kepada Allah, tetapi tidak menemukan bukti
bahwa Dia memberikan tanggapan (ay. 8-10). Orang percaya dan
setia kadang mendapati dirinya dalam situasi yang sama. Bila terjadi
hal yang demikian, orang percaya seyogyanya bertindak seperti
pemazmur, tetap berseru pada Allah siang dan malam (ay. 2-3)
sambil mengingat perbuatan-perbuatan kasih-Nya di masa lampau.
Pemazmur mengingat dan memuji penyelamatan dan mujizat
yang Allah lakukan. Dalam kitab Mazmur penderitaan dan pertanyaan
sering diikuti ungkapan harapan dan penyataan pujian. Seperti
diungkap dalam ayat 17-19 – Samudra raya seringkali dilihat sebagai
lambang kekacauan, namun demikian kuasa Allah lebih kuat
daripada samudra yang berbahaya, kuasa Allah yang dinyatakan
melalui guruh. Allah bukan hanya mengendalikan air di bumi
(samudra) namun juga air yang ada di atas yang jatuh sebagai hujan
(kejadian 1:6).

Galatia 5:1, 13-25


“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka...” Kristus telah
memerdekakan kita. Ada perselisihan/peperangan rohani di dalam
diri setiap orang percaya yang melibatkan keseluruhan diri orang
itu. Perjuangannya adalah:
- Menyerah pada kecenderungan keinginan daging dan sekali
lagi tunduk pada penguasaan dosa, atau
- Menyerah pada tuntutan Roh dan tinggal di bawah kekuasaan
Kristus (ay. 16)
Medan perang itu berada dalam diri orang Kristen itu sendiri
dan pertempuran itu harus berlangsung seumur hidup mereka di
dunia ini. Jikalau mereka menang, kelak akan memerintah bersama
Kristus.

152 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


“tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (ay. 21).
Paulus mengatakan bahwa seseorang tidak akan mewarisi Kerajaan
Allah dengan menaati hukum taurat (2:16, 5:4), namun demikian
dia juga menyejajarkan bahwa ada kemungkinan seseorang
menghalangi dirinya masuk dalam Kerajaan Allah dengan melakukan
perbuatan jahat. Melalui ayat ini seakan-akan Paulus mengatakan
bahwa keserakahan dan melakukan Hukum Taurat adalah hal-
hal yang sama buruknya. Yang Paulus maksudkan sebenarnya
adalah bahwa keinginan jahat – serakah membawa orang pada
kematian, dan orang yang berpikir bahwa mereka akan selamat
dari kematian dengan menaati Hukum Taurat juga keliru.

Lukas 9:51-62
Ayat 51–56 diberi judul Yesus dan orang Samaria. Umumnya
orang Yahudi akan menghindari daerah Samaria, meski untuk itu
mereka harus menempuh jalan yang lebih jauh. Samaria terletak
di antara Galilea dan Yudea. Setiap orang Yahudi yang hendak dan
dari Yerusalem harus melewati daerah orang Samaria. Namun
demikian orang Yahudi rela menempuh jalan memutar lebih panjang
40 km demi menghindar berjumpa dengan mereka. Tetapi Yesus
berbeda, Dia memutuskan untuk lewat daerah Samaria. Apa yang
dilakukan Yesus ini tentu saja menimbulkan kecurigaan dan
kesalahpahaman orang-orang Samaria, sehingga mereka menolak
Dia. Yesus paham, Yesus mengerti penolakan mereka, IA tidak marah.
Beda halnya dengan para murid. "Tuhan, apakah Engkau mau,
supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan
mereka?"ini yang dikatakan Yohanes dan Yakobus.
Orang Yahudi memandang orang Samaria bukan sebagai
bagian dari bangsa mereka. Sejak jatuhnya kerajaan Israel Utara
pada tahun 721 sM, orang-orang Samaria sebagian menikah dengan
bangsa-bangsa lain hingga terjadi percampuran darah dan
kebiasaan agama yang berbeda, maka orang Yahudi membenci

Kotbah Jangkep 2022 153


mereka. Ketika orang Yahudi kembali dari pembuangan dan diijinkan
membangun kembali Bait Suci, orang-orang Samaria yang merasa
memiliki Bait Suci juga menawarkan bantuan kepada orang Yahudi,
namun bantuan ini ditolak. Orang Samaria lalu sakit hati kemudian
membangun Bait Suci sendiri di Gn. Gerizim, sebab mereka tidak
pernah mendapat ijin beribadah di Bait Suci Yerusalem.
Kesengajaan Yesus melintasi daerah Samaria sebenarnya
mengajarkan pada para murid tentang tawaran persahabatan
sebagai ganti perseteruan. Pesan yang hendak disampaikan Yesus
melalui injil Lukas adalah bahwa Yesus datang untuk memutus
perseteruan antara Yahudi-Samaria
Ayat 57–62 LAI memberi judul Hal mengikut Yesus. Perikop ini
berisi pecakapan yang terjadi saat melintasi daerah orang Samaria di
atas, yakni tentang: kualitas murid seperti apa yang Yesus kehendaki.
- Terutama dan terpenting, seorang yang hendak mengikut
Yesus haruslah siap berkorban tanpa pamrih, bahkan saat harus
berserah total dalam kepercayaan dalam hal kebutuhan primer
yaitu tempat tinggal, seperti kata Yesus: “serigala mempunyai
liang dan burung mempunyai sarang tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
- Berikutnya kali ini Yesus yang berinisiatif mengundang: ikutlah
Aku. Kita dapati 2 jawaban, yaitu: 1). “Ijinkan aku pergi dahulu
menguburkan bapaku” (ya. 59b). Sebenarnya jawaban ini
mengisyaratkan penolakan secara halus. Karena sebenarnya
bapanya belum dan entah kapan akan meninggal. 2). “Aku akan
ikut Engkau Tuhan, tapi ijinkan aku pamitan dulu dengan
keluargaku.” Pamitan dalam konteks dan tradisi masa itu bukan
sekedar pamitan seperti yang biasa kita lakukan, namun disertai
pesta berhari-hari, berminggu-minggu dengan mengundang
tetangga dan kerabat. Pamitan ini bisa melunturkan (bahkan
menggagalkan) motivasi mengikut Yesus oleh sebab kenyamanan
berada di tengah keluarga.

154 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Mengikut Tuhan bagaikan sebuah perjalanan, ada banyak suka-
duka, kecewa-bangga, tangis dan tawa yang dirasakan. Mungkin
akan ada banyak alasan bagi kita untuk jatuh terpuruk karena
harapan kita yang terlalu tinggi namun digerus kenyataan yang
justru sebaliknya padahal kita merasa bahwa kita setia dalam
mengikut Dia. Mungkin kita menganggap keterpurukan kita itu
suatu kondisi normal, dan normal juga tatkala kita benar-benar
jatuh dan tak mampu bangkit lagi. Normal memang bila kita
mengandalkan diri kita, mengandalkan orang lain, menggantungkan
harapan pada sesuatu atau hal-hal yang fana. Sabda Tuhan hari
ini mengajak kita untuk melihat kembali sejauh mana Tuhan
mengajak kita berjalan, sejauh mana kita setia pada panggilan
awal yang Dia sampaikan pada kita: ikutlah Aku, sejauh mana Tuhan
memulihkan luka hati kita, dan sejauh mana Tuhan akan memakai
kita memulihkan luka hati sesama kita. Satu pertanyaan bagi kita:
maukah kita?

Kotbah Jangkep 2022 155


KOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

JANGAN KEMBALI TERPURUK

Bapak, ibu dan saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan, ada


sebuah puisi yang ditulis oleh seorang perempuan dari Kanada
yang bernama Margareth Fisback demikian:

Jejak-jejak kaki di pasir1


Tadi malam aku bermimpi sedang berjalan di tepi pantai bersama
Tuhan.
Di bentangan langit gelap, tampak kilasan-kilasan adegan
hidupku.
Pada setiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di pasir.
Sepasang jejak kakiku, dan sepasang lagi, jejak kaki Tuhan.
Ketika adegan terakhir terlintas di depanku,
aku menengok ke belakang pada jejak-jejak kaki di pasir.
Di situ hanya ada sepasang jejak kaki saja.
Aku mengingat kembali
bahwa itu adalah bagian tersulit dan paling menyedihkan dalam
hidupku.
Hal itu mengganggu perasaanku,
maka aku bertanya kepada Tuhan tentang kekecewaanku.
"Tuhan, di manakah Engkau?
Engkau mengatakan, bila aku memutuskan untuk mengikut
Engkau,
maka Engkau akan berjalan bersamaku, di sepanjang jalan
kehidupanku.

1
https://web.facebook.com/loislifire/posts/jejak-jejak-kaki-di-
pasirfootprints-in-the-sandpenulis-margaret-fishbacktadi-
mal/317859392477648/?_rdc=1&_rdr

156 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Namun aku memerhatikan bahwa pada saat-saat paling gawat
dan beban berat menindas hidupku,
hanya terdapat sepasang jejak kaki saja.
Aku tidak mengerti.
Mengapa pada saat aku sedang membutuhkan Engkau,
justru Engkau menginggalkan aku."
Tuhan menjawab,
"Anakku, kamu sangat berharga di mataku.
Aku sangat mengasihimu.
Aku tidak akan meninggalkan kamu.
Pada waktu kamu dalam bahaya dan penderitaan,
kamu hanya melihat sepasang jejak kaki saja.
Karena pada waktu itu, Aku sedang menggendang kamu."

Seperti yang digambarkan oleh Margareth ini, bapak, ibu dan


saudaraku yang terkasih, ketika kita mengikut Tuhan, seringkali
kita merasakan sendirian, yakni ketika kita merasakan dukacita
karena ditinggalkan oleh orang-orang terkasih misal: orang tua,
pasangan hidup, anak atau sahabat.
Melalui Kitab 2 Raja-raja ini kita mengetahui tentang apa
yang dilakukan oleh Elisa tatkala dia tahu bahwa Elia – Bapa
Rohaninya itu sebentar lagi akan meninggalkannya. Elisa yang ketika
itu masih sangat muda tahu benar apa yang akan dihadapinya
sepeninggal Nabi Elia. Tugas-tugasnya yang akan terasa sangat
berat karena harus berhadapan dengan bangsa Israel yang seringkali
murtad, menjauh dari Tuhannya percaya kepada Allah lain,
bertingkah laku semau gue, dan memakai firman untuk membenar-
kan tindakkannya yang sebenarnya tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan. Elisa mengikuti perjalanan Elisa hingga ke Gilgal, Bethel
dan berakhir di Yerikho di seberang sungai Yordan. Di sana Elia
meminta: “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu”
ketika dia ditanya oleh Nabi Elia. Dua bagian roh Elia yang diminta

Kotbah Jangkep 2022 157


oleh Elisa ini memiliki arti bahwa: meski secara badani Nabi Elia
sudah tidak menyertainya lagi, akan tetapi penyertaan Allah yang
senantiasa ada bersama Elia sepanjang karyanya akan menyertai
pelayanan Elisa. Beruntunglah Elisa sebab Allah mengiyakan
permohonannya itu.
Saudara-saudaraku yang terkasih, bacaan Injil kita hari ini
mengisahkan perjalanan Tuhan Yesus dan para murid melintasi
daerah orang Samaria. Seperti kita ketahui bahwa relasi antara
orang Yahudi dan Samaria selama 400-an tahun ini memiliki kualitas
yang tidak baik. Hal itu dikarenakan terjadi kawin campur antara
orang Samaria dan orang yang tidak mengenal Allah yang menghasilkan
keturunan yang tidak lagi murni. Masalah berlanjut ketika umat
Yahudi kembali dari pembuangan, mereka kemudian mulai mem-
bangun Bait Allah yang runtuh, sementara itu orang Samaria yang
merasa turut memiliki Bait Allah tersebut berinisiatif untuk
membantu pembangunann kembali Bait Allah, akan tetapi orang
Yahudi tidak mengijinkan orang Samaria turut serta membantu.
Akhirnya orang-orang Samaria mendirikan Bait Allah mereka
sendiri di Gunung Gerizim serta mereka memiliki imam-imam
mereka sendiri. Karena hubungan mereka yang kurang baik inilah
maka jikalau oarang-orang Yahudi hendak beribadah di Bait Allah
di kota Yerusalem yang harus melintasi daerah orang Samaria maka
mereka akan cenderung memilih jalan memutar, yang jauhnya
40 km demi tidak berpapasan dengan orang-orang Samaria.
Barangkali kita menganggap relasi antara orang Yahudi–Samaria
itu hanya melulu soal permusuhan/relasi yang tidak baik antara
pihak satu dan yang lainya yang tidak ada kaitannya dengan perkara
rohani. Akan tetapi penginjil Lukas menghubungkan kisah Yesus
yang mengajak para murid melintas di daerah Samaria ini dengan
pemahaman tentang panggilan. Ada 3 hal yang dapat kita pelajari
tentang hal ini: 1). Ketika kita memutuskan untuk mengikut Tuhan
kita dipanggil untuk berserah secara total, siap meninggalkan

158 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


segala sesuatu termasuk kebutuhan khusus seperti halnya rumah
atau tempat tinggal. Meninggalkan segala sesuatu juga termasuk
berani meninggalkan sakit hati karena luka masa lalu seperti
yang dialami orang Yahudi dan Samaria. 2). Mengikut Tuhan
adalah panggilan yang harusnya kita sanggupi. “iya..., nanti dulu...,
jangan saya Tuhan...” Manakah yang akan menjadi jawaban kita
atas panggilan Tuhan itu? Salah satu orang yang dipanggil Tuhan
(dalam bacaan Injil yang kita baca hari ini) menjawab: “ijinkan
aku pergi dahulu menguburkan bapakku” melalui kalimat ini
sebenarnya orang tersebut menolak panggilan Tuhan. Mengapa?
Sebab sesungguhnya orangtuanya itu belumlah meninggal, dia
berbicara itu bukan pada waktu peristiwa duka (pas bapaknya
meninggal). 3). Satu lagi orang yang dipanggil Tuhan menjawab:
“ijinkan aku pamitan dulu dengan keluargaku”. Berdasarkan
jawaban ini orang tersebut menunda panggilanNya. Mengapa
demikian? Dalam tradisi waktu itu berpamitan bukanlah sekedar
pamit seperti yang biasa kita lakukan bila hendak pergi kemana-
mana dll. Akan tetapi berpamitan kala itu adalah mengadakan
pesta besar dengan mengundang seluruh keluarga dan tetangga-
tetangga. Pesta yang dilakukan tidak hanya satu atau dua hari
namun dapat berlangsung berminggu-minggu. Apabila hal itu
terjadi akan ada banyak kemungkinan motivasi seseorang yang
tadinya kuat untuk mengikut Yesus dalam hari-hari itu menjadi
luntur atau bahkan hilang sama sekali. Sehingga pada akhirnya
dia tidak jadi mengikut Tuhan.
Saudara-saudariku, mengikut Tuhan itu memang sebuah panggil-
an, bukan paksaan. Rasul Paulus dalam Galatia 5 mengungkapkan:
“saudara-saudara, memang kamu dipanggil untuk merdeka. Tetapi
janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan
untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seseorang akan
yang lain oleh kasih”. Mengikut Tuhan itu anugerah, jadi jika sampai
saat ini kita masih tetap setia mengikut Tuhan, itu semua hanyalah

Kotbah Jangkep 2022 159


karena anugerah semata. Hal yang kurang tepat ketika kita mulai
merasa bahwa kita dapat diselamatkan karena kita mampu
melakukan sabda, mampu hidup menurut Taurat. Sebab ketika kita
memiliki keyakinan bahwa kita selamat hanya karena dapat
memenuhi Taurat sama artinya kita tidak membiarkan diri kita
dituntun oleh Roh, akan tetapi mengandalkan diri dan kemam-
puannya saja.
Saudara-saudaraku yang terkasih, mari kita melihat kembali
hidup kita, bercermin dari firman Tuhan hari ini. Berapa lama kita
sudah mengikut Dia? Seberapa jauh Dia sudah berjalan bersama
kita? Apakah selama ini Dia pernah meninggalkan kita dalam
banyak peristiwa yang membuat kita merasa terpuruk? Ketika
pasangan, anak, orang tua meninggalkan kita, apakah Tuhan terasa
meninggalkan kita juga? Jika kita merasa Tuhan meninggalkan kita,
mari kita belajar melihat ke belakang, melihat jejak-jejak perjalanan
kita bersama Tuhan. Kalau kita mau merasakan seperti yang dirasakan
Margareth, kita akan melihat bahwa lebih sering sebenarnya kita
merasa berjalan sendiri, hanya ada sepasang jejak kaki. Tetapi
sebenarnya itu bukan jejak kita, itu bukan kita yang berkarya,
namun Tuhan yag sedang bertindak.
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita akan panggilanNya:
“ikutlah Aku!” apakah kita masih setia mengikut Dia tanpa pamrih?
Apakah kita masih menjalani keselamatan kita dengan sukacita?
Apa malah kita sudah merasa bosan lalu mulai mencari alasan untuk
meletakkan salib kita? hari ini Tuhan memperbaharui panggilanNya
kepada kita semua: “ikutlah Aku!” apakah jawaban kita?
Saudaraku, pada bulan Mei 2021 lalu ada seorang hamba
Tuhan yang dipanggilNya pulang dalam usia yang masih sangat
muda. Anak-anak muda pasti mengingat pastor Raditya Oloan,
yang meninggalkan seorang istri dan 4 orang anak yang masih
kecil-kecil. Dalam sambutan selamat jalan di depan peti suaminya,
Joana menceritakan perasaannya saat dia dalam perjalanan menuju

160 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Rumah sakit dan menerima telepon bahwa suaminya meninggal:
“aku nggak marah pada Tuhan, aku hanya seperti anak kecil, aku
ngambek sama Tuhan. Kenapa suamiku yang dipanggilNya. Kenapa
dia.” Tetapi pertanyaan Joana ini dijawab oleh Tuhan pada hari-hari
duka-nya, pada saat suaminya belum dimakamkan. Meninggalnya
Ps Raditya membuat orang banyak melihat jejak pelayanan Raditya
dalam hidupnya. Menjadi berkat bagi banyak orang-orang muda
yang terpuruk tanpa pengharapan. Kotbah-kotbahnya diingat oleh
banyak orang. Malah anak kedua mereka yang belum berusia 10
tahun menyampaikan dalam ucapan selamat jalan buat daddynya:
“aku sedih karena takkan ada lagi orang yang mengajakku nge-
game bareng malam-malam kalau aku nggak bisa tidur, tetapi aku
senang karena aku tahu daddy sudah nggak ngerasain sakit lagi.”
Tuhan menguatkan kita bahkan dalam kondisi terpuruk sekalipun,
ketika kita berani berserah padaNya. Tuhan tidak akan meniggalkan
kita. Ketika Tuhan memulihkan keadaan kita, Tuhan juga memanggil
kita untuk memulihkan sesama kita.
Mari mengingat kembali panggilanNya, jangan terpuruk ketika
dirasa Tuhan meninggalkan kita, sebab sesungguhnya Dia tak pernah
meninggalkan kita. Seperti firmanNya: “Sampai masa tuamu Aku
tetap Dia, dan sampai masa putih ramabutmu, Aku menggendong
kamu...”
Amin.

Kotbah Jangkep 2022 161


KOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

AJA NGLOKRO/SEMPLAH

Para sedherek ingkang dipun tresnani Gusti, wonten setung-


galing puisi ingkang dipun serat dening Margaret Fisback setung-
galing pawestri saking Kanada. Mekaten isinipun wonten ing basa
Indonesia:

Jejak-jejak kaki di pasir


Tadi malam aku bermimpi sedang berjalan di tepi pantai
bersama Tuhan.
Di bentangan langit gelap, tampak kilasan-kilasan adegan
hidupku.
Pada setiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di pasir.
Sepasang jejak kakiku, dan sepasang lagi, jejak kaki Tuhan.
Ketika adegan terakhir terlintas di depanku,
aku menengok ke belakang pada jejak-jejak kaki di pasir.
Di situ hanya ada sepasang jejak kaki saja.
Aku mengingat kembali
bahwa itu adalah bagian tersulit dan paling menyedihkan dalam
hidupku.
Hal itu mengganggu perasaanku,
maka aku bertanya kepada Tuhan tentang kekecewaanku.
"Tuhan, di manakah Engkau?
Engkau mengatakan, bila aku memutuskan untuk mengikut
Engkau,
maka Engkau akan berjalan bersamaku, di sepanjang jalan
kehidupanku.
Namun aku memerhatikan bahwa pada saat-saat paling gawat
dan beban berat menindas hidupku,
hanya terdapat sepasang jejak kaki saja.

162 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Aku tidak mengerti.
Mengapa pada saat aku sedang membutuhkan Engkau,
justru Engkau menginggalkan aku."
Tuhan menjawab,
"Anakku, kamu sangat berharga di mataku.
Aku sangat mengasihimu.
Aku tidak akan meninggalkan kamu.
Pada waktu kamu dalam bahaya dan penderitaan,
kamu hanya melihat sepasang jejak kaki saja.
Karena pada waktu itu, Aku sedang menggendang kamu."

Kados ingkang dipun gambaraken dening Margaret punika,


bapak ibu lan para sedherek kinasih, nalika kita ndherek Gusti
asring kita punika ngraosaken piyambakan. Inggih punika nalika
kita ngalami kasisahan awit tinilar dening tiyang-tiyang kinasih,
umpami tiyang sepuh, semah, anak, utawi mitra.
Kitab 2 Para Raja mratelakaken dhateng kita punapa ingkang
dipun tindakaken dening Elisa nalika piyambakipun mangertos
bilih Nabi Elia sekedhap malih badhe nilar piyambakipun. Elisa
ingkang nalika semanten taksih anem, lan ugi mangretosi bilih
menawi piyambakipun katilar dening Nabi Elia tugas-tugasipun
sangsaya karaos awrat, awit kedah aben-ajeng kaliyan bangsa
Israel ingkang asring murtad nebih saking Gustinipun mitadosi
Allah sanes, nindakaken polah-pakarti ingkang nggega pikajengipun
piyambak, lan migunakaken pangandika kangge ngleresaken
tumindakipun ingkang estunipun mboten nyondhongi kersanipun
Gusti. Elisa ngetutaken Nabi Elia, dumugi ing Gilgal, Bethel lan
pungkasanipun Yerikho, ing sabranging lepen Yordan. Wonten
ing ngriku Elisa nyuwun: “kula kadunungana kalih bageaning Roh
panjenengan” nalika kadangu dening Nabi Elia. Kalih bageaning
Roh ingkang dipun suwun dening Elisa punika ngemu teges, bilih
sanadyan satata badan wadhag Nabi Elia sampun mboten wonten

Kotbah Jangkep 2022 163


sesarengan piyambakipun, nanging Allah ingkang tansah nganthi
Nabi Elia punika kasuwun supados kersaa nganthi Elisa nindakaken
pakaryan-pakaryanipun. Lan begja dene Gusti nyembadani punapa
ingkang kasuwun dening Elisa punika.
Para sedherek kinasih, Waosan Injil dinten punika nyariyosaken
nalika Gusti Yesus lan para sekabat tindak miyos ing tanahipun
tiyang Samaria. Kita mangretos bilih ing antawisipun tiyang Samaria
lan tiyang Yahudi punika nggadhahi sesambetan ingkang mboten
sae, saged kawastanan wonten memengsahan ing antawisipun
Yahudi lan Samaria. Prekawis punika sampun kedadosan wiwit
watawis 400 tahun saderengipun. Jalaranipun, awit tiyang-tiyang
Samaria sami mendhet semah sanjawinipun tiyang-tiyang Israel
ingkang murugaken bangsa pepilihan punika sampun mboten
murni malih, ateges sampun kacampur kaliyan bangsa sanes ingkang
mboten tepang dhateng Allah. Prekawis punika kalajengaken ing
nalika umat Yahudi wangsul saking tanah boyongan lajeng sami
mbangun Pedaleman Suci ingkang jugrug, lan tiyang Samaria ugi
kepingin ndherek mbiyantu, tiyang Yahudi mboten ngeparengaken
sedherekipun tiyang Samaria punika mbiyantu. Pungkasanipun
tiyang-tiyang Samaria lajeng ndamel pedaleman Suci piyambak
ing Gunung Gerizim, saha nggadhagi imam-imamipun piyambak.
Awit sesambetan ingkang mboten sae punika menawi tiyang-tiyang
Yahudi badhe dhateng pedaleman suci ing Yerusalem, tiyang-tiyang
punika sami nyingkiri tanahipun tiyang Samaria. Kepara langkung
remen mlampah minger tebihipun 40 kilo langkung tebih namung
supados mboten pepanggihan kaliyan tiyang-tiyang Samaria.
Mbokmenawi kita mastani sesambetan ing antawasipun
tiyang Yahudi lan Samaria punika namung bab memengsahan
ingkang mboten wonten gandheng-cenengipun kaliyan prekawis
karohanen. Nanging penginjil Lukas nggandhengaken cariyos Gusti
lan para sekabat ingkang miyos ing tanahipun tyang Samaria punika
kaliyan bab timbalanipun Gusti. Wonten tigang prekawis ingkang

164 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


saged kita sinau: 1) Menawi kita ndherek Gusti kita kedah pasrah
kanthi saestu, sumadya nilar samukawis. Kalebet kabetahan
mirunggan kadosdene papan palereman/griya. Nilar samukawis
ugi kalebet wantun nilaraken raosing manah ingkang mboten sekeca
kaliyan tiyang sanes awit tatu ing wekdal kapengker kados ingkang
dipun alami dening tiyang Yahudi lan Samaria. 2) Ndherek Gusti
punika timbalan, ingkang kedah kita sanggemi. “Inggih, mbenjang
mawon, utawi sampun kula Gusti.” Ingkang pundi ingkang badhe
kita unjukaken dhateng Gusti nalika Gusti nimbali kita? Atur
wangsulanipun setunggaling tiyang ingkang dipun timbali Gusti
wonten ing waosan kita dinten punika: “keparenga kula kesah
ngubur bapak kula rumiyin” punika sejatosipun wangsulan ingkang
mujudaken mboten sumanggem/nolak timbalan. 3) Atur wangsulan
setunggaling tiyang sanesipun: “kawula badhe ngetut wingking
Paduka, nanging keparenga kawula pamitan rumiyin dhateng brayat
kawula.” Atur wangsulan punika kalebet tiyang ingkang ngendhe-
endhe timbalan, awit pamit ingkang dipun pikajengaken nalika
semanten mboten kados ingkang kita tindakaken menawi badhe
kekesahan lajeng pamitan bapak-ibu badhe kesah, namung makaten
menika kemawon. Pamitan ing pakulinan kala semanten limrahipun
katindakaken mawi pista ageng ingkang kawontenaken mboten
namung 1 utawi 2 dinten nanging minggon, pamit kaliyan sedherek,
tanggi tepalih, lsp ingkang saged murugaken tiyang kecalan
tujuwanipun ndherek Gusti lan mandheg wonten ing raos “jebul
aku ditresnani brayatku, aku ditresnani tanggaku, aku luwih penak
neng omah ngene wae ora sah lunga, lsp.” Lajeng mboten saestu
ndherek Gusti.
Para sedherek, ndherek Gusti punika pancen namung timbalan,
mboten peksan. Rasul Paulus wonten ing Galatia 5 mratelakaken,
“para sedulur, kowe wis katimbalan supaya mardika, nanging aja
nganti kamardikan iku dadi dhadhakan tumrap uriping daging...”
Ndherek Gusti punika berkah, dados menawi ngantos sapunika

Kotbah Jangkep 2022 165


kita taksih saged setya ndherek Gusti punika namung awit saking
kanugrahanipun Gusti piyambak. Mboten leres menawi kita rumaos
bilih kita punika tiyang ingkang kawilujengaken awit kasagedan kita
nindakaken sabda, manut ing Toret. Awit menawi kita nggadhahi
keyakinan bilih kita wilujeng amargi saged nindakaken toret punika
sami dene kita mboten masrahahen gesang kita supados katuntun
ing Roh, nanging migunakaken kekiyatan kita, ngendelaken kapinteran
kita.
Para sedherek kinasih mangga kita ningali malih gesang kita,
ngilo dhateng sabdaning Gusti. Anggen kita ndherek Gusti punika
sampun sepinten dangunipun? Sepinten tebihpun? Punapa sadangu-
nipun punika Gusti nilar kita nalika kita ngalami kathahing prekawis
ingkang njalari kita nglokro, semplah? Nalika semah, anak, tiyang
sepuh nilar gesang kita, punapa Gusti karaos nilar gesang kita ugi?
Menawi inggih, mangga kita sinau kados dene pemazmur ingkang
mengo dhateng wingking nyawang tebaning jangkah kita anggenipun
mlampah sesarengan Gusti. Menawi kita purun ngraos-ngraosaken
kados dene Margareth, kita badhe ningali bilih sejatosipun langkung
kathah ketingal namung sepasang tlapakan kemawon, tegesipun
langkung kathah Gusti ingkang tumindak lan nggendhong kita,
sanes kita mlampah piyambakan.
Sabda dinten punika ugi ngengetaken kita dhateng timbala-
nipun: “melu’a Aku!” Punapa kita taksih setya anggenipun ndherek
Gusti tanpa pamrih? Punapa kita taksih remen anggenipun nindakaken
kawilujengan? Punapa kita malah sampun wiwit bosen lajeng pados
alasan kangge kendel anggenipun ndherek Gusti lan nyelehaken
salib? Dinten punika Gusti nganyaraken timbalanipun dhateng
panjenengan lan kula supados sami: “melu’a Aku.” Kados pundi
wangsulan kita?
Ing wulan Mei 2021 wonten setunggaling abdinipun Gusti
ingkang katimbalan wangsul ing yuswa ingkang taksih timur, para
kaneman mesthinipun kengetan Ps. Raditya Oloan ingkang seda

166 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja


nilar garwa lan anak 4 ingkang taksih alit-alit. Nalika badhe
kasarekaken, garwanipun Ps Raditya punika mratelakaken raosing
manahipun nalika dipun telfon dening griya sakit ingkang
ngabaraken bilih semahipun sampun katimbalan: “aku ora nesu
ning ngambeg kaya bocah cilik nang ngarsane Gusti, ngapa kok
bojoku sing dipundhut Gusti. Kok semah kula Gusti.” Nanging
pitakenanipun Joana punika dipun wangsuli dening Gusti kanthi
kawontenan ingkang dipun tingali. Sedanipun Ps Raditya njalari
tiyang kathah ningali tebaning pakaryanipun Ps Raditya ing
gesangipun, dados berkah kangge kaneman ingkang sami nglokro
awit mboten nggadhahi pengajeng-ajeng. Kotbah-kotbahipun dipun
enget-enget dening kathah tiyang. Malah putranipun ingkang
nomer 2 ingkang umuripun dereng 10 taun saged sanjang : “aku
sedhih merga ora ana meneh sing bakalan ngajak aku nge-game
bengi-bengi nek aku ora bisa turu. Tapi aku seneng merga aku
ngerti bapak wis ora ngrasakna gerah meneh.” Gusti ngiyataken
kita nalika kita tetep sumendhe nalika kita semplah lan nglokro.
Gusti mboten nilar kita. Lan nalika Gusti mulihaken kawontenan
kita punika, Gusti nimbali kita mulihaken tiyang sanes.
Mangga sami ngenget-enget timbalanipun Gusti, sampun
ngantos nglokro nalika karaos Gusti nilar kita, awit estunipun Gusti
mboten nilar kita, kados pangandikanipun “nganti sira tuwa Ingsun
iki tetep Panjenengane lan nganti rambutira putih anggoningSun
nggendhong sira kabeh.”
Amin.

Kotbah Jangkep 2022 167


168 Khotbah Jangkep – Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai