Anda di halaman 1dari 108

DARI MEJA

REDAKSI

BUDAYA. Membaca judul ini, kami yakin pikiran para pembaca akan
melayang pada hal-hal yang bersangkutan dengan kesenian da­ri suatu bangsa,
daerah, suku bangsa tertentu. Sesungguhnya ka­ta ini luas cakupannya. Ini
merupakan sesuatu yang ada kait­annya dengan pikiran dan akal budi manusia,
suatu kegiatan ma­nu­sia yang sudah mendarah daging karena terus-menerus
dilakukan. Misalnya, ji­ka kita berbicara mengenai budaya orang Sunda, maka itu
dapat mengenai ke­seniannya, adat istiadatnya, bahasanya, ataupun kebiasaan
orangnya.
Sekarang ini orang banyak memakai kata “budaya” untuk menunjukkan
sua­tu kebiasaan yang sudah begitu mendarah daging sehingga dapat dianggap
se­bagai bagian dari kehidupan manusia. Contohnya, korupsi sudah menjadi bu­
daya dalam suatu organisasi, mulai dari yang kecil seperti perusahaan, sampai
yang besar seperti badan pemerintahan. Budaya nyontek merupakan kegiatan
yang umum dilakukan diantara para pelajar atau orang yang belajar sesuatu.
Bu­daya bergosip merupakan kegiatan yang biasanya terjadi begitu dua orang
dan lebih wanita bertemu. Budaya gadget sudah demikian merasuki sebagian
be­sar orang di dunia ini, dari balita sampai orang dewasa, sehingga patut di­
was­padai. Dan masih ada segudang budaya lainnya.
Sebagai anak-anak Tuhan, alangkah indahnya jika kita jadikan membaca Al­
ki­tab budaya kita dari balita sampai usinda, seperti layaknya smartphone bagi
orang dunia. Dan alangkah baiknya jika budaya bergosip kita alihkan menjadi
bu­daya menginjil, memperhatikan sesama yang membutuhkan kasih Kristus.
Dan budaya korupsi kita ubah menjadi budaya donasi, memberikan bantuan
pada mereka yang hidup berkekurangan.
Di dalam edisi ini, kami telah mengumpulkan sejumlah ‘budaya’ yang patut
di­simak dan diketahui oleh anak-anak Tuhan agar kita dapat menjadi terang dan
ga­ram dunia seperti yang Tuhan kita perintahkan, bukannya terbawa-bawa oleh
arus dunia, hidup seperti orang dunia. SELAMAT BERBUDAYA YANG BENAR!

Redaksi

Pemimpin Umum: Wisesa • Pemimpin Pelaksana: Juliawati Kartajodjaja • Pemimpin Redaksi: Bong San Bun • Anggota Redaksi:
Cynthia Radiman, Tjie Tjing Thomas • Pra-cetak: Aming • Alamat Redaksi: GII HOK IM TONG, Jl. Gardujati 51 Bandung 40181 Tel.
022-6016455 Fax. 6015275 e-mail: gii@hokimtong.org • www.hokimtong.org • Rekening Bank: CIMB NIAGA 205.01.00018.00.1
a.n. GII Hok Im Tong • Bank Central Asia 514.003.0700 a.n. GII Gardujati
Buletin Euangelion menerima karangan (baik terjemahan, saduran dan asli). Redaksi berhak mengubah isi karangan yang akan di­­­muat.
Karangan yang tidak dimuat hanya dikembalikan kepada pengirim apabila disertai sampul yang sudah diberi ala­mat le­ng­­­­­­kap dan perangko
secukupnya • Buletin Euangelion juga menerima persembahan saudara yang terbeban. Semua persembahan da­­pat diserahkan melalui
kan­tor gereja atau ke rekening bank tercantum di atas.

EUANGELION 173 1
DAFTAR
ISI

Noertjahja Nugraha 3 Kristus dan Budaya


Pdt. Chandra Gunawan 13 Budaya Yunani-Romawi dalam Perjanjian Baru
Teduh Primandaru 20 Budaya Iman
Herlise Y. Sagala, D.Th 25 Pengaruh Smartphone Terhadap Budaya dan Panggilan
Orang Percaya Untuk Memuliakan Tuhan
Desiana M. Nainggolan 33 Multikultural: Keniscayaan Untuk Bermisi
Dr. Togardo Siburian 39 Kristus & Budaya: Transformasi Melalui Sikap Akomodasi
Grace Emilia 46 Kebiasaan Solitude & Silence Menolong Mengatasi
Keberhargaan Diri Palsu
M. Yuni Megarini C. 49 Budaya Menang Kalah Dalam Perspektif Psikologi
Ellen Theresia 54 Karakter Non Akademis
Meilania 58 Gaya Hidup Generasi Millennials: Smartphone-Mandiri-
Kolaborasi
Donny A. Wiguna 64 Anti Kebiasaan Korup
W. Kirana 70 Budaya Perusahaan
Wilton Djaya 74 Kebudayaan Visual Kelas Menengah: Representasi
Kebahagiaan dan Rasa Dicintai • 2 Korintus 3:2-3
78 Meditasi
Shirley Du 86 Melestarikan Cagar Budaya
Obrolan Ringan
Pdt. Bong San Bun 91 Budaya Hidup Sehat dan Bersih
Sudut Refleksi
Sandra Lilyana 94 Sekolah Kecil di Belakang Gereja
Tokoh Alkitab
Pdt. Agus Surjanto 98 Kedatangan Kristus Yang Kedua Kali
Apresiasi Musik
103 Crown Him With Many Crowns
Ulasan Buku
Alonso Patiaraja 106 You Lost Me: Why Young Christians Are Leaving Church...
and Rethinking Faith

2 EUANGELION 173
Kristus dan Budaya
“Janganlah kamu menjadi serupa Injil sebagai kabar baik ke­se­la­
dengan dunia ini, tetapi berubahlah mat­an di dalam Yesus Kristus tidak
oleh pembaharuan budimu, sehingga le­pas dari kaitan budaya Yahudi di
kamu dapat membedakan manakah ma­n a Yesus lahir dan hidup. Oleh
kehendak Allah: apa yang baik, yang ka­rena itu ada banyak tradisi Israel
berkenan kepada Allah dan yang yang muncul dalam kesaksian Injil,
sempurna.“ se­perti hari raya Pondok Daun, tahun
Roma 12:2 Yo­bel, aturan Sabat dan sebagainya.
Be­lum lagi budaya patriakhal yang
Manusia dan budaya adalah 2 di­anut bangsa Yahudi menyebabkan
hal yang seolah tak terpisahkan, se­ pe­ristiwa Yesus dicatat dari kacamata
bab pada dasarnya manusia terkait mas­k ulin, seperti peristiwa Yesus
erat dengan komunitas di mana ia mem­beri makan 5000 laki-laki.
hi­­dup. Tiap-tiap individu memiliki Dalam Alkitab terdapat banyak
ka­­rakteristik/perilaku tertentu. Ma­ka hal yang menceritakan tentang ajaran
mun­cullah manusia-manusia yang Tu­h an Yesus yang memakai adat
erat menyatu dengan budaya di mana is­tiadat Yahudi untuk menjelaskan
ia tinggal, bahkan sudah mendarah ke­rajaan Allah. Dalam berbagai cara,
da­­ging, tercermin dalam pola pikir, to­koh-tokoh teologia selalu berusaha
pe­­­rilaku, adat kebiasaan. Seorang me­mbahas hubungan antara Kristus
da­­ri suku Batak misalnya, karena de­ngan kebudayaan. Ketika Yesus
me­­­rantau untuk kuliah di Bandung, ber­inkarnasi sebagai manusia, Ia
lo­­­gat Bataknya seolah lenyap dan hi­d up dalam lingkungan manusia
di­­ganti dengan logat Sunda setelah tem­pat Ia lahir dan dibesarkan oleh
ting­gal di sana selama 2 tahun. Ia ibu dan bapa-Nya. Sebagai seorang
da­­pat beradaptasi dengan pengaruh ayah, ten­t u Yusuf mengajar Yesus
bu­­daya dan bahasa setempat. tentang hu­kum-hukum dan adat yang
Dalam konteks kekristenan, bu­ terdapat da­lam masyarakat Yahudi
da­ya adalah konteks nyata tempat sebab Yusuf ada­lah seorang Yahudi
In­jil berjumpa dengan manusia yang dan Maria ju­g a seorang Yahudi,
ting­gal di dalamnya. Ia mewakili cara dimana sudah men­ja­d i keharusan
hi­dup untuk suatu masa dan tempat bagi seorang ayah un­tuk mengajarkan
ter­t entu, dipenuhi dengan nilai, hukum-hukum dan adat istiadat Ya­
lam­bang dan makna, menjangkau hudi kepada anak-anaknya. Dalam
ha­rapan-harapan yang ada. Tanpa ke­ ki­tab Ulangan di­ka­takan: “Kasihilah
pekaan terhadap konteks budaya, ge­ TU­HAN, Allahmu, dengan segenap
re­ja dan teologia tidak akan berakar. ha­timu dan dengan segenap jiwamu
Per­kembangan gereja dan teologia di dan dengan segenap kekuatanmu. Apa
suatu tempat dipengaruhi oleh ke­bu­ yang kuperintahkan kepadamu pada
da­yaan yang ada di tempat tersebut. ha­ri ini haruslah engkau perhatikan,

EUANGELION 173 3
ha­r uslah engkau mengajarkannya ma­salah yang ada sepanjang abad-
ber­ulang-ulang kepada anak-anakmu abad kekristenan. Hal ini juga menjadi
dan membicarakannya apabila eng­kau ma­salah yang timbul pada masa kini.
duduk di rumahmu, apabila eng­kau Se­tiap orang yang lahir ke dunia ter­
sedang dalam perjalanan, apa­b ila gabung dalam sebuah kebudayaan.
engkau berbaring dan apabila eng­kau Ti­dak ada manusia yang lepas dari
bangun. Haruslah juga engkau me­ sua­tu kebudayaan. Wilayah yang ber­
ngikatkannya sebagai tanda pada ta­ beda menyebabkan budaya yang ber­
nganmu dan haruslah itu menjadi lam­ beda. Seperti halnya budaya di Ba­rat
bang di dahimu, dan haruslah engkau berbeda dengan budaya yang ada di
me­nuliskannya pada tiang pintu ru­ Asia. Budaya daerah Jawa Barat atau
mahmu dan pada pintu gerbangmu.“ Sunda berbeda dengan budaya Ja­wa
(Ul 6:6-9). (Jateng dan Jatim), dan berbeda ju­ga
Kebudayaan merupakan praktek dengan budaya Sumatera Utara atau
hi­dup yang dilakukan oleh suatu ke­ Batak. Begitupun dengan bu­d aya
lom­pok masyarakat di suatu daerah Sulawesi Utara atau Menado, Pa­pua,
ter­tentu. Negara Indonesia, sebagai Sumbawa, Kalimantan Barat atau
ne­gara yang memiliki banyak suku, Dayak. Oleh karenanya, cara pen­de­
me­miliki budaya yang banyak. Oleh kat­an terhadap keduanya berbeda.
ka­rena itu, kekristenan yang masuk ke De­n gan demikian perlu dipahami
In­donesia sejak lama, tidak lepas dari me­tode yang benar untuk mengatasi
ke­budayaan. Lama sebelum agama ma­salah tersebut, yaitu dengan cara
Kris­ten datang ke Indonesia, telah kon­tekstualisasi.
ba­nyak kebudayaan yang terbentuk Masalah budaya terhadap iman
da­lam masyarakat Indonesia. Bukan Kris­t en (kekristenan) merupakan
ha­nya di Indonesia, di seluruh du­nia ma­salah yang tak putus-putusnya
kebudayaan tidak bisa lepas da­r i di­bicarakan oleh banyak orang per­
hidup manusia. Akan tetapi, ke­bu­ ca­y a. Hal ini disebabkan manusia
dayaan yang berbeda membuat su­d ah memiliki kebudayaan sejak
ke­lompok masyarakat tertentu me­ ter­ciptanya suatu suku di daerah ter­
ngalami problem terhadap ma­suk­nya tentu. Kebudayaan mempengaruhi
kekristenan dan hal ini sudah ber­ ter­bentuknya pribadi sesrorang. Se­
langsung sangat lama. Oleh ka­re­na belum seseorang mengenal Tuhan,
itu, Kristus dan kebudayaan me­ru­ ia pasti sudah memiliki pemahaman
pakan hal yang tidak baru lagi untuk yang dibentuk berdasarkan budaya
di­perbincangkan. Dalam situasi ini, tem­pat tinggalnya.
cu­kup menolong bila kita mengingat Usaha manusia menemukan jalan
bah­wa masalah kekristenan dan per­ ke­luar terhadap masalah kebudayaan
adaban bukanlah hal yang baru dan su­dah menempuh waktu yang sung­
bah­wa kebingungan orang Kristen guh lama. Sejak Injil berada di Asia,
da­lam bidang ini sudah berlangsung In­jil tidak diterima dengan mudah.
la­ma, dan bahwa masalah ini adalah Hal ini disebabkan karena negara-

4 EUANGELION 173
ne­gara di Asia adalah negara-negara Ini memungkinkan studi terhadap
yang memiliki nilai budaya yang apa yang disebut unsur-unsur budaya
ting­gi. Sebab itu, ketika Kristus di­ ting­gi (seni, puisi, musik, keyakinan
bawa ke benua Asia, Injil akan ber­ ke­agamaan) dan unsur-unsur budaya
hadapan dengan budaya di mana rak­yat (ada-istiadat, takhyul), serta
In­jil dibawa. Karenanya sangat perlu un­sur-unsur dari sistem budaya (or­ga­
un­tuk memahami dengan benar ba­ nisasi sosial, organisasi, ekonomi dan
gaimana hubungan antara Kristus dan politik) dalam cara yang m­e­mung­
Bu­daya. kin­kan kita melihat mereka sebagai
Ketika seseorang yang membawa un­sur-unsur yang mengikat dan saling
Kris­tus ke suatu daerah tidak mengerti ter­kait.
ba­gaimana kebudayaan yang berlaku Dengan melakukan hal tersebut,
di daerah tersebut, akan timbul ma­ pem­b awa Injil Kristus akan lebih
salah yang tidak diinginkan. Jika hal mu­dah melakukan dan menilai bu­
ini terjadi pada saat pertama ka­li da­ya tersebut dengan baik. Dari hal
Kristus diperkenalkan di daerah ter­ tesebut, dapat dilihat bahwa ke­tika
sebut, maka untuk kali berikutnya Yesus berinkarnasi sebagai ma­nusia,
akan mengalami kesulitan yang be­sar Yesus juga ikut dalam men­ja­lankan
untuk memperkenalkan Kristus ke kebudayaan yang ada dalam ling­
daerah yang diinginkan untuk me­ kungan bangsa Yahudi. Gereja-ge­reja
nge­nal Kristus. Asia, khususnya di Indonesia ka­ya,
Kebudayaan memegang peranan dengan keragaman budaya lo­k al
pen­ting dalam hal hubungan antara yang tak kalah menarik dan krea­tif
ma­nusia. Budaya merupakan suatu mewarnai kehidupan umat per­caya.
alat yang mempersatukan satu in­ Ibadah-ibadah kita perlu mem­beri
dividu dengan individu lain dalam tempat pada kekayaan bu­daya lokal
sua­tu kelompok masyarakat. Jika di­ dalam hal musik, tarian, dan lain-
li­hat dari sudut fungsi adat tersebut, lain yang tentunya lebih ber­makna
adat adalah suatu alat komunikasi bagi individu-individu yang ter­kait
yang sangat mempersatukan ba­ dengan budayanya masing-ma­
nyak orang. Kebudayaan sangat sing. Berbagai gereja di Indonesia
mem­p engaruhi kehidupan umat cen­derung beribadah dengan tata
ma­nusia sebab konteks kebudayaan iba­dah pola Barat. Dengan demikian
ti­dak mencakup hanya satu hal sa­ja. me­ngabaikan potensi adat yang se­
Budaya mencakup banyak hal da­lam benarnya bisa dipakai untuk memuji
aspek hidup manusia, salah sa­tu di Al­lah. Hal inilah yang menyebabkan
antaranya adalah alat musik. Bu­ ma­s alah dalam lingkungan orang
daya memiliki cakupan yang sa­ngat yang sudah percaya.
luas dan masing-masing ca­k upan Saat ini dalam kalangan orang per­
memberi arti tersendiri bagi ma­sya­ ca­ya, bukan lagi bagaimana Injil itu
ra­kat. ma­suk ke alam suatu daerah, tetapi

EUANGELION 173 5
yang menjadi masalah sekarang ini se­bagian orang percaya untuk tidak
adalah timbulnya masalah-masalah me­megang kebudayaan dalam ling­
yang mempertentangkan Kristus kungan kekristenan.
dengan kebudayaan. Yang menjadi Akan tetapi di lain pihak ada
masalah dalam lingkungan gereja orang percaya yang tetap memegang
saat ini bukan hanya orang kafir bu­daya yang diwarisi dari nenek mo­
yang menolak Kristus, namun orang yangnya, walaupun sudah menerima
percaya yang telah menerima Kristus Kri­st­ us di dalam hidupnya. Kedua
juga menemui kesulitan dalam go­longan ini memegang paham
mengombinasikan tuntutan-Nya yang memiliki tujuan supaya iman
kepada mereka dengan tuntutan ter­hadap Kristus tidak terlupakan.
masyarakat. Da­lam kekristenan di Asia selalu
Pergumulan dan ketenteraman, mun­cul masalah tentang bagaimana
ke­menangan dan perdamaian, tidak me­n anggapi Kristus dan budaya.
ha­nya terlihat secara terbuka di mana Da­lam masyarakat Kristen se­k a­
pi­hak-pihak yang menyebut diri orang rang ini, terdapat golongan yang
Kris­ten dan orang-orang anti-Kristen memiliki Kristus dan ajaran ke­kris­
ber­temu. Lebih sering perdebatan tenan dan pada waktu yang ber­
ten­t ang Kristus dan kebudayaan sa­m aan menjalankan juga ajaran
ber­langsung di antara orang Kristen, ke­budayaan.
dan di dalam hati nurani individu yang Perpalingan kepada kekristenan
tersembunyi, bukannya sebagai per­ bia­­sanya berarti membuang se­
ta­rungan dan penyesuaian diri antara mua sistem keagamaan lainnya,
per­caya dengan yang tidak percaya, te­tapi nyatanya, dalam praktek hi­
te­tapi sebagai suatu pergumulan dan dup sebagian orang Kristen tetap
per­damaian iman dengan iman. mem­p ertahankan bagian-bagian
Pergumulan dan ketenteraman di pen­ting atau keseluruhan dari sis­tem
da­lam menjalani hidup bukan hanya tersebut. Hal inilah yang di­ha­da­pi
ada pada kalangan orang yang belum gereja sekarang ini. Dengan si­tuasi
per­caya kepada Kristus saja, tetapi yang seperti ini perlu adanya pem­
ju­ga di kalangan orang yang sudah ba­h aruan pemahaman terhadap
per­caya. Masalah yang selalu datang Kris­tus dan kebudayaan. Pandangan
hing­ga saat ini adalah pemahaman yang baik terhadap hubungan Kristus
ter­hadap hubungan antara Kristus dan kebudayaan membuat sikap dan
dan budaya. Hal ini disebabkan praktek hidup yang baik dalam me­
oleh hubungan Kristus dan budaya ng­ikut Tuhan.
mem­pengaruhi hubungan sesama
ma­nusia. Dalam masyarakat orang I. Definisi Budaya
per­caya saat ini terdapat paham yang Budaya adalah suatu cara hidup
me­ngatakan bahwa Kristus dan bu­ yang berkembang dan dimiliki ber­sa­
da­ya adalah dua hal yang tidak bisa ma oleh suatu kelompok orang dan
di­g abungkan. Hal ini mendorong di­wariskan dari generasi ke generasi.

6 EUANGELION 173
Bu­daya terbentuk dari banyak unsur ta-anggotanya yang paling ber­sa­
yang rumit, termasuk sistem agama haja untuk memperoleh rasa ber­
dan politik, adat istiadat, bahasa, martabat dan pertalian dengan hi­
per­kakas, pakaian, bangunan, dan dup mereka. Dengan demikian,
kar­y a seni. Bahasa, sebagaimana bu­dayalah yang menyediakan sua­tu
ju­g a budaya, merupakan bagian kerangka yang koheren untuk meng­
tak terpisahkan dari diri manusia or­ganisasikan aktivitas seseorang dan
se­hingga banyak orang cenderung memungkinkannya meramalkan pe­
me­­n g­a nggapnya diwariskan se­ ri­laku orang lain.
ca­r a genetis. Ketika seseorang
be­r­u saha berkomunikasi dengan II. Pengertian Kebudayaan
orang-orang yang berbeda budaya Kebudayaan sangat erat hu­bu­
dan menyesuaikan perbedaan-per­ ng­a nnya dengan masyarakat. Ke­
bedaannya, ini membuktikan bahwa bu­dayaan adalah sesuatu yang akan
bu­daya itu dipelajari. mem­pengaruhi tingkat pengetahuan
Budaya adalah suatu pola hi­dup dan meliputi sistem ide atau gagasan
menyeluruh. Budaya bersifat kom­ yang terdapat dalam pikiran manusia,
pleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek se­hingga dalam kehidupan sehari-ha­
bu­daya turut menentukan perilaku ri, kebudayaan itu bersifat abs­trak.
ko­munikatif. Unsur-unsur sosio-bu­ Sedangkan perwujudan ke­b u­d a­
daya ini tersebar dan meliputi banyak ya­a n adalah benda-benda yang
ke­giatan sosial manusia. di­c iptakan oleh manusia sebagai
Beberapa alasan mengapa orang mah­luk yang berbudaya, berupa
mengalami kesulitan ketika ber­ko­ pe­r i­laku dan benda-benda yang
mu­nikasi dengan orang dari budaya ber­sifat nyata, misalnya pola-po­la
lain terlihat dalam definisi budaya: perilaku, bahasa, peralatan hi­dup,
Bu­daya adalah suatu perangkat ru­ organisasi sosial, religi, seni, dan
mit nilai-nilai yang dipolarisasikan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan
oleh suatu citra yang mengandung untuk membantu manusia da­lam
pan­dangan atas keistimewaannya melangsungkan kehidupan ber­ma­
sen­diri. ”Citra yang memaksa” itu sya­rakat.
me­ng­ambil bentuk-bentuk berbeda
da­lam berbagai budaya seperti “in­ III. Ciri-ciri Kebudayaan
di­vidualisme kasar” di Amerika, “ke­ Ciri-ciri khas kebudayaan adalah:
selarasan individu dengan alam” di * Bersifat historis. Manusia mem­
Je­pang dan “kepatuhan kolektif” di buat sejarah yang bergerak dinamis
Tiong­kok. Citra budaya yang bersifat dan selalu maju, yang diwariskan
me­maksa tersebut membekali ang­ se­cara turun temurun.
go­ta-anggotanya dengan pedoman * Bersifat geografis. Kebudayaan
me­ngenai perilaku yang layak dan ma­n usia tidak selalu berjalan se­
me­netapkan dunia makna dan ni­lai ra­gam, ada yang berkembang pe­
logis yang dapat dipinjam ang­go­ sat dan ada yang lamban, dan ada

EUANGELION 173 7
pula yang mandeg (stagnan), yang Richard Niebuhr adalah seorang
nyaris berhenti kemajuannya. Da­ Eti­­kus Teologia Kristen Amerika yang
lam interaksi dengan lingkungan, pa­­ling terkenal dengan bukunya
ke­budayaan berkembang pada ko­ Christ and Culture, yang membahas
mu­nitas tertentu, dan lalu meluas ten­tang hubungan antara kekristenan
da­lam kesukuan dan kebangsaan/ dan kebudayaan maupun sistem-sis­
ras. Kemudian kebudayaan itu meluas tem kemasyarakatan, di mana hal-hal
dan mencakup wilayah/regional, dan yang berkaitan dengan hubungan
makin meluas dengan belahan-bu­ an­tara kekristenan dan kebudayaan
mi. Puncaknya adalah kebudayaan akan berkembang menjadi sesuatu
kos­mo (duniawi) dalam era informasi yang bisa diperdebatkan ketika ma­
di mana terjadi saling melebur dan nusia mengetahui bahwa Kris­t us
ber­interaksinya kebudayaan-ke­bu­ atau kekristenan itu sendiri ada­lah
dayaan; suci, sempurna, dan tidak ber­dosa,
* Bersifat perwujudan nilai-ni­lai sementara budaya adalah buat­
tertentu. Dalam perjalanan ke­bu­da­ an manusia, di mana manusia itu
ya­an, manusia selalu berusaha me­ sendiri penuh dosa. Lalu, tim­b ul­
lam­­paui (batas) keterbatasannya. Di lah pertanyaan, bagaimana Kris­
si­­nilah manusia terbentur pada nilai. tus dapat bertahan di tengah-te­
Ni­­lai yang mana, dan seberapa jauh ngah dan bercampur dengan ke­
ni­­l­ai itu bisa dikembangkan? Sampai ti­d aksempurnaan tersebut? Hal
ba­­tas mana? ini semakin dipermasalahkan lagi
me­n gingat banyaknya ayat-ayat
IV. Hubungan Antara Gereja dan Al­k itab yang mengharuskan kita
Kebudayaan un­tuk tidak menjadi seperti dunia,
Dalam sejarah gereja, hubungan se­mentara banyak juga ayat yang
an­tara gereja dan budaya telah men­ meng­haruskan kita tetap berada di
da­pat perhatian sejak awal sampai du­nia, sebagaimana adanya manusia.
se­karang. Walaupun demikian, hu­ Un­tuk menunjukkan bagaimana ke­
bungan itu tidak berlangsung cu­ma kris­tenan menanggapi permasalahan
dalam satu model, melainkan ber­ ini, Richard Niebuhr memperkenalkan
aneka ragam, tergantung pada sejauh li­ma pandangannya mengenai hu­bu­
ma­na kita memahami apa itu gereja ngan antara Kristus dan ke­bu­da­yaan,
dan apa itu budaya. antara lain: Christ against Cul­ture,
Menurut H.Richard Niebuhr, ji­ Christ of Culture, Christ above Cul­
ka kita mencermati sejarah gereja ture, Christ and Culture in paradox,
(khu­s usnya di Eropa dan Amerika Christ transforms culture. Sebagai
sam­pai pasca perang dunia kedua), pen­d ahuluan, Niebuhr memulai
ada sejumlah model/pola hubungan de­ngan definisi tentang Yesus dan
ge­reja dan budaya yang bertolak dari Kebudayaan masing-masing. Ten­
ba­gaimana memahami hubungan ge­ tang Yesus, Niebuhr berpendapat
reja/Kristus dan kebudayaan. bah­w a definisi manusia tentang

8 EUANGELION 173
Ye­s us tidaklah cukup (mengingat reka yang menderita secara men­tal
bah­wa manusia tidak akan pernah dan fisik demi menjalankan ke­inginan
bi­s a menjangkau dan memahami mereka. Bahkan mereka rela me­
ha­kikat Yesus secara total, dengan nyerahkan rumah, properti, harta,
ke­nyataan bahwa konsep tentang dan juga hak perlindungan negara
Ye­sus itu sendiri telah sedemikian de­mi pergerakan mereka menolak
ru­p a dipengaruhi oleh eksistensi du­nia.
ke­budayaan yang menempel dalam Sisi negatif: Menurut Niebuhr,
per­jalanan hidup manusia sejak pan­dangan ini tidaklah sesuai karena
la­h ir). Kebudayaan oleh Niebuhr pe­misahan antara dunia dengan Kris­
di­d efinisikan sebagai total proses tus tidak pernah ada dan tidak akan
da­r i aktivitas manusia dan segala pernah ada, sekalipun manusia ber­
ma­nifestasinya, yang mengacu ke­ pi­kir bahwa itu mungkin bisa terjadi.
pada lingkungan atau hal-hal se­ Se­lain itu, menurutnya terdapat
kunder (seperti adat istiadat, sis­ pe­ngertian yang salah dimana orang
tem-sistem kemasyarakatan, nor­ ber­pikir bahwa di dalam kebudayaan
ma-norma, dan lain-lain) yang ma­ ter­dapat dosa. Dan ketika kekristenan
nu­s ia implementasikan ke dalam men­jauhi kebudayaan, manusia
ke­hidupannya. di­katakan telah menjauhi dosa. Pa­
da­hal, dosa bukan hanya mengenai
1. Christ against Culture (Kristus ke­b udayaan. Dengan atau tanpa
ver­sus kebudayaan) men­jauh dari budaya, manusia itu
Ini adalah pandangan yang cu­ sen­diri telah berdosa dan akan tetap
kup keras menegaskan tentang bi­­sa berbuat dosa. Yang terpenting
oto­­ritas tunggal Kristus terhadap me­nurut Niebuhr, pandangan ini ti­
ke­­budayaan dan menolak segala hal daklah mengenalYesus dan peran Roh
yang diyakini kebudayaan. Menurut da­lam penciptaan dunia secara utuh.
pan­­dangan ini, kesetiaan kepada
Kris­­tus merupakan suatu penolakan 2. Christ of Culture (Kristus bagian
ter­­hadap lingkungan atau sistem da­ri Kebudayaan)
ke­­budayaan, dan bahwa ada suatu Dalam pandangan ini, manusia
ga­­ris tegas yang memisahkan dunia me­mosisikan Yesus sebagai Mesias
de­­ngan anak-anak Allah. da­lam lingkungan sosial mereka,
Sisi positif: orang-orang yang so­sok yang dapat memenuhi segala
mem­­percayai atau menganut Christ ha­r apan dan aspirasi mereka, pe­
against culture bisa dikatakan ada­lah nyempurna keyakinan mereka, sum­
faktor utama mengapa kita ma­sih ber dari roh kudus mereka. Orang
boleh bersimpati terhadap pan­ yang menganut paham ini cen­de­
dangan ini. Mereka yang menolak rung lebih terbuka untuk menjalin
du­nia pastinya akan dengan teguh per­temanan atau hubungan bukan
mem­pertahankan keyakinannya ke­ ha­nya dengan mereka yang percaya,
pada Kristus. Banyak di antara me­ ta­p i juga dengan mereka yang ti­

EUANGELION 173 9
dak percaya. Mereka juga tidak Kris­tus, dimana Kristus digambarkan
bi­sa menemukan perbedaan yang se­bagai sosok yang dibentuk atau
sig­nifikan antara gereja dan dunia, sa­ngat dipengaruhi oleh lingkungan
an­tara hukum-hukum sosial dan ke­ so­sial.
percayaan pada Tuhan, antara etika
ke­selamatan dan etika sosial. Di satu 3. Christ above Culture (Kristus di
si­s i, mereka menginterpretasikan atas Kebudayaan)
k­e­budayaan melalui Kristus, di mana Pandangan ini sama sekali ti­dak
as­pek yang paling mirip dengan Ye­ menghadirkan pertentangan an­tara
sus mendapat penghormatan dan Kristus dengan budaya. Yang di­
apresiasi lebih besar. Di sisi lain, hadirkan justru pertentangan antara
mereka menginterpretasikan Kris­tus Kris­tus yang suci dengan manusia
melalui budaya, menyeleksi pe­ng­ yang berdosa. Penganut paham ini
ajaran-pengajaran Kristen yang pa­ me­nekankan bahwa Kristuslah yang
ling harmonis dengan sistem-sistem ber­ada di atas segala budaya, yang
so­s ial dan budaya mereka. Itulah mem­b entuk dan mengijinkannya
yang akan mereka aplikasikan dalam un­t uk terjadi. Maka budaya tidak
ke­hidupan mereka. bi­sa dikatakan buruk, tapi juga tidak
Sisi positif: orang cenderung bi­sa dikatakan baik. Ketika seorang
me­rasa bahwa hanya mereka yang ma­nusia melakukan dosa, lalu me­
menolak beradaptasi dengan ke­ ng­ekspresikan pemberontakannya
bu­d ayaan yang dapat melakukan ke­pada Tuhan lewat suatu bentuk bu­
pe­nyerangan terhadap kebudayaan. daya, itu juga tidak mengartikan bah­
Orang yang menganut pemahaman wa budaya merupakan sesuatu yang
ini pasti bisa berdamai dengan budaya bu­ruk. Mereka mengatakan bahwa
dan dunia. Bagaimanapun, sejarah te­ bu­d aya ada karena Kristus yang
lah menjadi saksi bahwa manusia da­ men­ciptakannya secara penuh, dan
p­at memiliki ketertarikan pada Kris­tus me­reka melihat bahwa keselarasan
karena adanya keselarasan an­tara an­t ara Kristus dan budaya adalah
ajaran Kristiani dengan ajaran-ajar­an se­buah jawaban yang tepat untuk
tokoh-tokoh besar moral dan fi­losofi men­jawab semua pertanyaan.
keagamaan. Dan orang-orang yang Menurut Niebuhr, penganut pa­
menganut paham ini cenderung me­ ham ini tidak bisa membedakan an­
li­batkan diri mereka ke dalam suatu tara pekerjaan manusia (yang ada­lah
ling­k ­u ngan sosial dimana mereka budaya) dari kemuliaan Tuhan, ka­
me­rasa diri mereka potensial untuk rena semua pekerjaan manusia itu
mem­buat suatu perubahan atau pe­ bi­sa terjadi juga karena kemuliaan
nga­ruh terhadap individu lain dalam Tu­han. Tapi mereka juga tidak bisa
ling­kungan tersebut. me­m isahkan antara pengalaman
Sisi negatif: menurut Niebuhr, akan kemuliaan Tuhan dari aktivitas
ma­s alah terbesar dalam konsep bu­daya mereka, karena bagaimana
pan­dangan ini terletak pada distorsi mung­kin seseorang bisa mencintai

10 EUANGELION 173
Al­lah yang tidak kelihatan, tanpa me­ anut paham ini berkeinginan mem­
layani saudara-saudara mereka yang pertahankan kesetiaan pada Kris­tus
ke­lihatan? tapi di sisi lain juga ingin mem­
Sisi positif: adanya keseimbangan pertahankan tanggung jawab ter­
an­­tara melihat Kristus sebagai ba­gian hadap budaya secara bersama-sama.
da­ri budaya dengan melihat Kris­tus Me­reka percaya bahwa integrasi ini
se­bagai sosok di luar budaya (Dia­lah bu­kanlah suatu hal yang seimbang
yang membuat budaya itu ada). Me­ dan menyenangkan, seperti yang pe­
la­lui paham ini, kita sam­pai kepada nganut above-culture rasakan. Mereka
pe­n gertian tentang hu­k um moral me­nekankan bahwa ada sebuah pa­
da­lam lingkungan so­sial dan juga ten­ ra­doks di mana konflik yang terjadi
tang keterlibatan Tu­han dalam ling­ an­tara Kristus dan budaya disebabkan
kungan sosial. Nie­buhr men­je­laskan ka­rena dosa yang terdapat dalam bu­
bahwa Tuhan men­cip­takan ma­nusia daya.
sebagai mahluk so­s ial, dan me­ Sisi positif: pandangan ini
rupakan suatu yang tak mungkin ji­ka me­n angkap dengan cukup je­las
lingkungan so­sial memfungsikan ek­ penekanan Alkitab yang di des­
sis­tensinya tanpa arahan dari Tuhan. krip­s ikan untuk umat Kristen di
Ma­ka dari itu, gerejapun akhirnya du­n ia. Karena manusia berada di
se­­lain memfungsikan diri sebagai ba­w ah hukum, namun juga tidak
pem­­bangun iman dan spiritual, ju­ga di bawah hukum selain karunia.
memfungsikan dirinya menjadi pen­ Ma­nusia adalah pendosa namun bi­
jaga/pengawas hukum-hukum dunia, jak­sana. Penerima pembalasan dan
se­bagai suatu pelayanan terhadap ju­ga belas kasihan Kristus. Ini adalah
du­nia. sua­tu proses yang dinamis, dan juga
Sisi negatif: masalahnya timbul ke­ bu­kanlah suatu penolakan ataupun
ti­ka paham ini sampai di sebuah titik pe­nerimaan terhadap budaya dari
ba­tas, di mana bisa membawa dunia mo­del-model yang lain, tapi lebih
me­lihat gereja sepenuhnya sebagai ke­pada pengalaman pribadi manusia
se­­buah institusi saja (institusionalisasi yang menjadi saksi bahwa perjalanan
ge­reja). Jelas sekali terlihat bahwa hi­dup dengan budaya penuh dengan
pa­h am ini suatu hari nanti akan da­mai juga kesengsaraan.
mem­bawa perhatian dan keyakinan Sisi negatif: kekristenan bisa ke­hi­
umat semakin jauh dari fungsi gereja langan suara untuk mengatakan hal
se­benarnya. apapun yang bermakna dalam/ter­
hadap budaya. Ini adalah paham yang
4. Christ and Culture in paradox membawa kita untuk menerima bu­
(Kris­tus dan Budaya dalam para­ daya karena kita melihat secara ber­
doks) sa­maan pembalasan maupun belas
Ini adalah paham yang kurang ka­sih Kristus, dan karena manusia
le­b ih mirip dengan Christ above me­lihat keduanya, maka akan sa­ngat
cul­ture. Perbedaannya ketika pe­ng­ bahaya jika manusia harus me­mu­tus­

EUANGELION 173 11
kan apakah yang ia lakukan sudah de­ngan memeranginya secara lang­
be­nar sesuai kehendak Kristus, atau sung, namun dengan bantuan mata
akan dianggap melanggar kehendak- ma­nusia yang tertuju pada Yesus, dan
Nya. Ia akan terus menerus dalam niat kita yang positif dan berorientasi
kon­flik dan menjadi stress. pa­da-Nya, akan membuat kita mam­
pu mengalahkan dosa.
5. Christ transforms Culture (Kristus Pada saat kita hidup sebagai orang
mentransformasi kebudayaan) Kristen maupun mencoba mem­ba­
Ini adalah sebuah paham yang wa Injil Kristus ke tengah-tengah
pa­ling disarankan oleh Niebuhr, di ma­syarakat Indonesia, tentunya kita
ma­na secara teologis pandangan ini per­lu memperhatikan kebudayaan
me­miliki 3 garis besar, yaitu melihat In­donesia pada umumnya, dan ke­
Tu­han sebagai Pencipta, menyadari budayaan lokal pada khususnya su­
ke­jatuhan manusia dari sesuatu paya Injil bisa lebih dimengerti dan
yang baik, dan memandang kita di­terima tanpa harus mengorbankan
me­rasakan interaksi antara Tuhan ni­lai-nilai Kristen yang mutlak. Paham
de­ngan manusia dalam perjalanan Kris­tus mentransformasi budaya di­
hi­dup manusia yang historis. Maka pakai bukan untuk berbenturan de­
da­ri itu, penganut paham ini percaya ngan budaya setempat, apalagi me­
bah­wa kebudayaan manusia adalah ng­ingat kekristenan adalah minoritas
ke­hidupan manusia yang telah di­ di Indonesia, namun secara lambat
transformasikan ke dalam dan di laun akan mengubah kebudayaan
dalam kemuliaan Tuhan. Pada prak­ yang tidak sejalan dengan Injil Kristus.
tek­nya, pandangan ini memiliki arti Bu­daya menyembah pohon atau per­
bah­wa kita bekerja dalam sebuah caya pada tahayul harus digantikan
ling­kup budaya untuk mengupayakan de­n gan percaya dan menyembah
se­suatu yang lebih baik, karena Tuhan Tu­han. Namun gamelan atau wayang
pa­da dasarnya telah menberikan ma­ bi­sa saja dipakai dalam pekabaran
nusia kreativitas, dan itu baik (dan In­jil karena budaya tersebut tidak
je­las bisa menjadi baik). Kita juga bi­sa ber­tentangan dengan ajaran atau ni­
berkontribusi dalam pekerjaan trans­ lai kekristenan. Kiranya nama Tuhan
for­masi ini, karena ketika di dalam di­muliakan dalam kita melihat dan
bu­daya ada dosa, masih ada harapan ber­interaksi dengan kebudayaan
me­lalui Kristus untuk penyelamatan se­c ara bijak untuk membawa Injil
bu­daya itu sendiri. Lebih jauh lagi, Kris­tus ke tengah-tengah masyarakat
ki­ta akan mengalahkan dosa bukan dan memenangkan jiwa mereka bagi
de­ngan cara menjauhinya ataupun Tu­han.
Noertjahja Nugraha

12 EUANGELION 173
Budaya Yunani-Romawi
dalam Perjanjian Baru
A. Pendahuluan utama oleh budaya Yunani. Pe­nga­ruh
Dalam membaca kitab suci, se­ budaya Yunani terhadap ke­hidupan
orang Kristen perlu memahami kon­ masyarakat abad pertama Ma­sehi
teks budaya dari para penulis dan muncul sebagai akibat dari pro­
pem­baca pertama Alkitab. Membaca ses Hellenisasi yang terjadi saat
Al­kitab dengan kacamata modern Alexander Agung menaklukkan wi­
da­pat membuat seseorang salah me­ la­yah-wilayah yang sebelumnya di­
mahami pesan kitab suci karena mem­ kuasai oleh kerajaan Persia. Setelah
bacanya dalam konteks yang berbeda Is­rael dikalahkan oleh kerajaan Asyur
da­r i konteks awalnya. Realitas ini dan Babel, bangsa Israel ditawan,
mem­­buat beberapa ahli dalam studi di­bawa ke pembuangan, dan hidup
Al­­kitab, seperti Gordon Fee (dalam da­lam kendali bangsa asing (bdk.
bu­kunya NewTestament Exegesis) dan Ki­tab Daniel). Setelah bangsa Babel
Grant Osborne (dalam bukunya Her­ di­k alahkan oleh kerajaan Persia,
meneutic Spiral), menekankan pen­ orang-orang Israel mendapatkan
ting­nya memahami latar belakang ke­sempatan kembali ke tanah air me­
ke­hidupan dan pemikiran dari zaman re­ka. Meskipun demikian, ada banyak
di­mana Alkitab dituliskan. orang Yahudi yang memilih tinggal di
Orang-orang yang hidup dalam wi­layah-wilayah jajahan seperti Mesir
Per­­janjian Lama dipengaruhi oleh dan Mesopotamia.
ke­­b udayaan yang disebut Ancient Perubahan politik internasional
Near East (Timur Dekat Kuno) dan ter­jadi saat kerajaan Yunani berhasil
ke­b udayaan Mesir. Orang-orang me­n aklukkan Persia dan seorang
yang hidup dalam era PL sangat pe­­mimpin muda bernama Alexander
me­ngenal budaya dari masyarakat ber­hasil menaklukkan berbagai wi­
Ba­bel ataupun Mesir dan cara pan­ layah baik yang ada di Eropa, Afri­ka,
dang mereka terhadap, misalnya dan Asia. Salah satu visi dari Alexan­
rea­litas alam, memiliki kemiripan der adalah menciptakan se­b uah
de­ngan orang-orang di zamannya. masyarakat di bawah payung kul­tur
Mi­salnya saja, lautan yang dipandang Yunani. Budaya Yunani yang ber­
se­bagai tempat di mana kekuatan ja­ campur dengan kultur lokal ma­sya­
hat tinggal. Baik orang Israel, Ba­bel rakat jajahan, misalnya saja kultur
maupun Mesir Kuno memiliki pan­da­ Asia. Inilah yang disebut sebagai
ng­an yang mirip. Hel­­l enis. Dalam konteks ini­l ah
Berbeda dengan konteks PL, gereja mu­la-mula lahir dan ber­
orang-orang yang hidup dalam era tumbuh. Bahasa Yunani pun ke­
Perjanjian Baru dipengaruhi ter­ mu­dian digunakan sebagai bahasa

EUANGELION 173 13
in­­ternasional di era Perjanjian Baru. Hal ini berarti nasehat yang diberikan
Wa­laupun kemampuan seseorang Pau­­lus terkait dengan situasi dan
da­lam menggunakan bahasa Yu­ kon­­disi tertentu yang terjadi dalam
nani beragam, semua orang pada je­­maat Korintus.
umumnya mampu berbicara dalam Untuk memahami isu perceraian
ba­h asa Yunani, termasuk orang- da­lam jemaat Korintus, kita perlu
orang Yahudi di Palestina. Kota Ye­ me­mahami bagaimana isu tersebut
ru­salem sebagai pusat dari agama di­diskusikan oleh orang-orang era
Ya­hudi dan Kristen tidak luput dari ter­sebut. Will Deming, seorang ah­li
pe­n garuh budaya Yunani. Karena dalam studi Perjanjian Baru, me­
se­bagian besar orang-orang Yahudi, nemukan bahwa dalam konteks
khu­susnya mereka yang tinggal di Yu­n ani kuno, masyarakat pada
diaspora (tersebar di berbagai ne­ umum­nya mengikuti salah satu dari
gara), sudah tidak bisa lagi meng­ dua aliran pemikiran utama, yakni
gunakan bahasa Ibrani, maka orang- pe­m ikiran kaum Stoa dan kaum
orang Yahudi membutuhkan kitab Cynic. Kedua mashab ini berbeda
su­c i dalam bahasa Yunani. Kitab pan­d angan mengenai perlu atau
su­ci PL pun kemudian ditulis dalam ti­daknya seseorang menikah. Baik
ba­h asa Yunani. Tulisan ini disebut kaum Stoa dan Cynic memahami bah­
Sep­tuaginta (LXX). Para penulis Per­ wa pernikahan menuntut tang­gung
janjian Baru pada umumnya meng­ jawab. Meskipun demikian, ke­dua
gunakan Alkitab berbahasa Yunani. kelompok tersebut berbeda pan­da­
Dalam artikel ini, kita akan mem­ ng­an dalam menjawab pertanyaan:
ba­has pengaruh budayaYunani da­lam “Should the intelligent, informed,
tulisan Perjanjian Baru. Kita akan mo­­rally upright person take on such
mendiskusikan beberapa teks Al­ [mar­­riage] responsibility?” (Haruskah
kitab yang memperlihatkan adanya se­­seorang yang cerdas, banyak ta­
isu tertentu yang akan dapat lebih hu, lurus secara moral, mengambil
mu­dah dipahami jika kita, sebagai tang­gung jawab [pernikahan] yang
pem­baca modern, memahaminya da­ de­mikian?) Kaum Stoa memandang
lam konteks kultur zamannya, yakni tang­gung jawab pernikahan adalah
bu­daya Yunani. hal yang baik sebab manusia dicipta
un­tuk hidup sesuai dengan naturnya
B. Studi Kasus: 1 Korintus 7, 11:2-16 dan natur manusia adalah mereka ha­
dan Lukas 17:11-19 rus menikah supaya dapat memenuhi
1 Korintus 7 merupakan teks Al­ bu­mi. Berbeda dengan kaum Stoa,
ki­­tab yang penting dalam mem­bi­ca­ Cy­nic memandang pernikahan se­ba­
ra­kan isu perceraian dan pernikahan gai ikatan yang harus dihindari. Alas­
kem­bali. Meskipun 1 Korintus 7 me­ annya, sebab segala ikatan tang­gung
mang berbicara tentang ajaran Tu­ jawab pernikahan dapat mem­buat
han mengenai larangan perceraian, seseorang terhambat dalam me­nge­
na­mun bagian ini bersifat ‘occasional’ jar apa yang utama, yakni mengejar
(ter­­ikat dengan konteks tertentu). hik­mat/filsafat.

14 EUANGELION 173
Menurut Frank Matera, dalam rai­an. Dalam menjawab pertanyaan
bu­k unya New Testament Ethics, 1 me­ngenai perceraian, ada dua aspek
Ko­rintus 7 dilatarbelakangi oleh ha­ pe­n gajaran yang Paulus gunakan
dirnya kelompok orang Kristen yang da­ri pengajaran Yesus yakni (i) tidak
mem­p raktekkan kehidupan yang adanya alasan untuk perceraian dan
aske­tis dan memaksakan pola hidup kon­s ekuensi untuk tidak menikah
ter­sebut kepada jemaat Kristen yang la­gi bila perceraian terjadi; (2) ar­
lain. Isu mengenai perceraian pun, gumentasi bahwa pernikahan me­ru­
menurut Matera, kemungkinan ter­ pa­kan “satu daging.” Dalam konteks
kait dengan praktek hidup asketis per­nikahan dari orang-orang yang
yang membuat beberapa jemaat su­dah berada dalam Tuhan (sudah
men­ceraikan pasangannya. Seorang per­c aya kepada Kristus), Paulus
ah­li yang lain, bernama Victor P. Fur­ me­negaskan, seperti halnya Tuhan
nish, melihat bahwa dalam jemaat Ye­sus, bahwa perceraian tidak da­pat
Ko­rintus terdapat kelompok orang diterima/tidak dapat diijinkan. Da­
yang mempraktekkan hidup yang lam kehidupan rumah tangga orang-
“ecs­tatic” dan “ascetic”, yang mana orang percaya memang da­pat timbul
me­r eka yakin bahwa pernikahan masalah, bahkan masalah yang
an­tara orang yang beriman dengan sangat berat, yang dapat mem­buat
orang yang tidak beriman haruslah salah satu pasangan tersakiti. Da­lam
di­akhiri sebab pernikahan merupakan kasus yang demikian, per­c eraian
ke­satuan total dari dua pribadi/ke­ bukanlah solusi, Paulus meng­h a­
hidupan. Warisan pemikiran Yahudi rapkan supaya dalam situasi yang
da­lam komunitas mereka membuat de­mikian, yang harus dilakukan ada­
me­reka berkeyakinan bahwa per­ni­ lah memberikan pengampunan dan
kah­an campur haruslah diakhiri de­ men­jalani rekonsiliasi.
ngan perceraian. Dalam 1 Korintus 11 Paulus juga
Dalam merespons isu tentang me­nyoroti isu mengenai peran pe­
per­ceraian, Paulus tidak mengadopsi rempuan dalam ibadah dan dalam ke­
pan­dangan dari kaum Stoa ataupun luarga. Untuk memahami isu ini, kita
Cy­nic ataupun gerakan asketis yang per­lu memahami bagaimana orang-
ha­dir dalam jemaat Korintus. Paulus orang yang hidup pada abad pertama
meng­gunakan terutama ajaran Tu­ Ma­sehi memahami mengenai peran
han Yesus untuk menjawab isu ter­ kaum perempuan.
sebut. Banyak ahli, misalnya saja Ben Witherington III menelaah pe­
An­thony Thieselton, melihat kutipan ran dari kaum perempuan di era abad
yang Paulus gunakan dari ajaran Ye­ per­t ama Masehi dan menemukan
sus paralel dengan kutipan ajaran bah­wa kaum perempuan dalam ke­
Ye­sus yang dituliskan oleh Markus. hidupan dan masyarakat Yunani--di
Da­lam kitab Markus, Yesus tidak luar perempuan yang menjadi pe­
me­nyebutkan mengenai adanya pe­ lacur dan budak- terbagi dalam ti­­ga
ngecualian apapun mengenai per­ce­ golongan, yakni “athenians citizen,

EUANGELION 173 15
con­cubines, and companions or foreign hal keagamaan kaum perempuan
wo­man” (warganegara Athena, wa­ Ro­mawi dipandang sederajat dengan
nita simpanan, dan pendamping ba­ kaum laki-laki. Hal ini nampak dalam
yaran atau wanita asing). Walaupun sa­lah satu ukiran batu di Museo
ada banyak kaum perempuan Yunani yang memperlihatkan adanya
yang dipandang rendah, namun tidak kaum perempuan dengan tudung di
se­mua kaum perempuan Yunani me­ kepalanya sedang membawa per­
ng­alami diskriminasi. Ada wanita-wa­ sembahan (bdk. Ben Witherington III,
nita tertentu yang menikmati po­sisi Conflict and Community).
yang tinggi dan dihormati da­lam Bagaimana dengan masyarakat
masyarakat. Dalam kehidupan se­ Ya­hudi? Dalam komunitas Yahudi,
hari-hari, ada pembatasan-pem­ kaum perempuan, seperti halnya da­
batasan yang diberikan kepada kaum lam masyarakat Yunani dipandang
perempuan Yunani, misalnya ter­ le­bih rendah dari kaum laki-laki. Yo­
kadang tidak boleh ke pasar, tidak sefus, seorang ahli sejarah kuno, me­
bo­leh bertemu sanak familinya dan nga­takan bahwa wanita dalam segala
cen­derung terisolir dalam rumahnya hal lebih inferior dibandingkan laki-la­
(un­­tuk mempelajari hal ini, baca ki. Warisan tradisi yang diterima oleh
Craig S. Keener dalam bukunya Paul, orang Yahudi bahwa seseorang harus
Wo­m an and Wife). Bahkan, untuk ber­bahagia karena ia tidak dilahirkan
se­orang perempuan yang menjadi se­bagai wanita memperlihatkan cara
war­g a Athena sekalipun, mereka pan­dang yang negatif terhadap kaum
di­batasi haknya dengan tidak boleh pe­rempuan. Dalam hal ibadah, kaum
men­jadi saksi di pengadilan, kecuali pe­rempuan juga menempati posisi
un­tuk kasus bunuh diri. Dalam hal ke­dua. Hal ini nampak misalnya saja
ke­agamaan, kita sulit untuk melihat da­lam hal pemberian Taurat yang
si­kap masyarakat Yunani terhadap ha­nya diberikan kepada kaum laki-
kaum perempuan. Dalam ritual ma­ la­ki, perempuan tidak diijinkan untuk
sya­rakat Yunani ditemukan adanya men­jadi saksi, dan tempat kaum
ke­terlibatan kaum perempuan dalam pe­rempuan dipisahkan dari kaum la­
iba­dah mereka, namun peran mereka ki-laki.
ada­lah sebagai pelacur bakti. Bagaimanakah Paulus menjawab
Berbeda dengan wanita Yunani, isu ini? Seperti halnya dalam 1 Ko­rin­
kaum perempuan Romawi menerima tus 7, Paulus tidak mengadopsi baik
per­lakukan yang lebih baik dari pada bu­d aya Yunani, Romawi ataupun
orang-orang Yunani. Masyarakat Ya­hudi. Paulus kembali kepada apa
pa­da umumnya memandang kaum yang diajarkan dalam kitab suci bah­­
pe­rempuan setara dengan kaum laki- wa Tuhan menciptakan laki-laki dan
la­ki. Dalam budaya Romawi, kaum perempuan sebagai gambar dan rupa
pe­rempuan memiliki hak-hak dalam Allah. Meskipun demikian, Pau­lus
eko­n omi, politik, keagamaan dan tidak mengaburkan perbedaan pe­
da­lam menuntut perceraian. Dalam ran perempuan dan laki-laki. Kaum

16 EUANGELION 173
pe­rempuan memang diberikan peran sung tertuju pada satu orang yang
bu­kan sebagai kepala. Hal ini berarti me­nunjukkan rasa terima kasih pada
ada perbedaan peran antara kaum Tu­han Yesus.
pe­rempuan dan laki-laki, tetapi ke­ Bagaimanakah masyarakat abad
per­bedaan ini bukanlah dalam hal per­t ama Masehi membaca ce­r ita
na­t ur, sebab semua manusia baik da­lam Lukas 17:1-19? Apakah sa­at
la­ki-laki maupun perempuan dicipta me­reka membaca kisah ini me­reka
me­n urut gambar dan rupa Allah me­miliki respons yang sama de­ngan
(Kej 1:27) dan dalam Kristus tidak pem­b aca modern? Dalam du­n ia
ada pembedaan antara laki-laki dan ku­n o, kita mengenal sebuah kon­
pe­rempuan. Dalam gereja, laki-la­ sep yang disebut sebagai “grace”
ki dan perempuan hendaknya di­ (anu­gerah) dan “gratitude” (rasa te­
berikan kesempatan yang sama rima kasih). Dalam konteks ini, ma­
un­t uk melayani Tuhan. Dalam 1 syarakat memiliki sebuah tata-ni­lai
Ko­rintus 11:4 Paulus menyinggung yang diterima bersama bahwa sa­at­
me­ngenai perempuan yang berdoa seseorang menerima grace su­d ah
dan bernubuat. Kedua istilah tersebut sewajarnya dan seharusnya ia me­
me­nunjuk pada dua kegiatan dalam respons-nya dengan memberikan
ge­r eja yang umumnya dilakukan gratitude. Bentuk gratitude yang
oleh kaum laki-laki tetapi Paulus di­­harapkan beragam, selain bentuk
me­ngizinkan perempuan untuk me­ ucap­a n terima kasih, meniru ke­
lakukan hal tersebut sebab tidak ada baikan yang diterima seseorang
pem­bedaan laki-laki dan perempuan me­rupakan sebuah bentuk gratitude
da­lam gereja. yang dipandang paling mulia (bdk.
Dalam Lukas 17:11-19 kita mem­ Mat 18:21-35; tuntutan bahwa se­
baca mengenai Tuhan Yesus me­ se­orang yang telah menerima pe­
nyembuhkan sepuluh orang kusta. ng­­ampunan haruslah belajar me­
Ke­cenderungan kita saat membaca ng­­ampuni merupakan salah satu
teks tersebut adalah membacanya ben­­tuk relasi grace dan gratitude).
da­lam kacamata budaya modern. Ki­ta Si­­kap seseorang dalam memberikan
memandang bahwa kisah ini hen­dak gra­titude yang sepatutnya disebut
menyoroti sikap satu orang yang se­b agai perilaku yang terhormat.
berbeda dari sembilan lainnya. Wa­ Se­­baliknya, perilaku seseorang yang
laupun disembuhkan Yesus, sembilan ga­­gal dalam memberikan respons
orang tidak kembali dan hanya satu se­harusnya, disebut sebagai hal me­
orang kembali untuk berterima kasih ma­lukan (shameful). Perilaku seperti
ke­pada Tuhan. Kebudayaan kita yang ini dipandang sebagai hal yang tidak
sa­ngat menekankan etika dan sopan da­pat diterima.
san­tun mungkin mempengaruhi per­ Dalam konteks cara pandang ini,
sepsi kita sehingga saat membaca sikap satu orang yang kembali un­tuk
teks tersebut, perhatikan kita lang­ berterima kasih kepada Yesus (li­hat

EUANGELION 173 17
ayat 15-16) bukanlah hal yang ha­rus di­ sa­kit kusta lebih unclean daripada
pan­dang unik dan istimewa, se­bab hal orang Samaria. Kegagalan mereka
ter­sebut memang lazimnya de­mikian. da­lam menunjukkan respon yang
Se­seorang yang menerima ke­baikan se­harusnya terhadap anugerah Allah
da­r i seseorang (menerima grace) mem­perlihatkan bahwa kesembuhan
se­­harusnya ia memberikan respons fi­sik yang mereka alami tidak mem­
da­­lam bentuk gratitude. Kalaupun pe­ngaruhi kondisi jiwa/hidup mereka
ia tidak bisa meniru kebaikan yang yang unclean. Sebaliknya, satu orang
di­­lakukan seseorang yang telah Sa­maria yang merespons anugerah
mem­­berikan grace kepadanya, seti­ Al­lah dengan sikap yang benar,
daknya ia dapat mengucapkan te­ mem­buktikan bahwa orang ini bu­
ri­m a kasih. Hal yang justru aneh kan sekedar fisiknya disembuhkan
da­lam peristiwa ini adalah sembilan oleh Tuhan tetapi hatinya juga di­
orang yang telah menerima grace ubahkan Tuhan. Inilah alasannya
da­ri Tuhan Yesus, mereka ternyata Tu­han Yesus berkata kepada orang
ga­gal dalam memberikan respons Sa­maria tersebut: imanmu telah me­
yang seharusnya. Saat mereka di­ nye­lamatkan Engkau (Luk 17:19).
sembuhkan oleh Tuhan dalam per­
ja­lanan mereka memperlihatkan di­ri C. Penutup
kepada imam-imam Yahudi, me­reka Pengaruh dari budaya Yunani dan
seharusnya kembali kepada Ye­s us Ro­mawi dalam PB adalah hal yang
untuk menunjukkan gratitude mereka. je­las. Meskipun demikian, kita perlu
Si­kap mereka yang mengabaikan gra­ ber­hati-hati untuk memilah antara
ti­tude dipandang oleh orang-orang “pe­ngaruh budaya” dan pengaruh
abad pertama Masehi sebagai hal da­lam teologi/konsep berpikir. Para
yang memalukan dan tidak dapat di­ pe­n ulis Alkitab berbicara dalam
te­rima. kon­t eks budaya lokalnya. Dalam
Dalam kisah ini, Tuhan Yesus su­r at-suratnya, Rasul Paulus mi­
mem­bandingkan dua hal yakni: (1) salnya, sering membahas isu-isu
si­kap sembilan orang yang tidak tahu tertentu dalam jemaat yang mun­cul
me­respon anugerah Allah dengan karena persoalan budaya. Mes­kipun
se­orang Samaria (bdk. Luk 17:18), demikian, Rasul Paulus dan penulis
dan (2) respon seseorang terhadap Alkitab lainnya tidak me­n g­a dopsi
anu­gerah Allah dengan iman yang budaya tertentu dalam men­jawab
me­nyelamatkan (Luk 17:19). Dalam persoalan dalam jemaat. Hal ini
du­nia kuno, orang Kusta dipandang menunjukkan bahwa para pe­n ulis
se­­bagai orang yang unclean. “najis,” Alkitab membedakan antara oto­
mes­kipun demikian, orang Samaria ritas dan konteks pergumulan je­
yang sakit kusta dipandang bukan sa­ ma­a t. Otoritas ada pada Firman
ja tubuhnya unclean tetapi juga status Al­lah; walaupun Firman Allah per­lu
so­­­sialnya juga unclean. Akan tetapi, disampaikan dalam konteks per­gu­
ter­­nyata sembilan orang Yahudi yang mul­an jemaat namun Firman Allah

18 EUANGELION 173
ti­dak dipengaruhi oleh budaya atau Fir­man Tuhan. Itulah alasannya ia
kon­teks pergumulan zaman tertentu. meng­g unakan gagasan tersebut
Ge­reja memang harus menyampaikan se­b agai prinsip dalam menjawab
fir­m an Tuhan dalam bahasa dan isu peran perempuan dalam ibadah
kon­teks yang dapat dipahami oleh je­ma­at.
orang-orang zamannya. Untuk itu Mencermati bagaimana ge­re­ja
Firman Tuhan memang perlu di­ masa kini sering mencoba mem­ba­
sam­paikan sesuai dengan konteks ngun sebuah ajaran berdasarkan
dan kultur zamannya. Meskipun kon­teks zaman yang ada haruslah
de­mikian, merestrukturisasi pesan di­e valuasi dengan bijak. Sebagai
Fir­m an Tuhan berdasarkan kultur con­t oh, banyak gereja mulai me­
za­m an tertentu tidak dapat kita nyesuaikan tuntutan Firman Tuhan
te­rima. Di beberapa negara maju, ber­dasarkan karakter generasi muda
mi­salnya saja Belanda, masyarakat ma­sa kini. Gereja menganggap se­
me­mandang bahwa konsep “laki-la­ olah-olah jika Firman Tuhan tidak
ki sebagai kepala” sebagai sebuah me­ngikuti budaya dan kultur generasi
ben­tuk diskriminasi dan kesewenang- mu­da masa kini atau konteks zaman
we­nangan. Itulah sebabnya gagasan ter­tentu maka pemberitaan Firman
ini dipandang hanya sebagai budaya Tu­han tidak akan efektif. Walaupun
ku­no yang tidak bisa diterapkan la­gi per­g umulan dari generasi orang-
dalam masyarakat modern. Ji­ka kita orang Kristen dapat berbeda dan
membandingkan apa yang Ra­s ul kon­teks budaya orang-orang Kristen
Paulus tegaskan mengenai ajar­a n di daerah tertentu dapat berbeda te­
“laki-laki sebagai kepala,” Ia me­ ta­pi Firman Allah tetap berkuasa dan
mandang ajaran ini bukan sebagai mam­­pu berbicara lintas generasi dan
wa­risan kultur, tetapi sebagai ajaran lin­tas daerah.

Pdt. Chandra Gunawan

...satu orang Sa­maria yang


merespons anugerah Al­lah dengan
sikap yang benar, mem­buktikan
bahwa orang ini bu­kan sekedar
fisiknya disembuhkan oleh Tuhan
tetapi hatinya juga di­ubahkan Tuhan.

EUANGELION 173 19
BUDAYA IMAN guh­k ah keselamatan itu terjadi?”
Ki­­tab Filipi pasal 2 menolong kita
me­­mahami hal ini dengan baik, di­­
mulai dari ayat berikut ini: “Hai sau­
PENDAHULUAN da­ra-saudaraku yang kekasih, kamu
Kehidupan sebagai pengikut Kris­ se­nantiasa taat; karena itu tetaplah
tus menuntut kita untuk bertindak kerj­akan keselamatanmu dengan takut
se­suai dengan harkat dan martabat dan gentar...” (Flp 2:12a)
Kris­tus. Tentu ini tidaklah mudah, Ayat di atas memerintahkan kita
se­bab kita hidup dalam kedagingan agar menghidupi keselamatan. Frase
yang selalu ingin melawan harkat yang dipakai “tetaplah kerjakan”
dan martabat tersebut. Walaupun de­ ber­asal dari kata “κατεργάζεσθε”
mi­kian, kita perlu menyadari bahwa (katergazesthe) yang merupakan se­
iman kita tidak hadir atau eksis hanya buah kata perintah bertensa present,
da­lam sepenggal waktu, melainkan yang bermakna terus-menerus,
se­panjang hidup. Menghidupi iman se­lama hidup kita. Keselamatan
de­ngan seluruh prinsip-prinsip ke­be­ yang terus menerus dihidupi akan
naran firman Tuhan di sepanjang per­ membawa kita kepada akhir ke­hi­
ja­lanan hidup kita, di manapun kita dupan yang tiada bercela (ay 15).
ber­ada, inilah yang disebut budaya Na­m un menghidupi keselamatan
iman. ti­daklah dengan kekuatan sen­di­ri,
melainkan Allahlah yang me­nger­ja­
KESELAMATAN YANG HIDUP kan­nya (ay 13). Jadi, tidak mungkin
Tatkala kita menerimaYesus se­ba­ ke­s elamatan yang dimiliki orang
gai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, per­caya itu diam saja, apalagi mati,
di situlah momen keselamatan itu tan­pa menghasilkan apa-apa. Buah-
menjadi anugerah buat hidup ki­ta, buah keselamatan akan tampak dan
dan itu bersifat kekal. Namun ke­ men­jadi bukti bila keselamatan yang
selamatan dalam prinsip firman Tu­­ ki­ta peroleh adalah eksis.
han tidaklah hanya berimplikasi ke­lak
sesudah kematian daging (future), BUDAYA KRISTEN
melainkan juga pada saat ini (present). Guna melihat lebih jauh indikasi
Memang, keselamatan itu sen­d iri ke­selamatan yang hidup di atas, saya
hanya akan dinyatakan tatkala ke­lak akan membandingkan dua paradigma
kita sudah di alam baka, sebab ka­ta un­tuk kita renungkan bersama secara
“selamat” merupakan sebuah an­ se­rius sehingga kita dapat mengukur
titesis dari kata “hukuman”. Namun dan sekaligus merenungkan, siapa
buah keselamatan itu bersifat aktif ki­ta di hadapan Kristus (kita masing-
dan terus menerus. Apabila buah ma­sing patut menjawab pertanyaan
ke­s elamatan tidak menampakkan yangYesus sampaikan dalam Lukas 9:
ak­­tivitas dan pertumbuhan yang baik, 20). Dua paradigma tersebut adalah
kita patut bertanya-tanya, “sung­ bu­daya Kristen dan budaya iman.

20 EUANGELION 173
Akhir-akhir ini saya sering men­ or­­namen yang muncul hanyalah
dapatkan banyak berita, pe­s an un­­tuk kemeriahan semata, bukan
singkat, dan opini tentang per­tum­ pe­­rilaku hidup yang semakin baik,
buhan dan perkembangan sebuah apa­­lagi benar. Jika sudut pandang de­­
aga­ma yang disinyalir menjadi amat mikian kita alihkan ke daerah-dae­rah
pe­sat dewasa ini. Di kantong-kantong mayoritas Kristen (umumnya di­sebut
yang mayoritas Kristen (mungkin ju­ kantong-kantong Kristen) yang men­
ga Katolik) terjadi sebaliknya, yaitu jadi obyek kekuatiran yang saya se­but
ke­m unduran, baik dalam konteks di atas, apakah yang dapat kita ka­
iden­titas maupun praktek kehidupan. takan dan simpulkan? Bagi saya, setali
Fe­nomena apakah ini? Atau apa yang ti­ga uang alias sama saja dengan apa
da­pat kita jelaskan tentang hal ini? yang terjadi di dunia barat. Maka,
Sung­guhkah kekristenan mengalami ten­tu saja karena rapuh dan lemah,
ke­munduran? se­bab hanya tampak permukaan sa­
Firman Tuhan di dalam Yesus ja, budaya Kristen jadi semakin surut
Kris­tus harus kita yakini sebagai “ya” dan lama kelamaan bisa saja hilang.
dan “amin” (2 Kor 1:20), maka apa Oleh karena itu harus ada sesuatu
yang dinyatakan di dalam firman yang menggantikannya, dan itu
Tu­han, yaitu Alkitab kita saat ini ada­ sa­ya sebut dengan istilah “budaya
lah sebuah kebenaran. Keyakinan iman”. Paradigma kantong Kristen
seperti ini amatlah penting bagi ki­ta atau peradaban Kristen barangkali
pengikut Kristus, dan dengan de­ ke­lak hanya tinggal sebuah warisan
mi­kian fenomena di atas dapat kita (legacy) semata. Jika demikian maka
pa­h ami dengan baik. Kekristenan ki­ta juga tidak akan berjumpa lagi
dalam konteks sebagai sebuah entitas de­ngan konsep mayoritas Kristen,
bu­daya, bagi saya, saat ini memang dan minoritas agama lainnya di suatu
sedang mengalami kemerosotan dan dae­rah tertentu.
bah­kan menurut saya sudah hendak Fenomena ini sebenarnya bu­
ber­akhir dan karenanya kemunduran kan melulu pertumbuhan dan per­
ada­lah sebuah keniscayaan. Dunia ba­ kem­bangan suatu agama tertentu.
rat yang (awalnya) kental dengan ke­ Mung­kin dalam konteks Indonesia
kris­tenan dalam segala aspek, seperti ter­jadi demikian. Namun di belahan
pe­merintahan, gereja, pendidikan, du­nia lain, dalam beberapa survei
pe­ri kehidupan sehari-hari, dan se­ba­ di­sebutkan justru mereka yang tidak
gainya (dibuktikan dengan nilai-nilai me­­miliki afiliasi agama tertentu
kris­tiani yang amat kuat dan pekerjaan se­p erti ateisme dan agnostisme
misi yang luar biasa), kini hanyalah ber­tumbuh secara pesat. Di Ero­pa
me­nyisakan elemen budaya semata, dan Amerika kelompok ini men­
ta­pi rendah dan bahkan kehilangan du­d uki jumlah kedua terbesar
kua­litas kerohaniannya. Tatkala bu­ (https://news.nationalgeographic.
lan Desember dimana hari Natal com/2016/04/160422-atheism-
ti­­­ba, pernak-pernik dan ornamen- agnostic-secular-nones-rising-

EUANGELION 173 21
religion). Jika Eropa dan Amerika ke­selamatan. Di dalam Injil ada kuasa
me­n galami situasi demikian, ma­ Al­lah yang membawa orang kepada
sihkah kita sebagai pengikut Kris­ ke­selamatan. Dengan demikian, tat­
tus bangga mereferensikan benua kala kita beroleh keselamatan yang
ter­sebut sebagai berbudaya Kristen ber­sumber dari Injil, di dalam diri kita
ha­n ya karena pernak-pernik fisik (se­harusnya) muncul iman yang hidup,
yang bernuansa kristiani, dan itupun yang terus-menerus bertindak sesuai
ha­nya di saat-saat Natal? Kekristenan de­ngan citra kebenaran Ilahi. Oleh
ada­lah tentang Kristus, bukan per­ ka­rena terjadi terus menerus, tentu
nak-pernik, ornamen, hiasan, dan la­ma-kelamaan menjadi kebiasaan,
se­m acamnya yang terlihat fisik. dan inilah yang disebut budaya iman.
Be­­g i­t ulah penegasan Yesus (Mat Da­lam tataran praksis, budaya iman
16:24): “Lalu Yesus berkata kepada akan memberikan dampak yang amat
mu­rid-murid-Nya: ‘Setiap orang yang besar dalam memperkenalkan ke­be­
mau mengikut Aku, ia harus me­ naran Allah dan keselamatan yang
nyangkal dirinya, memikul salibnya di­sediakan-Nya.
dan mengikut Aku.’“ Apakah kemerosotan budaya
ke­kristenan sebagaimana disebut di
BUDAYA IMAN atas merupakan sesuatu yang serius
Sebagai bandingan dari budaya dan fundamental di mata Tuhan?
Kris­ten yang demikian, budaya iman Ter­nyata firman Tuhan mengatakan
per­lu mulai kita galakkan. Budaya “ti­dak”. Mari kita simak ayat berikut
iman berangkat dari pemikiran dasar ini: “Begitu pula anggur yang baru
yang terdapat pada ayat di bawah ini: ti­dak diisikan ke dalam kantong kulit
“Se­bab di dalamnya nyata kebenaran yang tua, karena jika demikian kantong
Al­lah, yang bertolak dari iman dan itu akan koyak sehingga anggur itu
me­mimpin kepada iman, seperti ada ter­buang dan kantong itupun hancur.
ter­tulis: ’Orang benar akan hidup oleh Te­t api anggur yang baru disimpan
iman.’” (Rm 1:17). orang dalam kantong yang baru pula,
Sebagaimana disebutkan dalam dan dengan demikian terpeliharalah
pa­­paran sebelumnya, iman kita ke­dua-duanya” (Mat 9:17).
ha­ruslah bersifat aktif, karena kita Budaya kekristenan bagaikan kan­
ma­­sih hidup di dunia ini. Iman kita tong kulit yang tua, dan isinya pun
ha­­nya dapat bertumbuh dengan su­dah tua. Budaya kekristenan sudah
baik sehingga kita layak dibenarkan pur­na dan tidak perlu lagi diaktivasi
Al­­lah tatkala kita menghidupinya. ulang. Sementara itu budaya iman
Meng­­hidupi iman inilah yang menjadi ada­lah bagaikan kantong anggur
ha­­kekat terbentuknya budaya iman. yang baru. Isinya, yaitu anggurnya
Bu­d aya iman bersumberkan pa­ pun tidak bersifat ornamental, sim­
da Injil, firman Tuhan. Paulus me­ bol, ritual, atau pernak-pernik se­
negaskan dalam ayat 16 kitab Roma mata. Anggur baru ini bersumber
bah­wa karena Injillah orang beroleh pa­da kebenaran murni firman Tuhan

22 EUANGELION 173
yang merupakan fondasi dasar iman Beriman kepada Tuhan Yesus
di dalam Yesus Kristus, sebagaimana ber­a rti menjadikan Yesus sebagai
yang Paulus sampaikan dalam kitab prio­ritas utama dan pusat kehidupan,
Ro­ma di atas. apa­pun itu yang terjadi, suka atau
Sebagai pengikut Kristus, ada du­k a, sehat atau sakit. Namun li­
be­gitu banyak keistimewaan yang hatlah betapa masih banyak orang
ki­ta bisa peroleh. Firman Tuhan me­ (Kris­t en) yang manakala tertimpa
nunjukkan kepada kita bahwa ki­ta ke­susahan menganggap Tuhan jahat,
disebut anak Allah (Yoh 1:12), dan ti­d ak adil, tega, dan sebagainya,
Allah dengan demikian adalah Ba­ se­h ingga akhirnya meninggalkan
pa kita. Allah yang mahakuasa itu imannya bahkan cenderung mulai
menjadi ‘Bapak’ buat kita?, “Ya, be­ meng­hujat Tuhan. Pernahkah kita
nar!” kita juga disebut sebagai murid se­rius bertanya dalam perenungan
(Ki­tab Yohanes banyak menyebutkan iman kita, mengapa jalan Allah un­
ten­tang murid ini). Bukankah da­lam tuk keselamatan adalah dengan
dunia pendidikan banyak pe­lajar in­k arnasi Yesus dan inkarnasi itu
dan mahasiswa berlomba-lom­b a mes­ti dijalankan dalam penderitaan?
mendapatkan sekolah yang ter­ Bu­k ankah Allah itu mahakuasa?
baik? Salah satu alasan sekolah Ka­lau untuk memurnikan hidup ma­
atau kampus itu disebut terbaik nusia dan menjadikannya kudus agar
ten­tu karena gurunya berkualitas. berkenan kepada-Nya, tidakkah Al­lah
Nah, kalau kemudian kita disebut dengan kemahakuasaan-Nya sang­
se­bagai murid Kristus, yang adalah gup membuat kudus manusia tan­pa
in­karnasi Allah, bukankah itu suatu harus berkorban demikian? Na­mun
ke­h ormatan yang amat tinggi? I tahukah Anda bahwa inilah per­
Pe­trus 2:9 memberikan banyak ke­is­ tanyaan-pertanyaan orang yang jus­
timewaan lainnya lagi. Namun se­dih­ tru sebenarnya tidak memiliki budaya
nya, semua keistimewaan tersebut iman, yang berpusatkan pada Kristus.
ti­dak membuat banyak orang yang Me­reka justru meragukan jalan yang
me­ngaku Kristen memiliki cara hidup de­mikian, dan karenanya sangat wa­
yang baik atau bahkan lebih baik (da­ jarlah untuk tidak menghidupi iman
ri­pada mereka yang di luar Kristus). yang demikian. Tapi bagi kita yang
Ke­istimewaan itu seperti menjadi ingin hidup benar dan sungguh-sung­
se­buah kebanggaan semata, namun guh dalam Kristus, jalan keselamatan
nir hakekat. Dengan kata lain, banyak yang Allah sediakan semestinya
yang suka disebut “anak Allah”, “mu­­ menjadi refleksi iman yang senantiasa
rid Kristus”, dan sebagainya na­mun hi­dup di segenap eksistensi kita.
kehidupannya tidak seturut de­ngan Pengorbanan Kristus me­nun­juk­
sebutan tersebut. Dapatkah yang kan bahwa dosa bukanlah perkara
demikian itu disebut pengikut Kris­ ke­cil, sepele, apalagi mengada-ada.
tus? Dosa adalah noda paling men­ji­jik­kan

EUANGELION 173 23
di hadapan Allah. Oleh ka­re­na bo­ menjadi jalan yang mudah bagi kita
bot­nya yang besar itulah ma­ka jalan un­tuk menegaskan bahwa kebaikan
ke­selamatan Allah juga haruslah yang itu karena kita memiliki Kristus. Ta­
amat berharga, yaitu pengorbanan pi ingatlah dan pahamilah bahwa
Kris­tus. Ketika kita paham jalan itu, ke­b aikan yang memancar dalam
ma­ka seharusnya itu tercermin dalam ke­hidupan kita tidaklah melulu se­
k­e­hidupan kita sehari-hari, yaitu bu­ suatu yang serba enak, nyaman, dan
da­ya iman yang benar. senang. Berhasil, beruntung, suk­ses,
Budaya iman bisa bersifat individu, berprestasi memang adalah hal-hal
pun bisa bersifat komunal. Berdoa ka­ yang hebat dan membuat orang
panpun itu, tanpa harus menunggu lain kagum, hormat, dan bah­k an
ada suatu kegiatan tertentu, bukanlah segan pada kita. Namun ke­tika kita
se­suatu yang tidak patut. Membaca sakit, terpuruk, gagal, men­d erita
dan merenungkan firman Tuhan ka­ dan sebagainya yang tam­pak tidak
panpun dan dimanapun, entahkah menyenangkan dan kita bi­sa tetap
ki­ta sangat sibuk, dikejar jam masuk hidup dalam iman yang ber­pusatkan
ker­ja atau sekolah, dapat (seharusnya) Kristus, maka itu juga akan me­mu­lia­
de­ngan mudah dilakukan. Kita tidak kan Allah (2 Kor 4:7, I Pet 2:20).
per­lu melakukannya dengan banyak Budaya iman adalah cara hidup se­
ayat. Satu atau dua ayat pun tetaplah ha­ri-hari yang bergantung, bersandar,
baik, apalagi bila kita sanggup meng­ dan berpusatkan pada Kristus. Tiada
ha­f alnya, tentu akan sangat baik hi­dup tanpa Kristus. Itulah budaya
dalam membangun budaya iman iman sejati. Bila budaya iman yang
ki­ta. Banyak hal-hal praktis lainnya de­m ikian betul-betul hadir, maka
yang sesungguhnya amatlah mudah ti­d ak perlu ada lagi kegelisahan,
dan bukan sesuatu yang bersifat ke­kuatiran, apalagi kegeraman ter­­
gim­mick (hanya untuk mengelabui hadap semua fenomena per­kem­
su­p aya tampak rohani semata). bangan dan pertumbuhan fal­safah
Mem­b eritakan Injil, pendalaman atau agama apapun (di luar Kris­tus).
Al­kitab, dan sebagainya dapat kita Budaya iman yang demikian mem­
ja­lankan tanpa perlu merasa tertekan bangun keyakinan yang kokoh, tak
apa­lagi terbeban. Bila kita memiliki ter­g oyahkan sebagaimana Paulus
ca­ra hidup yang baik dalam seluruh te­gaskan dalam kitab Roma di atas.
as­p ek kehidupan, dan kemudian Ja­di, budaya manakah yang Anda hi­
orang lain melihatnya sebagai se­ du­pi saat ini?
buah keindahan, tidakkah itu akan

Teduh Primandaru
Jemaat GII Kebaktian Kota Baru
Parahyangan

24 EUANGELION 173
PENGARUH SMARTPHONE TERHADAP BUDAYA DAN
PANGGILAN ORANG PERCAYA UNTUK MEMULIAKAN TUHAN
“Jika engkau makan atau jika engkau smart­phone tersebut menyebabkan
minum, atau jika engkau melakukan per­ubahan besar dalam budaya ma­
sesuatu yang lain, lakukanlah sya­rakat: dalam norma-norma, pola
semuanya itu untuk kemuliaan pi­kir, nilai-nilai dan dalam sikap etis.
Allah.” Sebagai orang percaya, perubahan
1 Kor 10:31 ter­sebut akan berkaitan pula dengan
pang­gilan orang percaya untuk me­
“Sebab segala sesuatu adalah dari muliakan Tuhan dalam seluruh as­
Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia. pek kehidupannya. Panggilan un­
Bagi Dialah kemuliaan sampai tuk memuliakan Tuhan terus ber­
selama-lamanya!” kumandang dalam berbagai per­
Roma 11:36 ubahan budaya dunia sepanjang
za­­man. Paparan ini adalah kajian
Pengantar eti­ka Kris­­­ten terhadap penggunaan
Salah satu produk perkembangan smart­­p hone dalam kaitan dengan
tek­­­nologi adalah hadirnya perangkat ke­­hi­dupan orang percaya yang ter­
ko­­mu­nikasi “smartphone.” Hal ter­ pang­­gil untuk memuliakan Tu­han, ter­
se­­but telah membawa dampak yang ma­­suk dalam menyikapi peng­gu­naan
luar biasa dalam budaya manusia smart­­phone dalam ke­hi­dupannya.
ter­­­m asuk di Indonesia. Pengguna
smart­phone di Indonesia cukup be­ Pengaruh smartphone dalam bu­
sar. Kementerian Komunikasi dan da­­ya
Informasi RI menyatakan bah­w a KBBI memberikan definisi budaya
Indonesia adalah “raksasa tek­nologi ada­lah “pikiran, akal budi.” Charles
Asia yang sedang tertidur. Peng­gu­ H. Kraft memberikan pengertian
na smartphone Indonesia juga ber­ bu­daya sebagai “gaya hidup suatu
tum­buh dengan pesat. Lebih jauh ma­syarakat dalam suatu kelompok,
Men­kominfo menyatakan bahwa yang merupakan warisan dari satu
Lem­b aga riset digital marketing ge­nerasi kepada genarsi berikutnya.”
Emar­k eter memperkirakan pada Pe­ngungkapan lain tentang budaya
ta­hun 2018 jumlah pengguna aktif ia­lah “rancangan masyarakat untuk
smarphone di Indonesia lebih dari 100 ke­­hidupannya.” Setiap budaya me­
ju­ta orang. Dengan jumlah sebesar ngandung norma-norma, pola pi­kir,
itu, Indonesia akan menjadi negara pengetahuan, nilai-nilai yang di­
de­ngan pengguna aktif smartphone terima dalam kelompok tersebut.
ter­besar keempat di dunia setelah Ber­­dasarkan budaya tersebut, setiap
Ci­na, India, dan Amerika.” Sadar atau orang melakukan tindakan dalam ke­
ti­dak sadar, peningkatan pengguna lom­poknya.

EUANGELION 173 25
Smartphone sebagai alat bu­da­ bekerja ketika manusia meng­g u­
ya yang sudah merupakan ke­b u­ nakannya. Oleh karena itu, se­ba­
tuhan pada masa kini, akan me­ gaimana sifat benda umumnya,
miliki pengaruh yang sangat be­sar smart­phone dapat menjadi alat yang
dalam mengubah budaya ka­r ena mem­bawa kepada kehidupan yang
smartphone dapat digunakan se­ba­ me­muliakan Tuhan atau menjadi alat
gai hp biasa, atau akun facebook, ib­lis untuk melaksanakan rancangan
Whats­app, instragram, mengakses ke­jahatannya, tergantung kepada
email, bertransaksi bisnis dan lain peng­gunanya. Sebagai contoh: pisau
se­bagainya. Satu smartphone seolah- yang dirancang untuk menjadi alat
olah satu perkantoran yang memiliki me­n olong manusia, yang sangat
ba­nyak fungsi. ber­­guna di tangan master chef, akan
Kepemilikan smartphone bu­ men­­jadi alat yang membahayakan di
kan lagi sekedar pilihan tetapi te­lah ta­ngan orang yang berniat ja­hat ka­
menjadi kebutuhan bahkan ke­h a­ re­na dapat mengancam ke­se­la­mat­an
rusan untuk hidup pada masa ki­ni. dan keamanan orang lain. Adalah
Smartphone telah menjadi sa­lah ber­­bahaya jika pengguna smartphone
satu alat/instrumen budaya, da­lam ti­dak memikirkan bahwa iblis dapat
berbagai aspek kehidupan. Ke­hadiran meng­gunakan smartphone untuk tu­
smartphone menyebabkan ter­jadi ju­annya.
transfer norma, nilai, konsep ber­ Oleh karena itu, perlu kesadaran
pikir yang disampaikan dengan baik se­­tiap orang percaya pengguna
karena dapat dikirim beserta fo­to- smart­phone, bahwa tanggung jawab
foto pendukungnya. Itulah se­babnya ke­pemilikan smartphone bukan pa­da
kehadiran smartphone telah me­ng­ bendanya tetapi pada manusia peng­
aki­batkan perubahan budaya. Hal itu gunanya: bukan hanya terhadap ma­
masih akan terjadi terus dengan per­ nu­sia tetapi juga terhadap Tuhan. Ada
kembangan yang ada pada masa de­ pang­gilan untuk memuliakan Tuhan
pan. Perubahan budaya akan terjadi ba­gi setiap orang percaya ketika me­
ke arah yang positif maupun negatif. ma­kai smartphone.
Oleh karena itu, setiap orang per­ca­ Vern S. Poythrees dalam Redeeming
ya pengguna smartphone tidak da­pat Science menyatakan bahwa Tuhan
membebaskan diri dari tang­g ung de­ngan jelas menunjukkan adanya
jawab, karena pada akhirnya peng­ ke­superioran manusia terhadap mah­
guna smartphone harus ber­tanggung luk lain: binatang dan tumbuhan.
jawab, baik kepada manusia maupun Ma­n usia tidak memiliki batasan
kepada Tuhan. dan dapat menggunakan segala se­
suatu yang ada di dunia ini dengan
Kondisi Smarphone yang tidak be­bas. Pembatasan terhadap ma­
dapat bekerja sendiri nusia hanyalah tidak boleh me­ng­
Smartphone dirancang oleh ma­ ambil pohon pengetahuan yang
nusia untuk hal yang baik dan ber­sifat baik dan jahat. Larangan itu me­
netral, dan smartphone ba­ru da­pat ru­p akan pengingat akan adanya

26 EUANGELION 173
tang­g ung jawab manusia kepada te­tapi telah menjadi kebutuhan setiap
Tu­h an atas kepercayaan yang di­ orang: tua muda, kecil besar, terdidik
be­r ikan kepada mereka. Manusia atau biasa saja, yang penggunaanya
bu­kan tuan atas segala sesuatu yang ter­kait dengan semua lini kehidupan.
dipercayakan kepadanya, te­t a­p i Smartphone masih akan terus me­ng­
hanya penatalayan yang akan mem­ alami pengembangan. Kita dapat me­
be­rikan pertanggungjawaban pada li­hat bahwa setiap tahun ada produk
wak­tunya. ba­ru dengan tambahan fitur-fitur yang
Hal tersebut juga nyata dalam pe­r­ lebih baik dan canggih dan akan te­rus
umpamaan TuhanYesus dalam Ma­tius dikembangkan untuk dapat mem­
25:14-30 tentang Tuan yang mem­ bawa lebih banyak hal positif. Sebagai
berikan talenta kepada hamba-ham­ orang percaya, panggilannya adalah
banya dengan tujuan untuk di­gan­ da­pat menggunakan apapun yang di­
da­kan. Ada yang dipercayakan lima mi­likinya termasuk smartphone untuk
ta­lenta, dua talenta dan satu talenta. me­muliakan Tuhan, mengasihi Tuhan
Ma­sing-masing menurut kemampuan dan mengasihi sesama.
me­reka. Waktu pengelolaan adalah Dalam melakukan komunikasi,
sam­pai tuan tersebut kembali. De­ de­n gan adanya smartphone ko­
mikian pula halnya dengan peng­gu­ mu­ni­kasi dapat dilakukan secepat
naan smartphone akan diminta per­ mung­k in karena smartphone te­
tang­gungjawaban. Untuk itu orang lah memungkinkan melakukan
per­caya harus memahami tanggung ko­munikasi antar kota, antar pro­
ja­wabnya sebagai orang percaya da­ vinsi, antar negara dan antar be­
lam penggunaan smartphone yang nua dengan baik. Perkembangan
di­pu­nyainya. Orang percaya ada­lah ter­akhir menunjukkan komunikasi
pe­natalayan hal-hal yang di­per­ca­ya­ de­­ngan bertatap muka telah dapat
kan Tuhan. di­­l akukan melalui Whatsapp. Per­
ca­k apan tersebut biayanya tidak
Pengaruh Smartphone yang Positif ma­hal. Contoh lain ialah bahwa se­
Smartphone sebagai hasil per­kem­ tiap stasiun TV sekarang ini telah
bangan teknologi telah mem­ba­wa me­ngembangkan peranan informasi
pertumbuhan pesat pa­da manusia da­ ma­syarakat akan berbagai hal. Hal
lam berbagai aspek kehidupan yang ter­sebut dapat terjadi dengan adanya
men­jadikan pekerjaan lebih mudah. smart­p hone, sehingga berita dan
Mi­salnya dalam berkomunikasi, da­ buk­ti pendukung berita dapat dikirim
lam penyampaian informasi, dalam se­cepat mungkin dengan baik. Oleh
mo­bilisasi, dalam pelaksanaan pe­ ka­rena itu, segala sesuatu yang terjadi
kerjaan atau bisnis, dalam kegiatan di berbagai daerah bahkan di dunia,
pe­layanan dan pelaksanaan ibadah. akan dapat diketahui dengan cepat,
Oleh karena itu smartphone bukan ji­kalau akses untuk smartphone sudah
la­gi suatu benda penanda prestise, ada di sana.

EUANGELION 173 27
Terjadi efisiensi dalam waktu dan Masa kini banyak gereja telah me­
da­n a serta efektif karena dengan ngizinkan Alkitab digital dalam smart­
ce­pat dapat dilakukan. Hal tersebut phone-nya. Oleh karena itu pengguna
da­pat menolong dalam hal-hal yang smart­phone telah menginstall Alkitab,
membutuhkan pertolongan se­perti yang dapat diinstall dalam berbagai
tabrakan, adanya gempa, ban­jir dan ver­si dan bahasa. Ini membuat iba­
lain-lain. Juga undangan-un­dangan dah semakin praktis. Banyak hal
rapat, pernikahan, ucapan-ucap­an yang dibutuhkan dalam pelayanan
Selamat dapat disampaikan de­ da­pat dicari dalam google yang da­
ngan whatsapp. Kalau dahulu se­ pat dibuka dalam smartphone. Bu­
tiap undangan harus dengan bukti daya orang percaya diubahkan. Ini
fi­sik, kini undangan dalam bentuk me­m udahkan setiap orang untuk
fo­to telah diterima dengan baik, ke­ me­miliki materi Alkitab. Meskipun
cuali untuk orang-orang yang pa­ling pem­bacaan Alkitab dari smartphone
dihormati. Terjadi perubahan budaya me­miliki pengaruh negatif, pengaruh
yang cukup signifikan. po­sitipnya cukup signifikan.
Dalam melakukan mobilisasi, Beberapa hal di atas menunjukkan
smart­phone sangat menolong. Pem­ bah­wa smartphone telah memberikan
bentukan kelompok group telah pe­ngaruh positif dalam kehidupan
mem­b uka komunitas-komunitas ma­nusia, termasuk orang percaya.
da­lam jumlah kelompok yang ber­va­ Pa­tut disyukuri penemuan-penemuan
riasi. Ada jumlah kelompok kecil, me­ ba­ru yang dapat menolong peradaban
nengah, dan ada kelompok besar. Hal ma­nusia berkembang lebih baik lagi.
se­perti itu belum pernah terpikirkan
15 tahun lalu. Hal tersebut juga me­ Pengaruh Smartphone yang Negatif
nyebabkan perubahan dalam pe­ Pengaruh smartphone yang negatif
laksanaan kepemimpinan. Itu telah aki­b at perubahan budaya dapat
di­p raktekkan untuk memobilisasi di­­amati antara lain: godaan untuk ti­
orang dalam pelaksanaan Pilkada dan dak memuliakan Tuhan atau godaan
Pe­milu. ib­lis yang membuka potensi untuk
Dalam pelaksanaan pekerjaan dan ber­d osa, kemajuan penyampaian
bisnis, penggunaan smartphone ju­ga in­formasi yang tidak dibarengi de­
sangat besar. Bisnis online dapat ber­ ngan kesiapan mental, munculnya
kembang dengan baik dengan ada­nya ke­terasingan di tengah keramaian,
smartphone. Segala urusan bis­n is ke­t agihan ataupun pemberhalaan
dapat lebih efisien dan efektif ju­ga. smart­p hone dan kemalasan untuk
Con­tohnya, sekelompok petani di ber­komunikasi secara langsung.
Ja­wa Tengah telah tertolong dengan Godaan untuk tidak memuliakan
peng­gunaan smartphone untuk me­ Tu­han mudah terjadi dalam peng­
mahami banyak hal tentang harga gu­naan smartphone ketika ibadah.
ha­sil bumi dan lain-lainnya. Ib­lis juga menggunakan smartphone

28 EUANGELION 173
da­­lam menggoda orang-orang yang ber­temu langsung. Pergaulan lang­
belum percaya kepada Tuhan de­ sung menghadirkan senyum, dan
ngan terdapat konten-konten ki­ eti­k a, tetapi dengan smartphone
riman, yang merupakan godaan orang menggunakan emotikon-emo­
sek­sualitas, penipuan, perilaku ce­pat tikon yang hanya dapat dilihat te­tapi
marah dengan tulisan-tulisan da­ tidak dapat dirasakan. Dapat ju­ga
lam argumentasi yang muncul, dan menyebabkan kemalasan untuk ber­
percakapan-percakapan yang ka­ ko­munikasi.
dang­kala tanpa sopan santun lagi.
Pe­n ipuan-penipuan dapat terjadi Panggilan untuk memuliakan Tuhan
me­lalui facebook dan whatsapp yang Panggilan untuk memuliakan
telah banyak memakan korban, ka­ nya­ta dalam Alkitab. Dampak negatif
re­na percakapan-percakapan yang ti­dak harus ditakuti, melainkan harus
ter­jadi tanpa pertemuan seringkali di­h adapi bersama Tuhan. Sebagai
me­nutupi banyak jatidiri yang tidak orang percaya yang telah merasakan
be­nar. ka­s ih dan pengampunan Tuhan di
Penyampaian informasi yang ti­ da­lam Tuhan Yesus, yang diterima de­
dak di­barengi dengan kesiapan men­ ngan iman bahwa penebusan terjadi
tal. Pa­da masa lalu, setiap budaya oleh darah Tuhan Yesus yang tercurah
ma­­nusia diturunkan ke generasi be­ di Kalvari, dan melalui firman Tuhan,
ri­­kutnya melalui pengajaran baik di pas­ti akan didatangkan rasa syukur
te­­ngah keluarga maupun sumber etis ke­pada Tuhan dan ingin memuliakan
lain­nya. Ada cukup waktu untuk men­ Tu­han di dalam hidup. Pernyataan
cer­nanya. Perkembangan smartphone li­m a sola: Sola Gratia, Sola Fide,
mem­bawa penyampaian informasi Solus Christus, Sola Scriptura diakhiri
yang luar biasa cepat. Banyak pe­ dengan Soli Deo Gloria.
ne­rima belum siap secara mental. Panggilan untuk memuliakan
Pa­dahal, siap atau tidak siap, norma- hi­d up sekaligus tantangan agar
nor­ma. pola pikir lain terus memasuki da­p at menggunakan segala milik
se­tiap pengguna dengan bebasnya. yang dipercayakan Allah umumnya
Se­tiap pengguna smartphone se­olah dan smartphone khususnya untuk
berjuang sendiri menghadapi ber­ me­­m uliakan Tuhan. Penggunaan
ba­gai informasi yang masuk. Terjadi smart­phone dapat dilakukan dengan
glo­balisasi budaya. Sebagai contoh: me­n aati pengajaran Tuhan Yesus.
ba­nyak orang terperdaya oleh status Pe­r intah untuk mengasihi Tuhan
orang yang dikenal melalui facebook. de­ngan segenap hati, segenap jiwa
Hal tersebut akan membahayakan dan segenap akal budi serta perintah
di­ri­nya. un­tuk mengasihi sesama seperti diri
Dampak negatif lainnya ialah mun­ sen­diri dipraktekkan dengan menaati
cul­nya rasa keterasingan di tengah se­ fir­man Tuhan. Hal tersebut diamati
gala keramaian. Orang tergoda lebih da­lam berbagai pernyataan dan
ber­gaul melalui smartphone daripada pe­rintah Tuhan Yesus, yaitu hidup

EUANGELION 173 29
se­bagai “garam dan terang dunia”, se­­bagai “garam dan terang” dunia
be­r usaha memelihara kekudusan me­­nunjukkan kehidupan yang telah
hi­d up, menggunakan smartphone me­­ngalami pembaharuan dan telah
se­bagai alat untuk mengasihi Tuhan ter­­hubung dengan terang itu sendiri,
dan sesama. ya­­itu Tuhan Yesus. Kedua gambaran
MengasihiTuhan dengan segenap ter­­sebut merupakan kehidupan yang
ha­­ti, segenap jiwa dan segenap men­­jadi internal tersembunyi tetapi
akal budi dalam penggunaan smart­ mem­­b a­w a dampak pembusukan
phone mengandung menaati prin­ da­lam du­nia ini, sedangkan orang
sip-prinsip Alkitab. Secara alki­t a­ per­caya se­bagai terang dunia karena
biah perlu disadari bahwa iblis ju­ga su­dah ter­hubung dengan Yesus yang
menggunakan smartphone un­t uk ada­lah te­rang dunia. Hal tersebut ber­
mencapai tujuannya. Hal ini nya­ta arti orang percaya mengasihi orang
dalam berbagai penggunaan smart­ yang ma­sih tinggal dalam kegelapan
phone. Komunikasi yang terjadi dan mem­­b imbingnya mengenal
da­lam smartphone dapat jatuh ke­ Ye­­sus. Peng­­gunaan smartphone ka­
pada umbaran kemarahan dan ke­ re­nanya un­tuk arah kesaksian dan
tidaketisan dalam berkomunikasi. pe­layanan. Orang percaya menjadi
Se­­tiap orang percaya kiranya dapat utus­a n Tuhan me­n yaksikan Tuhan
me­­nyadarinya dan berdiri sebagai yang sudah mati dan bangkit untuk
orang percaya menjadi kesaksian bagi me­n ebus dosa ma­n usia dengan
du­­nia ini. meng­gunakan smart­phone-nya.
Dalam penggunaan smartphone Penggunaan smartphone dengan
da­lam ibadah, perlu diwaspadai ta­ akun facebook, whatsapp, instagram,
rikan untuk melakukan kegiatan lain, men­­jadi media kesaksian iman.
se­perti membalas whatsapp ketika Ke­­taatan tersebut bukan karena
iba­dah, atau melakukan bisnis ketika ta­­kut UU ITE (meskipun itu perlu
se­dang ibadah. di­­per­hatikan), tetapi lebih kepada
Hidup sebagai “garam dan terang ta­­kut akan Allah yang mengetahui
du­­nia”. Orang percaya terpanggil sam­­pai kepada motivasi tindakan
un­­tuk hidup sebagai “garam dan te­ dan ketaatan kepada Tuhan. Se­
rang dunia” Dalam Matius 5:13-14 ba­­­g ai orang tebusan Allah, orang
Tu­­h an Yesus mengatakan, “Kamu per­­­caya yang mengasihi Allah akan
ada­­lah garam dunia. Jika garam itu ber­­kehendak menaati firman Tuhan
men­­jadi tawar, dengan apakah ia (Yoh 14:15, 21,23). Orang percaya se­
di­­asinkan? Tidak ada lagi gunanya la­­­yaknya mengasihi Tuhan, Allahnya,
se­­lain dibuang dan diinjak orang. Ka­ de­­­ngan segenap hati, segenap jiwa,
mu adalah terang dunia. Kota yang dan dengan segenap akal budi; dan
ter­­letak di atas gunung tidak mungkin me­ngasihi sesama seperti diri sen­­
ter­­sembunyi.” Hal ini menunjukkan di­r i (Mat 22:37-39). Itu bukan un­
orang percaya adalah orang yang tu­k meraih kasih Tuhan tetapi ka­
te­­lah dibaharui Tuhan. Kehidupan re­­na sudah dikasihi oleh Tuhan.

30 EUANGELION 173
Oleh karena itu, smartphone juga Smartphone seringkali dipakai iblis
di­gunakan untuk memuliakan Tuhan un­tuk menyebarkan ketidakkudusan,
baik dalam penerimaan maupun atau menawarkan perzinahan, pe­
pe­ngiriman pesan, gambar dan lain ni­p uan, mengumbar kemarahan
se­bagainya. dan kekesalan, perselisihan dan lain
Kekudusan Hidup. Panggilan se­b againya. Orang percaya yang
un­t uk memuliakan Allah dalam me­nyadari jati dirinya sebagai umat
peng­gunaan smartphone berkaitan te­busan Tuhan hendaknya belajar me­
de­n gan pemeliharaan kekudusan melihara diri dari hal-hal yang tidak
hi­d up. Perintah kekudusan hidup ku­dus tersebut. Dalam penyebaran
di­b erikan pada masa Perjanjian be­rita, mewaspadai berita hoax. Ke­
La­m a dan diulang kembali dalam tidakkudusan dan kekudusan hen­
Per­janjian Baru. Ini menunjukkan daknya tidak disandingkan dalam
sua­tu kesamaan prinsip hidup dalam smart­phone. Setiap ketidakkudusan
Per­janjian Lama sampai kepada Per­ hen­daknya dapat di-delete.
jan­jian Baru.
Dalam 1 Petrus 1:15-16 dinyatakan Penggunaan smartphone yang
“te­t api hendaklah kamu menjadi punya batasan waktu
ku­d us di dalam seluruh hidupmu Dalam Matius 6:21 dinyatakan,
sa­ma seperti Dia yang kudus, yang “ka­­rena di mana hartamu berada, di
te­lah memanggil kamu, sebab ada si­­tu juga hatimu berada.” Pernyataan
ter­tulis: Kuduslah kamu, sebab Aku ter­­sebut menunjukkan bahwa se­
ku­dus.” (Bnd. Im. 11:44-45). Orang ga­la sesuatu yang mengikat hati
du­nia hidup menurut apa yang di­ be­­gitu rupa menunjukkan indikasi
ke­hendakinya tetapi orang percaya ke­­berhalaan seseorang. Orang per­
men­jalani pengudusan hidup terus ca­­ya seyogyanya lebih mengasihi
me­nerus. Oleh karena itu diminta Tu­­han daripada smartphone-nya. Tapi
un­tuk hidup kudus. Kekudusan bukan smart­phone kadang menyebabkan
se­s uatu yang berdasarkan usaha ke­t agihan yang membuat orang
sen­diri, tetapi lahir dari ketaatan ke­ per­caya seperti tidak nyaman jika
pada Allah. Apapun juga yang di­per­ ti­dak memegang smartphone-nya.
sembahkan seseorang kepada Tu­han Ra­sa amannya bertambah jika smart­
tanpa kekudusan hidup, itu ti­d ak phone-nya ada di tangannya. Hal
akan memuliakan Tuhan. Tuhan akan tersebut hendaknya menjadi per­ha­
bertindak terhadap anak-anak yang ti­an orang percaya, sehingga dapat
tidak belajar untuk hidup kudus, ka­ me­ngevaluasi diri.
rena Tuhan tidak memandang mu­ka. David Beckam, pemain dan pelatih
Oleh karena itu, orang percaya hen­ bo­la dari Inggris, telah menjadi ayah
daknya memelihara smartphone-nya yang dikagumi karena pernyataannya
da­ri kandungan hal-hal yang tidak da­lam salah satu wawancara de­
ku­dus. ngan wartawan tentang rahasia

EUANGELION 173 31
ke­harmonisan keluarganya, secara da­r i segala yang di­­milikinya yang
khu­sus relasinya dengan anak. David me­r upakan ke­p er­c a­y aan Tuhan
Beckam menyatakan bahwa bila dia kepadanya, jadi bukan se­b agai
berkumpul dengan keluarga, dia ti­ pemilik. Oleh karena itu, be­lajar
dak menggunakan smartphone-nya. menggunakan smartphone se­c ara
Itu menunjukkan keluarga bernilai bertanggung jawab dengan me­
ba­ginya sehingga dia membebaskan ngasihi Tuhan dan memuliakan Tu­
di­ri dari smartphone dalam periode han.
ter­tentu agar dapat memberi diri pa­ Juga menyadari akan ada waktu
da keluarganya. un­tuk mempertanggungjawabkannya
Orang percaya yang sulit me­le­ ke­pada Tuhan. Kesadaran ini akan
paskan smartphone-nya untuk pe­rio­ mem­b awa setiap orang percaya
de tertentu, merupakan kondisi yang meng­gunakan smartphone dengan
ha­rus diperhatikan supaya tidak jatuh be­nar dan baik sehingga nyata bah­
ke dalam penyembahan berhala. wa orang percaya adalah garam dan
Hal tersebut terasa menjadi godaan terang untuk dunia ini. Orang per­­caya
yang lazim. Namun memuliakan Tu­ pengguna smartphone ti­dak da­pat
han dengan menghentikan sejenak mem­b ebaskan diri dari tang­g ung
peng­g unaan smartphone adalah ja­wab, karena pada akhirnya peng­
sa­m a dengan melatih diri untuk gu­na smartphone harus bertanggung
me­naklukkan godaan. Sebagai in­ ja­wab, baik kepada manusia maupun
stru­men komunikasi dan instrumen ke­pada Tuhan.
in­formasi, smartphone diperlukan, Dalam penggunaan smartphone
na­mun menghentikan sejenak demi ju­g a disadari adanya godaan dari
Tu­han dan keluarga adalah pelatihan ib­lis. Oleh karena itu orang percaya
di­ri untuk tidak ketagihan terhadap me­nyadari adanya peperangan iman
smart­phone. dan etis melalui smartphone. Un­tuk
itu orang percaya hendaknya te­tap
Simpulan memelihara smartphone dari pe­
Penggunaan smartphone memiliki ngaruh dunia dan iblis dengan me­
tang­gung jawab kepada Tuhan dan melihara relasi dengan Tuhan. Tuhan
se­s ama. Oleh karena itu, dalam Ye­s us sumber segala berkat akan
meng­gunakannya perlu sikap yang mem­bimbing dan memelihara hati
je­las, yaitu untuk memuliakan Tuhan dan pikiran orang percaya berpusat
dan mengasihi sesama. Orang per­ pa­da-Nya.
ca­ya merupakan pe­na­talayan Tuhan Soli Deo Gloria.

Herlise Y. Sagala, D.Th

32 EUANGELION 173
Multikultural:
Keniscayaan Untuk Bermisi
Kemudian dari pada itu aku melihat: In­donesia diikat dalam satu kesatuan
sesungguhnya, suatu kumpulan de­ngan semboyan Bhinneka Tunggal
besar orang banyak yang tidak dapat Ika, yakni berbeda-beda namun tetap
terhitung banyaknya, dari segala sa­tu. Gambaran ini yang seyogianya
bangsa dan suku dan kaum dan ter­jadi di tengah kehidupan berbangsa
bahasa berdiri di hadapan takhta dan dan bernegara dari masyarakat yang
dihadapan Anak Domba... mul­tikultural.
Wahyu 7:9 Namun pada sisi lain, konflik akan
ha­d ir ketika ada yang mengklaim
Multikultural adalah gambaran bah­wa budayanya yang lebih do­mi­
ke­­b eragaman budaya yang di­t e­ nan dan menempatkannya se­ba­gai
mu­kan dalam konteks sosial. Mul­ yang superior. Konflik ini mun­c ul
ti­kultural juga dikenal dengan se­ karena adanya sikap yang me­rasa
butan kemajemukan, dimana ma­ superior dan mayoritas. Atau de­
syarakat dari berbagai suku bang­sa ngan perkataan lain, sikap yang
dan dari penganut agama yang me­lihat sesama yang berbeda dan
berbeda hidup bersama di da­lam men­jadikan budayanya sebagai
kehidupan masyarakat. Kata “ke­ yang lebih dibanding yang lain. Ke­
beragaman” terkadang kita sebut adaan ini tentunya bukan hal yang
ju­ga “variasi”. Dennis E. Johnson da­ harus dilestarikan, tapi disikapi de­
lam bukunya “Berita dari Kisah Para ngan tetap menghargai semua suku
Ra­sul dalam Sejarah Penebusan” me­ bang­sa dengan segala kelebihan dan
ngatakan bahwa variasi adalah bum­ ke­kurangan budayanya.
bu kehidupan. Dalam banyak hal pen­ Hadirnya konflik di tengah mul­
da­pat ini benar, walau pada sisi lain ti­kultural bukan saja di ranah sosial,
di­katakan bahwa perbedaan antar te­tapi juga di ranah agama. Ini tentu
bu­daya tidak selalu menghasilkan pe­ da­pat mengakibatkan keadaan yang
ng­alaman yang menyenangkan. Jika ti­dak kondusif di tengah kehidupan
di­terjunkan ke dalam suatu budaya ber­bangsa yang multikultural. Kaitan
dan bahasa yang asing bagi kita, kita de­ngan permasalahan di atas, tentu
mung­kin kewalahan oleh “guncangan men­jadi urgen untuk memperhatikan
bu­daya”, dan dalam jangka panjang le­bih jauh hal-hal yang seharusnya
oleh “kelelahan budaya”. di­h adirkan sehingga multikultural
Keberagaman budaya ditemukan bu­kan hal yang mempersulit di te­
di muka bumi ini sebagai gambaran ngah kehidupan berbangsa, tetapi
ke­­­m ahakuasaan Tuhan Sang Pen­ jus­t ru membawa kesejahteraan.
cip­­ta. Multikultural dalam konteks Un­tuk inilah pentingnya kita me­li­

EUANGELION 173 33
hat gambaran yang indah yang di­ sa dengan tujuan membawa yang
nyatakan dalam kebenaran firman lain datang memuji dan memuliakan
Tu­han. Tu­han.
Alkitab jelas banyak berbicara ten­ Dalam keberagaman budaya, kita
tang suku dan bangsa yang semuanya me­lihat Tuhan ada di atas budaya. Ia
ha­rus bertujuan memuliakan Tuhan. punya intervensi yang membawa se­
De­ngan ini menjadi pembelajaran mua suku dan bangsa yang memiliki
yang baik untuk kembali melihat ke­ ke­beragaman itu melihat kepada ke­
benaran yang akan memampukan daulatan-Nya atas semua yang ada di
se­mua warga gereja menjadi berkat mu­ka bumi ini. Di bawah ini kita dapat
di tengah kehidupan bangsa yang me­lihat beberapa gambaran yang te­
mul­tikultural. Lebih dari itu, orang lah dipaparkan di dalam Alkitab:
per­caya dapat melihat bahwa semua • Yesaya 66:18 - Aku mengenal se­ga­la
yang ada di tengah keperbedaan perbuatan dan rancangan me­reka,
ada­lah keniscayaan untuk melakukan dan Aku datang untuk me­n gum­
mi­si-Nya. Panggilan orang percaya pul­kan segala bangsa dari semua
di tengah multikulural adalah untuk ba­hasa, dan mereka itu akan datang
men­jadi berkat supaya terang kasih dan melihat kemuliaan-Ku.
Tu­han nyata di tengah kehidupan se­ • Mazmur 22:19 - Sebab TUHANlah
mua suku dan bangsa. Untuk inilah yang empunya kerajaan, Dialah yang
ki­t a akan melihat bagian firman memerintah atas bangsa-bangsa.
Tu­han yang menjadi fondasi untuk • Mazmur 46:11 - Diamlah dan ke­ta­
meng­hadirkan tujuan Tuhan di dalam huilah, bahwa Akulah Allah! Aku di­
ke­hidupan semua umat yang dikasihi- ting­gikan di antara bangsa-bangsa,
Nya. di­tinggikan di bumi!
• Maleakhi 1:11 - Sebab dari terbitnya
Multikultural: Tinjauan Alkitab dan sam­pai kepada terbenamnya ma­ta­
Fon­dasi hari nama-Ku besar di antara bang­
Alkitab dengan jelas memaparkan sa-bangsa, dan di setiap tempat
ke­beradaan yang berbeda dari suku di­bakar dan dipersembahkan korban
dan bangsa. Setelah peristiwa Menara ba­gi nama-Ku dan juga korban sajian
Ba­bel (Kej 11) terjadi keberagaman yang tahir; sebab nama-Ku besar di
su­ku dan bangsa dan semua orang antara bangsa-bangsa, firman TU­
ter­serak ke seluruh bumi. Namun kita HAN semesta alam.
ju­ga menemukan bahwa di dalam • Wahyu 7:9, 10 - Kemudian dari pada
ke­beragaman suku dan bangsa, Tu­ itu aku melihat: sesungguhnya, suatu
han menunjukkan kasih-Nya ke­pada kum­pulan besar orang banyak yang
semuanya. Tuhan memilih bang­sa ti­dak dapat terhitung banyaknya,
Israel untuk menjadi berkat ba­g i da­ri segala bangsa dan suku dan
bangsa-bangsa lain supaya se­mua kaum dan bahasa, berdiri di ha­dap­an
bangsa datang memuji dan me­ takhta dan di hadapan Anak Dom­ba,
muliakan Tuhan; pemilihan satu bang­ me­makai jubah putih dan memegang

34 EUANGELION 173
daun-daun palem di tangan mereka. sehingga semua suku dan bangsa da­
Dan dengan suara nyaring mereka pat mengenal Tuhan dan membawa
ber­seru: “Keselamatan bagi Allah me­reka untuk mengaku bahwa hanya
ka­mi yang duduk di atas takhta dan Tu­hanlah yang patut ditinggikan, dan
ba­gi Anak Domba!” Tu­han yang dikenal di dalam Yesus
• Filipi 2:10, 11 - supaya dalam nama Kris­t us adalah Juruselamat yang
Ye­sus bertekuk lutut segala yang mem­berikan keselamatan untuk se­
ada di langit dan yang ada di mua suku dan bangsa. Keniscayaan
atas bumi dan yang ada di bawah di dalam hidup orang percaya ini
bu­mi, dan segala lidah mengaku: ber­kaitan dengan gambaran hidup
“Ye­sus Kristus adalah Tuhan, “bagi ba­ru yang dimilikinya. D.A. Carson
ke­muliaan Allah, Bapa! me­ngatakan bahwa salah satu dari
• Yesaya 49:6 - Terlalu sedikit bagimu prin­sip yang menjadi dasar hidup baru
ha­n ya untuk menjadi hamba-Ku, ia­lah “Kita hidup untuk mengasihi se­
un­tuk menegakkan suku-suku Yakub sama, dimana kasih kepada sesama
dan untuk mengembalikan orang- itu seperti mengasihi diri sendiri dan
orang Israel yang masih terpelihara. mem­perlakukan mereka seperti diri
Te­tapi Aku akan membuat engkau sen­diri ingin diperlakukan. Keadaan ini
men­jadi terang bagi bangsa-bang­ se­makin mempertegas tindakan yang
sa supaya keselamatan yang dari ha­rus dilakukan oleh setiap orang
pa­da-Ku sampai ke ujung bumi. per­caya walau berhadapan dengan
• Mazmur 67 - Kiranya Allah me­nga­ kon­teks sosial yang multikultural.
sihi kita dan memberkati kita ... su­
pa­ya jalan-Mu dikenal di bumi dan Nyatakan Kasih Tuhan di Konteks
ke­selamatan-Mu diantara segala Mul­tikultural: Aplikatif
bangsa ... kiranya bangsa-bangsa Berdasarkan paparan terdahulu,
se­muanya bersyukur kepada-Mu ... kem­b ali dipertegas bahwa Tuhan
Ki­ranya suku-suku bangsa ber­su­ka­ Pen­c ipta mencurahkan kasih-Nya
ci­ta dan bersorak-sorai ... ke­pada semua orang di muka bumi.
Dari beberapa kebenaran fir­ Ke­t ika Ia mencurahkan kasih-Nya
man Tuhan di atas, dapatlah di­ da­lam kehidupan semua suku bangsa,
mengerti fondasi dalam memahami ada yang menerima kasih itu, ada
ke­beragaman yang ada, yakni Tuhan ju­ga yang tidak berespon baik atau
ada di atas semua suku dan bangsa, me­nolak. Ini memberi indikasi bahwa
Tu­hanlah SUBYEK di tengah suku dan ke­beragaman bukanlah kondisi yang
bang­sa. Tuhan mengasihi suku dan di­hindari, melainkan keniscayaan un­
bang­sa. Dan semua pada akhirnya tuk hadirkan kasih Tuhan.
HA­RUS meninggikan Tuhan Pencipta. Dalam keberagaman kitapun
Ti­dak ada suku dan bangsa yang tidak me­­nemukan keindahan yang dapat
ber­sujud dihadapan-Nya. mem­­perkaya. Dalam skop yang le­­
Umat Tuhan di tengah kehidupan bih sempit, misalnya dalam kon­teks
yang multikultural menjadi ke­nis­ca­ya­ gereja, dimana terdapat juga ke­be­
an untuk hadirkan terang ka­sih Tu­han ra­gaman budaya di antara anggota

EUANGELION 173 35
je­maat, hal ini memberikan kekayaan orang percaya untuk hadir dalam
da­lam hidup kegerejaan. Kita dapat kon­teks multikultural, bukan hanya
ka­takan seperti ini karena setiap su­ da­lam satu komunitas tertentu.
ku memiliki keindahan di dalamnya Fung­si gereja yang sentripetal (ber­
dan tentu ini memberi gambaran gerak menuju pusat/ke dalam) dan
ke­indahan di dalam kehidupan ber­ sen­trifugal (bergerak menjauhi pu­
ge­reja. sat/ke luar) harus seimbang. Ini me­
Mengaitkan hal ini dengan gam­ negaskan bahwa gereja yang se­hat
bar­an warga gereja yang setia, Joel R. dan dinamis menuju ke arah per­
Beeke dalam bukunya “Keindahan & tum­buhan yang sehat, bukan hanya
Ke­muliaan Mempelai Wanita Kristus” ber­gerak di dalam gereja, tetapi ju­ga
me­ngatakan bahwa ada lima tanda ke luar dari gereja, masuk ke da­lam
ke­anggotaan gereja yang setia, yakni: kehidupan masyarakat yang mul­
me­­nerima Firman Kristus, bersatu tikultural. Menjadi jelas bahwa war­ga
de­­ngan pribadi-Nya, berelasi dengan gereja seharusnya melakukan pang­
umat-Nya, melayani tujuan-Nya, dan gil­annya untuk menghadirkan kasih
ber­­tumbuh dalam gambar-Nya. Poin Tu­han di tengah masyarakat yang
ini semakin mempertegas esensi mul­tikultural.
orang percaya di dalam dan di luar Keberadaan gereja akan semakin
ge­­reja. je­las ketika hadir dalam konteks ma­
sya­r akat yang multikultural guna
a. Panggilan Umat Tuhan, Hadir di me­n yampaikan kasih Tuhan yang
Te­ngah Konteks Multikultural Agung yang dibutuhkan oleh semua
Dalam konteks kegerejaan, per­ su­ku dan bangsa. Ini juga sebenarnya
ka­t aan “umat Tuhan” mengarah mem­perjelas orang percaya untuk
ke­p ada kumpulan orang percaya ha­dir sebagai garam dan terang. Joel
yang telah dipanggil dari kegelapan R. Beeke mengatakan: “Karena itu
dan masuk kepada terang. Ini mem­ pergilah - karena Aku, Tuhan, dan
beri indikasi pada orang-orang yang Juruselamatmu -- mempunyai oto­
sudah mengalami Injil (euanggelion) ritas di surga dan di bumi. Aku bu­kan
dan mereka adalah orang-orang sekedar Raja atas bangsa Ya­h udi,
yang menghadirkan In­jil di dalam tetapi juga Raja atas segala ra­ja. Aku
kehidupannya. Kaitan de­n gan ini, mempunyai otoritas global. Ka­rena
D.A. Carson mengatakan: “Se­ itu pergilah, dan ajarlah semua bang­
orang beriman melaksanakan in­jil sa (Mat.28:19-20).”
(euanggelion) pada saat ia mem­
prak­t ekkannya, menaati Firman b. Tujuan Tuhan, Tujuan Umat-Nya
yang memimpin pada anugerah Berangkat dari panggilan kepada
dan kemerdekaan Kristus, lalu me­ orang percaya yang nota bene juga
nunjukkan dan menyaksikan ja­lan ada­lah warga gereja yang terdiri da­ri
yang harus diikuti itu kepada orang keberagaman budaya, menjadi sig­
lain.” Dapat dikatakan bahwa ke­ber­ nifikan untuk melihat tujuan Tuhan
ada­an ini mempertegas panggilan da­lam semua karya Agung-Nya.

36 EUANGELION 173
Ber­dasarkan rancangan Allah, kita su­paya orang percaya menjadi terang
(orang percaya) adalah makhluk yang ba­gi suku dan bangsa. Kaki dian bu­
ber­orientasi pada tujuan. Jadi, apapun kan ditaruh di bawah gantang, tetapi
yang kita perbuat pasti berdasarkan ha­rus menerangi skopus yang lebih
pa­da alasan. Hal ini mendorong ki­ luas, seperti dikatakan di dalam Ma­
ta untuk melakukan tujuan Tuhan. tius 5:16, “Demikianlah hendaknya
Tu­han menginginkan semua orang te­­rangmu bercahaya di depan orang,
me­ngalami keselamatan yang telah su­­paya mereka melihat perbuatanmu
di­hadirkan-Nya. Tujuan ini menjadi yang baik dan memuliakan Bapamu
tu­juan yang harus diwujudnyatakan yang di sorga.”
oleh orang percaya agar semua suku Berdasarkan perspektif yang be­
dan bangsa mengalami keselamatan nar, maka seyogianya dalam hidup
da­ri Tuhan. Pada akhirnya, semua orang percaya muncul tindakan nyata
su­ku dan bangsa akan berdiri di ha­ da­lam konteks multikultural guna
dapan-Nya untuk menyembah dan mem­bawa kasih dan terang sejati Tu­
me­muliakan Tuhan. han. Panggilan ini sebenarnya ba­gian
Semua suku dan bangsa yang yang natural dalam hidup orang per­
mul­t ikultural adalah bagian dari caya. Hidup orang percaya yang benar
ren­cana Agung Tuhan, maka orang ada­lah melakukan misi Tuhan supaya
per­caya secara dinamis seyogianya se­mua suku dan bangsa mengalami
me­ngupayakan dengan masuk dalam ke­selamatan yang dari Tuhan.
kon­teks multi dan memproklamirkan
ka­sih Tuhan yang dibutuhkan oleh se­ Berbaur Tapi Tidak Kabur
mua suku dan bangsa. Orang percaya di konteks mul­
ti­kultural menunjukkan gambaran
c. Perspektif Benar, Tindakan Di­ pem­bauran tapi tidak menjadi kabur
per­tegas ja­ti dirinya. Dunia tidak mewarnai
Dalam bagian ini kembali di­ hi­dup orang percaya, tetapi orang
per­­je­las bahwa menjadi orang per­ per­caya yang mewarnai dunia. Ini
caya adalah anugerah dan di da­lam harus menjadi tegas dan jelas. Hal
anugerah seyogianya ada res­pon­ ini tentu tidak memberi ruang un­tuk
sibilitas guna menghadirkan Tu­han hadir di tengah dunia dengan war­na
yang hidup di semua konteks ke­ ‘abu-abu’ yang pada akhirnya ti­dak
hidupan. Untuk itu orang percaya ha­ dapat dibaca dengan jelas jati di­
rus hadir dalam skopus yang luas di­ rinya sebagai orang percaya. Walau
mana terdapat keberagaman budaya. ten­­densi ini mungkin terjadi oleh
Si­­kap dan tindakan haruslah searah ka­­rena pengaruh dunia yang cukup
de­­ngan panggilan sebagai orang kuat dengan segala ‘isme’ yang ada,
per­caya. Ini adalah bagian yang se­ si­­kap tegas haruslah nyata. Demikian
ha­r usnya ada dalam hidup orang ju­­ga, guna mencapai skopus yang le­
per­caya, mengingat Tuhan hadirkan bih luas, sikap akomodatif haruslah
ki­ta di tengah dunia dengan tujuan di­­lakukan.

EUANGELION 173 37
Kehadiran orang percaya di tengah da­lam hidup kemasyarakatan yang
kon­t eks multikultural merupakan mul­tikultural, kita hadir sebagai warga
kai­r os untuk hadirkan misi yang ma­syarakat yang dalam kebersamaan
ber­sahabat di tengah keadaan yang ha­dirkan peran untuk kemajuan bang­
be­ragam. Ini mempertegas bahwa sa. Warga gereja tidak boleh terpisah
hi­dup orang percaya bukan eksklusif da­ri hidup kemasyarakatan di tengah
di tempat tertentu, tetapi di semua ke­hidupan bangsa yang multikultural
tem­pat dan di semua keadaan. ka­rena warga gereja adalah juga war­
ga masyarakat.
Langkah Riil Hadir di Konteks Mul­ • Dalam lingkungan gereja yang
ti­kultural ju­g a multikultural, hadirkan sikap
Pada bagian ini dipertegas lang­ pe­nerimaan tanpa memperuncing
kah-langkah praktis yang membawa per­bedaan budaya yang ada. Sebagai
orang percaya melakukan tanpa me­ pe­nerima kasih karunia Tuhan, ber­
rasa takut, yakni: sa­ma menghadirkan shalom kepada
• Hadir di tengah lingkungan tem­ sia­papun dan dimanapun.
pat tinggal dengan melibatkan diri
da­lam kegiatan kemasyarakatan. Ini PENUTUP
ke­sempatan untuk dapat berinteraksi Multikultural adalah keadaan di­
de­ngan baik, membangun relasi de­ ma­na kita semakin melihat kekayaan
ngan baik, dan pada akhirnya dapat pe­kerjaan Tuhan dan keniscayaan un­
meng­hadirkan kasih Tuhan. tuk orang percaya bermisi. Dalam ke­
• Di tempat pekerjaan, sebagai beragaman kita semakin menikmati
pim­pinan atau karyawan, hadir se­ re­lasi yang indah dengan sesama
bagai pribadi yang berbaur de­ngan dan pada akhirnya dapat membawa
sikap menghargai semua per­bedaan me­reka mengerti keselamatan yang
yang ada, termasuk per­b edaan di­butuhkan.
budaya. Tempat dimana Tu­h an Keberagaman bukan hal yang
mengutus kita bekerja, di si­t ulah harus dihindari, melainkan ke­nis­ca­
ladang yang harus digarap. Pro­fesi yaan bagi orang percaya untuk ber­
kita adalah panggilan untuk meng­ baur dan menghadirkan kasih Tuhan
ha­d irkan kasih Tuhan. Panggilan yang dibutuhkan oleh semua suku
orang percaya dengan segala hal dan bangsa. Ini mempertegas tujuan
yang dipercayakan kepadanya adalah ki­ta di tengah konteks multikultural.
mem­bawa semua yang ada padanya Dalam keberagaman, dengan me­
un­tuk memuliakan Tuhan. li­­hat kasih Tuhan kita melihat bahwa:
• Dalam konteks berbangsa, ke­be­ “Se­g ala bangsa yang Kaujadikan
ragaman budaya dilihat sebagai ke­ akan datang sujud menyembah di
sempatan untuk menikmati kekayaan ha­dapanMu, ya Tuhan, dan akan me­
da­ri pekerjaan Tuhan dan membangun mu­liakan nama-Mu” (Mzm 86:9).
‘jem­batan’ untuk menjangkau orang
guna membawanya kepada ke­se­la­
mat­an. Atau dengan perkataan lain, Desiana M. Nainggolan

38 EUANGELION 173
KRISTUS DAN BUDAYA:
TRANSFORMASI MELALUI SIKAP AKOMODASI
Prawacana itu.” Kedua kata kerja itu identik de­
Biasanya kita menerima pan­da­ ngan “berbudaya” yang akhirnya
ng­an Christ transform Culture se­bagai me­munculkan “mandat budaya” injili.
pendekatan injili. Kali ini saya me­ Ke­jatuhan manusia membuat budaya-
nyoroti pola itu dengan sikap ako­mo­ bu­daya manusia mengandung segi-
dasi teologis agar gereja-gereja era ini se­g i durjana dalam rasisme suku,
ti­dak hanya memandang satu arah chau­vinisme bangsa, termasuk ju­ga
da­ri sikap konfrontasi dan paralelisasi sekularisme gereja kekinian, se­perti
dua­lisme. gereja ala kafé, persekutuan ala
Kaum injili hanya menerima Kris­ gamers, kebaktian ala bioskop dan
to­­logi ‘dari atas’, yaitu posisi teologis entertainmen, pemuridan ala mo­ti­
yang menekankan keilahian Yesus vasi bisnis, Kristen ala dunia ko­mer­
dan secara sengit menolak kristologi sial. Kebudayaan di sini bukanlah
‘da­­ri bawah’ yang dianggap terlalu se­­ke­dar lapangan adat istiadat dan
me­­n ekankan kemanusiaan-Nya. se­­ni etnis saja, tetapi semua lapisan
Bah­kan sering melupakan kristologi hi­­dup manusia, termasuk lapangan-
‘da­ri depan’ yang menekankan akibat la­­pangan keagamaan, bahasa, pen­
Ye­sus imani. di­dikan, teknologi, ideologi, ma­sya­
Kali ini kedua topik itu -trans­ ra­­kat, ekonomi, politik, ling­ku­ngan,
for­m asi dan akomodasi- akan di­ per­­tahanan, hukum, dan lain-lain.
kom­prehensikan dalam pemikiran Injili harus mengatasi ke­s a­lah­
in­tegratif berdasarkan pola inkarnasi pahaman mengenai budaya yang
Kris­tus (Yoh 1:14) dan sikap Kenosis hanya sebatas hal-hal etnik de­
(Flp 2:6) di dalam status Kristen se­ ngan daya tarik primitivitasnya. Ke­
ba­gai “garam dan terang dunia” (Mat banyakan kita memahami budaya se­
13:33-36) dan “ragi” ilahi dalam ma­ ca­ra umum yang menyangkut pernak-
sya­rakat (Mat 6:13). per­­nik kategori “budaya tradisional”
dan diperhadapkan dengan “budaya
Budaya sebagai Mandat Kristiani: kon­temporer” yang menekankan ke­
Re­fleksi Lanjutan bia­saan pop sekarang.
Kebudayaan adalah hasil “budi” Dalam kajian Etnografi kita me­
dan “daya” manusia sebagai cip­ lihat apa yang disebut “budaya” di
ta­­­a n khusus Allah (Kej 1:26-27). da­lam lingkungan sosial yang me­
Ke­­­­khususan ilahi dalam mandat bu­ ngan­dung suatu rutinitas kebiasaan
da­­­ya didasarkan pada Kejadian 2: yang terpola dan berulang, misalnya:
15, ketika “Tuhan … menempatkan bu­daya gereja atau budaya tukang
[ma­­­nusia] dalam Taman Eden untuk bak­­so atau budaya milenial, bahkan
me­­ng­usahakan dan memelihara tanah bu­­daya injili dan lain-lain.

EUANGELION 173 39
Kebudayaan adalah suatu sistem ha­­rus menarik diri dari urusan du­
ke­hidupan manusia dan kelompoknya nia seperti: militer, seni, politik,
yang dipengaruhi oleh wawasan so­­­sial, hiburan, dan lain-lain.
du­nia, yaitu mental ideologis yang 2. Kristus dari kebudayaan. Posisi ini
me­ngarahkan dan mengontrol ke­ meng­gambarkan Kristus sebagai
seluruhan pemikiran dan kegiatan. Ke­p ala dari budaya seseorang
Ja­di, kebudayaan tidak netral karena yang terbungkus nilai-nilai budaya
ada isme-isme tertentu di balik hasil- ter­sebut sekaligus dipakai sebagai
ha­sil budaya. da­sar kritik. Keselamatan Kristus
Ada kesalahan generalisasi se­ ha­nya dalam pengaruh moral.
pin­tas dalam frasa “budaya Kristen” 3. Kristus sejajar Kebudayaan. Prin­
se­cara keagamaan. Sebenarnya kita sip dualisme dan polarisasi Kristus
ha­r us menempatkan kekristenan dan dunia yang telah terjatuh
pa­da pelaku personal, bukan pada na­mun tidak terlepas dari Kristus
ha­s il ‘pembudidayaan’ tersebut. yang mengatur struktur sosial dan
La­bel “Kristen” pada budaya akan m­e mulihkan kembali. Manusia
membatasi cakupan esensialnya se­­bagai pendosa di dunia, yang
dalam universalitas Kristus. Khusus di­benarkan oleh anugerah dan
terhadap pola transformasi ekstrim meng­hasilkan suatu pribadi ber­
yang berekses negatif pada usaha kua­sa.
kris­tenisasi dimensi-dimensi budaya 4. Kristus di atas Kebudayaan.
umum seperti: Negara Kristen, bank Kris­­­tus adalah sumber anugerah
Kris­ten, partai Kristen, matematika se­kaligus budaya. Budaya-budaya
Kris­t en. Artinya, ruang publik ‘di­ di­dasarkan hukum ‘alamiah’ yang
baptis’ secara formalitas ekslusif ter­batas cakupannya, sedangkan
aga­ma. anu­g erah berdasarkan hukum
‘su­pra­natural’ mencakup kese­la­
Relasi “Kristus-Budaya” dan Sikap mat­an. Secara sintesis, di mana
Orang Kristen alam digenapi oleh anugerah.
Richard Niegbuhr, seorang teolog 5. Kristus memperbaharui Ke­bu­da­
non Injili, dalam buku klasik Kristus ya­an. Dunia telah jatuh dalam
dan Budaya (Gunung Mulia, 1986?) do­s a dan rusak total, namun
ma­sih merupakan referensi favorit Kris­t us dapat menyucikannya
pa­da isu relasi kekeristenan dan ke­ se­c ara pribadi dan sosial dan
bu­dayaan. Ia membandingkan lima mem­baharuinya dengan nilai-nilai
po­la relasi di bawah ini: ro­hani kerajaan Allah.
1. Kristus melawan kebudayaan. Sejalan dengan pola di atas, mun­
Po­sisi yang menolak dunia sebagai cul isu yang setara dalam tema-tema
hal jahat dan mengibaratkan in­jil dan adat istiadat atau gereja dan
orang Kristen sebagai “musafir” po­litik, kekristenan dan dunia, iman
de­ngan banyak godaannya, serta dan ilmu pengetahuan, dan lain-lain.

40 EUANGELION 173
Selanjutnya ada kajian lanjut Dalam konteks pluralitas agama,
Mal­c olm Brownlee dalam Tugas Donald Kauffman menjelaskan bahwa
Ma­n usia Dalam Dunia Milik Tuhan “accomodation” dapat berbentuk
(Gunung Mulia, 1993), yang secara dua hal [praktis]: “mengadaptasi”
so­sio-teologis menurunkan pola- pola dan “mengaplikasi” (Baker’s Concise
ter­sebut dalam sikap per sikap orang Dictionary of Religion [Baker, 1985]).
Kris­ten sebagai anggota masyarakat Kita dapat menghubungkan pen­
plu­ral sekarang: dekatan misiologis possessio Her­
• Sikap kontroversi dalam eks­t ri­ man Bavinck pada perspektif misi
mis­me ekslusif karena tidak ada mo­dern dimengerti dalam “memiliki
se­dikitpun kesesuaian. ke­budayaan bagi Kristus, sekaligus
• Sikap isolasi dalam dualisme hidup men­transformasi di dalam Kristus”
dan berjalan sendiri-sendiri secara (In­troduction to the Science of Missions
pa­ralel. trans. Presbyterian & Reformed Pub.,
• Sikap akomodasi dalam relasi to­le­ 1969).
ran­si dan menyesuaikan diri da­lam Secara filosofis, pendekatan ako­
ma­syarakat. mo­­d asi teologis dimulai dengan
• Sikap asimilasi cara sinkritisme da­ ti­­ga batasan makna semantik: (1)
lam pencampuran kompromis. yang kuat/benar kepada yang (di­
• Sikap transformasi dalam pem­ba­ ang­gap) lemah/salah, dan (2) dapat
ha­r uan masyarakat berdasarkan ber­u bah dalam hal-hal sekunder
ni­lai-nilai Kristen. (fe­n omenal), tetapi tetap (mutlak)
Dalam krisis kemanusian global da­lam hal-hal primer (esensial), atau
ini kita harus melampaui “mandat (3) prinsip keras di dalam (internal)
bu­daya” selama ini mencakup “man­ dan lunak di luarnya (eksternal). Ar­
dat peradaban” yang lebih luas. ti­n ya, akomodasi sejalan dengan
Pen­ting adanya prinsip relasi inklusif ko­operasi (aplikasi) kekristenan dan
ber­dasarkan motif inkarnasi Kristus ko­ordinasi dalam adaptasi, bukan
di dunia yang menggunakan kelima ja­­lan Korelasi yang berbentuk adopsi
po­la [pendekatan-sikap] sekaligus. da­­­lam “sinkretisme”. Sekaligus me­
no­lak jalan Asimilasi sebagai ja­
Keunikan Akomodasi Teologis bagi lan percampuran (fusi) yang tidak
Injili per­­lu ketika menghadapi realitas
Secara teoritis, “akomodasi” ada­ kon­­troversi yang berkonflik dalam
lah term sosiologis, khusus dalam ma­syarakat budaya majemuk. Saya
meng­hadapi suatu kontroversi bahkan sen­diri menambahkan satu term lagi
di­sintegrasi dalam masyarakat plural yang luas dan umum pemakaiannya,
dan majemuk (S Soekanto, Sosiologi: ya­itu “toleransi” sebagai pengikat ke­
Suatu Pengantar, Grafindo, 2003). tiga makna di atas, yang tidak harus
Ku­r angnya pengertian akomodasi di­salahpahami sebagai relativisme
mem­buat kalangan injili menolaknya iman dan kompromi.
dan menganggapnya kompromi.

EUANGELION 173 41
Prinsip keseimbangan injili dalam orang, supaya mereka me­li­h at
ako­modasi jelas dalam posisi antar per­buatanmu yang baik dan me­
aga­ma “eksklusif-inklusif” atau “eks­ mu­liakan Bapamu.”
klusif yang selektif” atau “inklusif - menerangi (mengusir kejahatan)
yang terbatas.” Jadi, prinsip Kristen - memberi arah (menuntun tela-
yang proprosional adalah “unik tanpa dan)
ha­rus menjadi eksklusif(isme).” 3. Yohanes 1:1 dan 14, “Pada mu­
Implikasi, Allah sendiri memakai lanya adalah firman ... Firman itu
prin­sip ini dalam doktrin inspirasi Al­ te­lah menjadi manusia dan diam di
ki­tab, inkarnasi Kristus, dan lain-lain an­tara kita ...”
(lih. Roger McKim, Encyclopaedia - menyesuaikan diri
of Reformed Faith [John Knox, - mentoleransi
1999]). Prinsipnya, natur sorgawi - menempati
da­p at mengambil bentuk-bentuk 4. Filipi 2:6-7, “… yang walaupun da­
ma­nusiawi yang dapat dimengerti lam rupa Allah tidak menganggap…
umat-Nya, namun kemutlakan tidak se­bagai milik yang harus diper­ta­
bo­leh diikat (terikat) di dalam bentuk- hankan, melainkan telah mengo­
ben­t uk itu sendiri. Hal Fenomena song­kan diriNya sendiri…”
bo­leh berubah tetapi esensial tidak - merendahkan diri
da­pat berubah (kekal). - menyangkal diri
Jadi, dalam hal ini akomodasi 5. Matius 13:33, “... hal Kerajaan sor­
teo­logis yang injili keunikan Kristen ga itu seumpama ragi… diadukkan
te­tap dipertahankan, namun dapat ke dalam tepung terigu tiga sukat
to­leransi kepada budaya-budaya non sam­pai khamir seluruhnya.”
Kristen yang kita anggap lemah dan - mempengaruhi
kurang genap. Kristus bukan dari du­ - memperbaharui
nia tetapi datang ke dunia menjadi 6. Matius 2:15 dari Hosea 11:1, “Hal
ma­nusia yang terbatas. Ia berbudaya itu terjadi supaya genaplah apa
Ya­hudi, namun bukan anak Yahudi, yang difirmankan oleh Nabi: ‘…dari
te­tapi Anak Allah. Kristus bangkit dan Me­sir Kupanggil anakKu.’”
naik ke sorga. - penggenapan
- pengaplikasian
Dasar Alkitabiah untuk sikap ako­
modasi Kristus Mentransform Budaya
1. Matitus 5:13-14, “Kamu adalah Melalui Sikap Akomodasi Gereja
garam dan terang dunia.” Secara keseluruhan, kajian kris­
- mempengaruhi to­­logi dapat dilihat dari 4 arah, yaitu
- meyembuhkan da­­ri: 1) belakang, fokus janji nubuatan
- memelihara PL akan Mesias; 2) atas, perspektif ke­
- memperbaiki ila­hian pra inkarnasi Kristus; 3) ba­wah,
2. Matius 5:15-16, “Kamu adalah fo­kus kehidupan dan karya Kris­tus;
terang dunia ... demikianlah ki­ra­ 4) depan, pada akibat-akibat kar­ya
nya terangmu bercahaya di de­pan ke­selamatan Kristus dalam hati orang

42 EUANGELION 173
per­caya (Lih dan bdk, Henricus Ber­ apa­p un, meskipun bidang-bidang
khof, Christian Theology, trans, Wm. bu­daya itu berlawanan dengan prinsip
Erd­manns 1976). Keempat pers­pektif dan konsep Kerajaan Allah. Meskipun
ini dapat ditunjau sekaligus se­cara ba­nyak dari orang budaya bahkan
wa­jar dan proporsional sambil me­ ideo­logi budayanya memusuhi ke­
ng­ingat bahayanya “relativisasi iman” kristenan, misalnya sekularisme,
dan “sekularisasi Kristen” sebagai ateis­me dan lain-lain.
usul­­an orang barat modern. Relasi pembaharuan budaya
Biasanya kaum injili sangat sensitif ju­g a bisa berjalan berdampingan
pa­­da segi kristologi from below dan dan berhubungan baik dalam ke­
di­kontraversialkan dengan segi kris­ manusiaan dengan yang berbeda,
to­logi from above yang dianutnya. bah­kan mengakomodasi sejauh ti­
Ini mengakibatkan juga melupakan dak berkompromi. Prinsip Kris­to­logi
se­g i from affore, sebagai sesuatu misional pada gereja lokal men­jadi
yang penting, dimana konsekuensi sangat penting bagi tugas trans­
si­teriologis praktis kekinian setelah formasi berkeadaban di tengah ma­
me­nerima Kristus sya­rakat.
Ada 5 prinsip transformasi ako­mo­ Gereja sebagai pengikut Kristus
da­tif: 1) “Keselarasan” antara Kristus le­b­ih berkeadaban dalam memelihara
dan budaya, di mana hidup dan ajar­ ke­unikan iman tanpa menjadi eks­klu­
an-ajaran Yesus untuk dunia dalam sivisme agama. Sikap Kristen ada­
pro­ses perwujudan kedamaian dunia; lah akomodasi pada yang berbeda
2) Tidak ada ketegangan [signifikan] bah­­kan berlawanan dengan prinsip
an­tara Kristus dan kebudayaan; 3) ideo­logis, namun bukan berarti gereja
Dengan cara “penyesuaian diri” se­ ber­m usuhan lalu memeranginya.
cara eksternal, tanpa kompromi in­ Ka­lau dimusuhi mereka, itu bukan
ternal; 4) Akomodasi kristologis ada­ sa­lah gereja tetapi kondisi mengikut
lah mempertahankan keunikan Kris­ Kris­tus.
tus sambil mencari relevansi peris­tiwa
Kristus pada manusia; 5) Me­n uju Fondasi Doktrinal untuk Akomodasi
transformasi budaya dalam pro­ses Fondasi doktrinal yang me­le­
peradaban tanpa memaksakan pen­ gitimasi sikap akomodasi kita ada­
di­rian kita. lah: 1) “wahyu umum”, bahwa se­
Dari “prinsip akomodasi” sebagai ca­r a alamiah dan universal Allah
da­sar “teologi kontekstual” untuk me­nyatakan diri-Nya juga melalui
men­jembatani mode berteologi bu­daya-budaya manusia: agama, mo­
from above dan from below secara ral, iptek, dan lain-lain; 2) “anu­ge­rah
se­imbang. Jadi, bukan hanya semata- umum”, dimana Allah telah mem­be­
ma­ta studi sosiologi belaka, tetapi ri­kan anugerah-Nya kepada semua
me­nuju transformasi unsur-unsur ja­ orang termasuk orang non Kristen di
hat atau jelek budaya manusia. Kristus te­ngah budaya-budaya dunia.
ti­dak memusuhi orang berbudaya

EUANGELION 173 43
Menuju kontekstualisasi teologis Orang-orang yang mencintai
yang injili dalam theologizing in loco Kris­t us, menghargai kebudayaan
harus didasarkan ajaran Alkitab pada pa­da saat yang sama. Artinya, orang
“unsur-unsur yang berlainan dari “Kristen dari budaya” melihat re­le­van­
budaya” kemudian harus diisi penuh si Kristus dalam keluarga, sosial, pen­
dengan prinsip-prinsip kekristenan di­dikan, adat, tradisi bahkan agama
sampai akhirnya dikenal sebagai di masyarakat. Ini yang dikatakan
Kristen saja, misalnya: Gereja, Injil, ako­modasi transformatif.
penebusan, pembenaran, dan lain- Kebudayaan dilihat dalam terang
lain. Kris­tus, di mana ajaran dan perbuatan
Kris­tus direlevansikan sesuai unsur-
Tugas Injili untuk Mandat Budaya un­sur kebudayaan manusia yang le­
yang berkeadaban mah, tanpa mengabaikan unsur-unsur
Kaum injili masa kini harus me­lam­ [esen­s ial] dari kehidupan Kristus.
paui tugas mandat budayanya sam­pai Trans­formasi “religius” Kristen dalam
man­dat peradaban. Kondisi kri­sis mul­ kon­frontasi budaya secara ekstrim.
ti-dimensional global mem­buat ke­ Di Asia, orientasi misioner bu­
hidupan bumi ini semakin hancur ka­ da­y a barat harus ditinjau ulang.
rena clash of cultures bangsa-bangsa, Ka­lau Kristus, Anak Allah saja me­
yang oleh Huntington dipandang no­leransikan diri-Nya bagi dunia
se­bagai clash of civilization. ber­dosa ini, mengapa kita ragu un­tuk
Kristen dari budaya memakai menirunya? Target populasi mi­sioner
pen­dekatan akomodasi pada budaya. selama ini harus dilampaui sam­pai
Da­lam relasi agama-agama disebut tugas misional gerejawi yang le­bih
pen­dekatan toleransi, sebagai sua­ berkeadaban dalam nilai-nilai Ke­ra­
tu bentuk menahan kekuatan di­r i ja­an Allah yang rohani.
untuk menyesuaikan hal-hal ter­
luar demi hidup bersama tanpa Penutup
ber­kompromi dalam asimilasi dan Mandat budaya yang berkeadaban
korelasi. Akomodasi yang be­n ar ada­lah sesuatu yang urgen bagi ke­
adalah berkoordinasi tanpa meng­ kristenan injili di dalam krisis mul­ti
adopsi ajaran lain tetapi menghargai dimensi global sekarang ini. Prin­
dan kelak membaharui secara ber­ke­ sip transformasi Kristus yang pro­
adab­an. posional menjadi fondasi sikap Kris­
Konsekuensi pada mandat bu­ ten dalam relasi sosio kultural da­lam
da­ya yang berkeadaban penting di­ masyarakat. Ini jalan menuju mul­ti­
utarakan juga sebagai pemikiran nis­ kul­turalisme Injili.
ca­ya sekarang. Gereja Kristus di dunia Sikap akomodatif pada budaya
se­harusnya relatif dapat hidup lebih ber­prinsip dasar “keselarasan” dengan
bi­jaksana di bumi yang telah jatuh ini, me­milih “hal-hal yang berguna” dari
ka­rena Kristus sendiri meletakkan kita bu­daya yang tidak bertentangan de­
men­jadi pendamai kebudayaan. ngan moral Kristen. Ide “toleransi”

44 EUANGELION 173
yang tidak berkompromi pendirian bu­­daya-budaya berkeadaban. Ja­di,
ajar­annya, tetapi akhirnya untuk ke­ akomodasi teologis bukan se­m a­
muliaan Allah sehingga studi teologi ta-mata untuk menghormati atau
ki­ta tetap teosentris. ber­sikap simpatik kepada ke­le­mahan
Dapat dikatakan pendekatan ra­di­ bu­daya-budaya non Kristen (an­tro­po­
kal juga dalam balancing Christianity sen­tris).
se­­cara positif dan konstruktif dalam Dr. Togardo Siburian
STT Bandung

Ucapan Terima Kasih


Untuk edisi 172, Juni-Juli 2019, redaksi EUANGELION telah me­ne­ri­ma per­sem­
bah­an dari saudara-saudari seiman sebagai berikut:
01. GII Gardujati Rp 486.000,-
02. GII Dago Rp 1.370.000,-
03. Jemaat Gatot Subroto Rp 110.000,-
04. Jemaat Mekarwangi Rp 150.000,-
05. Jemaat Rahayu Rp 110.000,-
06. Jemaat Kebonjati Rp 50.000,-
07. Jemaat Setrasari Rp 240.000,-
08. Jemaat Rajawali Rp 90.000,-
09. Jemaat Cicadas Rp 30.000,-
10. Jemaat Batununggal Rp 10.000,-
11. Jemaat Kota Baru Parahyangan Rp 150.000,-
12. Jemaat Puri Rp 230.000,-
13. Jemaat BSD Rp 610.000,-
14. Jemmat Semanggi Rp 273.000,-
15. Jemaat Bali Rp 80.000,-
16. Jemaat Surabaya Tengah Rp 200.000,-
Total: Rp 4.189.000,-

Pengeluaran untuk penerbitan edisi 174 adalah sebagai berikut:


01. Biaya cetak 900 eksamplar Rp 7.875.500,-
02. Setting, pengadaan bahan, dll. Rp 5.355.000,-
03. Perangko DN/LN Rp 977.000,-
Total: Rp 14.207.500,-

TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN SERTA PARTISIPASI ANDA


TUHAN MEMBERKATI

EUANGELION 173 45
Kebiasaan Solitude & Silence:
Menolong Mengatasi
Keberhargaan Diri Palsu
Di akhir April 2019 lalu, ma­sya­ meng­hancurkan keberhargaan diri
ra­k at India terperangah ketika 19 ki­ta, sebab seringkali kita tidak ha­
sis­­wa SMU tingkat akhir di negara nya rindu melakukan hal-hal yang
ba­­gian Telangana bunuh diri setelah ber­makna, tapi juga membuat hasil
me­­nerima informasi bahwa mereka da­ri pekerjaan kita sebagai kriteria
ga­­gal diterima di universitas. Hal ini da­ri keberhargaan diri kita.
se­sungguhnya bukan hal baru di In­ Nouwen menjelaskan lebih lan­
dia ka­rena menurut National Crime jut: “Kita menjadi pandai karena se­
Re­c ord Bureau, ribuan anak muda seorang memberikan kita nilai yang
In­d ia bunuh diri setiap tahunnya. ting­gi. Kita menjadi penolong karena
Di 2015 saja, jumlahnya mencapai se­s eorang mengatakan “terima
9.000 kematian. Namun yang me­ kasih”. Kita menjadi orang yang di­su­
nge­n askan dari kasus ini adalah kai karena seseorang menyukai ki­ta.
ka­rena menurut pemeriksaan oleh Dan kita menjadi penting karena se­
ko­mite independen, telah terjadi ke­ seorang berpikir ia tidak dapat hidup
rusakan di software komputer yang tan­pa kita. Pendek kata, kita berharga
melakukan penilaian hasil ujian pa­ra ka­r ena berbagai kesuksesan kita.
siswa sehingga tidak memberi pe­ni­ Pa­dahal, semakin kita membiarkan
lai­an dengan benar. ber­b agai percapaian kita - yang
Menurut Henri Nouwen dalam me­ru­pakan dampak dari berbagai
bu­ku­nya “Out of Solitude: Three Me­di­ tin­dakan kita menjadi tolak ukur ke­
ta­tions of the Christian Life”, di dunia ber­hargaan diri kita, maka semakin
ini kita semua memiliki keinginan ki­ta akan hidup di ujung tanduk. Kita
kuat untuk mencapai sesuatu. Se­ba­ ti­dak pernah yakin apakah kita dapat
gai seorang Kristen pun, kita me­rasa hi­dup sesuai ekspektasi yang kita
terpanggil untuk melakukan se­suatu cip­takan sendiri dari kesuksesan kita
yang baik bagi seseorang: mem­beri yang sebelumnya. Dalam kehidupan
nasehat, memberi rasa nya­m an, ba­nyak orang, ada rantai iblis yang
mengusir setan, atau meng­k hot­ me­n gikat sehingga kekhawatiran
bahkan kabar baik dari satu tem­ me­ningkat sesuai dengan level ke­suk­
pat ke tempat lainnya. Meskipun ses­an sebelumnya. Kuasa gelap dari
ke­inginan untuk menjadi berguna hal ini telah mendorong banyak artis
da­pat merupakan tanda kesehatan be­­sar mengalami kehancuran diri.”
men­t al dan rohani, di sisi lain hal Nou­wen menjelaskan lebih lanjut,
itupun dapat menjadi sumber yang “Ke­tika kita berpegang pada hasil

46 EUANGELION 173
da­ri berbagai tindakan kita sebagai ba­gi kita untuk membicarakan dan
sa­t u-satunya identifikasi diri kita, mem­baca tentang hal ini daripada
ki­t a menjadi posesif dan defensif men­jadi sangat tenang,” ujar Barton.
ser­ta cenderung melihat orang lain “Padahal,” Nouwen mengatakan,
se­b agai musuh dengan siapa kita “Da­­l am solitude kita dapat secara
ha­rus menjaga jarak, dan bukannya per­­l ahan-lahan membuka topeng
men­jadi para sahabat dengan siapa ilu­­si dari sikap posesif yang telah
ki­ta berbagi karunia kehidupan.” men­­cengkeram hidup kita dan me­
Pemahaman akan keberhargaan ne­mukan bahwa kita bukanlah apa
di­ri yang tidak tepat semacam ini yang dapat kita taklukkan, tapi apa
menyebabkan banyak orang men­ yang telah diberikan kepada kita. Di
derita depresi karena hidup di­penuhi da­lam solitude kita dapat mendengar
oleh kegelisahan dan ke­t akutan sua­ra dari Dia yang telah berbicara
bahwa orang lain akan me­ngetahui ke­pada kita sebelum kita dapat me­
kelemahan dirinya lalu meng­h an­ ngucapkan sepatah kata pun, dan
cur­k annya. Apalagi jika ia berada yang telah mengasihi kita jauh se­
di situasi yang sangat kompetitif. belum kita dapat mengasihi siapa
Per­sahabatan dan cinta pun menjadi pun. Di dalam solitude inilah kita me­
se­­suatu yang tidak mungkin karena ne­mukan bahwa “menjadi” (being)
ada­­nya ketakutan yang kuat akan le­bih penting dari “memiliki” (having)
ke­­terbukaan dan kerapuhan diri. Tak dan bahwa kita lebih berharga dari
he­­ran banyak orang yang tidak tahan ber­bagai hasil usaha kita.
se­­hingga kemudian bunuh diri. Semasa Yesus Kristus hidup di
*** bu­mi sebagai manusia, Ia pun selalu
Berdasarkan pemahaman di atas, me­nerapkan solitude & silence dalam
teo­log Dallas Willard menyatakan keseharian-Nya, seperti yang tercatat
bah­wa disiplin menyendiri (solitude) di Markus 1:35, “Pagi-pagi benar, wak­
dan berada dalam keheningan tu hari masih gelap, Ia bangun dan
(silence) merupakan disiplin rohani per­gi ke luar. Ia pergi ke tempat yang
yang paling radikal karena secara su­nyi dan berdoa di sana.” Karena
lang­sung menyerang sumber-sumber itu­lah di dalam Kekristenan, ketika
da­ri perilaku manusia yang salah dan ki­ta memasuki solitude & silence, kita
yang paling menyebabkan terjadinya bu­kan mengosongkan diri tapi justru
ber­­bagai penderitaan. Ruth Haley ma­suk ke dalam persekutuan yang
Bar­ton dalam bukunya “Invitation to da­lam dengan Allah yang menanti di
So­li­tude and Silence” juga mengakui ba­lik keributan dan kesibukan hidup
bah­wa disiplin solitude & silence me­ ki­ta.
ru­pakan disiplin rohani yang paling Barton menjelaskan bahwa ke­
me­nantang, paling dibutuhkan, tapi ti­ka melakukan solitude, “berbagai
pa­ling jarang dilakukan oleh kalangan pi­kiran, kehendak dan kerinduan kita
Kris­ten Injili masa kini. “Lebih mudah di­orientasikan ulang kepada Allah

EUANGELION 173 47
“Pagi-pagi benar,
wak­tu hari masih gelap,
Ia bangun dan per­gi ke luar.
Ia pergi ke tempat yang su­nyi
dan berdoa di sana.”

Markus 1:35

novizivot.net

se­­hingga kita menjadi tidak terlalu untuk memberikan diri kita pa­d a
ter­­tarik lagi pada berbagai tekanan berbagai inisiatif Allah. Dalam ke­
eks­­ternal dan dapat secara lebih heningan ini kita juga belajar men­
men­­d alam meresponi kerinduan cip­takan ruang bagi Allah, bukannya
dan doa Allah di dalam diri kita. Se­ me­m enuhi setiap menit yang ada
men­t ara itu, keheningan (silence) de­ngan diri kita sendiri,” ujar Barton
mem­perdalam pengalaman solitude le­bih lanjut.
kita. Dalam silence kita tidak hanya Jika kita melakukan solitude &
me­narik diri dari berbagai tuntutan silence untuk berfokus kepada Al­lah
ke­tika bersama orang lain, tapi juga sebagai sebuah kebiasaan, ma­k a
da­ri berbagai suara pikiran dan do­ perlahan-lahan, kadang tanpa ki­ta
rongan diri kita, sehingga kita dapat sadari, Allah mengerjakan trans­for­
men­dengar suara-Nya dengan lebih masi di dalam diri sehingga hati kita
je­las.” ti­dak lagi menjadi sombong dan kita
“Kebergantungan pada pikiran akan semakin tidak bergantung pada
dan kata-kata kita, bahkan ketika ke­mampuan dan sumber-sumber diri
ki­ta berdoa, dapat merupakan salah ki­ta, tetapi hanya kepada Allah saja.
sa­tu pertanda dari keinginan untuk Ki­tapun menjadi semakin menghidupi
me­ngendalikan segala sesuatu, ter­ iden­titas dan keberhargaan kita se­
ma­suk mengendalikan hubungan ki­ta bagai seorang yang dikasihi secara
dengan Tuhan. Di dalam silence-lah men­dalam oleh-Nya. Kita berharga
kita belajar membiasakan diri un­ bu­kan karena apa kata orang atau
tuk melepaskan agenda kita ser­ta apa yang kita lakukan dan miliki, tapi
dorongan diri untuk selalu me­ngen­ ka­rena Tuhan mengasihi kita sebagai
dalikan, dan menjadi lebih ter­buka bi­ji mata-Nya.
Grace Emilia

48 EUANGELION 173
BUDAYA MENANG KALAH
DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI
Kemenangan dan Kekalahan di­­te­rima akan dapat mempengaruhi
Dalam setiap pertandingan, ke­hidupannya. Banyak peserta yang
per­lombaan, peperangan atau pe­ merasa lebih mudah bekerja ke­
milihan seorang pemimpin di ma­ ras, giat berlatih, berjuang habis-
na­p un bahkan dalam permainan, ha­b isan, dibandingkan menerima
pen­c apaian untuk dapat menjadi sua­tu kekalahan. dengan kata lain,
se­o rang pemenang menjadi hal ke­kalahan menghabiskan energi dan
yang sangat penting. Banyak wak­tu emo­si yang sangat besar.
yang dikorbankan, beragam la­tih­ Kemenangan dan kekalahan
an dijalankan, tidak sedikit harta ada­lah dua hal yang bisa terjadi
yang dihabiskan, juga energi yang ka­pan saja. Ada kalanya dapat di­
di­curahkan demi mencapai yang na­ pre­diksi, tetapi juga tidak tertutup
ma­nya kemenangan. Setiap peserta be­r agamnya variasi kemungkinan
yang terlibat di dalamnya, akan yang lain. Baik anak-anak maupun
meng­h adapi dua keadaan yang orang dewasa, saat mendapatkan
men­jadi ‘resikonya’, yaitu mencapai ke­kalahan dapat ‘terpukul’. Untuk itu
ke­m enangan sesuai dengan ha­ per­lu memiliki perspektif yang tepat
rap­a nnya atau mendapatkan ke­ da­lam memaknai suatu kemenangan
kalahan yang menjadi mimpi bu­ dan kekalahan.
ruknya, bahkan kekalahan yang

EUANGELION 173 49
Peran Orangtua Dalam Memaknai anak akan memanipulasi atau me­
Kemenangan dan Kekalahan nipu, misalnya dengan membuat
Sebuah kemenangan layak di­ atur­an sendiri atau mengubah aturan
syu­kuri dan dirayakan, tetapi suatu de­m i keuntungan mereka. Lebih
ke­kalahan juga perlu disikapi secara jauh, kemenangan yang didapatkan
be­nar dan tidak berlebihan. Dengan ti­dak cukup lagi untuk anak. Ia dapat
de­mikian perlu bagi orangtua un­tuk me­nyombongkan diri dan mengejek
memberikan kesempatan ke­p ada la­wannya ketika mencapai puncak
anak agar dapat merasakan ke­ ke­menangan.
me­nangan dan kekalahan, karena Barish menjelaskan, sebuah ke­
hal itu akan sangat bermanfaat menangan akan mampu meng­ha­dir­
ba­gi kehidupannya kelak. Anak da­ kan rasa dominasi bagi seseorang,
pat berkompetisi di bidang yang baik secara fisik maupun intelektual.
dipilihnya atau bidang yang me­ Ke­menangan yang didapatkan anak
rupakan potensinya, baik bidang dapat dimaknai sebagai cara un­tuk
aka­demik, kesenian, olah raga, ba­ menunjukkan kekuatannya, atau
hasa dan sebagainya. Orang tua dianggap cara yang dapat me­ning­
me­r upakan figur penting dalam kat­kan harga dirnya.
pem­bentukan karakter dan peletakan Kemenangan dan kekalahan
ni­lai-nilai dalam diri anak, begitu juga ada­lah bagian proses menjalani ke­
da­lam perannya mendampingi anak hi­dupan, sangat baik jika sejak kecil
da­lam memaknai kemenangan atau anak-anak pernah mengalaminya.
ke­kalahan secara benar. Jus­tru hal itu tidak perlu dikaburkan,
Kenneth Barish, seorang profesor se­perti penghapusan sistem peringkat
Psi­kologi Klinis di Weill Cornell Me­ di sekolah, karena dengan adanya pe­
dical College mengungkapkan ringkat, anak menjadi paham saat
pen­tingnya peran orangtua dalam ini dia berada di posisi mana dalam
pembentukan tatanan emosional ke­lompok/kelasnya. Anak menjadi
anak saat menghadapi kegagalan. ta­hu apa yang harus dipertahankan,
Ba­r ish mencontohkannya dengan di­tingkatkan dan diperbaiki dalam
pe­rilaku anak yang sangat menikmati di­rinya. Fakta buruk atau baik harus
ke­menangan mereka dalam sebuah di­terima sebagai kenyataan, bukan
per­­mainan. Sebagian orang dewasa di­hindari. Atas dasar itu pulalah orang
me­­nanamkan pikiran ‘harus menang’ tua dapat dengan lebih mudah mem­
ke­pada anak. Alasan inilah yang mem­ berikan pengarahan kepada anak
bang­kitkan perasaan malu dan gagal ataupun membuat kebijakan yang
sa­a t anak mengalami kekalahan. sesuai dengan bakat, minat dan ke­
Dan tragisnya, ada orangtua yang mampuannya.
te­tap membanggakan kemenangan
anak­nya, meskipun kemenangan itu A. Bentuk-bentuk pendampingan
di­peroleh dengan cara yang salah. yang HARUS DIHINDARI orang
De­ngan pembiasaan harus menang, tua:

50 EUANGELION 173
1. Menanamkan prinsip pada anak sa­lah dan sangat merugikan anak ser­
bah­w a ia harus selalu menjadi ta penyimpangan tingkah laku yang
pe­menang, sehingga ada te­kan­ cen­derung negatif.
an apabila anak mengalami ke­
kalahan. B. Bentuk-bentuk pendampingan
2. Terlalu membangga-banggakan yang HARUS DILAKUKAN orang
anak secara berlebihan, sehingga tua adalah:
ada beban apabila ucapan orang 1. Menanamkan sikap obyektif ke­­
tua tidak dapat dibuktikannya. pada anak, agar dia secara ber­­
3. Menyalahkan dan membanding- tahap dapat menilai mana yang
bandingkan anak di saat dia kalah. baik dan buruk, mana yang be­nar
4. Acuh tak acuh atas kemenangan dan salah. Anak belajar ten­tang
ataupun kekalahan yang dialami kebenaran dan sanggup me­ng­
anak. akui­nya. Hal ini akan memupuk
5. Memberikan pembelaan kepada si­kap sportif.
anak di saat kalah sebagai usa­ha 2. Mendorong anak untuk selalu me­
untuk membentuk opini ke­me­na­ lakukan tugas dan tanggung ja­
ng­­an dengan cara-cara yang tidak wab sebaik-baiknya dan tidak me­
wajar. nge­depankan hasil akhirnya, serta
6. Mengeluarkan pernyataan negatif da­pat menerima hasil penilaian
ke­pada pihak lain yang dianggap da­ri pihak lain secara rasional.
pe­nyebab kekalahan anaknya se­ 3. Menanamkan sikap kepada anak
hingga timbul asumsi di hati anak bahwa kemenangan dan ke­ka­
bah­wa sebenarnya ia lebih berhak lah­an adalah bagian dari suatu
me­nang. kom­petisi, bukan segala-galanya.
7. Memberi iming-iming berupa ‘um­ Ma­sa depannya tidak ditentukan
pan’ tambahan apabila ia meraih da­ri menang dan kalah yang per­
ke­m enangan yang diinginkan nah dialaminya.
orang tuanya. 4. Mengajak anak untuk belajar men­
Hal-hal di atas adalah bentuk pen­ ja­d­i pribadi yang seimbang dalam
dampingan yang dapat merusak me­n yikapi suatu kemenangan
men­tal anak, sehingga anak dapat atau kekalahan yang dialaminya,
sa­lah saat menyikapi sebuah ke­ se­hingga ia tidak sombong, mau
menangan dan kekalahan yang di­ meng­hargai kemenangan orang
alaminya. Hal ini akan membentuk lain, bisa menerima kekalahan diri
ji­wa yang ‘kerdil’ dan sempit dalam sen­diri dengan sikap wajar.
me­nanggapi hal-hal yang tidak sesuai 5. Membiarkan anak bersaing secara
de­ngan keinginannya atau keinginan se­hat, apapun pencapaian yang
orangtuanya. Apabila berlanjut akan di­perolehnya tanpa ditunggangi
ter­bentuk nilai-nilai kehidupan yang oleh gengsi orang tua dengan

EUANGELION 173 51
mem­beri ‘umpan’ tambahan. Anak 1. Saat Mengalami Kemenangan
su­dah mendapatkan hadiahnya Kemungkinan sikap-sikap positif
de­ngan dia berkesempatan ber­ yang muncul seperti: percaya diri,
kompetisi, karena ia akan le­bih ma­kin rajin belajar/berlatih, dapat
banyak berlatih dan ke­mam­pu­ me­netapkan target yang lebih tinggi
an­nya menjadi bertambah dan un­tuk dicapai, makin terpacu untuk
le­b ih baik. Itulah hadiah yang me­ngikuti berbagai kompetisi lain.
se­benarnya yang diterima oleh Kemungkinan sikap-sikap negatif
anak. yang muncul seperti: menjadi som­
bong, meremehkan orang lain, merasa
Orangtua diharapkan sebagai di­ri lebih hebat sehingga kurang mau
pri­b adi yang paling memahami mengakui kemampuan pihak lain,
mi­n at, bakat dan kemampuan bahkan sebagian membatasi per­gaul­
anaknya, termasuk pula kelebihan an­nya.
dan kekurangannya. Oleh sebab itu,
orangtua sebaiknya mengarahkan 2. Saat Mengalami Kekalahan
anak pada bidang-bidang yang se­ Kemungkinan sikap-sikap positif
suai dengan keadaan anak. Perlu yang muncul seperti: menjadi pri­
di­cermati, bahwa sangat jarang anak ba­d i yang sportif dan mengakui
da­pat berprestasi di segala bidang ke­unggulan pihak lain, dapat me­ng­
se­cara sekaligus, pasti ada kelebihan evaluasi diri atas kegagalannya, da­
di satu sisi dan kelemahan di sisi yang pat menerima kenyataan yang ti­dak
lain. diharapkan, mengevaluasi diri ber­da­
sarkan pengalamannya dari sebuah
Dinamika Psikis yang Terjadi Saat ke­gagalan, menjadi lebih paham akan
Menang dan Saat Kalah ke­mampuannya dan ingin mencoba
Kesalahan terbesar dari orang la­gi untuk ‘menebus’ kekalahannya.
yang kalah adalah menganggap di­ri­ Kemungkinan sikap-sikap negatif
nya adalah seorang pecundang. Da­ yang muncul seperti: hatinya terluka
lam hal ini, mereka akan me­ng­anggap dan merasa malu, menyalahkan di­ri
kekalahan adalah hal yang me­ sendiri, menyalahkan orang-orang
malukan. Akibatnya, orang ter­se­but di sekitarnya dan tidak bisa le­gawa
akan takut kalah dan ti­dak mem­per­ de­ngan keberhasilan pihak lain. La­
siapkan diri untuk meng­hargai pres­ rut dalam kesedihan dan me­r a­s a
ta­­si ‘lawan’ yang me­nang. Kita tak tidak mampu lagi, jadi enggan ber­
bi­sa menghindari kekecewaan yang kompetisi karena takut kalah, me­
muncul ketika mengalami kekalahan. nun­jukkan sikap-sikap negatif kepada
Ada rasa sakit yang dirasakan ketika pi­h ak lain yang menang, bahkan
ha­rus mengakui bahwa sang lawan da­pat berupa serangan fisik ataupun
le­bih hebat daripada kita. ucap­an yang menyakitkan.

52 EUANGELION 173
Penutup ketaan, menundukkan, menjatuhkan,
Dalam kaitan inilah kita perlu me­ atau mengalahkan. Pencapaian dalam
redefinisi makna menang-kalah yang kon­kurensi bukan kemenangan tetapi
tidak bersifat dikotomis. Tetapi me­ pe­naklukan. Karena itu konkurensi
letakkan keduanya dalam sebuah pro­ ti­dak memungkinkan upaya sinergi
ses korelatif serta membingkainya da­ an­t ara si penakluk dengan yang
lam hubungan dialogis, bukan konflik. di­taklukkan. Dengan demikian, bu­
Ka­rena menang dan kalah merupakan da­ya menerima kekalahan mesti di­
ba­gian dari esensi kehidupan manusia sandingkan dengan budaya menerima
yang bersifat dinamis dan berjalan ke­menangan. Keduanya jangan sam­
si­lih berganti. Tidak ada kemenangan pai terpisah, berjalan sendiri-sendiri,
atau kekalahan yang abadi. Kompetisi apa­lagi sampai dioposisi-binerkan.
da­lam memperebutkan kemenangan De­­ngan begitu keduanya dapat ber­
mes­­tinya dimaknai sebagai per­sai­ng­ jalan sinergis, bekerja sama untuk
an untuk melakukan yang terbaik. te­rus mengupayakan yang terbaik.
Dengan demikian, kemenangan Berkompetisi secara sehat ada­
ti­­dak membutuhkan obyek untuk di­ lah mempersiapkan anak untuk
ka­lahkan. Meskipun tentu ada pihak men­jadi yang terbaik bagi dirinya
yang dianggap lebih unggul dan dan mampu menghadapi setiap
le­bih baik dari yang lain,tapi tidak tan­t angan, bukan mengalahkan
men­jadikan yang kalah sebagai yang atau menjatuhkan yang lain. Kalah
‘je­lek’, ‘rendah’, ‘tidak berbobot’, dan me­nang adalah konsekuensi dalam
at­ribut negatif lainnya, karena baik ke­hidupan dan bukan tujuan utama.
yang menang maupun yang kalah te­ Ingat… MENANG bukanlah tujuan
lah sama-sama mengupayakan yang ak­hir, dan KALAH bukanlah akhir dari
ter­baik, bukan yang terjelek. se­galanya.
Kompetisi berbeda dengan
kon­­k urensi yang mempunyai ar­t i: M. Yuni Megarini C.
perlawanan, persaingan, per­seng­ (Dari berbagai sumber)

Orangtua diharapkan sebagai pri­badi


yang paling memahami mi­nat, bakat dan
kemampuan anaknya, termasuk pula
kelebihan dan kekurangannya.
Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya
mengarahkan anak pada bidang-bidang
yang se­suai dengan keadaan anak.
EUANGELION 173 53
Karakter Non Akademis
Dunia pendidikan Indonesia perlu rangah. Belum selesai ke­bi­ngu­ngan
ber­s iap-siap dalam menghadapi sa­ya, beliau menyuruh sa­ya duduk.
ber­bagai perubahan yang akan di­ Be­gitu saja? Tanpa ada ke­ma­rahan?
hadapi. Jika bicara tentang pen­di­ Sa­ya terlambat 30 menit, itu wak­tu
dikan, rasanya langsung teringat pa­da yang sangat panjang. Bahkan sa­ya
sekolah. Namun sebenarnya, ti­dak su­dah mempersiapkan diri diusir dan
hanya sekolah yang berperan, me­lain­ ti­dak boleh masuk ruang kelas.
kan juga orangtua dan lingkungan ma­ Saat saya sudah duduk, beliau me­
syarakat. Nampaknya sudah bukan lanjutkan perkataannya di kelas. Kali
‘mu­simnya’ hanya memprioritaskan ini bukan hanya ditujukan pada saya,
pe­ringkat yang dapat dicapai. Justru ta­pi pada teman-teman di kelas yang
da­lam mempersiapkan generasi yang ju­­ga hadir. “Jika kalian terlambat, to­
akan datang, kita semua perlu lebih long tidak me­ngatakan alasan A, B
‘me­lek’ akan karakter anak-anak kita. dan C. Entah ada kemacetan tiba-tiba,
Ber­dasarkan pengalaman saya di du­ ada ban mo­tor yang pecah atau alasan
nia pendidikan, terdapat beberapa pe­ yang lain. Kalian yang bertanggung
ri­laku yang perlu mendapat perhatian ja­­wab untuk keterlambatan kalian.”
da­lam pembentukan karakter. Sambil mendengarkan, saya jadi
pa­­ham kenapa beliau tidak mengusir
1. Bertanggungjawab sa­­ya keluar kelas. Memang alasan
Ingatan saya kembali pada ke­ja­ sa­­ya ‘ga banget’. Cukup malu untuk
di­an puluhan tahun lalu, saat ma­sih me­­n gungkapkan alasan tersebut.
menjadi mahasiswa. Suatu hari, sa­ya Ba­­yangkan, terlambat bangun di
berlari terengah-engah menuju ruang siang bolong. Tapi itulah yang me­
kuliah. Saat saya sampai, waktu su­ mang terjadi dan saya memang
dah menunjukkan pk 10.30, artinya ti­­dak punya alasan apapun yang
sa­­ya terlambat 30 menit hadir di da­­pat menjelaskan kenapa saya ter­
ruang kuliah. Saat saya sampai, te­rasa lam­bat masuk kelas. Saat itu saya
se­luruh mata tertuju pada saya, ter­ me­­renungkan, nekat juga jawaban
uta­ma pandangan mata dosen saya. sa­ya. Di saat yang sama, saya pun
“Kenapa kamu terlambat?” tanya pasrah ji­k a saat itu saya tidak di­
be­liau dengan nada suara yang datar. ijin­kan masuk ke­las dan mengikuti
“Salah saya, Pak” jawab sa­ya. per­kuliahan. Hal itu sebagai bentuk
“Pertanyaan saya, kenapa kamu tang­gung jawab atas perilaku yang
ter­lambat?” sa­ya lakukan. Tanggungjawab dalam
“Saya terlambat bangun.” ba­hasa Inggris adalah responsibility.
“Nah, gitu dong.” Asal katanya adalah response dan
Jawaban beliau membuat sa­ya ter­pe­ abi­l ity. Dari asal katanya, sudah

54 EUANGELION 173
cu­­kup jelas bertanggung jawab me­ yang dikumpulkan seakan pernah
ngan­dung makna kemampuan un­tuk sa­ya baca sebelumnya. Mahasiswa
berespon terhadap perilaku yang yang bersangkutan bersikukuh bahwa
telah dilakukan. Kita dapat me­ ia mengerjakannya sendiri. Demikian
lakukan perilaku apapun. Bahkan, ju­ga mahasiswa lain yang laporannya
se­bagai manusia biasa, tidak jarang sa­ya anggap ‘serupa tapi tak sama’.
ki­ta bertindak duluan, baru berpikir. Ak­h irnya saya dapat mengetahui
Ada kalanya kita melakukan perilaku- bah­wa ‘mbah google’ berkontribusi
pe­rilaku yang kurang pertimbangan. ter­hadap persamaan tugas yang di­
Yang menjadi pertanyaan adalah, kerjakan. Apakah kedua mahasiswa
se­jauh apa kita sanggup untuk me­ ta­di jujur? Ya, mereka mengatakan
nanggung konsekuensi dari perilaku yang sesungguhnya terjadi, tapi da­
yang dilakukan. Tidak cukup hanya lam prosesnya, mereka melakukan
me­n anggung konsekuensi. Dalam ‘pla­giarism’, perilaku yang sangat
tang­gung jawab, terdapat perilaku ‘di­haramkan’ terutama dalam dunia
yang dilakukan untuk ‘menebus’ pe­ pen­didikan.
ri­laku kita. Namun ternyata tidak mudah un­
Pertanyaannya, siapkah orang tuk menyadarkan kedua mahasiswa
tua membiarkan anak-anaknya me­ ta­di. Mereka beranggapan bahwa
ne­rima hukuman atas perilaku yang me­reka sudah cukup bekerja keras
di­lakukan. Hal paling sederhana me­l akukan berbagai browsing se­
ada­lah dengan tidak menjawab per­ hingga dapat menuliskan laporan
tanyaan yang diajukan lingkungan yang dikumpulkan. Pada saat di­tun­
pa­da anak. Selama pertanyaan dan jukkan kesamaan hasil yang di­tu­lis­
perilaku lingkungan tidak mem­ kan, barulah mereka dapat ‘ngeh’
ba­h ayakan, biarkan anak belajar me­ngenai kesalahan yang dilakukan.
men­­jawab dan menerima respon Lain waktu, saya berhadapan
da­r i lingkungan. Orang tua dapat de­ngan anak yang dikabarkan me­
‘be­kerja’ di belakang layar, memberi nyontek oleh gurunya. Saat saya ta­
pen­jelasan mengenai situasi yang di­ nya alasannya, ia mengatakan takut
hadapi, mengapa lingkungan dapat di­marahi orangtua jika nilainya jelek.
be­r espon tertentu pada anak dan Pa­­­dahal, ia tidak paham dengan ma­
mem­bantu anak mengatasi perasaan te­ri ulangan yang dihadapi. Caranya
yang ditimbulkan. me­nyontek pun cukup ‘kreatif’, yang
ti­dak perlu dijabarkan di si­ni.
2. Kejujuran Sampai di sini, saya ingin me­
Pada kesempatan lain, saya ber­ nun­­jukkan bahwa kejujuran dan
hadapan dengan mahasiswa saya. ke­­tidakjujuran dapat hadir dalam ber­
Sa­ya memanggil yang bersangkutan ba­gai perilaku dan alasan. Ra­sanya
un­tuk menanyakan tugas yang di­ se­makin hari saya pun menghadapi
kerjakannya. Saat memeriksa, saya ca­­ra meyontek yang semakin ‘kreatif’,
se­akan mengalami ‘dejavu’, tugas be­­lum lagi penjelasan siswa yang me­

EUANGELION 173 55
lakukannya yang sulit memahami Apa­kah yang saudara gambar? Dua
bah­wa hal yang dilakukannya bu­kan­ buah gunung dengan matahari me­
lah termasuk perilaku jujur. nyembul di tengah dan sawah ada di
Namun, tanpa disadari perilaku de­pan gunung yang digambar. Tidak
ju­jur seringkali merupakan duplikat lu­p a terdapat tanda ceklis dalam
orang-orang di sekitar anak, terutama ko­tak-kotak sawah yang menandai
me­lalui keluarga. Saat orang tua me­ ke­beradaan padi. Kemudian saat di­
ngatakan sakit untuk menghindari minta memberi warna, gunung akan
orang yang tidak ingin ditemui, di­warnai biru dan matahari kuning.
atau sa­a t orang tua mengerjakan Selama beberapa dekade, gam­
pekerjaan ru­m ah anak, atau di bar­a n pemandangan seperti yang
dalam situasi lain yang tidak disadari sa­ya tuliskan di atas, mewarnai se­
sehingga mem­b uat anak terbiasa bagian besar gambar yang kita buat.
memaknai bah­wa perilaku tidak jujur Ji­ka ada anak yang memberi warna
adalah hal yang biasa. me­rah untuk gunung, apa yang akan
Dalam salah satu tontonan lomba ia hadapi? Mungkin akan diminta
memasak, terdapat seorang peserta un­tuk menggambar ulang. Sekilas
yang masakannya gagal total karena itu­lah gambaran dimana seringkali
salah teknik. Tiba-tiba ia melihat krea­tivitas kita untuk berpikir dan
tek­nik peserta lain dan mengikuti me­nyelesaikan persoalan mendapat
tek­n ik tersebut. Tanpa disangka, ‘bor­der’ dari lingkungan. Tanpa di­
pe­serta yang meniru jejak rekannya sa­dari, hal ini seringkali mewarnai
da­pat menyelesaikan masakan le­ ke­seharian kita.
bih cepat dan menjadi pemenang. Selain border dari lingkungan,
Sa­at saya mengamati hal tersebut, pe­rilaku kita sendiri seringkali mem­
agak sulit untuk menjelaskannya buat kita tidak menjadi kreatif. Ber­
dan memberikan pengertian pada kaitan dengan penjelasan di poin
anak saya. Mungkin lomba tersebut se­b elumnya mengenai kejujuran,
me­miliki indicator outcomes, bukan sa­at seseorang terbiasa untuk me­
pro­ses. Hal-hal tersebut yang secara lakukan duplikasi dari karya orang
ti­d ak langsung diamati oleh anak lain, pikirannya membaca bahwa
dan dapat menjadi rekam jejak di hal tersebut adalah hal yang dapat
kemudian hari. Hal ini menjadi dam­ di­lakukan untuk menyelesaikan
pak dalam perilaku selanjutnya yang per­soalan. Tidak heran jika perilaku
akan saya bahas. ‘co­pas’ (copy-paste) yang sering di­
la­kukan saat masih duduk di bangku
3. Kreatif se­kolah membuat pikiran kita pun
Being creative means original. ter­kungkung oleh hal yang dilakukan
Men­jadi kreatif artinya dapat meng­ orang lain dan tidak membebaskan
hasilkan karya yang original. Ba­ pi­kiran kita sendiri untuk berpikir.
yangkan saat ini saudara diminta Ki­ta cukup sering tidak berani ke­luar
un­tuk menggambar pemandangan. dari yang ‘kebanyakan’. Saat ter­dapat

56 EUANGELION 173
produk yang ‘booming’ se­r ingkali se­jak lahir dapat mengalami per­kem­
banyak orang mengikuti booming- bangan, dapat bertambah, berganti
nya produk tersebut dengan men­ ataupun berkurang. Manusia hidup
duplikasi konsep produknya, bu­kan da­lam lingkungan yang menjadi se­
mencari produk saingan atau mem­ makin besar sejalan dengan per­tam­
buat produk baru. Ada kalanya hal ini bahan usia. Karakter apa yang dapat
pun menunjukkan kenyamanan ki­ta ber­t ahan, tidak dapt ditentukan
dalam batas zona nyaman dan aman. se­cara pasti. Namun demikian, se­
Selain itu, ketakutan menjadi kalah mua lapisan masyarakat, dapat
atau gagal pun menjadi kesulitan ter­ men­jadi penentu bagaimana karakter
sen­diri untuk membebaskan pikiran anak dapat berkembang. Untuk
krea­tif kita. Mungkin jika dulu koki itu, menyadari setiap perilaku yang
pe­n emu brownies tidak berani di­lakukan, dalam istilah psikologi,
menghidangkan kue bolu bantat yang mindfulness, dapat membantu kita
ia hasilkan karena menganggapnya mem­bentuk karakter anak. Saat me­
se­bagai kegagalan, kita tidak bisa nya­dari perilaku tidak baik, kita dapat
me­nikmati lezatnya kue brownies. be­lajar memaafkan diri sendiri dan
ber­usaha memperbaikinya.
Penutup
Karakter tidak hanya sekedar
si­fat yang dimiliki individu. Dalam
pro­sesnya, sifat-sifat yang dibawa Ellen Theresia

Kebaktian Doa
GII Hok Im Tong

Setiap Rabu sore


di lokasi
masing-masing

EUANGELION 173 57
Gaya Hidup Generasi Millennials:
Smartphone-Mandiri-Kolaborasi
Isi pidato Presiden Joko Widodo dianggap angin lalu. Namun, ge­
14 Juli 2019 sekilas tidak tampak ada nerasi ke-3 dan ke-4 yang saat ini
konten atau program yang baru, na­ ada di dalam barisan bonus de­mo­
mun ada nuansa yang beda dalam grafi Indonesia sangat optimis dan
arah­an dan penekanannya. Pidato mengamini bahwa negaranya akan
ter­sebut membuat keder generasi menjadi negara yang kuat eko­no­mi­
tua yang selama ini mengandalkan nya dan disegani di dunia!
ke­k uatan sistem birokrasi feodal. Generasi Millennials di Indonesia
Pi­dato tersebut juga membuat ke­ ber­p ikir dan bekerja dengan cara
limpungan orang-orang yang enggan yang sama sekali berbeda dengan
ber­ubah, yang sudah merasa nyaman ca­ra generasi pendahulunya (generasi
dan mapan dengan kondisi yang ayah ibu dan kakek neneknya). Ke­
ada. Sebaliknya, pidato yang sama ma­juan teknologi menjadi salah sa­tu
mem­berikan energi yang positif bagi penyebab utama yang paling men­
kaum muda, Generasi Millennials di da­s ar dalam mempengaruhi cara
In­donesia. Ge­nerasi Millennials menjalani hidup
Selama ini banyak orangtua yang me­reka.
me­n itipkan keluh kesah susahnya
hi­d up di Indonesia dengan segala Semua serba online
bi­rokrasi yang membelit. Ijin usaha Sebuah tim kecil sedang me­la­
su­sah, mau bikin SIM dipersulit, ngu­ kukan persiapan untuk mengadakan
rus apa-apa harus pakai ‘pelicin’. Ge­ sua­tu acara di kota Surabaya. Salah
ne­rasi yang lebih tua sudah terbiasa sa­t u daftar belanja mereka hari
men­jalani hidup yang rumit dan itu adalah: bingkai foto. Seorang
ber­belit-belit tersebut. Namun kini, re­k an panitia yang berusia 40++
ada harapan bagi generasi muda di ber­kata, “Oh, di dekat sini ada toko
In­donesia untuk menjalani hidup yang yang jual bingkai foto. Yuk kita ke
jauh lebih baik. sa­na!” Beberapa panitia segera be­
Indonesia digadang-gadang akan rangkat menuju toko tersebut. Se­
men­jadi negera dengan ekonomi telah melihat-lihat sekitar 1 menit,
ter­kuat ke-4 di dunia bila berhasil me­r eka sampai pada kesimpulan
me­manfaatkan bonus demografi dan yang sama bahwa barang yang me­
mam­pu mempercepat pertumbuhan reka inginkan tidak ada di toko itu.
eko­nomi dalam beberapa dasawarsa Masih belum menyerah, tim ini per­gi
ke depan. Berita ini bila disampaikan ke toko lain yang berada di de­kat
ke­pada generasi yang lebih tua di toko yang pertama. Sekali lagi, me­
awal masa kemerdekaan 1945 akan reka keluar dengan kecewa karena

58 EUANGELION 173
ti­dak memperoleh apa yang mereka kelas - yang menurut siswa tersebut
inginkan. Tiba-tiba salah seorang ti­d ak sama dengan apa yang dia
pa­nitia yang masih berusia awal 20- pe­lajari sendiri. Usut punya usut,
an berkata, “Ini, aku sudah dapat. ter­nyata guru biologinya mengajar
Ba­rangnya dikirim nanti siang. Aku meng­gunakan diktat kuliah keluaran
pe­san online.” ta­hun 1999 sedangkan siswa SMA ter­
Dalam suatu acara konferensi sebut rajin download berbagai buku
yang mempertemukan para aktivis dan jurnal biologi terbitan terbaru!!
pe­layanan anak se-Asia Tenggara, Seorang remaja perempuan
ter­jadi insiden menarik. Pembawa lu­lusan SMA dari NTT mendapat
aca­r a mengumumkan agar para bea­siswa untuk kuliah di Jawa. Dia
pe­serta mempersiapkan diri untuk be­lum pernah naik pesawat dan ti­
mem­presentasikan hasil diskusi ke­ dak berani terbang sendirian. Ada
lompok malam sebelumnya. Kontan se­orang rekannya yang kebetulan
sa­ja para peserta senior dengan ju­ga akan ke Jawa. Mereka berdua
kebingungan segera mencari wa­ atur waktu supaya bisa berada di
jah-wajah yang dikenali sebagai pe­sawat yang sama. Namun sesaat
ang­­gota kelompok diskusi mereka men­jelang keberangkatan, tiket yang
se­­malam. Dengan panik masing- tersedia hanya 1 (bukan 2). Ter­paksa
ma­­sing menanyakan, “Siapa yang mereka terpisah, tidak bi­sa terbang
pe­­gang kertas catatan hasil diskusi dengan pesawat yang sa­ma. Remaja
ke­­marin?” Situasi menjadi semakin perempuan yang ba­ru lulus SMA ini
ti­­dak menentu saat salah seorang mulai panik. Tapi de­ngan berbekal
ber­­ka­ta, “Kan kemarin kertas hasil smartphone yang di­m ilikinya dia
dis­­kusi su­d ah dikasih ke panitia? segera browsing dan mem­pelajari
Aduh, yang ma­na yah panitianya?” bagaimana proses check in hingga
Se­­mentara itu, sekelompok anak panggilan boarding serta hal-hal
mu­­­da Generasi Millennials yang juga apa saja yang perlu dia ketahui se­
ber­­­g abung dalam acara tersebut belum dia menuju airport. Alhasil,
tam­­pak terlihat duduk dengan santai dia berhasil tiba di tujuan dengan
dan senyum-senyum saja. Mengapa? se­la­mat, meski harus transit di pulau
Ka­­rena hasil diskusi dicatat di salah lain lagi selama beberapa waktu.
sa­­tu smartphone anggota kelompok Generasi Millennials adalah ge­ne­
dan sudah di-share ke semua anggota ra­si baru yang memiliki alat canggih
ke­lompok lainnya sejak semalam. Ja­di sak­ti mandraguna (serbaguna) di ta­
sekarang mereka tinggal baca-ba­ca ngan­nya, yaitu: smartphone!! Dengan
untuk melihat lagi hasil diskusi me­ smart­p hone dalam genggaman,
re­ka semalam. me­reka siap menjelajah dunia, siap
Seorang siswa SMA mengeluhkan menyelesaikan masalah, siap ber­
gu­­ru biologinya. Berulang kali dia pro­ kreasi dan berinovasi, siap me­ngem­
tes kepada guru biologinya tentang bangkan dan memajukan diri menjadi
ber­bagai materi yang di­ajarkan di le­bih baik.

EUANGELION 173 59
Namun awas!! Smartphone yang ke­bingungan tidak tahu harus berbuat
sama juga bisa menjadi alat pem­ apa, jadi dia nyalakan smartphone-
bunuh masa depan Ge­n e­r asi Mil­ nya dan tenggelam di dalam apa saja
lennials. Sementara se­b agian ge­ yang bisa dilihat di layar smartphone-
nerasi muda berhasil me­ng­op­ti­mal­ nya. Dia sama sekali tidak menyapa
kan fungsi smartphone mereka un­tuk pa­pa teman ceweknya tersebut hing­
hal-hal yang positif dan mem­bangun, ga mereka berdua menghilang dari
sebagian generasi muda lain­n ya pan­dangannya.
justru menjadi korban akibat ke­ga­ Pernah dalam sebuah kesempatan
galan ‘menjinakkan’ smartphone sak­ti sa­ya bertanya kepada beberapa re­
mandraguna yang ada di tangan me­re­ ma­ja. Jawaban mereka sederhana
ka. Smartphone mirip dengan senjata sa­ja. Mereka mengakui bahwa lebih
yang luar biasa dahsyat kekuatannya. baik tidak berbicara langsung dengan
Bi­la digunakan dengan tepat, tentu orang yang ‘baru’ atau tidak mereka
akan membawa hasil yang luar bia­sa. ke­nal. Mereka merasa lebih nyaman
Namun sebaliknya, bila salah di­gu­ ber­­jumpa dan berbicara lewat layar
nakan, akan mempunyai daya hancur smart­phone (chatting, kirim pesan
yang luar biasa buruknya. teks) daripada harus bertatap muka
lang­s ung dan berbicara. Hal yang
Ketidakmampuan generasi muda sa­ma juga mereka lakukan terhadap
men­jinakkan smartphone orang-orang yang mereka sudah ke­
Di sebuah lift di sebuah gereja, nal, seperti kepada teman, bahkan
se­o rang anak pra-remaja sedang orang tua. Menurut mereka bicara
me­megang smartphone-nya mau ke lang­­sung itu membuat mereka ke­bi­
ruang ibadah remaja. Seorang pe­ ngu­ngan. Lebih baik bicara lewat la­
muda masuk lift dan menyapanya, yar smartphone, jadi masih bisa mikir
“Halo! Siapa namamu?” Anak pra- mau ngomong apa.
re­­maja tersebut bingung tidak ta­hu Dalam sebuah acara CNN yang se­
ha­­rus berbuat apa. Segera ia me­nya­ ca­ra khusus meliput anak pra-remaja
lakan smartphone-nya, mem­b u­k a usia 13 tahun, ditemukan berbagai
apps apa saja yang bisa di­bu­kanya, eks­presi yang mengejutkan tentang
scroll ke atas ke bawah, la­lu ke atas ba­gaimana mereka memaknai hidup
la­gi, ke bawah ... dan sambil nervous me­reka terkait dengan penggunaan
men­jawab sambil matanya terus me­ smart­­phone. Berikut adalah beberapa
natap ke layar smartphonenya, “Eh .. state­ment anak-anak usia pra-remaja
ko .. nama saya Xxxx.“ yang diwawancara oleh CNN:
Di sebuah mall, seorang remaja • Lebih baik saya tidak makan selama
la­ki-laki sedang menemani temannya 1 minggu daripada smartphone saya
(pe­rempuan) menunggu dijemput pa­ di­ambil dari saya.
panya. Mereka tampak asyik ngobrol • Saya merasa tertekan untuk terlihat
ber­dua. Lalu terlihat dari kejauhan si sem­purna di IG (instagram).
pa­pa muncul. Segera si remaja cowok • Saya memotret diri saya banyak

60 EUANGELION 173
se­kali, biasanya 100, atau 150, atau ini, namun bila kita tidak tahu cara
mung­k in 200 kalau saya belum meng­gunakannya dengan bijak, alat
men­d apatkan yang benar-benar ini akan beralih fungsi untuk meng­
co­cok/memuaskan. han­c urkan dan membunuh masa
• Be­rapa kali saya membuka smart­ de­pan generasi muda.
phone saya dalam sehari? Saya tidak Kegagalan sebagian Generasi
bi­sa menghitungnya. Itu adalah se­ Mil­lennials untuk menjinakkan smart­
buah keharusan (kebutuhan). pho­ne sebenarnya adalah kesalahan
Hasil penelitian terhadap anak-anak po­la asuh generasi yang lebih tua
pra-remaja ini menunjukkan bahwa ter­h adap generasi muda mereka.
se­­makin sering mereka melihat so­cial Se­bab, di dalam ketidaktahuan ge­
me­dia, semakin stres mereka. Anak- nerasi yang lebih tua tentang tek­
anak pra-remaja ini bukan ha­n ya nologi, keputusan yang diambil justru
fol­­low teman, me­lainkan juga me­ mem­bawa bencana bagi anak cucu
ma­ta-matai musuh atau orang-orang me­reka.
yang tidak mereka su­kai.
Jumlah likes dan dislikes, serta Kemandirian dan Kolaborasi Ge­ne­
ber­bagai komentar di media sosial rasi Millennials
se­n antiasa mengganggu pikiran Dua hal yang sekilas terlihat kon­
me­reka, mempengaruhi harga diri tradiktif namun sebenarnya sa­ling
me­reka, dan sampai titik tertentu bi­ melengkapi (komplemen), ya­itu:
sa melumpuhkan mereka. Generasi kemandirian dan kolaborasi. Ge­
yang masih sangat muda ini, terjebak ne­rasi Millennials adalah generasi
da­lam dunia maya - dan menganggap yang mandiri. Mereka ingin terlepas
bah­wa arti hidup mereka ditentukan da­ri segala atribut bawaan orangtua
keberadaan mereka di dunia ma­ya. me­reka. Hal itu bisa saja berarti me­
Bagaimana dengan mereka yang ning­galkan rumah orang tua mereka,
kecanduan games online? Bahkan ber­alih ke profesi yang sama sekali
sampai ada yang membunuh ba­ru dan asing bagi keluarga besar
temannya gara-gara berselisih soal me­reka, merintis usaha dari nol tan­
games. Ada juga pasangan suami istri pa bantuan apa pun dari orang tua
yang menelantarkan bayi mereka mau­p un keluarga besar mereka,
hingga meninggal karena terlalu si­ men­jalani hidup di tempat baru yang
buk main games online. Inilah realita sa­ma sekali asing, menekuni bidang
pa­hit yang harus dihadapi oleh se­ atau keahlian yang belum pernah ada
luruh masyarakat yang kehilangan se­belumnya, dan sebagainya.
anak-anak mudanya yang kalah da­ Semangat untuk mandiri ini mem­
lam pertarungan menjinakkan smart­ ba­wa guncangan yang cukup hebat
pho­ne mereka sendiri. ba­g i generasi pendahulu mereka
Awalnya smartphone diberikan yang menghargai kestabilan dan
se­bagai sebuah tools (alat) yang ber­ ke­m apanan. Buat generasi yang
manfaat bagi kehidupan di zaman le­b ih tua, memiliki rumah sendiri

EUANGELION 173 61
ada­lah suatu keharusan - bahkan ber­hasilan adalah kolaborasi. Dengan
men­jadi cita-cita utama yang dikejar ber­g andeng tangan, generasi ini
se­jak masa muda. Sementara bagi mam­p u menciptakan relasi yang
Ge­n erasi Millennials dengan gaya sa­­ling menguntungkan (win-win so­
hi­dup mobilitas tinggi, memiliki ru­ lu­tion).
mah sendiri (apalagi dengan tujuan Sebagai contoh, kemudahan ber­
un­tuk ditempati secara permanen) je­jaring lewat media sosial banyak
ti­d ak menjadi prioritas. Generasi di­manfaatkan generasi muda untuk
ini menjalani hidup dengan sikap me­numbuhkan berbagai bisnis online.
ter­b uka terhadap perubahan dan Ge­nerasi ini juga tidak keberatan bila
pe­luang, termasuk di dalamnya se­mua pegawainya adalah part-timer
pe­r ­u bahan untuk berpindah tem­ dan tidak ada yang ‘ngantor’ di satu
pat tinggal, tempat bekerja, tem­ tem­pat yang sama seperti generasi
pat beraktivitas, tempat studi, dan orangtua mereka yang wajib hadir di
sebagainya. Generasi ini juga ter­ tem­pat kerja dari jam 08.00 hingga
bu­ka untuk menghadapi berbagai jam 17.00. Mereka menjalankan usaha
pe­luang, misalnya: untuk mencoba ju­ga atas dasar relasi, pertemanan,
dan berganti pekerjaan di bidang je­jaring di media sosial, serta ko­nek­
yang sama sekali baru bagi mereka, ti­vitas yang diperoleh lewat informasi
un­tuk mencoba usaha sendiri, untuk di dunia maya.
me­rintis hal-hal yang baru-inovatif-
krea­tif, bahkan untuk mempelajari Apa yang kita wariskan kepada Ge­
hal-hal baru yang belum pernah ada ne­rasi Penerus kita?
se­belumnya. Di tengah arus perubahan tek­no­
Perubahan, bagi Generasi Mil­ lo­gi yang demikian, biasanya generasi
len­nials adalah sebuah keniscayaan. yang lebih tua merasa tidak mampu
Me­r eka menyambut perubahan un­tuk mengikuti semua perubahan
de­n gan pikiran dan tangan yang yang tengah terjadi. Nasehat yang
le­b ih terbuka dibanding generasi di­b erikan kepada generasi yang
se­belumnya. Semangat untuk man­ le­b ih muda pun mulai terdengar
di­ri bukan berarti mereka lebih su­ka usang/ketinggalan zaman, sehingga
menyendiri (melakukan apa-apa tan­pa disadari, generasi yang lebih
sendiri), sebaliknya, Generasi Mil­ tua merasa dirinya tertolak dan ter­
lennials cenderung melakukan hal-hal abaikan. Berhubung komunikasi mulai
baru bersama dengan teman-te­ ter­ganggu bahkan “ga nyambung”
mannya. Mereka bukan saja me­ ma­k a generasi yang lebih muda
nyam­but perubahan dalam hal ide, ja­d i malas untuk berkomunikasi
kon­sep, dan aktivitas, melainkan juga de­n gan generasi yang lebih tua.
da­lam berelasi. Buat generasi ini, Ma­sing-masing bersikukuh dengan
ber­kolaborasi dengan berbagai pihak su­d ut pandangnya sendiri, yang
ada­lah sebuah hal yang alami. Justru sesungguhnya didasari oleh alasan
sa­lah satu syarat untuk mencapai ke­ yang sama-sama kuat dan benar

62 EUANGELION 173
- karena masing-masing memang bi­jaksanaan dalam melihat masalah
ada­lah produk dari zaman di mana ke­hidupan. Sedangkan keunggulan
me­reka dibesarkan! ge­nerasi yang lebih muda ada pada
Oleh sebab itu, perlu ada yang ke­mampuannya untuk beradaptasi
men­jembatani gap antar generasi, ter­hadap perubahan serta kece­pat­­
dan dibutuhkan kepemimpinan yang annya dalam mempelajari serta me­
cakap, yang bisa merangkul se­mua ng­­implementasikan hal-hal baru.
generasi untuk bersatu dan mem­ Paulus memberikan nasehat ke­
ba­ngun demi kebaikan bersama. In­ pa­da anak-anak rohaninya untuk me­
do­nesia bersyukur memiliki seorang neruskan/mewariskan ajaran-ajaran
pe­m impin yang cakap, yang mau yang telah diberikannya kepada
me­r angkul semua generasi agar ge­n erasi-generasi selanjutnya (2
ber­satu dan membangun bangsa ini Tim 2:2; Tit 2:2-4). Ini adalah tugas
un­tuk mewujudkan kesejahteraan pa­ra generasi yang lebih tua, yaitu
ber­s ama. Generasi yang lebih tua me­wariskan ajaran yang benar ke­
mung­kin punya pengalaman buruk di pa­d a generasi yang lebih muda
ma­sa lalu dan cenderung menghindar - se­perti tongkat estafet yang akan
da­r i politik praktis maupun ke­h i­ te­r us diserahkan kepada generasi
dup­an bermasyarakat secara luas. be­rikutnya turun-temurun.
Na­mun zaman sudah berubah. Ki­ni, Kita tidak pernah tahu tantangan
kesempatan terbuka luas bagi ge­ apa lagi yang akan muncul dan di­
nerasi muda untuk ikut ambil ba­gian hadapi oleh generasi-generasi pe­
dalam proses membangun bang­sa ne­rus kita. Namun satu hal yang kita
dan negara. Anak-anak Tuhan Ge­ne­ ta­hu dengan pasti: setiap generasi
rasi Millennials dipanggil untuk ikut mem­butuhkan Firman Tuhan untuk
serta dalam pembangunan bang­sa me­nuntun hidup mereka. Teknologi
dan negara di mana Tuhan me­nem­ bi­sa dan akan senantiasa berubah.
pat­kan mereka. Tan­tangan kehidupan juga akan se­
Semangat kemandirian dan ko­ lalu bergolak dan berganti. Namun
la­b orasi yang dibarengi dengan Fir­man Tuhan akan senantiasa men­
ke­p iawaian Generasi Millennials ja­di landasan serta kekuatan yang
un­­tuk mengoptimalkan smartphone ko­koh bagi anak-anak Tuhan dalam
me­r eka bagi hal-hal yang positif, me­ngarungi ombak kehidupan yang
pro­duktif, dan membangun adalah se­nantiasa berubah. Di sinilah peran
kun­ci keberhasilan kemajuan negara ki­ta sebagai generasi yang lebih tua
ini untuk membawa kesejahteraan un­tuk mewariskan Kebenaran Firman
ba­gi seluruh lapisan masyarakat. Tu­han kepada generasi yang lebih
Keunggulan generasi yang le­ mu­da. Kiranya Tuhan menolong dan
bih tua ada pada Tacit Knowledge me­mampukan kita.
(aku­mulasi pengetahuan dan peng­ Meilania
ala­man di masa lalu) serta intuisi/ke­ meilania.chen@gmail.com

EUANGELION 173 63
Anti
Jadi, pertama-tama kita perlu
pa­hami bahwa arti korup lebih luas
da­r ipada definisi korupsi seperti

Kebiasaan
yang ditetapkan oleh Hukum di In­
donesia: UU No. 31 Tahun 1999 ten­
tang Pemberantasan Tindak Pidana

Korup Ko­rupsi diperbaharui oleh UU No. 20


Tahun 2001 mengatur tentang tin­
dak pidana korupsi. Di UU yang ja­di
ukuran adalah tentang kerugian ne­
“Jika ya, hendaklah kamu katakan: gara karena orang melakukan sesuatu
ya, jika tidak, hendaklah kamu yang tidak semestinya atau tidak
katakan: tidak. Apa yang lebih dari me­lakukan sesuatu yang seharusnya.
pada itu berasal dari si jahat.” Ukur­an kerugian ini membuat ba­tas­
(Matius 5:37) an dari perilaku korupsi, yaitu me­nim­
bul­kan kerugian pada negara.
“Tetapi waktu kulihat, bahwa Bagaimana dengan perilaku, mi­
kelakuan mereka itu tidak sesuai sal­nya ketika ada sumbangan 50 kue
dengan kebenaran Injil, aku berkata gu­­lung untuk jemaat yang hanya
kepada Kefas di hadapan mereka di­­sampaikan 48 buah sedang yang 2
semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, buah dibawa pulang oleh pengelola
hidup secara kafir dan bukan secara aca­ra? Bawa 2 buah rollcake tidak
Yahudi, bagaimanakah engkau dapat mem­buat kerugian negara, tapi itu
memaksa saudara-saudara yang ju­ga suatu perilaku korup, bukan?
tidak bersunat untuk hidup secara Berapa sering orang yang ditunjuk
Yahudi?’” un­tuk menjadi pengelola dengan ma­
(Galatia 2:14) nis mengambil bagian dari apapun
yang seharusnya dibagikan semua ke­
Korup, yang dalam bahasa Inggris pada jemaat? Waktu mulai dalam pe­
ada­lah corrupt, menyatakan suatu layanan, disebut bahwa semua adalah
kon­disi atau keadaan di mana suatu un­tuk kemuliaan Tuhan, namun da­
ob­jek atau orang atau lembaga lam praktek diam-diam ambil ekstra
ti­d ak lagi berjalan sebagaimana buat diri sendiri. Apakah ada yang
se­harusnya. Jaman dahulu, waktu ke­tahuan?
ki­ta masih pakai disket komputer, Berapa sering orang berjanji un­
ba­rangkali kita masih ingat kesusahan tuk melakukan sesuatu, untuk me­
ka­rena adanya sektor yang corrupt, mikirkan, mencari tahu, membuat
se­hingga data tidak bisa dibaca. Atau pe­nelitian dan analisa – tapi semua
sua­t u mesin bagiannya ada yang itu malas untuk dikerjakan, akhirnya
corrupt sehingga tidak menghasilkan yang diberikan hanya hasil seadanya
se­­perti yang dirancang. da­ri googling internet, kebetulan da­

64 EUANGELION 173
pat satu tulisan yang rasanya bagus, Semua korupsi membutuhkan
lan­tas dicopy-paste begitu saja tanpa sua­tu pengalihan, manipulasi. Pa­ling
di­teliti lebih lanjut? baik adalah kalau tidak ada per­ta­
Atau yang lebih umum: berapa nya­an sama sekali, sehingga tidak
se­ring orang begitu saja menerima per­lu menjawab. Ada berbagai cara,
dan membagikan berita yang ke­ an­tara lain dengan memasang wajah
lihatannya bagus, ditulis dengan ba­ ka­k u, judes dan serius, sehingga
hasa yang baik dan rapi, tanpa usaha orang lain sungkan untuk bertanya.
apa­pun untuk mengecek? Sesuatu Si­kap marah pada pertanyaan yang
yang kalau dilakukan sedikit saja di­ajukan, suatu ekspresi perasaan
bi­sa menentukan apakah tulisan itu ter­singgung yang dihindari orang,
hoax atau benar, apakah layak untuk ter­utama di Asia, adalah alat ampuh
di­sebarluaskan. Tidak ada lagi saring meng­hindari pertanyaan. Kalau pun
se­belum sharing. ada pertanyaan, maka rangkaian
Dalam definisi luas dari makna pen­jelasan bohong dibuat. Satu
ka­ta “korup”, itu adalah kebiasaan ke­b ohongan harus ditopang oleh
ko­rup yang banyak dilakukan orang. ke­bohongan lainnya. Tak lama ke­
Ti­dak merugikan negara, tidak men­ mu­dian orang yang korupsi terjerat
ja­d ­i suatu tindak pidana korupsi, da­lam rantai kebohongan yang harus
na­m un tetap suatu perilaku yang di­jaganya baik-baik, satu saja dusta
me­nyimpang dari kebenaran, tidak ter­ungkap maka keseluruhan perkara
se­suai seharusnya. bi­sa terbuka, berantakan.
Bagi Tuhan, pernyataan-Nya tegas Siapapun bisa terperangkap da­
dan langsung: jika ya katakan ya, jika lam tindakan bohong dan munafik,
ti­dak katakan tidak. Apa yang lebih con­tohnya adalah Kefas alias Petrus,
da­ri itu berasal dari si jahat. Walau yang Rasul murid Kristus, dan sudah
... kalau orang sejujur itu dalam me­nyatakan mengasihi Kristus serta
ber­kata-kata, bukankah hal itu bisa siap menggembalakan umat-Nya.
me­rugikan diri sendiri, atau bahkan Wak­tu tidak ada orang Yahudi, ia mau
mung­kin merugikan Gereja? Kenapa ma­kan bersama orang non-Yahudi,
ha­rus mengatakan ya atau tidak ji­ka ta­pi ketika orang-orang Yahudi da­
hal itu merugikan? Bukankah me­ tang, ia terus memisahkan diri. Ia
nyembunyikan kebenaran – tidak men­jaga citranya di hadapan orang
bi­cara bohong, dengan tidak berkata Ya­hudi, namun bukan berarti orang-
apa-apa – kadang kala cukup baik dan orang non-Yahudi itu tidak mengerti
‘cer­das’? Namun di sanalah ada peran apa yang terjadi. Eh, munafik tuh!
si jahat yang memberi masukan-ma­ Rasul Petrus munafik, dan Rasul
su­kan akal bulusnya. Korupsi di mulai Pau­lus menentangnya dengan keras.
da­ri mengatakan tidak untuk sesuatu Mung­kin alasan Petrus terdengar bisa
yang ya, atau mengatakan ya untuk sa­ngat dimengerti karena bukankah
se­suatu yang tidak. Itu namanya bo­ ki­­ta juga banyak dilanda perasaan
hong! sung­kan yang membuat kita berdusta

EUANGELION 173 65
se­di­kit di sini dan di sana? Tapi itu pun bertekad untuk bersikap benar. Na­
sua­tu bentuk korupsi yang tidak akan mun ketika relasi berkembang dan
mem­bawa kebaikan apa-apa. Semua per­t emanan menjadi lebih akrab,
yang berasal dari si jahat tidak ada per­mintaan tolong untuk ‘menjaga
man­faat kebaikannya! mu­k a’ menjadi hal yang sukar di­
Orang yang melakukan sesuatu tolak. Apalagi kini juga ada bagian
ka­r ena ingin menjaga citra, ingin ke­untungan yang diberikan. Karena
men­jaga status rohani di hadapan su­dah mempertahankan suatu ke­
orang lain, bisa menjadi pelaku ko­ bohongan, maka ada transfer yang
rupsi yang membawa sesuatu yang me­nambah isi rekening tabungan.
bu­kan Injil, tapi diakui sebagai Injil, Me­nyenangkan, bukan? Mau lagi?
ke tengah jemaat. Kalau membaca Ta­hu-tahu, tanpa orang sadari ia te­rus
su­rat kepada jemaat Galatia yang masuk dalam tindak pidana ko­rupsi
men­jelaskan insiden ini, di awal su­ yang diatur oleh UU tentang Pem­
rat Rasul Paulus memperingatkan berantasan Tindak Pidana Korupsi.
je­maat tentang penyimpangan yang Ba­tasan antara ‘merugikan negara’
di­sebabkan injil manusia. Orang te­ de­ngan ‘hanya untuk jaga muka saja’
rus berusaha sendiri mencari status me­rupakan batasan yang tidak jelas
ro­haninya, hanya untuk dilihat orang le­taknya. Tahu-tahu ada petugas KPK
lain. Membuat berbagai-bagai per­ di depan pintu kerja.
atur­an supaya ada kebanggaan ba­gi Tindak pidana korupsi menurut UU
siapa saja yang bisa memenuhi tun­ pa­da dasarnya melihat ada tindakan
tutan, padahal di dalam Kristus ada me­lawan hukum memperkaya diri
ke­merdekaan, keselamatan diberikan sen­diri atau orang lain. Kemudian,
se­bagai kasih karunia. orang menyalahgunakan jabatan atau
Menjaga citra itu sendiri akan wewenangnya untuk membuat di­ri­
mem­butuhkan banyak tenaga upaya, nya atau suatu pihak lain menjadi lebih
ba­n yak dana, dan butuh banyak ka­ya, sedangkan negara mengalami
wak­t u serta melibatkan banyak ke­­rugian. Dalam prosesnya, orang
orang. Suatu pernyataan dusta perlu mung­kin menerima suap atau gra­
di­dukung oleh orang lain, tapi apa ti­fikasi, memalsukan dokumen atau
yang menjadi alasan orang lain mau ob­jek lain, atau menggelapkan dan
men­dukung kebohongan? Apa yang menghancurkan bukti-bukti do­
da­pat diperoleh orang lain sebagai kumen atau objek lain terkait dengan
ba­las jasa mempertahankan suatu hal yang merugikan negara.
ke­bohongan? Biaya korup itu mahal, Harta itu sendiri bisa menjadi sua­
lho! tu jerat yang tidak disadari. Korupsi
Maka, korupsi menjadi sesuatu men­jerat orang melalui status dan
yang bersifat menular dan menyebar. pe­n ampilan yang dianggap harus
Tidak semua orang pada awalnya se­suai dengan status tersebut. Ke­
berniat untuk korup, sebaliknya, ti­k a seseorang menjadi pejabat
banyak anak muda yang idealis dan ne­gara, ia diharapkan mempunyai

66 EUANGELION 173
ru­mah lebih baik, kendaraan lebih me­lakukan korupsi, untuk menutupi
baik, fasilitas lebih baik. Gaya hidup ke­b ohongan dan menjaga celah.
ber­u bah. Sementara pendapatan Ba­nyak koruptor yang memakai to­
ga­ji besarannya tetap. Variabel peng citra orang saleh yang tekun
pe­n geluaran bagi pejabat negara ber­agama, karena dianggap orang
men­jadi tidak terkendali antara ke­ yang tekun beragama selalu lebih ber­
butuhan pribadi, kebutuhan men­ in­tegritas dan jauh dari tindak pidana
ja­lin komunikasi dan komunitas, ko­rupsi. Kenyataannya, korupsi di
ser­t a kebutuhan menjaga citra di de­partemen Agama adalah korupsi
ma­syarakat. be­s ar dan serius yang melibatkan
Tidak lama setelah seseorang di­ bah­kan Ketua Umum Partai berbasis
lantik menduduki suatu jabatan, per­ aga­ma, hingga akhirnya terbongkar
ubah­an gaya hidup tidak diimbangi dan pelakunya dipenjara.
de­ngan pengendalian keuangan yang Selama ini Negara dan KPK men­
ra­sional. Kini mendadak lebih banyak ja­lankan gerakan pencegahan korupsi
orang yang berada di sekeliling dan me­lalui 4 pendekatan: (1) Pendekatan
me­nuntut untuk bisa memperoleh Hu­kum, dengan ancaman hukum,
sua­t u bagian keuntungan, orang- (2) Pendekatan Bisnis, dengan pe­ga­
orang yang selama ini sudah mem­ wai yang lebih kompeten dan se­hat,
be­rikan banyak ‘jasa’ dan rasanya (3) Pendekatan Pasar, dengan ke­
sung­kan kalau tidak terus ‘balas budi’ terbukaan kompetitif, dan (4) Pen­
ke­pada mereka. de­katan Budaya, dengan mendorong
Di mana letaknya integritas? bu­daya anti korupsi dan perilaku yang
Ba­gi banyak orang Asia, membalas le­bih terkontrol menurut persepsi nor­
bu­di adalah suatu bagian dari sikap ma dan kearifan lokal yang diarahkan
ber­integritas dan bisa diandalkan. an­ti korupsi.
Ber­sikap tidak mau membantu se­ Pemerintah juga berupaya terus
cara finansial kepada pihak yang me­nekan tindak pidana korupsi de­
se­lama ini sudah membantunya, ngan mengharuskan keterbukaan
ada­lah sikap yang bisa dianggap ti­ dan kontrol yang lebih jauh atas
dak berintegritas. Ini sikap budaya, pe­r ilaku, seperti melarang setiap
sua­tu kebiasaan menahun yang ti­ pe­gawai negeri menerima bingkisan
dak selalu benar, karena membantu par­sel hari raya. Ada kebiasaan lama
orang untuk menutupi kesalahan yang kini dilarang, sehingga lebih
atau memperkaya diri jelas bukan su­kar bagi birokrat memperkaya diri
sua­tu sikap berintegritas. Lagipula di­b andingkan dengan masa-masa
ban­tuan finansial dari kantung sendiri pe­m erintahan lalu. Tentunya ada
ada batasnya, tapi tindak korupsi bi­sa per­lawanan dari aparat yang sudah
memberikan aliran uang dalam jum­ ter­biasa memperkaya diri, dengan
lah yang jauh lebih besar. men­jalankan pelayanan kepada ma­
Orang yang sudah dilanda ke­se­ra­ sya­rakat secara intoleran dan tidak
kah­an merasa selalu ada jalan untuk ber­kualitas.

EUANGELION 173 67
Bagaimana sikap kita sebagai la­yak diterima orang. Termasuk di
orang Kristen? Sebagai warga ma­ da­lamnya adalah memberi sedekah
sya­rakat, dalam satu dan lain hal pas­ti ke­pada peminta-minta di lampu me­
kita berhubungan dengan pe­ja­bat rah yang mengganggu lalu lintas. Ba­
pemerintah. Mungkin kita sen­d iri gaimana kita menghadiahi para peng­
adalah pejabat pemerintah. Ba­ ganggu lalu lintas dengan sedekah?
gaimanakah bersikap anti korupsi, ti­ Pe­r ilaku tidak benar muncul dari
dak jatuh dalam kebiasaan korup? Ba­ ma­n a saja, termasuk dari orang
gai­mana caranya agar kita mengikuti yang jadi sahabat. Kesulitan secara
an­trian dan prosedur dalam segala pe­r asaan memang muncul ketika
se­suatu? orang yang semula bersahabat, ter­
Pertama-tama, kita perlu me­nya­ nyata melakukan korupsi dan meng­
da­ri siapa diri kita. Bukankah kita inginkan kita ambil bagian. Kalau
ada­lah anak-anak Tuhan? Bukankah ki­ta menolak, persahabatan mungkin
ki­ta hidup dalam takut akan Tuhan? ter­putus – itu adalah harga yang harus
Ki­ta didampingi oleh Roh Kudus, dan di­bayar.
ke­tika kita membohongi orang lain, Keempat, kita juga tidak bisa
ti­dak ada satupun yang tersembunyi meng­h arapkan untuk menerima
di hadapan Tuhan. ke­kayaan sebesar-besarnya di du­
Kedua, kita perlu menyadari apa nia. Adalah suatu kekeliruan jika
ha­kekat peran kita dan bagaimana kita ber­p ikir berkat Tuhan berarti ke­
me­layani sesama serta bertanggung ka­y aan dan kesejahteraan serta
ja­wab sebagai pemangku jabatan, po­sisi penuh kuasa. Kita menerima
en­tah itu di pemerintahan maupun ber­k at Tuhan berupa kemampuan
se­­bagai pelaku usaha atau pegawai un­t uk menghadapi persoalan hi­
pe­rusahaan atau menjadi pelayan Ge­ dup dan kemampuan untuk tetap
re­ja. Kita perlu tahu apa yang menjadi mem­b eritakan Kabar Baik yang
hak untuk kita peroleh dan apa yang me­nyelamatkan. Usaha kita adalah
ti­dak boleh kita ambil. Kita perlu tahu un­t uk membuat lebih banyak ke­
apa yang menjadi prinsip utama dan baikan, lebih banyak membangun
ti­dak boleh diubah, dikurangi atau ke­sadaran akan kebenaran. Upah ki­ta
di­tambah, atas dasar alasan apapun. ada di Sorga, kita tidak perlu meng­
Ti­dak ada persahabatan yang baik harapkannya diberikan di dunia.
yang memaksa sahabat melanggar Kelima, kita perlu ambil bagian
prin­sip utama dalam perannya. da­lam usaha kemasyarakatan, secara
Ketiga, pada akhirnya kita perlu eko­n omi dan juga secara politik,
me­milih. Tidak mungkin membuat se­ un­tuk menegakkan kebenaran. Ke­
nang semua orang, menguntungkan benaran meninggikan derajat bangsa,
se­m ua orang. Banyak orang yang se­dangkan dosa adalah noda bangsa,
ber­usaha menerima keuntungan yang ka­ta amsal Salomo. Kita berdiri me­
ti­dak patut. Korupsi mendatangkan la­wan korupsi, ambil bagian dalam
ke­untungan yang tidak patut, tidak po­litik, dukung semua pihak yang

68 EUANGELION 173
me­negakkan kebenaran di atas ke­ kita yang beragama lain juga me­
pentingan diri dan golongan. Orang mahami ekspresi takut akan Allah
Kris­t en perlu bersikap lebih aktif, dan berusaha untuk hidup benar di
ka­rena kita sudah diberi kemampuan ha­dapan Allah. Sikap anti korupsi me­
ma­ka kita pun bertanggung jawab ru­pakan sikap yang dimiliki banyak
un­t­uk melakukan apa yang kita bisa. ka­langan, tidak tergantung agama
An­ti korupsi dan menolak kebiasaan ke­percayaan tertentu. Dasarnya mau
ko­rupsi bukanlah sekedar kesadaran me­lakukan hal benar dan menolak
pri­badi, melainkan juga suatu upaya ber­buat bohong dan curang, kita bi­
ko­munitas yang terdiri dari orang- sa sama-sama berdiri dan membela
orang yang sungguh takut akan Al­lah. si­kap ini.
Saya menemukan bahwa soal ta­kut Semoga Tuhan menolong bangsa
akan Allah bukan hanya dimiliki oleh In­donesia lepas dari penyakit korupsi.
orang Kristen saja. Banyak sau­dara Ter­pujilah TUHAN!

Donny A. Wiguna

EUANGELION 173 69
BUDAYA
PERUSAHAAN
Saat seseorang menyebut kata ta “budaya” dalam Kamus Besar
“bu­daya”, yang pertama kali terlintas Ba­hasa Indonesia diartikan sebagai
di pikiran kita adalah segala sesuatu pi­kiran, akal budi atau adat-istiadat.
yang berhubungan dengan kesenian Ke­budayaan sendiri diartikan sebagai
dan adat istiadat suatu daerah. Ka­ se­gala hal yang berkaitan dengan

70 EUANGELION 173
akal atau pikiran manusia, sehingga ma­ka dengan masuknya karyawan
da­pat menunjuk pada pola pikir, pe­ de­ngan latar belakang budaya yang
ri­laku serta karya fisik sekelompok ber­beda-beda, budaya perusahaan
ma­nusia. Oleh karena kata “budaya” ter­sebut akan semakin tidak jelaslah.
su­dah terasosiasi demikian kuatnya Sa­at saya ke Singapura dan melihat-li­
de­ngan seni atau adat istiadat, ma­ka hat di toko oleh-oleh, saya tertarik de­
saat mendengar kata “Budaya Pe­ru­ ngan kaos bertuliskan rentetan tarif
sa­haan”, sebagian besar orang agak de­nda (“fine”) bila Anda melanggar
ter­heran-heran dan bertanya-tanya atur­an.
apa maksudnya.
Apa itu Budaya Perusahaan? Smoking - You’ll be fine $1.000
Bu­d aya Perusahaan adalah suatu Spitting - You’ll be fine $1.000
ka­rakteristik yang ada pada sebuah ………. - You’ll be fine $……
pe­rusahaan dan menjadi pedoman ………. - You’ll be fine $……
pe­rusahaan tersebut sehingga mem­ “Singapore is FINE CITY”
be­dakannya dari perusahaan lainnya.
De­ngan kata lain, budaya perusahaan Di sini ada plesetan kata “Fine”,
ada­lah norma perilaku dan nilai-nilai yang dalam bahasa Inggris kata
yang dipahami dan diterima oleh fine bisa berarti sangat baik atau
se­mua karyawan perusahaan dan di­ in­dah, tapi bisa juga berarti denda.
gunakan sebagai dasar dalam aturan Bia­sanya kata-kata lucu yang di-ple­
pe­rilaku dalam perusahaan tersebut. set-kan dalam kaos mengandung
Pe­r usahaan yang dimaksud disini ke­benaran. Memang benar Singapura
ada­lah semua organisasi, termasuk ada­lah kota yang indah dan bersih.
di dalamnya gereja. Ke­b ersihan dan keteraturan kita
Budaya dalam sebuah perusahaan jum­pai di segenap penjuru negeri. Di
me­libatkan sekumpulan pengalaman, Si­ngapura biasanya kita dapat men­
fi­losofi, pengalaman, ekspektasi dan jum­­pai orang Indonesia yang biasa
juga nilai yang terkandung di da­ nye­robot antrian, mendadak sontak
lamnya, yang nanti akan tercermin ber­ubah menjadi tertib.
da­lam perilaku karyawan, mulai da­ri
suasana kerja, interaksi dengan ling­ Apa pengaruh dari suatu budaya?
kungan di luar perusahaan, sampai Kembali ke cerita perilaku turis
eks­pektasi di masa depan. Budaya In­donesia saat berada di Singapura.
pe­rusahaan akan membentuk tingkah Be­gitu kuatnya budaya bersih dan
la­ku karyawan dalam perusahaan ter­ ter­atur di Singapura, sehingga turis
sebut. Jika budaya perusahaan su­dah yang datang akan menyesuaikan
stabil dan kuat, mau tidak mau, kar­ di­ri, mengikuti budaya tersebut. Se­
yawan baru yang masuk ke sana akan baliknya, kadang kita heran melihat
me­n gikuti kebiasaan dan budaya tu­ris asing yang sudah biasa tertib di
yang berlaku di sana. Sebaliknya, jika negaranya, di Indonesia bisa mem­
bu­daya perusahaan masih tidak jelas, buang sampah sembarangan. Me­

EUANGELION 173 71
ngapa sampai terjadi demikian? Jujur Apa fungsi atau peran dari suatu
ki­ta akui kebersihan dan ketertiban bu­daya?
be­lum menjadi budaya di negara Budaya akan menentukan batas-
ki­ta tercinta ini. Oleh karena belum ba­tas perilaku, dalam arti menentukan
men­jadi budaya, maka undang-un­ apa yang benar dan yang salah. Ia akan
dang, aturan dan budget negara, ber­fungsi sebagai alat pengendali
ti­dak diarahkan untuk terciptanya ke­ un­tuk mengontrol perilaku para kar­
bersihan. Baru belakangan ada aturan yawan di dalam lingkungan kerja.
den­da pada orang yang membuang Bu­daya perusahaan juga berfungsi
sam­­pah sembarangan. Akan tetapi, se­bagai penentu arah, mana yang
ka­lau kita amati aturan tersebut bo­leh dilakukan dan mana yang ti­
se­o lah-olah tidak ada taringnya. dak. Dari sana, budaya perusahaan
Me­ngapa demikian? Karena ke­ber­ akan menentukan identitas dan
sih­an dan ketertiban belum menjadi ci­t ra sebuah perusahaan di mata
bu­daya, maka belum ada keseriusan ma­syarakat. Bila citra perusahaan
da­ri kalangan pelaksana untuk me­ baik, ia akan membuat bangga kar­
ne­rapkan aturan tersebut, dan dari ya­wan, sehingga menambahkan ra­sa
ka­langan pemimpin belum ada ke­ kepemilikan dan menaikkan lo­yalitas.
teladanan dalam menjalankan per­ Bila karyawan loyal, maka akan lebih
aturan tersebut. mudah menumbuhkan ko­m itmen
Lain di bibir lain di hati, aturan bahwa kepentingan bersama ada­
su­­dah dibuat tapi saat membuat lah di atas kepentingan individual.
bu­jet, program kebersihan tidak De­ngan adanya komitmen, semua
men­dapatkan jatah uang yang men­ la­pis­an akan terdorong untuk me­
dukung terlaksananya program ter­ ning­katkan kinerja, baik itu untuk
sebut. Tidak adanya tong sampah jang­ka pendek atau jangka panjang.
dan tidak adanya petugas kebersihan
yang rutin membersihkan, membuat Bisakah budaya dibentuk dan
be­berapa tempat dijadikan gundukan diubah?
bu­a­ngan sampah atau bahkan sam­ Jawaban singkatnya adalah “bisa
pah berceceran sepanjang jalan. ta­pi tidak mudah”. Sekali lagi kembali
Dari budaya lahirlah Visi dan ke cerita di atas, coba bayangkan bi­la
Misi. Dari Visi lahirlah suatu ren­ca­na Anda adalah pribadi yang bersih dan
dan dari suatu rencana lahirlah ac­ teratur, suatu saat Anda berjalan di
tion plan. Jadi, budaya akan sa­ngat jalan yang bertebaran sampah dan
mempengaruhi kemana larinya sum­ tidak menjumpai tong sampah, pa­
ber daya yang kita miliki. Budaya akan dahal sudah 30 menit Anda berjalan
me­nentukan prioritas penggunaan sam­bil menenteng sampah. Sampai
uang, waktu dan tenaga yang Anda be­rapa lama Anda mampu bertahan
mi­liki. un­tuk tidak ikutan membuang sam­

72 EUANGELION 173
pah di jalan tersebut? Dan bayangkan bi­s a jadi Anda berpikir “gua gila,
bi­la Anda terus menerus di tempatkan apa?” kemudian Anda memutuskan
da­lam situasi seperti itu, setahun, dua se­cepatnya ‘cabut’ dari lingkungan
ta­hun, tiga tahun..., maka hanya ada ter­sebut, pindah ke lingkungan yang
dua kemungkinan yang bakal terjadi, se­­suai dengan budaya Anda. Maka
An­da berubah jadi jorok atau Anda ten­­tunya lingkungan itu akan sama,
ter­g erak menjadi seorang change ti­dak terjadi perubahan apa­pun.
agent, membawa perubahan di lo­ Dalam kenyataan, apa yang ki­
kasi itu. Misalkan, demi perubahan, ta perjuangkan lebih dari sekedar
An­da mau merogoh kocek pribadi ma­salah kebersihan. Bisa Anda ba­
mem­belikan beberapa tong sampah yangkan, kalau untuk menciptakan
dan menggaji 2-3 orang petugas ke­ bu­daya bersih saja sedemikian su­
bersihan untuk rutin setiap jam ber­ litnya, maka sekeras apa usaha yang
keliling membersihkan jalan. Setelah ha­r us dikerahkan dan komitmen
3 bulan, 6 bulan, setahun, lokasi ter­ ma­cam apa yang harus dimiliki untuk
se­but pasti akan menjadi bersih. men­ciptakan budaya bebas korupsi.
Tantangannya, saat budaya di lo­ Ta­pi jangan putus asa dan buru-bu­
kasi tersebut mulai berubah setelah ru berpikir, “sudahlah siapa saya,
An­d a berkorban selama setahun, sa­y a dilahirkan hanya untuk ikut
dan ada pendatang-pendatang baru arus saja”. Jangan pernah berpikir
de­ngan budaya jorok yang melewati de­m ikian, Anda diciptakan untuk
ja­lan tersebut, ada kemungkinan men­jadi garam dan terang dunia.
me­reka membuang sampah sem­ba­ Ti­dak perlu berpikir terlalu muluk-mu­
ra­ngan. Pertanyaannya, apakah Anda luk, lakukan saja hal-hal kecil se­cara
mam­pu bertahan tetap menjalankan benar. Belajarlah komunikasi agar
per­baikan atau Anda menyerah dan Anda dapat mempersuasi dan mem­
lo­kasi tersebut kembali lagi menjadi pengaruhi orang lain melalui ucapan
jo­rok? An­da dan membuat orang tergerak
Probabilitas keberhasilan Anda me­lalui keteladanan Anda. Dari si­
se­bagai seorang change agent akan tu­lah Anda dapat memulai suatu
meningkat apabila saat Anda ber­ ge­rakan untuk menciptakan suatu
juang ada orang-orang lain yang bu­daya yang baik bagi lingkungan
men­­dukung. Bisa berupa dukungan di mana Tuhan menempatkan An­
mo­ril maupun materil. Mungkin boss da. Jika Tuhan tempatkan Anda
Anda memberikan sumbangan da­ se­bagai seorang pemimpin, maka
na, mungkin pemilik gedung be­sar An­da memiliki kesempatan sekaligus
di jalan tersebut menggaji pe­tugas tang­gung jawab yang besar atas bu­
kebersihan dan teman Anda mem­ daya perusahaan yang Anda pimpin,
buat­kan poster. Sebaliknya, saat Anda atau budaya Gereja yang Anda gem­
sudah ber­kor­ban mengeluarkan biaya ba­lakan.
yang be­sar, tapi rekan di sekitar Anda W. Kirana
be­­r amai-ramai mem-bully Anda, Psikolog Industri Organisasi

EUANGELION 173 73
Kebudayaan Visual Kelas Menengah:
Representasi Kebahagiaan dan Rasa Dicintai
2 Korintus 3: 2-3
“Kamu adalah surat pujian kami yang menekankan gaya hidup serta pe­­
tertulis dalam hati kami dan yang ng­a laman hidup. Pengeluaran se­
dikenal dan yang dapat dibaca oleh ha­ri-ha­ri cenderung diperuntukkan
semua orang. Karena telah ternyata, atau dihabiskan untuk mencapai
bahwa kamu adalah surat Kristus, pe­­n galaman-pengalaman hidup
yang ditulis oleh pelayanan kami, yang belum pernah mereka ala­mi
ditulis bukan dengan tinta, tetapi sebelumnya. Pengalaman-peng­
dengan Roh dari Allah yang hidup, a­laman ini pun seakan mendapat
bukan pada loh-loh batu, melainkan du­­kungan dari perkembangan masif
pada loh-loh daging, yaitu di dalam tek­nologi informasi melalui penetrasi
hati manusia.” te­lepon pintar yang memungkinkan
II Korintus 3:2-3 ke­las menengah tersebut dapat me­
ng­aktualisasi diri mereka.
Peningkatan taraf hidup dan Seperti kita ketahui, salah satu
per­baikan ekonomi zaman ini telah ke­unggulan dari telepon pintar ada­
me­nyebabkan meningkatnya jumlah lah dapat merekam gambar dalam
ke­­las menengah, terutama kelas ben­tuk foto dan video. Selain itu,
me­­nengah yang hidup di wilayah ur­ per­saingan antar brand telepon pin­
ban. Da­ta tahun 2018 menunjukkan tar makin semarak di pasar global,
bah­w a pe­n ingkatan tersebut ada yang meliputi persaingan harga dan
di kisaran 30% dan diramalkan di ke­unggulan kualitas kameranya. Fi­
ta­­hun 2023 jumlah tersebut akan tur ini pun kemudian dimanfaatkan
me­­ningkat hingga 49,2%. Hasil ri­set oleh kelas menengah sebagai salah
dari Euromonitor International (glo­ sa­tu pendukung dari kecenderungan
bal market research company) yang ak­tualisasi diri melalui produk-produk
di­publikasikan pada seasia.co mem­ bu­daya massa yang bisa mereka ak­
per­lihatkan bahwa Indonesia memiliki ses. Produk-produk tersebut ti­dak
jum­lah kelas menengah yang paling hanya dikonsumsi tapi juga di­vi­sua­li­
be­sar di wilayah Asia Tenggara. Tidak sa­sikan.
ha­nya memiliki jumlah yang besar, Perilaku konsumsi ini pada prak­
ke­las menengah ini didominasi oleh tik­nya kemudian mengubah makna
ge­nerasi millenial. pe­­rilaku konsumsi tradisional. Jika
Eksistensi kelas mengah ini ter­ du­lu kita mengonsumsi makanan
lihat dari karakteristik mereka yang ka­rena adanya kebutuhan gizi atau
memiliki uang, konsumtif, ser­t a nu­trisi, sekarang lebih dari sekedar

74 EUANGELION 173
itu. Perilaku makan telah menjadi sta­gram dimanfaatkan sebagai tem­
ga­ya hidup. Sekarang bukan lagi per­ pat mengaktualisasi diri, sebagai
soalan orang mau makan apa, tapi pe­n unjang representasi gambar
orang mau makan di mana (mereka di­ri untuk tetap terlihat bahagia de­
yang sedang kasmaran mungkin ngan segala hal materiil yang bi­sa
akan menambahkan makan dengan diakses. Dalam konteks dunia vir­
sia­pa). Minum kopi pun demikian. tual, para pengguna media sosial
Ko­pi tidak lagi diminum seperti ki­ta me­miliki kehendak bebas untuk me­
biasa meminum kopi, tapi ada ba­ re­presentasikan identitas mereka.
nyak hal yang direpresentasikan da­ri Orang dari kelas menengah seakan-
perilaku tersebut, seperti jenis ko­pi akan berasal dari kelas atas, orang
yang diminum, penyajiannya, tem­ bia­sa bisa menjadi figur publik. Secara
pat minumnya, harganya, brand-nya. se­derhana, contoh nyata ini banyak
Un­t uk urusan jalan-jalan, tempat di­perlihatkan di media sosial, mulai
yang dikunjungi ketika liburan pun da­r i pakaian, makanan, tempat-
merupakan sebuah nilai yang di­ tem­pat liburan, barang-barang yang
jadikan pembeda dengan orang lain. di­miliki seperti buku baru, kamera
Bentuk-bentuk aktualisasi di­r i ba­ru, jam tangan baru, sepatu, dan
yang disebutkan di atas pada ak­ se­bagainya.
hirnya divisualisasikan melalui media Bagi para pengguna platform
so­sial. Meskipun hampir semua plat­ in­s tagram secara khusus, mereka
form media sosial menyediakan fi­tur ber­usaha untuk menampilkan semua
yang dapat menampilkan foto peng­ ke­bahagiaan materiil agar terkesan
gunanya, namun instagramlah yang bah­wa hidup mereka bahagia, punya
pa­ling banyak dipilih sebagai wadah uang dan bisa selalu terlihat berkelas,
un­tuk memvisualisasikan gaya hidup. dan yang paling utama, bisa diterima
Pa­d a tahun 2018, data pengguna di lingkungan-lingkungan sosial tem­
in­stagram di Indonesia tercatat 45 pat mereka berinteraksi.
ju­ta lebih, dan jumlah ini adalah yang
terbesar di wilayah Asia Pasifik. Di­ All we need is love
sebutkan dalam laporan tersebut bah­ Ketika memproduksi sebuah kon­
wa pengguna telepon di Indonesia sa­ ten yang akan diunggah ke dalam
ngat produktif memproduksi konten. akun instagram, konten tersebut
Se­cara ekonomi global tentu saja ini akan di-framing. Proses framing ini
menguntungkan karena tren ini ju­ga ten­tunya meliputi komposisi dan es­
ikut mempengaruhi terciptanya krea­ tetika foto seperti cahaya, warna dan
tivitas serta lapangan kerja baru. ele­men-elemen pendukung lainnya
Namun penggunaan platform se­hingga foto yang diproduksi itu
in­s tagram sebagai media sosial da­p at menyentuh sisi emosional
ten­t unya dimaknai berbeda oleh pa­r a pengguna lain yang melihat
se­tiap pengguna. Tren saat ini, in­ kon­t en tersebut. Perasaan yang

EUANGELION 173 75
tim­bul pun bisa beragam, mulai dari peng­guna platform lain, seperti twit­
ra­sa senang, sedih, lucu hingga rasa ter. Bahkan hingga saat ini olok-olok­
iri. Campuran rasa tersebut akan an tersebut tetap mengemuka hampir
meng­giring pengguna lain untuk bi­ di setiap tweet. Misalnya sebutan
sa memproduksi konten yang sama “sobat miskin“ (yang biasanya ditulis
de­ngan tujuan yang sama pula, yaitu so­bat misqueen atau dibalik menjadi
me­raih simpati pengguna lain. ka­ta kismin), atau pernyataan “anak
Simpati yang didapat dari peng­ twit­ter can’t relate“.
gu­­na lain akan diwujudkan melalui Entah dimulai sejak kapan, tapi
tan­da like/love. Makanya jumlah like/ hu­m or satir ini memperlihatkan
love dan follower dinilai penting dan bah­w a perilaku aktualisasi diri di
se­cara tidak sadar menjadi tolok ukur in­stagram mengakibatkan sebuah
atau bahkan sebagai sumber ke­ ge­sekan dalam masyarakat. Apalagi
ba­hagiaan. Sama seperti yang di­ se­lebriti tanah air ikut serta dalam
kemukakan oleh Adam Alter, seorang kon­testasi pembelanjaan tas dengan
pro­fesor dari New York University brand tertentu. Dalam trilogi Crazy
dan penulis buku “Irresistible: The Rich Asians karya penulis Kevin Kwan,
Rise of Addictive Technology and kumpulan orang kaya menjuluki kelas
the Business of Keep Us Hooked”, menengah dengan sebutan H.E.N.R.Y
bah­wa perasaan senang yang kita (High Earn Not Rich Yet), mereka
da­pat ketika kita menerima like/love yang berpenghasilan tinggi namun
pada media sosial disebabkan oleh be­lum bisa disebut kaya. Di buku ini,
produksi hormon dopamine, hor­ julukan HENRY pun sebenarnya ada­
mon yang diasosiasikan dengan rasa lah sebuah ejekan dari kelas atas pa­­da
se­nang. Melalui instagram kita akan kelas menengah yang ingin ber­gaya
me­representasikan hal terbaik dari dengan usaha keras untuk bisa mem­
di­ri kita, artinya ketika kita tiap kali be­li barang-barang mewah tapi tetap
me­lihat beranda instagram orang sa­ja tidak dapat meraih atau bahkan
lain, kita tentunya akan melihat as­pek me­nyamai posisi kelas atas.
terbaik dari diri mereka yang me­ Ironisnya, anggapan ekstrim
reka aktualisasikan dan di saat yang yang dikemukakan secara satir ini
bersamaan kita akan langsung mem­ me­­nyebutkan bahwa tidak sedikit
ban­dingkan diri kita dengan mereka. pa­ra pekerja yang ada dalam kelas
me­n engah disebut sebagai kelas
Representasi kelas me­nengah ngehek. Kategori kelas
Hiruk pikuk para pengguna in­ me­nengah ngehek ini didefinisikan
ternet dengan segala usaha un­tuk se­bagai mereka yang bekerja malas-
memproduksi konten serta ban­jir­ ma­lasan namun selalu berharap akan
nya konten di instagram yang ber­ ke­naikan gaji, tidak produktif tapi
hubungan dengan materi sempat ber­harap adanya peningkatan secara
men­jadi bahan olok-olokan para eko­nomi.

76 EUANGELION 173
Surat Terbuka Sama seperti yang ditulis oleh
Tentunya dengan fenomena ini Pau­lus, kehidupan kita sebagai anak
li­t erasi digital sangat diperlukan. Tu­han seperti sebuah surat yang ter­
Ke­mampuan literasi digital ini tidak bu­ka dan dapat dibaca oleh semua
ha­nya terletak pada keterampilan orang. Apapun yang kita lakukan akan
un­tuk memproduksi konten positif, terlihat, tidak hanya didunia offline ta­
ta­pi juga kecerdasaan secara emo­ pi juga di dunia online. Aktualisasi diri
sio­nal dalam menyaring konten apa ki­ta tentunya akan berdampak pada
yang bermanfaat dan yang bisa di­ ling­kungan sosial, terutama interaksi
jadikan sebagai pendukung untuk de­ngan orang-orang di sekitar kita.
meng­hasilkan perilaku-perilaku yang Da­lam perspektif ini, kita sebagai
mem­bawa dampak positif dalam ma­ peng­guna media sosial bukan hanya
sya­rakat. se­b agai produsen yang membuat
Tidak mudah menampilkan hal kon­ten bagi para pengguna lain, tapi
po­s i­t if di era ini. Pro dan kontra se­kaligus kita adalah konsumen dari
tetap ada. Bah­kan untuk melakukan kon­ten-konten yang diciptakan oleh
kebaikan me­lalui media sosial pun peng­guna lain tersebut.
kerap kali men­d apat komentar Hal yang perlu kita cermati se­ba­
negatif dari para peng­g una lain. gai orang Kristen adalah konten me­
Bukan perkara yang mu­d ah pula dia sosial seperti apa yang akan ki­ta
untuk mengekspresikan pe­r asaan produksi yang tentunya dapat mem­
dan pikiran melalui media so­s ial. per­lihatkan gambar diri kita sebagai
Ada sejuta persepsi yang mun­cul di pe­ngikut Kristus serta bagaimana
ruang-ruang interaksi du­nia virtual. ca­ra kita merespon konten yang di­
Budayawan Sujiwo Te­j o bahkan produksi oleh pengguna lain. Dalam
pernah berpendapat se­p erti ini: hal ini tentunya kedewasaan rohani
“Lama-lama orang males ro­man­tis per­lu ditingkatkan sembari kita belajar
karena entar disebut galau, ma­les ser­t a meningkatkan pengetahuan
peduli karena takut disebut ke­po, me­ngenai literasi digital. Kita pun
males mendetail karena takut di­bi­ per­lu bertanya apakah aktualisasi diri
lang rempong, males mengubah- ki­ta adalah benar merepresentasikan
ubah point of view dalam debat ca­ra hidup sebagai anak-anak Tuhan.
ka­rena takut dibilang labil, juga lama-
la­m a generasi mendatang males
ber­pendapat karena takut dibilang
cur­hat.” Wilton Djaya

EUANGELION 173 77
Re­nungan-renungan di bawah ini adalah bahan untuk PERSE­KUTUAN KELUARGA
SE­­­MING­GU SEKALI. Bahan diambil dari “The One Year Book of Devotions for Women”.
MEDITASI
MINGGU KE-1 AGUSTUS 2019
TURUNLAH DARI SOTOH
BACAAN ALKITAB: II Samuel 11:1-13

Alkitab memberitahukan kita bahwa do­sa Dosa perzinahan dimulai dengan pan­da­ng­
dimulai dari dalam hati kita, dan dosa per­ an pertama, yang seringkali membawa ke ka­li
zinahan dimulai dari mata. Alkitab juga mem­ kedua, ketiga keempat, dan seterusnya. Ki­ta
berikan kita contoh orang-orang yang mem­ harus menjauihkan diri dari pencobaan. Ki­ta
biarkan dirinya jatuh ke dalam dosa perzinahan, harus menolak tinggal dalam situasi yang da­
Sa­lah satunya adalah Raja Daud, raja orang pat menyebabkan kita berdosa. Mekipun Al­lah
Is­rael, pahlawan perang yang agung, penulis menjanjikan akan memberikan kita ke­kuatan
maz­mur yang hebat, orang yang berkenan di untuk bertahan di dalam pencobaan (I Kor
ha­ti Allah (Kis 13:22). Tetapi, bahkan Daud 10:13), kita haruslah sedapat mungkin men­
se­kalipun sangat rawan dalam hal ini. jauh­kan diri dari dosa. Kita harus melakukan
Suatu ketika, raja Daud, yang pada wak­tu apa yang seharusnya Daud kerjakan – segera
itu telah mencapai usia paruh baya, mem­ tu­run dari sotoh begitu ia melihat pemandangan
biar­kan dirinya bermalas-malasan sementara yang tak layak dilihat!!
anak buahnya berjuang di medan perang.
Ti­daklah heran kalau dia suatu ketika tidak
se­ngaja kedapatan berdiri di atas sotoh is­ta­
na­nya memperhatikan Batsyeba, istri Uria,
man­­di. Ketika Daud melihat istri Uria yang AYAT MAS: “Sekali peristiwa pada waktu
can­tik itu mandi, ia telah jatuh ke dalam dosa pe­tang, ketika Daud bangun dari tempat pem­
per­zinahan. Jauh sebelum ia mengambil Bat­ ba­ringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh
sye­ba ke tempat tidurnya, dosa perzinahan is­tana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu
te­lah dilakukannya. Dimulai dari mata, turun se­orang perempuan sedang mandi; perempuan
ke ha­ti, menguasai emosi serta hasratnya, lalu itu sangat elok rupanya.”
ber­gerak ke bagian tubuhnya yang lain. II Samuel 11:1-13

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Jika kita perhatikan dengan seksama kisah di atas, kita dapat me­
na­rik kesimpulan bahwa dosa yang dilakukan Daud dimulai dengan ‘kemalasannya’. Ia tidak memakai
wak­tunya dengan melakukan hal-hal yang berguna, sebaliknya, ia berjalan-jalan tanpa tujuan. Budaya
ma­las memang menjadi budaya yang banyak menggandrungi manusia, membawa mereka ke dalam
ba­nyak petaka. Kemalasan dapat membawa orang ke dalam banyak tindak kriminal dan tindakan yang
ti­dak terpuji lainnya. Menjual narkoba dan mencuri bukanlah pekerjaan yang menguras keringat tetapi
mem­bawa keuntungan besar (kalau tak tertangkap!) dalam sekejap. Karena malas sekolah, siswa meng­
ha­biskan waktu di tempat bermain game, baik itu warnet, tempat main bilyar, atau sekedar iseng berjudi
di pinggir jalan. Kemalasan membawa kebangkrutan kepada suatu usaha yang dapat merembet ke ke­
han­curan rumahtangga. Kemalasan menambah banyak orang pengangguran, pengemis, gelandangan,
yang menjadi beban negara. Amsal mengajarkan kita untuk belajar rajin dari semut (Ams 30:25) dan
IITesalonika 3:10 mengatakan bahwa jika kita tidak mau bekerja, janganlah kita makan.

KEMALASAN DAPAT MEMBAWA KITA KE DALAM PETAKA BESAR

78 EUANGELION 173
MINGGU KE-2 AGUSTUS 2019
PAGUTAN ULAR
BACAAN ALKITAB: Bilangan 21:4-9

Menghadapi keluhan dan gerutuan orang ma­­ti dipagut ular” (I Kor 10:9). Kita haruslah
da­pat sangat melelahkan kita. Musa dan Harus men­­jauhkan diri dari bersungut-sungut dan
te­rus-menerus harus menghadapi orang-orang ber­­bantah-bantahan (Fil 2:4).
yang merasa tidak puas. Umat Israel menjadi Begitu kita telah menerima hidup kekal,
ti­dak sabar dengan para pemimpin mereka dan ki­­ta mulai lagi bersungut-sungut. Bersungut-
ja­lan kemanaTuhan membawa mereka pergi. su­ngut tidaklah mempunyai tempat di dalam
Me­reka baru saja mendapatkan kemenangan hi­dup orang-orang percaya. Bersungut-sungut
da­lam peperangan besar (Bil 21:3), dan merasa me­r upakan suatu kebiasaan yang dapat
di­ri besar. Mereka melawan Allah, menolak meng­hancurkan diri sendiri. Kita harus behenti
Mu­sa dan mengeluh mengenai manna, roti dari me­ngeluh mengenai suami/istri, anak-anak,
sur­­ga, katanya: “Dan akan makanan hambar ini gereja, atau teman-teman kita. Hidup akan
ka­mi telah muak” (Bil 21:5). Dengan menolak te­rasa seperti padang pasir yang gersang,
ma­kanan yang Allah berikan, mereka menolak dan ki­ta akan kepanasan dan kelelahan dan
ke­murahan Tuhan dalam menyediakan segala me­nginginkan tempat baru untuk hidup dan
apa yang mereka perlukan (Yoh 6:32-35, be­kerja. Berhati-hatilah akan sungut-sungut
48-51, 58). Karena itu Allah mengirimkan ular- me­ngenai apapun atau siapapun, karena itu
ular berbisa ke tengah mereka, dan banyak se­perti pagutan ular berbisa!
da­r i antara mereka yang mati (Bil 21:6).
Al­lah menghukum sikap mereka yang suka
me­ngeluh, namun juga menyediakan jalan
ke­luarnya. Pengobatan yang Allah sediakan
me­rupakan ular perunggu yang digantungkan
di atas tiang. Siapa yang memandang ular ter­
se­but akan hidup (Bil 21:8-9). AYAT MAS: “Kemudian datanglah bangsa itu
Sangatlah mudah untuk mengeluh dan men­dapatkan Musa dan berkata: ‘Kami telah
meng­gerutu. Itu adalah sikap yang salah. Al­ ber­dosa, sebab kami berkata-kata melawan TU­
kitab melarang kita menggerutu. Paulus mem­ HAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN,
pe­ringatkan orang-orang di Korintus untuk tidak su­paya dijauhkanNya ular-ular ini dari pada
“men­cobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh ka­mi.’ Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu.”
be­berapa orang dari mereka, sehingga mereka Bilangan 21:7

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Bersungut-sungut merupakan budaya manusia lainnya yang lahir
da­ri rasa ketidakpuasan mereka. Kita tidak puas akan ‘nasib’ kita, pekerjaan, honor, perilaku orang lain
ter­hadap kita, rupa kita, dan lain sebagainya. Orang menjalankan operasi plastik karena mereka tidak
puas akan rupa yang Tuhan berikan kepada mereka. Ada orang yang banting tulang siang malam bukan
ka­rena hidup kekurangan, tetapi karena tidak puas dengan pencapaian mereka, baik itu hasil karya, mau­
pun uang yang mereka dapatkan. Orang ‘memaksa’ anak les segala mata pelajaran agar anak mereka
men­jadi ‘super’. Memang itu tidak salah, namun berlebihan.

APA YANG ALLAH SEDIAKAN BAGI KITA, CUKUP ADANYA

EUANGELION 173 79
MINGGU KE-3 AGUSTUS 2019
APA YANG MEREKA KATAKAN?
BACAAN ALKITAB: Yohanes 4:27

Jika kita merenungkan kisah tentang “Di bar,” jawabnya.


per­cakapan wanita Samaria dan Yesus di tepi “Oh, saya tidak dapat pergi ke sana,” Jill
pe­rigi, kita akan menyadari betapa banyaknya men­jawab dengan cepat. “Nanti orang-orang
orang Kristen yang menjalani hidup kekristenan akan mengatai saya yang bukan-bukan.”
yang pincang karena apa ‘yang orang lain Ia takut saat ia masuk ke tempat tersebut,
mung­kin katakan’. ‘Orang lain’ itu dapat suami/ ke­b etulan ada orang yang mengenalnya
is­tri, anak, menantu, tante, oom, opa, oma, me­lihatnya. Apa yang akan mereka katakan,
te­man-teman, rekan kerja, tetangga, bahkan ter­lebih lagi ia adalah seorang aktivis gereja.
orang-orang di gereja atau di persekutuan, atau “Yesus tidak membuat diri-Nya orang yang
ju­ga di perkumpulan yang mereka ikuti. Yesus be­reputasi,” Allah mengingatkannya. “Pergilah
ti­dak peduli akan apa yang ‘orang’ katakan dan kerjakan apa yang Yesus lakukan.” Maka
me­ngenai percakapan-Nya dengan seorang Jill pergi bersama ex-anak jalanan tersebut
wa­nita yang ‘dipandang rendah’ orang karena Ia ka­rena ia ingin berusaha lebih peduli akan
s­a­ngat peduli akan wanita tersebut. Untuk misi pe­rintah Allah daripada apa yang mungkin
yang demikianlah Ia telah merendahkan Diri- orang-orang katakan mengenai dirinya.
Nya, dan kitapun harus menyontoh hidup-Nya.
Ye­sus berkata: “Sama seperti Bapa mengutus
Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus
kamu” (Yoh 20:21). AYAT MAS: “Pada waktu itu datanglah murid-
Suatu kali, Jill Briscoe, penulis buku re­ muridNya dan mereka heran, bahwa Ia sedang
nu­ngan yang sedang kita bahas ini, bertemu bercakap-cakap dengan seorang perempuan.
de­ngan seorang anak jalanan yang sangar. Tetapi tidak seorangpun yang berkata:’Apa
Se­telah pemuda itu menjadi seorang Kristen, ia yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang
me­minta Jill pergi bersamanya kepada teman- Engkau percakapkan dengan dia?’”
te­mannya. “Dimana mereka?” tanya Jill. Yohanes 4:27

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Budaya ‘bergosip’ adalah dosa kita lainnya, terutama kaum wanita.
Pro­gram televisi apakah yang paling digandrungi para emak-emak? Gosip selebriti, bukan? Begitu para
wa­nita berkumpul, mereka dapat bergosip selama berjam-jam, dari membicarakan orang lain sampai
mem­bicarakan orang di rumah. Rasanya tidak ada akhirnya. Seru, lagi! Mereka tidak sadar bahaya besar
di balik gosip mereka. Bisa-bisa mereka diciduk yang berwajib karena gosip mereka. Demikian juga
de­ngan anak-anak Tuhan. Gosip dapat menjadi salah satu penghalang yang merintangi mereka untuk
men­capai jiwa-jiwa yang membutuhkan keselamatn Allah. Kita enggan berteman dengan orang yang
be­reputasi buruk karena takut digosipkan orang di belakang kita, padahal mereka sangat membutuhkan
ka­sih serta perhatian kita, dan terutama Injil yang dapat kita sampaikan.

GOSIP DAPAT MENJADI BATU BESAR YANG MENGHALANGI JALAN KESELAMATAN

80 EUANGELION 173
MINGGU KE-4 AGUSTUS 2019
GAMBARAN ROHANI DIRI
BACAAN ALKITAB: II Korintus 10:10

Rasul Paulus mendengar orang ‘mem­ di­kerjakannya itu lebih baik atau lebih buruk
bi­carakan’ tentang dirinya di gereja Korintus. da­ripada orang lain, dan kita pun haruslah de­
Ti­daklah enak jika kita dikritik dengan negatif. mi­kian.
Itu dapat membuat kita merasa buruk tentang Kita perlu berpegang pada hal-hal yang
di­ri kita sendiri. Paulus di dalam perikop ini da­pat kita lakukan dengan sangat baik dan
me­nunjukkan kita bagaimana membiarkan be­lajar untuk hidup dengan hal-hal yang kita
Al­lah mengangkat diri kita saat orang lain men­ ku­rang baik mengerjakannya karena kita ku­
jatuhkan kita. rang bertalenta di wilayah itu. Janganlah kita
Rasul Paulus menyadari bahwa ia sedang biar­kan penilaian orang lain akan personalitas,
di­evaluasi oleh orang-orang yang sekedar ta­lenta, atau pelayanan kita mempengaruhi
mem­bandingkan diri mereka sendiri dengan ke­hidupan kita secara berlebihan. Talenta,
orang lain. Setiap kita mempunyai wilayah pang­gilan dan batas-batas personalitasdi kita
pe­la­yanan sendiri yang ditentukan oleh batas- di­tentukan hanya oleh Allah. Orang percaya
ba­tas yang ditetapkan Allah (II Kor 10:13). ha­rus merasa bahagia dengan batas-batas
Ma­sing-masing ditempatkan Allah dan diberi yang Allah berikan dan sukacita di dalam men­
ta­lenta di wilayahnya masing-masing. Paulus ja­laninya. Gambaran rohani diri yang sehat
ti­dak takut dibandingkan dengan orang lain. Dia mem­berikan kita kebebasan untuk bekerja bagi
ha­nya ingin diyakinkan bahwa ia cocok dengan Kris­tus, apapun yang dikatakan orang tentang
ren­cana Allah. Paulus menilai dirinya sendiri ki­ta!
ber­dasarkan pujian Allah. Dia mungkin bukan
se­orang pembicara terlatih, tetapi ia tahu apa AYAT MAS: “Sebab, kata orang, surat-su­
yang sedang dibicarakannya. Keinginan Paulus rat­nya memang tegas dan keras, tetapi bi­la
ha­nyalah mengajarkan kebenaran dengan berhadapan muka sikapnya lemah dan per­ka­
se­gala cara yang mungkin. Rencananya tidak ta­an-perkataannya tidak berarti.”
da­pat dicegah oleh penilaiasn apakah yang II Korintus 10:10

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Budaya buruk lainnya dalam hidup manusia adalah budaya mengeritik
orang. Budaya ini biasanya lahir dari keirihatian manusia. Seseorang akan mengeritik karya lukis seorang
pe­lukis jika dirinya sendiri bisa melukis, namun tidak seindah sang pelukis. (Ini berbeda dengan seorang
kri­tikus yang memang kerjanya menilai, bukan mengeritik, hasil karya seseorang berdasarkan keahlian
yang ia miliki). Adalah biasa bagi kaum hawa untuk mengeritik kecantikan seseorang ataupun apa yang
di­pakainya karena mereka iri tidak secantik orang itu dan tidak memiliki apa yang orang itu pakai.Kritikan
da­pat membangun tetapi dapat pula menjatuhkan seseorang. Jika kritikannya itu benar, dan didengar
oleh orang yang dikeritik, maka si orang yang dikeritik itu dapat membangun dirinya menjadi lebih baik.
Se­baliknya, jika kritikannya itu tidak benar, itu dapat mengecilkan hati orang yang dikeritik, bahkan mungkin
ju­ga mematikan semangatnya. Karena itulah Paulus menasihatkan kita untuk mengharapkan pujian dari
Al­lah dan bukan pujian dari manusia dalam pelayanan kita.

KRITIKAN DAPAT MENJADI PEDANG BERMATA DUA ATAU BALSAM YANG MENGHANGATKAN

EUANGELION 173 81
MINGGU KE-1 SEPTEMBER 2019
BUAH ANGGUR YANG ASAM
BACAAN ALKITAB: Yesaya 5:1-7

Di dalam puisi ini Israel digambarkan Apakah kita memiliki semangat yang kecut?
se­bagai kebun anggur, suatu metafora yang Mungkin kita telah dikecutkan oleh teman yang
se­ring digunakan oleh para nabi. Nyanyian ini ingkar janji. Mungkin seseorang yang me­nurut
me­ngingatkan umat Allah akan kasih dan berkat kita tidak sebaik kita pekerjaannya, di­pro­mo­si­
yang dicurahkan Allah atas mereka. kan pada jabatan di atas kita. Mungkin banyak
Umat Israel mendapatkan tempat yang me­ hal terjadi di dalam hidup kita yang membuat
nguntungkan “di lereng bukit yang subur” (Yes ki­ta merasa berhak untuk merasa kecut. Tetapi
5:1) dan “menara pengawas” untuk melindungi pen­dapat kita mungkin saja salah.
me­reka. Meskipun Allah telah memeliharanya Mengapa Sang Tukang Kebun datang ke
de­n gan hati-hati, kebun anggur itu hanya da­lam hidup kita? Ia datang untuk ‘memangkas’
meng­hasilkan buah-buah anggur yang asam. hi­dup kita agar berbuah lebat secara rohani.
“Apalagi yang harus Aku lakukan?” seru Allah Ke­tika Tuhan bertanya “Mengapa yang ada
Ye­hova. ang­gur-anggur asam?”, kita mungkin tidak
Hidup kita pun seperti kebun anggur. Allah da­pat menjawabnya. Karena itu, biarkanlan
me­magari kehidupan orang-orang percaya. Al­lah memangkas apa yang harus ia pangkas
Ki­ta hidup di lereng bukit yang paling subur. da­ri hidup kita agar karakter kita dapat menjadi
Le­bih dari itu, kita diberikan Roh Kudus untuk “ma­nis” demi Dia.
me­lindungki kita seperti menara jaga di kebun
ang­gur. Allah memelihara kita dengan telaten. AYAT MAS: “Apakah lagi yang harus diperbuat
Ka­rena itu, Dia berhak mengharapkan buah- un­­tuk kebun anggurKu itu, yang belum Ku­per­
buah yang manis dari hidup kita. Mengapa buat kepadanya? Aku menanti supaya di­ha­sil­
kita seringkali mengeluarkan buah-buah yang kan­nya buah anggur yang baik, mengapa yang
asam? di­hasilkannya hanya buah anggur yang asam?”
Yesaya 5:4

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Bila kita simak perikop ini, kita dapat melihat bahwa anak-anak
Tu­han hidupnya seringkali tidak dapat menjadi garam dan terang dunia karena mereka banyak
mem­biarkan kekecutan di dalam hidup mereka merasuki mereka meskipun mereka tahu janji Tu­
han bah­wa ia akan melindungi serta memelihara mereka setiap saat. Mereka tidak mempunyai
se­mangat juang, mudah patah semangat karena rintangan yang kecil sekalipun. Budaya menyerah
ka­lah atau lebih te­patnya picik hati membuat mereka tidak dapat berkembang, malah menjadi batu
san­dungan bagi orang lain. Bagaimana mereka dapat menyaksikan Kristus dalam hidup mereka
ji­ka mereka selalu me­rasa kalah sebelum berperang? Anak Tuhan yang sejati, meskipun didera
oleh penyakit yang me­matikan, atau oleh kemiskinan yang tak kunjung berakhir, tidak akan menjadi
ke­cut, malahan de­ngan ‘ketidakberuntungan’nya mereka memberikan kekuatan kepada orang-orang
yang ‘senasib’ de­ngan mereka.

KECUT HATI MENGHALANGI KITA BERBUAH BAGI TUHAN

82 EUANGELION 173
MINGGU KE-2 SEPTEMBER 2019
KEPEMILIKAN
BACAAN ALKITAB: Efesus 2:16

Jika tembok perseteruan telah dihancurkan Kita tidak boleh menjadi pembangun tem­
oleh kematian Kristus (Ef 2:13-14), mengapa bok. Kita harus meletakkan sekop kita dan
ma­sih saja banyak anak-anak Allah di ge­re­ja meng­gunakan tangan kita untuk mencapai
menghadapi tembok batu di dalam per­se­ku­tuan sau­dara-saudara kita di dalam kasih. Kita harus
mereka? Mengapa tembok itu masih me­mi­ ber­tindak seolah-olah tembok penghalang itu ti­
sahkan warna kulit, kaya dan miskin, status dak ada. Kita harus berjalan menembusnya dan
so­sial? Itu dikarenakan orang-orang Kristen berbaurlah dengan mereka serta bersikap ma­
be­lum diajarkan bahwa dasar dari persatuan nis­lah terhadap mereka. Kita harus berusaha
me­reka adalah “kepemilikan”. se­dapat mungkin meyakinkan mereka bahwa
Kesatuan dimulai ketika teologi kita benar. ki­ta percaya kita semua adalah satu, milik Allah.
Ji­ka tembok perseteruan itu telah dihancurkan
te­tapi nyatanya masih saja ada, itu dikarenakan
ada yang membangunnya kembali! Apakah ar­
ti­nya sebuah tembok? Itu adalah penghalang
yang memisahkan kita dari orang lain. Kita da­
pat merasakannya di antara anak-anak Tuhan
di gereja meskipun tembok itu tak kasat mata.
Ki­ta dapat melihat kelompok-kelompok orang
yang berbeda di dalam iman dan kepribadian.
Na­mun persatuan kita berada di dalam ke­pe­ AYAT MAS: “Dan untuk memperdamaikan
milikan. Karena melalui Dia kita semua mem­ keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah
per­oleh jalan menuju Bapa melalui satu Roh. Ia oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan
me­lihat kita semua berlutut berdoa di samping pada salib itu.”
tem­pat tidur kita di malam hari! Efesus 2:16

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Budaya ‘memisahkan diri’ dari yang ‘tidak sama’ dengan
ki­ta bukan hanya terjadi di kalangan orang dunia, tetapi juga di antara anak-anak Tuhan. Itulah
se­babnya tidak sedikit orang yang mundur atau berhenti pergi ke gereja karena mereka merasa
di­ri mereka tidak diterima di sana oleh sebab keberbedaan yang mereka miliki. Keberbedaan itu
mung­kin ras/suku bangsa, bahasa, tingkat ekonomi, status sosial, derajat intelektual, dan yang
lain­nya. Itulah sebabnya ada gereja yang dicap sebagai ‘gereja orang kaya’ karena pengunjungnya
sa­ling memamerkan kekayaan mereka. Ada juga yang dicap sebagai ‘gereja borjuis’ karena orang
yang datang di dalam kesederhanaannya tidak akan dipandang mata. Ada juga gereja yang disebut
‘ge­reja rasial’ karena mereka melarang ras tertentu untuk datang beribadah ke gereja itu. Itu terjadi
ka­rena mereka tidak memahami Firman Allah bahwa di dalam Kristus kita adalah satu, tidak ada hal
yang dapat membedakan satu sama lain, baik itu warna kulit, kebudayaan, kekayaan, kepintaran,
mau­pun status sosial. Semua adalah orang berdosa yang memerlukan keselamatan dari Allah.

DI DALAM TUBUH KRISTUS TIDAK ADA TEMBOK


YANG MENGKOTAK-KOTAKKAN ORANG PERCAYA

EUANGELION 173 83
MINGGU KE-3 SEPTEMBER 2019
PERAN YANG KURANG PENTING
BACAAN ALKITAB: Ulangan 6:10-25

Di dalam kitab Ulangan 6:13, Allah dengan uang, mencuci gelas-gelas perjamuan kudus,
je­las memerintahkan umat-Nya untuk “melayani ber­saksi.” Mungkin memang tidakbisa, tetapi
Dia” (NIV) atau “berbuat bakti” (LAI terjemahan apa­kah kita pernah memikirkan bahwa itu
la­ma). Untuk melayani, orang harus bersedia mung­kin kehendak-Nya bagi kita? Tuhan me­
me­langkah keluar dari lampu sorot panggung ng­ajarkan penulis buku renungan ini, bahwa
dan memainkan peran yang kurang penting. ji­ka dia mau berhenti merasa cemas untuk
Ada pepatah yang mengatakan bahwa me­mainkan peran yang penting dan mulai de­
me­mainkan peran yang kurang penting de­ ngan peran yang kurang penting, dan me­nger­
ngan baik itu lebih berarti dari apa yang dapat ja­kannya dengan baik untuk kemulian Tuhan,
di­u capkan lidah. Memainkan peran yang ma­ka ia akan siap untuk pekerjaan yang telah
ku­r ang penting adalah cara terbaik untuk di­siapkan baginya.
me­mulai melayani orang lain. Banyak sekali Semua itu dimulai dengan takut akan
po­sisi yang kurang penting untuk diisi. Asal Tu­han yang meliputi kebencian akan sikap in­
sa­ja kita mau menyingsingkan lengan baju dan di­vidualistis dan sombong, dan mulai dengan
mengerjakannya. Jika kita bersedia terlibat di se­mangat seorang hamba. Tuhan akan me­
ma­na saja kita diperlukan, Tuhan akan dapat nger­jakan hal ini di dalam hidup kita jika kita
me­ngerjakan hal-hal besar melalui diri kita. me­mohon pada-Nya. Apakah kita bersedia
Sama seperti kita tidak dapat mengarahkan me­mainkan peran yang kurang penting di da­
mo­bil yang tidak bergerak, Tuhan juga tidak lam pekerjaan Tuhan?
da­pat mengarahkan orang-orang Kristen yang
ti­dak mau bergerak. Kita harus mulai pergi ke
sua­tu tempat dan melakukan sesuatu! Kita
mung­kin menggerutu: “Tetapi saya tidak bisa AYAT MAS: “Hendaklah kamu takut akan Tu­
me­ngajar Sekolah Minggu, mengumpulkan ba­ han, Allahmu, dan berbuat bakti kepadanya,
rang-barang untuk didonasikan, membereskan dan bersumpah demi namanya jua!”
ge­reja, menjemput orang-orang tua, menghitung Keluaran 6:13 (LAI terjemahan lama)

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Banyak orang yang tidak mau melayani di gereja bukan ka­
re­na ia tidak bisa, tetapi karena merasa enggan. Enggan karena merasa diri tidak akan mampu,
se­perti mengajar Sekolah Minggu, ikut paduan suara, atau enggan karena merasa pelayanan
yang diberikan tidak ‘setaraf’ dengan dirinya. Membesuk, itu kan pekerjaan orang-orang tua yang
pe­ngangguran. Penyambutan? Saya bukan orang penting, tidak akan dianggap oleh jemaat yang
da­tang. Membersihkan gereja? Gereja kan banyak OB! Dan masih banyak alasan-alasan lainnya.
In­tinya, mereka ‘enggan’, atau kasarnya, malas. Budaya enggan ini sungguh akan membuat se­
se­orang yang baru saja dibaptis/sidi atau dikobarkan semangatnya di dalam suatu K K R, menjadi
‘di­ngin’ lagi di dalam semangatnya untuk hidup bagi Tuhan, dan lama-lama ia akan ‘mati’ dan
meng­hilang dari gereja.

MELAYANI TUHAN DENGAN SUNGGUH


AKAN MENGOBARKAN SEMANGAT KITA MELAYANI

84 EUANGELION 173
MINGGU KE-4 SEPTEMBER 2019
MODEL PARA MODEL
BACAAN ALKITAB: Filipi 3:12-21

Suatu saat, Jill, penulis buku renungan ini Tetapi ini bukan berarti kita harus dengan
di­un­­dang berpidato pada suatu upacara wi­ bang­ga dan sombong memisahkan diri kita
su­da d­a­­ri sebuah sekolah modeling. Setelah da­ri orang-orang yang baru percaya, atau
ia mem­berikan pidatonya, ia memperhatikan ber­laku seolah-olah kita itu istimewa. Ingatlah
ba­­gaimana para murid berjalan di panggung se­lalu bahwa bahkan rasul Paulus pun tidak
un­­tuk menerima sertifikat kelulusan mereka. me­nganggap dirinya sudah sempurna (Flp 3:
Me­­reka semua berjalan dengan tenang dan 13). Kita hendaknya menjadi model dari suatu
pas­­ti, dengan tubuh dan kepalategak dan per­tumbuhan/proses, bukan model dari suatu
ram­­but tertata rapih, muka yang dimake-up ke­sempurnaan. Itulah kuncinya!
pa­­­da tempatnya. Mereka itu sungguh model Paulus berkata kepada sekelompok orang-
da­­ri para model. Terakhir, guru mereka yang orang saleh yang memperhatikannya un­tuk me­
ter­­kenal berdiri untuk menerima aplaus da­ri ng­ikuti teladannya dan memperhatikan me­reka
pa­ra muridnya. Pada saat itulah Jill me­ngerti yang hidup sama seperti dirinya yang men­jadi
me­ngapa para murid tersebut bisa mem­ba­ te­ladan mereka (Flp3:17). Dapatkah Pau­lus
wakan diri mereka sedemikian rupa. Mereka me­nunjuk kita sebagai model bagi para orang
sung­guh-sungguh duplikat dari guru mereka Kris­ten baru? Dapatkah kita meminta orang lain
yang berjalan dengan tenang dan pasti, dengan un­tuk mengikuti teladan kita?
tu­buh dan kepala tegak dan rambut tertata rapih
ser­ta make-up di muka pada tempatnya!
Itulah gambaran dari seorang murid yang
me­nuruti gurunya. Rasul Paulus mengatakan
pa­da para orang Kristen baru di gereja Fili­pi
un­tuk melihat bagaimana ia menjalani ke­hi­
dup­an Kristennya dan meneladani apa yang AYAT MAS: “Saudara-saudara, ikutilah te­la­
ia lakukan. Paulus tahu betapa pentingnya dan­­ku dan perhatikanlah mereka, yang hidup
ba­gi para orang yang baru percaya itu untuk sa­ma seperti kami yang menjadi teladanmu.”
mem­punyai model yang dapat mereka tiru. Filipi 3:17

BAGAIMANAKAH DENGAN ANDA? Beranikah anda meminta orang lain meneladani anda? Jika
an­da seorang guru, mungkin anda berani menyuruh murid-murid anda mengikuti apa yang anda
ajar­kan, bukan meneladani diri anda. Hanya orang yang terbilang ‘sempurna’ yang layak diteladani.
Mak­sudnya, sifatnya memenuhi buah-buah roh yang tertulis di dalam Galatia 5:22, 23. Dan nilai
ini akan bertambah jika disertai intelektual yang tinggi. Orang yang berani meminta orang lain me­
ne­ladani dirinya dapat dipastikan akan dicap sebagai orang yang sombong, bangga akan dirinya
sen­diri, karena boleh dikatakan tidak ada orang yang sedemikian sempurnanya. Berbeda jika orang
lain yang meminta kita meneladani seseorang.

JANGANLAH MEMEGAHKAN DIRI,


TETAPI BIARLAH TUHAN YANG MEMEGAHKAN DIRI KITA

EUANGELION 173 85
MELESTARIKAN CAGAR BUDAYA
Seperti halnya bangsa lain di du­ relasinya dengan kelompok-ke­lom­
nia, bangsa Indonesia telah melewati pok sosial lain.
ma­sa sejarah yang sangat panjang. Karena Cagar Budaya bersifat
Per­­jalanan sejarah ini terbukti da­ ja­mak, maka cagar budaya ini dapat
ri temuan penting berupa cagar di­kaji secara multidisipliner untuk
bu­­daya (cultural heritage), situs ar­ men­dapat gambaran yang lebih luas.
keologi, sejarah (archaeological and Se­b agai bagian dari kebudayaan
historical sites) dan lain-lain. Se­ bang­sa, cagar budaya adalah warisan
muanya tersebar mulai dari ujung bu­daya bangsa yang mengandung
pu­lau Sumatra, Jawa, Kalimantan, ni­lai-nilai sosial-budaya yang penting.
Su­lawesi, Bali, Sumbawa, Sumba,
hing­ga Papua. Apa saja yang bisa dikategorikan
Dengan penyelidikan arkeologi se­bagai Cagar Budaya?
yang telah dilakukan selama ber­ta­ Untuk menentukan Cagar Budaya
hun-tahun, terbukti Indonesia ada­lah me­mang tidak mudah. Semua harus
salah satu negeri yang sangat ka­ya me­lalui proses yang panjang dan la­
akan cagar budaya yang ber­aneka ma. Jadi, sebuah tempat atau ben­da
ragam, baik bentuk maupun fung­si­ yang dinyatakan sebagai cagar bu­
nya. Berdasarkan analisis kuantitatif daya oleh masyarakat sekitar belum
dan kualitatif, Cagar Budaya dapat ten­tu bisa disebut cagar budaya. Se­
di­­anggap sebagai sumberdaya ar­ muanya harus dikaji dan diteliti oleh
keo­l ogi (archaeological resources) pa­ra ahli arkeolog dan tim ahli khusus
yang sangat potensial. Dengan ka­ta da­ri wilayah tersebut.
lain, Cagar Budaya merupakan ba­­ Penelitian itu bukan hanya di­la­
gian yang tidak terpisahkan dari ke­­ ku­kan tim ahli dari kabupaten sa­ja,
budayaan bangsa Indonesia, se­hing­ ta­pi diuji dan dikaji juga oleh tim ahli
ga dapat dihitung sebagai wa­risan ting­kat provinsi dan ke­mudian diteliti
bu­daya bangsa yang tidak ter­ni­lai. la­gi oleh tim ahli ting­kat nasional. Se­
Tidak hanya penting bagi disiplin telah melakukan pe­nelitian sejarah
il­­mu arkeologi, benda cagar budaya dan sesuai dengan kri­teria khusus,
ju­­ga bisa dianalisa untuk disiplin il­ ba­rulah tempat itu bisa ditetapkan
mu lain, seperti Antropologi, yang se­bagai cagar bu­da­ya.
da­­pat melihat kaitan antara benda Syarat dan kriteria suatu ba­
ca­­gar budaya dengan kebudayaan se­­ ngun­an atau kawasan menjadi cagar
karang. Cagar budaya Indonesia ada­ bu­d aya sudah ditetapkan dalam
lah bukti atau dokumen sejarah yang Un­dang-Undang RI Nomor 11 Tahun
me­ngandung sejumlah pesan yang 2010 Mengenai Cagar Budaya. Benda,
pa­da suatu saat akan merefleksikan ba­ngunan, atau struktur dapat di­
hu­bungan bangsa kita dengan ling­ usulkan sebagai Cagar Budaya, apa­
kungan alam di sekitarnya, dan bila memenuhi kriteria:

86 EUANGELION 173
1. berusia 50 tahun atau lebih; ke­p edulian sebagian masyarakat
2. mewakili masa gaya paling singkat ter­h adap nilai penting Cagar Bu­
ber­usia 50 tahun; daya juga masih rendah. Hal ini di­
3. memiliki arti khusus bagi sejarah, buktikan dengan masih maraknya
il­mu pengetahuan, pendidikan, tin­dak pelanggaran terhadap upa­ya
aga­ma, dan/atau Kebudayaan; perlindungan Cagar Budaya di be­
4. memiliki nilai budaya bagi pe­ berapa daerah. Misalnya pencurian,
nguat­an kepribadian bangsa. pe­malsuan, pembawaan Cagar Bu­
Sementara satuan ruang geografis da­ya ke luar negeri secara ilegal, co­
da­pat ditetapkan sebagai kawasan rat-coret pada batu-batu Candi, dan
ca­gar budaya apabila: lain-lain.
1. mengandung 2 situs cagar bu­da­ya Iklim Indonesia yang tropis dan
atau lebih yang letaknya ber­de­ lem­bab juga membuat keberadaan
katan; ca­gar budaya sangat rentan terhadap
2. berupa lanskap budaya hasil ben­ ter­jadinya kerusakan dan pelapukan,
tukan manusia berusia 50 tahun; ter­lebih dengan bahan dasar yang
3. memiliki pola yang mem­p er­li­ ber­asal dari bahan anorganik seperti
hatkan fungsi ruang pada masa la­ ba­tu, bata, keramik, kaca, benda-
lu berusia paling sedikit 50 tahun; ben­d a logam, meski sebenarnya
4. memperlihatkan pengaruh ma­ le­bih tahan terhadap faktor cuaca.
nusia masa lalu pada proses pe­ Se­mentara bahan dasar Benda Cagar
manfaatan ruang berskala luas; Bu­daya yang berasal dari bahan-ba­
5. memperlihatkan bukti pem­ben­ han organik seperti kayu, kertas, kain,
tukan lanskap budaya; dan tulang sangat peka terhadap
6. memiliki lapisan tanah terbenam fak­t or lingkungan sehingga lebih
yang mengandung bukti kegiatan ce­pat mengalami proses kerusakan
ma­nusia atau endapan Fosil. dan pelapukan yang dapat berakibat
pa­da hancurnya benda cagar budaya
Mengapa kita harus melestarikan ter­sebut.
Ca­gar Budaya? Kurangnya jumlah tenaga juru
Menurut informasi yang diambil pe­li­hara, terutama untuk Cagar Bu­
da­ri situs registrasi nasional Cagar daya dan situs-situs yang terletak
Bu­daya Indonesia, dari 90.345 ob­yek di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
yang terdaftar untuk bisa di­tetapkan Ma­luku dan Papua, juga membuat
sebagai Cagar Budaya, baru ter­ve­ se­­bagian besar Cagar Budaya dan Si­
ri­fikasi 45.099, di mana dari 1.524 tus tersebut kurang terawat. Seperti
ob­yek yang direkomendasikan, baru yang terjadi di Balai Konservasi
1.456 obyek yang sudah ditetapkan Pe­­n inggalan Borobudur beberapa
se­bagai Cagar Budaya. ta­hun lalu. Kita tahu kalau para te­
Dengan jumlah sebanyak itu, naga trampil bidang pemetaan,
ten­tu saja belum semua obyek Cagar peng­g ambaran, pemugaran, kon­
Bu­d aya mendapat perlindungan servasi dan analisis laboratorium
da­r i pemerintah. Kesadaran dan Ca­gar Budaya hasil pendidikan dan

EUANGELION 173 87
pe­latihan, sudah banyak yang purna In­donesia adalah: Arca Bhai­rawa ko­
tu­gas. Sementara proses regenerasi leksi museum Nasional DKI Jakarta,
be­lum berjalan secara maksimal. Ar­ca Prajnyaparamita di DKI Jakarta,
Kondisi ini tentu akan menyulitkan Ben­dera Pusaka Sang Sa­ka Merah
upa­ya bangsa Indonesia dalam men­­ Pu­t ih milik Sekretariat Re­p ublik
jaga dan melestarikan Cagar Bu­ In­donesia, Prasasti Pasir Awi di Bo­
daya, yang merupakan aset na­ gor, Jawa Barat, Naskah Proklamasi
sio­nal tak ternilai harganya. Cagar Ke­­merdekaan Bangsa Indonesia Tu­
Bu­d aya tersebut akan terancam lis­an Tangan Soekarno, Bokor Emas
ke­r usakan, akibat adanya konflik be­­relief cerita Ramayana koleksi
ke­pentingan. Misalnya adanya te­ Mu­seum Nasional Direktorat Jenderal
kan­a n pembangunan, perluasan Ke­budayaan Kementerian Pendidikan
la­han, pemanfaatan lahan untuk per­ dan Kebudayaan, Mahkota Sultan
mukiman dan lain-lain. Siak Sri Indrapura yang dibuat dari
emas bertahtakan berlian dan rubi di
Pembagian Kategori dalam Cagar DKI Jakarta, dan Biola Wage Rudolf
Budaya Soe­pratman sebagai hadiah dari Wil­
Menurut Undang-Undang Re­ lem van Eldik dan masih banyak lagi.
publik Indonesia Nomor 11 Tahun
2010, Cagar Budaya adalah warisan 2. Struktur
bu­daya bersifat kebendaan berupa Cagar Budaya dengan kategori
Ben­d a Cagar Budaya, Bangunan Struk­tur, yaitu susunan binaan yang
Ca­gar Budaya, Struktur Cagar Bu­ terbuat dari benda alam dan/atau
daya, Situs Cagar Budaya, dan Ka­ benda buatan manusia untuk me­
was­an Cagar Budaya di darat dan/ menuhi kebutuhan ruang kegiatan
atau di air, yang perlu dilestarikan yang menyatu dengan alam, sarana,
ke­b eradaannya karena memiliki dan prasarana untuk menampung ke­
ni­lai penting bagi sejarah, ilmu pe­ butuhan manusia. Contoh Cagar Bu­
ngetahuan, pendidikan, agama, dan/ daya kategori Struktur: Jembatan Ko­
atau kebudayaan melalui proses pe­ ta Intan di DKI Jakarta, Makam Sultan
ne­tapan. Adam Al Wasiq Billah di Kabupaten
Ban­jar, Kalimantan Selatan, dan Tugu
1. Benda Pah­lawan di Surabaya, Jawa Timur.
Cagar Budaya dengan kategori
Ben­d a adalah benda alam dan/ 3. Bangunan
atau benda buatan manusia, baik Cagar Budaya dengan kategori Ba­
ber­g erak maupun tidak bergerak, ngunan adalah susunan binaan yang
be­r upa kesatuan atau kelompok, ter­buat dari benda alam atau benda
atau bagian-bagiannya, atau sisa-si­ buat­a n manusia untuk memenuhi
sanya yang memiliki hubungan erat ke­b utuhan ruang berdinding dan/
de­n gan kebudayaan dan sejarah atau ti­dak berdinding, dan beratap.
per­­k em­b a­n g­a n manusia. Contoh Contoh Ca­g ar Budaya dengan
Ca­g ar Budaya kategori Ben­d a di kategori Ba­ngunan adalah: Rumah

88 EUANGELION 173
Adat Tiang Pan­jang di Sumatera Ca­gar Budaya yang paling terkenal
Se­latan, Ben­t eng Marlborough di ada­lah Hotel Savoy Homann dan Ge­
Beng­kulu, Ge­dung Museum Sumpah dung Sate.
Pe­muda di Jakarta, Hotel Majapahit
di Surabaya, Jawa Timur, Hotel Toe­
goe di Yogyakarta, Lawang Se­w u
di Semarang, Ge­dung Kebangkitan
Na­s ional di DKI Ja­k arta, Museum
Geo­logi, Hotel Savoy Homann dan
Ge­­dung Sate di Ban­dung, Jawa Barat.

4. Situs
Cagar Budaya dengan kategori Si­ Hotel Savoy Homann 1939
tus adalah lokasi yang berada di darat (Sumber Kemendikbud)
dan/atau di air yang mengandung
Ben­da Cagar Budaya. Contoh Cagar Pemilik penginapan ini awalnya
Bu­daya dengan kategori situs adalah: ada­lah Mr. A. Homann, seorang war­
Ta­man Kepurbakalaan Sunyaragi di ga negara Jerman yang pindah ke
ko­ta Cirebon, Jawa Barat, Gunung Bandung pada tahun 1870. Pada ta­
Pa­dang di Cianjur, Jawa Barat, Ben­ hun 1880 hotel ini bernama Hotel Post
teng Vastenburg di Surakarta, Jawa Road dengan gaya arsitektur Baroq.
Te­ngah, Benteng Rotterdam di Ma­ Ke­mudian, tahun 1883 berubah men­
kassar, Sulawesi Selatan, Masjid Is­ ja­di Gothic Revial. Pada tahun 1910
tiqlal dan gereja Katedral di Ja­karta. di­­bangunlah gedung baru sebagai
tam­­bahan. Tahun 1938, gedung la­ma
5. Kawasan yang bergaya Gothic dibongkar dan
Cagar Budaya dengan kategori diganti dengan bangunan ba­ru ber­
Ka­w asan adalah Kawasan satuan gaya International Style. Se­lanjutnya
ruang geografis yang memiliki dua ge­dung ini di­gunakan se­bagai Wisma
Situs Cagar Budaya atau lebih yang PMI (1941-1945), Wisma Je­p ang
letaknya berdekatan dan/atau mem­ (1945-1948), ke­mu­dian tahun 1949
perlihatkan ciri tata ruang yang khas. ber­fungsi sebagai pe­nginapan yang
Contoh Cagar Budaya dengan ka­ per­nah diinapi Ir. Soe­karno, Chuo En
te­gori Kawasan adalah: Trowulan di Lai, Jawaharlal Neh­ru dan lain­nya.
Mo­jokerto, Jawa Timur, Kota Lama
Tam­bang Batubara Sawahlunto di
Sumatera Barat, Prambanan di Kla­
ten, Jawa Tengah, Muarajambi di
Mua­ro Jambi, Jambi, Borobudur di
Ka­bupaten Magelang Jawa Tengah,
Sa­ngiran di Sragen Jawa Tengah, dan
Mo­numen Nasional di DKI Jakarta. Gedung Sate Bandung 1920 (Sumber
Cagar Budaya Kemendikbud)
Di kota Bandung sendiri, Bangunan

EUANGELION 173 89
Gedung Sate dibangun ta­h un Ye­rusalem. Ini membuktikan bahwa
1920 dengan menghabiskan bia­ya Al­kitab itu bukan buku dongeng. Apa
enam juta Gulden. Peletakan ba­tu yang tertulis di dalamnya adalah be­
pertama dilakukan oleh Nona Jo­ nar dan nyata.
hanna Catherina Coops (puteri su­lung Adalah kerinduan dari banyak umat
B. Coops, Walikota Bandung) dan Kris­tiani untuk melakukan perjalanan
Nona Petronella Roelofsen yang me­ zia­r ah ke Yerusalem dan tempat-
wakili Gubernur Jendral Batavia pada tem­pat yang ada hubungannya de­
ma­s a Pemerintah Kolonial Hindia ngan kehidupan Yesus Kristus, bu­kan
Be­­landa. Pada tanggal 3 Desember hanya untuk melihat seperti apa
1945, tujuh orang pemuda pejuang tempat-tempat itu, tetapi juga un­
mem­­pertahankan bangunan ini dan tuk merasakan apa yang Tuhan ja­lani
gu­gur me­lawan pasukan Ghurka. Kini, saat Ia merendahkan Diri-Nya men­
mo­­numen peringatan tersebut berdiri jadi manusia sama seperti kita. Dan
di depan gedung sate. Awalnya, umumnya perjalanan ziarah ini sung­
ge­­dung ini berfungsi sebagai ge­ guh memberikan pengaruh besar
dung Departemen Perhubungan pa­da pertumbuhan iman mereka. Apa
dan Pengairan. Kini, Gedung Sate yang tertulis dalam Alkitab adalah
di­pergunakan sebagai Kantor Pusat nya­ta, karena kita bisa melihat dan
Pe­merintahan Jawa Barat. me­r asakannya sendiri meskipun
su­dah berumur ribuan tahun. Kasih
Bagi umat Kristiani, kita juga me­ Tu­han pada kita juga nyata. Kita bisa
miliki banyak tempat-tempat yang me­rasakan dan membuktikan sendiri
ter­catat di dalam Alkitab dan masih mu­jizat dan penyertaan-Nya dalam
ek­sis pada masa kini, seperti kota suci hi­dup kita dari hari ke hari.

Shirley Du

Yerusalem, kota Daud

90 EUANGELION 173
Budaya Hidup Sehat OBROLAN
RINGAN
dan Bersih
Budaya Hidup Sehat dan Bersih tang gaya hidup sehat (dikaitkan de­
Saya menjumpai tulisan yang ngan aspek agama) adalah Imamat,
berisi ku­t ukan jenis baru yang khu­s usnya pasal 11-15. Saya beri
ditempel pada sa­t u perumahan, sa­tu contoh saja: “Inilah yang haram
bunyinya demikian: Yang buang ba­g imu di antara segala binatang
sampah sembarangan, se­m oga yang merayap dan berkeriapan di
jadi gila. Saya tidak yakin ku­tukan atas bumi: tikus buta, tikus, dan ka­tak
itu efektif menciutkan nyali orang menurut jenisnya dan landak, bia­wak,
yang membuang sampah sem­b a­ dan bengkarung, siput dan bung­lon.
rangan, karena doa memohon Tu­ Itulah semuanya yang haram ba­gimu
han mencabut nyawa orang yang di antara segala binatang yang me­
mem­buang sampah sembarangan ngeriap. Setiap orang yang kena ke­
sa­ja tidak berpengaruh apa-apa. Jauh pada binatang-binatang itu sesudah
sebelum ada doa-doa kutukan, sa­ya bi­natang-binatang itu mati, menjadi
membaca banner atau spanduk yang na­jis sampai matahari terbenam. Dan
isinya bernada positif, seperti: Ke­ segala sesuatu menjadi najis, ka­lau
bersihan adalah sebagian dari iman. seekor yang mati dari binatang-bi­na­
Tidak efektif. Persoalannya ada pa­da tang itu jatuh ke atasnya: perkakas
mental masyarakat yang tidak meng­ k­a­yu apa saja atau pakaian atau ku­lit
anggap hidup sehat dan bersih itu atau karung, setiap barang yang di­
pen­ting. Atau mereka berpikir, sejauh pergunakan untuk sesuatu apapun,
sam­pah itu di luar rumah saya, maka ha­r uslah dimasukkan ke dalam air
sa­ya tetap sehat dan bersih, seolah dan menjadi najis sampai matahari
ko­tornya lingkungan tidak akan ber­ ter­b enam, kemudian menjadi tahir
pe­ngaruh terhadap kesehatannya. pu­la. Kalau seekor dari binatang-bi­
Con­toh lain yang menjijikkan adalah na­t ang itu jatuh ke dalam sesuatu
ke­biasaan membuang bangkai tikus be­langa tanah, maka segala yang ada
di tengah jalan. Saya tidak mengerti, di dalamnya menjadi najis dan belanga
da­rimana dan sejak kapan budaya itu itu harus kamu pecahkan.” (Im 11:29-
mun­cul. Mengapa nasib tikus begitu 33).
ma­lang. Sudah dibunuh, masih pula Binatang-binatang yang di­se­but­
ha­rus menerima lindasan ban motor/ kan adalah binatang kotor dan pem­
mo­bil. Padahal bangkai itu bisa me­ ba­wa penyakit. Oleh sebab itu, orang
nye­barkan penyakit. atau benda yang kontak dengan
Bagaimana perspektif iman Kris­ bi­­natang-binatang itu menjadi na­
ten terhadap kebersihan dan ke­se­ jis dan kotor. Seseorang menjadi
hatan? Kitab yang membahas ten­ na­jis sampai matahari terbenam

EUANGELION 173 91
mak­­sudnya adalah orang itu di­ aja! Gak ada pengaruh. Rasul Paulus
iso­­l asi/karantina untuk mencegah mem­bantah hal itu. Tubuhmu bukan
ke­­mungkinan penularan penyakit. mi­likmu sendiri, tetapi milik Allah.
De­­mikian pula, dipecahkannya be­la­ Mu­liakan Allah dengan tubuhmu,
nga (alat makan) adalah cara un­tuk bu­kan hanya dengan hatimu, apalagi
meng­hindari penyebaran pe­nyakit. mu­lutmu.
Se­dangkan dimasukkannya “per­ka­ Bagaimana kita mengaitkan ayat
kas kayu apa saja atau pakaian atau itu dengan kesehatan? Sederhana
ku­lit atau karung” ke dalam air ber­ sa­ja. Jika Anda mengganggap Roh
tu­juan membersihkan alat-alat itu. ku­dus tinggal dalam diri Anda (yang
Alkitab bukan buku tentang ga­ men­cakup fisik Anda pula), jika Anda
ya hidup sehat dan bersih, tetapi di meng­a nggap tubuh Anda adalah
da­lamnya ada pedoman dan prin­ mi­lik Allah, maka Anda tidak akan
sip tentang hidup bersih dan se­hat. sem­barangan memperlakukannya.
Da­­lam Alkitab, tidak ada ayat yang An­da tidak akan menjadikan tu­buh
eks­plisit menyatakan bahwa ke­se­ Anda seperti tong sampah yang
hat­­an itu bagian dari iman, tetapi menampung segala macam ‘ma­
Al­kitab ti­dak menafikan pentingnya kan­an’ yang tidak sehat. Anda tidak
ke­se­hat­an dalam hidup seseorang. akan mager (malas gerak) karena itu
Saya mau angkat contoh lain yang me­rusak kesehatan. Anda tidak akan
ter­kenal da­ri Perjanjian Baru, yaitu ke­c anduan minuman keras, rokok
1 Korintus 3:19-20 (bdk.1 Kor 3:16). atau zat adiktif berbahaya lain.
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa Saya gregetan ketika diprotes
tu­buhmu adalah bait Roh Kudus yang ka­rena membuang minyak jelantah
diam di dalam kamu, Roh Kudus yang yang masih bening tetapi sudah lebih
ka­mu peroleh dari Allah, -- dan bahwa da­ri lima hari. Saya dicap boros. Yang
ka­mu bukan milik kamu sendiri? Sebab pro­t es mengatakan bahwa sejak
ka­mu telah dibeli dan harganya telah ke­cil ia memakai minyak goreng ber­
lu­nas dibayar: Karena itu muliakanlah ulang-ulang sampai seumur lansia
Allah dengan tubuhmu!” ma­sih baik-baik saja. Malah dia ba­
Ayat ini sering dijadikan dasar lik mengatakan bahwa saya yang
un­tuk menjawab orang-orang yang sa­n gat apik menjaga kesehatan,
ber­tanya apakah boleh merokok atau ter­nyata terkena kanker juga. Saya
ti­dak. Salah satu isu menonjol dalam ha­n ya menghela napas panjang.
1 Korintus adalah kekudusan hidup. Sa­ya tidak mau berdebat kusir. Prin­
Je­maat Korintus ditegur Rasul Paulus sip saya adalah membangun ga­ya
ka­rena gaya hidup mereka yang ma­ hidup sehat karena itu bentuk per­
sih duniawi. Mereka menganggap tanggungjawaban saya kepada Tu­
tu­buh fisik itu tidak akan masuk surga, han yang memberi saya kehidupan.
ha­nya jiwa yang masuk surga. Jadi, Sa­ya tidak akan melakukan sesuatu
apa­pun boleh diperbuat tubuh. Enjoy yang saya tahu merusak kesehatan.

92 EUANGELION 173
Iman kepada Tuhan tidak hanya di­ ngan iman? Jika lingkungan sehat,
wu­judkan dengan baca firman, doa, tu­buh Anda juga akan sehat. Ngo­
pua­­sa dan sebagainya. Iman juga mong-ngomong, Anda juga perlu
di­nyatakan dengan sikap hidup yang mem­bangun keprihatinan soal ber­
meng­hargai hidup (termasuk tubuh jibunnya sampah plastik yang me­ru­
fi­sik) yang sudah ditebus Tuhan Ye­ sak kesehatan dan lingkungan. Sa­ya
sus Kristus. Penghargaan itu saya sudah sejak beberapa waktu mem­
nya­takan dengan menjaga kesehatan ba­wa kantong belanja sendiri kalau
tu­buh dan lingkungan saya. Soal saya ber­belanja di supermarket. Saya tidak
ma­sih terkena penyakit meskipun mau lagi memakai sedotan plastik ka­
su­dah bergaya hidup sehat, itu soal lau membeli minuman. Hal-hal kecil,
lain. Jawabannya sama dengan per­ te­tapi bukankah kebiasaan baik itu
ta­nyaan, mengapa ada orang yang di­mulai dari hal-hal kecil?
su­dah hati-hati menyetir, masih juga
me­ngalami kecelakaan di jalan.
Kembali ke soal sampah. An­da
mengerti ‘kan keterkaitan mem­
buang sampah sembarangan de­ Pdt. Bong San Bun

PENGUMUMAN
• Buletin EUANGELION edisi 174, Oktober-November
2019, akan terbit pada tanggal 6 Oktober 2019 dengan
te­ma utama “Inter Generasi”. Yang berminat mengisi,
ha­rap memasukkan artikelnya selambat-lambatnya
tang­gal 10 September 2019.

• Buletin EUANGELION edisi 175, Desember


2019-Januari 2020, akan terbit pada tanggal 1 De­sem­
ber 2019 dengan tema utama “Back to Basic”. Yang
ber­minat mengisi, harap memasukkan artikelnya
se­lambat-lambatnya tanggal 10 November 2019.

• Buletin EUANGELION kini dapat diunggah pada web­


site GII Hok Im Tong: www.hokimtong.org

EUANGELION 173 93
SUDUT
REFLEKSI Sekolah Kecil
di Belakang Gereja
Bulan September ini si kecil Leon Umurnya memang baru akan ge­
akan mulai masuk sekolah.Ya, astaga, nap dua tahun pada akhir bulan Agu­
wak­t u berlalu cepat sekali. Saya stus, tapi di sini pre-school menerima
ingat ketika umurnya baru sekitar mu­­rid mulai dari usia 2 tahun ke atas.
dua bulan, kami membawa Leon ke Ta­­dinya saya tidak mau Leon sekolah
toko buku untuk pertama kali. Di lift se­cepat itu. Rasanya ia masih kecil se­
stasiun kereta bawah tanah, se­orang kali meskipun badannya tinggi besar
opa menyapa saya, “Umur be­rapa dan ia sering dikira sudah berumur 3
bulan bayimu?” “Dua bulan,” ka­ta ta­hun atau malah 4 tahun. Tadinya
saya. Leon masih saya bawa-ba­wa sa­ya berpikir nanti saja ia mulai se­
dalam gendongan waktu itu, ma­sih kolah kalau sudah berumur 3 tahun.
kecil sekali. “Wah, manisnya,” ka­ Wak­tu kecil, saya pertama masuk
ta opa, “Anak-anak tumbuh besar TK juga pada usia 3 tahun. Rupanya
ce­p at sekali. Nanti tiba-tiba saja sa­ya semangat sekali ingin sekolah
su­d ah waktunya mereka sekolah wak­t u kecil, konon katanya saya
dan kita akan menangis sendiri di me­minta-minta kepada orang tua
ru­mah.” Rasanya baru kemarin kami sa­ya untuk ikut sekolah. Jadilah saya
ber­­papasan dengan si opa di lift. Se­ bo­leh masuk TK meskipun anak-anak
perti ada yang menekan tombol fast lain umumnya baru mulai pada usia
for­w ard, tiba-tiba sekarang Leon 4 tahun. Tapi ini si kecil Leon bahkan
su­dah siap-siap mau sekolah. Anak akan mulai lebih dini lagi.
ke­sayangan kami sudah bukan lagi Tadinya saya ragu. Rasanya berat
ba­yi kecil dalam gendongan. Ia sudah un­tuk melepas si kecil ke sekolah.
pin­tar berjalan dan berlari, sudah bisa Ka­rena saya bekerja dari rumah, saya
be­lajar main scooter, sudah pintar bi­ te­lah menjaga dan mengurus Leon
ca­ra dan menyanyi. Setiap hari kosa ham­pir setiap hari sejak ia lahir. Saya
ka­tanya bertambah. Ia hafal isi buku ta­hu hampir segala sesuatu yang ia
ce­rita yang sering kami bacakan dan la­kukan, ia katakan, ia makan, ia baca,
bisa ikut menyanyi, termasuk lagu ia tonton. Tiba-tiba ia akan diasuh
pem­bukaan sekolah Minggu GII HIT, oleh orang lain selama di sekolah.
“Se­lamat pagi Tuhan, tak lupa terima Se­kolah mana yang harus saya pilih?
ka­sih.” Ia juga semakin jahil dan lu­cu. Sia­pa gurunya nanti? Seperti apa dia?
Kadang-kadang ia meniru saya atau Apa­kah saya bisa mempercayainya?
ayahnya, Adam kalau sedang meng­ Ba­gaimana ia akan mengasuh dan
omel lalu ia tertawa-tawa sendiri ka­ men­didik Leon? Dulu saya bekerja se­
re­na merasa lucu. ba­gai asisten guru TK dan guru bahasa

94 EUANGELION 173
Ing­gris SD, rasanya biasa-biasa saja. ada kelas-kelas terpisah di sana, kami
Se­karang saya baru sadar menjadi ma­suk ke satu ruang besar yang di­
gu­ru itu adalah tanggung jawab yang bagi menjadi beberapa area. Ada
sa­ngat besar. Leon adalah jantung area bermain dengan rak-rak dan
ha­ti kesayangan saya dan saya akan ke­ranjang penuh mainan, ada area
mem­percayakan anak yang sangat per­pustakaan kecil untuk membaca,
ber­harga ini kepada orang asing yang ada area permainan dapur-dapuran
akan ia panggil guru. Bagaimana saya de­n gan oven, kompor dan lemari
ti­dak kuatir? mi­ni, ada meja prakarya, ada sudut
Saya mengobrol dengan beberapa is­tirahat untuk anak yang perlu waktu
orang yang berlatar belakang pen­ te­nang dan di ujung ruangan ada area
didikan anak usia dini, termasuk ma­kan dan dapur untuk anak-anak
pen­deta di gereja baru kami. Mereka ma­kan siang bersama. Mata Leon
se­mua satu suara bahwa keputusan lang­s ung berbinar melihat semua
un­tuk menyekolahkan Leon adalah main­an di sana. Tapi ruang besar itu
ke­p utusan yang baik. Anak yang ko­song karena semua anak sedang
per­gi sekolah pada usia dini terbukti ber­main di luar.
me­miliki kecakapan sosial lebih baik “Ayo, kita keluar melihat teman-
dibandingkan anak-anak yang per­ te­man yang lain sedang apa,” ajak
gi sekolah belakangan. “Saya bi­sa Ibu Miriam. Di halaman sekolah ada
merekomendasikan beberapa se­ jem­batan kayu untuk dipanjat, ada
kolah yang bagus untuk Leon,” kata pon­dok-pondok kecil berisi macam-
Ibu pendeta. Sejak pindah rumah, ma­cam mainan, ada dapur-dapuran
ka­­mi berjemaat di gereja lokal yang un­tuk membuat kue lumpur, bak pasir
de­kat dengan rumah baru kami. Gem­ dan anak-anak yang berlarian kian
balanya bernama Ibu pendeta Julia. ke­mari. Kalau hari cerah dan hangat,
Ke­betulan di belakang gereja ini ada anak-anak bebas bermain di luar.
se­kolah West Hendon Pre School, se­ Nan­ti mereka masuk ke dalam untuk
kolah kecil khusus untuk anak-anak aca­ra menyanyi atau mendengarkan
TK. Ini salah satu sekolah yang di­ ce­rita atau makan siang. Jadi, mes­ki­
rekomendasikan Ibu pendeta. Jadi, sa­ pun namanya sekolah, tidak ada ku­
ya menelepon kepala sekolahnya, Ibu rikulum atau pelajaran seperti mem­
Mi­riam, untuk melakukan kunjungan. baca dan menulis. Anak-anak ha­nya
Ka­mi dipersilakan datang pada jam bermain-main saja seharian. “Me­tode
se­kolah untuk melihat kegiatan yang kami adalah belajar lewat ber­main,”
se­d ang berlangsung dan bertemu kata Ibu Miriam. Di Inggris, se­kolah
de­ngan guru-gurunya. wajib dimulai pada usia 5 ta­hun ketika
Leon senang sekali ketika kami anak-anak masuk kelas per­tama di
ber­kunjung ke sekolah. Ia menyangka SD yang disebut kelas “Re­ception”.
sa­ya akan membawanya ke gereja Di sana barulah mereka mu­lai resmi
ka­rena gerbang masuk sekolah sama mendapat pelajaran seperti mem­ba­
de­ngan gerbang masuk gereja. Tidak ca, menulis dan berhitung.

EUANGELION 173 95
Kunjungan pertama kami ber­ke­ Saya membawa Leon me­ngun­
san positif. Anak-anak di sekolah itu ju­ngi beberapa sekolah lain untuk
ke­lihatan bahagia, rasio guru dan mu­ per­bandingan. Semua kelihatan baik.
rid juga baik, satu guru menjadi key Sekolah mana yang harus kami pi­lih?
worker (guru wali) sekitar 6 anak dan “Bagaimana kalau kita memilih se­
gu­­ru tersebut nanti akan memberikan kolah yang salah?” kata saya kepada
la­­poran rutin perkembangan anak Adam. “Tidak ada sekolah yang sa­
ke­­pada orang tua. Setiap minggu lah,” kata Adam, “Leon hanya akan
ada kelas khusus drama. Sepanjang men­dapat pengalaman yang berbeda
ha­­ri anak-anak bebas mengambil di sekolah yang berbeda.” Kami
buah-buahan dan susu untuk snack me­n g­u nggah laporan Departmen
ji­ka mereka lapar. Dan ada banyak Pen­d idikan untuk membaca apa
se­kali mainan di sana. Waktu kami sa­ja kelebihan dan kekurangan
se­lesai melakukan kunjungan, Leon tiap sekolah. Kami mengobrol de­
ti­dak mau pulang karena masih asyik ngan orang tua lain yang sudah
me­lihat-lihat mainan di sekolah. “Ini ber­p engalaman menyekolahkan
per­tanda bagus,” kata Ibu Miriam, “Ia anak, dan kami merenung sambil
lang­sung betah di sini.” ber­doa. Akhirnya saya dan Adam me­

96 EUANGELION 173
mutuskan untuk mendaftarkan Leon ta­hun berikutnya dan menjadi salah
ke sekolah kecil di belakang gereja sa­tu anak paling tua di kelas dengan
ka­rena kami sudah biasa pergi ke sana asumsi ia akan lebih siap. Tapi puji
se­tiap Minggu, jadi bukan lokasi baru Tu­h an, kelihatannya kami tidak
yang asing untuk Leon. Kami suka per­lu kuatir soal kesiapan Leon. Ia
sua­sana kekeluargaan di sekolah kecil anak yang pintar, antusias dan riang
itu dan lokasi sekolahnya hanya lima gembira. “Apa yang kamu la­k u­
me­nit berjalan kaki dari rumah kami, kan nanti kalau ia sekolah?” tanya
ja­di mengurangi resiko terlambat. orang-orang kepada saya, “Kamu jadi
Ibu Miriam senang sekali waktu be­bas jalan-jalan dan pesta-pesta,
sa­ya meneleponnya dan berkata ka­mi ya.” Haha, mereka pikir Leon akan
akan mampir untuk mengambil for­ se­kolah seharian. Ia hanya sekolah
mu­lir pendaftaran. “Bagaimana kalau ti­ga hari seminggu dari jam 9.30 pa­
Leon mulai rutin datang ke sekolah gi sampai jam 12.00 lalu saya akan
se­minggu sekali mulai sekarang?” men­jemputnya pulang untuk makan
ka­ta Ibu Miriam, “Supaya nanti kalau siang. Apa yang akan saya kerjakan
ia mulai sekolah, ia sudah terbiasa de­ se­lama dua setengah jam waktu
ngan lingkungan sekolah, guru-guru be­bas saya? Mungkin awalnya saya
dan teman-temannya.” Jadi, sudah akan menangis sendirian di rumah,
dua bulan ini saya dan Leon datang se­perti kata sang opa dulu, kangen
ke sekolah setiap hari Selasa saat Leon yang selama ini selalu ada di
ada guru khusus datang mengajar si­si saya, kangen celotehannya yang
ke­las drama. Leon ikut belajar gerak ta­k berhenti-berhenti, kangen suara
dan lagu, mendengarkan cerita lalu ter­tawanya dan kangen jahilnya.
mem­­peragakan cerita yang baru Leon sayang, ini doa Mama untuk
di­d engarnya bersama anak-anak ha­ri pertama sekolahmu: “Tuhan Ye­
lain. Ia masih sedikit malu-malu di sus, kiranya Engkau memberi Leon
se­kolah, tapi saat pulang ke rumah, da­mai sejahtera dan membuatnya
ia bisa ikut menyanyikan lagu-lagu di me­rasa aman dan dikasihi. Kiranya
kelas drama dengan lancar. Minggu Eng­kau menyertai dia saat bermain
la­lu saya juga sudah membelikan dan belajar dan memberinya hikmat.
se­ragam sekolah untuk dipakainya Ki­r anya Leon bisa tersenyum dan
nan­ti. Sungguh tak percaya, bayi kecil men­dapat teman-teman baru yang
sa­ya siap pergi sekolah!! se­hati. Berkati guru-guru yang akan
Karena Leon lahir di akhir bulan me­ngajarnya pada hari ini. Ajar saya
Agus­tus dan semester awal sekolah un­tuk percaya mereka semua ada di
di­mulai bulan September, ia akan ba­wah tuntunan-Mu. Kiranya Engkau
men­jadi salah satu murid paling kecil me­magari kami semua dengan anu­
di kelas. Saat hamil, kami sempat gerah-Mu pada hari pertama sekolah
ber­harap bisa menunda kelahirannya ini. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.”
sam­pai awal September supaya ia
bi­sa masuk sekolah di gelombang Sandra Lilyana

EUANGELION 173 97
TOKOH
ALKITAB

churchofjesuschrist.org

KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA KALI


• Matius 24:29-51; 25:1-13; Yohanes 14:1-3 •
Alkitab ditulis dengan bahasa ma­ dan sebagainya). Karena itu cu­kup
nusia (Ibrani, Aram dan Yunani) dan banyak bagian-bagian Alkitab yang
dalam situasi sosial budaya se­tem­pat bagi pembaca modern zaman se­
(Mesir, padang gurun, Israel, Ero­pa karang sulit untuk dimengerti ka­rena

98 EUANGELION 173
pembaca modern tidak lagi hi­dup ter­m asuk kedatangan-Nya yang
dalam konteks/situasi situasi so­sial ke­d ua kali. Kedua, pernyataan ini
dan budaya pada zaman itu. De­ngan me­rupakan bukti bahwa dalam Allah
demikian, teks Alkitab bisa di­salah Tri­tunggal ada hirarki. Yang paling
me­ngerti oleh pembaca modern k­­e­ ting­gi Bapa, ranking kedua Anak, dan
tika mereka menafsirnya sesuai de­ ran­king ketiga Roh Kudus. Adanya hi­
ngan konteksnya sendiri. Untuk dapat rarki itulah yang membuat Tuhan Ye­
me­ngerti dengan baik, salah satu hal sus tidak tahu kapan Dia akan datang
yang harus dilakukan oleh pembaca kem­bali.
Al­kitab adalah mencoba memahami Apakah memang Tuhan Yesus
si­tuasi sosial budaya pada saat tulisan bu­kan Allah atau kalaupun Dia Allah,
itu dibuat. Tentu saja ada juga hal lain Dia Allah ranking kedua? Untuk me­
yang harus dipelajari, seperti bahasa mahami perkataan Tuhan Yesus di
as­li Alkitab, konteks pembicaraan/ atas dengan benar, maka paling se­
ce­rita, arti kata dan perkembangan di­kit kita harus mengerti dua hal:
is­tilah, dan banyak hal lainnya. Tetapi 1. Perkataan-perkataan atau per­
si­tuasi sosial dan budaya merupakan buat­an-perbuatan yang dilakukan Tu­
hal yang penting untuk dapat me­ma­ han Yesus dalam Alkitab, khususnya
ha­mi arti teks dengan benar. Kalau da­lam kitab Injil, harus dimengerti se­
ti­dak, akan muncul penafsiran yang bagai perkataan atau perbuatan yang
ke­mungkinan besar salah. di­­lakukan-Nya ketika Dia berinkarnasi
Tokoh kita kali ini adalah Tuhan se­bagai Anak Manusia. Di luar kitab
Ye­sus yang dikatakan dalam Alkitab In­jil, perkataan atau perbuatan Tuhan
akan datang kembali menjemput Ye­sus baru dapat dimengerti sebagai
je­maat-Nya untuk masuk ke dalam per­kataan dan perbuatan Allah Anak.
Ke­rajaan Sorga. Kedatangan Kristus Me­ngapa? Karena ketika berinkarnasi
yang kedua kali ini merupakan suatu men­jadi manusia, Tuhan Yesus telah
mis­teri. Alkitab mengatakan bahwa me­ngosongkan diri sedemikian rupa
wak­tu kedatangan-Nya seperti pen­ se­hingga tidak mempertahankan ke­
cu­ri pada malam hari, berarti tidak ila­hian-Nya, tetapi mengambil rupa
di­ketahui kapan.Yang menarik adalah se­orang hamba dan menjadi manusia
Tu­hanYesus sendiri mengatakan bah­ (Flp 2:5-11). Istilah “mengosongkan
wa tidak ada seorangpun yang tahu. di­ri” artinya meletakkan sifat-sifat ke­
Ma­­laikat tidak tahu, Anak pun tidak ila­hian-Nya dan tidak memakai sifat-
ta­­hu. Hanya Bapa yang tahu (Mat si­fat ilahi itu dalam semua perbuatan-
24:36). Perkataan ini sering dikutip Nya. Kalau Dia membuat mujizat, itu
oleh para bidat dan melahirkan dua bukan dari kuasa-Nya pribadi, te­tapi
pemahaman yang berbahaya. Per­ diberikan oleh Bapa di sorga, atau
ta­ma, ini bukti bahwa Tuhan Yesus Bapa mengijinkan Dia untuk me­makai
ti­dak mahatahu, berarti Tuhan Yesus kuasa pribadi-Nya sebagai Al­lah
itu bukan Allah. Kalau Dia Allah, se­ Anak. Dengan kata lain, ketika in­kar­
ha­rusnya Dia tahu segala sesuatu, na­si, Allah Anak bergantung penuh

EUANGELION 173 99
ke­pada Allah Bapa dalam segala hal. Alkitab menggambarkan ke­da­
Da­lam keadaan inilah dikatakan bah­ tangan Kristus yang kedua kali se­
wa “Bapa lebih besar daripadaKu” bagai perjamuan kawin dengan Kris­
(Yoh 14:28). Maksud dari peristiwa tus sebagai pengantin pria dan jemaat
ini adalah untuk memberi teladan se­bagai pengantin wanita. Di dalam
ke­pada jemaat bagaimana jemaat pe­n gertian inilah kita baru dapat
ha­rus taat secara mutlak kepada Al­ me­mahami perkataan Tuhan Yesus
lah, sama seperti seorang anak taat da­lam Matius 24:36 danYohanes 14:1-
ke­pada bapanya. Sebab itulah istilah 3 dengan tepat. Untuk itu kita harus
Anak dan Bapa dipakai dalam Alkitab. me­m ahami tata cara pernikahan
Is­tilah ini bukan untuk menunjukkan orang Yahudi. Dalam budaya Yahudi
bah­wa Bapa lebih tinggi derajatnya per­nikahan diatur dalam beberapa
da­ri Anak, tetapi untuk memberikan ta­hap sebagai berikut:
ilus­trasi keteladanan. Pertama, ayah pengantin pria
2. kita harus memahami dalam be­r­sama pengantin pria melamar pe­
kon­teks apa TuhanYesus mengatakan ngantin wanita dan membayar uang
per­kataan-perkataan itu. Sangat me­ ma­har. Biasanya dilakukan setahun
na­rik bahwa perkataan itu dikatakan se­belum pernikahan dirayakan. De­
da­lam konteks kedatangan-Nya yang ngan langkah ini, perjanjian telah di­
ke­d ua kali. Dan kedatangan-Nya adakan dan kedua belah pihak harus
yang kedua kali sering digambarkan se­tia dalam perjanjian ini. Perjanjian
se­bagai pengantin pria yang men­ ini mengikat kedua belah pihak. Ini­
jemput pengantin wanita (Why 19, lah yang terjadi dalam peristiwa Yu­
21). Perjanjian Lama seringkali meng­ suf dan Maria. Alkitab mengatakan
gam­barkan umat Israel sebagai pe­ bah­wa mereka bertunangan tetapi
ngantin wanita dan Allah sebagai pe­ be­lum hidup sebagai suami istri (Mat
ngantin pria (Yes 62:5; Yer 2:2, 32). Ki­ 1:18). Dikatakan bahwa Yusuf ingin
ta harus memahami situasi sosial dan menceraikan Maria (Mat 1:19). Ber­
budaya pada zaman itu tentang apa ar­t i pernikahan sudah merupakan
yang disebut dengan perjamuan ka­ ke­pastian dan mereka sudah pasti
win atau perkawinan dalam konteks men­jadi suami-istri, tetapi belum di­
so­sial dan budaya orang Yahudi, ka­ tentukan hari pernikahannya. Setelah
re­na pernikahan menggambarkan per­janjian dibuat, pengantin pria pu­
hu­b ungan antara Kristus dengan lang kembali ke rumahnya sendiri dan
je­m aat-Nya (Ef 5:32) dan konteks nanti pada saatnya akan datang kem­
per­kataan dalam Matius 24:36 adalah ba­li menjemput pengantin wanita.
ten­tang kedatangan-Nya yang kedua Kedua, pengantin pria akan datang
ka­li. Dengan memahami konteks ke tempat pengantin wanita untuk
bu­daya pada zaman itu, kita dapat men­jemput pengantin wanita dan
me­ngerti apa yang dimaksud Tuhan mem­bawanya ke rumahnya. Langkah
Ye­sus. ke­dua ini dilakukan sebagai berikut:

100 EUANGELION 173


1. Sebelum menjemput pengantin wa­n ita. Setelah mendengar
wa­n ita, pengantin pria harus tan­­da-tanda itu, pengantin wa­
mem­persiapkan tempat tinggal nita mempersiapkan diri un­tuk
atau rumah untuk pengantin wa­ di­jemput pengantin pria. Dia
nita. Rumah itu biasanya adalah ha­rus berhias diri dan men­dan­
tem­pat atau kompleks di mana da­n i dirinya sebagaimana se­
ayah­n ya tinggal. Tuhan Yesus ha­r usnya seorang pengantin
me­n gatakan bahwa di rumah wa­­nita (Ef 5:25-27; Why 19:7;
Ba­pa-Nya banyak tempat tinggal 21:1-2). Karena itu, pengantin
dan Dia pergi ke sana untuk me­ wa­­nita harus senantiasa siap
nyediakan tempat bagi orang ka­­panpun penganti pria datang
per­caya (Yoh 14:1-3). Perkataan ini men­­jemputnya.
ha­nya dapat dimengerti dengan 4. Upacara pernikahan dilakukan de­
te­pat ketika kita memahami bah­ ngan mengundang beberapa tamu
wa bagi Tuhan Yesus Dialah pe­ un­dangan khusus, dilanjutkan de­
ngantin pria itu dan jemaat ada­lah ngan pesta pernikahan yang bisa
pe­ngantin wanitanya. ber­langsung selama 1 minggu dan
2. Setelah rumah itu selesai, ayah di­hadiri oleh banyak orang yang
pengantin pria akan menentukan di­undang.
ha­r i pernikahannya dan waktu
pen­j emputan. Ayah pengantin Dengan memahami kedua hal
pria yang mempunyai hak ini, di atas, kita dapat mengerti per­
bu­kan pengantin prianya. Inilah kataan Tuhan Yesus dengan tepat.
bu­daya Yahudi waktu itu. Karena Ke­tika inkarnasi, Tuhan Yesus se­lalu
itu, walaupun pengantin wanita menempatkan diri dalam kon­t eks
ta­hu bahwa dia akan dijemput, sosial dan budaya zaman itu se­
dia tidak tahu kapan persisnya hingga semua perkataan-Nya da­pat
dia akan dijemput. Dia hanya di­ dimengerti oleh orang-orang pa­
be­­­ritahu bahwa pengantin pria da zaman itu dengan baik. Dalam
se­­­dang dalam perjalanan untuk Ma­tius 24:36, perkataan Tuhan Ye­
men­­jemput dia. Dan karena jarak sus memberi kesan bahwa Tuhan
yang harus ditempuh, perjalanan Ye­s us tidak tahu kapan Dia akan
mung­kin bisa beberapa jam atau da­t ang kembali, seakan-akan Dia
be­berapa hari. bu­kan Allah, atau kalaupun Allah,
3. Dalam perjalanan ke rumah pe­ Dia adalah Allah ‘kelas dua’. Bapa
ngantin wanita, pengantin pria ada­lah Allah kelas satu. Tetapi kalau
diiringi para pengiring dan se­ ki­ta memahami bahwa Tuhan Yesus
panjang jalan mereka menyanyi wak­t u itu sedang membicarakan
dan menari sambil meniup sang­ ten­t ang kedatangan-Nya kembali
kakala/terompet sebagai tan­ se­perti seorang pengantin pria yang
da bahwa pengantin pria se­ sudah dijadwal oleh sang ayah un­
dang menjemput pengantin tuk menjemput pengantin wanita,

EUANGELION 173 101


ma­k a kita dapat mengerti bahwa bah­wa pengantin pria sedang dalam
per­kataan ini bukan bermaksud un­ per­jalanan menjemput dia (karena
tuk mengajarkan bahwa Allah Anak ada pemberitahuan dan juga ada
ka­lah kuasa dengan Allah Bapa, atau tiup­an sangkakala/terompet serta
Tuhan Yesus tidak mahatahu, te­ iring-iringan penjemputan), maka
tapi bahwa penjemputan itu adalah dia harus mempersiapkan diri dengan
ke­p utusan Bapa, dan Anak yang se­baik-baiknya untuk menyambut
ber­bakti seharusnya taat kepada ke­ pe­ngantin pria.
pu­tusan Bapa. Tiupan sangkakala/terompet
Sebagai Allah Anak yang se­ta­ ada­lah tanda kedatangan pengantin
ra dengan Allah Bapa, Tuhan Ye­sus pria yaitu Kristus yang kedua kali.
tahu, tetapi dengan rela me­n ye­ Te­t api tentu saja bukan itu yang
rahkan keputusan itu di tangan Ba­ di­maksudkan oleh Tuhan Yesus ke­
pa. Sama seperti ketika Dia de­ngan tika nanti Dia datang pada akhir za­
rela memutuskan untuk taat mi­num man. Sangkakala/terompet adalah
cawan murka Allah di taman Get­ lam­b­ang sehubungan dengan pen­
semani dan juga dengan rela ha­t i jemputan pengantin wanita. Un­tuk
menyerahkan nyawa-Nya di atas orang percaya, Tuhan Yesus mem­
kayu salib. Sekarang Dia juga re­la be­r ikan tanda-tanda akhir zaman
menyerahkan keputusan untuk da­ (Mat 24). Tanda-tanda itulah yang
tang kembali kepada Bapa. Kalau di­sebut sebagai sangkakala/terompet
du­lu waktu inkarnasi Dia rela diutus itu. Sama seperti pengantin wanita
oleh Bapa, sekarang Dia juga rela ha­­rus mempersiapkan diri untuk
me­nyerahkan keputusan untuk di­ di­­jemput pengantin pria, demikian
utus kembali kepada Bapa di sorga. ju­­ga gereja (pengantin wanita) ha­rus
Ke­benaran ini hanya dapat kita pa­ mem­per­siapkan diri ketika me­lihat
ha­mi ketika kita mengerti budaya atau men­de­ngar tanda-tanda ak­hir
per­nikahan orang Yahudi. zaman. Perumpamaan sepuluh ga­
Perhatikan bahwa tanda-tanda dis yang menunggu kedatangan pe­
un­tuk kedatangan-Nya yang kedua ngan­tin pria (Mat 25:1-13) merupakan
ka­li adalah dengan tiupan sangkakala/ tan­da peringatan bagi kita supaya
te­r ompet (Mat 24:31). Ini adalah ke­tika Kristus benar-benar datang
tan­da yang sama yang digunakan ki­t a juga benar-benar sudah siap
oleh para pengiring pengantin pria me­n yambut Dia, karena memang
ke­t ika sang pengantin pria dalam wak­t unya tidak diketahui. Tuhan
per­jalanan menjemput pengantin Ye­s us telah memperingatkan kita
wa­nita. Sepanjang perjalanan menuju bah­wa Dia akan datang seperti pen­
ru­mah pengantin wanita mereka me­ curi, dan Dia meminta orang per­caya
niup sangkakala/terompet dan ber­ mempersiapkan diri dengan mem­be­
nyanyi dan menari dengan sukacita. ri­kan tanda-tanda akhir zaman.
Pe­ngantin wanita ketika mendengar
be­rita dari keluarga dan orang-orang Pdt. Agus Suryanto

102 EUANGELION 173


Untuk edisi ini kami persembahkan hymn yang menyatakan kemuliaan Kristus,
Ra­ja dan Juruselamat kita yang penuh kasih. Hanya Dialah yang layak kita sem­ APRESIASI
bah dan tinggikan. Teks Indonesia diambil dari SPK 187. MUSIK

Eb – 4/4 CROWN HIM WITH MANY CROWNS

1 1 1 3 3 / 6 . . 6 / 5 1 4 3 / 2 . .
Crown Him with man-y crowns, The Lamb up-on His throne;
Ra - ja- kan - lah Di - a, Dom- ba di takh-ta - Nya;

• •
2 / 3 5 6 5 / 4 3 2 5 1 / 7 1 6 6 / 5 . .
Hark! How the heav’n-ly an-them drowns all mu - sic but its own!
De - ngar-lah sua – ra pu - ji - an ku-man-dang di sor- ga;

5 / 5 3 2 1 / 6 . . 6 / 6 4 3 2 / 7 . .
A-wake, my soul, and sing of Him who died for thee,
Ba-ngun-lah ji - wa- ku, ber- sa- ma pu- ji- lah,


7 / 1 . 7 6 5 / 4 2 3 5 / 4 3 2 2 / 1 . . . //
And hail Him as thy match-less King Thru all e- ter-ni- ty.
Ra - ja yang ma-ti ba - gi- mu se - la-ma-la-ma-nya.

Crown Him the Lord of love: Behold His hands and side –
Rich wounds, yet visible above, in beauty glorified.
No angel in the sky can fully bear that sight,
But downward bends his wond’ring eye At mysteries so bright.

Crown Him the Lord of life: Who triumphed o’er the grave,
Who rose victorious to the strife, for these He came to save.
His glories now we sing, Who died and rose on high,
Who died eternal life to bring, and lives that death may die.

Crown Him the Lord of heav’n: One with the Father known;
One with the Spirit thru Him giv’n from yonder glorious throne.
To Thee be endless praise, for Thou for us hast died;
Be Thou, O Lord, thru endless days, adored and magnified.

EUANGELION 173 103


thecrossroadschurch.org

CROWN HIM WITH MANY CROWNS


(Rajakanlah Dia)

Syair : Matthew Bridges (1800-1894)


Godfrey Thring (1823-1903)
Musik : George J. Elvey (1816-1893)
Jenis : Hymn

Dan mataNya bagaikan nyala api dan di atas kepalaNya terdapat banyak
mahkota dan padaNya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui
seorangpun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup
dalam darah dan namaNya ialah: “Firman Allah”.
Wahyu 19:12, 13

Dia yang memakai mahkota duri saat berada di atas salib, kini dimahkotai
ba­nyak mahkota sebagai Raja sorga. Masing-masing mahkota di dalam syair
hymn ini memuliakan Kristus untuk aspek tertentu dari pribadi-Nya atau pe­la­
yanan-Nya. Bait satu mengenai jabatan-Nya sebagai Raja yang kekal; bait dua
mengenai kasih-Nya yang dinyatakan di dalam penderitaan-Nya demi me­ne­
bus manusia; bait tiga mengenai kebangkitan-Nya yang berkemenangan dan
kenaikan-Nya ke sorga; bait empat mengenai diri-Nya sebagai salah satu pri­
ba­di dari Allah Tritunggal yang layak kita sembah dan puji.
Syair yang penuh penyembahan ini merupakan kombinasi dari karya dua
orang pendeta Anglican ternama. Mereka ingin menuliskan hymn pujian ba­
gi Tuhan kita yang menderita namun kini berkemenangan. Ver­­si Matthew
Brid­ges pertama kali muncul pada tahun 1851 dengan 6 bait. Dua puluh ti­
ga tahun kemudian Godfrey Thring menulis 6 bait tambahan yang muncul
da­lam koleksinya Hymns and Sacred Lyrics. Bentuk hymn yang se­­karang
me­rupakan gabungan dari karya mereka, di mana bait satu, dua dan empat

104 EUANGELION 173


di­ambil dari karya Bridges, sedangkan bait tiga diambil dari karya Thring.
Na­da, “Diademata” (bahasa Yunani untuk mahkota), digubah khusus un­tuk
sya­ir hymn ini oleh George Elvey, seorang organist ternama dari St. George’s
Chapel, Windsor, Inggris, yang sering dihadiri oleh keluarga kerajaan Ing­gris.

Mahkotailah Dia dengan banyak mahkota, Anak Domba di atas takhta-Nya:


Dengarlah bagaimana nyanyian sorgawi menenggelamkan semua musik!
Bangunlah jiwaku dan nyanyilah bagi-Dia yang telah mati bagimu,
Dan sambutlah Dia sebagai Rajamu yang tiada tara sampai selamanya.

Mahkotailah Dia, Tuhan penuh kasih: Tengoklah tangan-Nya dan pinggang-


Nya – Penuh luka, namun terlihat dari atas, indah dan mulia.
Tak ada malaikat di langit yang tahan melihatnya,
Namun matanya memandang misteri yang begitu cemerlang di bawah sana.

Mahkotailah Dia, Tuhan kehidupan: yang menang atas kubur,


Yang bangkit dalam kemenangan bagi mereka yang Dia telah datang untuk
selamatkan..
Bagi kemuliaan-Nya kami kini bernyanyi, bagi Dia yang telah mati dan bangkit,
Yang mati ‘tuk membawa kehidupan kekal dan hidup ‘gar kematian binasa.

Mahkotailah Dia Tuhan, Raja sorga: Yang dikenal sebagai Allah Bapa;
Yang melalui-Nya Roh Kudus diberikan dari takhta mulia di atas sana.
Bagi Engkau pujian tak berkeputusan, karena Engkau telah mati bagi kami;
Biarlah Engkau, O Tuhan, disembah dan dimuliakan selama-lamanya.

Biarlah jiwa kita bersukacita di dalam kebenaran bahwa kita milik Dia yang
te­lah mati untuk membawa kehidupan kekal, dan hidup agar kematian binasa.
Sem­bahlah dan pujilah Dia dengan syair ini.

5 / 5 3 2 1 / 6 . . 6 / 6 4 3 2 / 7 . .
Ba-ngun-lah ji- wa- ku, ber- sa- ma pu- ji- lah,

7 / 1 . 7 6 5 / 4 2 3 5 / 4 3 2 2 / 1 . . . //
Ra- ja yang ma-ti ba- gi- mu se- la-ma-la-ma-nya.

BACAAN ALKITAB: Roma 14:9; Ibrani2:7-10; Wahyu 1:5, 6; 5:11-14; 19:1

Disadur dari:
Kenneth W. Osbeck, “AMAZING GRACE”
366 Inspiring Hymn Stories for Daily Devotion

EUANGELION 173 105


ULASAN YOU LOST ME: Why Young
BUKU
Christians Are Leaving
Church... and Rethinking Faith
pa­­­d a kehidupan spiritual remaja
ber­­dasarkan wawancara lebih dari
350.000 orang dan pemimpin.
Buku You Lost Me, berdasarkan ri­
set yang dilakukan Grup Barna, mem­
bu­ka kenyataan bahwa komunitas
Kris­ten, termasuk Gereja, gagal da­
lam mempersiapkan remaja Kristen
un­tuk tetap bertahan dalam iman
Kris­ten di tengah kemajuan teknologi,
in­f ormasi dan perubahan budaya
yang sangat cepat, tanpa batas dan
tan­pa filter.
Buku ini menampilkan data dan
fakta bahwa banyak remaja Kris­ten
yang berjuang untuk mem­p er­t a­
hankan iman mereka di tengah per­
kem­bangan jaman. Para remaja ini
me­miliki keraguan tentang spiritual
me­reka dan tidak sedikit dari mereka
Pengarang : David Kinnaman yang menjauh, meninggalkan Gereja
Penerbit : Baker Books dan bahkan meninggalkan iman Kris­
Tahun Terbit : 2011 ten karena mereka kecewa terhadap
ko­munitas Kristen dan Gereja. Buku
Penulis David Kinnaman adalah ini mencatat bahwa hampir 60% dari
Pre­siden dan pemilik mayoritas da­ri re­maja Kristen di Amerika yang sejak
perusahaan Grup Barna yang ber­ ma­sa kecilnya telah mengenal Kristus,
lokasi di Ventura, California. Grup ak­hirnya meninggalkan Gereja dan
Bar­n a adalah sebuah perusahaan Ke­kristenan setelah masuk SMA.
ri­set yang berfokus pada agama dan Kekecewaan ini disebabkan oleh
bu­­daya. Selain buku You Lost Me, ba­nyak hal, antara lain, sebagian be­
Da­­vid Kinnaman juga menulis satu sar remaja ini merasa bahwa Gereja
bu­­ku lainnya yaitu unChristian. Buku bu­kanlah tempat yang aman untuk
You Lost Me dan unChristian berfokus me­ng­ekspresikan keraguan mereka,

106 EUANGELION 173


dan Gereja seringkali memberikan (alienation), artinya remaja masa ki­
pen­­jelasan yang setengah matang ni cenderung memisahkan diri dari
ter­­hadap pertanyaan atau keraguan struk­tur tradisional seperti keluarga,
me­­reka. Lebih jauh, para remaja ini ko­munitas dan institusi. Budaya ini
me­n ganggap Kekristenan itu mu­ me­nimbulkan kesenjangan antar ge­
nafik, menghakimi, terlalu banyak nerasi (generation gap) yang cukup
po­litik dan jauh dari kenyataan hidup. le­bar. Ketidakpercayaan terhadap
Buku ini juga memberikan pen­ oto­ritas (skepticism of authority) ber­
de­k atan bagaimana memperbaiki hubungan dengan pertanyaan, “Siapa
si­tuasi para remaja yang putus hu­ yang harus dipercaya dan kenapa
bu­ngan dengan kehidupan spiritual sa­ya harus percaya kepadanya?” De­
Kris­ten. Buku ini juga menegaskan ngan frasa lain, “Apakah saya harus
bah­wa pemuridan itu bersifat unik per­caya kepada Alkitab dan Firman
un­tuk setiap pribadi dan tidak ada Tu­han? Jika ya, kenapa harus begitu?”
pe­muridan yang bersifat produksi Ke­tiga perubahan budaya ini saling
mas­sal. Oleh karena itu, semua ce­ ber­k aitan dan menjadi salah satu
ri­ta atau alasan yang menjadi latar fo­­kus pembahasan buku ini. Remaja
be­lakang kenapa seorang remaja ma­sa kini hidup dengan budaya ini
pu­tus hubungan dengan Kekristenan dan budaya ini tidak bisa dihindari
ada­lah sangat penting dan sangat oleh komunitas Kristen. Alih-alih
ber­harga untuk dianalisa dan dicari menghindar dan mengutuki per­
ja­lan keluarnya. Pemuridan juga harus ubahan budaya ini, buku ini meng­
di­awali dengan hati yang terbuka dan anjurkan supaya komunitas Kristen
ti­dak menghakimi, dilakukan dengan mam­pu menciptakan pola pikir yang
aku­rat dan dengan penuh tanggung ba­ru dan mengambil keuntungan da­ri
ja­wab. perubahan budaya ini karena re­maja
Buku ini mencatat ada tiga per­ saat ini adalah harapan umat Kris­ten
ubah­an budaya yang sangat terlihat masa depan dan kita tidak bisa ke­hi­
pa­da remaja masa kini, yaitu: akses la­ngan mereka.
(ac­cess), pengasingan diri (alienation), Selain fenomena baru akibat
dan ketidakpercayaan terhadap oto­ per­­ubah­a n ketiga budaya di atas,
ri­tas (skepticism of authority). Semua bu­ku ini juga memaparkan secara
per­ubahan budaya datang dengan de­til fenomena keragu-raguan yang
dam­p aknya masing-masing, baik di­hadapi para remaja masa kini. Me­
dam­pak positif maupun dampak ne­ nurut buku ini, fenomena keragu-ra­
ga­tif. guan ini sebenarnya bukan hal baru
Pe r u b a h a n b u d a y a a k s e s dan sudah ada di semua generasi
(access), artinya remaja masa kini Kris­ten. Namun, diperkuat oleh per­
da­p at menikmati akses tanpa ba­ ubah­an ketiga budaya saat ini (access,
tas, kapan saja, dan di mana saja. alienation, dan skepticism of authority)
Ak­s es yang serba cepat ini telah dan ketidaksiapan komunitas Kristen,
men­ciptakan budaya yang disruptive dam­pak akibat keraguan ini menjadi
(mengacaukan). Pengasingan diri ber­lipat.

EUANGELION 173 107


Empat jenis keraguan yang ter­ Kris­t en. Generasi ini tidak hanya
iden­tifikasi adalah intellectual doubt mem­butuhkan doktrin dari pendeta,
(ke­raguan intelektual), institutional ta­pi juga hikmat dari para pendidik
doubt (keraguan terhadap institusi), dan orangtua, serta gagasan dari para
un­expressed doubt (keraguan yang pe­m impin, tokoh dan profesional
tak terekspresikan), dan transitional Kris­ten untuk menjawab pertanyaan
doubt (keraguan yang timbul dari pe­ dan keraguan mereka.
ng­alaman pribadi, misalnya kematian Di akhir bagian, buku ini men­
orang yang dikasihi mengakibatkan ja­b arkan lima puluh ide yang di­
ke­raguan iman). Para generasi muda da­p at dari orang-orang dengan
yang memiliki keraguan, apapun je­ la­t ar belakang berbeda tentang
nisnya, sering tidak mendapatkan ba­gaimana komunitas Kristen dapat
ja­waban yang memuaskan dan ti­dak me­nemukan cara berpikir yang baru
sedikit yang akhirnya menjauh bah­ un­tuk merangkul kembali, mendidik
kan meninggalkan iman Kristen. dan membina remaja Kristen dalam
Tren remaja putus hubungan ke­b enaran Allah. Kita tidak harus
de­ngan Kekristenan adalah situasi se­lalu setuju dengan semua ide yang
yang kompleks karena dipengaruhi ada, tapi semoga ide-ide itu bisa
oleh banyak sekali faktor. Tren ini me­n gajak semua orang, tua atau
harus ditanggapi secara serius ka­ mu­­da, aktif melayani atau tidak,
re­n a remaja adalah jangkar bagi un­­tuk memulai dari zona ‘thinking
Ke­k ristenan di masa mendatang. and talking’ lalu menjadi ‘doing and
Ge­n erasi penerus dengan semua cha­nging’, dan untuk terus mencari
po­tensinya adalah harapan bagi re­ ide-ide baru untuk memahami dan
ge­nerasi dan kemajuan komunitas me­muridkan generasi baru.
Kris­ten di masa datang. Walaupun penelitian buku ini
Potensi tersebut tidak bisa tum­ ber­fokus pada permasalahan remaja
buh dan berkembang sesuai dengan di negara Amerika Serikat, buku ini
ren­c ana Allah tanpa bantuan dan te­tap relevan dengan kondisi yang
bim­bingan dari para senior mereka di­hadapi di Indonesia. Minimal buku
di komunitas Kristen. Bagaimana ini bisa menjadi awal pemikiran bagi
mung­kin mereka bisa menjadi jang­­ pa­ra orang tua, pengajar Kristen, pe­
kar Kristen masa depan tanpa ada mim­pin Kristen dan Pendeta untuk
institusi atau individu yang mem­be­ me­nyikapi tantangan yang ada da­
ri­kan pengetahuan dan iman Kristen lam proses pemuridan remaja di
yang benar dan berkualitas? In­donesia. Ide-ide baru harus tetap
Dampak dari ketiga perubahan bu­ di­cari karena mengulang kalimat di
daya yang disebutkan di atas, generasi awal, pemuridan itu bersifat unik
ini menjadi generasi yang haus akan un­tuk setiap pribadi dan tidak ada
in­formasi, banyak pertanyaan kritis pe­muridan yang bersifat produksi
se­hingga perlu pengertian dari ber­ mas­sal.
ba­g ai sudut pandang komunitas Alonso Patiaraja

108 EUANGELION 173

Anda mungkin juga menyukai