TEMA
Rahmat Allah Bagi Semua
TUJUAN :
Jemat meneladani kemurahan hati Tuhan yang memberikan pertolongan
kepada semua orang sehingga terdorong membangun komunitas iman
yang lebih ‘melek sosial’.
DAFTAR AYAT
Berita Anugerah : Surat 1 Korintus 12 : 27
Petunjuk Hidup Baru : Injil Matius 25 : 34 – 40
Nats Persembahan : Kitab Mazmur 96 : 8
240
Januari- Desember2017
DASAR PEMIKIRAN
Pada tanggal 1 Juni 2016, Presiden Jokowi menetapkan tanggal tersebut
sebagai hari lahir Pancasila. Bersamaan dengan itu, Bangsa Indonesia
diperhadapkan pada tantangan besar untuk merealisasikan kelima sila
Pancasila. Tantangan terbesar saat ini adalah kesenjangan sosial yang
terjadi dalam masyarakat. Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa
tantangan yang membayangi implementasi Pancasila adalah semakin
munculnya sikap intoleransi dan ketidaksetiaan untuk saling menerima
perbedaan. Apa yang dikuatirkan oleh Magnis Suseno ini merupakan
wujud dari kurangnya empati masyarakat terhadap sesamanya.
Bagi kekristenan, empati / belas kasih adalah ciri yang harus dimiliki oleh
setiap pengikut Kristus. Sebab, inilah identitas Kristus sendiri. Disinilah
pentingnya peran kekristenan untuk ikut serta mewujudkan masyarakat
yang peduli pada lingkungan. Menghidupkan nilai-nilai kekristenan
sehingga menghasilkan masyarakat yang mampu berempati terhadap
sesamanya.
KETERANGAN BACAAN
Kitab Yesaya 55 : 1 – 5
Bagian ini merupakan bagian terakhir dari Deutero Yesaya. Bagian ini
berisi janji penyelamatan Allah atas umat Israel yang sedang berada
dalam pembuangan. Melalui nabi Yesaya, Allah akan membawa keadaan
bangsa Yehuda lebih baik. Negara adidaya, Persia yang berajakan Raja
Koresy akan mengalahkan Kerajaan Babel. Dibawah Koresy, bangsa
Yehuda akan mendapatkan kebebasan mereka. Mereka akan pulang ke
asalnya. Kota Yerusalem sebagai bagian penting dalam hidup keimanan
mereka akan dibangun kembali.
Pasal 55 menegaskan kembali keselamatan yang akan Tuhan berikan
kepada umat Israel. Seperti seorang penjual yang menjajakan barang
dagangannya, nabi Yesaya memanggil umat atas nama Tuhan (ay.1). Umat
dipanggil bukan untuk membeli barang-barang itu. Namun untuk
menerimanya secara gratis (grace = anugerah = berkat). Sekalipun umat
menerima tanpa membayar, bukan berarti apa yang mereka terima itu
berkualitas ‘murahan’. Sebaliknya, melalui nabi Yesaya, umat diberi
tawaran untuk menerima makanan dan minuman, gandum, air anggur
dan susu yang berkualitas baik. Makanan dan minuman adalah kebutuhan
241
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
pokok manusia. Bagi bangsa Israel, makanan pokok mereka adalah roti
yang terbuat dari gandum. Tanpa roti dan air, bangsa Israel tidak dapat
bertahan hidup. Air anggur yang disediakan bagi umat, memiliki makna
religius. Air anggur adalah lambang sukacita. Sedangkan susu adalah
minuman lezat dan bergizi tinggi. Sangat baik untuk menunjang hidup
manusia. Orang-orang diundang untuk menikmati semua itu, tanpa perlu
membayar. Tentu ini adalah kabar gembira bagi umat yang terjajah,
miskin dan haus untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Bagian ini
menegaskan betapa Allah memiliki kemurahan hati dan kasih sayang
kepada umat, sehingga mengharapkan umat hidup dalam kelimpahan
berkat.
Berkat yang Tuhan berikan itu dipertentangkan dengan ‘yang bukan roti’
dan ‘yang tidak mengenyangkan’. Namun yang ‘dibeli dan diusahakan’
(ay.2). Menurut Marie-Claire Barth, yang dimaksudkan di sini adalah hal-
hal duniawi yang diperjuangkan oleh umat ketika mereka berada di
pembuangan, seperti kekayaan. Sekalipun mereka dapat mengumpulkan
harta di Babel, namun harta itu tidak mampu membeli kemerdekaan
mereka.
Ayat 3 – 5, kembali Tuhan melalui nabi Yesaya mengundang umat untuk
datang kepada-Nya, memperhatikan-Nya agar umat mendapatkan hidup
yang sesungguhnya.
Kitab Mazmur 145 : 8 – 9, 14 – 21
Seluruh pengakuan iman Israel tentang Tuhan terdapat dalam Mazmur
145. Penyataan pusat mazmur ini ialah bahwa Tuhan itu pengasih dan
penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Dia baik kepada
semua orang. Tuhan bukanlah Allah suatu kelompok, tetapi Allah semua
orang yang beriman.
Surat Roma 9 : 1 – 16
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengungkapkan keprihatinannya. Oleh
karena umat Israel yang memperoleh keistimewaan dari Allah, menjadi
bangsa pilihan dan umat yang dikasihi, ternyata justru tidak dapat
menjadi teladan. Israel menolak Allah. Sehingga Allah membuka
pertolongan bagi bangsa lain. Keselamatan, bukan hanya milik bangsa
Israel. Allah berkenan memilih sesuai dengan kebebasan-Nya sendiri,
siapa yang akan ditolong-Nya. IA bermurah hati kepada semua orang.
242
Januari- Desember2017
Injil Matius 14 : 13 – 21
Peristiwa dalam perikop ini terjadi pasca penangkapan dan dibunuhnya
Yohanes Pembaptis oleh Herodes, raja wilayah (14:1-12). Situasi politik
semakin memanas. Herodes menyangka Yesus adalah Yohanes Pembaptis
yang telah bangkit. Dalam suasana seperti itu, Yesus mengajak para murid
untuk menyingkir. Bukan karena takut. Namun, karena Yesus belum
sampai pada puncak karya penyelamatan-Nya. Di sisi lain, orang banyak
yang hidup miskin, tertindas dan lemah dibawah pemerintahan Romawi
memerlukan sosok pemimpin dan penolong. Mereka mengikuti Yesus
kemanapun Yesus pergi. Sehingga tidak ada waktu bagi Yesus dan para
murid untuk menyingkir dan menyepi.
Dalam situasi seperti itu, Yesus mengajarkan kepada para murid untuk
mengedepankan (memprioritaskan) kepentingan orang lain yang lebih
memerlukan diatas kepentingan pribadi. Sekalipun Yesus dan para murid
lelah baik secara fisik maupun psikis, namun Yesus mengajak para murid
untuk lebih memberi perhatian kepada orang banyak yang datang kepada
mereka. Sehingga, Yesus mengubah rencana. Tidak ada waktu bagi Yesus
dan para murid untuk ‘menyepi’ dan memisahkan diri dari keramaian
orang banyak. Mereka harus ditolong. Ini adalah wujud dari empati, yang
bersumber dari hati yang tergerak oleh belas kasih (ay.14). Dalam
kemanusiaan-Nya dan dalam kelelahan-Nya, Yesus bukannya beristirahat,
melainkan IA sibuk menyembuhkan orang sakit.
Dalam ayat 15 – 21, kita membaca kisah bagaimana Yesus memberi
makan 5.000 orang. Diantara mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus, hanya
mujizat ini yang disebutkan dalam keempat injil, bahkan juga dimuat
dalam Alquran, Surah 5:112-115 (J.J.de Heer). Dalam Yohanes 6:15,
disebutkan orang banyak sedemikian terharu, sehingga mereka hendak
mengangkat Yesus menjadi raja. Agaknya, telah terjadi sesuatu yang ajaib,
yang memberi kesan yang besar, sehingga peristiwa itu sangat berdampak
bagi orang banyak. Tidak hanya berkumandang dalam Injil, tetapi juga
dalam Alquran. Untuk memperlihatkan kebesaran mujizat itu, Matius
menyebutkan perkiraan jumlah laki-laki yang ikut makan. Di samping itu,
masih ada perempuan dan anak-anak, yang mungkin tidak sebanyak
jumlah laki-laki. Disebutkannya para ‘perempuan dan anak-anak’
menunjukkan bahwa Yesus pun berkenan melayani kaum yang
termarginalkan. Sebab, golongan perempuan dan anak-anak seringkali
tidak diperhitungkan dalam budaya masyarakat yang sangat paternalistik.
Dalam karya agung-Nya itu, Yesus pun berkenan melibatkan sebanyak-
243
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
banyaknya orang. Ketika hari menjelang malam, para murid mulai berpikir
bahwa orang banyak itu perlu makan, sehingga mereka meminta Yesus
untuk menyuruh orang banyak itu pergi dan membeli makan di desa-
desa. Tetapi, Yesus justru berkata kepada mereka, “Tidak perlu mereka
pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (ay. 16) Yang ada pada para
murid hanya 5 roti dan 2 ikan. Yesus meminta agar sedikit makanan itu
dibawa kepada-Nya. Lalu menyuruh orang banyak itu duduk
berkelompok. Yesus mengucapkan berkat atas makanan itu dan
membagikannya.
Melalui peristiwa ini, kita mengetahui bahwa Yesus tidak hanya
memenuhi kebutuhan rohani manusia. Namun, juga memberikan
kebutuhan jasmani, seperti kesembuhan dari sakit dan juga makanan.
Yesus berkenan melibatkan kita dan Gereja-Nya untuk ambil bagian dalam
menolong umat-Nya. Dengan demikian, menjadi murid Kristus perlu terus
menerus melatih kepekaan sosial, menumbuhkan empati terhadap
sesama. Memiliki hati penuh belas kasih, sehingga tergerak ketika melihat
orang-orang disekitar kita yang memerlukan pertolongan.
POKOK DAN ARAH PEWARTAAN
Pewartaan minggu ini mengarahkan jemaat untuk memiliki kepekaan
(empati) terhadap lingkungan sekitarnya. Memiliki hati yang penuh
dengan belas kasih, sehingga tergerak untuk memberikan pertolongan
kepada orang yang memerlukan. Bersedia menempatkan orang lain lebih
utama diatas kepentingan diri sendiri. Menolong sesama sekalipun dalam
keterbatasan. Sehingga hidup pengikut Kristus dapat mencerminkan
kemurahan hati Allah kepada setiap umat manusia.
244
Januari- Desember2017
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia
245
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
air anggur lambang sukacita dan susu yang menyehatkan. Ia memberikan
gandum agar umat dapat memperoleh makanan mereka. Barangsiapa
datang dan menerima tawaran itu, ia akan hidup dalam kelimpahan.
247
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kotbah Jangkep Bahasa Jawa
Gusti Allah ingkang atindak loma, katon sacara nyata wonten ing
waosan Injil Matéus 14:13-21. Ing kawontenan politik ingkang
mrihatosaken lan ing kamanungsanipun, Gusti Yésus lan para sakabat
prelu tetirah lan sumené sawetawis wekdal. Ananging, tiyang kathah sami
sowan lan mbetahaken pitulungan, pramila tiyang kathah punika lajeng
ngetut wingking Gusti Yésus. Tiyang kathah nggadhahi pangajeng-ajeng
ingkang ageng dhateng Gusti Yésus, temahan sami ngetut wingking Gusti
Yésus dhateng pundi kemawon tindakipun. Ing kawontenan ingkang
kados makaten, Gusti Yésus maringi tuladha tumrap para sakabat
supados tansah nengenaken lan migatosaken tiyang sanès tinimbang
dhirinipun piyambak, sanadyan Gusti Yésus lan para sakabat sami sayah.
Boten wonten kathah wekdal kagem sumené lan tetirah sawetawis
wekdal, tiyang kathah betahaken pitulungan. Punika wujud kawigatosan
ingkang sumberipun saking manah ingkang tansah kalimput déning
katresnan (ay 14). Wonten ing salebeting kamanungsan lan sayahipun,
Gusti Yésus boten kéndel, ananging lajeng makarya mitulungi tiyang
ingkang betahaken.
Wonten ing ayat 15-21, wonten cariyos bab Gusti Yésus ingkang
maringi tetedhan tiyang kathah antawis gangsal èwudéréng cacahipun.
Ing antawisipun sedaya mukjijatipun Gusti Yésus, namung mukjijat
punika ingkang dipuncariyosaken déning sekawan Injil lan Kitab Al-Quran,
Surah 5:112-115 (J.J. de Heer). Wonten ing Injil Yokanan 6:15,
kacariyosaken kathah tiyang sami trenyuh, pramila sami kepengin
249
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
dadosaken Gusti Yésus jumeneng ratu. Kadosipun cariyos punika saéstu
tumanem ing manahipun tiyang kathah, ngantos boten namung kaserat
ing Injil ananging ugi ing Al-Quran. Kagem nggambaraken sepinten
agengipun mukjijat punika, Injil Matéus nyebat tiyang jaler ingkang
nderek nedha cacahipun gangsal èwu, kamangka taksih wonten para
pawéstri lan laré ingkang déréng kaètang. Kasebataken para pawéstri lan
laré nelakaken bilih Gusti Yésus karsa ngladosi para tiyang ingkang
kaanggep boten aji. Nalika semanten, para pawéstri lan laré asring boten
kaètang lan boten aji ing padatan ingkang nengenaken paternalistik.
Kados pundi kaliyan kita? Sumangga kita ugi ndadar dhiri lan
nuwuhaken kawigatosan tumrap sesami, kados ingkang sampun
katuladhakaken déning Gusti Allah. Amin.
250
Januari- Desember2017
Minggu, 13 Agustus 2017
Minggu Biasa XIX (Hijau)
DAFTAR NYANYIAN
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 3:1 dan 4
Nyanyian Penyesalan : KJ 467:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 440:1 dan 3
Nyanyian Persembahan : KJ 403-
Nyanyian Pengutusan : KJ 427:1 dan 2
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 29:1 lan 2
Kidung Panalangsa : KPK BMGJ 48:1 lan 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 147:1 lan 2
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 187:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 171:1 lan 2
251
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Dasar Pemikiran
Persoalan atau masalah yang pernah dialami terkadang membuat seseorang
menjadi trauma. Dampaknya, ia menjadi terpaku dengan persoalan tersebut
sehingga menyembunyikan dirinya dalam persolan tersebut, tidak mau
menghadapinya dan tidak mau melangkah lagi. Dengan bersikap demikian
maka yang ada adalah dirinya sendiri. Allah tidak ingn melihat anak-anaknya-
Nya menjadi putus asa dan menyerah terhadap persoalan atau badai hidup.
Allah ingin anak-anak-Nya mau menghadapinya. Karena melalui badai hidup,
anak-anak Allah akan belajar untuk dapat melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Dan Iapun menjanjikan bahwa diri-Nya akan terus bersama dengan anak-anak-
Nya menghadapi badai hidup.
Keterangan Tiap Bacaan
1 Raja-raja 19 : 9-18
Gunung Horeb atau Gunung Sinai adalah tempat pertemuan Allah dengan
utusan-Nya. Di Gunung Horeb inilah Allah memberikan ajaran-Nya bagi
umat-Nya. Hanya saja, untuk kali ini pertemuan Allah dengan Elia bukan
untuk memberikan pengajaran bagi umat Allah tetapi justru pengajaran
bagi Elia. Pasca peristiwa perseteruan Elia dengan para nabi Baal utusan
Izebel di Gunung Karmel, Ratu Izebel mengejar Elia untuk menuntut balas.
Kematian di tebus dengan kematian. Elia-pun menjadi buron. Ia lari
masuk ke padang gurun dengan putus asa dan duduk di pohon arar
meminta Allah mencabut hidupnya. Tapi Allah tidak melakukannya. Allah
justru mengutus malaikat-Nya untuk memelihara hidup Elia sehingga Elia
bisa berjalan 40 hari 40 malam menuju Gunung Horeb.
Lelah, putus asa dan ketakutan. Tiga hal ini yang dialami oleh Elia.
Sehingga ketika Elia tiba di Gunung Horeb, ia masuk ke dalam gua dan
bermalam di sana. Tujuan Elia ke Gunung Horeb adalah mencari
perlindungan Allah. Allah memang memberikan perlindunngan kepada
Elia, tetapi Allah juga memberikan pengajaran kepada Elia. Dua kali Allah
bertanya kepada Elia: ”Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” (I Raja-raja 19:9
dan 13). Eliapun menjawab pertanyaan Allah ini. Dia mengatakan bahwa
Ia sudah bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, hanya saja pekerjaan yang
dilakukannya tampak sia-sia karena dia justru di kejar-kejar oleh Izebel.
Dari penjelasan Elia mengenai apa yang sudah dilakukan, ia meminta
Allah untuk membelanya saat itu. Ia sudah melakukan pekerjaan yang
diminta oleh Allah, maka sekarang iapun meminta balasan atas pekerjaan
yang telah dilakukan, yaitu perlindungan. Dari pertanyaan Allah di atas
252
Januari- Desember2017
bukan berarti Allah tidak mengerti maksud dan tujuan Elia ke gunung
Horeb. Allah mengerti betul. Hanya saja, tugas Elia belum selesai. Masih
ada tiga tugas yang harus dilakukannya. Mengurapi Hazael menjadi raja
atas Aram, mengurapi Yehu menjadi raja atas Israel, dan mengurapi Elisa
bin Safat menjadi nabi menggantikan dirinya.
Lelah, putus asa dan ketakutanlah yang telah membuat Elia hampir
mundur dari tugas Allah. Dari peristiwa ini Tuhan mungkin tidak
memberikan perlindungan secara langsung bagi Elia atau melakukan
mujizat membereskan rintangan yang dihadapi oleh Elia. Tapi Tuhan
memberikan keyakinan kepada Elia bahwa Ia tetap menyertai Elia
sehingga membuat yakin Elia untuk menunaikan tugasnya kembali dan
menyelesaikannya.
Mazmur 85 : 8-13
Mazmur 85 kemungkinan ditulis saat orang Israel kembali ke Yerusalem
setelah pembuangan di Babel. Ketika bangsa Israel berupaya membangun
kembali kota dan Bait Allah. Akan tetapi muncul permasalahan sehingga
pembangunan Bait Allah terhambat. Bagi bangsa Israel, ini sebuah
panggilan pembangunan bahwa sekalipun Tuhan telah mengizinkan
mereka kembali ke Yerusalem, ada yang harus dibenahi dalam perbuatan
mereka. Ia meminta Allah penyelamat untuk memulihkan keadaan. Pada
ayat 9 pemazmur menyatakan bahwa ia mau mendengar apa yang
hendak difirmankan Allah. Firman Allah yang hidup haruslah menjadi
fokus utama ketika umat melakukan pekerjaan Tuhan, dalam hal ini
membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Allah. Ketika mengalami
hambatan, pemazmur mengarah kembali kepada Allah yang berfirman. Ia
percaya bahwa Tuhan Allah menjanjikan adanya damai dan
kesejahteraan. “Ia menjanjikan kesejahteraan kepada kita, umat-Nya,
asal kita tidak kembali kepada dosa.” (ayat 9). Damai dan sejahtera akan
diberikan Tuhan kepada umat dan orang-orang yang dikasihi-Nya. Yang
harus ada dalam diri umat adalah jera (tidak kembali kepada
kebodohan/dosa) dan takut akan Tuhan. Pemazmur percaya bahwa jika
umat mendengarkan apa yang difirmankan Tuhan, akan terjadi
pemulihan. Pemazmur menyadarkan umat agar tetap takut akan Tuhan
dan tidak kembali ke jalan kebodohan dengan meninggalkan Allah.
Roma 10 : 5-15
Pengaruh pandangan orang Yahudi yang tidak mengakui bahwa Yesus
adalah Mesias dan Tuhan mempengaruhi beberapa orang Kristen di
253
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Roma. Sehingga yang terjadi adalah tidak sedikit orang Kristen yang
berasal dari Yunani dan sekitarnya merasa dilematis menerima ajaran
yang mereka dengar. Melalui suratnya ini (9-11), Paulus berupaya untuk
menjelaskan kepada jemaat di Roma supaya mereka tetap dan semakin
percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang telah lama dinantikan oleh
orang Yahudi dan bahwa Yesus adalah Tuhan karena memang hanya
Dialah yang bangkit dari antara orang mati dan naik ke Sorga. Para murid
Yesus menjadi saksi akan hal itu bahkan Pauluspun bersumpah di awal
suratnya pasal 9 bahwa dia tidak berdusta selama ini dengan
mengajarkan kebenaran dalam diri Yesus. Pesan Paulus sangatlah kuat
dalam ke tiga pasal ini bahwa percayalah dalam hati dan mulutmu bahwa
Yesus adalah Mesias dan Tuhan yang memberikan keselamatan sebagai
bentuk kemurahatian Allah kepada umat-Nya, baik kepada mereka yang
berlatar belakang Yunani maupun Yahudi.
Matius 14 : 22-33
Tiupan angin membuat Petrus menjadi takut dan ia mulai tenggelam.
Tidak dikatakan apakah tiupan angin yang terjadi pada saat itu pelan atau
sebaliknya. Kata “dirasanya” setidaknya memberikan gambaran bahwa
bukan tiupan angin yang membuat Petrus menjadi takut tetapi perasaan
ragu dalam dirinya yang membuat Petrus bimbang. Tiupan angin hanyalah
efek selanjutnya dari rasa keraguan dalam diri Petrus. Sehingga dengan
tegas di ayat 31 Yesus mengatakan kepada Petrus: ”Hai orang yang
kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Persoalan terbesar yang
membuat orang ragu, bimbang bahkan takut melangkah atau mengambil
keputusan adalah perasaan tidak yakin atau tidak mampu dalam dirinya.
Melalui peristiwa ini, Yesus ingin mengatakan pada Petrus dan setiap
orang yang membaca kisah ini bahwa hadapilah kendala yang terbesar
dalam diri sendiri. Ubahlah segala prasangka ataupun persepsi yang
membuat seseorang menjadi ragu, berhenti atau tidak mau untuk
melangkah lagi. Dan yang terpenting dari peristiwa ini adalah percayalah
bahwa Yesus ada di dekat setiap pengikut-Nya untuk siap sedia menolong.
Pokok Arah Bacaan
Memandang badai atau persoalan dalam kehidupan adalah cara Tuhan
mendidik dan membentuk anak-anak-Nya supaya dapat percaya kepada-
Nya dan percaya pada diri sendiri sehingga dapat menghadapi kenyataan
hidup dengan terus berupaya melakukan yang terbaik bagi Tuhan.
254
Januari- Desember2017
Renungan Atas Bacaan
Badai adalah ancaman? Tidak selamanya badai adalah ancaman bagi orang
percaya. Jika kita membaca dan merenungkan kisah Elia di Gunung Horeb (I
Raja-raja 19:9-18), kisah Petrus ketika berjalan di atas air untuk menyusul Tuhan
Yesus (Injil Matius 14:22-33) dan kisah pelayanan pastoral Paulus kepada
jemaat di Roma (Roma 10-5-15), maka kita menyadari bahwa badai atau
persoalan dalam kehidupan mereka adalah cara Tuhan mendidik dan
membentuk ketiganya supaya dapat percaya kepada Tuhan dan percaya pada
diri sendiri sehingga dapat menghadapi kenyataan hidup dengan terus
berupaya melakukan yang terbaik bagi Tuhan.
Ketika Tuhan mendidik dan membentuk umat-Nya, Ia tidak akan meninggalkan
umat-Nya untuk menjalaninya seorang diri. Pengalaman seperti ini yang
dikatakan kepada Elia ketika Elia diperintahkan untuk pergi dan kembali pada
tugasnya yang belum selesai. Tuhan memberikan petunjuk supaya Elia
melanjutkan perjalanannya melewati padang gurun untuk dapat sampai ke
Damsyik dan kota-kota yang lain menyelesaikan tugas perutusan dari Tuhan.
Ketika Tuhan memberikan petunjuk pada Elia, hal ini memberitahukan kepada
kita bahwa Tuhan memberikan jalan keluar bagi keselamatan orang yang
dikasihi-Nya dan Ia tidak akan meninggalkan umat-Nya melalui jalan tersebut
seorang diri. Apalagi mengingat keadaan padang gurun dimana hamparan pasir
begitu luas, badai gurun dapat terjadi sewaktu-waktu dan nyawa orang yang
melaluinya dapat terancam oleh para perampok. Padang gurun adalah jalan
yang berbahaya dan mustahil bagi orang dapat bertahan seorang diri.
Meskipun jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan adalah jalan yang terlihat
berbahaya dan mustahil untuk dijalani, tapi jalan yang ditunjukkan oleh
Tuhan adalah jalan yang aman. Aman karena Tuhan tetap menyertai
umat-Nya melalui jalan yang berbahaya itu. Dan terbukti dengan Elia
percaya pada penyertaan Tuhan, Elia bisa melalui jalan padang gurun
tersebut, dirinya aman dari kejaran Izebel yang berusaha untuk
membunuhnya, dan yang paling penting Elia bisa menyelesaikan tugas
perutusannya dari Tuhan. Hadapilah badai hidup! Jangan sembunyi,
bimbang dan takut karena Tuhan ada bersama dengan umat-Nya.
255
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kotbah Jangkep Bahasa Indonesia
256
Januari- Desember2017
yang kita lihat bersama adalah bagaimana mereka berjuang
mempertahankan semangat iman dalam diri mereka.
Semangat iman diri kita lan tiyang sanes ingkang sampun kaenggalaken,
ndadosaken kualitas gesang kita sedaya langkung sae. Kanggenipun kita tiyang
ingkang gadah kapitadosan, sedaya punika saged kita tingali wonten ing
kisahipun Elia nalika wonten ing Gunung Horeb, ugi Petrus nalika mlampah
wonten ing toya nyusul Gusti Yesus lan Paulus ingkang nglampahi pelayanan
pastoral dumateng jemaat wonten ing Roma. Saking tigang kisah ingkang
259
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
kasebat punika, semangat iman katingal cetha nalika tiga-tiganipun dipun
adepakaen wonten ing masalah.
Semangat iman wonten ing diri tiyang ingkang pitados, kauji dening
persoalan-persoalan ingkang sampun kalampahan, saengga tiyang punika tasih
nggadahi semangat iman kangge tetep teguh dumateng keimananipun
punapa mboten. Bilih kita maos kisahipun Elia, Petrus lan Paulus ngadepi
persoalanipun rikala semanten, kita sedaya saged ningali kados pundi
pinyambakpun punika teras berjuang supados imanipun tetep teguh.
260
Januari- Desember2017
pasamunan punika satunggiling hamparan pasir ingkang wiar tanpa
wates, badai saged kemawon dateng sakwayah-wayah, lan semanten ugi
para durjana ingkang sampun sigep mejahi saksintena tiyang ingkang
langkung wonten pasamunan punika. Sinaosa mergi punika sanget
mbebayani, ananging Gusti Allah sampun netepaken mergi punika
ingkang kedah dipun langkungi. Amargi Gusti pirsa bilih mergi ingkang
mbebayani punika mergi ingkang paling aman dipunlangkungi Elia pinuju
ing Damsyik lan kitha-kitha sanesipun kangge ngrampungaken tugas
panggilanipun. Lan kasunyatanipun Elia saged wilujeng langkung
pasamunan punika, Izabel mboten saged nemahi Elia, lan Elia saged
ngrampungaken sedaya tugasipun ingkang katampi saking Gusti Allah.
261
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
mboten pitados punika sedaya saged ngedelaken anggenipun badhe
nglampah. Malahan wonten ingkang ndadosaken sedaya punika dados
trauma lan mboten badhe nyobi malih. Lan menawi sampung mekaten
sinten ingkang badhe rugi? Ingkang paling rugi injih punika diri kita
pinyambak. Ndadosaken diri kita mboten saged ngrembaka lan nggayuh
pangimpen ugi pangangen-angenipun.
262
Januari- Desember2017
Saking kisah Elia, Petus lan Paulus kita saged sinau bilih dinamika
utawi semangat iman badhe teras wonten ing saklebeting diri lan manah
kita nalika kita pitados dumateng Gusti Allah lan nggadahi pikiran ingkang
sae wonten ing saklebeting diri kita saengga kita saged nuwuhaken diri
kita lan tiyang sanes kangge ngadepi reridu punapa kemawon wonten ing
salebeting gesang. Mlebet ing gesang enggal lan nata gesang kita
kapiturut kaliyan Gusti Allah. Sampun sesidheman, ragu lan ajrih amargi
Gusti Allah sesarengan kaliyan kita sedaya umatipun. Amin.
263
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kamis, 17 Agustus 2017
IBADAH HUT KE-72 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (Merah-Putih)
TEMA
Menjadi Pelopor Kesetaraan
TUJUAN
Umat tertantang untuk menjadi komunitas yang mencintai dan
memperjuangkan kesetaraan dalam setiap lini kehidupan.
BACAAN ALKITAB
Bacaan I : Yasaya 66 : 18 – 23
Antar Bacaan : Mazmur 130 : 1 – 8
Bacaan II : Galatia 5 : 13 – 15
Bacaan Injil : Matius 8 : 1 – 13
DAFTAR NYANYIAN
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 336 : 1-2
Nyanyian Penyesalan : KJ 336 : 3-4
Nyanyian Kesanggupan : KJ 257 : 1-2
Nyanyian Persembahan : KJ 337 : 1-2
Nyanyian Pengutusan : KJ 337 : 3
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 315:1-2
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 315:3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 97:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 316:1-2
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 316:3-4
264
Januari- Desember2017
DASAR PEMIKIRAN
Salah satu persoalan serius yang dialami bangsa Indonesia adalah
kesenjangan, baik itu di bidang politik, ekonomi, maupun sosial.
Kesenjangan itulah yang telah lama menjadi salah satu faktor penghalang
bagi terwujudnya kehidupan yang harmonis. Indonesia sebagai negara
dengan pluralitas, perlu mengatasi kesenjangan itu dengan kesetaraan.
Dengan kesetaraan, maka akan terwujud kehidupan bersama yang saling
menghargai di tengah-tengah berbagai perbedaan. HUT Kemerdekaan
bangsa Indonesia merupakan momen penting untuk merefleksikan
kembali panggilan Allah kepada gereja, untuk menjadi pelopor dalam
mewujudkan kesetaraan.
KETERANGAN BACAAN
Yesaya 66 : 18 – 23
Bacaan kita diambil dari pasal terakhir kitab Nabi Yesaya, yang berisi berita
sukacita mengenai kemerdekaan yang akan dirasakan oleh umat Israel,
yang sudah sekian lama hidup dalam pembuangan di Babel. Allah akan
mengumpulkan umat Israel dari segala penjuru. Umat yang dibebaskan itu
juga diimbau untuk memberikan persembahan syukur untuk Tuhan (ay 20).
Selanjutnya, digambarkan bahwa Tuhan akan kembali mengangkat imam-
imam dari Suku Lewi. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memulihkan
kehidupan Israel, secara fisik, sosial maupun spiritual. Umat Israel akan
kembali menjadi umat yang menyembah Tuhan.
Mazmur 130 : 1 – 8
Mazmur ini merupakan nyanyian ziarah yang berisi seruan umat Allah
ketika mengalami kesusahan. “Jurang yang dalam” merupakan gambaran
kesusahan yang begitu besar. Di dalam kesusahan itulah umat berseru
agar Allah menolong. Allah diyakini hendak mengampuni segala dosa dan
kesalahan umat. Mazmur yang berisi kerinduan ada Allah ini juga berisi
pengakuan bahwa “….pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali
mengadakan pembebasan,” (ay 7).
Galatia 5 : 13 – 15
Rasul Paulus memberikan pengajaran kepada jemaat di Galatia. Pertama,
Paulus menegaskan status gereja sebagai orang-orang yang telah
merdeka. Tepatnya, dimerdekakan dari dosa dan dari tuntutan Hukum
Taurat. Berikutnya, Paulus mengingatkan bahwa sekalipun gereja adalah
265
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
orang yang merdeka, namun jangan menggunakan kemerdekaan itu
dengan sembarangan. Status sebagai orang bebas dan merdeka justru
mengandung panggilan untuk saling melayani. “Layanilah seorang akan
yang lain oleh kasih,” (ay 13).
Matius 8 : 1 – 13
Orang kusta merupakan representasi orang yang terbelenggu, yang
membutuhkan pertolongan dan pembebasan. Sejarah membuktikan bahwa
pada zamannya, orang yang sakit kusta itu dianggap sebagai orang yang
najis, berdosa, dan tidak pantas dalam segala hal. Jika harus berbicara
dengan orang yang sakit kusta maka tidak boleh dekat-dekat, namun harus
seperlempar batu jaraknya, atau sekitar tujuh puluh meter. Bahkan lebih
celaka, orang pada zaman itu menganggap bahwa sakit kusta adalah jenis
penyakit kutukan Tuhan, sebab orang itu dosanya besar. Mujizat
penyembuhan yang Yesus lakukan kepada orang yang sakit kusta
memperlihatkan bahwa Yesus tidak menganggap orang yang sakit kusta itu
najis, berdosa. Yesus justru memulihkan hak dan martabat si kusta menjadi
setara dengan manusia yang lain. Orang kusta itu ditahirkan, artinya tidak
hanya sembuh secara jasmani, namun juga secara sosial dan spiritual.
Dengan mentahirkan orang kusta itu, maka Yesus mengangkat si kusta dari
posisi terpinggirkan manjadi sesama yang setara.
Selain itu, Yesus juga menyembuhkan hamba seorang perwira di
Kapernaum. Hamba itu menderita lumpuh. Hamba biasanya dipandang
sebelah mata, bahkan keberadaannya tidak dianggap. Namun dalam kisah
ini, Yesus menempatkan hamba itu secara layak dan terhormat.
Menariknya, sang perwira sendiri yang memohon kepada Yesus agar
menyembuhkan hambanya. Artinya, perwira itu sendiri juga memandang
hambanya secara terhormat. Sekalipun hamba, tetap dipedulikan. Ada
kesetaraan yang dihidupi oleh perwira tersebut. Atas permintaan sang
perwira itu, Yesus berkenan menyembuhkan sakit lumpuh hamba atau
batur itu. Dari kisah ini kita bisa melihat dan merasakan bahwa di dalam
kesetaraan, maka berkat itu ada pada perwira dan hamba. Tuhan Yesus
tidak membedakan hak, martabat, kehormatan antara perwira dan
hamba. Keduanya setara dan diberi berkat yang sama.
266
Januari- Desember2017
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia
Kenyataan yang tak dapat kita hidari adalah bahwa manusia Indonesia
saat ini berada dalam situasi kehidupan yang serba cepat. Dengan kemajuan
teknologi, maka ritme kehidupan semakin laju dan terkadang tidak terbatas.
Segala sesuatu datang dan pergi begitu cepat. Manusia semakin hari semakin
sulit menghargai sesamanya. Manusia lebih menghargai benda
kesayangannya. Gaya hidup hedonis meraja lela di mana-mana, dari anak-
anak sampai dewasa, bahkan lansia. Kesediaan orang untuk mau hidup
setara, menghormati sesama semakin sulit ditemukan. Oleh sebab itu,
jemaat dan gereja didorong untuk menjadi pelopor kesetaraan.
Saudara-saudara,
Kesetaraan adalah sebuah kata yang diambil dari kata “setara”
yang artinya sederajat, sama tingkatan dan kedudukannya. Dengan
demikian, kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama,
kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara
manusia yang satu dengan lainnya. Kesetaraan adalah suatu sikap hidup
manusia yang mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban, dengan sesama manusia. Kesetaraan bermakna
267
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama, sebagai makhluk yang diciptakan sebagai makhluk
mulia. Oleh sebab itu, dalam keragaman hidup manusia diperlukan
adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya, meskipun individu
maupun masyarakat dalam hidup ini masing-masing memiliki keragaman
dan perbedaaan, mereka tetap memiliki kedudukan yang sama. Setiap
orang adalah sesama bagi kita. Sekali lagi, kesetaraan ingin menjelaskan
bahwa di hadapan Allah, semua manusia adalah sama derajatnya,
kedudukannya dan tingkatannya.
Saudara-saudara,
Barangkali kata kesetaraan sudah terdengar klise. Kesetaraan itu
baik, indah dan sedap diucapkan, namun sulit diwujudkan. Ada sesuatu
yang mendorong orang lebih mengumbar egoisme pribadi di negara ini.
Sesuatu itu mungkin ketidakmampuan diri ini bersyukur atas semua
berkat dan kelebihan dari Tuhan yang telah dianugerahkan kepada kita.
Jauh di lubuk hati kita, mungkin tak pernah terdengar kata terima kasih.
Dan kata yang hilang itu menjauhkan kita dari Tuhan dan sesama.
Meskipun tampaknya kita rajin pergi ke gereja dan penuh semangat
beribadah dan berdoa. Namun membangun kesetaraan hanya menjadi
slogan belaka dan enggan melakukannya.
269
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Perjuangan kita untuk memperjuangkan kesetaraan diinspirasi oleh
karya Tuhan Yesus sendiri. Dalam bacaan kita hari ini, dikisahkan karya Yesus
menyembuhkan orang kusta. Orang kusta merupakan representasi orang
yang terbelenggu, yang membutuhkan pertolongan dan pembebasan.
Sejarah membuktikan bahwa pada zamannya, orang yang sakit kusta itu
dianggap sebagai orang yang najis, berdosa, dan tidak pantas dalam segala
hal. Jika harus berbicara dengan orang yang sakit kusta maka tidak boleh
dekat-dekat, namun harus seperlempar batu jaraknya, atau sekitar tujuh
puluh meter. Bahkan lebih celaka, orang pada zaman itu menganggap bahwa
sakit kusta adalah jenis penyakit kutukan Tuhan, sebab orang itu dosanya
besar. Di sini bisa dilihat bahwa orang sudah tidak lagi menghargai dan
menghormati hak-hak sesamanya. Masing-masing orang dengan dalih
hukum agama dan adat istiadat, ingin menempatkan dirinya sebagai orang
yang baik. Dan orang lain dengan begitu mudahnya ditempatkan di bagian
paling bawah dan rendah. Nilai-nilai kesetaraan telah mati total. Mujizat
penyembuhan yang Tuhan Yesus lakukan kepada orang yang sakit kusta,
ingin memperlihatkan kepada dunia tentang kesetaraan. Tuhan Yesus sama
sekali tidak menganggap orang yang sakit kusta itu najis, berdosa, akan
tetapi ia dipulihkan hak dan martabatnya setara dengan manusia yang lain.
Kesederajatan, kesamaan dan kesetaraan hak, harus dijunjung tinggi. Semua
orang setara, sama derajatnya, dihormati dan ditolong. Orang kusta itu
ditahirkan, artinya sembuh jasmani dan rohaninya. Dengan mentahirkan
orang yang sakit kusta itu, maka Tuhan Yesus menjadi pelopor kesetaraan.
Saudara-saudara,
Karya Yesus yang kedua adalah menyembuhkan hamba seorang
perwira di Kapernaum. Hamba itu sakit lumpuh. Hamba biasanya dipandang
sebelah mata, bahkan keberadaannya tidak dianggap. Namun dalam kisah
ini, Yesus menempatkan hamba itu secara layak dan terhormat. Menariknya,
sang perwira sendiri yang memohon kepada Yesus agar menyembuhkan
hambanya. Artinya, perwira itu sendiri juga memandang hambanya secara
terhormat. Sekalipun hamba, tetap dipedulikan. Ada kesetaraan yang
dihidupi oleh perwira tersebut. Atas permintaan sang perwira itu, Yesus
berkenan menyembuhkan sakit lumpuh hamba atau batur itu. Dari kisah ini
kita bisa melihat dan merasakan bahwa di dalam kesetaraan, maka berkat itu
ada pada perwira dan hamba. Tuhan Yesus tidak membedakan hak,
270
Januari- Desember2017
martabat, kehormatan antara perwira dan hamba. Keduanya setara dan
diberi berkat yang sama.
273
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Minggu, 20 Agustus 2017
Minggu Biasa XX (Hijau)
DAFTAR NYANYIAN
Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian Pembuka : KJ 13:1.2
Nyanyian Penyesalan : KJ 46:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 441:1-3
Nyanyian Persembahan : KJ 363:1-4
Nyanyian Pengutusan : KJ 427:1.2
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK 7 : 1,2
Kidung Panelangsa : KPK 50 : 1,2
Kidung Kasanggeman : KPK 81 : 1,2
Kidung Pisungsung : KPK 187 : 1-...
Kidung Pangutusan : KPK 170 : 1,2
274
Januari- Desember2017
Dasar Pemikiran
Allah yang kita imani bukanlah Allah yang tertutup bagi orang Kristen saja,
tetapi cara bekerjanya melampaui logika berpikir manusia yang
cenderung pragmatis. Berkat Allah juga berlaku demikian, tidak terbatas
pada salah satu golong manusia saja melainkan bersifat universal tanpa
pandang bulu. Umat percaya dipanggil untuk mengimani kuasa Allah yang
luar biasa dan melampaui akal manusia itu melalui sikap terbuka dan
mengasihi siapapun sebagai bentuk syukur atas kebaikan Allah.
Keterangan Tiap Bacaan
Bacaan I : Yesaya 56:1,6-8
Yesaya 56 ini merupakan bagian dari seruan pengharapan bagi pemulihan
Israel yang mengalami pembuangan. Selama ini Israel memahami bahwa
Allah bekerja secara eksklusif dalam dan melalui umat-Nya, dan bahwa
Allah tidak berkenan kepada bangsa-bangsa lain. Kenyataannya Allah
justeru memakai bangsa-bangsa lain untuk menghajar Israel, agar mereka
rendah hati dan mau mendengar. Dalam bagian ini Allah bahkan
menyatakan bahwa ketaatan dan keadilan adalah syarat bagi siapa saja
yang mau memperoleh rahmat Allah bahkan bangsa selain Israel sekalipun.
Mazmur 67
Pemazmur menyampaikan ajakan untuk bersyukur kepada Tuhan, bukan
saja kepada umat Tuhan tetapi kepada seluruh bangsa dan suku di bumi.
Mengapa? Karena keadilan dan kasih-Nya berlaku bukan saja untuk umat-
Nya melainkan untuk seluruh dunia! Yang unik bahwa keadaan umat yang
dikasihani dan diberkati Allah itu menjadi kesaksian yang hidup bagi
bangsa-bangsa dan menjadi alat jalan Tuhan dikenal di antara segala
bangsa (ayat 1-2). Ucapan syukur umat kiranya membuka mata setiap
orang bahwa kebaikan Allah berlaku untuk semua orang.
Bacaan II : Roma 11:1-24, 29-32
Pada bagian awal Paulus menekankan bahwa pilihan atas bangsa Israel tidak
pernah berubah, Allah tetap mengasihi bangsa Israel karena mereka dipilih
oleh Tuhan untuk menjadi saluran berkat Tuhan bagi dunia. Namun cara kerja
Allah tidak dapat ditentukan oleh manusia, karena oleh karena ketidak
setiaan Israel dan karena penolakan mereka Allah dapat berpaling dari
mereka dan mencabut warisan keselamatan itu dan justeru memberikannya
kepada bangsa-bangsa yang mau taat dan setia kepada-Nya.
275
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Paulus menekankan bahwa keselamatan tidak diukur berdasarkan
kesombongan melakukan perintah Allah dalam taurat tetapi justeru
seberapa jauh manusia dapat menghargai dan bersyukur dalam
kerendahan hati anugerah Allah. Hanya mereka yang bisa menghargai
keselamatan sebagai anugerahlah yang akan diselamatkan. Namun
bagaimanapun Allah rindu agar Israel juga memperoleh keselamatan itu,
oleh sebab itu Rasul paulus menyerukan kesendahan hati dan pertobatan.
Bacaan Injil : Matius 15:10-20, 21-28
Matius 10-20 berlatar belakang perbantahan diantara orang Farisi tentang
Yesus yang dianggap tidak menghargai hukum Taurat, khususnya
mengenai murid-murid Yesus yang makan dengan tidak dibasuh. Yesus
mengarahkan pemahaman orang banyak dan orang Farisi yang hadir
bahwa hukum taurat dibuat untuk berbakti kepada Allah bukan
sebaliknyaorang lebih taat kepada hukum daripada kepada Allah. Apa
yang dipersoalkan oleh orang Farisi menurut Yesus menjadi kurang
penting ketika diperbandingkan dengan sikap hati yang benar di hadapan
Allah. Untuk apa seorang taat hukum tetapi dari dalam hatinya muncul
pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah
palsu dan hujat.
Sikap beriman orang Farisi yang sombong tadi dikontraskan Yesus dengan sikap
seorang perempuan Kanaan yang dengan rendah hati memohon kesembuhan
untuk anaknya. Yesus melontarkan kalimat kasar yang merupakan cerminan
pandangan orang yahudi terhadap bangsa-bangsa lain. Roti yang dimaksud di
sini adalah keselamatan dan anak-anak adalah umat Israel yang memang mula-
mula mengenal Allah. Tetapi ketika bangsa-bangsa lain ingin datang kepada
Allah bahkan dengan sikap yang lebih benar dibandingkan umat Allah maka
keselamatan itu juga akan diberikan kepada mereka.
Pokok & Arah Pewartaan
Pewartaan minggu ini mengajak umat untuk membuka hati meninjau ulang
keselamatan yang ada padanya. Umat Tuhan (Israel) menjauh dari kasih karunia
karena mereka terlalu tinggi menghagai diri. Sebaliknya bangsa-bangsa lain
yang mau datang kepada Allah dengan hati yang hancur dan menantikan
anugerah keselamatan itu justeru memperolehnya (orang Kristen bukan
Yahudi). Gereja pada masa kini harus berhati-hati agar tidak jatuh pada
pandangan pragmatis yang membatasi rahmat dan kuasa Allah hanya pada
orang percaya saja, kasih dan keselamatan Allah bekerja untuk semua orang
dan gereja diundang untuk terlibat mewartakannya.
276
Januari- Desember2017
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia
277
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
diolah di dalam perut (usus dan lambung). Dengan kata lain,
sesungguhnyaYesus mau mengatakan bahwa murid-murid atau pengikut-
Nya semestinya lebih melandaskan hidupnya pada kebenaran firman Allah
dan bukan pada hal-hal fisik yang sifatnya duniawi semata.
278
Januari- Desember2017
Jemaat yang dikasihi Tuhan,
Bacaan kita hari ini mengajak gereja untuk mawas diri dan memiliki
pandangan yang terbuka tentang cara Allah bekerja. Terkadang gereja
dengan mudah menghakimi dan mnentukan apa yang menjadi kehendak
Allah bagi dunia. Gereja sering kali lupa bahwa Allah memiliki kehendak
yang melampaui akal manusia. Oleh karena kasih Allah berlaku bagi
semua orang maka gereja dipanggil untuk terlibat dalam karya Allah yang
terbuka itu dengan membantu dunia membuka mata dan melihat
kebaikan Allah. Misi gereja jauh lebih besar dari hanya melakukan
kristenisasi tetapi mengubah dunia menjadi kerajaan Allah di mana
manusia yang hidup di dalamnya menjunjung tinggi hukum dan kehendak
Allah. Amin
280
Januari- Desember2017
milih dhateng umat Israèl boten naté éwah nanging sipat gumunggung
ingkang malah nebihaken bangsa Israél saking keslametan. Bangsa-
bangsa ingkang andhap asor purun sowan lan ngabekti dhateng Allah
malah pikantuk kanugrahan kawilujengan punika. Paulus ngandika sikap
andhap asor ingkang dipun betahaken manungsa kanggé sowan lan
ngraosaken kawilujengan saking Allah.
281
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Minggu, 27 Agustus 2017
Minggu Biasa XXI (Hijau)
TUJUAN
Jemaat memahami bahwa pengakuan kepada Yesus sebagai Mesias
membawa konsekuensi dalam relasi dengan yang lain
DAFTAR NYANYIAN:
Bahasa Indonesia
Pembuka : KJ 224:1,2,4
Penyesalan Dosa : KJ 23:1-3
Kesanggupan : KJ 434:1,4
Persembahan : KJ 441:1-
Pengutusan : KJ 410:1
Bahasa Jawa
Pambuka : BMGJ 37:1-3
Panalangsa : BMGJ 46:1-4
Kasanggeman : BMGJ 82:1,2
Pisungsung : BMGJ 185:1-...
Pangutusan : BMGJ 149:1
282
Januari- Desember2017
Dasar Pemikiran
Disadari atau tidak kita sering terbalik dalam memahami mana yang harus
diikat dan mana yang harus dilepaskan dalam berelasi dengan orang lain.
Tantangan dan kesulitan hidup sering memaksa kita untuk melepaskan
yang seharusnya diikat dan sebaliknya. Melalui bacaan, jemaat diajak
untuk bisa membedakan dan peka mana yang harus diikat dan dilepaskan
dalam berelasi dengan orang lain.
Keterangan Bacaan
Yesaya 51:1-6
Israel dipanggil untuk mendengarkan janji Allah untuk menyelamatkan
mereka. Sekalipun bangsa Israel sering berperilaku menyakiti hati Allah,
tetapi Allah masih tetap berniat baik untuk menebus dan menyelamatkan
mereka. Terlebih dahulu Allah mengajak umat untuk mengingat akan
bagaimana Allah dulu telah memanggil Abraham, cikal bakal mereka
dengan janji berkat. Tuhan sekali lagi akan memberkati mereka,
memulihkan Sion dan mengubah kegersangan hidup dalam pembuangan
menjadi subur seperti taman Eden. Kemudian Allah berjanji akan
memberikan kelepasan dan keselamatan dan tidak ada yang dapat
menghalangi tindakan penyelamatan Allah. Kelepasan dan keselamatan
yang tetap untuk selama-lamanya dan tidak akan berakhir, bagi mereka
yang tetap memelihara hati yang takut akan Tuhan.
Mazmur 67
Mazmur ini diawali dengan ucapan berkat (ayat 1-2; band. Bilangan 6:24-
25). Kerinduan pemazmur jelas agar melalui kasih karunia dan berkatNya
yang diterima Israel, maka bangsa-bangsa kafir memperhatikan sehingga
mereka dapat memuji Dia dan menerima jalan-jalan-Nya yang benar dan
adil, yaitu menunjuk pada kehendak dan rencana serta cara kerja TUHAN
di bumi. Ada harapan melalui perjalanan sejarah Israel, karya
pemeliharaan Allah di dalamnya dapat membawa segala bangsa
mengetahui bahkan mengalami keselamatan yang dari padaNya sehingga
semua dapat menaikkan syukurnya. Bangsa-bangsa akhirnya diharapkan
mengenal pemerintahan Allah dan mengakui otoritas-Nya (ayat 3-4).
Roma 12:1-8
Bacaan kita berisi rangkaian perintah-perintah rasul Paulus tentang
bagaiaman orang percaya seharusnya hidup. Ketika dimulai dengan kata
283
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
“Karena itu”, itu berarti semua yang dikupas Paulus dalam pasal-pasal
sebelumnya menjadi alasan bagi orang percaya untuk melakukan
perintah-perintah itu. Oleh karena orang percaya telah dibenarkan oleh
Kristus dan diperdamaikan dengan Allah, serta dipersatukan dengan
Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya, maka orang percaya harus
hidup dengan cara hidup yang baru.
Hidup yang baru itu diungkapkan dengan gambaran mempersembahkan
diri di mezbah (ay. 1). Jika kurban dalam Perjanjian Lama adalah binatang
yang mati, maka orang percaya dalam Perjanjian Baru mempersembahkan
kurban yang hidup yaitu seluruh hidup kita yang dikhususkan untuk
menyenangkan Allah. Caranya? Hidup seturut firman-Nya.
Pembaruan hidup itu bukan hanya terjadi di pemukaan, melainkan sampai
kedalaman hati. Di dalam hidup yang baru itu, orang percaya menjadi
rendah hati (ay 13) dan bersedia melayani sesuai karunia yang diberikan
dan membangun tubuh Kristus (ayat 4-8).
Matius 16:13-20
Oleh karena anugerah Allah, Petrus mewakili para murid dapat mengenal
secara tepat siapa Yesus. Pengenalan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias,
menurut Yesus sendiri merupakan penyataan Allah Bapa. Jadi Petrus dan
para murid dapat mengenal Yesus sebagai Anak Allah dikarenakan relasi
yang hidup dengan Sang Anak Allah sendiri. Kepada mereka yang sudah
memiliki pengenalan sejati tersebut, Yesus menaruh tanggung jawab dan
kuasa yang digambarkan sebagai pemberian kunci Kerajaan Sorga. “Apa
yang kau ikat di dunia ini akan terikat di Sorga dan apa yang kau lepas di
dunia ini akan terlepas di Sorga.”, demikian ucapan Yesus kepada Petrus.
Nampaknya ini adalah istilah umum yang digunakan oleh bangsa Yahudi,
khususnya para rabbi pada masa itu untuk melarang dan
memperbolehkan; mengajar atau menyatakan sesuatu sebagai melanggar
hukum berarti mengikat, benar menurut hukum berarti melepaskan. Hal
ini dikuatkan dengan keyakinan para rabbi yang sering mengatakan
bahwa peraturan yang buatnya adalah “disahkan” oleh Allah di sorga.
Nampaknya dalam hal inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dengan
memberikan kunci Kerajaan Sorga, Petrus diberi kuasa yang setara
dengan para rabbi. Kuasa yang diterima Petrus – dan tentunya para murid
yang lain – bukanlah sembarang kuasa, ini adalah kuasa pemberian Tuhan
Yesus sendiri, sang Firman yang menjadi Manusia.
284
Januari- Desember2017
Pokok dan arah pewartaan
Sabda Tuhan Yesus mengajak kita untuk mampu membedakan hal apa
yang harus kita ikat dan lepaskan. Mengikat hal yang buruk dan
melepaskan hal yang baik membuat kita mampu menjaga relasi kita
dengan Tuhan dan sesama, sebagai salah satu wujud pengenalan akan
Tuhan dan persambahan yang benar kepadaNya.
285
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia
286
Januari- Desember2017
umumnya bahwa Mesias adalah sosok satria piningit yang akan
membebaskan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi. Sisi lain, jawaban
Petrus yang lantang nampaknya ingin menunjukkan sejauh mana dirinya
mengenal Yesus sehingga ada kesan arogan. Nampaknya Yesus sadar itu
sehingga respon Yesus selanjutnya adalah menunjukkan bahwa jawaban
Petrus merupakan penyataan Allah Bapa, selain tugas pengutusan bahwa
melalui dirinya akan didirikan jemaat Tuhan. Itu artinya, apa yang Petrus
pahami tentang konsep Mesias yang merupakan sosok utama yang akan
mengambil alih bangsa Israel diubah. Yesus yang dikenal Mesias justru
mengutus dan memakai para murid untuk berkarya. Pengutusan ini tidak
akan terjadi jika Yesus tidak mengenal para murid dengan baik, begitu
pula sebaliknya.
Melapaskan dan mengikat ini tentu saja tidak hanya kita tujukan
kepada Tuhan, tetapi juga kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya ketika berelasi dan menjaga hubungan baik dengan sesama.
Kita mulai dari keluarga kita, kita belajar untuk mengikat kebiasaan-
288
Januari- Desember2017
kebiasaan dan perilaku buruk yang hanya akan membuat kondisi keluarga
kita layaknya neraka, dengan dilanjutkan melepaskan kebiasaan-
kebiasaan dan perilaku yang baik. Ketika melepaskan hal yang baik,
anggota keluarga juga akan merasakan suasana positif; anggota keluarga
(suami, istri, anak-anak) semakin betah di rumah dan ingin segera pulang
ke rumah bersama dengan anggota keluarga lainnya, karena ada yang
dirindukan dari rumah, bukan sebaliknya.
Hal yang sama berlaku juga dalam kehidupan pekerjaan dan juga
bermasyarakat di tengah perbedaan suku, budaya, agama, dll.
Kemampuan dan kepekaan untuk membedakan mana yang diikat dan
dilepaskan sangatlah penting. Kerukunan umat berbangsa sering ternodai
ketika kita tidak mampu untuk mengikat kebiasaan buruk menghina dan
merendahkan orang lain yang kita anggap berbeda. Mengikat hal yang
buruk dalam diri kita ini tidak mudah karena seringkali juga ini
menyangkut ego pribadi. Tetapi ketika kita mengingat janji Tuhan akan
kunci Kerajaan Sorga, maka kiranya semangat mengikat hal yang buruk
dan melepaskan hal yang baik dapat kita hayati dalam kehidupan kita.
Amin.
289
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Gegambaran ing inggil punika trep kaliyan prastawa ingkang kaserat
ing waosan kaping tiga (waosan Injil). Kados pundi Rasul Petrus punika
tepang kaliyan Gusti Yesus pinangka Sang Mésias, Putraning Allah ingkang
gesang. Wangsulan ingkang dipun aturaken Rasul Petrus punika saprelu
mangsuli pitakènanipun Gusti Yesus: “Nanging kowé dhéwé ngarani Aku iki
sapa?” Pengaken punika nedahaken bilih Petrus wanuh dhumateng Gusti
Yesus. Wangsulanipun Rasul Petrus bab Sang Mèsih punika temtu
kémawon ngemu pangertosan bab konsep mesianik saking tradisi Yahudi,
inggih punika sosok satria piningit ingkang badhé milujengaken bangsa
Yahudi saking penjajahan Romawi. Nampi wangsulan saking Rasul Petrus
punika, Gusti Yesus maringi pangertosan sanès, bènten kaliyan
konsepmesianis Yahudi. Gusti Yesus ngagem lan ngutus Rasul Petrus saha
sekabat sanèsipun, supados sami purun makarya. Boten namung pasrah
bongkokan kaliyan Sang Mèsih ingkang badhé paring pangluwaran.
Timbalanipun Gusti Yesus punika mbereg para sekabat supados
mratelakaken katresnanipun dhumateng Yesus, Sang Mèsih. Katresnan
tuwuh menawi saèstu wanuh dhumateng Gusti Yesus.
291
Khotbah Jangkep - Panduan Merayakan Liturgi Gereja