Anda di halaman 1dari 1

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 42

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

Mazmur ini terkenal karena isinya yang indah yang melukiskan kerinduan dan
harapan hati manusia. Hal itu terungkapkan dengan padat dalam judulnya: Kerinduan akan
Allah. Mazmur ini terdiri atas 12 ayat. Saya menikmatinya dengan menelusuri dua bagian
mazmur ini. Bagian pertama ayat 1-6. Bagian kedua ayat 7-12.
Dalam bagian pertama ia mulai dengan melukiskan kerinduan jiwa manusia akan
Allah dengan mengambil ibarat rusa haus yang merindukan air. Dalam dunia perburuan,
ibarat ini amat terkenal. Kalau rusa haus, karena diburu manusia atau karena alasan lain,
maka ia akan merindu sungai. Kerinduan rusa akan sungai berair dipakai pemazmur untuk
mengibaratkan kerinduan jiwa akan Tuhan (ay.1-2). Manusia rindu memandang Allah (akhir
ay.3). Mengapa manusia dilanda rindu akan Allah? Menurut ay.4 hal itu muncul karena
terdorong oleh pertanyaan yang menghina dari orang lain di sekitarnya yang bertanya
cemooh: di mana Allahmu? Tetapi ay.5 memberi nuansa dan perspektif lain. Rupanya
mazmur ini dipakai sebagai pengiring perjalanan peziarah ke Yerusalem, ke Bait Allah.
Dalam semangatnya untuk berdoa di Bait Allah, si pemazmur melukiskan dirinya berjalan
dengan langkah cepat dan tegap mendahului orang lain. Ia melangkah dengan suara sorak-
sorai dan nyanyian syukur. Jika demikian halnya, maka agak sulit memahami ay.6. Mengapa
berbunyi seperti itu? Hal itu juga tidak sulit dipahami. Rupanya jiwa atau hati pemazmur,
dilanda kegelisahan karena rindu. Ini suasana psikologis biasa. Kalau seorang anak kecil
diajak pergi ke tempat yang sangat disukainya, maka hati anak itu pun akan menjadi gelisah
menanti tibanya saat itu. Kegelisahan seperti itulah yang dialami pemazmur. Itulah yang
diungkapkannya secara retoris: Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam
diriku? Pemazmur mencoba menenangkan diri dengan mengatakan: hai jiwaku, tidak usah
gelisah, sebab sebentar lagi kita akan sampai di bait Allah dan memuji Allah di sana, di
tempatNya yang kudus.
Bagian kedua juga amat menarik. Tempat-tempat yang disebut dalam ay.7 kiranya
melukiskan tempat dari mana datangnya peziarah ke Yerusalem. Semuanya dilanda gejolak
kegelisahan rindu yang sama. Bahkan sedemikian dahsyatnya perasaan rindu itu, sampai ia
merasa bahwa seluruh alam juga (diwakili samudera raya, deru air terjun, gelora dan
gelombang) ikut ambil bagian dalam sukacita penantian yang penuh resah-gelisah itu (ay.8).
Ia merasakan bahwa Tuhan senantiasa menyertai dia di waktu siang dan di waktu malam. Itu
sebabnya ia selalu melambungkan doa dan pujian kepada Allah yang diyakini sebagai sumber
kehidupan (ay.9).
Ay.10 cukup sulit dipahami. Sebab di sini muncul sebuah pertanyaan yang seakan
menggugat Allah: Seakan Allah itu meninggalkan dia dan membiarkan dia hidup dalam
himpitan musuh. Para musuh itu tampil dengan pertanyaan filosofis-skeptis: Di manakah
Allahmu? (ay.11) Tetapi ini adalah sebuah pengalaman negatif sesaat. Pengalaman itu tetap
terasa menghimpit dirinya. Ia merasa tertekan, dilanda resah dan gelisah yang panjang. Tetapi
di bawah pengalaman negatif itu, ia tetap yakin dan berharap bahwa Allah adalah segala-
galanya dalam hidupnya. Itu sebabnya mazmur ini dalam ay.12 diakhiri dengan sebuah
pengharapan yang kuat akan Allah. Si pemazmur memberi motivasi atau alasan kepada
jiwanya sendiri: ia harus tetap berharap kepada Allah, sebab Ia adalah penolong dan
pelindungnya. Tidak ada yang lain. (Fransiskus Borgias M.).

Diposkan oleh canticumsolis di 19.41


Label: untaian-mazmur

Anda mungkin juga menyukai