Baptis merupakan langkah pertama dan utama menjadi seorang Kristen. Baptis merupakan sakramen. Baptisan tidak hanya sebagai simbol tetapi adalah sebuah sakramen. Baptisan membuat kita lahir baru. Dasar kitab suci dari ajaran tentang baptis ini cukup banyak antara lain: Yohanes 3:5 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah" pada ayat ini Yesus menekankan pentingnya baptis sebagai jalan untuk masuk dalam Kerajaan Allah. dalam Kis 2:38 St. Petrus mengatakan "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." St. Petrus menekankan perlunya baptis untuk pengampunan dosa dan syarat untuk menerima karunia Roh Kudus. St. Paulus dalam Titus 3:5 "pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus" lalu dalam Kis 22:16 "Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" Dari beberapa ayat diatas jelaslah bahwa Sakramen baptis bukan hanya sebuah lambang atau simbol (jikalau itu simbol untuk apa Para Rasul menekankan perlunya Baptis?) tetapi Baptisan memang membuat kita lahir baru, karena baptisan itu berhubungan erat sekali dengan Roh Kudus yang membuat kita lahir baru. Bila kita perhatikan Yohanes 3:5 "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah" kata "air dan Roh" (Baptisan dan Roh Kudus) memiliki suatu hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan yang erat antara baptisan dan Roh Kudus yang tak terpisahkan inilah yang membuat kita memperoleh hidup baru pada saat kita dibaptis. karena hubungan yang erat antara Roh Kudus dan Baptisan sehingga ketika Paulus berbicara mengenai baptisan ia tidak menyebut Roh Kudus "Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:3-4). Baptisan bukan perbuatan manusiawi belaka tetapi Baptis adalah tanda dan sarana Rahmat Allah (yaitu kelahiran/hidup baru) dimana Allah berkarya melalui para pelayan yang membaptis. Jadi Baptisan adalah karya Allah sendiri yang mencurahkan Roh Kudus-Nya. Baptisan tidak dapat dibedakan/dipisahkan dari Iman kepada Yesus dan dari Pencurahan Roh Kudus. Baptisan merupakan perwujudan iman seseorang kepada Yesus dan Iman itu berhubungan dengan pencurahan Roh Kudus lihatlah pada1 Kor 12:3 "Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus." Dari uraian diatas jelaslah bahwa Baptis bukan hanya sebuah simbol tetapi benar-benar membuat kita lahir baru karena peranan dari Roh Kudus yang membuat kita lahir baru didalam pembaptisan. oleh karena hal itulah St. Petrus menegaskan perlunya baptisan bagi keselamatan "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya (kiasannya=air bah {lihat ayat sebelumnya untuk lebih jelas}), 1
yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus" (1 Pet 3:21) Semua yang disebutkan, yaitu: percaya, mengaku, iman, harus dimanifestasikan dalam Baptisan, karena Tuhan sendiri mengatakan: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. (Yoh 3:5). Bagaimana kita mengartikan ayat tersebut, yang dengan jelas-jelas mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah kalau dia tidak dilahirkan dari air dan Roh. Gereja mematuhi pesan Kristus mewartakan pentingnya Sakramen Baptisan untuk keselamatan, seperti yang Yesus sendiri perintahkan Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Mt 28:19-20). Begitu pentingnya Baptisan untuk keselamatan manusia, sehingga Yesus memberikan amanat agung kepada para muridnya sebelum Dia diangkat ke Sorga. Sekali lagi, kita perlu merenungkan, mengapa perintah Yesus yang terakhir tidak menyebutkan untuk percaya, mengaku, atau iman? Karena semuanya itu terangkum dalam Baptisan. Baptisan mensyaratkan seseorang untuk percaya, karena untuk percaya seseorang harus mengetahui apa yang terjadi dalam Baptisan, dan percaya akan Tuhan yang memberikan perintah. Mengaku juga terjadi di dalam upacara Baptisan (dalam baptisan bayi, pengakuan diwakili oleh orang tua. Iman yang benar juga diwujudkan dalam bentuk Baptisan. Iman yang benar tidak hanya berhenti begitu saja, namun diwujudkan dalam tindakan, terutama untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Kristus, yang salah satunya adalah memberikan diri untuk dibaptis.
Terjemahannya: . Baptislah di dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus di air yang mengalir. Tetapi kalau kamu tidak mempunyai air yang mengalir, baptislah di dalam air lain, jika tidak ada air dingin, gunakan air panas. Tetapi jika kamu tidak punya semua itu, tuangkan air ke kepala sebanyak tiga kali, di dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. ((Didache 7. 1-3)) Banyak ikon dan bukti- bukti arkeologis yang menunjukkan cara pembaptisan jemaat di abad- abad awal, yaitu para calon baptis berdiri di bawah air mancur dari pipa, yang kemudian airnya mengalir ke kepala. (lih.J.G. Davies, Architectural Setting, pp 25-6) Dengan cara ini makna baptisan/ to plunge, yaitu dicelupkan/dikenakan ke air tetap terpenuhi, walaupun memang diselam merupakan cara yang lebih ekspresif. Maka dalam hal ini, Gereja tidak mensyaratkan cara Pembaptisan, namun lebih mementingkan hakekat Pembaptisan tersebut, yaitu pertobatan dan pembersihan dari dosa, dan penggabungan seseorang yang dibaptis dengan kehidupan Ilahi (dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus). Atau dengan kata lain, arti Pembaptisan disebutkan dalam Rom 6: 11: "mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." Dengan demikian, maka pengertian anda bahwa dengan Pembaptisan sesungguhnya kita "diselamkan" di dalam nama Allah Bapa dan Roh Kudus, memang ada benarnya, namun juga selayaknya hal itu tidak dilepaskan dari makna pembersihan oleh air, yang melambangkan pertobatan dan penghapusan dosa. Sudah sejak awal mula Gereja membaptis dengan air untuk menandai makna rohani penghapusan dosa. Makna penghapusan dosa oleh air ini bahkan telah diajarkan di Perjanjian Lama (lih. Yeh 36:25), kemudian diajarkan kembali oleh Yohanes Pembaptis(Mat 3:11; Mrk 1:4; Luk 3:3; Yoh 1:33), Yesus sendiri (Yoh 3:5), para rasul (Kis 2: 38; 8:38; 10:47) dan para Bapa Gereja, dan diterapkan di sepanjang sejarah Gereja. Maka, selayaknya kitapun tidak melepaskan diri dari Tradisi dan pengajaran para rasul ini.
Selanjutnya dari tulisan para Bapa Gereja kita mengetahui bahwa praktek pembaptisan bayi sudah dilakukan sejak jaman para rasul. Fakta bahwa anak- anak mungkin kurang dalam merasakan sesuatu atau menggunakan akal budi mereka, tidaklah menghalangi mereka untuk tergabung dalam Perjanjian Baru melalui Pembaptisan. Sama seperti pada Perjanjian Lama, orang tua dapat membawa bayi mereka ke bait Allah agar sang bayi dapat masuk ke dalam perjanjian tersebut lewat sunat; demikian pula dalam Perjanjian Baru orang tua dapat menghantar anaknya untuk menjadi anggota keluarga Allah dalam Perjanjian Baru melalui Pembaptisan. St. Cyprian (250) mengajarkan, Baptisan yang menyampaikan penghapusan dosa asal harus dilakukan segera dan tidak ditunda.[i] Likewise, St. Augustinus (422), menekankan, bahwa pembaptisan sebagai kematian kita dengan Kristus terhadap dosa dan kebangkitan kita kepada kehidupan yang baru, memberikan pondasi terhadap rahmat Baptisan kepada semua orang, baik dewasa maupun anak- anak, sebab semua orang telah lahir dengan dosa asal [ii]. Maka St. Cyprian and St. Augustinus secara jelas mengajarkan agar bayi/ anak- anak segera dibaptis. Hal ini telah menjadi praktek yang dilakukan oleh para rasul, seperti yang dilakukan kepada Lydia dan Krispus (lih. Kis 16:15 : 18:8) Pada abad ke II sudah ditemukan Baptisan bayi seperti St. Polikarpus, misalnya, dibunuh sebagai martir pada tahun 155 M. Pada saat penguasa Romawi memaksa Polikarpus untuk menyangkal Yesus Kristus dan untuk menyembah kaisar Roma, ia berseru demikian, "Delapan puluh enam tahun saya menjadi hamba-Nya, dan Ia tidak pernah berbuat yang tidak baik kepadaku, bagaimana mungkin saya dapat menghujat Rajaku yang telah menebusku?" Kesaksian ini berarti bahwa Polikarpus dibaptis sejak ia masih bayi atau kanak-kanak, yakni sekitar tahun 70-an. Hal ini tidak benar hanya jika Polikarpus sudah mencapai usia yang amat tinggi pada tahun 155 M itu, sehingga 86 tahun sebelumnya ia sudah dewasa dan baru dibaptis waktu itu.
Kesimpulan
Baptisan diperlukan untuk keselamatan. Sejak zaman para rasul, baptisan yang dikenal bukan hanya baptisan selam, melainkan juga baptisan dengan menuang/mengkucurkan air ke dahi. Sejak zaman para rasul juga bayi atau pun kanak-kanak telah dibaptis. Pembaptisan dengan hanya menuang air tanpa harus diselam dan juga baptisan bayi adalah sah dan benar, sehingga tak perlu adanya baptis ulang. Maka oleh sebab marilah kita berpegang teguh pada Tradisi yang telah diajarkan dan dipraktikkan oleh para rasul pilihan Tuhan kita Yesus Kristus, sebagaimana juga ada tertulis.
II Tesalonika 2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaranajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. I Tesalonika 5:21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 6