Anda di halaman 1dari 9

Tugas Mata Kuliah Perbandingan Agama

Dosen: Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum

“Paham Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma dalam


Agama Buddha, Hindu, dan Katolik”

Oleh :

Maria Gracia Imaculata (152845)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

WIDYA YUWANA MADIUN

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ada sebuah hukum yang berlaku dalam kehidupan di dunia ini, yaitu “Hukum Tabur
Tuai”. Hukum Tabur Tuai ini juga dikenal dalam agama Katolik. Pengertian dari Hukum
Tabur Tuai yaitu bahwa segala sesuatu yang kita lakukan mempunyai akibat (sebab-
akibat). Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Entah perbuatan baik yang ditabur
maupun perbuatan yang buruk, itulah yang akan dituai. Contoh dari Hukum Tabur Tuai
yaitu: Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (lih. Ams 22:8), Orang
yang menabur dalam daging akan menuai kebinasaan dan orang yang menabur dalam
Roh akan menuai hidup kekal (lih Gal 6:8). Kadangkala seseorang menuai yang baik dari
apa yang ia tidak tabur (lih. Yoh 4:37-38), kadangkala pula seseorang tidak mendapatkan
balasan yang setimpal atas kejahatannya. Itulah sekilas tentang Hukum Tabur Tuai dalam
paham Agama Katolik.
Dalam paham agama Buddha dan Hindu hal seperti hukum tabur tuai lebih dikenal
dengan sebutan “Karma”. Dalam Artikel Buddhist, Kamma (bahasa Pali) atau Karma
(bahasa Sansekerta) yang artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan
yang dapat membuahkan hasil, dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan
dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi
pembuatnya. Dilansir dari wikipedia, Karmaphala atau karmapala merupakan salah satu
dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu serta filsafat dari Agama
Dharmik. Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat
atau berbuat, maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah
laku. Phala yang berarti buah atau hasil. Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala
berarti: Suatu peraturan atau hukuman dari hasil dalam suatu perbuatan.
Sekilas tentang pemahaman Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma dalam agama
Buddha, Hindu, dan Katolik. Di sini dapat ditemukan perbedaan dan persamaannya,
meski berbeda pengertian namun tujuannya tetap sama, yaitu supaya hidup menjadi
manusia yang memiliki perbuatan baik, berbuat kasih kepada sesama. Adapun contoh-
contoh serta hal positif dalam menyikapi Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma dalam
paper ini. Dengan demikian pengetahuan kita akan semakin kaya, serta menambah rasa
toleransi antar umat beragama, dengan adanya perbedaan supaya saling melengkapi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Paham Hukum Karma dalam Agama Buddha


Dalam Artikel Buddhist, Kamma (bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) yang
artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan
hasil, dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan
jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya. Bagi Buddha,
kita adalah apa yang telah kita buat, dan apa yang akan kita perbuat adalah demikian kita
nanti jadinya. Karma dibedakan menjadi: Karma baik (kusalakarma) yang berakibat baik,
dan karma buruk (akusalakarma) yang akan berakibat buruk, karma baik dan karma buruk
akan menimbulkan akibat, karma baik dan karma buruk akan menimbulkan akibat, karma
yang bukan baik dan bukan buruk tidak berakibat atau yang sering diartikan sebagai ahosi
karma.
Karma meliputi semua perbuatan, yang dilakukan tubuh, ucapan maupun pikiran, dan
setiap perbuatan akan menghasilkan buah atau akibat perbuatan (Vipaka atau Phala) dan
kelahiran kembali. Dalam pandangan Buddha, Karma merupakan suatu hukum yang tidak
bisa ditawar. Karma juga merupakan suatu hasil penitikberatan sebab-akibat sendiri untuk
penderitaan dan kebahagiaan. Dalam agama Buddha juga mengajarkan bahwa karma
menyebabkan kelahiran kembali. Kelahiran kembali yang dimaksud bukanlah lahir secara
fisik/jiwa, tetapi yang dilahirkan kembali adalah watak atau sifat-sifat manusia. Dengan
adanya Karma, maka manusia perlu dilahirkan kembali ke dunia atau yang lebih dikenal
dengan istilah “Reinkarnasi” Contohnya adalah, Karma yang buruk (akusalakarma) akan
mengakibatkan seseorang akan hidup sebagai budak, tanaman, atau binatang. Karma yang
baik (kusalakarma) akan menjamin kehidupan yang lebih baik pada kehidupan
selanjutnya.

2.2. Paham Hukum Karma dalam Agama Hindu


Dilansir dari wikipedia, Karmaphala atau karmapala merupakan salah satu dari lima
keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu serta filsafat dari Agama Dharmik. Karma
berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Kr” yang berarti membuat atau berbuat,
maka dapat disimpulkan bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku. Phala
yang berarti buah atau hasil. Maka dapat disimpulkan Hukum Karma Phala berarti: Suatu
peraturan atau hukuman dari hasil dalam suatu perbuatan.
Orang-orang Hindu percaya pada kehidupan sesudah mati. Menurut agama Hindu,
yang terjadi pada manusia ketika mati adalah badan saja yang mati, jiwa tidak pernah
mati. Tapi jalan yang ditempuh oleh jiwa ditentukan oleh perbuatan-perbuatan di masa
lalu yang lebih dikenal dengan sebutan “Karma”. Menurut agama Hindu, jiwa
meneruskan perjalanannya dengan membawa beban karma dari satu kehidupan kepada
kehidupan yang lain sampai dia menghabiskan karmanya dengan mengalami penderitaan
atau kesenangan dalam badannya.
Berdasarkan rentang waktu, ada 3 jenis karmaphala yang didasarkan atas waktu dari
karma itu matang dan kita terima, yaitu:
1. Sancita Karmaphala (karma masa lalu) adalah tindakan yang dilakukan di masa
lalu/kehidupan sebelumnya, yang buah karmanya baru matang dan kita terima saat ini
atau di kehidupan sekarang.
2. Prarabda Karmaphala (karma saat ini) adalah perbuatan yang dilakukan pada waktu
hidup sekarang dan diterima dalam hidup sekarang juga. Contoh: seorang siswa yang
menyontek dan ketika ketahuan dia mendapatkan nilai jelek serta hukuman dari
gurunya
3. Kriyamana Karmaphala (karma masa depan) adalah tindakan yang dilakukan saat ini,
yang buah karmanya baru matang dan kita terima di masa depan/di kehidupan
(kelahiran) berikutnya. Contoh: dalam kehidupan sekarang berbuat baik, santun,
saleh, suka menolong dan sebagainya, namun meninggal dunia dalam kesederhanaan,
dalam kehidupan yang akan datang, akan dilahirkan di keluarga orang kaya,
terhormat.

2.3. Paham Hukum Tabur Tuai dalam Agama Katolik


Ada sebuah hukum yang berlaku dalam kehidupan di dunia ini, yaitu “Hukum Tabur
Tuai”. Hukum Tabur Tuai ini juga dikenal dalam agama Katolik. Pengertian dari Hukum
Tabur Tuai yaitu bahwa segala sesuatu yang kita lakukan mempunyai akibat (sebab-
akibat). Dalam Galatia 6:7 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”. Apa yang
kita tabur, itulah yang akan kita tuai. Entah perbuatan baik yang ditabur maupun
perbuatan yang buruk, itulah yang akan dituai. Contoh dari Hukum Tabur Tuai yaitu:
Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (lih. Ams 22:8), Orang yang
menabur dalam daging akan menuai kebinasaan dan orang yang menabur dalam Roh akan
menuai hidup kekal (lih Gal 6:8). Kadangkala seseorang menuai yang baik dari apa yang
ia tidak tabur (lih. Yoh 4:37-38), kadangkala pula seseorang tidak mendapatkan balasan
yang setimpal atas kejahatannya.
Dalam Galatia 6:8, Rasul Paulus memberi tahu kita tentang 2 macam benih, yaitu
menabur dalam daging dan menabur dalam Roh, demikian juga dengan balasannya nanti
di akhirat. Jika kita menabur dalam kedagingan kita, maka kita akan menuai kebinasaan
dari kedagingan kita itu. Orang-orang yang hidup dalam kedagingan, yang bukannya
bertindak demi kemuliaan Allah dan kebaikan orang lain melainkan menghabiskan
segenap pikiran, perhatian dan waktu mereka untuk memuaskan kedagingan, pada
akhirnya harus bersiap-siap memetik buah dari jalan itu, yang tiada lagi selain
kebinasaan. Pada sisi lain, orang-orang yang menabur dalam Roh, yang hidup kudus dan
rohani di bawah bimbingan dan kuasa Roh, dengan mengabdi pada Allah dan berguna
serta melayani sesama, ia dapat yakin bahwa ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh
itu.
Dalam agama Katolik Hukum Karma berlainan dengan Hukum Tabur Tuai. Dalam
agama Katolik, tidak ada reinkarnasi seperti dalam paham agama Buddha dan Hindu (Ibr
9:27). Terkadang orang beranggapan keliru. Dia melakukan perbuatan baik di masa
hidupnya tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh balasan berbuat baik dari orang
lain. Seorang Kristen melakukan perbuatan baik itu merupakan ungkapan terima kasihnya
karena sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang sudah diberikan Tuhan Yesus. Di
mana segala dosa dan pelanggaran hidupnya dihapuskan oleh kematian Tuhan Yesus di
kayu salib. Hukum Tabur Tuai ini akan berakhir pada saat seseorang tersebut meninggal
dunia. Segala perbuatannya di dunia, entah itu jahat atau baik, berhenti di sini. Sebab
orang Kristen tidak mengenal adanya reinkarnasi. Yang ada adalah kebangkitan kekal.

2.4. Perbedaan Antara Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma


Dari semua uraian di atas, berikut ini perbedaan antara Hukum Tabur Tuai dan
Hukum Karma:
 Dalam hukum karma, keselamatan ditentukan oleh karma seseorang dengan sampai
meraih moksa. sedangkan Hukum Tabur Tuai, keselamatan ditentukan oleh anugerah
Tuhan yaitu apakah menerima atau tidaknya karya keselamatan yang Yesus Kristus
tawarkan lewat pengorbanan-Nya di kayu salib
 Hukum karma menentukan wujud di kehidupan mendatang dalam reinkarnasi,
sedangkan Hukum Tabur Tuai tidak ada pengaruhnya sebab setelah kematian,
manusia akan diadili dalam Pengadilan Terakhir oleh Yesus Kristus sebagai Hakim
atas segala manusia di akhirat
 Hukum karma bersumber dari ajaran, sedangkan Hukum Tabur Tuai berasal dari
Allah
 Hukum Karma ‘bekerja’ saat seseorang melakukan suatu perbuatan/tindakan, tapi
menuainya di kehidupan mendatang. Sedangkan Hukum Tabur Tuai ‘bekerja’ semasa
seseorang hidup dan menuai pada masa hidupnya pula dan setelah kematian di Surga
atau Neraka
 Hukum Karma bekerja secara mekanis, sedangkan Hukum Tabur Tuai tidak bekerja
selalu secara mekanis. Kadangkala seseorang menuai yang baik dari apa yang tidak ia
tabur (lih Yoh 4:37-38). Kadangkala seseorang tidak mendapatkan balasan yang
setimpal atas kejahatannya (mzm 103:10). Ada kedaulatan Allah yang bekerja secara
misterius. Ada kasih karunia Allah yang mewarnai kehidupan manusia. Siapapun
yang sudah melakukan kejahatan tidak peduli sebesar apapun itu, apabila orang itu
sungguh-sungguh datang kepada Tuhan untuk bertobat, maka semua kejahatan itu
akan diampuni (Mzm 103:12; Yes 1:18; 1 Yoh 1:9)

2.5. Persamaan Antara Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma


Adapula persamaan antara Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma, yaitu:
 Menabur apa yang dituai seseorang/diperbuat seseorang
 Ada karena dosa
 Sama-sama hukum sebab-akibat
 Sejatinya sama-sama mengajarkan manusia untuk berpikir dahulu sebelum bertindak
agar tidak menyesal kemudian hari, melakukan hal baik (mengajarkan untuk berbuat
baik semasa hidup)
 Menjauhi hal-hal yang jahat

2.6. Hal Positif Dalam Menyikapi Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma
Dari uraian tentang Hukum Tabur Tuai dan Hukum Karma, ada hal-hal positif yang
dapat dipetik untuk menyikapi kedua Hukum tersebut, yaitu:
Dalam Agama Katolik:
 Galatia 5:22-26 “Hidup dalam keinginan Roh bukan keinginan daging”
 Matius 7:12 “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh Hukum Taurat dan Kitab
para nabi”
 Amsal 28:18 “Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, tetapi siapa berliku-liku
jalannya akan jatuh ke dalam lobang”
 2 Kor 9:6 “Orang yang kmenabur sedikit, akan menuao sedikit juga, dan orang yang
menabur banyak, akan menuai banyak juga”
 Amsal 28:13 “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi
siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi”
 Tetap berada pada jalan Tuhan, menjauhi larangan-Nya
 Memperdalam iman kepada Tuhan
 Berbuat baik semasa hidup (tiada hari tanpa berbuat kebaikan)
 Hidup dalam kasih

Dalam Agama Hindu:


Dalam Agama Hindu, ada 3 jenis cara orang bersikap di depan karma yaitu:
 Vikarma (Orang yang melawan karmanya)
 Karma-Gyani (Orang yang mengalir dengan karmanya)
 Akarma (Orang yang melampaui karma)
 Laksananakan ajaran Dharma: Laksanakan dengan sebaik-baiknya apa Svadharma
(tugas kehidupan) kita saat ini. Tapi apapun hasilnya, terima dengan senyum damai
dan ikhlas hati
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Di dunia ini ada hukum yang berlaku, yaitu Hukum Tabur Tuai atau lebih dikenal dengan
istilah Hukum Karma. Hukum karma dalam konsep Buddha dan Hindu, mempercayai semua
yang hidup akan terlahir kembali (reinkarnasi) setelah mati untuk menanggung akibat dari
perbuatannya pada kehidupan sebelumnya. Jadi, hukum karma dalam konsep mereka bukan
semata-mata sebatas hukum “sebab-akibat”, tetapi punya relasi erat dengan pengajaran
mengenai “samsara” serta “reinkarnasi”.
Sedangkan dalam Agama Katolik, dikenal dengan istilah Hukum Tabur Tuai, yaitu segala
sesuatu yang kita lakukan mempunyai akibat (sebab-akibat). Apa yang kita tabur, itulah yang
akan kita tuai. Entah perbuatan baik yang ditabur maupun perbuatan yang buruk, itulah yang
akan dituai. Kadangkala seseorang menuai yang baik dari apa yang ia tidak tabur (lih. Yoh
4:37-38), kadangkala pula seseorang tidak mendapatkan balasan yang setimpal atas
kejahatannya. Hukum Tabur Tuai ini berakhir pada saat seseorang meninggal dunia . Segala
perbuatannya di dunia, entah itu jahat atau baik, berhenti di sini. Sebab orang Kristen tidak
mengenal adanya reinkarnasi.
Pada dasarnya semua agama mengajarkan kebaikan, seperti berbuat baik semasa hidup
dan menjauhi perbuatan yang buruk. Meskipun cara dan penyampaiannya berbeda, begitu
pula dengan Hukum Tabur Tuai dalam Agama Katolik dan Hukum Karma dalam Agama
Buddha dan Hindu. Meski berbeda namun tetap satu tujuan, yaitu untuk kebaikan manusia itu
sendiri. Kita sebagai manusia juga harus menghargai (toleransi) setiap perbedaan antar umat
beragama, dan bergotong-royong saling menjaga keutuhan persatuan, seperti semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda namun tetap satu jua.
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Agustinus. 2019. Diktat Kuliah: Ilmu Perbandingan Agama. Madiun


Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Dewantara, A. (2018). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (indonesia Dalam
Kacamata Soekarno).
http://agapemedia.blogspot.com/2009/04/hukum-karma-dan-hukum-tabut-tuai.html?m=1
http://werua.blogspot.com/2017/08/antara-hukum-tabur-tuai-dengan-hukum.html?m=1
http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html
http://mantrahindu.com/karma-phala-jenis-jenis-hukum-karma-hindu/

Anda mungkin juga menyukai