Oleh :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Ada sebuah hukum yang berlaku dalam kehidupan di dunia ini, yaitu “Hukum Tabur
Tuai”. Hukum Tabur Tuai ini juga dikenal dalam agama Katolik. Pengertian dari Hukum
Tabur Tuai yaitu bahwa segala sesuatu yang kita lakukan mempunyai akibat (sebab-
akibat). Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Entah perbuatan baik yang ditabur
maupun perbuatan yang buruk, itulah yang akan dituai. Contoh dari Hukum Tabur Tuai
yaitu: Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (lih. Ams 22:8), Orang
yang menabur dalam daging akan menuai kebinasaan dan orang yang menabur dalam
Roh akan menuai hidup kekal (lih Gal 6:8). Kadangkala seseorang menuai yang baik dari
apa yang ia tidak tabur (lih. Yoh 4:37-38), kadangkala pula seseorang tidak mendapatkan
balasan yang setimpal atas kejahatannya. Itulah sekilas tentang Hukum Tabur Tuai dalam
paham Agama Katolik.
Dalam paham agama Buddha dan Hindu hal seperti hukum tabur tuai lebih dikenal
dengan sebutan “Karma”. Dalam Artikel Buddhist, Kamma (bahasa Pali) atau Karma
(bahasa Sansekerta) yang artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan
yang dapat membuahkan hasil, dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan
dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi
pembuatnya. Dilansir dari wikipedia, Karmaphala atau karmapala merupakan salah satu
dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu serta filsafat dari Agama
Dharmik. Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat
atau berbuat, maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah
laku. Phala yang berarti buah atau hasil. Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala
berarti: Suatu peraturan atau hukuman dari hasil dalam suatu perbuatan.
Sekilas tentang pemahaman Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma dalam agama
Buddha, Hindu, dan Katolik. Di sini dapat ditemukan perbedaan dan persamaannya,
meski berbeda pengertian namun tujuannya tetap sama, yaitu supaya hidup menjadi
manusia yang memiliki perbuatan baik, berbuat kasih kepada sesama. Adapun contoh-
contoh serta hal positif dalam menyikapi Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma dalam
paper ini. Dengan demikian pengetahuan kita akan semakin kaya, serta menambah rasa
toleransi antar umat beragama, dengan adanya perbedaan supaya saling melengkapi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.6. Hal Positif Dalam Menyikapi Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma
Dari uraian tentang Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma, ada hal-hal positif yang
dapat dipetik untuk menyikapi kedua Hukum tersebut, yaitu:
Dalam Agama Katolik:
Galatia 5:22-26 “Hidup dalam keinginan Roh bukan keinginan daging”
Matius 7:12 “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh Hukum Taurat dan Kitab
para nabi”
Amsal 28:18 “Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, tetapi siapa berliku-liku
jalannya akan jatuh ke dalam lobang”
2 Kor 9:6 “Orang yang kmenabur sedikit, akan menuao sedikit juga, dan orang yang
menabur banyak, akan menuai banyak juga”
Amsal 28:13 “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi
siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi”
Tetap berada pada jalan Tuhan, menjauhi larangan-Nya
Memperdalam iman kepada Tuhan
Berbuat baik semasa hidup (tiada hari tanpa berbuat kebaikan)
Hidup dalam kasih
Kesimpulan
Di dunia ini ada hukum yang berlaku, yaitu Hukum Tabur Tuai atau lebih dikenal dengan
istilah Hukum Karma. Hukum karma dalam konsep Buddha dan Hindu, mempercayai semua
yang hidup akan terlahir kembali (reinkarnasi) setelah mati untuk menanggung akibat dari
perbuatannya pada kehidupan sebelumnya. Jadi, hukum karma dalam konsep mereka bukan
semata-mata sebatas hukum “sebab-akibat”, tetapi punya relasi erat dengan pengajaran
mengenai “samsara” serta “reinkarnasi”.
Sedangkan dalam Agama Katolik, dikenal dengan istilah Hukum Tabur Tuai, yaitu segala
sesuatu yang kita lakukan mempunyai akibat (sebab-akibat). Apa yang kita tabur, itulah yang
akan kita tuai. Entah perbuatan baik yang ditabur maupun perbuatan yang buruk, itulah yang
akan dituai. Kadangkala seseorang menuai yang baik dari apa yang ia tidak tabur (lih. Yoh
4:37-38), kadangkala pula seseorang tidak mendapatkan balasan yang setimpal atas
kejahatannya. Hukum Tabur Tuai ini berakhir pada saat seseorang meninggal dunia . Segala
perbuatannya di dunia, entah itu jahat atau baik, berhenti di sini. Sebab orang Kristen tidak
mengenal adanya reinkarnasi.
Pada dasarnya semua agama mengajarkan kebaikan, seperti berbuat baik semasa hidup
dan menjauhi perbuatan yang buruk. Meskipun cara dan penyampaiannya berbeda, begitu
pula dengan Hukum Tabur Tuai dalam Agama Katolik dan Hukum Karma dalam Agama
Buddha dan Hindu. Meski berbeda namun tetap satu tujuan, yaitu untuk kebaikan manusia itu
sendiri. Kita sebagai manusia juga harus menghargai (toleransi) setiap perbedaan antar umat
beragama, dan bergotong-royong saling menjaga keutuhan persatuan, seperti semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda namun tetap satu jua.
DAFTAR PUSTAKA