Anda di halaman 1dari 52

Minggu, 6 Agustus 2017

Minggu Biasa XVIII (Hijau)

TEMA
Rahmat Allah Bagi Semua

DAFTAR BACAAN KITAB SUCI :


Bacaan 1 : Yesaya 55 : 1 – 5
Mazmur antar bacaan : Mazmur 145 : 8 9, 14 – 21
Bacaan 2 : Roma 9 : 1 – 16
Bacaan Injil : Matius 14 : 13 – 21

TUJUAN :
Jemat meneladani kemurahan hati Tuhan yang memberikan pertolongan
kepada semua orang sehingga terdorong membangun komunitas iman
yang lebih ‘melek sosial’.

DAFTAR AYAT
Berita Anugerah : Surat 1 Korintus 12 : 27
Petunjuk Hidup Baru : Injil Matius 25 : 34 – 40
Nats Persembahan : Kitab Mazmur 96 : 8

DAFTAR NYANYIAN PENDUKUNG


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pembuka : Kidung Jemaat 1 : 1, 2
Nyanyian Penyesalan : Kidung Jemaat 246 : 1, 2
Nyanyian Kesanggupan : Kidung Jemaat 372 : 1, 3
Nyanyian Persembahan : Kidung Jemaat 287b : 1, 2
Nyanyian Pengutusan : Kidung Jemaat 378 : 1
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPKE BMGJ 8 : 1, 4
Kidung Panelangsa : KPKE BMGJ 43 : 1, 3
Kidung Kesanggeman : KPKE BMGJ 154 : 1, 3
Kidung Pisungsung : KPKE BMGJ 181 : 1 – 3
Kidung Pangutusan : KPKE BMGJ 319 : 1, 2

(Pdt. Marya Sri Hartati)

240
Januari- Desember2017
DASAR PEMIKIRAN
Pada tanggal 1 Juni 2016, Presiden Jokowi menetapkan tanggal tersebut
sebagai hari lahir Pancasila. Bersamaan dengan itu, Bangsa Indonesia
diperhadapkan pada tantangan besar untuk merealisasikan kelima sila
Pancasila. Tantangan terbesar saat ini adalah kesenjangan sosial yang
terjadi dalam masyarakat. Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa
tantangan yang membayangi implementasi Pancasila adalah semakin
munculnya sikap intoleransi dan ketidaksetiaan untuk saling menerima
perbedaan. Apa yang dikuatirkan oleh Magnis Suseno ini merupakan
wujud dari kurangnya empati masyarakat terhadap sesamanya.
Bagi kekristenan, empati / belas kasih adalah ciri yang harus dimiliki oleh
setiap pengikut Kristus. Sebab, inilah identitas Kristus sendiri. Disinilah
pentingnya peran kekristenan untuk ikut serta mewujudkan masyarakat
yang peduli pada lingkungan. Menghidupkan nilai-nilai kekristenan
sehingga menghasilkan masyarakat yang mampu berempati terhadap
sesamanya.
KETERANGAN BACAAN
Kitab Yesaya 55 : 1 – 5
Bagian ini merupakan bagian terakhir dari Deutero Yesaya. Bagian ini
berisi janji penyelamatan Allah atas umat Israel yang sedang berada
dalam pembuangan. Melalui nabi Yesaya, Allah akan membawa keadaan
bangsa Yehuda lebih baik. Negara adidaya, Persia yang berajakan Raja
Koresy akan mengalahkan Kerajaan Babel. Dibawah Koresy, bangsa
Yehuda akan mendapatkan kebebasan mereka. Mereka akan pulang ke
asalnya. Kota Yerusalem sebagai bagian penting dalam hidup keimanan
mereka akan dibangun kembali.
Pasal 55 menegaskan kembali keselamatan yang akan Tuhan berikan
kepada umat Israel. Seperti seorang penjual yang menjajakan barang
dagangannya, nabi Yesaya memanggil umat atas nama Tuhan (ay.1). Umat
dipanggil bukan untuk membeli barang-barang itu. Namun untuk
menerimanya secara gratis (grace = anugerah = berkat). Sekalipun umat
menerima tanpa membayar, bukan berarti apa yang mereka terima itu
berkualitas ‘murahan’. Sebaliknya, melalui nabi Yesaya, umat diberi
tawaran untuk menerima makanan dan minuman, gandum, air anggur
dan susu yang berkualitas baik. Makanan dan minuman adalah kebutuhan

241
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
pokok manusia. Bagi bangsa Israel, makanan pokok mereka adalah roti
yang terbuat dari gandum. Tanpa roti dan air, bangsa Israel tidak dapat
bertahan hidup. Air anggur yang disediakan bagi umat, memiliki makna
religius. Air anggur adalah lambang sukacita. Sedangkan susu adalah
minuman lezat dan bergizi tinggi. Sangat baik untuk menunjang hidup
manusia. Orang-orang diundang untuk menikmati semua itu, tanpa perlu
membayar. Tentu ini adalah kabar gembira bagi umat yang terjajah,
miskin dan haus untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Bagian ini
menegaskan betapa Allah memiliki kemurahan hati dan kasih sayang
kepada umat, sehingga mengharapkan umat hidup dalam kelimpahan
berkat.
Berkat yang Tuhan berikan itu dipertentangkan dengan ‘yang bukan roti’
dan ‘yang tidak mengenyangkan’. Namun yang ‘dibeli dan diusahakan’
(ay.2). Menurut Marie-Claire Barth, yang dimaksudkan di sini adalah hal-
hal duniawi yang diperjuangkan oleh umat ketika mereka berada di
pembuangan, seperti kekayaan. Sekalipun mereka dapat mengumpulkan
harta di Babel, namun harta itu tidak mampu membeli kemerdekaan
mereka.
Ayat 3 – 5, kembali Tuhan melalui nabi Yesaya mengundang umat untuk
datang kepada-Nya, memperhatikan-Nya agar umat mendapatkan hidup
yang sesungguhnya.
Kitab Mazmur 145 : 8 – 9, 14 – 21
Seluruh pengakuan iman Israel tentang Tuhan terdapat dalam Mazmur
145. Penyataan pusat mazmur ini ialah bahwa Tuhan itu pengasih dan
penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Dia baik kepada
semua orang. Tuhan bukanlah Allah suatu kelompok, tetapi Allah semua
orang yang beriman.
Surat Roma 9 : 1 – 16
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengungkapkan keprihatinannya. Oleh
karena umat Israel yang memperoleh keistimewaan dari Allah, menjadi
bangsa pilihan dan umat yang dikasihi, ternyata justru tidak dapat
menjadi teladan. Israel menolak Allah. Sehingga Allah membuka
pertolongan bagi bangsa lain. Keselamatan, bukan hanya milik bangsa
Israel. Allah berkenan memilih sesuai dengan kebebasan-Nya sendiri,
siapa yang akan ditolong-Nya. IA bermurah hati kepada semua orang.

242
Januari- Desember2017
Injil Matius 14 : 13 – 21
Peristiwa dalam perikop ini terjadi pasca penangkapan dan dibunuhnya
Yohanes Pembaptis oleh Herodes, raja wilayah (14:1-12). Situasi politik
semakin memanas. Herodes menyangka Yesus adalah Yohanes Pembaptis
yang telah bangkit. Dalam suasana seperti itu, Yesus mengajak para murid
untuk menyingkir. Bukan karena takut. Namun, karena Yesus belum
sampai pada puncak karya penyelamatan-Nya. Di sisi lain, orang banyak
yang hidup miskin, tertindas dan lemah dibawah pemerintahan Romawi
memerlukan sosok pemimpin dan penolong. Mereka mengikuti Yesus
kemanapun Yesus pergi. Sehingga tidak ada waktu bagi Yesus dan para
murid untuk menyingkir dan menyepi.
Dalam situasi seperti itu, Yesus mengajarkan kepada para murid untuk
mengedepankan (memprioritaskan) kepentingan orang lain yang lebih
memerlukan diatas kepentingan pribadi. Sekalipun Yesus dan para murid
lelah baik secara fisik maupun psikis, namun Yesus mengajak para murid
untuk lebih memberi perhatian kepada orang banyak yang datang kepada
mereka. Sehingga, Yesus mengubah rencana. Tidak ada waktu bagi Yesus
dan para murid untuk ‘menyepi’ dan memisahkan diri dari keramaian
orang banyak. Mereka harus ditolong. Ini adalah wujud dari empati, yang
bersumber dari hati yang tergerak oleh belas kasih (ay.14). Dalam
kemanusiaan-Nya dan dalam kelelahan-Nya, Yesus bukannya beristirahat,
melainkan IA sibuk menyembuhkan orang sakit.
Dalam ayat 15 – 21, kita membaca kisah bagaimana Yesus memberi
makan 5.000 orang. Diantara mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus, hanya
mujizat ini yang disebutkan dalam keempat injil, bahkan juga dimuat
dalam Alquran, Surah 5:112-115 (J.J.de Heer). Dalam Yohanes 6:15,
disebutkan orang banyak sedemikian terharu, sehingga mereka hendak
mengangkat Yesus menjadi raja. Agaknya, telah terjadi sesuatu yang ajaib,
yang memberi kesan yang besar, sehingga peristiwa itu sangat berdampak
bagi orang banyak. Tidak hanya berkumandang dalam Injil, tetapi juga
dalam Alquran. Untuk memperlihatkan kebesaran mujizat itu, Matius
menyebutkan perkiraan jumlah laki-laki yang ikut makan. Di samping itu,
masih ada perempuan dan anak-anak, yang mungkin tidak sebanyak
jumlah laki-laki. Disebutkannya para ‘perempuan dan anak-anak’
menunjukkan bahwa Yesus pun berkenan melayani kaum yang
termarginalkan. Sebab, golongan perempuan dan anak-anak seringkali
tidak diperhitungkan dalam budaya masyarakat yang sangat paternalistik.
Dalam karya agung-Nya itu, Yesus pun berkenan melibatkan sebanyak-

243
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
banyaknya orang. Ketika hari menjelang malam, para murid mulai berpikir
bahwa orang banyak itu perlu makan, sehingga mereka meminta Yesus
untuk menyuruh orang banyak itu pergi dan membeli makan di desa-
desa. Tetapi, Yesus justru berkata kepada mereka, “Tidak perlu mereka
pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (ay. 16) Yang ada pada para
murid hanya 5 roti dan 2 ikan. Yesus meminta agar sedikit makanan itu
dibawa kepada-Nya. Lalu menyuruh orang banyak itu duduk
berkelompok. Yesus mengucapkan berkat atas makanan itu dan
membagikannya.
Melalui peristiwa ini, kita mengetahui bahwa Yesus tidak hanya
memenuhi kebutuhan rohani manusia. Namun, juga memberikan
kebutuhan jasmani, seperti kesembuhan dari sakit dan juga makanan.
Yesus berkenan melibatkan kita dan Gereja-Nya untuk ambil bagian dalam
menolong umat-Nya. Dengan demikian, menjadi murid Kristus perlu terus
menerus melatih kepekaan sosial, menumbuhkan empati terhadap
sesama. Memiliki hati penuh belas kasih, sehingga tergerak ketika melihat
orang-orang disekitar kita yang memerlukan pertolongan.
POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Pewartaan minggu ini mengarahkan jemaat untuk memiliki kepekaan
(empati) terhadap lingkungan sekitarnya. Memiliki hati yang penuh
dengan belas kasih, sehingga tergerak untuk memberikan pertolongan
kepada orang yang memerlukan. Bersedia menempatkan orang lain lebih
utama diatas kepentingan diri sendiri. Menolong sesama sekalipun dalam
keterbatasan. Sehingga hidup pengikut Kristus dapat mencerminkan
kemurahan hati Allah kepada setiap umat manusia.

244
Januari- Desember2017
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

RAHMAT ALLAH BAGI SEMUA


Tahukan Anda, mengapa tulisan AMBULANCE di depan mobil
bersirene ini terbalik?
Mobil Ambulance adalah mobil yang dirancang secara khusus.
Selain untuk membawa jenazah, mobil Ambulance biasanya digunakan
untuk membawa pasien yang sedang kritis dan memerlukan pertolongan
segera. Karena itu, mobil Amblance perlu melaju dengan kecepatan
tinggi. Sirene mobil akan berbunyi dengan keras supaya mobil-mobil yang
lain memberi jalan sehingga pasien dapat segera tertolong. Tentu saja,
pengendara yang berada di depan mobil Ambulance tidak mungkin
menoleh ke belakang. Ia hanya bisa melihat dari kaca spion. Itulah
mengapa, tulisan di depan mobil ambulance dibuat terbalik, menjadi
ECNALUBMA. Supaya pengendara di depannya dapat membaca dengan
jelas tulisan AMBULANCE. Seberapapun kepentingan pengendara, ketika
ia melihat mobil ambulance, ia akan menepi dan memberi jalan.
Keberadaan mobil ambulance dengan tulisan terbalik dan sirene yang
dibunyikan, mengajarkan kepada masyarakat untuk berempati terhadap
kepentingan orang lain. Untuk mengedepankan kepentingan orang lain
yang lebih memerlukan diatas kepentingan sendiri. Memberi jalan bagi
ambulance saat berkendara adalah latihan sederhana melatih kepekaan
kita kepada sesama.

Memiliki hati yang penuh belas kasih, kepekaan atau empati


terhadap sesama perlu dimiliki oleh setiap pengikut Kristus. Sebab itulah
yang diteladankan Tuhan Allah kepada kita. IA adalah Allah yang
mahamurah, yang tidak pernah memberikan hal-hal yang bersifat
‘murahan’, melainkan segala sesuatu yang berharga dan penting bagi
kehidupan. Sebagaimana yang dapat kita baca dalam Yesaya 55 : 1 – 5.
Allah mengundang umat untuk datang mendekat kepada-Nya dan
menerima makanan dan minuman sebagai sumber kehidupan. Bukan
hanya makanan dan minuman, tetapi IA memberikan secara ‘cuma-cuma’

245
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
air anggur lambang sukacita dan susu yang menyehatkan. Ia memberikan
gandum agar umat dapat memperoleh makanan mereka. Barangsiapa
datang dan menerima tawaran itu, ia akan hidup dalam kelimpahan.

Disitulah, Paulus merasa sedih dan prihatin. Karena umat Israel


yang memperoleh keistimewaan dari Allah, menjadi bangsa pilihan dan
umat yang dikasihi, ternyata justru menolak-Nya. Sehingga Allah
membuka pertolongan bagi bangsa lain. Keselamatan, bukan hanya milik
bangsa Israel. Allah berkenan memilih sesuai dengan kebebasan-Nya
sendiri, siapa yang akan ditolong-Nya. IA bermurah hati kepada semua
orang.

Kemurahan hati Allah, nampak secara nyata dalam apa yang


digambarkan dalam Matius 14 : 13–21. Dalam situasi politik yang
mencekam dan dalam kemanusiaan-Nya, Yesus dan para murid perlu
menyepi dan istirahat. Namun, orang banyak yang memerlukan
pertolongan terlalu bersemangat untuk mengikuti mereka. Pengharapan
yang besar mereka gantungkan pada Yesus dan murid-murid-Nya.
Sehingga mereka mengikuti kemanapun Yesus pergi. Dalam situasi
seperti itu, Yesus mengajarkan kepada para murid untuk mengedepankan
(memprioritaskan) kepentingan orang lain yang lebih memerlukan diatas
kepentingan pribadi. Sekalipun Yesus dan para murid lelah baik secara
fisik maupun psikis, namun Yesus mengajak para murid untuk lebih
memberi perhatian kepada orang banyak yang datang kepada mereka.
Sehingga, Yesus mengubah rencana. Tidak ada waktu bagi Yesus dan para
murid untuk ‘menyepi’ dan memisahkan diri dari keramaian orang
banyak. Mereka harus ditolong. Ini adalah wujud dari empati, yang
bersumber dari hati yang tergerak oleh belas kasih (ay.14). Dalam
kemanusiaan-Nya dan dalam kelelahan-Nya, Yesus bukannya beristirahat,
melainkan IA sibuk menyembuhkan orang sakit.

Dalam ayat 15 – 21, kita membaca kisah bagaimana Yesus memberi


makan 5.000 orang. Diantara mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus,
hanya mujizat ini yang disebutkan dalam keempat injil, bahkan juga
dimuat dalam Alquran, Surah 5:112-115 (J.J.de Heer). Dalam Yohanes
6:15, disebutkan orang banyak sedemikian terharu, sehingga mereka
246
Januari- Desember2017
hendak mengangkat Yesus menjadi raja. Agaknya, telah terjadi sesuatu
yang ajaib, yang memberi kesan yang besar, sehingga peristiwa itu sangat
berdampak bagi orang banyak. Tidak hanya berkumandang dalam Injil,
tetapi juga dalam Alquran. Untuk memperlihatkan kebesaran mujizat itu,
Matius menyebutkan perkiraan jumlah laki-laki yang ikut makan. Di
samping itu, masih ada perempuan dan anak-anak, yang mungkin tidak
sebanyak jumlah laki-laki. Disebutkannya para ‘perempuan dan anak-
anak’ menunjukkan bahwa Yesus pun berkenan melayani kaum yang
termarginalkan. Sebab, golongan perempuan dan anak-anak seringkali
tidak diperhitungkan dalam budaya masyarakat yang sangat paternalistik.

Dalam karya agung-Nya itu, Yesus pun berkenan melibatkan


sebanyak-banyaknya orang. Ketika hari menjelang malam, para murid
mulai berpikir bahwa orang banyak itu perlu makan, sehingga mereka
meminta Yesus untuk menyuruh orang banyak itu pergi dan membeli
makan di desa-desa. Tetapi, Yesus justru berkata kepada mereka, “Tidak
perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (ay.16) Yang
ada pada para murid hanya 5 roti dan 2 ikan. Yesus meminta agar sedikit
makanan itu dibawa kepada-Nya. Lalu menyuruh orang banyak itu duduk
berkelompok. Yesus mengucapkan berkat atas makanan itu dan
membagikannya.

Melalui peristiwa ini, kita mengetahui bahwa Yesus tidak hanya


memenuhi kebutuhan rohani manusia. Namun, juga memberikan
kebutuhan jasmani, seperti kesembuhan dari sakit dan juga makanan.

Yesus berkenan melibatkan kita dan Gereja-Nya untuk ambil bagian


dalam menolong umat-Nya. Dengan demikian, menjadi murid Kristus
perlu terus menerus melatih kepekaan sosial, menumbuhkan empati
terhadap sesama. Memiliki hati penuh belas kasih, sehingga tergerak
ketika melihat orang-orang disekitar kita yang memerlukan pertolongan.

Bagaimanakah dengan kita? Marilah kita melatih kepekaan kepada


sesama, sebagaimana telah diteladankan Allah kepada kita. Amin.

247
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kotbah Jangkep Bahasa Jawa

SIH RAHMATIPUN GUSTI ALLAH KAGEM SEDAYA UMAT


Pasamuwan ingkang kinasih,
Punapa wonten ingkang prisa, kenging punapa koq seratan
AMBULANCE ing mobil griya sakit punika kewalik?
Mobil Ambulance punika mobil ingkang karancang sacara
mirunggan kejawi kagem ndhèrèkaken pasien ingkang enggal
mbetahaken pitulungan tumuju ing griya sakit, ugi biasanipun kagem
ndhèrèkaken layon saking griya sakit. Pramila, mobil Ambulance
biasanipun ngebut. Sirine mobil lajeng dipun swarani kanthi swara sora
supados mobil sanèsipun saged maringi margi lan pasien saged enggal
nampi pitulungan. Temtu kemawon, sopir mobil ing ngajengipun
Ambulance boten saged noleh ing sawingking mobilipun, namung saged
mirsani ing kaca spion. Pramila, seratan AMBULANCE punika dipun serat
kewalik ECNALUBMA, supados sopir mobil sak ngajengipun mobil
Ambulance saged maos seratan AMBULANCE saking kaca spion.
Sanadyan mobil ing ngajengipun Ambulance punika ugi nembe
kemrungsung, ananging menawi prisa wonten mobil Ambulance ing
wingkingipun mesthi badhé maringi margi. Mobil Ambulance ingkang
seratanipun kewalik lan swara sora sirine, maringi piwucal supados kita
tansah migatosaken kabetahan tiyang sanès ingkang langkung wigati
tinimbang kabetahan kita.

Saben pendhèrèkipun Gusti Yésus kedah nggadhahi lan ngrimat


manah ingkang kebak ing katresnan saha kawigatosan tumrap tiyang
sanès. Perkawis punika wigati sanget awit, patuladhan ingkang kados
makaten ugi ingkang dipun tuladhakaken déning Gusti Allah.
Panjenenganipun minangka Gusti Allah ingkang mahamirah, ingkang
boten naté maringi samubarang ingkang murahan, ananging samubarang
ingkang aji lan wigati kagem gesang kita. Kados ingkang kawaos ing Kitab
Yésaya 55:1-5. Gusti Allah nimbali supados para umat tansah sami sowan
lan nampi tetedhan saha unjukan minangka sumbering gesang. Boten
namung tetedhan lan unjukan, ananging Panjenenganipun ugi maringi
anggur wujud kabingahan lan susu ingkang nyegeraken badan.
248
Januari- Desember2017
Panjenenganipun maringi gandum supados umat sami nampi tetedhan.
Sok sintena ingkang purun sowan lan nampi sih rahmatipun Gusti badhé
nampi gesang kebak ing kalubèran.

Perkawis punika justru ingkang ndadosaken sedhih lan prihatos ing


manahipun Rasul Paulus awit bangsa Israèl minangka bangsa
pepilihanipun Gusti malah boten purun nampi pitulunganipun Gusti Allah.
Pramila, Gusti Allah lajeng berkahi lan mitulungi bangsa sanès ingkang
purun nampi. Gusti Allah badhé milih bangsa ingkang badhé dipun
pitulungi, laras kaliyan karsanipun. Panjenenganipun badhé atindak loma
kagem sedaya umat.

Gusti Allah ingkang atindak loma, katon sacara nyata wonten ing
waosan Injil Matéus 14:13-21. Ing kawontenan politik ingkang
mrihatosaken lan ing kamanungsanipun, Gusti Yésus lan para sakabat
prelu tetirah lan sumené sawetawis wekdal. Ananging, tiyang kathah sami
sowan lan mbetahaken pitulungan, pramila tiyang kathah punika lajeng
ngetut wingking Gusti Yésus. Tiyang kathah nggadhahi pangajeng-ajeng
ingkang ageng dhateng Gusti Yésus, temahan sami ngetut wingking Gusti
Yésus dhateng pundi kemawon tindakipun. Ing kawontenan ingkang
kados makaten, Gusti Yésus maringi tuladha tumrap para sakabat
supados tansah nengenaken lan migatosaken tiyang sanès tinimbang
dhirinipun piyambak, sanadyan Gusti Yésus lan para sakabat sami sayah.
Boten wonten kathah wekdal kagem sumené lan tetirah sawetawis
wekdal, tiyang kathah betahaken pitulungan. Punika wujud kawigatosan
ingkang sumberipun saking manah ingkang tansah kalimput déning
katresnan (ay 14). Wonten ing salebeting kamanungsan lan sayahipun,
Gusti Yésus boten kéndel, ananging lajeng makarya mitulungi tiyang
ingkang betahaken.

Wonten ing ayat 15-21, wonten cariyos bab Gusti Yésus ingkang
maringi tetedhan tiyang kathah antawis gangsal èwudéréng cacahipun.
Ing antawisipun sedaya mukjijatipun Gusti Yésus, namung mukjijat
punika ingkang dipuncariyosaken déning sekawan Injil lan Kitab Al-Quran,
Surah 5:112-115 (J.J. de Heer). Wonten ing Injil Yokanan 6:15,
kacariyosaken kathah tiyang sami trenyuh, pramila sami kepengin

249
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
dadosaken Gusti Yésus jumeneng ratu. Kadosipun cariyos punika saéstu
tumanem ing manahipun tiyang kathah, ngantos boten namung kaserat
ing Injil ananging ugi ing Al-Quran. Kagem nggambaraken sepinten
agengipun mukjijat punika, Injil Matéus nyebat tiyang jaler ingkang
nderek nedha cacahipun gangsal èwu, kamangka taksih wonten para
pawéstri lan laré ingkang déréng kaètang. Kasebataken para pawéstri lan
laré nelakaken bilih Gusti Yésus karsa ngladosi para tiyang ingkang
kaanggep boten aji. Nalika semanten, para pawéstri lan laré asring boten
kaètang lan boten aji ing padatan ingkang nengenaken paternalistik.

Wonten ing pakaryanipun, Gusti Yésus karsa makarya sesarengan


kaliyan tiyang sanès, mirunggan para sakabat. Nalika ing wayah sonten,
para sakabat menggalih bilih tiyang kathah punika kedah kèndel lan
nedha tetedhan, pramila para sakabat nyuwun supados Gusti Yésus
ndhawuhi tiyang kathah sami kesah tumbas tetedhan ing désa. Ananging,
Gusti Yésus malah paring dhawuh supados para sakabat ingkang paring
tetedhan (ayat 16). Ingkang wonten namung gangsal roti lan kalih ulam.
Gusti Yésus ndhawuhi supados tiyang kathah sami lenggah panthan-
panthan, Panjenenganipun mberkahi tetedhan punika lajeng kacuwil-
cuwil lan kaparingaken tumrap tiyang kathah.

Lumantar cariyos punika, kita saged mangertos bilih Gusti Yésus


boten namung nyekapi kabetahan karohanènipun manungsa ananging
ugi maringi kabetahan badanipun, kados kasarasan lan tetedhan.Gusti
Yésus karsa tumindak lan makarya sesarengan kalitan pasamuwanipun
kagem mitulungi umatipun. Kanthi makaten, minangka pendhèrèkipun
Gusti, kita kedah tansah ndadar lan nuwuhaken kawigatosan tumrap
tiyang sanès ingkang betahaken pitulungan.

Kados pundi kaliyan kita? Sumangga kita ugi ndadar dhiri lan
nuwuhaken kawigatosan tumrap sesami, kados ingkang sampun
katuladhakaken déning Gusti Allah. Amin.

(Kapertal dening Pdt. Sukrisno P)

250
Januari- Desember2017
Minggu, 13 Agustus 2017
Minggu Biasa XIX (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Dinamika Iman di Tengah Badai

DAFTAR BACAAN KITAB SUCI


Bacaan I : 1 Raja-raja 19 : 9-18
Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 85 : 8-13
Bacaan II : Roma 10 : 5-15
Bacaan Injil : Matius 14 : 22-33

TUJUAN PERAYAAN IMAN


Jemaat menghayati pasang surut kepercayaan sebagai bagian dari proses
pendewasaan bersama dalam komunitas iman

DAFTAR PELENGKAP BACAAN KITAB SUCI


Berita Anugerah : Yesaya 41:10
Petunjuk HidupBaru : Injil Yohanes 14:16-17
Nas Persembahan : II Korintus 9:7

DAFTAR NYANYIAN
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 3:1 dan 4
Nyanyian Penyesalan : KJ 467:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 440:1 dan 3
Nyanyian Persembahan : KJ 403-
Nyanyian Pengutusan : KJ 427:1 dan 2
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 29:1 lan 2
Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 48:1 lan 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 147:1 lan 2
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 187:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 171:1 lan 2

(Pdt. Adellia Atathesia Y)

251
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Dasar Pemikiran
Persoalan atau masalah yang pernah dialami terkadang membuat seseorang
menjadi trauma. Dampaknya, ia menjadi terpaku dengan persoalan tersebut
sehingga menyembunyikan dirinya dalam persolan tersebut, tidak mau
menghadapinya dan tidak mau melangkah lagi. Dengan bersikap demikian
maka yang ada adalah dirinya sendiri. Allah tidak ingn melihat anak-anaknya-
Nya menjadi putus asa dan menyerah terhadap persoalan atau badai hidup.
Allah ingin anak-anak-Nya mau menghadapinya. Karena melalui badai hidup,
anak-anak Allah akan belajar untuk dapat melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Dan Iapun menjanjikan bahwa diri-Nya akan terus bersama dengan anak-anak-
Nya menghadapi badai hidup.
Keterangan Tiap Bacaan
1 Raja-raja 19 : 9-18
Gunung Horeb atau Gunung Sinai adalah tempat pertemuan Allah dengan
utusan-Nya. Di Gunung Horeb inilah Allah memberikan ajaran-Nya bagi
umat-Nya. Hanya saja, untuk kali ini pertemuan Allah dengan Elia bukan
untuk memberikan pengajaran bagi umat Allah tetapi justru pengajaran
bagi Elia. Pasca peristiwa perseteruan Elia dengan para nabi Baal utusan
Izebel di Gunung Karmel, Ratu Izebel mengejar Elia untuk menuntut balas.
Kematian di tebus dengan kematian. Elia-pun menjadi buron. Ia lari
masuk ke padang gurun dengan putus asa dan duduk di pohon arar
meminta Allah mencabut hidupnya. Tapi Allah tidak melakukannya. Allah
justru mengutus malaikat-Nya untuk memelihara hidup Elia sehingga Elia
bisa berjalan 40 hari 40 malam menuju Gunung Horeb.
Lelah, putus asa dan ketakutan. Tiga hal ini yang dialami oleh Elia.
Sehingga ketika Elia tiba di Gunung Horeb, ia masuk ke dalam gua dan
bermalam di sana. Tujuan Elia ke Gunung Horeb adalah mencari
perlindungan Allah. Allah memang memberikan perlindunngan kepada
Elia, tetapi Allah juga memberikan pengajaran kepada Elia. Dua kali Allah
bertanya kepada Elia: ”Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (I Raja-raja 19:9
dan 13). Eliapun menjawab pertanyaan Allah ini. Dia mengatakan bahwa
Ia sudah bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, hanya saja pekerjaan yang
dilakukannya tampak sia-sia karena dia justru di kejar-kejar oleh Izebel.
Dari penjelasan Elia mengenai apa yang sudah dilakukan, ia meminta
Allah untuk membelanya saat itu. Ia sudah melakukan pekerjaan yang
diminta oleh Allah, maka sekarang iapun meminta balasan atas pekerjaan
yang telah dilakukan, yaitu perlindungan. Dari pertanyaan Allah di atas
252
Januari- Desember2017
bukan berarti Allah tidak mengerti maksud dan tujuan Elia ke gunung
Horeb. Allah mengerti betul. Hanya saja, tugas Elia belum selesai. Masih
ada tiga tugas yang harus dilakukannya. Mengurapi Hazael menjadi raja
atas Aram, mengurapi Yehu menjadi raja atas Israel, dan mengurapi Elisa
bin Safat menjadi nabi menggantikan dirinya.
Lelah, putus asa dan ketakutanlah yang telah membuat Elia hampir
mundur dari tugas Allah. Dari peristiwa ini Tuhan mungkin tidak
memberikan perlindungan secara langsung bagi Elia atau melakukan
mujizat membereskan rintangan yang dihadapi oleh Elia. Tapi Tuhan
memberikan keyakinan kepada Elia bahwa Ia tetap menyertai Elia
sehingga membuat yakin Elia untuk menunaikan tugasnya kembali dan
menyelesaikannya.
Mazmur 85 : 8-13
Mazmur 85 kemungkinan ditulis saat orang Israel kembali ke Yerusalem
setelah pembuangan di Babel. Ketika bangsa Israel berupaya membangun
kembali kota dan Bait Allah. Akan tetapi muncul permasalahan sehingga
pembangunan Bait Allah terhambat. Bagi bangsa Israel, ini sebuah
panggilan pembangunan bahwa sekalipun Tuhan telah mengizinkan
mereka kembali ke Yerusalem, ada yang harus dibenahi dalam perbuatan
mereka. Ia meminta Allah penyelamat untuk memulihkan keadaan. Pada
ayat 9 pemazmur menyatakan bahwa ia mau mendengar apa yang
hendak difirmankan Allah. Firman Allah yang hidup haruslah menjadi
fokus utama ketika umat melakukan pekerjaan Tuhan, dalam hal ini
membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Allah. Ketika mengalami
hambatan, pemazmur mengarah kembali kepada Allah yang berfirman. Ia
percaya bahwa Tuhan Allah menjanjikan adanya damai dan
kesejahteraan. “Ia menjanjikan kesejahteraan kepada kita, umat-Nya,
asal kita tidak kembali kepada dosa.” (ayat 9). Damai dan sejahtera akan
diberikan Tuhan kepada umat dan orang-orang yang dikasihi-Nya. Yang
harus ada dalam diri umat adalah jera (tidak kembali kepada
kebodohan/dosa) dan takut akan Tuhan. Pemazmur percaya bahwa jika
umat mendengarkan apa yang difirmankan Tuhan, akan terjadi
pemulihan. Pemazmur menyadarkan umat agar tetap takut akan Tuhan
dan tidak kembali ke jalan kebodohan dengan meninggalkan Allah.
Roma 10 : 5-15
Pengaruh pandangan orang Yahudi yang tidak mengakui bahwa Yesus
adalah Mesias dan Tuhan mempengaruhi beberapa orang Kristen di

253
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Roma. Sehingga yang terjadi adalah tidak sedikit orang Kristen yang
berasal dari Yunani dan sekitarnya merasa dilematis menerima ajaran
yang mereka dengar. Melalui suratnya ini (9-11), Paulus berupaya untuk
menjelaskan kepada jemaat di Roma supaya mereka tetap dan semakin
percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang telah lama dinantikan oleh
orang Yahudi dan bahwa Yesus adalah Tuhan karena memang hanya
Dialah yang bangkit dari antara orang mati dan naik ke Sorga. Para murid
Yesus menjadi saksi akan hal itu bahkan Pauluspun bersumpah di awal
suratnya pasal 9 bahwa dia tidak berdusta selama ini dengan
mengajarkan kebenaran dalam diri Yesus. Pesan Paulus sangatlah kuat
dalam ke tiga pasal ini bahwa percayalah dalam hati dan mulutmu bahwa
Yesus adalah Mesias dan Tuhan yang memberikan keselamatan sebagai
bentuk kemurahatian Allah kepada umat-Nya, baik kepada mereka yang
berlatar belakang Yunani maupun Yahudi.
Matius 14 : 22-33
Tiupan angin membuat Petrus menjadi takut dan ia mulai tenggelam.
Tidak dikatakan apakah tiupan angin yang terjadi pada saat itu pelan atau
sebaliknya. Kata “dirasanya” setidaknya memberikan gambaran bahwa
bukan tiupan angin yang membuat Petrus menjadi takut tetapi perasaan
ragu dalam dirinya yang membuat Petrus bimbang. Tiupan angin hanyalah
efek selanjutnya dari rasa keraguan dalam diri Petrus. Sehingga dengan
tegas di ayat 31 Yesus mengatakan kepada Petrus: ”Hai orang yang
kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Persoalan terbesar yang
membuat orang ragu, bimbang bahkan takut melangkah atau mengambil
keputusan adalah perasaan tidak yakin atau tidak mampu dalam dirinya.
Melalui peristiwa ini, Yesus ingin mengatakan pada Petrus dan setiap
orang yang membaca kisah ini bahwa hadapilah kendala yang terbesar
dalam diri sendiri. Ubahlah segala prasangka ataupun persepsi yang
membuat seseorang menjadi ragu, berhenti atau tidak mau untuk
melangkah lagi. Dan yang terpenting dari peristiwa ini adalah percayalah
bahwa Yesus ada di dekat setiap pengikut-Nya untuk siap sedia menolong.
Pokok Arah Bacaan
Memandang badai atau persoalan dalam kehidupan adalah cara Tuhan
mendidik dan membentuk anak-anak-Nya supaya dapat percaya kepada-
Nya dan percaya pada diri sendiri sehingga dapat menghadapi kenyataan
hidup dengan terus berupaya melakukan yang terbaik bagi Tuhan.

254
Januari- Desember2017
Renungan Atas Bacaan
Badai adalah ancaman? Tidak selamanya badai adalah ancaman bagi orang
percaya. Jika kita membaca dan merenungkan kisah Elia di Gunung Horeb (I
Raja-raja 19:9-18), kisah Petrus ketika berjalan di atas air untuk menyusul Tuhan
Yesus (Injil Matius 14:22-33) dan kisah pelayanan pastoral Paulus kepada
jemaat di Roma (Roma 10-5-15), maka kita menyadari bahwa badai atau
persoalan dalam kehidupan mereka adalah cara Tuhan mendidik dan
membentuk ketiganya supaya dapat percaya kepada Tuhan dan percaya pada
diri sendiri sehingga dapat menghadapi kenyataan hidup dengan terus
berupaya melakukan yang terbaik bagi Tuhan.
Ketika Tuhan mendidik dan membentuk umat-Nya, Ia tidak akan meninggalkan
umat-Nya untuk menjalaninya seorang diri. Pengalaman seperti ini yang
dikatakan kepada Elia ketika Elia diperintahkan untuk pergi dan kembali pada
tugasnya yang belum selesai. Tuhan memberikan petunjuk supaya Elia
melanjutkan perjalanannya melewati padang gurun untuk dapat sampai ke
Damsyik dan kota-kota yang lain menyelesaikan tugas perutusan dari Tuhan.
Ketika Tuhan memberikan petunjuk pada Elia, hal ini memberitahukan kepada
kita bahwa Tuhan memberikan jalan keluar bagi keselamatan orang yang
dikasihi-Nya dan Ia tidak akan meninggalkan umat-Nya melalui jalan tersebut
seorang diri. Apalagi mengingat keadaan padang gurun dimana hamparan pasir
begitu luas, badai gurun dapat terjadi sewaktu-waktu dan nyawa orang yang
melaluinya dapat terancam oleh para perampok. Padang gurun adalah jalan
yang berbahaya dan mustahil bagi orang dapat bertahan seorang diri.
Meskipun jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan adalah jalan yang terlihat
berbahaya dan mustahil untuk dijalani, tapi jalan yang ditunjukkan oleh
Tuhan adalah jalan yang aman. Aman karena Tuhan tetap menyertai
umat-Nya melalui jalan yang berbahaya itu. Dan terbukti dengan Elia
percaya pada penyertaan Tuhan, Elia bisa melalui jalan padang gurun
tersebut, dirinya aman dari kejaran Izebel yang berusaha untuk
membunuhnya, dan yang paling penting Elia bisa menyelesaikan tugas
perutusannya dari Tuhan. Hadapilah badai hidup! Jangan sembunyi,
bimbang dan takut karena Tuhan ada bersama dengan umat-Nya.

255
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kotbah Jangkep Bahasa Indonesia

DINAMIKA IMAN DI TENGAH BADAI


Dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinamika memiliki arti yang pertama
sebagai bagian dari ilmu fisika yang berhubungan dengan benda yang
bergerak dan tenaga yang menggerakkan. Yang kedua, dinamika adalah
gerakdari dalam; tenaga yang menggerakan; semangat. Karenanya ketika
dinamika dikaitkan dengan kelompok maka dinamika memiliki arti gerak
atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyaratakat yang
bersangkutan.

Ketika dinamika dikaitkan dengan iman maka dinamika memiliki arti


semangat iman yang mampu mempengaruhi dirinya sendiri ataupun orang
lain. Tentunya pengaruh ini adalah pengaruh yang positif sehingga membawa
perubahan dalam hidupnya ataupun dalam hidup orang lain menuju pada
peningkatan kualitas hidup yang lebih baik sebagai orang percaya.

Semangat iman yang memperbaharui diri maupun orang lain pada


kualitas hidup yang lebih baik sebagai orang percaya terlihat dalam kisah
Elia ketika di Gunung Horeb, kisah Petrus ketika berjalan di atas air untuk
menyusul Tuhan Yesus dan kisah pelayanan pastoral Paulus kepada
jemaat di Roma. Dari ketiga kisah tersebut, semangat iman akan terlihat
dengan jelas ketika ketiganya diperhadapkan pada persoalan. Elia
diperhadapkan dengan kelelahan, keputusasaan bahkan ketakutannya
menghadapi Izebel yang akan membunuhnya. Petrus diperhadapkan
dengan dirinya sendiri yang mulai bimbang ketika ia merasa angin bertiup
disekitarnya. Sedangkan Paulus diperhadapkan dengan persoalan
perbedaan pandangan dengan orang Yahudi yang tidak mengakui Yesus
sebagai Mesias dan Tuhan sehingga memengaruhi jemaat di Roma.

Melalui persoalan yang dihadapi, semangat iman dalam diri orang


percaya itu diuji, apakah melalui persoalan itu seseorang tetap memiliki
semangat iman untuk bertahan atau tidak. Jika kita membaca kisah Elia
Petrus dan Paulus dalam menghadapai persoalan mereka ketika itu, maka

256
Januari- Desember2017
yang kita lihat bersama adalah bagaimana mereka berjuang
mempertahankan semangat iman dalam diri mereka.

Elia yang awalnya menyembunyikan dirinya dan membela dirinya


dari pertanyaan Allah (I Raja-raja 19:1-14), ketika mendengar perkataan Tuhan
(ayat 15) bahwa tugasnya belum selesai dan ia harus pergi maka tanpa
bicara sepatah katapun Elia meninggalkan Gunung Horeb menuju ke Damsyik.
Elia kembali melanjutkan tugasnya yang belum ia selesaikan. Perkataan
Tuhan telah meyakinkan diri Elia bahwa Tuhan ada bersama dengan Dia.
Keyakinan itu ada dalam diri Elia ketika Tuhan secara spesifik mengatakan
bahwa jalan aman yang harus dilaluinya adalah melalui padang gurun.
Dari kisah Elia, bersama kita mendapatkan pengajaran bahwa
pertolongan Tuhan ada ketika kita mau bersama dengan Dia menghadapi
persoalan yang menimpa diri kita. Elia tidak akan pernah menyangka
bahwa keselamatan dirinya dan bangsanya akan teratasi ketika Elia
bersama dengan Tuhan melalui padang gurun. Kita mengetahui bahwa
padang gurun adalah hamparan pasir yang luas, badai bisa datang
sewaktu-waktu dan para perompak sudah siap untuk mengancam nyawa
setiap orang yang melewatinya. Tapi Tuhan justru memilih tempat yang
paling berbahaya adalah tempat yang paling aman dilalui oleh Elia
menuju ke Damsyik dan kota-kota lainnya untuk menuntaskan tugas
pelayanannya. Dan buktinya, Elia selamat melalui perjalanan di padang
gurun itu, Izebel tidak menemukan dirinya dan dia bisa menuntaskan
semua tugas yang telah diberikan oleh Allah.
Yang diminta oleh Allah bagi umat yang disayangi-Nya adalah
percaya pada-Nya bahwa Allah tetap ada bersama dengan masing-masing
umat-Nya menghadapi persoalan hidup. Jangan takut karena Allah akan
memberikan jalan keluar. Meskipun jalan keluar yang diberikan oleh Allah
adalah jalan yang semakin sulit untuk dilalui, percayalah bahwa Allah ada
bersama dengan kita melalui jalan yang sulit itu karena jalan itu adalah
jalan yang paling aman di antara jalan-jalan yang ada.
Dari kisah Petrus, persoalan yang terbesar adalah bagaimana
menghadapi diri sendiri. Ketika Yesus mengatakan pada Petrus:
”Datanglah!” (Injil Matius 14:29), Yesus sungguh-sungguh menginginkan
Petrus datang kepada-Nya dan Yesus yakin bahwa Petrus akan dapat
melalui rintangan air dan tiupan angin pada subuh itu. Dalam peristiwa
257
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
ini, Yesus yakin bahwa Petrus bisa datang kepada Yesus dengan cara yang
mustahil bagi orang biasa. Tapi persoalannya adalah pada diri Petrus
sendiri. Petrus tidak yakin dengan dirinya. Ketika Petrus merasa bahwa
tiupan angin menghempas dirinya, Petrus menjadi bimbang untuk
melangkah lagi. Kebimbangan Petrus membuat Petrus tenggelam (30).
Ketidakyakinan diri dan persepsi diri yang merasa tidak mampu
telahmembuat orang percaya berhenti melangkah bahkan ada diantaranya
yang kemudian menjadi trauma dan tidak mau mencoba lagi. Dengan
demkian siapakah yang paling rugi? Yang paling rugi adalah dirinya sendiri.
Membuat dirinya tidak bisa berkembang dan mencapai impian dan
harapannya.
Melalui kisah Petrus, kita bersama belajar untuk merubah persepsi
diri, dari saya tidak mampu menjadi saya mampu. Ketika kita menanamkan
pada diri kita bahwa saya mampu, maka kita akan mengupayakan yang
terbaik untuk mencapai keberhasilan. Kegagalan tidak pernah menjadi
penghalang menuju pada keberhasilan. Karena setiap kali gagal, kita akan
terus berupaya untuk berhasil.
Sekali lagi usaha untuk mencapai keberhasilan adalah semangat iman
untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Paulus telah menunjukkan
semangat iman yang belum ditunjukan oleh Petrus. Sebagai seorang
Yahudi,dia bersaksi bahwa Yesus sungguh Mesias dan Tuhan. Dia bisa
mengatakan kebenaran ini karena dia telah berjumpa dengan Yesus
sendiri. Dan perjumpaan itu menyakinkan dia sebagai orang Yahudi yang
telah diubah oleh Yesus bahwa dalam Yesus adalah kebenaran. Dengan
yakin Paulus mengatakan bahwa Yesus adalah kegenapan hukum Taurat
itu sendiri (Roma 10:4). Karena itu, Paulus berani menjamin bahwa
pengajaran yang telah diterima oleh Jemaat di Roma mengenai Yesus dan
ajaran-Nya adalah benar untuk mereka yakini dan lakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Melalui kisah Paulus ini, kita belajar mempertahankan semangat iman
dalam menyatakan kebenaran Tuhan. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan
akan menolong masing-masing kita untuk dapat memotivasi yang lain untuk
terus berupaya memperjuangkan iman mereka.
Melaui kisah Elia, Petrus dan Paulus kita belajar bahwa dinamika
atau semangat iman akan senantiasa ada dalam diri kita ketika kita
258
Januari- Desember2017
percaya pada Tuhan dan mempunyai persepsi yang baik dalam diri kita
sehingga memampukan kita memotivasi diri dan orang lain untuk
menghadapi badai kehidupan, memasuki kehidupan yang baru dan
menata hidup bersama dengan Tuhan. Jangan sembunyi, bimbang dan
takut karena Tuhan ada bersama dengan umat-Nya. Amin.
Kotbah Jangkep Bahasa Jawa

DINAMIKA IMAN WONTEN ING SATENGAHIN PRAHARA


Wonten ing Kamus Bahasa Indonesia, dinamika punika tegesipun:
1. Minangka bagian saking ilmu fisika ingkang sesambetan kaliyan
benda utawi barang ingkang saged kagerakaken lan wonten tenaga
ingkang nggerakaken
2. Gerakan ingkang saking lebet utawi tenaga ingkang nggerakaken
injih punika ingkang kasebat semangat

Mila punika nalika dinamika dipungandheng-cenengaken kaliyan


sekelompok tiyang, mila dinamikan punika nggadahi teges obah utawi
kekiyatan ingkang dipungadahi sekelompok tiyang wonten ing
masyarakat ingkang saged nuwuhaken ewah-ewahan dumateng tata cara
gesang masyarakat sakkiwa tengenipun utawi lingkunganipun.

Nalika dinamika punika dipunkaitaken kaliyan keimanan, dinamika


punika tegesipun semangat iman ingkang saged mempengaruhi diri
pribadi kita lan ugi tiyang sanes, temtunipun pengaruh punika pengaruh
ingkang sae utawi ingkang positif. Saengga saged ndamel ewah-wahan
dumateng gesangipun utawi gesang tiyang sanes pinuju gesang ingkang
langkung sae kanggenipun tiyang ingkang nggadahi kapitadosan.

Semangat iman diri kita lan tiyang sanes ingkang sampun kaenggalaken,
ndadosaken kualitas gesang kita sedaya langkung sae. Kanggenipun kita tiyang
ingkang gadah kapitadosan, sedaya punika saged kita tingali wonten ing
kisahipun Elia nalika wonten ing Gunung Horeb, ugi Petrus nalika mlampah
wonten ing toya nyusul Gusti Yesus lan Paulus ingkang nglampahi pelayanan
pastoral dumateng jemaat wonten ing Roma. Saking tigang kisah ingkang

259
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
kasebat punika, semangat iman katingal cetha nalika tiga-tiganipun dipun
adepakaen wonten ing masalah.

Elia kedah ngadepi kawonten ingkang ndadosaken manah sayah,


ajrih lan putus asa ngadepi Izabel ingkang badhe menjahi pinyambakipun.
Petrus ingkang manahipun wiwit goreh amargi ngraosaken angin ingkang
sumilir, nggoyahaken lampahipum nalika nglampah wonten ing
sainggilipun toya lan ajrih menawi dawah lan kelelep. Paulus ingkang
rumaos kuwatos dumateng peladosanipun amargi tiyang-tiyang Yahudi
mboten purun ngakeni bilih Yesus punika minangka Mesias lan Gusti
Allah, saengga mempengaruhi jemaat wonten ing Roma.

Semangat iman wonten ing diri tiyang ingkang pitados, kauji dening
persoalan-persoalan ingkang sampun kalampahan, saengga tiyang punika tasih
nggadahi semangat iman kangge tetep teguh dumateng keimananipun
punapa mboten. Bilih kita maos kisahipun Elia, Petrus lan Paulus ngadepi
persoalanipun rikala semanten, kita sedaya saged ningali kados pundi
pinyambakpun punika teras berjuang supados imanipun tetep teguh.

Elia ingkang sakderengipun sesideman wonten ing gua Gunung


Horeb amargi ajrih badhe dipun pejahi kaliyan Izabel, nalika mireng bilih
Gusti ngemutaken bilih tugasipun dereng rampung lan Elia kedah
ngrampungaken, mila Elia langsung medal saking sesidemanipun. Lajeng
nerasaken lampahipun pinuju Damsyik supados saged nglanjengaken
tugasipun saking Gusti Allah ingkang dereng rampung. Pangandikanipun
Gusti Allah punika, saged ngyakinaken Elia amargi Elia pitados bilih Gusti
Allah badhe nuntun lampah Elia lan maringi pitedah mergi aman ingkang
kedah dipun-langkungi, injih punika nglangkungi pasamunan.

Saking kisah utawi lelampahipun Elia punika, kita sedaya pikantuk


piwulang lan kapitadosan bilih Gusti tansah maringi pitulungan lan tansah
wonten ing sakcaket kita sedaya, bilih kita ugi purun cecaketan kaliyan
Gusti nalika kita ngadepi reridhu punapa kemawon. Wigatosipun, kita
sedaya sampun ngatos nilaraken Gusti Allah. Elia mboten nate nggagas
bilih kawilujengan dirinipun lan bangsanipun badhe kaatasi nalika Elia
sesarengan kaliyan Gusti langkung pasamunan. Kita mangertos bilih

260
Januari- Desember2017
pasamunan punika satunggiling hamparan pasir ingkang wiar tanpa
wates, badai saged kemawon dateng sakwayah-wayah, lan semanten ugi
para durjana ingkang sampun sigep mejahi saksintena tiyang ingkang
langkung wonten pasamunan punika. Sinaosa mergi punika sanget
mbebayani, ananging Gusti Allah sampun netepaken mergi punika
ingkang kedah dipun langkungi. Amargi Gusti pirsa bilih mergi ingkang
mbebayani punika mergi ingkang paling aman dipunlangkungi Elia pinuju
ing Damsyik lan kitha-kitha sanesipun kangge ngrampungaken tugas
panggilanipun. Lan kasunyatanipun Elia saged wilujeng langkung
pasamunan punika, Izabel mboten saged nemahi Elia, lan Elia saged
ngrampungaken sedaya tugasipun ingkang katampi saking Gusti Allah.

Ingkang dipun suwun kaliyan Gusti Allah dhumateng umat ingkang


dipun tresnani kaliyan Gusti Allah punika, supados pidatos dumateng
Gusti Allah bilih Allah tetep badhe nyengkuyung umat-ipun rikala ngadepi
masalah gesang punapa kemawon. Sampun ajrih menawi Gusti Allah
maringi mergi sinaosa mergi ingkang kaparingaken saking Gusti punika
mergi ingkang awrat lan ruwet dipun-lampahi. Kita kedah pitados bilih
Gusti tansah nuntun lampah kita nglangkungi mergi ingkang paling aman
tinimbang mergi sanesnipun ingkang wonten.

Saking kisah Petrus, masalah ingkang paling ageng injih punika


kados pundi ngadepi diri kita pinyambak. Nalika, Gusti Yesus ngendika
kaliyan Petrus: ”Mrenea!”, Gusti Yesus saestu pitados sanget Petrus
saged dateng wonten ing Gusti Yesus lan Yesus pitados bilih Petrus saged
mlampah wonten ing sajroning toya sianosa wonten sumilire angin ing
subuh punika. Yesus pitados bilih Petrus saged dateng tumuju Gusti Yesus
sianosa cara punika mustahil kanggenipun tiyang limrah. Nanging
persoalanipun wonten diri Petrus pinyambak, Petrus mboten pitados
kaliyan dirinipun pinyambak. Nalika Petrus ngraosaken angin sumilir
punika saged ndawahaken pinyambakipun, Petrus lajeng goreh
manahipun anggenipun badhe nglajengaken lampahipun. Gorehipun
manah Petrus punika ingkang ndadosaken Petrus dhawah lan klelep.

Kapitadosan lan pikiran kita pinyambak ingkang saged


nglajengaken lampah kita utawi mboten. Menawi diri kita sampun

261
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
mboten pitados punika sedaya saged ngedelaken anggenipun badhe
nglampah. Malahan wonten ingkang ndadosaken sedaya punika dados
trauma lan mboten badhe nyobi malih. Lan menawi sampung mekaten
sinten ingkang badhe rugi? Ingkang paling rugi injih punika diri kita
pinyambak. Ndadosaken diri kita mboten saged ngrembaka lan nggayuh
pangimpen ugi pangangen-angenipun.

Langkung kisahipun Petrus sumonggo kita sareng-sareng ngribah


pikiran pribadi kita bilih kita saged. Nalika kita sampung nemaaken
wonten ing pikiran kita bilih kita mampu, saklajengipun kita badhe
ngupayaaken ingkang paling sae supados saged nggayuh kamulyan.
Menawi gagal punika mboten ateges dados pepalang anggenipun badhe
nggayuh kamulyan. Amargi nalika gagal kita kedha terus ngupadi malih
supados sedaya punika dados kasunyatan. Sepindah malih, ngupadi
supados saged nemahi kamulyan injih punika semangat iman kangge
ngaturaken sedaya kemawon ingkang paling sae kagem Gusti Allah.

Benten kaliyan Petrus, menawi Paulus sampun nedahaken bilih


semangatipun sampun wonten. Minangka tiyang Yahudi, pinyambakipun
maringi paseksen bilih Yesus punika saestu Mesias lan Gusti Allah.
Pinyambakipun saged mungel mekaten, amargi pinyambakipun sampun
kepanggih kaliyan Gusti Yesus pinyambak. Lan pepanggihan punika
nyakinaken pinyambakipun, tiyang Yahudi ingkang sampun dipun ribah
kaliyan Gusti Yesus, bilih saklebeting Gusti Yesus wonten ing kayekten.
Paulus sanget pitados bilih Gusti Yesus minangka jejangkepanipun Hukum
Toret punika pinyambak. Mila punika, Paulus wantun njamin bilih
piwulang ingkang sampun katampi dening jemaat wonten ing Roma, bab
Yesus lan piwulangipun punika, cetha leres, saged dipun yakini ugi
piwulangipun saged kalampahan wonten ing gesangipun jemaat Roma.

Saking kisah Paulus punika, kita sinau neguhaken bilih semangat


iman saged mbuktekaken kayektenanipun Gusti. Pengalaman
pepanggihan kaliyan Gusti saged nulung kita sedaya kangge nyemangati
tiyang sanes supados teras ngupadi iman para sederek.

262
Januari- Desember2017
Saking kisah Elia, Petus lan Paulus kita saged sinau bilih dinamika
utawi semangat iman badhe teras wonten ing saklebeting diri lan manah
kita nalika kita pitados dumateng Gusti Allah lan nggadahi pikiran ingkang
sae wonten ing saklebeting diri kita saengga kita saged nuwuhaken diri
kita lan tiyang sanes kangge ngadepi reridu punapa kemawon wonten ing
salebeting gesang. Mlebet ing gesang enggal lan nata gesang kita
kapiturut kaliyan Gusti Allah. Sampun sesidheman, ragu lan ajrih amargi
Gusti Allah sesarengan kaliyan kita sedaya umatipun. Amin.

263
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kamis, 17 Agustus 2017
IBADAH HUT KE-72 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (Merah-Putih)

TEMA
Menjadi Pelopor Kesetaraan

TUJUAN
Umat tertantang untuk menjadi komunitas yang mencintai dan
memperjuangkan kesetaraan dalam setiap lini kehidupan.

BACAAN ALKITAB
Bacaan I : Yasaya 66 : 18 – 23
Antar Bacaan : Mazmur 130 : 1 – 8
Bacaan II : Galatia 5 : 13 – 15
Bacaan Injil : Matius 8 : 1 – 13

Berita Anugerah : Yeremia 33:6


Petunjuk Hidup Baru : Kolose 3:23
Persembahan : Roma 12:1-2

DAFTAR NYANYIAN
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 336 : 1-2
Nyanyian Penyesalan : KJ 336 : 3-4
Nyanyian Kesanggupan : KJ 257 : 1-2
Nyanyian Persembahan : KJ 337 : 1-2
Nyanyian Pengutusan : KJ 337 : 3
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 315:1-2
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 315:3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 97:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 316:1-2
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 316:3-4

(Pdt. Setyo Budi P)

264
Januari- Desember2017
DASAR PEMIKIRAN
Salah satu persoalan serius yang dialami bangsa Indonesia adalah
kesenjangan, baik itu di bidang politik, ekonomi, maupun sosial.
Kesenjangan itulah yang telah lama menjadi salah satu faktor penghalang
bagi terwujudnya kehidupan yang harmonis. Indonesia sebagai negara
dengan pluralitas, perlu mengatasi kesenjangan itu dengan kesetaraan.
Dengan kesetaraan, maka akan terwujud kehidupan bersama yang saling
menghargai di tengah-tengah berbagai perbedaan. HUT Kemerdekaan
bangsa Indonesia merupakan momen penting untuk merefleksikan
kembali panggilan Allah kepada gereja, untuk menjadi pelopor dalam
mewujudkan kesetaraan.
KETERANGAN BACAAN
Yesaya 66 : 18 – 23
Bacaan kita diambil dari pasal terakhir kitab Nabi Yesaya, yang berisi berita
sukacita mengenai kemerdekaan yang akan dirasakan oleh umat Israel,
yang sudah sekian lama hidup dalam pembuangan di Babel. Allah akan
mengumpulkan umat Israel dari segala penjuru. Umat yang dibebaskan itu
juga diimbau untuk memberikan persembahan syukur untuk Tuhan (ay 20).
Selanjutnya, digambarkan bahwa Tuhan akan kembali mengangkat imam-
imam dari Suku Lewi. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memulihkan
kehidupan Israel, secara fisik, sosial maupun spiritual. Umat Israel akan
kembali menjadi umat yang menyembah Tuhan.
Mazmur 130 : 1 – 8
Mazmur ini merupakan nyanyian ziarah yang berisi seruan umat Allah
ketika mengalami kesusahan. “Jurang yang dalam” merupakan gambaran
kesusahan yang begitu besar. Di dalam kesusahan itulah umat berseru
agar Allah menolong. Allah diyakini hendak mengampuni segala dosa dan
kesalahan umat. Mazmur yang berisi kerinduan ada Allah ini juga berisi
pengakuan bahwa “….pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali
mengadakan pembebasan,” (ay 7).
Galatia 5 : 13 – 15
Rasul Paulus memberikan pengajaran kepada jemaat di Galatia. Pertama,
Paulus menegaskan status gereja sebagai orang-orang yang telah
merdeka. Tepatnya, dimerdekakan dari dosa dan dari tuntutan Hukum
Taurat. Berikutnya, Paulus mengingatkan bahwa sekalipun gereja adalah

265
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
orang yang merdeka, namun jangan menggunakan kemerdekaan itu
dengan sembarangan. Status sebagai orang bebas dan merdeka justru
mengandung panggilan untuk saling melayani. “Layanilah seorang akan
yang lain oleh kasih,” (ay 13).
Matius 8 : 1 – 13
Orang kusta merupakan representasi orang yang terbelenggu, yang
membutuhkan pertolongan dan pembebasan. Sejarah membuktikan bahwa
pada zamannya, orang yang sakit kusta itu dianggap sebagai orang yang
najis, berdosa, dan tidak pantas dalam segala hal. Jika harus berbicara
dengan orang yang sakit kusta maka tidak boleh dekat-dekat, namun harus
seperlempar batu jaraknya, atau sekitar tujuh puluh meter. Bahkan lebih
celaka, orang pada zaman itu menganggap bahwa sakit kusta adalah jenis
penyakit kutukan Tuhan, sebab orang itu dosanya besar. Mujizat
penyembuhan yang Yesus lakukan kepada orang yang sakit kusta
memperlihatkan bahwa Yesus tidak menganggap orang yang sakit kusta itu
najis, berdosa. Yesus justru memulihkan hak dan martabat si kusta menjadi
setara dengan manusia yang lain. Orang kusta itu ditahirkan, artinya tidak
hanya sembuh secara jasmani, namun juga secara sosial dan spiritual.
Dengan mentahirkan orang kusta itu, maka Yesus mengangkat si kusta dari
posisi terpinggirkan manjadi sesama yang setara.
Selain itu, Yesus juga menyembuhkan hamba seorang perwira di
Kapernaum. Hamba itu menderita lumpuh. Hamba biasanya dipandang
sebelah mata, bahkan keberadaannya tidak dianggap. Namun dalam kisah
ini, Yesus menempatkan hamba itu secara layak dan terhormat.
Menariknya, sang perwira sendiri yang memohon kepada Yesus agar
menyembuhkan hambanya. Artinya, perwira itu sendiri juga memandang
hambanya secara terhormat. Sekalipun hamba, tetap dipedulikan. Ada
kesetaraan yang dihidupi oleh perwira tersebut. Atas permintaan sang
perwira itu, Yesus berkenan menyembuhkan sakit lumpuh hamba atau
batur itu. Dari kisah ini kita bisa melihat dan merasakan bahwa di dalam
kesetaraan, maka berkat itu ada pada perwira dan hamba. Tuhan Yesus
tidak membedakan hak, martabat, kehormatan antara perwira dan
hamba. Keduanya setara dan diberi berkat yang sama.

266
Januari- Desember2017
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

MENJADI PELOPOR KESETARAAN


Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Hari ini kita sebagai bangsa Indonesia memperingati Hari
Kemerdekaan Indonesia yang ke 72 tahun. Dalam peringatan hari yang
bersejarah ini, marilah kita mengenang dan mengingat kembali para
pejuang negara yang telah gugur di medan perang. Ketika berjuang,
mereka tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan antar golongan,
namun bersatu padu membela negara, mengusir penjajah dari bumi
pertiwi. Saat ini kita harus mengisi kemerdekaan itu dengan berbagai
pembangunan, demi terwujudnya cita-cita luhur bangsa Indonesia, yaitu
masyarakat yang adil, makmur, aman, sentosa dan lestari. Untuk bisa
meraih cita-cita luhur itu maka salah satu sendi kehidupan yang harus
kita lakukan adalah memberdayakan diri kita masing-masing menjadi
pelopor kesetaraan.

Kenyataan yang tak dapat kita hidari adalah bahwa manusia Indonesia
saat ini berada dalam situasi kehidupan yang serba cepat. Dengan kemajuan
teknologi, maka ritme kehidupan semakin laju dan terkadang tidak terbatas.
Segala sesuatu datang dan pergi begitu cepat. Manusia semakin hari semakin
sulit menghargai sesamanya. Manusia lebih menghargai benda
kesayangannya. Gaya hidup hedonis meraja lela di mana-mana, dari anak-
anak sampai dewasa, bahkan lansia. Kesediaan orang untuk mau hidup
setara, menghormati sesama semakin sulit ditemukan. Oleh sebab itu,
jemaat dan gereja didorong untuk menjadi pelopor kesetaraan.

Saudara-saudara,
Kesetaraan adalah sebuah kata yang diambil dari kata “setara”
yang artinya sederajat, sama tingkatan dan kedudukannya. Dengan
demikian, kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama,
kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara
manusia yang satu dengan lainnya. Kesetaraan adalah suatu sikap hidup
manusia yang mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban, dengan sesama manusia. Kesetaraan bermakna
267
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama, sebagai makhluk yang diciptakan sebagai makhluk
mulia. Oleh sebab itu, dalam keragaman hidup manusia diperlukan
adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya, meskipun individu
maupun masyarakat dalam hidup ini masing-masing memiliki keragaman
dan perbedaaan, mereka tetap memiliki kedudukan yang sama. Setiap
orang adalah sesama bagi kita. Sekali lagi, kesetaraan ingin menjelaskan
bahwa di hadapan Allah, semua manusia adalah sama derajatnya,
kedudukannya dan tingkatannya.

Kesetaraan manusia bahkan sudah dinyatakan Allah sejak


penciptaan manusia, yaitu Adam dan Hawa. Sejak semula, manusia
diciptakan berpasangan, terdiri atas perempuan dan laki-laki, saling
membutuhkan. Keduanya sengaja diciptakan berbeda agar bisa saling
melengkapi sebagai makhluk sosial guna membangun suatu sinergi baru
yang lebih kuat, dan bermanfaat. Relasi laki-laki dan perempuan itu
adalah setara, bukan relasi yang hirarkis. Laki-laki dan perempuan sama-
sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27).
Penetapan dan pernyataan Allah tentang kesetaraan kedudukan manusia
ini bertujuan agar dari awal mula manusia bisa trampil membangun
dirinya untuk bisa saling menghargai dan menghormati sesamanya.
Dengan kata lain, Tuhan menetapkan dan menjadikan Adam dan Hawa
sebagai pelopor kesetaraan. Itu berarti, Tuhan Allah sudah sejak semula
menempatkan kedudukan dan kehormatan antara laki-laki dan
perempuan adalah sama.

Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan ini kita alami sesehari,


dala kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Barangkali relasi laki-
laki perempuan (misal: suami-istri) dapat menjadi ajang di mana kita benar-
benar mempraktikkan kesetaraan. Dengan pengalaman kesetaraan yang
paling dekat terlebih dahulu, yaitu keluarga, diharapkan kita menjadi
pelopor kesetaraan di kehidupan lebih luas. Kesetaraan inilah yang juga
menjadi bagian dari kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Sudah sejak
lama pula ada para pejuang kesetaraan. Salah satunya adalah kesetaraan
gender. Sebut saja RA Kartini. Semangatnya dalam memperjuangkan
persamaan derajat, hak, kehormatan dan kebebasan otonomi, berhasil dan
268
Januari- Desember2017
nyata. Perempuan tidak bisa selalu ditempatkan di bawah laki-laki.
Perempuan berhak mendapat kesetaraan dengan laki-laki. Berkat
perjuangannya RA Kartini, kini perempuan di Indonesia dapat merasakan
hak dan kebebasan yang sama dengan laki-laki. Perempuan tidak lagi
dipandang sebelah mata dan dianggap tidak lebih baik dari laki-laki. Oleh
karena itu momentum tema “Menjadi Pelopor Kesetaraan” ini sangatlah
tepat untuk mengingat akan perjuangan emansipasi perempuan.

Tidak hanya masalah gender, kesenjangan dalam kehidupan


masyarakat Indonesia juga masih cukup besar. Anjuran untuk mengatasi
ketimpangan sosial ini lebih sering diabaikan. Inisiatif untuk
memperjuangkan kesetaraan, sebetulnya diharapkan dari pihak yang sudah
maju dan punya kuasa, namun hal itu masih sulit terwujud. Justru mereka
yang berkompeten, biasanya malah mencari alasan untuk tidak
memperjuangkan kesetaraan. Bahkan kalau bisa kesetaraan harus dikeberi
demi keuntungannya sendiri. Mentalitas yang berkembang di sekitar kita
justru banyak orang merasa senang dan puas jika bisa merendahkan orang
lain. Di sekolah-sekolah, siswa yang pandai hampir tidak pernah membantu
temannya yang kurang pandai. Pegawai senior di perusahaan-perusahaan
cenderung membiarkan yuniornya berjuang dulu dari bawah. Orang yang
punya jabatan dan kuasa di masyarakat lebih senang menyalahkan mereka
yang mengalami ketidakadilan dan masalah bertubi-tubi. Bagaimana
mungkin inisiatif untuk membangun menjadi pelopor kesetaraan itu bisa
muncul di negara Indonesia tercinta ini?

Saudara-saudara,
Barangkali kata kesetaraan sudah terdengar klise. Kesetaraan itu
baik, indah dan sedap diucapkan, namun sulit diwujudkan. Ada sesuatu
yang mendorong orang lebih mengumbar egoisme pribadi di negara ini.
Sesuatu itu mungkin ketidakmampuan diri ini bersyukur atas semua
berkat dan kelebihan dari Tuhan yang telah dianugerahkan kepada kita.
Jauh di lubuk hati kita, mungkin tak pernah terdengar kata terima kasih.
Dan kata yang hilang itu menjauhkan kita dari Tuhan dan sesama.
Meskipun tampaknya kita rajin pergi ke gereja dan penuh semangat
beribadah dan berdoa. Namun membangun kesetaraan hanya menjadi
slogan belaka dan enggan melakukannya.
269
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Perjuangan kita untuk memperjuangkan kesetaraan diinspirasi oleh
karya Tuhan Yesus sendiri. Dalam bacaan kita hari ini, dikisahkan karya Yesus
menyembuhkan orang kusta. Orang kusta merupakan representasi orang
yang terbelenggu, yang membutuhkan pertolongan dan pembebasan.
Sejarah membuktikan bahwa pada zamannya, orang yang sakit kusta itu
dianggap sebagai orang yang najis, berdosa, dan tidak pantas dalam segala
hal. Jika harus berbicara dengan orang yang sakit kusta maka tidak boleh
dekat-dekat, namun harus seperlempar batu jaraknya, atau sekitar tujuh
puluh meter. Bahkan lebih celaka, orang pada zaman itu menganggap bahwa
sakit kusta adalah jenis penyakit kutukan Tuhan, sebab orang itu dosanya
besar. Di sini bisa dilihat bahwa orang sudah tidak lagi menghargai dan
menghormati hak-hak sesamanya. Masing-masing orang dengan dalih
hukum agama dan adat istiadat, ingin menempatkan dirinya sebagai orang
yang baik. Dan orang lain dengan begitu mudahnya ditempatkan di bagian
paling bawah dan rendah. Nilai-nilai kesetaraan telah mati total. Mujizat
penyembuhan yang Tuhan Yesus lakukan kepada orang yang sakit kusta,
ingin memperlihatkan kepada dunia tentang kesetaraan. Tuhan Yesus sama
sekali tidak menganggap orang yang sakit kusta itu najis, berdosa, akan
tetapi ia dipulihkan hak dan martabatnya setara dengan manusia yang lain.
Kesederajatan, kesamaan dan kesetaraan hak, harus dijunjung tinggi. Semua
orang setara, sama derajatnya, dihormati dan ditolong. Orang kusta itu
ditahirkan, artinya sembuh jasmani dan rohaninya. Dengan mentahirkan
orang yang sakit kusta itu, maka Tuhan Yesus menjadi pelopor kesetaraan.

Saudara-saudara,
Karya Yesus yang kedua adalah menyembuhkan hamba seorang
perwira di Kapernaum. Hamba itu sakit lumpuh. Hamba biasanya dipandang
sebelah mata, bahkan keberadaannya tidak dianggap. Namun dalam kisah
ini, Yesus menempatkan hamba itu secara layak dan terhormat. Menariknya,
sang perwira sendiri yang memohon kepada Yesus agar menyembuhkan
hambanya. Artinya, perwira itu sendiri juga memandang hambanya secara
terhormat. Sekalipun hamba, tetap dipedulikan. Ada kesetaraan yang
dihidupi oleh perwira tersebut. Atas permintaan sang perwira itu, Yesus
berkenan menyembuhkan sakit lumpuh hamba atau batur itu. Dari kisah ini
kita bisa melihat dan merasakan bahwa di dalam kesetaraan, maka berkat itu
ada pada perwira dan hamba. Tuhan Yesus tidak membedakan hak,
270
Januari- Desember2017
martabat, kehormatan antara perwira dan hamba. Keduanya setara dan
diberi berkat yang sama.

Dengan semangat kesetaraan yang sudah dibuat oleh Tuhan Yesus.


Maka kini marilah kita sebagai jemaat, gereja dan komunitas kristen
yang hidup di negara merdeka ini, berjuang dan berusaha dengan sekuat
tenaga untuk menciptakan kesetaraan dalam setiap lini kehidupan.
Keseteraan adalah pembuktian kematangan iman jemaat dan sekaligus
sebagai sarana untuk mencapai kehidupan masyarakat yang adil, makmur
dan lestari. Dengan dan melalui jemaat menjadi pelopor kesetaraan,
maka damai sejahtera Allah dan harmonisasi kehidupan antar sesama
akan tercipta di setiap sudut kehidupan. Selamat menjadi komunitas yang
mencintai dan memperjuangkan kesetaraan dan selamat menjadi pelopor
kesetaraan. MERDEKA. Amin.

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

MBUDIDAYA GESANG INGKANG SAMI AOS-INGAOSI

Para Sedhèrèk ingkah kinasih,


Dinten punika kita mèngeti lan mahargya dinten kamardikan Bangsa
Indonesia ingkang kaping 72. Ing pèngetan punika, sumangga kita ngènget-
ènget malih para pejuang ingkang sampun tilar donya ing paprangan. Para
pejuang punika boten mbédak-bédakaken tiyang ing babagan suku, agami,
ras, lan antar golongan. Para pejuang punika sami nyatunggil nglawan
penjajah dhemi kamardikaning bangsa Indonesia. Samangké kita kedah
mujudaken gesang ingkang adil, tentrem lan santosa ing bangsa kita. Salah
satunggaling cara anggènipun mbudidaya gesang ingkang tentrem rahayu
inggih punika dados pelopor kesetaraan. Dados tiyang ingkang purun
makarya sesarengan kaliyan tiyang ingkang bènten agami, benten golongan,
bènten ras, lsp, murih gesang ing masyarakat saged raharja.

Samangké bangsa Indonesia ngadhepi gesang ingkang sarwa rikat,


awit saking majenging teknologi ingkang sangsaya modern. Ing
kawontenan mekaten, manungsa dados individualistik (nengenaken
kapentinganipun piyambak) lan hedonistik (nengenaken kenikmatan
271
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
kadonyan). Lajeng manungsa sangsaya boten ngaosi sesaminipun. Kanthi
mekaten, sangsaya angèl anggènipun manungsa gesang secara setara lan
sami asung pakurmatan. Ing kawontenan ingkang kados mekaten,
pasamuwanipun Gusti kabereg supados dados pelopor kesetaraan.
Setara punika ateges sadrajad. Manungsa wonten ing kalenggahan
ingkang sami, nggadhahi hak ingkang sami, boten langkung inggil utawi
langkung andhap. Dhasaring pengaken punika inggih saking pangertosan
kita bilih sedaya manungsa punika titahipun Gusti ingkang saé lan
minulya. Mila, pagesangan ing satengahing bangsa lan negari Indonesia
kedah ngaosi saben tiyang secara sadrajad. Awit ing ngarsanipun Gusti,
sedaya tiyang punika sami lan sadrajad.
Adhedhasar pengaken bilih Gusti Allah nitahaken manungsa
ingkang boten sami, ancas/tujuanipun inggih supados sami njangkepi
pinangka makhluk sosial, murih saged gesang maédahi lan
migunani. Kitab Suci nandhesaken bilih wiwit purwaning dumadi, Gusti
Allah mapanaken manungsa kakung lan putri punika ing kalenggahan
ingkang setara.
Raos sadrajad punika sampun karisak dening manungsa awit saking
tumindak dosa. Ugi awit saking budaya patriaki ingkang njalari panguwaosing
para tiyang jaler langkung inggih katimbang tiyang èstri. Contonipun
kémawon fenomena poligami ingkang asring kaanggep ngasoraken drajad
martabatipun para tiyang èstri. Kanthi mekaten, kesetaraan gender punika
penting sanget kita wujudaken. Salah satunggaling tokoh kesetaraan
gender ing Indonesia inggih punika Radèn Ajeng Kartini, tokoh emansipasi
wanita. Awit saking pambudidayanipun, kathah tiyang estri ing Indonesia
nggadhahi drajad ingkang sami kaliyan tiyang jaler.
Ing gesanging masyarakat Indonesia, kesenjangan sosial ingkang
sangsaya ageng punika satunggaling prekawis ingkang mrihatosaken.
Krenteg kanggé ngupadi gesang ingkang sadrajad punika lajeng dados bab
ingkang wigati. Prayoginipun, kakthah tiyang ingkang purun
ngudikesetaraan. Emanipun, para tiyang ingkang nggadhahi panguwaos
boten
samipurunmbudidayakesetaraanpunika.Ingsisihsanès,mentalitasingkang
tuwuh ing masyarakat punika mentalitas kompetitif. Para tiyang sami
272
Januari- Desember2017
ngasoraken tiyang sanès. Mbudidaya kauntungan lan kamulyanipun
piyambak. Kesetaraan dados prekawis ingkang kedah kita wujudaken ing
gesang nyata, boten namung kaaturaken ing greja lan ing ritual-ritual
agami. Kados pundi ningali tiyang sanès boten kaanggep langkung asor
lan awon, ananging tetep kita aosi pinangka titahipun Gusti ingkang
minulya. Ing Indonesia, taksih kathah tiyang ingkang gesangipun sangsara
awit tumindakipun tiyang sanès ingkang boten adil. Kathah
korbandiskriminasi, marginalisasi lan subordinasi. Kénging punapa kita
pinangka tiyang Kristen kabereg dados pelopor kesetaraan? Awit
pasamuwanipun Gusti tinimbalan makarya secara nyata. Sesarengan
kaliyan para pejuang sanes ingkang taksih preduli kaliyan Bangsa Indonesia.

Para Sedherek ingkang kinasih,


Pakaryanipun Gusti Yesus nalika taksih sugeng, ugi nelakaken
perjuangan kesetaraan. Salah satunggiling pakaryanipun Gusti inggih
punika nyarasaken tiyang ingkang sakit kusta. Rikala semanten, tiyang
ingkang nandhang kusta kaanggep najis, dosa lan asor. Kathah tiyang
sami boten puru celak kaliyan tiyang kusta punika. Kepara tiyang ingkang
nandhang kusta asring kaanggep tiyang ingkang nampi ipat-ipat saking
Gusti. Rikala semanten kathah tiyang sami ngasoraken tiyang ingkang
nandhang kusta. Ananging Gusti Yesus boten nganggep tiyang kusta
punika asor lan najis. Gusti Yesus kepara ngangkat drajadipun tiyang
kusta punika. Tiyang ingkang sakit lan sèkèng kedah dipun biyantoni.
Taksih kathah maluh pakaryanipun Gusti Yesus ingkang mratèlakaken
pambudidaya bab gesang ingkang sadrajad.

Kanthi semangat kesetaraan punika, sumangga kita boten kendhat


anggènipun mbudidaya kesetaraan. Kanthi mekaten, kita ngèstokaken
dhawuhipun Gusti supados makarya ing gesang nyata. Mbelani para
tiyang ingkang kaasoraken dening tiyang sanès. Iman ingkang diwasa
maujud ing pakaryan kita ingkang nyata. Menawi kita saged gesang
ngaosi tiyang sanès, ateges kita ngaosi titahipun Gusti Allah. Kanthi
mekaten, gesanging masyarakat ing Indonesia saged kalampahan kanthi
tentrem lan rahayu. Merdeka! Amin.

(Kapertal dening Pdt. Dwi Argo M)

273
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Minggu, 20 Agustus 2017
Minggu Biasa XX (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Rayakanlah Kebaikan Tuhan kepada Semua Bangsa!

DAFTAR BACAAN ALKITAB


Bacaan I : Yesaya 56 : 1,6-8
Mazmur : Mazmur 67
Bacaan II : Roma 11 : 1-24, 29-32
Bacaan Injil : Matius 15 : (10-20) 21-28

TUJUAN PERAYAAN IMAN


Jemaat bersukacita atas kebaikan Allah terhadap seluruh umat serta
menjadi komunitas yang lebih bersikap positif dan ‘ramah sesama’
terhadap ‘liyan’

DAFTAR PELENGKAP BACAAN ALKITAB


Berita Anugerah : Yohanes 3:16
Petunjuk Hidup Baru : Galatia 5:14
Persembahan : Kolose 3:15

DAFTAR NYANYIAN
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian Pembuka : KJ 13:1.2
Nyanyian Penyesalan : KJ 46:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 441:1-3
Nyanyian Persembahan : KJ 363:1-4
Nyanyian Pengutusan : KJ 427:1.2
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK 7 : 1,2
Kidung Panelangsa : KPK 50 : 1,2
Kidung Kasanggeman : KPK 81 : 1,2
Kidung Pisungsung : KPK 187 : 1-...
Kidung Pangutusan : KPK 170 : 1,2

(Pdt. Rudy Ariyanto)

274
Januari- Desember2017
Dasar Pemikiran
Allah yang kita imani bukanlah Allah yang tertutup bagi orang Kristen saja,
tetapi cara bekerjanya melampaui logika berpikir manusia yang
cenderung pragmatis. Berkat Allah juga berlaku demikian, tidak terbatas
pada salah satu golong manusia saja melainkan bersifat universal tanpa
pandang bulu. Umat percaya dipanggil untuk mengimani kuasa Allah yang
luar biasa dan melampaui akal manusia itu melalui sikap terbuka dan
mengasihi siapapun sebagai bentuk syukur atas kebaikan Allah.
Keterangan Tiap Bacaan
Bacaan I : Yesaya 56:1,6-8
Yesaya 56 ini merupakan bagian dari seruan pengharapan bagi pemulihan
Israel yang mengalami pembuangan. Selama ini Israel memahami bahwa
Allah bekerja secara eksklusif dalam dan melalui umat-Nya, dan bahwa
Allah tidak berkenan kepada bangsa-bangsa lain. Kenyataannya Allah
justeru memakai bangsa-bangsa lain untuk menghajar Israel, agar mereka
rendah hati dan mau mendengar. Dalam bagian ini Allah bahkan
menyatakan bahwa ketaatan dan keadilan adalah syarat bagi siapa saja
yang mau memperoleh rahmat Allah bahkan bangsa selain Israel sekalipun.
Mazmur 67
Pemazmur menyampaikan ajakan untuk bersyukur kepada Tuhan, bukan
saja kepada umat Tuhan tetapi kepada seluruh bangsa dan suku di bumi.
Mengapa? Karena keadilan dan kasih-Nya berlaku bukan saja untuk umat-
Nya melainkan untuk seluruh dunia! Yang unik bahwa keadaan umat yang
dikasihani dan diberkati Allah itu menjadi kesaksian yang hidup bagi
bangsa-bangsa dan menjadi alat jalan Tuhan dikenal di antara segala
bangsa (ayat 1-2). Ucapan syukur umat kiranya membuka mata setiap
orang bahwa kebaikan Allah berlaku untuk semua orang.
Bacaan II : Roma 11:1-24, 29-32
Pada bagian awal Paulus menekankan bahwa pilihan atas bangsa Israel tidak
pernah berubah, Allah tetap mengasihi bangsa Israel karena mereka dipilih
oleh Tuhan untuk menjadi saluran berkat Tuhan bagi dunia. Namun cara kerja
Allah tidak dapat ditentukan oleh manusia, karena oleh karena ketidak
setiaan Israel dan karena penolakan mereka Allah dapat berpaling dari
mereka dan mencabut warisan keselamatan itu dan justeru memberikannya
kepada bangsa-bangsa yang mau taat dan setia kepada-Nya.

275
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Paulus menekankan bahwa keselamatan tidak diukur berdasarkan
kesombongan melakukan perintah Allah dalam taurat tetapi justeru
seberapa jauh manusia dapat menghargai dan bersyukur dalam
kerendahan hati anugerah Allah. Hanya mereka yang bisa menghargai
keselamatan sebagai anugerahlah yang akan diselamatkan. Namun
bagaimanapun Allah rindu agar Israel juga memperoleh keselamatan itu,
oleh sebab itu Rasul paulus menyerukan kesendahan hati dan pertobatan.
Bacaan Injil : Matius 15:10-20, 21-28
Matius 10-20 berlatar belakang perbantahan diantara orang Farisi tentang
Yesus yang dianggap tidak menghargai hukum Taurat, khususnya
mengenai murid-murid Yesus yang makan dengan tidak dibasuh. Yesus
mengarahkan pemahaman orang banyak dan orang Farisi yang hadir
bahwa hukum taurat dibuat untuk berbakti kepada Allah bukan
sebaliknyaorang lebih taat kepada hukum daripada kepada Allah. Apa
yang dipersoalkan oleh orang Farisi menurut Yesus menjadi kurang
penting ketika diperbandingkan dengan sikap hati yang benar di hadapan
Allah. Untuk apa seorang taat hukum tetapi dari dalam hatinya muncul
pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah
palsu dan hujat.
Sikap beriman orang Farisi yang sombong tadi dikontraskan Yesus dengan sikap
seorang perempuan Kanaan yang dengan rendah hati memohon kesembuhan
untuk anaknya. Yesus melontarkan kalimat kasar yang merupakan cerminan
pandangan orang yahudi terhadap bangsa-bangsa lain. Roti yang dimaksud di
sini adalah keselamatan dan anak-anak adalah umat Israel yang memang mula-
mula mengenal Allah. Tetapi ketika bangsa-bangsa lain ingin datang kepada
Allah bahkan dengan sikap yang lebih benar dibandingkan umat Allah maka
keselamatan itu juga akan diberikan kepada mereka.
Pokok & Arah Pewartaan
Pewartaan minggu ini mengajak umat untuk membuka hati meninjau ulang
keselamatan yang ada padanya. Umat Tuhan (Israel) menjauh dari kasih karunia
karena mereka terlalu tinggi menghagai diri. Sebaliknya bangsa-bangsa lain
yang mau datang kepada Allah dengan hati yang hancur dan menantikan
anugerah keselamatan itu justeru memperolehnya (orang Kristen bukan
Yahudi). Gereja pada masa kini harus berhati-hati agar tidak jatuh pada
pandangan pragmatis yang membatasi rahmat dan kuasa Allah hanya pada
orang percaya saja, kasih dan keselamatan Allah bekerja untuk semua orang
dan gereja diundang untuk terlibat mewartakannya.

276
Januari- Desember2017
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

RAYAKANLAH KEBAIKAN TUHAN


Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Banyak agama di dunia yang bertitik tolak dari hukum, segala
sesuatu diatur oleh hukum bahkan hukum menjadi parameter apakah
seseorang layak masuk ke dalam surga atau tidak. Segala sesuatu ada
hukumnya. Permasalahannya, kadang manusia hanya mampu memahami
agama sebatas hukum, bukan sesuatu yang melebihinya yaitu Allah.
Hukum agama dibuat dalam rangka berbakti kepada Allah bukan
sebaliknya Alah ditaklukkan oleh hukum. Itulah yang terjadi dalam agama
Yahudi. Kadang manusia jauh lebih taat kepada hukum tetapi tidak pada
Allah, sehingga kebaikan hanya terlihat dalam takaran hukum, bukan
kebaikan sejati yang berlaku terus menerus dalam kehidupan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Pada masa Yesus, orang-orang Farisi dan ahli Taurat sangat kuat
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dan Yesus berusaha
memperingatkan mereka agar tidak terperangkap oleh hasutan dan
pengajaran yang salah dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
tersebut. Salah satunya adalah pengajaran tentang hal-hal yang najis bagi
manusia, yang dipicu oleh pernyataan orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat. Bagi mereka, kehidupan yang murni adalah menjalankan hal-hal
yang bersifat ritual, seperti memilah makanan yang boleh/tidak boleh di
makan. Sebaliknya, Yesus menekankan kemurnian yang berasal dari
dalam hati, yang dihasilkan melalui kedalaman hubungan dengan Allah.
Menurut Yesus, yang dikehendaki Allah bukanlah apa yang berasal dari
luar diri manusia, melainkan apa yang ada di dalam. Menurut Yesus, yang
menjadi pusat dari seluruh kehidupan manusia terletak pada hati.
Makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dicerna dalam usus
dan lambung. Setelah diproses lebih lanjut, semua sisa makanan tersebut
akan dibuang. Sementara itu, segala sesuatu yang masuk ke dalam hati
dan dihasilkan olehnya, jauh lebih penting. Apa yang diolah di dalam hati
jauh lebih menghasilkan makna dan nilai kehidupan ketimbang apa yang

277
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
diolah di dalam perut (usus dan lambung). Dengan kata lain,
sesungguhnyaYesus mau mengatakan bahwa murid-murid atau pengikut-
Nya semestinya lebih melandaskan hidupnya pada kebenaran firman Allah
dan bukan pada hal-hal fisik yang sifatnya duniawi semata.

Sementara itu Yesus melihat kemurnian hati seorang perempuan


Kanaan yang menurut hukum tidak berhak memperoleh keselamatan.
Yesus justeru menerobos pemahaman manusia itu untuk menunjukkan
bahwa cara kerja Allah jauh melebihi logika manusia. Sikap beriman
orang Farisi yang sombong tadi dikontraskan Yesus dengan sikap seorang
perempuan Kanaan yang dengan rendah hati memohon kesembuhan
untuk anaknya. Yesus melontarkan kalimat kasar yang merupakan
cerminan pandangan orang yahudi terhadap bangsa-bangsa lain. Roti
yang dimaksud di sini adalah keselamatan dan anak-anak adalah umat
Israel yang memang mula-mula mengenal Allah. Tetapi ketika bangsa-
bangsa lain ingin datang kepada Allah bahkan dengan sikap yang lebih
benar dibandingkan umat Allah maka keselamatan itu juga akan diberikan
kepada mereka.Seiring dengan itu Paulus dalam surat kepada jemaat di
Roma menegaskan hal yang sama. Bahwa meskipun pemilihan Allah atas
umat Israel tidak pernah berubah namun sikap hati yang sombong justeru
menjauhkan mereka dari keselamatan. Sementara bangsa-bangsa yang
dengan rendah hati mau datang dan taat kepada Allah justeru beroleh
anugerah keselamatan itu. Paulus menyerukan sikap rendah hati yang
dibutuhkan manusia untuk datang dan menikmati keselamatan dari Allah

Mazmur dan Yesaya juga menyerukan hal yang sama. Ajakan


pemazmur untuk memuji Tuhan tidak secara ekslusif ditujukan kepada
umat Tuhan tetapi pemazmur mengajak umat untuk menyerukan syukur
yang membangun kesadaran bangsa-bangsa bahwa kasih Allah juga
mereka alami. Keselamatan dalam kitab Yesaya juga bersifat unik, bahwa
Allah bekerja secara inklusif. Allah justeru memakai bangsa-bangsa lain
untuk menghajar Israel, agar mereka rendah hati dan mau mendengar.
Dalam bagian ini Allah bahkan menyatakan bahwa ketaatan dan keadilan
adalah syarat bagi siapa saja yang mau memperoleh rahmat Allah bahkan
bangsa selain Israel sekalipun.

278
Januari- Desember2017
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Bacaan kita hari ini mengajak gereja untuk mawas diri dan memiliki
pandangan yang terbuka tentang cara Allah bekerja. Terkadang gereja
dengan mudah menghakimi dan mnentukan apa yang menjadi kehendak
Allah bagi dunia. Gereja sering kali lupa bahwa Allah memiliki kehendak
yang melampaui akal manusia. Oleh karena kasih Allah berlaku bagi
semua orang maka gereja dipanggil untuk terlibat dalam karya Allah yang
terbuka itu dengan membantu dunia membuka mata dan melihat
kebaikan Allah. Misi gereja jauh lebih besar dari hanya melakukan
kristenisasi tetapi mengubah dunia menjadi kerajaan Allah di mana
manusia yang hidup di dalamnya menjunjung tinggi hukum dan kehendak
Allah. Amin

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

NGRAYAKAKEN KASAENANIPUN GUSTI


Pasamuwan ingkang dipun kasihi Gusti,
Kathah agami ing donya ingkang mawi ukuran hukum utawi
angger-angger, sedaya prekawis dipun atur dening hukum ngantos
hukum punika dados tolok ukur menapa satunggaling tiyang saged
mlebet dhateng swarga utawi boten.Sedaya prekawis nggadahi hukum.
Awit manungsa punika namung saged mangertosi agami winates hukum,
sanés ingkang langkung saking punika inggih punika Allah. Hukum agami
dipun damel supados Allah ingkang utami sanès hukum punika. Hukum
dados langkung utami katimbang Allah wonten salebeting agami Yahudi.
Wonten kalamangsanipun manungsa langkung taat dhateng hukum
nanging boten dhateng Allah, satemah kebecikan namung katingal ing
salebeting hukum, boten dados kabecikan ingkang sejati ingkang dipun
lampahi ing gesang padintenan.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Rikala jamanipun Gusti Yésus, tiyang-tiyang Farisi lan ahli Torèt
anggadahi pengaruh ingkang kiyat wonten gesangipun masyarakat lan
Yésus ngemutaken tiyang-tiyang supados boten mlebet ing asutan lan
pengajaran ingkang klèntu saking tiyang-tiyang Farisi lan ahli Torèt
279
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
punika. Salah satunggaling ajaran ngèngingi prekawis-prekawis ingkang
najis kanggé manungsa, ingkang dipun sebabaken dening ajaranipun para
Farisi lan ahli Torèt . Kanggé Farisi lan ahli Torèt punika gesang ingkang
murni inggih punika kedah nglampahi prekawis-prekawis ingkang
sipatipun ritual, kadosta milih tetedhan ingkang saged lan boten saged
pun tedha. Kosokwangsulipun Gusti Yésus negesaken saking renteging
manah ngengingi hubungan kita langsung kaliyan Allah. Miturut Gusti
Yésus ingkang dipun kersakaken Allah sanés boten menapa ingkang
saking jawi dirining manungsa ananging menapa ingkang wonten ing
lebeting manah.

Miturut Yésus menapa ingkang dados ugering gesanging manungsa


wonten ing manah. Amargi tetedhan ingkang mlebet badhanipun manungsa
badhé dipun cerna dening usus lan lambung samangké dipun proses satemah
sedaya ampasing tetedhan punika lajeng kabucal. Ananging sedaya ingkang
mlebet ing manah lan hasilipun punika langkung penting. Menapa ingkang
dipun olah ing manah langkung nggadahi nilai hidup. Ateges sajatosipun Yésus
badhé ngendika bilih murid-muridipun mesthinipun langkung ndhasari
gesangipun dhateng pangandikanipun Allah lan boten dhateng kadonyan.

Gusti Yésus mirsani bilih manahipun tiyang èstri Kanaan ingkang


miturut hukum boten pikantuk kawilujengan, nanging kagem Yésus malah
kosokwangsulipun. Punika ateges bilih pakaryanipun Gusti Allah tebih
kalian pemikiraning manungsa. Sikap kapitadosanipun tiyang Farisi
ingkang sombong punika dipun kontrasaken Yésus dening sikap tiyang
èstri Kanaan ingkang kathi andhap asor nyuwun kasarasaning anakipun
dateng Gusti.Yésus ngendika kanthi kasar ingkang mujudaken gambaran
pandangipun tiyang Yahudi tumrap bangsa sanés. Roti ingkang dipun
maksud ing ngriki ateges keslametan lan lare-lare punika bangsa Israel
ingkang sampun langkung rumiyin tepang kalian Allah, nanging nalika
bangsa-bangsa sanés kepingin sowan Gusti Allah klayan sikap ingkang
leres, keslametan punika ugi inggih badhé dipun paringaken dateng
tiyang-tiyang punika.

Sinarengan punika Paulus wonten serat dhateng pasamuwan ing


Roma ugi negasaken perkawis ingkang sami. Dados anggènipun Allah

280
Januari- Desember2017
milih dhateng umat Israèl boten naté éwah nanging sipat gumunggung
ingkang malah nebihaken bangsa Israél saking keslametan. Bangsa-
bangsa ingkang andhap asor purun sowan lan ngabekti dhateng Allah
malah pikantuk kanugrahan kawilujengan punika. Paulus ngandika sikap
andhap asor ingkang dipun betahaken manungsa kanggé sowan lan
ngraosaken kawilujengan saking Allah.

Mazmur lan Yesaya ugi nyariosaken prekawis ingkang sami, ajakan


pemazmur kagem memuji asmanipun Gusti, boten sacara eksklusif dipun
tujukaken dhateng umatipun Gusti nanging pemazmur ngajak sedaya
tiyang, kanggé ngucap sokur lan mbangun kesadharan bangsa-bangsa
supados sihipun gusti inggih dipun alami dening bangsa-bangsa.
Kawilujengan wonten ing Yesaya ugi asipat unik bilih Allah asipat inklusif.
Allah ngagem bangsa-bangsa sanés kanggé maringi pelajaran dhateng
Israèl, supados bangsa Israèl nggadahi sipat andhap asor lan saged
mirengaken. Ing bab punika kacetha bilih ketaatan lan keadilan
mujudaken syarat kagem soksintena ingkang kepingin nampi rahmatipun
Allah, boten namung kanggé bangsa Israel kemawon.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Waosan kita ing dinten punika ngajak kita sedaya kanggé mawas
diri lan nggadahi pandangan ingkang terbuka bab caranipun Allah
makarya. Wonten kalanipun Gereja kanthi gampil menghakimi lan
nemtokaken punapa ingkang dados karsanipun Allah. Gereja asring
kesupen bilih Allah kagungan karsa ingkang ngungkuli akalipun
manungsa. Amargi katresnanipun Allah kanggé sedaya tiyang pramila
gereja dipuntimbali supados terlibat wonten pakaryanipun Gusti Allah
ingkang terbuka,sarana mbikakaken mripatipun sedaya tiyang supados
saged ningali kasaenanipun Allah. Misi gereja linangkung ageng
katimbang namung ngristenaken tiyang sanés, nanging sageda ngrubah
donya menika dados kratonipun Allah ingkang manungsa gesang ing
ngriku saged njunjung hukum lan karsanipun Allah. Amin

281
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Minggu, 27 Agustus 2017
Minggu Biasa XXI (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Apa yang kau ikat dan apa yang kau lepas?

DAFTAR BACAAN KITAB SUCI


Bacaan I : Yesaya 51:1-6
Tanggapan : Mazmur 67
Bacaan II : Roma 12:1-8
Bacaan Injil : Matius 16:13-20

TUJUAN
Jemaat memahami bahwa pengakuan kepada Yesus sebagai Mesias
membawa konsekuensi dalam relasi dengan yang lain

DAFTAR AYAT PENDUKUNG


Berita Anugerah : 1 Korintus 3:11
Petunjuk Hidup Baru : 1 Yohanes 4:7-8
Persembahan : Maleakhi 3:10

DAFTAR NYANYIAN:
Bahasa Indonesia
Pembuka : KJ 224:1,2,4
Penyesalan Dosa : KJ 23:1-3
Kesanggupan : KJ 434:1,4
Persembahan : KJ 441:1-
Pengutusan : KJ 410:1
Bahasa Jawa
Pambuka : BMGJ 37:1-3
Panalangsa : BMGJ 46:1-4
Kasanggeman : BMGJ 82:1,2
Pisungsung : BMGJ 185:1-...
Pangutusan : BMGJ 149:1

(Pdt. Sukrisno Purwanto)

282
Januari- Desember2017
Dasar Pemikiran
Disadari atau tidak kita sering terbalik dalam memahami mana yang harus
diikat dan mana yang harus dilepaskan dalam berelasi dengan orang lain.
Tantangan dan kesulitan hidup sering memaksa kita untuk melepaskan
yang seharusnya diikat dan sebaliknya. Melalui bacaan, jemaat diajak
untuk bisa membedakan dan peka mana yang harus diikat dan dilepaskan
dalam berelasi dengan orang lain.
Keterangan Bacaan
Yesaya 51:1-6
Israel dipanggil untuk mendengarkan janji Allah untuk menyelamatkan
mereka. Sekalipun bangsa Israel sering berperilaku menyakiti hati Allah,
tetapi Allah masih tetap berniat baik untuk menebus dan menyelamatkan
mereka. Terlebih dahulu Allah mengajak umat untuk mengingat akan
bagaimana Allah dulu telah memanggil Abraham, cikal bakal mereka
dengan janji berkat. Tuhan sekali lagi akan memberkati mereka,
memulihkan Sion dan mengubah kegersangan hidup dalam pembuangan
menjadi subur seperti taman Eden. Kemudian Allah berjanji akan
memberikan kelepasan dan keselamatan dan tidak ada yang dapat
menghalangi tindakan penyelamatan Allah. Kelepasan dan keselamatan
yang tetap untuk selama-lamanya dan tidak akan berakhir, bagi mereka
yang tetap memelihara hati yang takut akan Tuhan.
Mazmur 67
Mazmur ini diawali dengan ucapan berkat (ayat 1-2; band. Bilangan 6:24-
25). Kerinduan pemazmur jelas agar melalui kasih karunia dan berkatNya
yang diterima Israel, maka bangsa-bangsa kafir memperhatikan sehingga
mereka dapat memuji Dia dan menerima jalan-jalan-Nya yang benar dan
adil, yaitu menunjuk pada kehendak dan rencana serta cara kerja TUHAN
di bumi. Ada harapan melalui perjalanan sejarah Israel, karya
pemeliharaan Allah di dalamnya dapat membawa segala bangsa
mengetahui bahkan mengalami keselamatan yang dari padaNya sehingga
semua dapat menaikkan syukurnya. Bangsa-bangsa akhirnya diharapkan
mengenal pemerintahan Allah dan mengakui otoritas-Nya (ayat 3-4).
Roma 12:1-8
Bacaan kita berisi rangkaian perintah-perintah rasul Paulus tentang
bagaiaman orang percaya seharusnya hidup. Ketika dimulai dengan kata

283
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
“Karena itu”, itu berarti semua yang dikupas Paulus dalam pasal-pasal
sebelumnya menjadi alasan bagi orang percaya untuk melakukan
perintah-perintah itu. Oleh karena orang percaya telah dibenarkan oleh
Kristus dan diperdamaikan dengan Allah, serta dipersatukan dengan
Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, maka orang percaya harus
hidup dengan cara hidup yang baru.
Hidup yang baru itu diungkapkan dengan gambaran mempersembahkan
diri di mezbah (ay. 1). Jika kurban dalam Perjanjian Lama adalah binatang
yang mati, maka orang percaya dalam Perjanjian Baru mempersembahkan
kurban yang hidup yaitu seluruh hidup kita yang dikhususkan untuk
menyenangkan Allah. Caranya? Hidup seturut firman-Nya.
Pembaruan hidup itu bukan hanya terjadi di pemukaan, melainkan sampai
kedalaman hati. Di dalam hidup yang baru itu, orang percaya menjadi
rendah hati (ay 13) dan bersedia melayani sesuai karunia yang diberikan
dan membangun tubuh Kristus (ayat 4-8).
Matius 16:13-20
Oleh karena anugerah Allah, Petrus mewakili para murid dapat mengenal
secara tepat siapa Yesus. Pengenalan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias,
menurut Yesus sendiri merupakan penyataan Allah Bapa. Jadi Petrus dan
para murid dapat mengenal Yesus sebagai Anak Allah dikarenakan relasi
yang hidup dengan Sang Anak Allah sendiri. Kepada mereka yang sudah
memiliki pengenalan sejati tersebut, Yesus menaruh tanggung jawab dan
kuasa yang digambarkan sebagai pemberian kunci Kerajaan Sorga. “Apa
yang kau ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa yang kau lepas di
dunia ini akan terlepas di Sorga.”, demikian ucapan Yesus kepada Petrus.
Nampaknya ini adalah istilah umum yang digunakan oleh bangsa Yahudi,
khususnya para rabbi pada masa itu untuk melarang dan
memperbolehkan; mengajar atau menyatakan sesuatu sebagai melanggar
hukum berarti mengikat, benar menurut hukum berarti melepaskan. Hal
ini dikuatkan dengan keyakinan para rabbi yang sering mengatakan
bahwa peraturan yang buatnya adalah “disahkan” oleh Allah di sorga.
Nampaknya dalam hal inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dengan
memberikan kunci Kerajaan Sorga, Petrus diberi kuasa yang setara
dengan para rabbi. Kuasa yang diterima Petrus – dan tentunya para murid
yang lain – bukanlah sembarang kuasa, ini adalah kuasa pemberian Tuhan
Yesus sendiri, sang Firman yang menjadi Manusia.

284
Januari- Desember2017
Pokok dan arah pewartaan
Sabda Tuhan Yesus mengajak kita untuk mampu membedakan hal apa
yang harus kita ikat dan lepaskan. Mengikat hal yang buruk dan
melepaskan hal yang baik membuat kita mampu menjaga relasi kita
dengan Tuhan dan sesama, sebagai salah satu wujud pengenalan akan
Tuhan dan persambahan yang benar kepadaNya.

285
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia

MELEPAS YANG BAIK, MENGIKAT YANG BURUK


Jemaat yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Ada sebuah ungkapan umum yang berlaku dalam menjalin relasi
atau hubungan dengan orang lain, yaitu: tak kenal maka tak sayang.
Terkadang ungkapan ini diplesetkan dengan lanjutan: tak sayang maka
tak cinta. Artinya, jika ingin mendapatkan atau memberikan perhatian
dan kasih sayang orang lain sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu
orang tersebut dengan baik. Ungkapan ini biasanya mengarah kepada
relasi khusus seperti persahabatan, komunitas, atau dalam lingkungan
keluarga. Pengenalan ini nampaknya menjadi salah satu syarat penting
dalam kita menjalin relasi. Jarang kita akan mendapatkan perhatian dan
pertolongan dari orang lain yang tidak kita kenal betul. Dalam kondisi
darurat sekalipun, pertolongan dan perhatian yang diberikan biasanya
hanya sekedarnya, sewajarnya, berbeda jika sudah mengenal betul maka
perhatian dan pertolongan yang diberikan akan lebih dari sekedarnya.

Selain itu, dalam kaitannya dengan menjaga relasi, orang yang


sudah saling kenal dengan baik, biasanya akan memperhatikan perilaku
dan ucapannya. Dia akan mengendalikan perilaku dan ucapannya
sedemikian rupa sehingga relasi yang sudah terjalin baik tetap bisa
terjaga, syukur bisa lebih ditingkatkan menjadi semakin erat. Orang
biasanya akan berfikir dua kali untuk berperilaku buruk jika itu hanya
akan melukai perasaan orang lain dan menghancurkan relasi baik yang
sudah dibangun. Dengan kata lain, secara umum orang yang sudah saling
mengenal dengan baik akan berusaha berperilaku baik untuk menjaga
relasi yang sudah dibangun.

Barangkali ini gambaran di atas bisa kita gunakan untuk mencoba


menghayati bacaan Injil hari ini. Jawaban Petrus yang mewakili para
murid dengan mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias menunjukkan
sejauh mana pengenalan para murid terhadap Yesus, Sang Guru.
Sebenarnya bisa jadi pengenalan Petrus terhadap Yesus yang
dianggapnya Mesias masih terpengaruh pemahaman Yahudi pada

286
Januari- Desember2017
umumnya bahwa Mesias adalah sosok satria piningit yang akan
membebaskan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi. Sisi lain, jawaban
Petrus yang lantang nampaknya ingin menunjukkan sejauh mana dirinya
mengenal Yesus sehingga ada kesan arogan. Nampaknya Yesus sadar itu
sehingga respon Yesus selanjutnya adalah menunjukkan bahwa jawaban
Petrus merupakan penyataan Allah Bapa, selain tugas pengutusan bahwa
melalui dirinya akan didirikan jemaat Tuhan. Itu artinya, apa yang Petrus
pahami tentang konsep Mesias yang merupakan sosok utama yang akan
mengambil alih bangsa Israel diubah. Yesus yang dikenal Mesias justru
mengutus dan memakai para murid untuk berkarya. Pengutusan ini tidak
akan terjadi jika Yesus tidak mengenal para murid dengan baik, begitu
pula sebaliknya.

Untuk melengkapi tugas ini, Yesus memberikan kunci Kerajaan


Sorga, yang dijabarkan kemudian dengan yang disebut mengikat dan
melepaskan. “Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa
yang kau lepas di dunia ini akan terlepas di Sorga.”, demikian ucapan
Yesus kepada Petrus. Istilah ini adalah istilah umum yang digunakan oleh
bangsa Yahudi, khususnya para rabbi pada masa itu untuk melarang dan
memperbolehkan; mengajar atau menyatakan sesuatu sebagai
melanggar hukum berarti mengikat, benar menurut hukum berarti
melepaskan. Hal ini dikuatkan dengan keyakinan para rabbi yang sering
mengatakan bahwa peraturan yang dibuatnya adalah “disahkan” oleh
Allah di sorga. Nampaknya dalam hal inilah yang dimaksud oleh Tuhan
Yesus dengan memberikan kunci Kerajaan Sorga, Petrus diberi kuasa yang
setara dengan para rabbi. Kuasa yang diterima Petrus – dan tentunya
para murid yang lain – bukanlah sembarang kuasa, ini adalah kuasa
pemberian Tuhan Yesus sendiri, sang Firman yang menjadi Manusia.

Jemaat yang terkasih,


Dari sini kita akan mencoba merenungkan hidup kita, sejauh mana
kita mengenal Allah yang kita kenal dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Apakah kita mengenal betul siapa Allah kita? Tahukah kita bahwa Allah
kita adalah Allah yang telah mempersatukan dan mendamaikan kita
dengan diriNya melalui pengorbanan dan kebangkitan Tuhan Yesus di
kayu salib? Jika kita sudah mengenal Allah yang demikian, maka sebagai
287
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
orang Kristen mestinya kita telah memasuki hidup baru. Hidup baru yang
digambarkan mempersembahkan diri di mezbah yaitu seluruh hidup kita
sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1). Hidup yang rendah hati
dan bersedia melayani sesuai karunia yang diterima demi pembangunan
tubuh Kristus. Itu artinya hidup baru yang kita masuki sebagai komitmen
kita mengenal Allah adalah hidup yang seturut kehendakNya seperti yang
telah diteladankan oleh Tuhan Yesus semasa hidupNya demi
pembangunan kehidupan orang lain, secara khusus jemaat.

Untuk mewujudkan hidup baru yang demikian sebagai tanda kita


mengenal Allah, maka kita juga perlu menghayati sebagaimana yang
diucapkan Yesus kepada Petrus; melepaskan dan mengikat. Melepaskan
atau mengeluarkan ucapan dan tutur kata baik, berperilaku baik dengan
sesama untuk menjaga relasi kita dengan Allah terpelihara baik. Demikian
juga mengikat dan mengendalikan setiap ucapan dan perilaku buruk yang
ada pada diri kita dari sesama. Sekali lagi, melepaskan yang baik, dan
mengikat yang buruk. Jangan terbalik! Karena inilah kunci Kerajaan Sorga.
Jika kita mampu melepaskan yang baik dan mengikat yang buruk, maka
Allah Bapa yang di sorga pun akan melepaskan hal yang baik yang sering
kita sebut berkat-berkatNya. Batasnya memang tipis antara berbuat baik
demi berkat-berkatNya dengan berbuat baik karena telah menerima
berkat-berkatNya. Akan tetapi jika kita perhatikan, perkenalan kita
dengan Allah dapat kita alami dan lakukan karena Allah berkenan
membuka diri untuk kita kenal. Allah yang berkenan membuka diri ini kita
hayati sebagai awal berkatNya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana
kehidupan manusia selanjutnya seandainya Allah tidak berkenan
membuka diri untuk menolong sehingga dikenali oleh manusia. Maka
kembali kepada melepaskan yang baik dan mengikat yang buruk sebagai
salah satu wujud persembahan hidup baru, Tuhan akan membuka dan
dilepaskan juga berkat-berkatNya yang dibutuhkan manusia dalam
sepanjang hidupnya.

Melapaskan dan mengikat ini tentu saja tidak hanya kita tujukan
kepada Tuhan, tetapi juga kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya ketika berelasi dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
Kita mulai dari keluarga kita, kita belajar untuk mengikat kebiasaan-
288
Januari- Desember2017
kebiasaan dan perilaku buruk yang hanya akan membuat kondisi keluarga
kita layaknya neraka, dengan dilanjutkan melepaskan kebiasaan-
kebiasaan dan perilaku yang baik. Ketika melepaskan hal yang baik,
anggota keluarga juga akan merasakan suasana positif; anggota keluarga
(suami, istri, anak-anak) semakin betah di rumah dan ingin segera pulang
ke rumah bersama dengan anggota keluarga lainnya, karena ada yang
dirindukan dari rumah, bukan sebaliknya.

Hal yang sama berlaku juga dalam kehidupan pekerjaan dan juga
bermasyarakat di tengah perbedaan suku, budaya, agama, dll.
Kemampuan dan kepekaan untuk membedakan mana yang diikat dan
dilepaskan sangatlah penting. Kerukunan umat berbangsa sering ternodai
ketika kita tidak mampu untuk mengikat kebiasaan buruk menghina dan
merendahkan orang lain yang kita anggap berbeda. Mengikat hal yang
buruk dalam diri kita ini tidak mudah karena seringkali juga ini
menyangkut ego pribadi. Tetapi ketika kita mengingat janji Tuhan akan
kunci Kerajaan Sorga, maka kiranya semangat mengikat hal yang buruk
dan melepaskan hal yang baik dapat kita hayati dalam kehidupan kita.
Amin.

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa

WANUH LAN MAKARYA KAGEM GUSTI


Pasamuwan ingkang kinasih,
Wonten bebasan, “Tak kenal maka tak sayang.” Tegesipun,
manungsa saged nresnani asanes menawi sampun tepang. Pitepangan
dados bab ingkang mirunggan ing sesambetanipun manungsa. Kita
nggadhahi pengalaman dipun tresnani dening para tiyang ingkang
sampun tepang dhateng kita. Panci boten mokal bilih kita ugi nampi
katresnan saking tiyang ingkang dèrèng tepang. Ananging adat
sabenipun, pitepangan punika pinuju ing katresnan. Kepara, menawi
sampun tepang lebet lan raket, katresnanipun ugi sangsaya ageng. Saé
lumantar pitembungan punapa déné patrap kita.

289
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Gegambaran ing inggil punika trep kaliyan prastawa ingkang kaserat
ing waosan kaping tiga (waosan Injil). Kados pundi Rasul Petrus punika
tepang kaliyan Gusti Yesus pinangka Sang Mésias, Putraning Allah ingkang
gesang. Wangsulan ingkang dipun aturaken Rasul Petrus punika saprelu
mangsuli pitakènanipun Gusti Yesus: “Nanging kowé dhéwé ngarani Aku iki
sapa?” Pengaken punika nedahaken bilih Petrus wanuh dhumateng Gusti
Yesus. Wangsulanipun Rasul Petrus bab Sang Mèsih punika temtu
kémawon ngemu pangertosan bab konsep mesianik saking tradisi Yahudi,
inggih punika sosok satria piningit ingkang badhé milujengaken bangsa
Yahudi saking penjajahan Romawi. Nampi wangsulan saking Rasul Petrus
punika, Gusti Yesus maringi pangertosan sanès, bènten kaliyan
konsepmesianis Yahudi. Gusti Yesus ngagem lan ngutus Rasul Petrus saha
sekabat sanèsipun, supados sami purun makarya. Boten namung pasrah
bongkokan kaliyan Sang Mèsih ingkang badhé paring pangluwaran.
Timbalanipun Gusti Yesus punika mbereg para sekabat supados
mratelakaken katresnanipun dhumateng Yesus, Sang Mèsih. Katresnan
tuwuh menawi saèstu wanuh dhumateng Gusti Yesus.

Gusti Yesus nuli ngendika dhateng Petrus, “Kowé bakal dakpasrahi


soroging Kraton Swarga. Apa kang koktalèni ana ing donya bakal
katalènan ana ing swarga, lan apa kang kokuculi, bakal kauculan ana ing
swarga.” Ukara punika dados salah satunggaling gegambaran ingkang
limrah ing tradisi Yahudi, mliginipun gegayutan kaliyan piwulangipun para
rabbi utawi guru ing Yahudi. Ing piwulangipun para rabbi punika, wonten
prekawis-prekawis ingkang dipun parengaken (diperbolehkan), lan
wonten prekawis-prekawis ingkang dipun awisi (dilarang). Mulangaken
bab-bab ingkang nerak angger-angger kawastanan “naleni”. Mulangaken
bab-bab ingkang laras kaliyan angger-angger kawastanan “nguculi”.
Cundhuk kaliyan tradisi punika, Rasul Petrus ingkang kaparingan sloroging
Kraton Swarga nggadhahi wewenang kados dene para rabbi, anggenipun
memulang para tiyang ingkang sami pitados dhateng Gusti, utawi
pasamuwan.

Pasamuwan ingkang kinasih,


Saking cariyos punika, kita saged methik mawarni pangertosan lan
piwulang. Kados pundi anggèn kita sampun tepang lan wanuh dhumateng
290
Januari- Desember2017
Gusti? Punapa kita sampun wanuh saèstu? Rasul Paulus paring
gegambaraning gesangipun para tiyang ingkang sampun wanuh
dhumateng Gusti, inggih punika gesang enggal. Misungsungaken
gesangipun pinangka pisungsung ingkang gesang. Gesang kanthi andhap
asor lan sumadya lelados demi pambanguning sariranipun Sang Kristus,
inggih punika pasamuwan. Punika ateges bilih gesang enggal boten
namung status ingkang asipat ‘rohani’, ananging saestu maujud ing
gesang nyata. Katingal ing salebeting pakaryan.

Sinau saking Rasul Petrus, kita pinangka umatipun Allah ugi


katimbalan purun mulangaken bab-bab ingkang laras kaliyan karsanipun
Gusti. Kanthi mekaten, penggalih, pocapan lan tingkah laku kita trep
kaliyan punapa ingkang dipun wulangaken Gusti. Sedaya punika
kawiwitan saking pitepangan utawi sesambetan kita kaliyan Gusti Allah.
Nuli kita wanuh dhumateng Gusti lan purun makarya kagem Gusti.
Pakaryan kita punika pinangka wujud katresnan kita dhumateng Gusti.
Kita saged mujudaken gesang ingkang sae punika ing sadhengah papan
lan mawarni kawontenan. Ing gesang bebrayan, ing padamelan, ing
pasamuwan, lan ugi ing satengahing masyarakat. Kanthi mekaten, kita
dados “rasul” utawi duta ingkang saged ndhatengaken swasana tentrem
rahayu ing gesang kita padintenan. Amin.

291
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai