Anda di halaman 1dari 34

KHOTBAH JANGKEP

Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Februari 2021
Tema: Hidup Dalam Rencana Dan Kehendak Allah

Khotbah Jangkep Februari 2021 67


DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN
BULAN FEBRUARI 2021

Minggu, 7 Februari 2021 ...................................................................................... 69


Minggu Biasa V (Hijau)
Tuhan Tidak Pernah Letih Lesu

Minggu, 14 Februari 2021 ................................................................................... 83


Minggu Transfigurasi (Putih)
Berbahagialah Orang Yang Melihat Kemuliaan Allah

Rabu, 17 Februari 2021 ........................................................................................ 98


Rabu Abu (Ungu)
Bertahan Dengan Penuh Kesabaran

Minggu, 21 Februari 2021 ................................................................................... 99


Minggu Pra-Paska I (Ungu)
Berkat Ketaatan

Minggu, 28 Februari 2021 ................................................................................ 100


Minggu Pra Paska II (Ungu)
Mengikuti Rencana Tuhan

68 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 7 Februari 2021
Minggu Biasa IV-Minggu ke-5 Setelah Epifani (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Tuhan Tak Pernah Letih Dan Lesu

TUJUAN:
Jemaat semakin menyadari dan meyakini bahwa Tuhan tidak pernah
lalai dalam menjaga umatNya.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Yesaya 40:21-31
Tanggapan : Mazmur 147:1-11, 20c
Bacaan II : 1 Korintus 9:16-23
Bacaan Injil : Markus 1:29-39

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : Mazmur 103:3-5
Petunjuk Hidup Baru : 1 Petrus 5:7
Dasar Persembahan : Ibrani 13:15-16

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 10:1, 2
Nyanyian Penyesalan : KJ 37B:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 376:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 363:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 410:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 26:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 46:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 124:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 176:1-
Kidung Pangutusan : KPJ 436:1, 2

Pdt. Elia Dwi Praseyo, M.Si (GKJ Sabda Sumunar)

Khotbah Jangkep Februari 2021 69


DASAR PEMIKIRAN

Manusia memiliki ketakutan besar dalam hidupnya, salah


satunya adalah takut karena diabaikan, tidak dipedulikan, dan
dilupakan. Apalagi ketika berada dalam pergumulan berat, beban
kehidupan yang menghimpit, pasti mengharap dan menantikan
perhatian serta pertolongan dari orang lain. Jika perhatian dan
pertolongan yang diharapkan tidak kunjung datang, maka rasa
putus asa yang menguasai. Orang lain dianggap sudah tidak ada
yang peduli. Ketika putus asa semakin mendekat, tidak jarang
orang percaya sampai meragukan penyertaan Allah. Tuhan pun
dianggap sudah melupakannya dan tidak punya kuasa untuk
menolongnya. Manusia bisa saja bersikap abai, tidak peduli dan
melupakan sesamanya. Tetapi apakah Tuhan akan berbuat
demikian kepada umat-Nya? Menyadari akan kekuasaan Tuhan,
kiranya dapat mengembalikan keyakinan bahwa Allah tidak
pernah kehilangan kuasa untuk menolong manusia.

KETERANGAN BACAAN
Yesaya 40:21-31
Kitab Yesaya mulai dari pasal 40 berisi pengharapan akan janji
keselamatan bagi umat Israel yang saat itu masih ada di pembuangan.
Umat Israel yang mengalami keterpurukan dan kehancuran,
mengalami guncangan iman kepada Allah. Tuhan yang menjadi
penjaga dan pelindung Israel dianggap sudah tidak punya kuasa
untuk menolong mereka. Umat Israel menganggap Tuhan Allah
sudah abai dan tidak peduli akan nasib umatNya. Ayat 27
menyatakan tentang hal ini. Menanggapi keadaan ini, umat Israel
diingatkan kembali tentang siapa sesungguhnya Tuhan Allah.
➢ Dia yang menciptakan langit dan bumi (ay 22).
➢ Dia yang berkuasa atas seluruh makhluk ciptaanNya, Dia yang
mengatur seluruh kehidupan mereka (ay 23, 24)
➢ Dia tahu dan mengenal setiap ciptaanNya, satu per satu (ay 26)

70 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


➢ Tuhan yang memelihara, menjaga, memberi kekuatan dan
penghiburan kepada semua milikNya.
Umat diingatkan untuk tidak meragukan kuasa Tuhan,
apalagi sampai membanding-bandingkan dengan yang lain. Allah
jangan pernah disamakan dengan siapa pun, bahkan dengan para
pembesar dan para hakim, yang kuasanya tidak bisa berbuat apa-
apa (ay 27). Manusia sehebat apapun, mereka yang gagah perkasa
pasti akan mengalami lelah, letih, lesu, namun Tuhan tidak pernah
lelah dan lesu (ay 28).

Mazmur 147:1-11, 20c


Mazmur ini berisi pujian kepada Allah atas segala kebaikan
yang telah dilakukan kepada umatNya. Tuhan menyatakan
pemeliharaan dan pemulihan bagi umat Israel yang tadinya telah
tercerai-berai. Pemulihan yang Tuhan lakukan mencakup aspek
fisik dan juga batin. Tuhan memulihkan dan menyembuhkan
segala luka maupun duka hati, mengembalikan sukacita dan
kebanggaan/percaya diri bagi mereka yang terpuruk.
Allah bisa melakukan ini semua sebab Dia punya kuasa, yang
mengatasi langit dan bumi. Tuhan Allah mau melakukan ini semua
sebab Dia sungguh mengenal dan peduli kepada setiap
ciptaannya, satu per satu, tidak ada yang terlewatkan. Tuhan
sungguh peduli kepada manusia dan juga seluruh ciptaan lainnya.

1 Korintus 9:16-23
Paulus merasa perlu menegaskan kembali kepada jemaat di
Korintus akan statusnya sebagai rasul Tuhan Yesus. Status ini
bukan sebagai dasar dan alasan untuk memegahkan diri, tetapi
justru penegasan bahwa Paulus memiliki kewajiban, bahkan
keharusan, yaitu untuk memberitakan Injil. Pemberitaan injil
adalah bagi semua orang.

Khotbah Jangkep Februari 2021 71


Tugas memberitakan Injil merupakan keharusan bagi setiap
orang percaya dan rasul Paulus menyampaikan beberapa hal yang
harus diperhatikan:
➢ Dalam memberitakan Injil jangan pernah memegahkan diri
atau menyombongkan diri.
➢ Memberitakan Injil bukan untuk mencari keuntungan bagi
diri sendiri, bukan untuk mencari upah atau penghargaan.
➢ Jangan pernah lelah untuk memberitakan Injil, sebab berita
Injil harus disampaikan kepada semua orang, dari berbagai
suku, bangsa, maupun latar belakang sosial. Sehingga dapat
memberi kesempatan kepada sebanyak mungkin orang untuk
mendengar dan menerima keselamatan dari Allah.

Markus 1:29-39
Perikop ini menjadi bagian dari rangkaian kisah pelayanan
Tuhan Yesus ketika di Kapernaum-Galilea (Markus 1:21-45).
Pelayanan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus menjangkau banyak
orang, bahkan bisa dikatakan tidak mengenal lelah, tidak mengenal
waktu, mulai dari pagi, siang, dan bahkan sampai malam.
➢ Perikop sebelumnya (ay 21-28), menceritakan pelayanan
Yesus yang sudah dimulai sejak pagi hari, saat Dia mengajar di
rumah ibadat. Bukan hanya mengajar, bahkan di rumah ibadat
ini Yesus menolong seorang yang kerasukan roh jahat. Melalui
kuasanya, Yesus mengusir keluar roh jahat dari tubuh orang itu.
➢ Setelah pulang dari rumah ibadat, bukan berarti Yesus
beristirahat dan bersantai. Yesus mendapat mendapat informasi
bahwa ibu mertua Simon terbaring sakit karena demam.
Tidak menunda waktu, Yesus menuju ke tempat ibu mertua
Simon dan dengan kuasaNya, Yesus menyembuhkan ibu
mertua Simon, sehingga bisa beraktifitas kembali (ay 29-31).
➢ Menjelang malam, yang sebenarnya menjadi waktu untuk
mulai beristirahat, justru banyak orang datang berkumpul di
depan rumah. Banyak orang di Kapernaum sepertinya
mendengar kabar tentang kejadian di rumah ibadat, ketika
72 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Yesus mengusir roh jahat (lih. Markus 1:28). Tentu saja
mereka ikut takjub dengan kuasa Yesus dan mereka yang
sakit juga ingin disembuhkan. Mengapa baru menjelang
malam mereka datang mencari Yesus? Karena hari itu adalah
hari Sabat, sehingga mereka menunggu matahari terbenam
sebagai tanda bahwa hari Sabat telah usai. Setelah matahari
terbenam berarti sudah masuk pada hari yang baru, mereka
baru berani keluar rumah untuk menemui Yesus. Banyak
orang dengan berbagai macam penyakit yang datang
meminta pertolongan. Tuhan Yesus tidak tinggal diam,
dengan kuasaNya Dia menyembuhkan berbagai penyakit itu
dan mengusir banyak setan (ay 32-34).
➢ Keesokan harinya, Yesus melanjutkan pelayanannya. Bukan
hanya di Kapernaum, namun juga di kota-kota lain di wilayah
Galilea. Kembali Dia menolong banyak orang, menyembuhkan
berbagai penyakit dan mengusir setan-setan (ay 35-39)
Melalui rangkaian kisah pelayanan Yesus ini memberi
gambaran bahwa Tuhan sungguh memiliki kuasa yang luar biasa.
Sesuai kuasa yang dimiliki, Dia tidak pernah memiliki rasa lelah
untuk umatNya. Baik pagi, siang, maupun malam, Dia selalu ada
untuk setiap orang yang datang meminta tolong. Selain itu semua,
kisah pelayanan Yesus juga memperlihatkan betapa Allah sungguh-
sungguh peduli kepada manusia, kepada setiap orang, atas setiap
pergumulan dan penderitaan yang dialami umat yang dikasihiNya.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


“Tuhan tidak pernah tidur”, “Gusti Allah boten saré”, kiranya
bisa menjadi kunci dalam memahami bahwa Tuhan Allah memang
tidak pernah abai kepada umatNya. Tuhan tidak pernah letih, lesu,
apalagi terlelap sehingga tidak lagi melihat dan menolong umatNya.
Dia sungguh berkuasa atas semua yang ada di muka bumi ini.
Bacaan-bacaan Minggu ini mengingatkan akan kuasa Tuhan Allah
yang luar biasa, Dia yang menciptakan langit dan bumi. Kesadaran

Khotbah Jangkep Februari 2021 73


akan kekuasan Tuhan Allah, membawa kita pada keyakinan
bahwa Dia tidak pernah lelah dalam menjaga dan memelihara
umatNya. Keyakinan akan kasih dan pemeliharaan Tuhan ini,
kiranya menyemangati kita untuk menjalani kehidupan meski di
tengah pergumulan berat. Bahkan, menjadi pendorong bagi kita
untuk tidak lelah juga dalam menyatakan dan menebarkan kasih
serta kebaikan kepada sesama.

74 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

TUHAN TAK PERNAH LETIH DAN LESU

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus,


Apa yang akan terjadi jika seorang sopir bus yang sedang
membawa banyak penumpang, mengalami kelelahan dan
mengantuk? Bisa dibayangkan, sopir yang kelelahan dan mengantuk
tidak fokus pada jalanan dan kendaraan yang dibawanya bisa
keluar jalur dan berakhir celaka. Kemudian akan muncul dalam
berita baik di televisi maupun berita on-line bahwa telah terjadi
kecelakaan dengan memakan beberapa korban, akibat sopir yang
kelelahan dan mengantuk. Hal ini bukan hanya pengandaian saja,
sebab dalam kenyataan sudah sering terjadi hal demikian.
Seorang sopir, yang adalah penanggung jawab atas keselamatan
seluruh penumpangnya, ketika terlena dan tidak fokus karena
lelah dan mengantuk, mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Korban berjatuhan, luka ringan, luka berat, kendaraan rusak,
bahkan mungkin ada yang meninggal. Tidak jarang juga menyeret
korban dari orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Pengendara
yang lain, orang-orang yang kebetulan sedang ada di pinggir jalan,
atau orang yang sedang menikmati makanan di warung, bahkan
mereka yang sedang terlelap tidur, tiba-tiba menjadi korban gara-
gara bus yang nyelonong menabrak rumahnya.

Kelelahan, letih, lesu dan mengantuk sungguh bisa berakibat


fatal. Lalu, bagaimana jika sang penanggung jawab atas langit, bumi
dan seisinya mengalami kelelahan, letih dan lesu? Apa yang akan
terjadi jika sang pengendali alam semesta ini tertidur? Apa yang
akan terjadi jika Tuhan tidak fokus, bahkan mengabaikan kehidupan
umatNya? Sudah pasti kehancuran yang terjadi. Itulah yang
terlintas dalam benak umat Israel terhadap Tuhan Allah. Apakah
memang demikian, bahwa Tuhan Allah mengalami letih lesu?

Khotbah Jangkep Februari 2021 75


Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus.
Dalam Yesaya 40:27, bangsa ini “digugat” sebab mereka
menganggap bahwa Tuhan telah menutup mata atas mereka, Tuhan
tidak lagi melihat mereka dan hak-hak mereka tidak lagi diperhatikan.
Mereka memang mengalami kehancuran kehidupan; negara
mereka dikalahkan dan ditaklukkan negara lain. Lalu mereka dan
para pemimpin negeri pun menjadi tawanan perang, dibawa ke
pembuangan ke negeri asing yang jauh. Mereka telah dicabut dari
tanah leluhur, bahkan merasa dibuang dari hadapan Tuhan Allah.
Atas kehancuran yang mereka alami ini, lalu mereka beranggapan
bahwa Tuhan Allah telah menutup mata dan berpaling dari hidup
mereka. Bisa jadi Tuhan Allah telah letih dan lesu, tidak lagi punya
kuasa untuk menjaga, menolong dan menyelamatkan mereka.

Atas anggapan seperti ini, Tuhan Allah mengingatkan umat


Israel bahwa DIA adalah pencipta langit, bumi dan segala isinya
(Yes 40:21, 22). Tuhan Allah berkuasa mengatur kehidupan semesta
ini termasuk kehidupan manusia. Tuhan bisa memberi kuasa
kepada manusia ataupun mencabutnya (ay 23-24). Tidak ada satu
pun pembesar atau hakim yang bisa menandingi kekuasaanNya,
bahkan tidak ada satu pun di dunia ini yang layak untuk dapat
dijadikan pembanding bagi Tuhan Allah. Tidak ada manusia yang
sanggup menghitung jumlah bintang di langit, tetapi Tuhan Allah
yang meletakkan dan menata semua bintang dilangit, tahu setiap
nama bintang itu satu per satu. Kekuasaan Allah luar biasa dan
DIA tidak pernah menjadi lelah atau lesu. Jadi, anggapan umat
Israel bahwa Tuhan Allah menutup mata terhadap mereka,
anggapan bahwa Tuhan Allah abai dan tidak lagi berkuasa untuk
menolong mereka, semua itu salah. Dalam ayat 31 Allah menjawab,
setiap mereka yang percaya kepada Tuhan, akan dikuatkan. Umat
Israel justru tidak percaya kepada kekuatan Allah, mereka lebih
mengandalkan kekuatan manusia, sebab ketika mereka menghadapi
masalah justru meminta pertolongan kepada negara Mesir.

76 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Apa yang dinyatakan oleh pemazmur juga senada dengan apa
yang ada dalam kitab Yesaya. Pemazmur menyatakan pujian
kepada Allah atas segala kebaikan yang telah dilakukan kepada
umatNya. Allah dalam kasih dan kuasaNya senantiasa menyatakan
pemeliharaan dan pemulihan bagi umat Israel yang tadinya telah
tercerai-berai. Tuhan memulihkan setiap luka fisik dan juga luka
batin. Segala dukacita diganti dengan sukacita, mereka yang
terpuruk karena tertindas dan direndahkan akan ditegakkan kembali
serta dipulihkan rasa kebanggaan/percaya dirinya. Tuhan Allah
sanggup melakukan ini semua sebab Dia punya kuasa, yang
mengatasi langit dan bumi. Tuhan Allah mau melakukan ini semua
sebab Dia sungguh mengenal dan peduli kepada setiap ciptaannya,
satu per satu, tidak ada yang terlewatkan. Tuhan sungguh peduli
kepada manusia dan bahkan juga ciptaan lainnya. Namun, Tuhan
tidak berkenan kepada kesombongan. Senada kembali dengan isi
kitab Yesaya, Allah tidak suka dengan orang yang mengagungkan
dirinya sendiri, yang mengandalkan kekuatan dan kegagahannya.

Kisah dalam Injil Markus 1:29-39 semakin menegaskan bahwa


Tuhan tidak pernah menutup mata apalagi abai dengan kondisi
umat milikNya. Tuhan Yesus memulai pelayanannya di wilayah
Galilea, diawali dari kota Kapernaum. Kisah dalam pelayanan Yesus
ini memuat dua hal:
➢ Tuhan Yesus adalah Allah yang penuh kuasa, yang tidak
mengenal lelah untuk menolong manusia. Berdasarkan
rangkaian kisah pelayanan Yesus ini memberi gambaran
bahwa Tuhan sungguh memiliki kuasa yang luar biasa dan
dengan kuasa yang dimiliki itu, Dia tidak pernah memiliki
rasa lelah untuk umatNya. Baik pagi, siang, maupun malam,
Dia selalu ada untuk setiap orang yang datang meminta
tolong. Orang yang datang dengan berbagai penyakit ataupun
mereka yang kerasukan roh jahat, semuanya merasakan
sentuhan kuasanya dan dipulihkan.

Khotbah Jangkep Februari 2021 77


➢ Allah memiliki kepedulian yang tiada henti. Kisah pelayanan
Yesus memperlihatkan betapa Allah sungguh-sungguh peduli
kepada manusia, kepada setiap orang dengan berbagai
pergumulan dan penderitaan masing-masing. Ringan atau
berat, latar belakang apapun, semua mendapat perhatian dan
kasihNya. Mulai dari kota Kapernaum, sampai dengan kota-
kota lain disekitarnya, semua di datangi sebab Tuhan Yesus
menghendaki banyak orang merasakan kasih dan kuasaNya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus.


Jangan pernah meragukan kuasaNya dan juga pemeliharaan
Tuhan dalam hidup kita. Dia tidak seperti manusia yang mudah lelah,
letih dan lesu, tidak fokus, dan abai pada tanggung jawabnya.
Percayalah, Tuhan tidak pernah letih atau lesu dan Dia tidak pernah
mengabaikan kita. Rasul Paulus merasakan pengalaman itu. Dia
yang telah berbuat jahat pada pengikut Kristus, tidak diabaikan
apalagi dibuang oleh Tuhan, justru Paulus merasa diperhatikan
dan dikasihi bahkan dipilih untuk menjadi rasulNya. Kesempatan
dan kepercayaan ini diterima dengan penuh sukacita dan kemudian
Paulus tidak pernah lelah untuk memberitakan Injil, menyampaikan
kabar keselamatan, kepada sebanyak mungkin orang. Namun
demikian, dalam menjalankan tugas memberitakan Injil ini jangan
pernah memegahkan diri atau menyombongkan diri. Sekali lagi
Tuhan tidak berkenan kepada orang yang sombong, yang
mengandalkan kemampuan dirinya. Allah berkenan kepada mereka
yang selalu mengakui dan mengandalkan kuasa Allah. Memberitakan
Injil juga bukan untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri,
bukan untuk mencari upah atau penghargaan. Allah sudah pasti
memelihara hidup setiap milikNya. “Gusti Allah boten sare”, dan
sebagaimana Allah yang tidak pernah lelah menjaga dan memelihara
hidup kita, mari, jangan pernah lelah untuk terus memberitakan Injil,
sebab berita Injil harus disampaikan kepada semua orang. Dengan
demikian, memberi kesempatan kepada sebanyak mungkin orang
untuk mendengar dan menerima dan merasakan kasih Allah. Amin.
78 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

GUSTI BOTEN NATÉ SAYAH

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yésus.


Miturut panjenengan, punapa ingkang badhé kelampahan
manawi wonten sopir ingkang nalika ngasto kendharaan, ngraosaken
sayah lan ngantuk? Temtu punika saèstu mbebayani, awit sopir
ingkang sayah lan ngantuk mesthi boten saged ngendhalèni
kendharaan kanthi saé. Wusananipun kita mireng pawartos bab
kacilakan ing televisi, koran, punapa pawartos online, ingkang
nyariyosaken bab kacilakan ing margi. Punika saèstu asring
kelampahan ing margi lan kathah ingkang dados korban. Saé para
penumpang, kalebet sopir piyambak, para tiyang ing kendharaan
sanèsipun lan ugi para tiyang ingkang ngepasi wonten ing pinggir
margi, nembé wonten warung, griyanipun wonten pinggir margi,
ujug-ujug dipun tabrak bis.

Sayah, lesu, ngantuk, pranyata saged damel cilaka. Kinten-


kinten menawi Gusti Allah ingkang nguwaosi lan ngendhalèni
langit-bumi ngraosaken sayah lan lesu, punapa ingkang badhé
kelampahan? Kadospundi kahananipun manungsa menawi Gusti
Allah nutup nétranipun lan boten preduli dhateng manungsa?
Manawi punika saèstu kelampahan, mesthi gesangipun manungsa
lan titah sanèsipun, dalah jagad sakisinipun dados risak. Bab
punika ingkang dipun raosaken déning umat Israèl. Umat Israèl
nganggep bilih Gusti Allah sampun nutup nétranipun lan boten
preduli dhateng umat kagunganipun. Ananging, punapa saèstu
bilih Gusti Allah punika saged sayah, lesu, lan sare?

Pasamuwanipun Gusti Yésus ingkang kinasih.


Ing kitab Yésaya 40:27, Gusti Allah lumantar nabi Yésaya
ndangu umat Israèl awit bangsa punika gadhah pemanggih bilih

Khotbah Jangkep Februari 2021 79


Gusti Allah sampun nutup nétranipun lan boten migatosaken
kawontenanipun umat Israèl. Pemanggih punika tuwuh amargi
bangsa punika ngraosaken panandhang ingkang sakelangkung
awrat. Negarinipun sampun dipun telukaken déning bangsa
sanès, dipun jarah-rayah, lajeng warganipun dalah para
panggedhé negari dipun rangket lan dipunbucal ing negari manca
ingkang tebih. Bangsa Israèl rumaos sampun dipunbucal saking
tanah leluhuripun lan sampun dipun bucal saking ngajengipun
Gusti Allah. Sang Yéhuwah sampun nutup nétranipun, sampun
boten preduli dhateng nasib bangsa punika. Sami gadhah
pemanggih bilih Gusti Allah sami kaliyan ilah sanèsipun ingkang
kècalan kuwasa kanggé nylametaken umatipun.

Amargi perkawis punika, Gusti Allah lajeng ngèngetaken bangsa


Israèl, sinten sejatosipun Sang Yéhuwah. Panjenenganipun punika
Gusti Allah ingkang Mahakuwaos ingkang nitahaken langit lan
bumi, ingkang sampun mbabar langit lan nggelar jagad (Yés 40:21,
22). Gusti Allah ingkang mranata gesangipun saben titah, kalebet
para panggedhé lan hakim inggih Gusti piyambak ingkang maringi
panguwaos punapa ugi njabut panguwaosipun punika (ay 23-24).
Mila boten wonten ingkang saged nandhingi Gusti Allah, boten
saged kabandhingaken. Punapa wonten manungsa ingkang saged
nggunggung cacahipun lintang ing langit? Boten wonten ingkang
saguh, ananging Gusti Allah ingkang nitahaken lan mapanaken
saben lintang punika ing langit. Sang Yéhuwah ugi pirsa saben
naminipun (ay 26). Panguwaosipun Gusti Allah ngédab-édabi, lan
Panjenenganipun boten naté sayah punapa déné lesu. Kléntu
sanget manawi umat Israèl nganggep bilih Gusti Allah sampun
boten gadhah kuwasa kanggé mitulungi umatipun. Ing ayat 31
Gusti paring pangandika bilih saben tiyang ingkang pitados lan
saèstu ngantu-antu Sang Yéhuwah, mesthi pinaringan kekiyatan.
Nanging nyatanipun, bangsa Israèl boten pitados lan mboten
purun ngantu-antu pitulunganipun Sang Yéhuwah, malah kepara

80 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


gumunggung lan ngendelaken kakiyataning manungsa. Bangsa
Israèl nyuwun tulung dhateng bangsa Mesir.

Sang Juru Mazmur mbabaraken perkawis ingkang cundhuk


kaliyan isining kitab Yésaya. Jabur 147:1-11, 20c nélakaken pamuji
dhateng Sang Yéhuwah, wujud pengaken bab panguwaosipun
Gusti Allah ingkang sampun nitahaken langit lan bumi. Gusti Allah
ugi tansah mbabar sih katresnanipun kanthi tansah ngrimati
umatipun, ngempalaken umat Israèl saking pundi-pundi panggènan.
Tiyang kesrakat, tiyang katindhes dipun jejegaken malih lan dipun
pulihaken. Gusti maringi kesarasan, kasantosan, dalah ayem tentrem.
Panjenenganipun saguh nindakaken sedaya punika amargi
kagungan panguwaos. Gusti ugi kersa nindakaken sedaya punika
amargi tresnanipun dhateng sedaya titah. Awit Panjenenganipun
tepang marang saben titahipun, setunggal lan sanèsipun, sedaya
dipun gatosaken boten wonten ingkang ketriwal. Éwasemanten,
Gusti Allah boten karenan dhateng manungsa ingkang gumunggung,
ingkang ngendelaken karosanipun piyambak. Sepisan malih bab
punika cundhuk kaliyan pangandika ing kitab Yésaya.

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yésus.


Makaten ugi paseksi ing Injil Markus 1:29-39, langkung
negesaken malih bilih Gusti Allah boten naté nglirwakaken umat
kagunganipun. Kacariyosaken Gusti Yésus miwiti peladosan ing
tlatah Galilea, kawiwitan saking kitha Kapernaum. Lumantar cariyos
peladosanipun Gusti Yésus punika kita dipun èngetaken. Sepisan,
Gusti Yésus punika Allah ingkang panguwaosipun ngédab-édabi,
ingkang boten naté sayah punapa lesu anggènipun mitulungi
manungsa. Ndlajahi désa milang kori, énjing-siyang-dalu anggènipun
tansah ngulungaken astanipun kanggé paring pitulungan. Sakathahing
tiyang ingkang sowan mbekta sawernaning penyakit, sedaya
dipun birat. Makaten ugi tiyang ingkang sami kasurupan dhemit
ugi dipun luwari. Ingkang kaping kalih, peladosanipun Gusti Yésus

Khotbah Jangkep Februari 2021 81


punika ugi mbuktèkaken bilih Gusti Allah saèstu preduli dhateng
saben tiyang. Sanadyan boten sami penyakitipun, ènthèng-abot,
sakit badan punapa kasurupan sètan, tiyang mlarat punapa sugih,
sedaya nampi pangluwaran saking Gusti Yésus. Boten namung ing
kitha Kapernaum, malah sumrambah ing kitha sanèsipun, Gusti
Yésus rawuh lan paring pitulungan dhateng saben tiyang.

Pasamuwan ingkang kinasih.


Sampun ngantos kita mangu-mangu, punapa malih boten
pitados dhateng panguwaosipun Gusti. Sanadyan manungsa saged
sayah, lesu, ngantuk, ananging Gusti Allah boten sami kaliyan
manungsa. Panjenenganipun boten naté sayah! Gusti Allah ugi
boten naté nilar umatipun. Rasul Paulus sampun ngraosaken bab
punika. Paulus ngrumaosi bilih dhirinipun kebak dosa, sampun
tumindak jahat dhateng umatipun Gusti Yésus. Nanging Gusti
Yésus boten lajeng mbucal Paulus, malah kepara dipun gatosaken,
dipun tresnani, dipun piji dados rasulipun. Temtu Rasul Paulus
nampi perkawis punika kanthi bingah lan salajengipun nindakaken
ayahan martosaken Injil dhateng kathah tiyang, kathah bangsa.
Amargi sampun nampi sihipun Gusti, mila bab martosaken Injil
punika katampi minangka satunggaling kewajiban lan anggènipun
nindakaken ayahan punika boten kuwatos badhé sayah awit Gusti
mesthi paring kekiyatan. Rasul Paulus ngèngetaken, ing satengahing
ngayahi kewajiban martosaken Injil, kita boten kepareng
ngegungaken dhiri. Sepisan malih kita dipun èngetaken bilih Gusti
Allah boten karenan dhateng tiyang ingkang ngegungaken
kekiyatanipun piyambak. Allah karenan dhateng tiyang ingkang
tansah ngendelaken panguwaosipun Sang Yéhuwah. Gusti Allah
boten saré, panjenenganipun boten naté sayah anggènipun tansah
njagi lan ngrimati umatipun kanthi kebaking katresnan. Mila,
sumangga kanthi semangat kita nindakaken ayahan mbabar
katresnan dhateng sesami. Amin.

82 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 14 Februari 2021
Transfigurasi (Putih)

TEMA PERAYAAN IMAN


Berbahagialah Orang Yang Melihat Kemuliaan Allah

TUJUAN:
Jemaat diajak untuk melihat kemuliaan Allah, melalui apapun yang
diberikan Tuhan sebab dengannya kita akan menemukan kebahagiaan
hidup.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : 2 Raja-Raja 2:1-12
Tanggapan : Mazmur 50:1-6
Bacaan II : 2 Korintus 4:3-6
Bacaan Injil : Markus 9:2-9

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anuggerah : 1 Korintus 1:30
Petunjuk Hidup Baru : 1 Tesalonika 5:18
Persembahan : Mazmur 50:23

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 14:1-3
Nyanyian Penyesalan : KJ 28:1, 2
Nyanyian Kesanggupan : KJ 402:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 287b:1, 2
Nyanyian Pengutusan : KJ 392:1, 3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 59:1, 2
Kidung Panelangsa : KPJ 60:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 96:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 165:1, 2
Kidung Pangutusan : KPJ 158:1, 2

Pdt. Elia Dwi Praseyo, M.Si (GKJ Sabda Sumunar)

Khotbah Jangkep Februari 2021 83


DASAR PEMIKIRAN
Manusia mendambakan kemuliaan dalam hidupnya. Banyak
orang berusaha keras dan berlomba-lomba untuk meraih kemuliaan
itu. Sayangnya, kemuliaan hidup ini sering diukur dengan harta
kekayaan yang berlimpah, pendidikan tinggi, pangkat-jabatan dan
kekuasaan yang besar. Sebelum itu semua diraih, manusia
menganggap belum merasakan kemuliaan, belum merasakan
kebahagiaan. Tetapi, apakah jika semua itu diraih maka hidup
manusia sudah pasti bahagia? Tema ibadah minggu ini:
“Berbahagialah Orang Yang Melihat Kemuliaan Allah”, mengajak
kita untuk melihat kemuliaan Allah, sebab dengannya kita akan
menemukan kebahagiaan hidup. Allah sendiri telah menyatakan
kemuliaanNya, dan siapa pun yang dapat melihat, merasakan, dan
meyakini hal ini, pasti akan mendapatkan kebahagiaan. Lalu, di
mana dan seperti apakah kemuliaan Tuhan itu?

KETERANGAN BACAAN
2 Raja-Raja 2:1-12
Perikop ini berisi kisah tentang nabi Elia yang akan mengakhiri
karya pelayanannya, karena Tuhan akan segera mengangkatnya
ke sorga. Selama ini nabi Elia telah mengajak Elisa ikut kemana
pun dirinya pergi, karena Elisa dipersiapkan sebagai penggantinya
(lih. 1 Raja-raja 19:16, 19-21). Anehnya dalam kisah kali ini justru
nabi Elia memerintahkan Elisa untuk tidak lagi mengikutinya.
Sebelum diangkat ke surga, nabi Elia diperintahkan Tuhan untuk
pergi ke beberapa kota, dari Gilgal ke Betel, lalu ke Yerikho, dan
kemudian ke sungai Yordan. Setiap akan meninggalkan kota-kota
itu, nabi Elia meminta Elisa untuk tetap tinggal dan tidak perlu
mengikuti dirinya lagi. Tetapi Elisa tidak mau, ia tahu bahwa
Tuhan akan segera mengangkat nabi Elia, karena itu dirinya tetap
setia mengikuti nabi Elia kemanapun. Saat nabi Elia sudah
menyeberangi sungai Yordan, nabi Elia memberi kesempatan

84 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


kepada Elisa untuk menyampaikan permohonan terakhir. Kepada
nabi Elia, Elisa mengajukan permohonan kiranya dirinya diberi
dua bagian dari roh nabi Elia (ay 9). Sepertinya Elisa ingin menjadi
seperti nabi Elia, yang dipakai Tuhan dengan luar biasa dalam
melaksanakan tugas kenabian. Permohonan ini bisa terwujud,
asalkan Elisa melihat langsung saat nabi Elia diangkat ke sorga.
Hal ini pun akhirnya terjadi. Elisa melihat bagaimana kuasa Allah
bekerja, mengambil nabi Elia dari hadapannya dan dibawa ke
sorga dengan kereta kuda berapi.
Elisa menjadi orang yang sangat beruntung. Dia bukan hanya
berkesempatan menyaksikan langsung kejadian yang spektakuler,
yang ajaib, yaitu ketika nabi Elia diangkat ke sorga, tetapi Elisa
berkesempatan melihat kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah yang
terwujud dalam kuasa yang sungguh bekerja, berkarya di tengah
kehidupan manusia. Syarat yang disampaikan oleh nabi Elia tadi
ternyata bukan supaya Elisa sekedar menonton dirinya yang
terangkat ke sorga, tetapi yang jauh lebih penting adalah melihat
dan meyakini akan kemuiaan Allah, di dalam kuasa dan karyaNya
yang sungguh nyata.

Mazmur 50:1-6
Mazmur pasal 50 ini secara keseluruhan berisi tentang ajakan
kepada umat untuk dapat mewujudkan ibadah yang berkenan di
hadapan Tuhan. Khusus ayat 1-6 merupakan bagian pembukaan,
dan bagian ini berisi pernyataan tentang Tuhan Allah yang
Mahakuasa. Tuhan memancarkan sinar kemuliaanNya dari Sion.
Dalam kemuliaan dan ke-MahakuasaanNya itu, Allah digambarkan
tidak pernah berdiam diri (ay 3). Allah terus berkarya dan tidak
pernah berhenti, dari matahari terbit sampai terbenam (ay 1).
Tuhan menguasai dan mengatur seluruh isi langit-bumi, serta
terus bekerja dengan adil bagi semua ciptaan.

Khotbah Jangkep Februari 2021 85


2 Korintus 4:3-6
Pada bagian awal perikop ini rasul Paulus kembali menegaskan
karya pelayanannya sebagai rasul Tuhan Yesus bukan karena
keinginan dirinya sendiri, melainkan sungguh-sungguh
menyampaikan firman Allah (2 Kor 4:2). Dimungkinkan ada
beberapa jemaat di Korintus salah paham dengan rasul Paulus,
mereka tidak bisa menerima berita Injil yang disampaikan oleh
Paulus. Bisa jadi mereka meragukan sosok Paulus sebagai rasul
Tuhan Yesus.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang bisa mengalami
kebutaan (tidak bisa melihat) bukan hanya secara fisik saja. Ada
orang yang matanya sehat dan dapat melihat, namun akal budi,
pikiran dan hatinya telah menjadi buta. Mereka dibutakan oleh
ilah zaman sehingga tidak dapat menerima kebenaran yang dari
Tuhan. Ilah zaman, yaitu kuasa jahat yang membuat orang-orang
itu dikuasai oleh pikiran-pikiran jahat. Bagian ini bisa jadi
ditujukan kepada orang-orang yang berpikiran negatif tentang
Paulus, dan mungkin kebencian kepada rasul Paulus. Semua ini
bisa membutakan hati orang-orang tersebut dan justru menjadi
penghalang bagi mereka untuk merasakan kebenaran firman
Allah. Hati dan pikiran mereka yang dibutakan oleh
ketidaksukaan kepada Paulus, menghalangi mereka melihat dan
menerima cahaya Injil tentang kemuliaan Yesus Kristus.

Markus 9:2-9
Perikop ini menceritakan tentang Yesus yang membawa tiga
muridNya naik ke atas gunung yang tinggi. Sudah menjadi
kebiasaan yang dilakukan di tengah kesibukan saat mengajar dan
menolong orang banyak yang datang kepadaNya, Tuhan Yesus
mengambil waktu untuk menyendiri. Dan kali ini, di atas gunung
tersebut terjadi peristiwa yang khusus. Ketiga muridNya melihat
rupa dan pakaian Yesus yang berubah, menjadi putih berkilat.
Mereka juga melihat kehadiran nabi Elia dan nabi Musa. Peristiwa
86 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
transfigurasi ini merupakan hal yang sangat penting, karena
menjadi peneguhan akan misi yang hendak dilakukan oleh Yesus.
Peristiwa ini menyatakan kemuliaan Tuhan Yesus, dan kehadiran
nabi Elia serta nabi Musa menegaskan akan tugas perutusan
Yesus bagi umat Allah
Kemuliaan Tuhan Yesus bukan sesuatu yang jauh yang tidak
dapat dijangkau oleh para murid, oleh manusia. Tetapi kemuliaan
Yesus sangat dekat dan dapat dirasakan oleh manusia. Sebab
kemuliaanNya terkait erat dengan karya yang dilakukanNya, yaitu
mengorbankan diri, menanggung derita untuk menebus dosa.
Dalam Markus 2:9 Yesus berpesan kepada Petrus, Yakobus dan
Yohanes supaya tidak menceritakan peristiwa di atas gunung
tersebut, sebelum Yesus bangkit dari antara orang mati. Pesan ini
seperti ingin menegaskan bahwa kemuliaanNya yang terlihat di
atas gunung tersebut, merupakan satu paket dengan karya
penyelamatan yang dikerjakanNya melalui kesengsaraan,
kematian dan kebangkitanNya. Kemuliaan Tuhan Yesus,
sempurna di dalam karya nyata yang Dia kerjakan.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Kemuliaan Allah bukan sesuatu yang tidak terjangkau.
Kemuliaannya juga bukan sesuatu yang hanya ada dalam
kejadian-kejadian spektakuler. Tetapi kemuliaan Allah ada dalam
setiap karyaNya. Ada dalam setiap waktu, setiap hari, setiap
peristiwa, setiap manusia. Sebab, dalam setiap kejadian di hidup
manusia, di sana Allah pasti berkarya menyatakan kasih dan
kuasaNya. Manusia hanya harus belajar untuk melihat,
merasakan, menyadari, dan meyakini bahwa Allah berkarya
dalam hidupnya. Dengan demikian manusia akan selalu melihat
dan merasakan kemuliaan Allah, dan itu membuat hidup manusia
berbahagia.

Khotbah Jangkep Februari 2021 87


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

BERBAHAGIALAH ORANG YANG MELIHAT KEMULIAAN


ALLAH

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus.


Siapakah orangnya yang tidak tertarik dengan kemilau emas?
Atau siapakah orangnya yang tidak tergiur oleh kemilau berlian,
intan permata? Semuanya itu, baik logam mulia maupun batu
mulia, sudah menjadi bagian obsesi dari hidup manusia. Semua itu
bahkan sudah menjadi tolak ukur kemuliaan dan kebahagiaan
hidup manusia.

Manusia memiliki ukuran atas kemuliaan hidup dan juga


kebahagiaan hidupnya. Bukan hal yang mengejutkan lagi ketika
kemuliaan dan kebahagiaan hidup ini diukur dengan raihan atas
harta kekayaan, tingkat pendidikan, pangkat, jabatan, maupun
kekuasaan. Menimbun emas dan juga kekayaan lainnya, berusaha
meraih jabatan dan kekuasaan tertinggi, semua dilakukan
manusia meskipun kadang harus menggunakan cara yang salah.
Tetapi apakah memang semua itu sungguh-sungguh kemuliaan
hidup yang membawa bahagia?

Tema ibadah minggu ini: “Berbahagialah orang yang melihat


kemuliaan Allah” hendak mengajak kita untuk dapat mengubah
ukuran kebahagiaan hidup. Bukan terletak pada harta kekayaan
dan jabatan, melainkan ketika kita dapat melihat dan merasakan
kemuliaan Allah. Tetapi, seperti apakah kemuliaan Allah itu? Dan
bagaimana kita bisa melihatnya?

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus.


Saat kita membaca Injil Markus 9:2-9, kita dapat merasakan
betapa Petrus, Yakobus, dan Yohanes adalah orang-orang yang

88 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


beruntung. Mengapa? Sebab mereka berkesempatan untuk melihat
secara langsung kemuliaan Tuhan Yesus. Dalam perikop ini
menceritakan tentang Yesus yang membawa tiga muridNya itu
naik ke atas gunung yang tinggi. Kita tahu bahwa di tengah segala
kesibukanNya, Yesus selalu mengambil waktu untuk menyendiri.
Ini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan di tengah
pelayananNya; setelah mengajar dan menolong orang banyak
yang datang kepadaNya, Tuhan Yesus mengambil waktu untuk
berdoa. Kali ini, di atas gunung tersebut terjadi peristiwa yang
khusus. Ketiga muridNya melihat rupa dan pakaian Yesus yang
berubah, menjadi putih berkilat. Mereka juga melihat nabi Elia
dan nabi Musa hadir, berbicara dengan Yesus. Karena rasa
terkejut yang luar biasa, Petrus sampai tidak tahu harus berbuat
apa. Peristiwa transfigurasi ini merupakan hal yang sangat
penting, karena menjadi peneguhan akan misi yang hendak
dilakukan oleh Yesus. Peristiwa ini menyatakan kemuliaan Tuhan
Yesus, dan kehadiran nabi Elia serta nabi Musa menegaskan akan
tugas perutusan Yesus bagi umat Allah.

Jika memperhatikan kisah ini, apakah itu berarti bahwa


kemuliaan Tuhan Yesus berupa penampakan dan perubahan
wajah serta bajunya yang menjadi putih berkilat-kilat?

Dalam Markus 2:9 Yesus berpesan kepada Petrus, Yakobus


dan Yohanes supaya mereka tidak menceritakan peristiwa di atas
gunung tersebut kepada siapapun, sebelum Yesus bangkit dari
antara orang mati. Pesan ini seperti ingin menegaskan bahwa
kemuliaanNya yang terlihat di atas gunung tersebut, sebenarnya
satu paket dengan karya penyelamatan yang dikerjakanNya
melalui kesengsaraan, kematian, dan kebangkitanNya. Kemuliaan
Tuhan Yesus bukan hanya dalam wajahNya yang bersinar, tetapi
juga di dalam wajahNya yang berlumuran darah di kayu salib.
Kemuliaan Tuhan Yesus ada di dalam karya keselamatan bagi
manusia. Kemuliaan Tuhan Yesus bukan sesuatu yang jauh yang
Khotbah Jangkep Februari 2021 89
tidak dapat dijangkau oleh para murid, oleh manusia. Tetapi
kemuliaan Yesus sangat dekat dan dapat dirasakan oleh manusia.
KemuliaanNya terkait erat dengan karya yang dilakukanNya, yaitu
mengorbankan diri, menanggung derita untuk menebus dosa.

Kemuliaan Allah ada di dalam karyaNya dan hal ini juga


ditegaskan oleh bacaan 2 Raja-raja 2:2-9. Dalam bacaan ini pun
kita dapat menyebut Elisa sebagai orang yang beruntung
sebagaimana Petrus, Yakobus dan Yohanes. Bagaimana tidak, dia
juga berkesempatan melihat langsung kejadian yang spektakuler,
yang ajaib, yaitu ketika Tuhan mengangkat nabi Elia ke sorga.
Elisa melihat kereta kuda berapi yang tiba-tiba membawa nabi
Elia pergi. Tetapi ini bukan sekedar tontonan yang membuat
takjub, sebab yang Elisa lihat adalah kemuliaan Tuhan Allah. Elisa
berkesempatan melihat Allah yang penuh kuasa, yang berkarya.
Kemuliaan Allah yang terwujud dalam kuasa yang sungguh
bekerja, berkarya di tengah kehidupan manusia. Ketika Elisa
menyampaikan permohonan terakhirnya kepada nabi Elia, dan
nabi Elia memberi syarat yaitu supaya Elisa melihat langsung
kepergiannya, ini ternyata bukan supaya Elisa sekedar menonton
dirinya yang terangkat ke sorga, tetapi yang jauh lebih penting
adalah Elisa melihat dan meyakini akan kemuiaan Allah, di dalam
kuasa dan karyaNya yang sungguh nyata.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus.


Sesungguhnya kemuliaan Allah itu ada di dalam setiap
tindakan dan karyaNya di dunia. Kemuliaan Allah itu bukan sesuatu
yang jauh di atas langit. KemuliaanNya ada di dalam kehadiranNya
di tengah manusia. Sang pemazmur menggambarkan bahwa Allah
itu hadir di tengah kehidupan, dan DIA tidak pernah diam (Mzm
50:3). Allah terus berkarya dan tidak pernah berhenti, dari
matahari terbit sampai terbenam (ay 1). Tuhan menguasai dan
mengatur seluruh isi langit-bumi, serta terus bekerja dengan adil
bagi semua ciptaan.
90 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kemuliaan Allah bukan sesuatu yang jauh tidak terjangkau.
Kemuliaannya juga bukan sesuatu yang hanya ada dalam
kejadian-kejadian spektakuler, atau hanya dalam penampakan
dan penglihatan pada orang-orang tertentu. Tetapi kemuliaan
Allah ada dalam setiap karyaNya. Ada dalam setiap waktu, setiap
hari, setiap peristiwa, dan dinyatakan kepada setiap manusia.
Sebab, dalam setiap kejadian di hidup manusia, di sana Allah pasti
hadir berkarya menyatakan kasih dan kuasaNya. Manusia hanya
harus belajar untuk melihat, merasakan, menyadari, dan meyakini
bahwa Allah berkarya dalam hidupnya. Dengan demikian
manusia akan selalu melihat dan merasaan kemuliaan Allah, dan
itu membuat hidup manusia berbahagia.

Kemuliaan Allah sudah dan senantiasa dinyatakan dalam


kehidupan setiap kita, melalui karya pemeliharaanNya. Karya Allah
yang terjalin dalam setiap langkah kehidupan kita, di saat suka
maupun duka, saat sukses maupun gagal, saat berkelimpahan
maupun kekurangan, saat sehat ataupun sakit, Tuhan selalu ada
dan tidak pernah berdiam diri. Jadi, kebahagiaan kita
sesungguhnya tidak terletak pada kekayaan atau jabatan yang kita
genggam, tetapi di dalam keyakinan akan Allah yang terus hadir
berkarya, menyertai setiap kita di dalam kasihNya.

Kegagalan untuk melihat dan merasakan karya dan penyertaan


Allah-lah yang justru membuat manusia kehilangan kebahagiaan.
Seperti yang disampaikan oleh rasul Paulus, bahwa ada orang
yang mengalami kebutaan tetapi bukan matanya, melainkan hati
dan akal budinya. Mereka dibutakan oleh ilah zaman sehingga
tidak dapat menerima kebenaran yang dari Tuhan. Ilah zaman,
yaitu kuasa jahat yang membuat orang-orang itu dikuasai oleh
pikiran-pikiran jahat. Dalam surat 2 Korintus 4:3-6, keadaan ini
bisa jadi ditujukan kepada orang-orang yang berpikiran negatif
tentang Paulus, dan mungkin kebencian kepada rasul Paulus. Pikiran
negatif, rasa tidak suka, iri dan bahkan mungkin kebencian kepada
Khotbah Jangkep Februari 2021 91
Paulus justru menjadi penghalang bagi mereka untuk merasakan
kebenaran firman Allah. Orang-orang seperti ini tidak akan bisa
melihat kemuliaan Allah, tidak bisa merasakan penyertaan,
pemeliharaan dan kuasa Allah yang bekerja dalam hidupnya.

Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah dibutakan


oleh ilah jaman ini? Jangan-jangan hasrat dan keserakahan akan
harta benda, pangkat, jabatan dan kekuasaan, serta berbagai
nafsu duniawi lainnya, membutakan kita dari cahaya kemuliaan
Allah. Jangan-jangan rasa iri dan dengki ketika melihat kehidupan
orang lain, justru membutakan mata batin kita akan kemuliaan
Tuhan yang terwujud dalam kasih pemeliharaan dalam hidup kita
sehari-hari? Mari membuka hati dan akal budi kita untuk
merasakan karya pemeliharaan Allah, dan kasih Tuhan Yesus
yang menyelamatkan kita. Lihatlah dalam kehidupan sehari-hari
kita, betapa Tuhan senantiasa memperlihatkan kemuliaanNya.
KemuliaanNya nyata ketika kita masih diperkenankan melihat
matahari terbit dan terbenam, ketika kita masih diperkenankan
bernafas, ketika masih diberi kesempatan berjumpa dengan
orang-orang yang kita kasihi, saat kita masih bisa menikmati
makanan di hari ini dan banyak lagi karya Allah yang menunjukan
kemuliaan, kasih dan kuasaNya. Mari bersyukur dan berbahagia
atas semua itu.

92 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

RAHAYU TIYANG INGKANG NYUMEREPI KAMULYANING


ALLAH

Pasamuwan ingkang kinasih ing Gusti Yesus.


Sinten tiyangipun ingkang boten remen kaliyan emas?
Kathah tiyang mesthi remen kaliyan emas, sae awujud gelang,
kalung, anting-anting lan sanesipun. Kenging menapa sami remen?
Awit emas menika kaanggep saged damel bingah, reginipun awis
mila sinten kemawon ingkang gadhah emas ingkang kathah
mesthi kaanggep tiyang sugih, tiyang mulya. Kamulyaning gesang
asring dipun ukur ngangge raja brana lan ugi drajat pangkat, mila
kathah tiyang sami mburu sedaya menika. Nanging, menapa sedaya
menika saestu saged dados sumber kabingahaning gesang?

Jejer kotbah minggu menika: "Rahayu tiyang ingkang nyumerepi


kamulyaning Allah", wujud pangatag kangge kita sedaya supados
saged ngewahi ukuran kabingahaning gesang kita. Kabingahan
menika boten gumantung kaliyan kasugihan lan jabatan, nanging
nalika saged nyumerepi lan ngraosaken kamulyanipun Gusti Allah.
Namung kados menapa wujud kamulyanipun Gusti Allah? Lajeng
kados pundi caranipun supados saged nyumerepi kamulyaning
Allah?

Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yesus


Nalika maos Injil Markus 9:2-9, kita saged ngraosaken bilih
Petrus, Yakobus, lan Yohanes menika saestu tiyang ingkang begja,
amargi sami kepareng nyumerepi piyambak kamulyanipun Gusti
Yesus. Ing waosan menika nyariosaken Gusti Yesus ingkang ngajak
tetiganipun menyang ing gunung ingkang inggil. Kita mangertos
bilih Gusti Yesus ing tengahing makarya lan lelados mesthi
mundhut wekdal kangge miyambak. Ing cariyos menika, nalika

Khotbah Jangkep Februari 2021 93


sampun dumugi ing sakinggiling redi, wonten lelampahan ingkang
ngedab-edabi. Petrus, Yakobus, lan Yokanan sumerep bilih Gusti
Yesus santun rupa, pangagemipun dados putih memplak sumorot.
Sami sumerep ugi nabi Elia lan nabi Musa ing ngriku lan sami
wawan pangandikan kaliyan Gusti Yesus. Lelampahan menika
saestu wigati, amargi negesaken bab kamulyanipun Gusti Yesus
lan negesaken bab timbalan pakaryanipun ing jagad, ing
satengahing umat kagunganipun.

Manawi migatosaken cariyos ing Injil Markus, menapa ateges


kamulyanipun Gusti Yesus menika namung awujud santun rupa
lan pangagem ingkang dados putih memplak sumorot?

Sumangga sami migatosaken Markus 2:9 ing ayat menika


Gusti Yesus paring piweling dhateng Pétrus, Yakobus lan Yokanan,
supados sampun ngantos nyariosaken sedaya menika dhateng
tiyang sanes, sakderengipun Yésus Kristus wungu saking antawisipun
tiyang pejah. Piweling menika nandhesaken bilih kamulyanipun
Gusti Yesus ingkang ketingal ing sakinggiling redi, menika boten saged
dipun pisahaken kaliyan pakaryan ingkang badhe katindakaken.
Inggih menika anggenipun Gusti Yesus badhe nandhang sangsara,
sinalib seda, saha wungu malih. Kamulyanipun Gusti Yésus boten
namung katingal ing pasuryanipun ingkang sumorot, nanging ugi
katingal ing pasuryanipun ingkang kebak rah ing kajeng salib.
Kamulyanipun Gusti Yesus mawujud ing pakaryan kawilujengan
kangge sedaya manungsa, lumantar pangurbananipun, nandhang
sangsara sinalib kangge nebus dosa. Kamulyanipun Gusti Yésus
sanes perkawis ingkang tebih sanget ing awang-awang, ananging
kamulyanipun Gusti Yesus menika celak sanget lan saged dipun
raosaken dening manungsa.

Kamulyaning Allah wonten ing salebeting pakaryanipun. Bab


menika ugi saged kita tingali saking waosan 2 Para Raja 2:2-9. Ing

94 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


waosan menika, kita ugi saged nyumerepi Nabi Elisa dados tiyang
ingkang begja kadya Petrus, Yakobus lan Yohanes. Elisa pinaringan
wewengan ugi kangge nyekseni piyambak lelampahan ingkang
ngedab-edabi, inggih menika nalika Gusti Allah mulung nabi Elia
kasengkakaken dhateng swarga. Elisa sumerep wonten kreta
murub ingkang dumadakan mbekta nabi Elia minggah dhateng
swarga, ing satengahing lesus. Menika boten namung tetingalan
ingkang ngeram-eramaken, ananging menika wujud kamulyaning
Pangeran Yehuwah. Elisa nampi wewengan sumerep piyambak
Gusti Allah ingkang Maha kuwaos, ingkang makarya. Kamulyaning
Allah katingal ing panguwaosipun ingkang makarya ing satengahing
gesangipun manungsa.

Pasamuwan kagunganipun Gusti Yesus.


Saestu, kamulyaning Allah menika kebabar ing sedaya
pakaryaning Allah ing jagad menika, ing antawisipun manungsa.
Juru Mazmur nggambaraken manawi Gusti Allah rawuh wonten
ing gesangipun manungsa lan Panjenenganipun boten nate kèndel
(Mzm 50:3 Gusti Allah tansah makarya, wiwit saking pletheking
surya ngantos surya surup-ay 1). Gusti Allah mranata sedaya
ingkang wonten ing langit lan ing bumi, lan Panjenenganipun
tansah makarya kanthi adil tumrap sedaya titah.

Kamulyanipun Gusti Allah pranyata sanes perkawis ingkang


sinengidan utawi awujud tetingalan wahyu namung kangge
sawetawis tiyang. Nanging kamulyaning Allah wonten ing sedaya
pakaryanipun. Wonten ing saben wekdal, saben dinten, saben
lelampahan lan kangge saben manungsa. Amargi ing saben
lelampahan gesanging manungsa, Gusti Allah mesthi wonten
kangge nelakaken sih katresnan lan panguwaosipun. Manungsa
namung kedah purun sinau kangge saged ningali, ngraosaken,
mangertosi, lan pitados bilih Gusti Allah tansah makarya ing
gesangipun. Manawi sampun saged makaten, manungsa mesthi

Khotbah Jangkep Februari 2021 95


bakal saged nyumerepi lan ngraosaken kamulyaning Gusti Allah;
menika ingkang ndadosaken gesanging manungsa kebak kabingahan.

Kamulyaning Gusti Allah sampun lan badhe tansah ngatingal


ing gesang kita, lumantar anggenipun Gusti Allah ngrimati kita.
Pakaryanipun Gusti saestu nunggil ing saben lampah gesang kita,
ing wekdal bingah menapa sisah, nalika saged nggayuh punapadene
ngeculaken, nalika luber berkah utawi kekirangan, nalika bagas-
waras utawi sakit, ing sedaya kawontenan menika Gusti Allah
mesthi wonten. Mila, kebingahan sejati menika boten gumantung
kaliyan bandha donya, utawi drajat pangkat kita, nanging nalika
kita tansah pitados manawi Gusti Allah makarya, nuntun kita.

Nanging kathah tiyang boten saged nyumerepi kamulyaning


Allah, temahan boten saged ngraosaken kabingahan. Kados ingkang
dipun babaraken dening rasul Paulus, kathah tiyang ingkang sami
wuta, nanging sanes mripatipun ingkang wuta. Ingkang wuta punika
akal budiniun lan pangangen-angenipun, amargi dipun kuwaosi
dening allahing jaman, ndadosaken tiyang menika boten saged
nampi kayekten ingkang saking Gusti Allah. Ingkang sinebut allahing
jaman, inggih menika roh pepeteng ingkang njalari manungsa
nggadhahi pikiran lan pepenginan peteng lan ala. Ing 2 Korinta
4:3-6, wonten sawetawis tiyang boten saged nampi pawartos Injil
amargi pangangen-angenipun dipun kuwaosi raos srei, drengki
lan sengit dhateng rasul Paulus. Tiyang ingkang dipun kuwaosi
dening pikiran ala, srei lang drengki dhateng tiyang sanes boten
badhe saged nyumerepi lan ngraosaken katresnan lan berkahing
Allah. Boten saged nyumerepi kamulyanipun Pangeran Yehuwah.

Salajengipun, kados pundi gesang kita? Menapa kita sejatosipun


ugi sampun dipun kuwaosi dening allahing jaman menika? Sifat
srakah, karem bandha, mburu kuwasa, lan nguja hawa nepsu sampun
ndadosaken kita wuta, boten saged sumerep cahya kamulyaning

96 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Allah? Sumangga tansah sami sinau kangge mbikak batos, akal
budi lan pikiran kita supados saged ngraosaken pakaryaning Allah
anggenipun ngrimati gesang kita saben dinten. Sumangga ningali
gesang kita piyambak-piyambak, boten perlu meri kaliyan
gesangipun tiyang sanes. Kamulyanipun Gusti saestu nyata, nalika
kita taksih kepareng sumerep srengenge mlethek ing wayah
enjing lan angslup ing wayah sonten, taksih kepareng ambegan lan
ngraosaken gesang, nalika taksih kepareng ngroasaken tetedhan,
lan kathah perkawis sanesipun ingkang nelakaken kamulyaning
Sang Yehuwah ing gesang kita. Payo, tansah ngucap syukur awit
sedaya perkawis menika, lan payo sami bingah! Amin

Khotbah Jangkep Februari 2021 97


Rabu, 17 Februari 2021
Rabu Abu (Ungu)

TEMA PERAYAAN IMAN


Bertahan Dengan Penuh Kesabaran

TUJUAN:

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Yoel 2:1-2,12-17
Tanggapan : Mazmur 51:1-17
Bacaan II : 2 Korintus 5:20b-6:10
Bacaan Injil : Matius 6:1-6,16-21

KETERANGAN:
Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Paskah 2021 yang
diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah

98 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 21 Februari 2021
Pra-Paskah I (Ungu)

TEMA PERAYAAN IMAN


Berkat Ketaatan

TUJUAN:

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Kejadian 9:8-17
Tanggapan : Mazmur 25:1-10
Bacaan II : 1 Petrus 3:18-22
Bacaan Injil : Markus 1:9-15

KETERANGAN:
Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Paskah 2021 yang
diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah

Khotbah Jangkep Februari 2021 99


Minggu, 28 Februari 2021
Pra-Paskah II (Ungu)

TEMA PERAYAAN IMAN


Mengikuti Rencana Tuhan

TUJUAN:

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Kejadian 17:1-7,15-16
Tanggapan : Mazmur 22:23-32
Bacaan II : Roma 4:13-25
Bacaan Injil : Markus 8:31-38

KETERANGAN:
Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Paskah 2021 yang
diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah

100 Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai