Anda di halaman 1dari 34

KHOTBAH JANGKEP

Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Februari 2023
Tema: Hidup Di Atas Rata-Rata

Khotbah Jangkep Februari 2023 45


DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN
BULAN FEBRUARI 2023

Minggu, 5 Februari 2023 ................................................................. 47


Minggu Biasa IV - Minggu ke-5 Setelah Epifani (Hijau)
Intergritas Versus Formalitas

Minggu, 12 Februari 2023 ............................................................. 65


Minggu Biasa V - Minggu ke-6 Setelah Epifani (Hijau)
Memilih Untuk Hidup

Minggu, 19 Februari 2023 ............................................................. 71


Minggu Transfigurasi (Putih)
Dengarkanlah Dia

Rabu Abu 22 Februari 2023 (Ungu) ........................................... 77


Puasa Yang Sejati

Minggu, 26 Februari 2023 ............................................................. 78


Minggu Pra-Paskah I (Ungu)
Mengalahkan Godaan Bersama Tuhan

46 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 5 Februari 2022
Minggu Biasa IV - Minggu ke-5 Setelah Epifani (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Integritas Versus Formalitas

TUJUAN:
1. Umat senantiasa dapat menjadi orang yang berintegritas dan
berdampak secara nyata dan positip bagi lingkungannya di dunia.
2. Umat dapat menjalani hidupnya secara benar, jujur dan utuh
menurut nilai-nilai kerajaan Allah, bukan sekedar formalitas
tetapi integritas!

DAFTAR BACAAN:
Daftar Bacaan:
Bacaan I : Yesaya 58:1-9a (9b-12)
Tanggapan : Mazmur 112:1-9 (10)
Bacaan II : 1 Korintus 2:1-12 (13-16)
Bacaan Injil : Matius 5:13-20

DAFTAR AYAT LITURGIS:


Berita Anuggerah : Mazmur 112: 1,2
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 58:10
Persembahan : Kisah Para Rasul 4:32

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS:


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 14:1-3
Nyanyian Penyesalan : KJ 25:1,2,5
Nyanyian Kesanggupan : KJ 396:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 288:1, 5
Nyanyian Pengutusan : KJ 422:1-3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 7:1, 3
Kidung Panelangsa : KPJ 56:1, 3
Kidung Kasanggeman : KPJ 123:1, 2
Kidung Pisungsung : KPJ 157:1, 3
Kidung Pangutusan : KPJ 431:1-3

Pdt. Hery Windarta, M.Si (GKJ Gantiwarno)

Khotbah Jangkep Februari 2023 47


DASAR PEMIKIRAN
Pada dasarnya, seseorang dapat menilai orang lain memiliki
integritas sejauh mereka bertindak sesuai dengan nilai,
keyakinan, dan prinsip yang mereka anut sesuai dengan cita-cita
masyarakat. Dalam konteks khotbah ini adalah orang bertindak
sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah karena integritas
merupakan kehidupan seperti Tuhan dengan konsistensi dan
ketulusan, tanpa penipuan atau kepura-puraan. Dan inilah yang
diajarkan Yesus kepada para murid. Kualitas utama integritas
adalah keutuhan. Sebenarnya, kata integritas berasal dari akar
kata Latin: integer, yang berarti keseluruhan dan menyiratkan
keutuhan pribadi. Dengan kata lain, orang yang berintegritas
tidak ada perbedaan antara kehidupan publik seseorang dan
kehidupan pribadi seseorang.
Orang-orang yang berintegritas tidak menyembunyikan apa
pun dan tidak ada yang perlu ditakuti, tidak ada dikotomi antara
kehidupan publik dan pribadi mereka, antara apa yang mereka
akui dan apa yang mereka praktikkan, antara kata-kata dan
perbuatan mereka. Seseorang yang berintegritas tidak menjalani
kehidupan yang terfragmentasi atau dualistik di mana ada
pemisahan antara apa yang mereka nyatakan dan bagaimana
mereka bertindak. Pada dasarnya, orang yang berintegritas tidak
“bermuka dua” dan tidak mengalami pertentangan antara perilaku
di luar dan di dalam. Memiliki integritas tidak mengandaikan
seseorang akan melakukan segalanya dengan benar setiap saat,
tetapi itu berarti seseorang berniat untuk melakukan yang benar
setiap saat dan mengakuinya ketika persoalannya sebaliknya.

KETERANGAN BACAAN
Yesaya 58:1-9a (9b-12)
Bagian terakhir dari Yesaya ini, yang dikenal sebagai “Yesaya
Ketiga” (Yesaya 56-66), ditulis untuk penduduk Yerusalem selama
dan setelah kembalinya Israel dari pembuangan di Babilonia pada
tahun 539 SM. Yesaya 58 ditulis selama masa ketidakpastian yang
mendalam bagi Israel. Pembuangan Babilonia telah mendeportasi
sejumlah pemimpin penting. Namun kini sebagian dari mereka
sudah kembali ke tanah air. Institusi keagamaan dan kerajaan
telah dihancurkan. Namun harapan tentang kepulangan mereka
juga mulai bersinar.
48 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Yesaya 58 memperlihatkan percakapan antara Tuhan dan
umat. Ayat 1-9a dapat dibagi sebagai berikut: pertama, kita
mendengar perintah dari Tuhan kepada nabi pasca pembuangan
ini untuk menyampaikan pemberitahuan tentang pelanggaran
dan dosa umat (ay. 1-2); kemudian, kita mendengar jawaban,
keluhan, dari umat (ay. 3a); akhirnya, Tuhan memberikan dua
jawaban (ay. 3b-4, 5-9a). Kita akan fokus pada keluhan umat dan
respon Tuhan. Keluhan mereka itu singkat: "Mengapa kami
berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga?, Mengapa
kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya
juga?" (58:3a). Puasa tentu saja diasosiasikan dalam Perjanjian
Lama dengan aktivitas saleh serta penyesalan dan perkabungan.
Ini bukanlah kegiatan yang sia-sia. Mereka pada dasarnya tidak
legalistik atau sia-sia. Persoalannya, umat mengeluh karena
Tuhan mengabaikan mereka ketika mereka berpuasa.
Tuhan menanggapi dua kali keluhan ini. Pertama, Tuhan
tahu bahwa puasa tidak membawa mereka kepada perilaku yang
lebih baik (ay. 3b-4). Itu tidak membuat mereka memperlakukan
sesama atau pekerja mereka dengan baik. Faktanya, puasa
mereka egois dan menindas. Ini adalah kekerasan. Jadi, Tuhan
memanggil umat untuk melihat perilaku mereka. Tindakan
ibadah ini tidak menghasilkan perlakuan etis terhadap sesama.
Tindakan puasa mereka tidak terintegrasi ke dalam bidang lain
dari kehidupan umat. Tanggapan Tuhan yang kedua (ay. 5-9a)
dimulai dengan serangkaian pertanyaan retoris. Tuhan seolah
mengolok-olok puasa umat. Kedua, Tuhan, secara mengejutkan,
mengubah puasa! Perilaku ibadah tidak lagi dikaitkan secara
sempit dengan tindakan tubuh sesorang seperti menundukkan
kepala. Tuhan peduli dengan kemakmuran masyarakat, dengan
pembebasan dari ketidakadilan. Jenis puasa Tuhan adalah
memecahkan roti dengan orang yang lapar, dan kepedulian sosial
yang lain.
Tuhan memang akan menjawab umat Tuhan ketika puasa
jenis ini terjadi. Ini adalah cara untuk mendapatkan perhatian
Tuhan. Orang-orang mengeluh bahwa Tuhan tidak
memperhatikan mereka sehingga Tuhan memberi tahu mereka
dengan tepat bagaimana mendapatkan perhatian Tuhan. Tidak

Khotbah Jangkep Februari 2023 49


mungkin penulis Yesaya 58 ingin sepenuhnya mendiskreditkan
fungsi latihan ritual dan praktik ibadah. Puasa adalah praktik
yang perlu dan sangat bermakna. Tapi dalam praktiknya mereka
berpotensi menjadi egois, terpisah dari pergaulan sosial di dunia.
Yesaya 58 mengingatkan kita semua akan perlunya keadilan
sosial.

Mazmur 112:1-9 (10)


Mazmur 112 adalah gambaran menyeluruh tentang
karakteristik orang-orang yang takut akan Tuhan. Ketika sampai
pada penekanan pada tindakan/perbuatan orang-orang yang
takut akan Tuhan, tidak dapat disangkal bahwa Kitab Suci
menunjukkan korelasi langsung antara tindakan kita dan cara
hidup kita. Bahkan Mazmur 112 menunjukkan bahwa hal itu
berpengaruh pada masa depan orang-orang benar. Berbahagialah
orang yang takut akan Tuhan, karena keturunan mereka akan
menjadi perkasa di negeri ini. Berbahagialah orang yang
menjalankan urusannya dengan adil, karena kebaikan akan
datang kepada mereka. Mereka tidak akan pernah goyah. Mereka
akan dikenang selamanya. Kita dapat mendengar irama ucapan
bahagia dalam Mazmur ini.
Nampaknya Mazmur 112 dan Mazmur 111 saling melengkapi.
Struktur kedua Mazmur ini serupa; keduanya adalah puisi akrostik,
yang berisi dua puluh dua baris dengan setiap baris dimulai
dengan huruf alfabet Ibrani yang berurutan. Mereka menggunakan
kata dan frasa yang serupa: keduanya merujuk pada orang
benar/jujur (111:1 dan 112:2, 4), agen yang pengasih dan
penyayang (111:4 dan 112:4), pemberi (111:5 dan 112 :9), dan
pelaku keadilan (111:7 dan 112:5). Keduanya sangat fokus pada
masa depan (dalam 111:8 perbuatannya kokoh selama-lamanya,
dan dalam 112:8 hati teguh dan pada akhirnya akan menang).
Hal yang menakjubkan tentang penggunaan bahasa yang
serupa ini adalah bahwa Mazmur (111) berfokus pada perbuatan
Tuhan dan Mazmur (112) berfokus pada perbuatan orang-orang
yang takut akan Tuhan. Mungkinkah mereka yang takut akan
Tuhan diharapkan bertindak seperti Tuhan? Terlebih lagi,
mungkinkah mereka yang sangat menyukai perintah-Nya mampu
50 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
mencerminkan perbuatan Tuhan? Kedua Mazmur yang saling
melengkapi ini menunjukkan demikian. Kehidupan dan masa
depan kita dibentuk oleh cara kita mencerminkan perbuatan
Tuhan kita. Kemurahan hati dan perbuatan kita yang adil,
pemberian tulus dan kemurahan hati kita terhadap orang miskin,
mencerminkan perbuatan Tuhan kita. Tindakan kita dijelaskan
dalam kaitannya dengan tindakan Tuhan kita. Tindakan Tuhan
kita membentuk dan membimbing tindakan kita.
Jelas pemazmur lebih tertarik memperhatikan perbuatan
dan gambaran kehidupan orang benar. Ayat 10 tidak perlu
menjadi ancaman bagi orang benar tetapi jelasnya; akan ada
orang-orang yang tidak menjalani kehidupan mereka dengan
cara yang sama. Akhirnya, bandingkan hasil yang menyedihkan
dari orang fasik, kebinasaan dan hasil yang melimpah dari orang
benar (ay. 1-9). Takut akan Tuhan dan kesukacitaan dalam
perintah-Nya akan membuat perbedaan dalam hidup kita,
sekarang dan di masa depan.

1 Korintus 2:1-12 (13-16)


Dalam bacaan minggu ini, Paulus mengeksplorasi paradoks
dari pesan Injil. Saat ia menjelaskan pesan Injil, pelayanannya
sendiri, dan hikmat Allah, Paulus mengejutkan orang-orang
Korintus, dan pembacannya, dengan cara di mana masing-
masing membantu menafsirkan yang lain. Paulus mungkin
memperhatikan persaingan terjadi di Korintus, di mana tingkat
pencapaian Apolos yang tinggi dalam standar hikmat dunia telah
mengarah pada pembentukan kelompok yang mengidentifikasi
diri sebagai pengikutnya. Nampaknya Paulus ingin melemahkan
nilai klaim kelompok ini untuk pembelajaran, Paulus
menyatakan bahwa Roh yang diterima orang percaya tidak lain
adalah Roh Allah dengan hikmat Allah yang tersalib – bukan roh
dunia dengan “hikmat” penyaliban Kristus (2 :12).
Ayat 1-2 merupakan taktik Paulus ketika tiba di Korintus. Ia
mewartakan misteri Allah, tetapi tidak “dengan kata-kata yang
luhur atau hikmat. Ia memilih untuk mengenal hanya Kristus
yang disalibkan. Paulus ingin menunjukkan kepada sebuah
gereja yang bersatu untuk kemuliaan hikmat duniawi, bahwa

Khotbah Jangkep Februari 2023 51


pesan salib menuntut jenis pelayanan tertentu, pelayanan salib.
Jika salib adalah pesannya, maka melayani dengan integritas
berarti utusan itu akan terlihat lemah dan hina di mata dunia (ay.
3), supaya memiliki kuasa Roh Tuhan menerobos untuk
memaksa para pendengarnya. Inilah dinamika kisah Injil:
kekuatan masuk dan keluar dari kelemahan. Ini menunjuk pada
Allah yang membawa hidup baru melalui seorang mesias yang
disalibkan (1 Korintus 2:4-5).
Ketika Paulus terus merekonstruksi gagasan orang Korintus
tentang "hikmat", ia tampaknya memiliki lebih banyak hal untuk
diungkapkan daripada sekadar "firman salib" (2:6). Namun, dia
terus bersikeras bahwa salib menunjukkan kepada kita bahwa
mengikuti hikmat dunia bukanlah jalan yang berakhir pada
hikmat Tuhan. Bahkan hikmat Tuhan yang misterius dan
tersembunyi adalah salib. Faktanya, dalam 1 Korintus 2:6-16
Paulus menempatkan hikmat Allah dan hikmat dunia dalam
antitesis yang paling tajam. Hikmat khusus yang Paulus klaim
aksesnya (a) adalah hikmat Allah, yang (b) memimpin umat
Allah menuju kemuliaan, dan (c) hanya dapat diketahui oleh Roh.
Ini sangat kontras (a) dengan hikmat dunia dan para pemimpin
dunia, yang (b) adalah produk dari penguasa-penguasa yang
akan ditiadakan, dan (c) tidak memiliki penglihatan untuk
memahami hikmat Allah yang menyelamatkan.

Matius 5:13-20
Ajaran Yesus tentang garam dan terang (Matius 5:13-16)
tentu sangat familiar bagi kita. Garam dan terang keduanya
merupakan komoditas yang berharga pada zaman Yesus.
Keduanya menopang kehidupan. Keduanya tidak dapat
diproduksi sendiri dengan mudah. Keduanya adalah karunia
ciptaan yang membutuhkan kecerdikan dan kecermatan dalam
mengakses dan melestarikannya. Dan keduanya sungguh
membuat semua perbedaan. Penggunaan present tense saat
Yesus mengatakan kepada para murid bahwa mereka adalah
garam dan terang sekarang ini, bukan di masa depan yang jauh.
Ajaran Yesus bukan hanya tentang apa Kerajaan Allah itu, tetapi

52 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


juga tentang integritas, tentang siapa kita sebenarnya, seperti
apa kehidupan baru kita di alam baru ini, lezat dan bercahaya.
Mereka yang mengikuti Yesus tidak hanya duduk dan
menerima kehidupan yang berkelimpahan, atau sekadar
memberi tahu orang lain tentang betapa hebatnya kehidupan
berkelimpahan yang kita miliki. Yesus sedang berbicara di sini
tentang kehidupan yang membuat perbedaan nyata bagi orang
lain di dunia. Kita adalah cita rasa dengan menambahkan garam
pada kehidupan di sekitar kita. Kita adalah terang yang
memperjelas jalan keadilan kerajaan Allah. Yesus berkata bahwa
kita harus enak dan bersinar untuk membuat perbedaan bagi
Tuhan di dunia. Baik garam maupun terang tidak ada untuk diri
mereka sendiri. Mereka hanya memenuhi tujuan mereka ketika
digunakan, dicurahkan.
Apa pun fungsi yang Yesus pikirkan, dalam semua kasus
garam bukanlah unsur yang berguna bagi dirinya sendiri.
Nilainya datang dalam penerapannya pada hal-hal lain. Jadi,
demikian pula para pengikut Yesus dipanggil untuk ada bagi
orang lain. Namun, Yesus memperingatkan bahwa garam bisa
menjadi tawar (môranthê), yaitu kehilangan rasa atau nilainya.
Demikian juga cahaya berfungsi agar manusia dapat melihat,
tidak malah diletakkan di bawah gantang. Dalam perspektif ini,
terang bukan sekadar membiarkan orang lain melihat apapun
yang mereka inginkan, tetapi juga agar orang lain menyaksikan
tindakan keadilan yang dilakukan para pengikut Yesus. Di luar
itu, memungkinkan orang lain mengenali penyebab tindakan ini,
kuasa Tuhan!
Sama seperti "garam" dan "terang" berhubungan dengan
fungsi pengikut setia Yesus di dunia, demikian juga penekanan
Yesus pada hukum adalah tentang berbuat baik. Dalam khotbah
ini, Yesus mengeksplorasi makna hukum untuk realitas
kontemporer-Nya, bukan untuk meniadakannya 5:17-20). Yesus
menurut Matius, adalah seorang Yahudi yang taat hukum.
Namun Ia memilih untuk “menggenapi” hukum dalam arti
menafsirkan maknanya untuk praktik kontemporer. Satu
dorongan utama dari perkataan ini adalah untuk menunjukkan
betapa tidak mudahnya ketaatan baru ini: “…kebenaranmu harus

Khotbah Jangkep Februari 2023 53


melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi” (5:20).
Perbandingan Yesus ini bukanlah dalam maksud merendahkan
ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sebaliknya, kita harus
mengakui pengaruh positif orang Farisi terhadap komunitas
Yahudi abad pertama yang lebih luas. Mereka dihormati
masyarakat karena kehidupan mereka yang baik. Mereka
berbagi banyak kepercayaan dasar dengan Yesus. Keduanya
percaya bahwa hukum harus diterapkan di semua bidang
kehidupan. Satu perbedaan adalah bahwa orang Farisi percaya
pada dua hukum: tertulis dan lisan. Yesus tampaknya tidak
menghargai "hukum lisan" yang diterapkan secara kaku, formalis
dan bisa terjatuh pada pengagungan diri. Para pengikut Yesus
harus lebih berkomitmen pada keadilan Tuhan di dunia daripada
para pemimpin terkemuka ini..

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Murid Yesus harus memiliki integritas. Tidak mungkin kita
memberitakan kabar baik jika hidup kita adalah kabar buruk.
Tidak mungkin kita menyampaikan berita kesembuhan jika kita
tidak mengalami manifestasi keutuhan yang ingin Tuhan berikan
daIam hidup kita, seperti garam yang menjadi tawar dan terang
yang diletakkan di bawah gantang. Seperti ungkapan
"Kebanyakan dari kita memiliki alamat tapi tidak dapat
ditemukan di sana." Atau kita mungkin punya reputasi, tapi itu
tidak mencerminkan siapa kita. Sebagai anggota jemaat mungkin
kita mengaku agamis, tapi ini tidak tercermin dalam kehidupan
bersama kita. Ibadah-puasa kita sesungguhnya adalah tindakan
yang penting dan bermakna. Ibadah akan bermakna jika
diimbangi perlakuan etis terhadap sesama, terintegrasi ke dalam
bidang lain dari kehidupan sosial-umat seperti yang dikehendaki
Allah. Bukan sekedar formalitas tetapi integritas!

54 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

INTEGRITAS VERSUS FORMALITAS

Saudara, di sepanjang masa kita hidup, dengan alasannya


sendiri bisa saja kita mencurigai orang yang mengaku beragama.
Orang-orang ini sering terlihat sebagai orang yang tampaknya
baik, saleh, tapi moralnya dipertanyakan. Mereka mungkin
punya reputasi, tapi itu tidak mencerminkan siapa mereka.
Apapun alasan kecurigaan ini, faktanya mereka tidak
mempratikkan ajaran agamanya dengan benar dan utuh. Bisa
saja mereka dengan cepat mengerti bahkan mampu memberi
nasihat apa yang seharusnya dilakukan. Tapi melakukannya
adalah hal lain. Ini adalah persoalan integritas bagi orang yang
mengaku beragama.
Ada suatu cerita tentang seorang pria di suatu desa yang
pergi ke warung untuk membeli ayam goreng untuk dinikmati
berdua dengan teman wanitanya. Wanita itu menunggu di dekat
motor, sementara pria itu masuk untuk mengambil ayam yang ia
beli. Secara tidak sengaja penjual ayam goreng itu menyerahkan
bungkusan kepada pria itu di mana dia telah menempatkan uang
hasil penjualannya sehari, bukan bungkusan berisi ayam. Karena,
dia akan mengirim setoran dan menyamarkannya dengan
memasukkan uang itu ke dalam bungkus ayam goreng. Pria itu
mengambil bungkusan itu, dan kembali ke motornya, lalu
mereka berdua pergi. Ketika mereka sampai di taman dan
membuka bungkusan itu untuk menikmatinya, mereka kaget
karena bungkusan itu penuh dengan uang. Nah, ini adalah saat
yang sangat rentan bagi kebanyakan orang. Namun, pria itu
sadar ini adalah kesalahan, kembalilah pria itu ke warung itu dan
mengembalikan uang itu kepada pemiliknya. Tentu saja, penjual
ayam goreng itu sangat gembira. Sehingga dia memberi tahu
pria itu, “Tetaplah di sini, saya ingin ambil HP dan memotret
serta memviralkan Anda. Anda adalah pria paling jujur di desa
ini. "Oh, jangan lakukan itu!" kata pria itu. "Kenapa tidak?" tanya
penjual. “Yah,” katanya, “kau tahu, aku sudah menikah, dan
wanita yang bersamaku bukan istriku.” Rupanya pria itu tidak

Khotbah Jangkep Februari 2023 55


mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya. Bahkan
ketika dia melakukan sesuatu yang benar, ternyata dia juga
melakukan sesuatu yang salah. Seseorang yang berintegritas
hidupnya akan otentik dan terintegrasi. Tidak ada duplikasi
antara sikap dan tindakannya.
Saudara, kata integritas berasal dari akar kata Latin: integer
dan menyiratkan keutuhan pribadi. Sama seperti kita berbicara
tentang bilangan bulat, demikian juga kita dapat berbicara
tentang orang utuh yang tidak terbagi. Seseorang yang
berintegritas adalah orang yang hidup dengan benar, jujur, tidak
terbagi, atau menjadi orang yang berbeda dalam keadaan yang
berbeda. Seseorang yang berintegritas adalah orang yang sama
baik secara pribadi ataupun di depan umum.
Ketika mengajar di bukit, Yesus memberikan perkataan
pujian kepada para murid, "Kamu adalah garam dunia, Kamu
adalah terang dunia.” Yesus yang yakin akan kemampuan
pemuridan pengikutnya mendorong mereka untuk
mencerminkan sukacita Kerajaan Allah dalam cara mereka hidup
sebagai murid, yaitu dengan “membawa cita rasa dan menjadi
mercusuar cahaya.” Seseorang yang merupakan garam dunia dan
terang dunia adalah orang yang berintegritas, berkarakter dan
yang terbaik.
Ajaran Yesus tentang garam dan terang (Matius 5:13-16)
tentu sangat familiar bagi kita. Garam dan terang keduanya
merupakan komoditas yang berharga pada zaman Yesus.
Keduanya menopang kehidupan. Keduanya tidak dapat
diproduksi sendiri dengan mudah. Keduanya adalah karunia
ciptaan yang membutuhkan kecerdikan dan kecermatan dalam
mengakses dan melestarikannya. Keduanya sungguh membuat
semua perbedaan. Ajaran Yesus bukan hanya tentang apa
Kerajaan Allah itu, tetapi juga tentang integritas para murid,
tentang siapa kita sebenarnya, seperti apa kehidupan baru kita di
alam baru ini, lezat dan bercahaya.
Menjadi murid Yesus tidak untuk duduk dalam kenyamanan
atau sekadar memberi tahu orang lain tentang betapa hebatnya
kehidupan berkelimpahan yang kita miliki. Yesus sedang
berbicara kini dan di sini tentang kehidupan yang berdampak
56 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
nyata bagi orang lain di dunia. Kita adalah cita rasa dengan
menambahkan garam pada kehidupan di sekitar kita. Kita adalah
terang yang memperjelas jalan keadilan kerajaan Allah. Yesus
ingin agar kita enak dan bersinar untuk membuat perbedaan
bagi Tuhan di dunia. Baik garam maupun terang tidak ada untuk
diri mereka sendiri. Mereka hanya memenuhi tujuan mereka
ketika digunakan, dicurahkan. Sama seperti Yesus memberikan
dirinya kepada orang lain. Garam dan terang tidak bersembunyi
dalam ketidakjelasan dan ketakutan tetapi menembus dan
mengubah lingkungannya.
Jadi, demikian pula para pengikut Yesus dipanggil untuk ada
bagi orang lain. Namun, Yesus memperingatkan bahwa garam
bisa menjadi tawar (môranthê), yaitu kehilangan rasa atau
nilainya. Demikian juga cahaya berfungsi agar manusia dapat
melihat, tidak malah diletakkan di bawah gantang. Dalam
perspektif ini, terang bukan sekadar membiarkan orang lain
melihat apapun yang mereka inginkan, tetapi juga agar orang
lain menyaksikan tindakan keadilan yang dilakukan para
pengikut Yesus. Di luar itu, memungkinkan orang lain mengenali
penyebab tindakan ini, yaitu kuasa Tuhan!
Sama seperti "garam" dan "terang" berhubungan dengan
fungsi pengikut setia Yesus di dunia, demikian juga penekanan
Yesus pada hukum adalah tentang berbuat baik dan benar secara
utuh. Dalam khotbah ini, Yesus mengeksplorasi makna hukum
untuk realitas kontemporer-Nya, bukan untuk meniadakannya
(5:17-20). Yesus menurut Matius, adalah seorang Yahudi yang
taat hukum. Namun Ia memilih untuk “menggenapi” hukum
dalam arti menafsirkan maknanya untuk praktik kontemporer.
Satu dorongan utama dari perkataan ini adalah untuk
menunjukkan betapa tidak mudahnya integritas (ketaatan baru)
ini: “…kebenaranmu harus melebihi ahli-ahli Taurat dan orang-
orang Farisi” (5:20). Perkataan Yesus ini bukanlah dalam
maksud merendahkan ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Kita
harus mengakui bahwa orang Farisi punya pengaruh positif
terhadap komunitas Yahudi di abad pertama. Mereka dihormati
masyarakat karena kehidupan mereka yang baik. Mereka
berbagi banyak kepercayaan dasar dengan Yesus. Keduanya

Khotbah Jangkep Februari 2023 57


percaya bahwa hukum harus diterapkan di semua bidang
kehidupan. Salah satu perbedaannya adalah bahwa orang Farisi
percaya pada dua hukum: tertulis dan lisan. Yesus tampaknya
tidak menghargai "hukum lisan" yang diterapkan secara kaku,
formalis dan bisa terjatuh pada pengagungan diri. Kalau dalam
pandangan Paulus (2Kor.1:1-12(13-16)) umat bisa terjatuh pada
pengagungkan hikmat dunia dan pemimpin dunia daripada
kepada hikmat Allah. Para pengikut Yesus harus lebih
berkomitmen pada hikmat dan hukum Tuhan di dunia daripada
para pemimpin terkemuka ini.
Saudara, kita harus memiliki integritas. Tidak mungkin kita
memberitakan kabar baik jika hidup kita adalah kabar buruk.
Kita tidak bisa menyampaikan berita kesembuhan jika kita tidak
mengalami manifestasi keutuhan yang ingin Tuhan berikan
dalam hidup kita, seperti garam yang menjadi tawar dan terang
yang diletakkan di bawah gantang. Seperti ungkapan
"Kebanyakan dari kita memiliki alamat tapi tidak dapat
ditemukan di sana." Atau kita mungkin punya reputasi, tapi itu
tidak mencerminkan siapa kita. Sebagai anggota jemaat mungkin
kita mengaku cukup religius, tapi ini tidak tercermin dalam
kehidupan bersama kita. Ibadah-puasa kita sesungguhnya adalah
tindakan yang penting dan bermakna. Ibadah akan bermakna
jika diimbangi perlakuan etis terhadap sesama, terintegrasi ke
dalam bidang lain dari kehidupan sosial-umat seperti yang
dikehendaki Allah. (Yesaya 58:1-9a). Bukan sekedar formalitas
tetapi integritas!
Saudara, kita harus berada di tempat seperti yang kita
katakan di mana kita berada. Itulah yang kita lakukan ketika
tidak ada yang melihat, dan itulah yang kita perbuat ketika tidak
harus berada di depan orang (umum). Itulah cermin integritas
kerohanian kita, nilai-nilai dan kekuatiran kita selama ini. Jika
kita berbagi hal ini dengan orang lain, kita akan merasa seperti di
rumah sendiri sebagai keluarga kerajaan Allah. Jika Saudara
ingin menjadi orang yang berintegritas, itu tidak akan terjadi
dalam semalam. Dalam beberapa hal, ini adalah proses seumur
hidup. Kita harus secara sengaja membuat rencana untuk
menjadi orang yang berintegritas. "Kamu adalah garam dunia,
58 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Kamu adalah terang dunia!” Garam dan terang menggambarkan
integritas Kristen. Metafora yang kuat ini memanggil kita untuk
percaya diri dalam menjalani dan membagikan iman kita. Sebab,
seperti firmanNya, (Yesaya 58:10) “..terangmu akan terbit dalam
gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.”
“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang
sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan
perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.” Amin.

Khotbah Jangkep Februari 2023 59


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

INTEGRITAS BEDA KALIYAN FORMALITAS

Sadhèrèk kinasih, ing salaminipun kita gesang, srana alesan


tertemtu saged kemawon kita nyubriani tiyang ingkang ngaken
ngugemi agami. Tiyang-tiyang punika asring ketingal dados tiyang
ingkang saé, salèh, nanging moralipun (patrap lan tumindakipun)
asring dados pitakènan. Tiyang punika mbokbilih kawentar saé,
nanging mboten ngetingalaken sejatosipun tiyang punika. Punapa
kémawon alesan pitakenanipun, nyatanipun tiyang punika mboten
nglampahi piwulang agaminipun kanthi leres lan wetah. Saged
kémawon tiyang punika mangretos, malah ugi wasis paring
wewarah bab punapa ingkang kedah katindakaken dening tiyang
sanès. Nanging tumrap piyambakipun nindakaken punika dados
prakawis ingkang béda. Lah punika prakawis integritas tumrap
tiyang ingkang ngugemi agami, tumrap kita para tiyang pitados!
Wonten cariyos lelampahan satunggaling priya, ing satunggaling
désa ingkang késah ing warung kanggé tumbas “ayam gorèng”
kanggé katedha sesarengan réncang èstrinipun. Tiyang èstri wau
nengga ing caketing motoripun, sawetawis wekdal priya punika
mlebet ing warung kanggé mendhet ayam gorèng ingkang
katumbas. Kanthi mboten kasengaja Ibu ingkang sadé ayam
punika maringaken bungkusan dhateng priya punika, ing pundi
piyambakipun nyimpen arta hasil sadéyanipun sadinten punika,
sanès bungkusan isi ayam gorèng. Amargi, ibu punika badhé
ngirim setoran kanthi nyamaraken srana nglebetaken artanipun
ing bungkus ayam gorèng punika. Priya punika mendet
bungkusan punika, tumuju motoripun, lajeng kekalihipun késah.
Nalika priya lan rencang èstrinipun dumugi ing taman lan
mbikak bungkusan punika kanggé ngedhapi isinipun, sami kagèt
amargi bungkusan punika wonten artanipun ingkang kathah.
Nah, punika wewengan ingkang mboten gampil tumrap tiyang
umumipun. Nanging priya punika sadhar menawi punika
kalepatan, énggal kémawon kekalihipun wangsul ing warung lan
mangsulaken arta punika dhateng ingkang gadhah.
60 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
Temtu kémawon ibu ingkang sadéyan ayam punika dados
bingah. Temah ibu punika pratela, “Matur nuwun nggih, ampun
kesah rumiyin mas, kula badhé mendhet HP lan motrèt jenengan
lan badhé kula viralaken, panjenengan punika priya ingkang
paling jujur ing désa punika!” “Oh, ampun bu!” wangsulanipun
priya wau. “Kénging punapa ampun?” pitakènanipun ibu punika.
“Blaik,” wangsulanipun priya punika, “jenengan ngertos, kula
punika sampun nikah, lan wanita ingkang sareng kula punika
sanès semah kula!” Ketingalipun priya punika mboten rumaos
akibat patrap lan tumindakipun. Malah nalikanipun piyambakipun
nindakaken pandamel ingkang leres, piyambakipun ugi nindakaken
pandamel ingkang lepat. Tiyang ingkang nggadahi integritas,
gesangipun asli (otèntik) lan wetah. Mboten mangkro ing
antawising sikep lan patrap-tumindakipun.
Sadhèrèk kinasih, tembung integritas punika saking tembung
Latin: integer ingkang nélakaken wetahing kapribadèn. Sami
nalikanipun kita ngrembag bab wilangan wetah, semanten ugi
kita saged wicanten bab tiyang wetah ingkang mboten kapérang.
Tiyang ingkang nggadahi integritas punika tiyang ingkang gesang
kanthi leres, jujur, lan wetah, utawi mboten dados tiyang ingkang
béda ing kawontenan ingkang béda. Tiyang ingkang nggadahi
integritas punika dados tiyang ingkang sami, saé sacara pribadhi
punapa déné ing sangajengipun tiyang sanès.
Nalika memulang ing redi, Gusti Yésus paring pangandika
pangalembana, “Kowé iku padha dadi uyahing bumi.” “Kowé iku
padha dadi pepadhanging jagad.” Gusti Yésus ingkang mitados
dhateng kesagedanipun para murid nindakaken jejibahanipun
minangka murid, mbereg supados para murid punika sami
nyunaraken kabingahaning Kratonipun Allah ing gesangipun.
Srana gesang mbekta cita rasa lan nyunaraken pepadhang.
Tiyang ingkang dados uyahing bumi lan pepadhanging jagad
punika para tiyang ingkang nggadahi integritas, karakter lan
ingkang paling saé.
Piwulangipun Gusti Yésus bab sarem lan pepadhang (Matéus
5:13-16) temtu sampun asring kita tampèni. Sarem lan pepadhang
kekalihipun punika dados samukawis ingkang awis rikala semanten
ing jamanipun Yésus. Kekalihipun baken lan munpangati sanget

Khotbah Jangkep Februari 2023 61


tumrap gesanging tiyang kathah. Kekalihipun mboten saged
kabudidaya piyambak kanthi gampil. Kekalihipun punika
peparingipun Gusti ingkang mbetahaken kesagedan lan kaprigelan
mirunggan kanggé ndarbeni, ngginakaken lan nglestantunaken.
Kekalihipun èstu damel samukawis dados béda. Mila, piwulangipun
Yésus mboten namung bab Kratoning Swarga utawi Kratoning
Allah, nanging ugi bab integritasipun para murid. Bab sinten ta
kita punika sakleresipun, kadospundi gesang anyar kita ing
kanyatan ingkang anyar, “sedep lan sumunar.”
Dados muridipun Yésus mboten namung kanggé lenggah
sekéca, utawi namung nyariyosaken dhateng tiyang sanès bab
gesang kita ingkang èlok, binerkahan lan rahayu. Gusti Yésus
nembé memulang kita bab gesang ingkang ndayani nyata tumrap
tiyang sanès ing jagad punika. Kita punika cita rasa srana suka
paring sarem ing sakeliling kita. Kita punika pepadhang ingkang
madhangi margi kaadilan kratoning Allah. Gusti Yésus ngersakaken
supados kita sedhep lan sumunar, ingkang nélakaken kamulyaning
Gusti ing jagad punika. Sarem lan pepadhang, kekalihipun
wonten mboten kanggé dhirinipun piyambak. Kekalihipun saged
tumanja nalika kaginakaken, kasunaraken. Kadosdéné Yésus
maringaken sariranipun kanggé tiyang sanès. Sarem lan pepadhang
mboten sumimpen ing kanyatan ingkang mboten cetha lan
kalimputan raos ajrih, ananging rumasuk lan ngewahi kiwa-
tengenipun.
Mekaten ugi para muridipun Yésus katimbalan supados
nyata wonten lan kanggé tiyang sanès. Nanging Gusti Yésus ugi
ngémutaken bilih sarem saged dados tawa (môranthê), ical
asinipun utawi aosipun. Mekaten ugi sunar pepadhang migunani
supados tiyang saged ningali, mboten malah dikurebi tompo. Ing
pangertosan punika, pepadhang mboten namung damel tiyang
saged ningali punapa kémawon ingkang kinersakaken, nanging
ugi supados tiyang sanès saged ningali tumindak kaadilan
ingkang katindakaken para murid. Kejawi punika, tiyang sanès
ugi saged mangretosi daya sawingkinging tumindak punika,
inggih punika kuwaosipun Gusti Allah!
Kadosdéné “sarem” lan “pepadhang” wonten sesambetanipun
kaliyan paédah muridipun Yésus ing jagad punika, mekaten ugi
62 Panduan Merayakan Liturgi Gereja
kawigatosaipun Gusti Yésus dhateng paugeran/Torèt punika bab
tumindak saé lan leres sacara wetah. Ing khotbah punika Yésus
njlèntrèhaken maknaning paugeran kanggé kanyatan
kontemporèripun (kahanan jaman sapunika), mboten kanggé
nyuwak/ mbatalaké Torèt (5:17-20). Gusti Yésus miturut
Matéus, punika tiyang Yahudi ingkang setya dhateng paugeran.
Nanging Gusti Yésus ngersakaken kanggé nindakaken Torèt,
tegesipun nafsiraken maknanipun kanggé praktèk kontemporèr.
Wonten daya pambereg ing pangertosan punika, bilih integritas
punika sanès prakawis sepélé lan gampil! “Manawa kasampurnanmu
ora ngungkuli kabeneraning para ngulama lan para wong Farisi,
kowé mesthi ora bakal lumebu ing Kratoning Swarga."(5:20).
Pangandika punika mboten kanggé ngasoraken para ngulama
lang tiyang Farisi. Kita kedah ngakeni tiyang Farisi punika
sejatosipun nggadahi pengaruh saé tumrap masyarakat Yahudi
rikala semanten. Masyarakat ugi sami ngajèni tiyang Farisi
karana patrapipun saé. Tiyang Farisi ugi asring dundum kawruh
kapitadosan baken kaliyan Gusti Yésus. Kekalihipun pitados bilih
hukum kedah dipun trapaken ing sadaya babaganing gesang. Ing
antawising béda pemanggih, inggih punika, tiyang Farisi pitados
wontenipun paugeran kalih warni, ingkang sinerat lan lésan.
Gusti Yésus ketingalipun mboten sarujuk kaliyan “hukum lésan”
ingkang dipun trapaken sacara kaken, formalis lan saged
dhumawah ngegungaken dhiri. Menawi kita bandhingaken
kaliyan pemanggihipun Paulus (2Kor.1:1-12(13-16), umat saged
dhumawah ngegungaken kawicaksanan lan pangarsaning jagad
katimbang dhateng kawicaksananipun Allah. Para murid, tiyang
pitados kedah langkung pitados dhateng kawicaksanan lan
pangrèhipun Allah ing jagad punika katimbang para pangarsa
ingkang misuwur punika.
Sadhèrèk kinasih, kita kedah nggadahi integritas. Mokal kita
martosaken “kabar becik” menawi gesang kita punika “kabar
awon!” Kita mboten saged martosaken kasarasan menawi kita
mboten ngalami wujud ingkang wetah, ingkang kinersakaken
dening Gusti ing gesang kita, kadosdéné sarem ingkang ical
asinipun lan pepadhang ingkang dikurebi tompo. Kados unèn-
unèn, “umumipun kita punika nggadahi alamat nanging mboten

Khotbah Jangkep Februari 2023 63


saged kapanggihaken ing ngrika.” Utawi mbokmenawi kita punika
kawentar saé, nanging mboten ngetingalaken sejatosipun kita.
Minangka umat mbokmenawi kita ngaken ngugemi piwulangipun
pasamuwan, nanging mboten kawujud nyata ing tengahing
pasamuwan. Pangibadah-pangibadah kita sejatosipun minangka
tumindak ingkang penting lan nggadhahi makna. Pangibadah badhé
nggadhahi makna menawi sinarengan tumindak leres lan adil
dhateng sesami, rinoncè ing maneka warni gesang sesarenganipun
umat kados ingkang dipun kersakaken Gusti. (Yesaya 58:1-9a).
Mboten namung formalitas nanging integritas!
Sadhèrèk kinasih, kita kedah manggèn ing papan ing pundi
kita sebataken. Punika ingkang kita tindakaken nalika mboten
wonten ingkang ningali, lah punika ingkang kita tindakaken
nalika kita mboten ing ngajengipun tiyang kathah. Lah, punika
kaca pangiloning integritas karohanen kita, kautamen-kautamen
lan kaprihatosan kita sadaya. Menawi kita dundum bab punika
dhateng tiyang sanès, kita badhé ngraosaken kados ing griya kita
piyambak minangka brayat kratoning Allah. Menawi kita
ngersakaken dados tiyang ingkang nggadahi integritas, punika
mboten badhé kalampahan ing wekdal sedalu kémawon. Punika
kelampahan ing salaminipun kita gesang lan kedah karancang.
“Kowé iku padha dadi uyahing bumi.” “Kowé iku padha dadi
pepadhanging jagad.” Sarem lan pepadhang nggambaraken integritas
Kristen kita. Pasemon punika mbereg kita supados kuwagang
nglampahi lan andum iman kita. Awit, kados pangandikanipun
Gusti, “pepadhangira bakal sumorot ana ing pepeteng sarta
pepetengira bakal kaya wayah tengangé.” (Yesaya 58:10) “Haléluya!
Rahayu wong kang ngabekti marang Pangéran Yéhuwah, kang
banget kasengsem marang sakehing pepakoné, anak-putuné
bakal santosa ana ing bumi, turuné wong bener bakal diberkahi!”
Amin!

64 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 12 Februari 2022
Minggu Biasa V - Minggu ke-6 Setelah Epifani (Hijau)

TEMA PERAYAAN IMAN


Memilih Untuk Hidup

TUJUAN:
Agar peserta ibadat lebih berhikmat, mengerti konsekuensi
kehidupan yang penuh dinamika, dengan tetap mengandalkan
Tuhan dalam menjalin relasi dengan sesama.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Ulangan 30:15-20
Tanggapan : Mazmur 119:1-8
Bacaan II : 1 Korintus 3:1-9
Bacaan Injil : Matius 5:21-37

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anuggerah : Mazmur 119:2-3
Petunjuk Hidup Baru : Mazmur 119:2-3
Persembahan : Matius 5:23-24

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Pujian : KJ 15 :1-3
Penyesalan : KJ 467:1, 2
Kesanggupan : KJ 424:1, 4
Persembahan : KJ 257:1-3
Penutup : KJ 426:1, 2

Bahasa Jawa
Pamuji : KPJ 14 :1, 3, 4
Pangakening Dosa : KPJ 54:1-3
Kesanggeman : KPK 318:1-3
Pisungsung : KPK 161:1-
Panutup : KPK 343:1, 2

Pdt. Johan Budiman, S.Si (GKJ Mertoyudan)


Khotbah Jangkep Februari 2023 65
DASAR PEMIKIRAN
Hidup itu hirup, yaitu tarikan nafas cerdas untuk
mendapatkan kekuatan oksigen, agen paten yang berkompeten
guna meneruskan nyawa di dunia.
Dalam kehidupan ada aneka pilihan yang mesthi dieksekusi,
pilihan-pilihan tersebut menjadikan kita gabut dan terkejut,
karena ternyata ada dilema bagi kita orang percaya, sehingga
hanya sabda Tuhan yang kita jadikan landasan untuk
menentukan pilihan sebagai dasar menjalin hubungan kita
dengan sesama manusia.

KETERANGAN BACAAN
Bacaan kita merupakan sabda ucapan bahagia dari Tuhan
Yesus Kristus, khusus membahas dengan cerdas, relasi
manusiawi dengan berdasarkan firman Tuhan yang telah
diwariskan nenek moyang bangsa Yahudi, yang mesthi
diterjemahkan ulang sesuai dengan situasi dan kondisi di
lapangan dengan segala keadaan dan perubahan yang terjadi dan
terkini, tetapi harus tetap di sinari terang ilahi.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Memotivasi kepada semua peserta ibadat,untuk terlibat
menciptakan hubungan dengan sesama manusia dalam suasana
cinta sebagai bukti dan aplikasi Hukum Kasih, sehingga
peribadatan bukan hanya diterjemahkan secara ritual tetapi juga
ditunjukkan dalam kehidupan sosial keseharian, maka pokok-
pokok khotbah adalah:
1. Kontektualisasi (menerjemahkan ulang) warisan ajaran,
2. Mencegah seawal mungkin sebelum kekerasan terjadi,
3. Liturgi ritual harus seimbang dengan liturgi sosial.

66 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

MEMILIH HIDUP

“Salam Kasih Tuhan Yesus Kristus”.


Jika ditetapkan bahwa hari pahlawan adalah tanggal 10
Nopember, pasti kita semua mengerti alasannya, karena
peristiwa perang di kota Surabaya, ketika arek-arek Surabaya
melawan tentara Inggris dan Belanda, dan Surabaya dijuluki kota
Pahlawan. Pertanyaannya adalah, apakah untuk menjadi
pahlawan harus dengan cara berperang? Padahal perang
merupakan kegagalan manusia mencipta relasi dan komunikasi,
bahkan peperangan adalah bentuk kekerasan yang direncanakan
yang menghasilkan derita, juga kesengsaraan.
Dengan demikian perlu penerjemahan ulang untuk
mengartikan peperangan, jangan hanya dijadikan sarana untuk
mendapatkan pahlawan karena dilemanya adalah kesengsaraan.
Saat ini ada yang lebih diprioritaskan untuk diperangi selain
pandemi , ya kekerasan itu sendiri ternasuk perang di dalamnya.
Artinya, semula perang dijadikan mesin pencetak pahlawan,
tetapi kini semakin dimengerti bahwa perang menjadi satu di
antara bencana di dunia, sehingga peperangan bukan pilihan
kehidupan tetapi kematian.
Maka bacaan kita di Matius, menuliskan bagaimana Yesus
Kristus mengajak menerjemahkan ulang ajaran nenek moyang
tentang pembunuhan yang semula hanya sebatas fenomena
hukum, tetapi kini menjadi bukti relasi hati kita, mengasihi
sesama, bahkan marah saja bisa jadi kendala bahkan sumber
bencana yang berbahaya dalam kehidupan, apalagi jika
kemarahan dalam bentuk massal, diprovokasi dan ditunggangi
banyak kepentingan.
Untuk melakukan aksi unjuk rasa atau demo, ada persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu pemberitahuan tertulis kepada Polri
yang memuat: Maksud dan tujuan, tempat, lokasi, route, waktu
dan lama pelaksanaan, bentuk, penanggungjawab, nama dan
alamat organisasi, kelompok, perorangan, alat peraga yang
digunakan dan seterusnya.

Khotbah Jangkep Februari 2023 67


Ini semua adalah cara pencegahan agar unjuk rasa tidak
melebar, dan buyar ke mana mana, yang bisa berbahaya bagi
warga Negara.
Ini sama ketika Tuhan Yesus menyarankan bagi yang hatinya
penuh kemarahan dan emosi disarankan dihukum, ini bukti dari
sebuah pencegahan dari Tuhan yang juga bagian dari pilihan
kehidupan.
Memilih hidup di dalam Tuhan tidak cukup hanya ditunjukkan
secara formal dan ritual. Rajin dan aktif ibadat di gereja, tetapi
dengan tetangga dan masyarakat berlaga dan bermain silat, alias
selalu bertempur dan tidak pernah akur.
Maka Tuhan Yesus dengan serius memberi teladan persembahan
yang tidak sah dan tidak indah, ketika persembahan kepada
Tuhan diberikan dengan masih meninggalkan perasaan permusuhan
dengan teman, ini mesthi diselesaikan.
Saudara-Saudara jika bersama Tuhan kita memilih hidup,
artinya kita menyadari bahwa kehidupan senantiasa ada
perubahan dan pergantian, demikian juga berkomunikasi dan
berelasi dengan sesama manusia, biar saja dengan mendasarkan
dengan firman Tuhan yang diwariskan oleh nenek moyang,
tetapi mesthi di diterjemahkan ulang, baik pengertian dan
tindakan, selanjutnya supaya hal ini tidak sebatas wacana dalam
ibadat ritual tetapi dinyatakan dalam tindakan sosial keseharian.
Amin.

68 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

MILIH GESANG

“Tentrem rahayu wonten ing Gusti Yesus Kristus”.


Menawi sampun katetepaken bilih dinten pahlawan punika
tanggal 10 Nopember, mesthi saperangan ageng panjenengan lan
kula mangertos dhasaripun awit ngemut-emut peprangan ing
kitha Surabaya nalika arek-arek Surabaya nglawan tentara
Inggris lan Walandi, milanipun mboten maiben menawi Surabaya
dipunparabi kitha Pahlawan. Pitakenanipun, punapa supados
dados pahlawan kedhah kanthi cara perang? Kamangka perang
mujudaken kawonipun manungsa mangun sesambetan lan imbal
wawan pangandikan, malahan ugi, perang punika ujuding
tumindak ingkang njalari tiyang sanes nampi kapitunan ingkang
sampun karancang saha ndadosaken kasangsaran.
Kanthi mekaten perlu panjenengan lan kula, mangsuli
nandhesaken bab perang, sampun ngantos kaartosaken namung
sarana kangge ngasilaken pahlawan, awit ing kasunyatanipun,
nuwuhaken kasangsaran. Wekdal punika wonten bab-bab ingkang
katengenaken ingkang kedah dipun perangi lan dipun adhepi,
inggih punika sasanesipun pandemi ugi budayaning kekerasan,
inggih kalebet perang punika ugi.
Tegesipun, ing sakawit perang kadadosaken mesin nyithak
pahlawan, ananging sapunika sansaya dipun mangertosi bilih
perang dados salah satunggaling pageblug kamanungsan, pramila
perang sanes pilihaning gesang, ananging kosokwangsulanipun,
punika pilihaning pepejah.
Pramila waosan ing Injil Matius, nyerat kadospundi Gusti
Yesus Kristus, ndawuhi mangsuli nandhesaken piwulang saking
para leluhur gegayutan kaliyan mejahi tiyang, ingkang rumiyin
namung winates dumugi pranatan, ananging sapunika, dados
bukti sesambetan talining batin ingkang nnresnani dhateng
sesami, malahan bab sikap nepsu, saged dados pepalang ugi
sumbering pageblug ingkang mbebayani ing panggesangan,
punapa malih menawi nepsu sesarengan boten piyambakan,
wonten ingkang “provokasi” ugi dipun tunggangi dening warni-
warni kepentingan.
Khotbah Jangkep Februari 2023 69
Kangge nindakaken aksi unjuk rasa utawi demo, wonten
syarat-syarat ingkang kedah dipun tindakan, inggih punika:
nyaosi pirsa kanthi serat dhateng Polri ingkang isinipun: Maksud
lan tujuanipun, panggenan utawi lokasi, rute, wekdal, dangunipun
demo, ujudipun, penanggungjawab, nama lan alamat organisasi,
kelompok, perorangan, alat peraga ingkang kaginaaken, lan
sakpiturutipun.
Sadaya punika mujudaken cara supados demo boten buyar,
liar lan ambyar dumugi pundi-pundi, punika saged mbebayani
tumrap sinten kemawon.
Punika sami nalika Gusti Yesus paring dhawuh dhateng tiyang
ingkang kebak kanepson, prayoginipun dipunukum kemawon,
punika bukti cara supados kanepson boten ngambra-ambra
dados prahara. Punika ujuding batos ingkang milih gesang.
Milih gesang wonten ing Gusti boten cekap namung katedahaken
kanthi cara formal lan ritual. Sregep dhateng greja, dados aktifis,
ananging kaliyan tanggi tepalih, remen padu lan boten akur.
Primila Gusti Yesus maringi pitedah pisungsung ingkang endah
lan katampi sah ing ngarsanipun Gusti Allah, menawi nalika
nyaosaken pisungsung, kedah sampun ngrampungaken sadaya
regejegan lan memengsahan kaliyan kanca lan mitranipun.
Para Sadherek menawi sesarengan kaliyan Gusti, panjenengan
lan kula kedah milih gesang, tegesipun emut bilih ing gesang
tansah wonten ewah-ewahan, sadaya gilir gumanti, mekaten ugi
sesambetan, lan imbal wawan pangandikan dhateng sesami, sinaosa
kanthi lelandhesan pangandikanipun Gusti Allah ingkang lumantar
para simbah, ananging kedah tansah karibah, dadosa punika
pangertosan punapadene tandang grayang, ingkang kacundhukkan
kaliyan kawontenan, lan salajengipun supados sedaya boten
namung dumugi piwulang ing pangabekti, utawi ritual, pramila
kedah kabukti ing gesang secara sosial padintenan. Amin.

70 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Minggu, 19 Februari 2022
Minggu Transfigurasi (Putih)

TEMA PERAYAAN IMAN


Dengarkanlah Dia

TUJUAN:
Agar peserta ibadat mengakui kemuliaan Tuhan dengan cara
tetap mendengarkan suara Tuhan di tengah suara-suara di dunia
yang menggoda.

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Keluaran 24:12-18
Tanggapan : Mazmur 2 (99)
Bacaan II : 2 Petrus 1:16-21
Bacaan Injil : Matius 17:1-9

DAFTAR AYAT LITURGIS


Berita Anugerah : 2 Petrus 1:3
Petunjuk Hidup Baru : 2 Petrus 1:3
Persembahan : Mazmur 99:2-3

DAFTAR NYANYIAN LITURGIS


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 14:1-3
Pujian Penyesalan Dosa : KJ 25:1, 2
Pujian Kesanggupan : KJ 400:1, 4
Pujian Persembahan : PKJ 2:1, 2
Pujian Pengutusan : Lagu Persekutuan: “Dengar Dia
Panggil Nama Saya
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPJ 3:1
Kidung Panelangsa : KPK 4:1, 2
Kidung Kesanggeman : KPJ 26:1-3
Kidung Pisungsung : KPJ 165:1, 2
Kidung Pangutusan : KPJ 155:1, 2

Pdt. Johan Budiman, S.Si (GKJ Mertoyudan)


Khotbah Jangkep Februari 2023 71
DASAR PEMIKIRAN
Manusia diyakini sebagai ciptaan termulia dengan ciri akal
budi yang dimiliki karunia ilahi, tetapi situasi ini bisa menjadi
jebakan dan menghilangkan kemulian Tuhan, ketika manusia
hanya mengandalkan dan puas kepada akal budinya yang
terbatas, apalagi ketika ada kekuatan kegelapan bersinergi
dengan akal budi, ini energi ngeri, Kitab Suci memberikan
ungkapan “srigala berbulu domba atau juga: Iblis manis, terbang
menjadi malaikat terang,…wooww menakutkan tenan! maka
hanya mendengarkan Tuhan yang penuh kemuliaan dan tak
berkesudahan itulah yang kita andalkan.

KETERANGAN BACAAN
Bacaan kita, menceritakan Tuhan Yesus dimuliakan di Gunung
Tabor, tempat yang saat ini menjadi salah satu lokasi wisata
rohani ke tanah suci. Di sana didirikan tiga bangunan gereja
berdampingan: Gereja Musa, Gereja Yesus Kristus, dan Gereja
Elia, Gereja Yesus Kristus ada di tengah dan paling megah. Ini
bertujuan memotivasi supaya kita mengutamakan Tuhan dalam
perjalanan pelayanan, bukan terpesona pada manusia juga
sarana dunia yang tak sempurna dan hanya semen ra saja, maka
kuncinya hanyalah: dengarkan Tuhan.

POKOK DAN ARAH PEWARTAAN


Belajar mendengarkan suara hati, bukan emosi dan ambisi,
sehingga setiap pelayanan yang kita lakukan adalah ketulusan
dan kejujuran bukan hanya sandiwara dan rekayasa dan terjebak
pada penjara kemuliaan manusia, kemuliaan benda, karena
semuanya tak sempurna hanya sementara, hanya Tuhan yang
mulia, tak ber kesudahan dan dapat diandalkan.

72 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA

DENGARKANLAH DIA

Salam Kasih Tuhan Yesus Kristus”.


Saudara, 5 hari yang lalu merupakan peringatan Hari Kasih
Sayang atau Valentine Day, yang jelas antusias adalah para pemuda
remaja, dengan semangat memberikan dan mendapatkan coklat
dari sahabat, teman juga gebetan. Apakah yang tua tidak boleh
merayakan? Tentu tidak demikian, tetapi faktanya para anak
mudalah yang menjadikan ini tradisi yang mesti dijalani , jika
tidak, rugi katanya, apalagi jika ada hati yang hendak di tembak,
Dorrr! I Love You.
Kasih sayang mestinya mulia tujuannya, tetapi awas bisa
menjadi ganas jika ternyata dijadikan alasan untuk memuaskan
emosi dan ambisi duniawi. Ini terjadi bukan hanya dalam
kehidupan keseharian, tetapi juga dalam dunia pelayanan.
Mungkin ada yang pernah mendengar kabar meninggalnya
pendeta yang berwibawa dan berkharisma, ketika ia ternyata
bisa mati juga, maka jemaatnya percaya ia akan dibangkitkan oleh
Tuhan karena kekuatan cinta dan doa dari jemaatnya. Bayangkan
jika ini benar-benar terjadi, bisa bisa ada Paskah versi ketiga:
pertama oleh orang Yahudi yang memperingati keluarnya Israel
dari Mesir, kedua kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, ketiga
kebangkitan pendeta Indonesia yang sakti mandraguna.
Ini bukti cinta manusia yang hanya mendengarkan emosi
dan ambisi manusiawi dan tidak mendengarkan suara Tuhan,
bahwa manusia yang mulia tetapi ada batas usianya. Tujuh puluh
atau delapan puluh, jika kuat, ingat itu hibur Kitab Mazmur.
Sehingga peristiwa Tuhan Yesus dimuliakan di atas gunung
atau transfigurasi, karena terjadi perubahan situasi bumi ke sorgawi,
Yesus yang ada mendunia ternyata memiliki kemuliaan Tuhan,
supaya kita tidak terkecoh akan kemuliaan manusia dan dunia.
Setelah Petrus, Yakobus dan Yohannes terpesona dan
terpenjara pada penampakan tokoh rohani bangsa Yahudi yang
melegenda Musa dan Elia, sama dengan cerita jemaat gereja yang
percaya pendetanya yang mati dan pasti akan bangkit kembali,
ternyata semua sia-sia.
Khotbah Jangkep Februari 2023 73
Ternyata kembali kemuliaan dunia menggoda, ketika Petrus
berfikiran mendirikan kemah untuk Tuhan Yesus, Musa dan Elia,
mestinya dalam suasana kemuliaan sorgawi, sementara tidak
hanya berorientasi pada materi saja, tetapi bukankah sampai
hari ini banyak di antara kita yang menafsirkan kemuliaan Tuhan
dalam diri kita bahkan gereja dengan ukuran kekayaan sebagai
bentuk kesuksesan (Teologi sukses).
Akhirnya dengan peristiwa kemuliaan, Tuhan hendak
menunjukkan bahwa hanya Tuhan yang ada sentiasa tak
berkesudahan, tapi sayangnya pengertian tentang ini di hati
terkontaminasi dan tersaingi materi bumi yang lebih menarik
hati, sehingga kita lebih asyik bermain dengan kekayaan daripada
bermain dengan Tuhan. Bersyukurlah bagi kita yang cerdas rohani
dengan menggunakan kekayaan untuk memuliakan Tuhan ,maka
konsekuensinya kekayaan yang kita cari harus sesuai jalur Ilahi,
bukan korupsi. Amin.

TUHAN YESUS MEMBERKATI.

74 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA

PANJENENGANIPUN KEDAH KAPIRENGAKEN

Tentrem Rahayu ing Sihipun Gusti Yesus.


Para sadherek, gangsal dinten kepengker sawetawis tiyang
sami mengeti dinten Kasih Sayang, utawi Valentine Day, ingkang
suka lan rena mahargya punika para kadang muda, kanthi
semangat nyukani lan nampi coklat saking kanca ingkang celak
lan sekabat. Punapa tiyang sepuh boten kenging tumut? Temtu
boten mekaten tegesipun, ing kasunyatan para lare anem ingkang
ndadosaken dinten Kasih Sayang dados tradisi ingkang kedah
katindakaken, menawi boten rugi, punapa malih wonten ati
ingkang dipun tresnani badhe dipun tembak, “Door! I love You.
Kasih sayang punika temtu ancasipun kamulyan, ananging
awas sampun ngantos bablas kangge maremaken emosi lan
ambisi, lan kabukti boten namung ing gesang padintenan
ananging ugi ing jagading peladosan. Mbokbilih sampun nate
mirengaken pawartos sedanipun satunggaling pandita ingkang
kagungan kawibawan, kasunyatan nalika Gusti nimbali ing
kalanggengan boten saged endha lan suwala. Ananging tetela
para umatipun pitados bilih Sang pandita awit donga lan tresna
badhe wungu malih. Menawi bab punika saestu dumados, saged
wonten Paskah ngantos tigang versi, Ingkang sepisan, miturut
tiyang Yahudi ingkang mengeti luwaripun Israel saking Mesir.
Ingkang kaping kalih, wungunipun Gusti Yesus sasampunipun
kasalib, lan ingkang pungkasan mengeti pandita Indonesia
ingkang wungu, gesang saking pepejah awit dayaning donga lan
tresna, ananging kasunyatanipun sedaya punika boten kalampahan.
Punika wau wujuding tresna manungsa ingkang namung
ngendelaken emosi lan ambisi kamanungsan, lan boten purun
mirengaken Gusti, sinaosa manungsa gadhah watak kamulyan
ananging umuripun manungsa inggih winates, pitung dasa utawi
wolung dasa tahun, mekaten Kitab Masmur asung panglipur.
Pramila cariyos Gusti Yesus kamulyaaken ing inggil redi
dipunwastani kanthi tembung “transfigurasi” awit wonten ewah-
ewahan kawontenan donya dados suwarga, Gusti Yesus ingkang

Khotbah Jangkep Februari 2023 75


srawung kaliyan jagad tetela kagungan kamulyan kaswargan,
supados panjenengan lan kula boten kablithuk (kapusan) kaliyan
kamulyan manungsa lan donya.
Sasampunipun Petrus, Yakobus, lan Yokanan kasengsem lan
kinunjara dening Musa lan Elia, ingkang mujudaken tokoh rohani
Yahudi, punika sami kadosdene pasamuwan ingkang mitadosi
panditanipun ingkang sampun katimbalan Gusti mesthi badhe
wungu malih, ananging sadaya boten kabukti.
Pranyata kamulyan kadonyan nggodha malih dhateng Petrus
ingkang nggadhahi pepenginan ngedegaken tarub tiga kagem:
Gusti Yesus, Nabi Musa lan Nabi Elia kados ing swasana kamulyan
kaswargan, ananging Petrus taksih nengenaken bab tata lair.
Punika kabukti dumugi dinten punika, kathah ing antawis
panjenengan lan kula secara pribadi, punapa dene greja ingkang
nandhesaken bilih kamulyanipun Gusti Allah winates bab
kasugihan lan kaluberan. Malahan greja ugi mekaten, wonten
ingkang nandhesaken bilih kamulyanipun Gusti ingkang tinampi
kanthi bukti materi, kasugihan lan kaluberan. (Teologi sukses).
Pungkasanipun lelampahanipun Gusti Yesus bab kamulyaaken,
Gusti Allah badhe nedhahaken dhateng panjenengan lan kula,
bilih namung Gusti ingkang langgeng. Enjang lan sonten tansah
wonten, boten ical kados kamulyanipun manungsa lan donya.
Emanipun ngertos punika namung ing batos, saestu rekaos awit
kakisruhaken kaliyan kadonyan ingkang langkung jos lan
ngremenaken raos.
Ngucap sokur menawi panjenengan lan kula klebet lantip
(cerdas) rohani, ingkang ngginaken kaluberan lan kasugihan kagem
mulyakaken Gusti Allah, satemah kasugihan ingkang kaupadi
kanthi margi Ilahi, sanes korupsi. Amin.

Gusti Yesus Amberkahi.

76 Panduan Merayakan Liturgi Gereja


Rabu, 22 Februari 2023
Rabu Abu (Ungu)

TEMA PERAYAAN IMAN


Puasa Yang Sejati

TUJUAN: -

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Yesaya 58:1-12
Tanggapan : Mazmur 51:3-19
Bacaan II : 2 Korintus 5:20b-6:10
Bacaan Injil : Matius 6:1-6, 16-21

KETERANGAN:
Bahan Khotbah Jangkep ada di dalam buku masa Paskah 2023
yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa
Tengah

Khotbah Jangkep Februari 2023 77


Minggu, 26 Februari 2023
Minggu Pra-Paskah I (Ungu)

TEMA PERAYAAN IMAN


Mengalahkan Godaan Bersama Tuhan

TUJUAN: -

DAFTAR BACAAN:
Bacaan I : Kejadian 2:15-17; 3:1-7
Tanggapan : Mazmur 32
Bacaan II : Roma 5:12-19
Bacaan Injil : Matius 4:1-11

KETERANGAN:
Bahan Khotbah Jangkep ada di dalam buku masa Paskah 2023
yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa
Tengah

78 Panduan Merayakan Liturgi Gereja

Anda mungkin juga menyukai