Anda di halaman 1dari 74

BAHAN

LATIHAN (ONLINE)
DISKRESI PASTORAL

Pendamping:
J.B. Mardikartono, S.J.

Pusat Pastoral Yogyakarta


Pastoral Center for Church Development
DAFTAR ISI

PENGANTAR: ………………………………………..…………………. 01

TOR: LATIHAN DISKRESI PASTORAL ………….…………… 02

I. APA ITU DISKRESI? ..............................................................06

II. DARI INIGO KE IGNATIUS …………………..…….……………..….. 10

III. PEMBEDAAN ROH I ……………………………………….. 27

IV. PEMBEDAAN ROH II ………………………………………. 44

V. TEKS PEDOMAN PEMBEDAAN ROH ………………… 54

DAFTAR PUSTAKA …………..…………………………………. 68

LAMPIRAN ………………………………………………………………. 69
PENGANTAR

Bahan latihan diskresi pastoral ini disiapkan untuk


membantu para peserta, agar lebih mudah untuk mengikuti
latihan, baik dengan membaca secara pribadi maupun
mengolah bersama melalui sharing, diskusi dan latihan.
Para peserta setelah pertemuan bersama sangat dianjurkan
untuk mengulangi bahan dengan membaca secara pribadi.
Apabila mengalami kesulitan selalu disediakan waktu untuk
percakapan dengan pendamping.
Kami ucapkan terima kasih kepada para penulis yang
tulisannya kami pakai sebagai bahan bacaan dalam latihan
diskresi online ini. Demikian juga dengan gambar-gambar
yang kami pakai tanpa kami sebutkan dari siapa.
Atas perhatian dan kesediaan peserta untuk membaca
bahan ini sebelum, selama dan setelah latihan sangat kami
hargai.

PPY, 1 Juni 2021

Terima kasih
JB. Mardikartono, SJ
Pendamping

1
TOR: LATIHAN DISKRESI PASTORAL

Latar Belakang
Di era digital ini, lebih dari waktu-waktu sebelumnya
kita kerap kali mendapat aneka macam informasi melalui
media sosial dengan begitu cepat. Namun tidak semua
informasi itu benar dan berguna untuk membangun
kehidupan dalam keluarga, komunitas, jemaat/Gereja, dan
masyarakat, agar menjadi lebih baik dan damai sejahtera.
Bahkan sering terjadi informasi itu merupakan berita hoax
(bohong), membingungkan, menghasut, dan bisa memecah
belah persatuan dan kerukunan. Maka dalam era digital ini
kita harus dengan bijaksana dalam memilih informasi
sebelum menggunakan atau menyebarkan. Dalam situasi
dan kondisi seperti ini kita perlu memiliki kemauan dan
kemampuan mengambil keputusan yang bijaksana dengan
pertimbangan yang mendalam, baik secara spiritual
maupun secara intelektual.
Melalui latihan diskresi pastoral yang bersumber pada
Latihan Rohani Santo Ignasius Loyola kita sebagai pelayan
pastoral (konselor pastoral atau pelayanan pastoral
lainnya) akan belajar bagaimana mengambil keputusan
yang bijaksana dan mendalam, baik secara spiritual maupun
secara intelektual. Sebab dalam Latihan Rohani Santo
Ignasius Loyola, khususnya melalui pembedaan roh dan
diskresi kita sebagai orang beriman dilatih untuk menyadari
gerakan-gerakan batin, dan mengenal ke arah mana
gerakan-gerakan batin itu membawa diri kita: semakin

2
mendekati Allah atau semakin menjauhi Allah. Kemudian,
kita mengambil keputusan atau pilihan menurut bimbingan
Roh Kudus dan kehendak Allah serta meneguhkan pilihan
tersebut dalam rahmat Allah dengan menjalankannya.
Di era digital ini, istilah diskresi pastoral dipakai oleh
Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Amoris Laetitia
(disingkat AL, Sukacita Kasih no. 300 - 312) dalam konteks
pendampingan pastoral keluarga yang diterbitkan sebagai
Seruan Apostolik Pascasinode Paus Fransiskus, 19 Maret
2016. Secara ringkas diskresi pastoral dapat dikatakan,
bahwa cara bertindak di dalam berpastoral, bagi para
pelayan pastoral tidak hanya menerapkan peraturan dan
hukum. Peraturan dan hukum menjadi unsur yang
membantu dalam menemukan kehendak Allah dan
melayani sesama. Dalam Seruan Apostolik Gaudete et
Exsultate (disingkat GE, Bersukacita dan Bergembiralah)
yang diterbitkan pada 19 Maret 2018 Paus Fransiskus
mengatakan, bahwa penegasan rohani (diskresi pastoral)
diperlukan tidak hanya pada saat luar biasa, atau ketika kita
harus menyelesaikan persoalan-persoalan berat, dan
membuat keputusan-keputusan penting (GE no.169).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas fokus perhatian latihan
ini adalah memperkenalkan apa itu diskresi pastoral
(penegasan rohani) menurut Latihan Rohani Santo Ignatius,
baik secara pemahaman maupun melalui latihan?

Tujuan Latihan
1. Memperkenalkan diskresi pastoral (penegasan
rohani) menurut Latihan Rohani Santo Ignatius.

3
2. Melatih pengambilan keputusan menurut metode
diskresi.
3. Ikut merayakan 500 tahun pertobatan St. Ignatius
Loyola (20 Mei 1521-2021).

Materi
1. Dari Inigo ke Ignatius
2. Diskresi Pastoral (Penegasan Rohani)
3. Pedoman Pembedaan Roh I dan II
4. Latihan Pemeriksan Batin dan Diskresi

Keterangan Lainnya
Peserta Konselor pastoral, mitra AKPI dan para
pelayan pastoral lainnya.
Waktu Rabu-Jumat, 7-9 Juli 2021.
Media Zoom Meeting (10.00-12.00) WIB
Pendamping Rm. J.B. Mardikartono, S.J (Tim Pusat
Pastoral Yogyakarta)
Fasilitator Theresa Sadhati Setyaningrum (Staff
Pusat Pastoral Yogyakarta)
Penggantian Rp. 200.000,- (untuk 3 kali pertemuan
Materi dan percakapan pastoral online)
Fasilitas Semua softcopy materi, konsultasi
secara online, dan e-sertifikat.
Pendaftaran WA/CALL: 0878-4771-3838 (Tessa)
Email: puspas08@gmail.com

4
SUSUNAN ACARA

Rabu, 7 Juli 2021


10.00-12.00 WIB Pembukaan dan Perkenalan
1. Latihan Rohani dan Pembedaan
Roh.
2. Pembedaan Roh I untuk
Membedakan
3. Pengantar Bacaan Rohani
Kamis, 8 Juli 2021
10.00-12.00 WIB 4. Refleksi dan Sharing atas Bacaan
Rohani: Pembedaan Roh I
5. Pembedaan Roh II untuk
Memutuskan
6. Doa Pemeriksaan Batin
Jumat, 9 Juli 2021
10.00-12.00 WIB 7. Refleksi dan Sharing atas Bacaan
Rohani: Pembedaan Roh II
8. Latihan Diskresi
Sabtu, 10 Juli 2021 (Tentative)
10.00-12.00 WIB 9. Sharing dan Evaluasi

5
I

APA ITU DISKRESI?

1. Asal-usul dan Arti Kata Diskresi.


Kata diskresi berasal dari discretio spirituum (bahasa
Latin) artinya pembedaan roh. Kata discretio berasal dari
kata kerja discernere yang artinya: melihat dengan mata,
telinga dan indra lainnya, dan juga dengan akal budi. Dalam
bahasa Inggris to discern= melihat perbedaan antara,
discernment= ketajaman (lihat: John M. Echols dan Hassan
Shadily, Kamus Inggris Indonesia, 1986). Diskresi berarti
kebijaksanaan (lihat: Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Baru, 2009). Oleh karena itu pada umumnya diskresi berarti
pembedaan roh, untuk membedakan mana roh baik dan
mana roh jahat, agar kita dapat menggambil keputusan
bijaksana berdasarkan akal budi dan kehendak bebas kita
sesuai dengan kehendak Allah. Dengan mengadakan
diskresi kita mau memilih roh baik agar kita juga
menemukan apa yang dikehendaki Allah. Mengadakan
diskresi tidak selalu berarti mengambil keputusan atau
memilih sesuatu yang sama sekali baru, tetapi sesuatu yang
telah dihayati tetapi perlu ditegaskan kembali, agar hidup
kita tetap sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu
memgadakan diskresi juga disebut penegasan rohani.

2. Mengapa Kita Perlu Mengadakan Diskresi?


Dalam rangka mengikuti Yesus Kristus dan terlibat
dalam karya penyelamatan Allah serta ikut serta
6
melaksanakan tugas perutusan-Nya melalui pelayanan
pastoral, kita harus terus menerus memurnikan diri
manakah yang telah mendorong kita dalam pelayanan,
pengaruh roh baik atau pengaruh roh yang jahat? Dengan
kata lain diskresi membantu kita untuk melatih menyadari
gerakan-gerakan batin, dan mengenal ke arah mana
gerakan-gerakan batin itu membawa diri kita: semakin
mendekati Allah atau semakin menjauhi Allah. Setiap dari
kita memiliki kebebasan untuk memilih, namun juga harus
mengembangkan rasa tanggungjawab baik secara pribadi
maupun bersama untuk menemukan kehendak Allah. Maka
diskresi selain melatih kepekaan juga membantu kita untuk
mengembangkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan
pelayanan pastoral dengan keputusan yang bijaksana sesuai
kehendak Allah.

3. Sejak Kapan Diskresi sudah Dipraktikan?


Dalam Perjanjian Lama diskresi tercermin dalam
proses pemilihan dan panggilan seseorang menjadi nabi:
Apakah nabi itu nabi sejati atau nabi palsu? Seorang nabi
sejati adalah dipanggil oleh Allah. Ia setia pada Allah,
mewartakan dan bertindak dalam nama Allah. Sedangkan
nabi palsu atau nabi Baal tidak melaksanakan perintah-
perintah Allah. Nabi palsu mencari kesenangan dan
popularitas sendiri. Cara hidupnya tidak memberi kesaksian
nyata dan mudah kompromi dengan penguasa yang
menindas (1 Raja-Raja 18: 16-46). Raja Salomo yang dikenal
sebagai raja yang bijaksana pernah mohon untuk dapat

7
membedakan antara yang baik dan yang jahat (1 Raj 3:5-
16). Contoh lain diskresi gaya Gideon (Hak 6: 1-7:8).
Dalam Perjanjian Baru diskresi sudah dibuat oleh:
Yohanes (Yoh 1:19-28; 3:22-36); Maria (Luk 1:26-38); Yosef
(Mat 1:18-25); Yesus (Luk 22:42; Mat 26:39; Yoh 12:27 dan
Mat 4:1-11). Dalam salah satu surat Paulus kita menemukan
nas ini: 1 Kor 12: 10... “Ia memberikan karunia untuk
membedakan bermacam-macam roh”. Dalam surat Yohanes
dikatakan demikian: “...janganlah percaya akan setiap roh,
ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab
banyak nabi-nabi palsu...” (1 Yoh 4:1).
Pada abad ketiga para petapa di padang gurun bercita-
cita mengadakan “perang rohani” melawan setan dan ingin
menjumpai para malaikat. Mereka mau meneladan Yesus
waktu berpuasa 40 hari di padang gurun Yudea. Origenes
(+254) seorang petapa mendasarkan hidupnya dengan: 1.
Kitab Suci; 2. Pergumulan batin; 3. Pembedaan Roh
(diskresi); 4. Bimbingan Rohani. Jadi praktik diskresi terus
berlanjut baik dalam Kitab Suci maupun dalam kehidupan
para petapa di padang gurun dan selanjutnya seperti di
bawah ini.
St. Benediktus dari Nursia (+555) yang terkenal
karena membuat Regula (= aturan hidup membiara) pada
Regula no. 64 menyebutkan bahwa seorang Abas
(pemimpin biara) sebelum memberi perintah harus
membuat diskresi terlebih dahulu, sebab diskresi adalah ibu
dari keutamaan.
Santo Ignatius Loyola (+1556) dalam riwayat
hidupnya yang ditulis oleh Pater Luis Goncalves da Camara

8
S.J., khususnya dalam pengalaman pertobatannya
menceritakan pengalamannya tentang Discretio Spirituum.
“Ia mengalami perbedaan ini: Bila berpikir mengenai hal-hal
dunia, ia memang senang sekali, tetapi kalau berhenti,
karena capai, ia merasa kering dan tidak puas. Sebaliknya
bila berpikir mau pergi ke Yerusalem tanpa sepatu, dan
hanya makan sayuran, dan menjalankan semua hal yang lain
yang berat, yang dilihatnya pernah dilakukan oleh para
santo, ia merasa terhibur. Bahkan tidak hanya pada saat ia
sedang dalam pikiran itu, tetapi saat-saat kemudian, bila
pikiran itu telah ditinggalkannya, ia tetap merasa puas dan
gembira. Akan tetapi ia tidak memperhatikan hal itu dan
juga tidak menyempatkan diri untuk mempertimbangkan
perbedaan itu. Pada suatu saat matanya dibuka sedikit, dan
ia mulai merasa heran akan perbedaan itu dan mengadakan
refleksi tentang hal itu. Berdasarkan pengalaman ia mulai
menyadari bahwa dari pikiran yang satu ia menjadi murung,
dan dari yang lain gembira. Sedikit demi sedikit ia mulai
menyadari perbedaan roh-roh yang menggerakkannya: satu
dari setan, yang lain dari Allah” (Wasiat & Petuah St.
Ignatius, hal.14). Catatan dari Pater Luis Goncalves da
Camara, SJ: “Ini refleksinya yang pertama atas perkara-
perkara Allah. Di kemudian hari, ketika ia menyusun Latihan
Rohani (LR). Mulai dari sini ia mendapat terang mengenai
pembedaan roh-roh”. Latihan diskresi pastoral ini akan
mendasarkan pada Latihan Rohani Santo Ignatius,
khususnya pada Pedoman Pembedaan Roh-roh (LR no.313
– 336). J.B. Mardikartono, S.J.

9
II

DARI INIGO KE IGNATIUS1

Inigo 1506 – 1521 Ignatius 1521 - 1556

Pengantar
Autobiografi Santo Ignatius Loyola lebih ingin
menunjukkan bagaimana relasi yang terjadi antara dirinya
dengan Allah. Karena itu riwayat yang hendak disampaikan
di sini adalah riwayat hidup rohaninya.
“Dari Inigo ke Ignatius” menampilkan peziarahan
batin Ignatius yang dibimbing Allah dalam hidupnya. Secara
singkat, Inigo mewakili seluruh pengalaman Ignatius
sebelum pertobatannya. Sementara Ignatius, nama yang
dipakainya sejak di Paris, memperlihatkan hidup baru Inigo

1
Pando, S.J., Melkyor. “Dari Inigo ke Ignatio”.
https://parokibongsari.com/st-ignatius-loyola/, diakses 10-02-2021
10
yang telah mengalami pertobatan dan perubahan orientasi
hidup kepada Allah. “Dari Inigo ke Ignatius” hendak
menekankan peristiwa Allah membimbingnya dan segala
daya upayanya menanggapi bimbingan Allah tersebut.
Nama asli Santo Ignatius Loyola adalah Inigo Lopez de
Onaz y Loyola. Inigo lahir pada tahun 1491 di kota Azpeitia
provinsi Guipúzcoa, Spanyol, dari pasangan Beltran Ibanez
de Onaz y Loyola dan Marina Sanchez de Licona y Balda. Dia
adalah anak bungsu dari 13 bersaudara. Ibunya meninggal
saat ia masih bayi. Zaman Inigo hidup (abad XV - XVI)
diwarnai dengan aneka hal baru: zaman Renaissance
(kembali ke seni dan literatur klasik) dengan tokohnya
Leonardo da Vinci (1452-1519), Michaelangelo Buonarroti
(1475-1564). Selain itu berkembang pula Filsafat
Humanisme (melihat manusia dan rasio sebagai hal yang
penting) dengan tokohnya Desiderius Erasmus (1466–
1536), Thomas More (1478–1535), Martin Luther (1483-
1546).

Inigo Muda
Inigo muda (1506-1517) bekerja magang pada
seorang bendahara Raja Ferdinand yakni Juan Velazquez de
Cuellar di kota Arevalo. Cita-citanya memang menjadi
ksatria kerajaan. Dia belajar tentang nilai-nilai feodal
seperti: pengabdian, totalitas, mau berbagi dengan sesama,
kebanggaan sebagai bangsawan. Dia juga menikmati masa
mudanya dalam berlatih sebagai pemain pedang, membaca
buku-buku roman, dan mengejar wanita bangsawan. Inilah
hidup yang diimpikannya: turnamen naik kuda dengan

11
rompi baja dan tombak, berburu, perselisihan yang
diselesaikan dengan duel, menikmati pertunjukan, judi dan
bermain perempuan. Inigo tak pernah berdoa kepada Bunda
Maria begitu khusyuk selain kalau akan menghadapi duel. Di
Arevalo, bibinya, Maria Velasco, mengingatkannya, “Inigo,
kamu tidak pernah akan belajar menjadi bijaksana sebelum
seseorang mematahkan kakimu.”
Autobiografi 1. Sampai umur 26 tahun dia seorang
yang hanya memikirkan permainan duniawi, dan
kesenangan pokoknya adalah latihan senjata dengan
keinginan besar mau memperoleh kehormatan.

Setelah Juan Velazquez de Cuellar meninggal Agustus


1517, Inigo mengabdikan diri pada Antonio Manrique de
Lara, pangeran Najera (Navarre) sebagai seorang ksatria.
Mereka menduduki Pamplona, kota kecil perbatasan antara
Perancis dan Spanyol. Tahun 1521 Raja Perancis
memutuskan untuk menyerang Spanyol dari Navarre.
Pasukan besar Perancis menyerang 1 km dari benteng kota
Pamplona, ibu kota Navarre. Penduduk Navarre tidak mau
berperang melawan Perancis. Mereka lari menghindar.
Pangeran Najera mengirimkan 1000 tentara untuk
mempertahankan benteng kota, dan Inigo ada bersama
mereka. Pasukan Perancis menyerang benteng Pamplona
19-24 Mei 1521.
Perang di Pamplona berlangsung kira-kira enam jam
dan dimenangkan pihak Prancis. Sebuah tembakan meriam
menghancurkan kaki Inigo. Inigo yang terluka diperlakukan

12
dengan baik. Inigo lalu dibawa ke Loyola dengan gerobak
dan setibanya di puri Loyola, ia diberi pengobatan.
Autobiografi No. 3 “Keadaannya semakin buruk; ia
tidak bisa makan, dan ada gejala-gejala yang biasanya
merupakan tanda-tanda orang akan mati. Menjelang
hari raya St. Yohanes, para dokter tidak punya banyak
harapan lagi bahwa ia dapat selamat. Mereka
menganjurkan supaya inigo menerima sakramen tobat.
Setelah menerima sakramen orang sakit, pada vigili St.
Petrus dan Paulus, para dokter berkata bahwa kalau
sampai tengah malam belum ada kemajuan, ia pasti
akan mati. Si penderita selalu punya devosi besar
kepada St. Petrus, maka Tuhan menghendaki malam itu
juga ia mulai merasa lebih baik, kesembuhannya begitu
cepat, bahwa beberapa hari kemudian ia dianggap
sudah di luar bahaya maut.”

Ketika keadaannya membaik, Inigo melihat bahwa ada


daging dan tulang yang menonjol di kakinya. Dia berpikir
jangan-jangan ia tidak bisa memakai sepatu dan berjalan
tegak sebagaimana seorang ksatria. Inigo kemudian
meminta supaya kakinya dioperasi kembali. Ia meminta
supaya tulangnya yang salah pasang dioperasi kembali. Dia
dioperasi tanpa obat bius. “Inigo mengingat peristiwa itu
sebagai sebuah pembantaian yang mengerikan. Bukan demi
Allah melainkan demi gengsi dan kesombongan dirinya
sendiri” [Lahir untuk Berjuang, 32]. Kakinya dioperasi
sampai tiga kali. Berkat Allah yang mencintainya, dari hari
ke hari, kesehatan Inigo berangsur-angsur membaik.

13
Pendosa yang Dipanggil
Pada saat menunggu proses penyembuhan ini, dia
ingin mengisi kesepiannya dengan membaca buku-buku
yang menceritakan kepahlawanan para ksatria. Buku yang
disukainya adalah buku-buku roman. Sayang, di rumah
kakak perempuannya – tempatnya dirawat – tidak ada
buku-buku ksatria. Hanya ada buku Vita Iesu Christi
(Kehidupan Yesus Kristus) karangan Ludolph of Saxony dan
Flos Sanctorum (Kehidupan Orang Kudus) karangan Jacopo
de Voragine. Dua buku yang tentu jauh dari yang
diinginkannya. Namun akhirnya dengan perasaan segan dia
membaca kedua buku tersebut. Perlahan-lahan dia mulai
melamunkan hidup para kudus seperti yang dibacanya.
Cara membaca bukunya cukup khusus: diulang
(repetisi) dan dibayangkan. Ia terkesan dengan julukan para
kudus: “Para prajurit Allah yang membaktikan diri demi
pelayanan kepada Yesus Kristus Raja Abadi.” Karena terang
inspirasi Injil mereka gagah berani melawan kejahatan. Ia
membayangkan dirinya sebagai St. Dominikus yang
berkotbah atau seperti St. Fransiskus yang mengemis.
Setelah beberapa saat, lamunan kepahlawanan kembali
menguasai pikirannya, menjadi pahlawan dan terkenal,
berperang dan bermain pedang, berani terluka demi
pengabdian kepada raja. Tak lama kemudian, datang
kembali lamunan mengikuti Kristus Raja Abadi sampai ke
Yerusalem, bertapa seperti St. Fransiskus dan membebat
luka orang miskin di rumah sakit. Demikian kedua macam
lamunan itu silih berganti menguasai pikirannya
[Aoutobiografi, no. 6-7].

14
Autobiografi 6. Lain waktu dia berpikir soal hal duniawi
dan mengkhayalkan apa yang akan dilakukan dalam
pengabdian kepada seorang putri.
Autobiografi 7. Terkadang dia berpikir, “Bagaimana,
kalau aku melakukan apa yang dilakukan St.
Fransiskus, atau yang dilakukan St. Dominikus?”

Siapa sangka kalau peristiwa “Pamplona” yang


mengantarnya membaca dua buku ini menjadi titik awal
transformasi hidup Inigo menjadi Ignatius. Ketika membaca
dua buku tersebut, muncul berbagai perasaan yang lain.
Ketika melamunkan kepahlawanan ksatria selalu diakhiri
dengan perasaan kosong, kering disertai kekecewaan.
Berbeda dengan lamunan mengikuti Kristus membawa
kegembiraan yang mendalam, kesegaran, kepuasan yang
tidak hilang-hilang. Ketika meneliti batinnya tersebut, dia
mulai bertanya, mungkinkah rasa damai, kesegaran dan
kegembiraan yang tak hilang-hilang itu tanda kebenaran
dan tanda Allah memanggilnya?
Autobiografi 8. Dia mulai mengenali perbedaan roh-roh
yang menggerakkannya: satu dari setan, yang lain dari
Allah.

Ignatius mulai berefleksi tentang hal-hal baik. Dia juga


mulai belajar membedakan gerak-gerak roh baik dan roh
jahat. Dia mulai belajar berdiskresi. Di sisi lain mulai muncul
rasa sesal dan dosa atas masa lalunya. Selain itu mulai
muncul gerakan batin untuk membuat silih dengan
berziarah ke Yerusalem. Dia ingin melihat tempat-tempat di

15
mana Yesus dulu hidup dan berkarya. Pada saat
penyembuhan ini, Ignatius mendapatkan visiun Bunda
Maria.
Autobiografi 10. Pada suatu malam, ia tidak tidur. Lalu
ia melihat dengan jelas gambaran Santa Perawan
dengan Kanak-kanak Yesus. Dari penglihatan itu, ia
mengalami penghiburan amat mendalam dalam waktu
yang cukup lama. Ia merasa sangat muak terhadap
hidupnya yang lampau, khususnya mengenai
kehidupan seksnya.

Ia semakin yakin bahwa ia dipanggil untuk berperang


namun bukan untuk melawan musuh sementara, melainkan
musuh abadi: kebodohan, ketidakadilan, keserakahan,
egoisme, dan segala macam kejahatan yang ada dalam
dirinya maupun yang mengancam umat manusia. Ia
menemukan panggilannya dan mau mengabdikan diri
kepada Raja Abadi. Dia berencana setelah ziarah ke
Yerusalem akan menjadi rahib Kartusian.

Ignatius Peziarah
Setelah sembuh, Ignatius memutuskan untuk ziarah ke
Yerusalem. Dia pergi mengendarai seekor keledai. Kota
pertama yang akan dikunjungi adalah Montserrat. Dia
mencari seorang imam Benediktin dan mengadakan
pengakuan dosa umum selama 3 hari. Ia mulai melepaskan
miliknya. Simbolisasi transformasi diri terungkap dengan
mempersembahkan pedang dan menggantinya dengan
tongkat peziarah, memberikan pakaian ksatria kepada

16
orang miskin dan memakai pakaian peziarah, melepaskan
kuda dan memilih dengan keledai. Pedangnya ia letakkan di
bawah patung Bunda Maria di kapel. Selama semalam
suntuk ia berdoa di kapel untuk mempersiapkan hidupnya
yang baru bagi pelayanan kepada Raja Abadi.
Manresa memang banyak mengubah hidupnya. Di
sana Ignatius menjalankan cara hidup ekstrim: berkeliling
untuk minta sedekah setiap hari, berpantang daging dan
tidak minum anggur – juga tidak mau kalau diberi. Di hari
Minggu ia tidak berpuasa dan kalau diberi sedikit anggur,
diminumnya. Dia memilih membiarkan rambut dan
kukunya panjang; tidak merawat diri, berdoa lama. Seharian
dia membantu orang sakit, berdoa tujuh jam sehari,
berpuasa dan mengikuti Misa kudus.
Autobiografi 27. Pada waktu itu, Allah
memperlakukannya seperti seorang guru sekolah
terhadap seorang anak. Ia memberi pelajaran
kepadanya. Entah karena dia begitu kasar dan bodoh,
entah karena tidak ada orang yang mengajarnya, atau
karena kemauan kuat yang diberikan Allah sendiri
kepadanya untuk mengabdi kepada-Nya, ia sungguh
yakin dan selalu punya keyakinan bahwa Allah
memperlakukannya dengan cara demikian.

Ignatius bertapa tanpa belas kasihan kepada


tubuhnya. Ia menyesah diri dengan cambuk dan tidur
sedikit di tempat keras tanpa alas. Mula-mula semuanya
memberikan kegembiraan. Tak lama kemudian, ia
mengalami banyak godan. Ada rasa takut kalau-kalau ada

17
dosa yang belum diakukan atau kalau ada dosa yang telah ia
akukan tapi belum diampuni. Keadaan begitu kalut,
menakutkan sampai membuatnya putus asa dan ingin
bunuh diri. Situasinya sangat ekstrim bahkan “Ia berkata
pada dirinya bahwa tidak akan makan atau minum sebelum
Allah memberikan apa yang ingin diperolehnya, atau kalau
ia melihat bahwa maut sudah amat dekat” [Autobiografi, 24].
Suatu ketika, seolah-olah Allah membangkitkannya
dari mimpi buruk. Semua godaan hilang begitu saja. Ia mulai
merefleksikan bagaimana mulai timbul kekalutan dan
pikiran jahat dalam benaknya. Ia sadar bahwa ternyata cara
hidup keras seperti itu bukanlah kehendak Allah. Hidup
mati raga tanpa ampun ternyata hanyalah buah pikirannya
sendiri. Dengan melakukan laku tapa seperti itu ia ingin
memaksa Allah berkenan dan mencintainya. Dia sadar: ia
mesti melakukan kehendak Allah dan bukan kehendaknya
sendiri. Dengan pengalaman yang direfleksikan, ia semakin
menyadari bagaimana Allah bertindak dalam hidupnya dan
bagaimana ia mesti menanggapinya.
Ketika sedang duduk di pinggir sungai Cardoner,
sebuah sungai dekat biara di Manresa yang setiap hari
dikunjunginya, ia mendapat visiun. Budinya diterangi
sehingga memahami secara mendalam kebenaran iman,
masalah kerohanian dan hubungan antara iman dan
pengetahuan. Ia mendapatkan penerangan bagaimana Allah
menciptakan alam semesta dan bagaimana Ia hadir dalam
ciptaan-Nya. Sejak pengalaman itu Ignatius berusaha tampil
normal: memelihara kuku, rambut, dan seluruh dirinya. Ia
meninggalkan praktek puasa dan pantang yang berlebihan.

18
Ia jauh lebih bijaksana dan maju dalam kerohanian. Dia
mulai melayani jiwa-jiwa, memberi kotbah dan katekese.
Ignatius didatangi banyak orang untuk dimintai nasihat
rohani. Ignatius mulai menulis buku Latihan Rohani, yang
baru akan diterbitkan kemudian di tahun 1548.
Setelah tinggal di Manresa selama 1 tahun, akhirnya
Ignatius meneruskan perjalanan ke Barcelona untuk
mencari kapal ke Yerusalem di awal tahun 1523. Barangkali
bisa dikatakan bahwa dia memang amat obsesif ke sana. Di
Yerusalem, Ignatius bertemu dengan pembesar Ordo
Fransiskan dan mengemukakan niatnya untuk tinggal di
Yerusalem. Pembesar itu menolaknya. Ignatius tak
mengurungkan tekadnya. Dia mengunjungi tempat-tempat
di mana Yesus dulu hidup dan berkarya. “Setelah si peziarah
mengetahui bahwa Allah tidak menghendaki ia tinggal di
Yerusalem, ia terus berefleksi dan berpikir apa yang akan
dilakukannya (quid agendum). Akhirnya, ia lebih cenderung
untuk belajar beberapa waktu supaya dapat membantu
orang. Ia mengambil keputusan untuk pergi kembali ke
Barselona” [Autobiografi, 50].
Demikianlah, jika dari Loyola, Ignatius keluar sebagai
seorang peniten yang mulai menjalankan laku rohaninya
dengan bermacam-macam bentuk mati raga dan
penitensinya, maka dari Manresa ini, dia keluar sebagai
manusia baru yang memiliki wawasan rohani rasuli serta
kesadaran akan peranan rahmat Allah di jalan hidupnya.
Manresa ini kerapkali disebut sebagai “novisiat Ignatius”,
karena di sana dia mengalami diajar oleh Allah sendiri;
selain itu Manresa ini juga kerap disebut sebagai asal usul

19
Latihan Rohani (di sana Ignatius mulai cermat membeda-
bedakan roh) dan tempat munculnya dorongan untuk
membantu menyelamatkan jiwa-jiwa (ayudar a las almas).
Dalam kaitannya dengan Latihan Rohani, pengalaman
Manresa ini bisa disebut yang melahirkan permenungan
mengenai “Panggilan Raja” dan “Dua Panji”. Selain itu ada
beberapa hal yang bisa dijelaskan kemunculannya di
Manresa, misalnya praktik pembedaan roh, sikap-sikap
rohani serta praktek askese.
Selama sebelas bulan berada di Manresa, Ignatius
menjadi pelaku Latihan Rohani yang pertama.
Pengalamannya menandai langkah transformatif dari
seorang pendosa yang bertobat, mengalami peziarahan
hidup menanggapi setiap bisikan panggilan Allah lewat
segala jatuh bangun, menjadi seorang rasul yang digerakkan
oleh kobaran semangat melayani Tuhan dan membantu jiwa
sesama.

Masa Studi
Belajar adalah sarana untuk membantu
menyelamatkan jiwa sesama. Di Barcelona, Ignatius
memulai peziarahannya membantu jiwa-jiwa. Di sana, dia
mulai studi tetapi belum banyak membentuk dan
membekali dirinya. Ignatius meninggalkan Barcelona dan
pada tahun 1526 pergi ke Alcala untuk belajar Filsafat
selama satu setengah tahun. Di sana dia juga mulai
memberikan pelayanan kerohanian. Namun dia mendapat
tentangan dari inkuisisi gereja (pemeriksaan – biasanya
berhubungan dengan hal bidaah). Mereka berkeberatan jika

20
seorang yang tidak belajar teologi dan bukan imam
mengajar agama. Beberapa kali ia harus masuk ke penjara
karena dianggap sebagai pengikut alumbrados.
Ignatius lalu pindah ke Salamanca. Akan tetapi
nasibnya tidak lebih baik. Ia merasa telah ditutup pintu
untuk membantu orang lain dengan larangan bahwa tidak
boleh menentukan dosa besar dan dosa kecil. Di Salamanca
dituduh mengajarkan ajaran sesat dan dipenjarakan. Lalu ia
pindah ke Paris. Dalam perjalanan ke Paris dari Salamanca
Ignatius melewai Barcelona. Ignatius bertemu dan menyapa
para sahabatnya. Mereka itu selanjutnya orang-orang yang
memberi bantuan dana studi Ignatius di Paris. Di Paris
Ignatius belajar dengan tekun. Di sana pula ia mencari
teman. Kalau pada waktu sebelumnya, para sahabat dan
kenalan terkesan datang sendiri, di Paris Ignatius berusaha
mencari sahabat-sahabat. Sampai akhirnya di sana dia
bertemu dengan Petrus Faber dan Fransiscus Xaverius.
Ignatius menyelesaikan Lisensiat Filsafat pada 13 Maret
1533. Dia melanjutkan studi teologi selama 1,5 tahun.
Ignatius tidak mendapatkan gelar teologi karena umurnya
yang terlalu tua (44 tahun) dan kondisi kesehatannya yang
buruk. Selama studi di Paris dia membentuk kelompok
dengan 6 sahabat yang telah menjalankan Latihan Rohani:
Diego Laynez, Petrus Faber, Nicolas Bobadilla, Simon
Rodriguez, Alfonso Salmeron, Fransiskus Xaverius.
Tanggal 15 Agustus 1534, ketika berusia 43 tahun,
Ignatius bersama 6 sahabatnya mengucapkan kaul di
Montmartre untuk menolong jiwa-jiwa, hidup miskin, dan
berziarah ke Yerusalem bersama-sama.

21
Ke Yerusalem
Karena sakit, Ignatius disuruh pulang ke Spanyol.
Ignatius kemudian berkeliling Spanyol mengunjungi rumah
keluarga sahabat-sahabatnya. Perjalanan selanjutnya
adalah pergi ke Venezia untuk bertemu dengan teman-
temannya untuk pergi ke Yerusalem. Setelah menunggu
selama 1 tahun di Venezia, Ignatius bertemu dengan semua
sahabatnya. Sambil menunggu adanya kapal ke Yerusalem
mereka bekerja dengan orang-orang sakit di rumah sakit.
Teman-teman Ignatius kemudian pergi ke Roma
untuk meminta izin Paus untuk berziarah dan izin untuk
ditahbiskan sebagai imam. Tanggal 24 Juni 1537, Ignatius
dan 5 orang sahabatnya ditahbiskan menjadi imam di
Venezia.
Lalu berjalanlah mereka ke Roma. Di akhir bulan
November mereka sampai di kota kecil La Storta, 14 km dari
Roma. Saat berdoa di sebuah kapel kecil, Ignatius mendapat
penampakan Allah Bapa dan Yesus yang sedang memanggul
salib. Dia mendengar suara Bapa “Ego tibi Romae propitius
ero” (artinya, Aku akan besertamu di Roma) dan suara Yesus
“Aku ingin engkau menjadi abdi-Ku”. Ignatius memohon
Allah Bapa agar diperkenankan ditempatkan bersama
Yesus. Visiun La Storta ini merupakan puncak peneguhan
pelayanan Ignatius. Lainez membenarkan vision tersebut,
“Kristus memanggul salib, menampakkan diri kepada
Ignatius; Bapa kekal yang dekat berkata kepada Putra: “Aku
mau Engkau menerima orang ini menjadi pelayan-Mu.”
Maka Yesus sungguh menerima dia dengan berkata: “Aku

22
mau engkau melayani kami” [Penampakan di La Storta,
Kharisma Ignatius Kharisma Serikat Yesus, 32].
Pada November 1538 Ignatius dan teman-teman
menghadap Paus Paulus III dan mempersembahkan diri
mereka untuk diutus ke manapun Paus menginginkan. Paus
menerima tawaran mereka. Di bulan Maret sampai dengan
24 Juni 1539, Ignatius dan 9 sahabatnya mengadakan
pertemuan (deliberatio primorum patrum). Tujuan
pertemuan untuk menjawab 2 pertanyaan: Apakah mereka
akan tetap sebagai satu kelompok? Apakah mereka akan
mengucapkan kaul ketaatan kepada salah satu dari mereka
yang diangkat sebagai pemimpin?

Pembentukan Serikat Yesus


Setelah 3 bulan mempertimbangkan dalam doa,
mereka melihat dengan jelas bahwa inilah kehendak Tuhan
bahwa mereka akan mendirikan Ordo religius baru, dan
mereka akan berkaul ketaatan kepada salah satu dari
mereka yang ditunjuk sebagai pemimpin. Ignatius
berkewajiban untuk menyelesaikan dokumen
pembentukan Ordo. Tugas awal yang diterima dari Paus
untuk mereka adalah Laynez dan Faber mengajar Teologi
dan Kitab Suci di Universitas La Sapienza, Broet dan
Rodriguez diutus ke Siena, Le Jay ke Brescia, Codure ke
Velletri, Bobadilla ke Napoli.
Dokumen Pembentukan Ordo mendapat tentangan
dari para kardinal karena rumusan Ignatius tentang: tidak
adanya ofisi bersama (doa brevir), adanya kaul ke-4 untuk
secara khusus taat kepada Paus, dan sudah ada banyak

23
ordo/kongregasi religius. Menghadapi kesulitan yang amat
tidak mudah ini, Ignatius meminta semua sahabatnya untuk
mempersembahkan 3000 misa agar dokumen dapat
disetujui. Tanggal 3 September 1539 Paus Paulus III
menyetujui secara lisan, dan tanggal 27 September 1540
secara resmi dokumen disetujui Paus.
Setelah Ordo Serikat Jesus secara resmi didirikan,
diadakan pemilihan pemimpin umum tanggal 5 April 1541
yang hanya dihadiri 6 orang di Roma. Fransiskus Xaverius
dan Rodriguez menuliskan nama dalam amplop tertutup.
Selama 3 hari mereka berdoa. Hasil pemilihan tersebut
menyatakan semua memilih Ignatius kecuali dia sendiri.
Karena Ignatius menolak dilakukanlah pemilihan ulang tapi
akhirnya Ignatius terpilih kembali.

Ignatius Sebagai Jenderal


Tanggal 22 April 1541 keenam sahabat bersama-sama
pergi ke gereja St. Paulus di luar tembok Roma untuk
mengucapkan 4 kaul: kemiskinan, kemurnian, ketaatan, dan
ketaatan khusus kepada Paus serta janji untuk mengajar
anak-anak. Selama 15 tahun Ignatius menjadi Jenderal
(pemimpin tertinggi SJ) 1541-1556. Yang paling banyak
menyita waktunya adalah menulis Konstitusi SJ dan surat
kepada anggota serikat. Lalu pada Februari 1541 Paus
memberikan gereja Maria della Strada kepada SJ, yang
kemudian menjadi pusat SJ dan novisiat pertama SJ. Di
kemudian hari, dibangun gereja Gesu yang lebih besar
menggantikan bangunan lama.

24
Ignatius semenjak muda menderita sakit perut
berkepanjangan. Pada musim panas 1556 Ignatius kembali
sakit. Dokter memperkirakan bahwa Ignatius tidak dalam
keadaan yang membahayakan. Tetapi tanggal 30 Juli siang,
Ignatius meminta Polanco, seorang Jesuit yang menjadi
sekretarisnya, untuk pergi meminta berkat terakhir dari
Paus karena merasa waktunya sudah dekat. Polanco lari ke
Vatican, tetapi terlambat untuk meminta berkat dari Paus
untuk Ignatius. Dini hari waktu Roma, 31 Juli 1556 di usia
67 tahun, Ignatius meninggal dunia tanpa mendapatkan
sakramen orang sakit. Pada saat Ignatius meninggal, SJ
sudah memiliki 12 provinsi dengan kurang lebih 1000
anggota. Ada 51 sekolah SJ dan 75 rumah SJ didirikan.
Ignatius dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tahun 1609;
lalu dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV menjadi Santo
bersama Santo Franiskus Xaverius tanggal 12 Maret 1622.
Pesta peringatannya dirayakan setiap tanggal 31 Juli.

Pertanyaan Refleksi:
1. Inigo mengalami pertobatan dan disentuh rahmat
Tuhan ketika membaca buku Vita Iesu Christi
(Kehidupan Yesus Kristus) karangan Ludolph of
Saxony dan buku Flos Sanctorum (Kehidupan Orang
Kudus) karangan Jacopo de Voragine. Pengalaman
siapa yang menggerakan batin Inigo? Pengalaman
seperti apa?
2. Ketika Inigo melamunkan kepahlawanan ksatria
selalu diakhiri dengan perasaan kosong, kering
disertai kekecewaan. Berbeda dengan lamunan

25
mengikuti Kristus membawa kegembiraan yang
mendalam, kesegaran, kepuasan yang tidak hilang-
hilang. Apakah betul ini berarti Inigo mulai mengenal
apa itu membeda-bedakan roh? Perasaan-perasaan
apa yang menandai bahwa hal itu bimbingan Allah dan
sebaliknya perasaan-perasaan apa bahwa itu berasal
dari roh jahat?
3. Dari Inigo ke Ignatius, judul ini menyiratkan makna
apa?
4. Setelah sembuh, Inigo lalu melakukan peziarahan. Apa
makna penyerahan pedang dan menggantikannya
dengan tongkat peziarah, memberikan pakainnya
kepada orang miskin, melepaskan kuda dan
menggantinya dengan keledai? Lalu selama semalam
suntuk ia berdoa di kapel untuk mempersiapkan
hidupnya yang baru bagi pelayanan kepada Raja
Abadi.
5. Apa yang Anda rasakan membaca tulisan yang
berjudul “Dari Inigo ke Ignatius” tersebut?

26
III

PEMBEDAAN ROH I
(Untuk Membedakan2)

Berikut ini dibicarakan pembedaan roh, khususnya


yang berkaitan dengan aspek kontemplatif dari pembedaan
roh. Maksudnya penegasan rohani dilihat sebagai cara
berdoa atau dari segi kontemplatifnya, atau tepatnya
sebagai cara menemukan kehendak Allah.
Di sini perhatian kita bukan pada apa itu kontemplasi
tapi lebih pada bagaimana mengadakan pembedaan roh.
Alasannya adalah bahwa kontemplasi adalah suatu
anugerah atau rahmat, yang lebih menekankan pada apa
yang dikerjakan Allah daripada apa yang saya buat. Di satu
pihak pembedaan roh itu adalah rahmat, namun di lain
pihak hal itu juga adalah seni. Suatu seni yang dapat dilatih.
Maksud dari uraian ini khususnya untuk membantu kita
belajar seni membedakan roh. Dalam hal ini pertama-tama
bagaimana pembedaan harus dilaksanakan menurut
berbagai maksud seperti terkandung dalam istilah
"Pembedaan Roh".

Anugerah Khusus Pembedaan Roh


Istilah pembedaan roh dapat dihubungkan baik
dengan anugerah khusus ataupun dengan suatu

2
Faricy, SJ, Robert. Seeking Jesus in Contemplation and Discernment,
page 65 – 77. (terjemahan J.B. Mardikartono, S.J.).
27
penghayatan iman Kristiani pada umumnya. Sering
anugerah khusus dihubungkan dengan pembedaan roh.
Santo Paulus menyebutkan pembedaan roh di antara
anugerah khusus yang lain dalam suratnya yang pertama
kepada umat di Korintus. Ia berkata: "Ada rupa-rupa
karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan,
tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi
Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam
semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan
pernyataan Roh untuk kepentingan bersama" (l Kor 12:4-7).
Kemudian ia memberi daftar beberapa karunia seperti
penyembuhan, mengerjakan mujizat, bernubuat, dan
kemampuan membedakan roh. Apa itu karunia dan apa itu
kemampuan membedakan roh?
Apa itu anugerah khusus? Anugerah khusus adalah
karunia atau pemberian khusus atau rahmat dengan 3 ciri
khusus:

1. Anugerah khusus tidak diberikan kepada setiap orang,


tetapi hanya kepada beberapa orang.
2. Anugerah khusus adalah karunia untuk mengabdi atau
melayani dengan maksud tertentu (l Kor 12:7), yaitu
untuk membangun Tubuh Kristus yakni jemaat
Kristiani.
3. Anugerah khusus adalah hubungan khusus dengan
Tuhan.

Berikut ini beberapa contoh. Karunia selibat yang


tersucikan pada para imam Katolik dan biarawan-biarawati

28
suatu kongregasi adalah anugerah khusus. Pertama, tidak
setiap orang dipanggil untuk selibat yang tersucikan. "Tidak
semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka
yang dikaruniai saja" (Mat 19:11); "tetapi setiap orang
menerima dari Allah karunianya yang khas" (1 Kor 7:7).
Karunia hanya diberikan kepada beberapa orang. Kedua,
selibat yang tersucikan memberi kebebasan para imam dan
biarawan-biarawati untuk mengabdi Tuhan (I Kor 7:32-35).
Ketiga, orang yang mengucapkan kaul atau janji untuk
selibat, termasuk orang awam, tahu bahwa hal ini adalah
jalan khusus untuk menjadi milik Kristus.
Lain lagi, karunia untuk mengajar khususnya untuk
mengajar umat Kristiani diberikan tidak untuk semua orang
tapi terutama kepada mereka yang terpanggil untuk
pelayanan ini dan khususnya kepada mereka yang minta
karunia mengajar. Itulah karunia untuk melayani. Karunia
ini menyebabkan seorang pengajar mempunyai suatu
hubungan yang khusus dengan Yesus Kristus yang terwakili
dalam mengajar (Ef 4:11; Rom 12:7). Dan akhirnya, Tuhan
memberikan karunia untuk evangelisasi kepada mereka
yang terpanggil pada pelayanan di tengah umat Kristiani
untuk mewartakan Injil, dan memiliki suatu hubungan
khusus dengan-Nya sebagai pewarta Injil (Ef 4:11).
Karunia pembedaan roh adalah anugerah rahmat yang
khas bagi beberapa orang agar mampu mengatakan dengan
kata-kata atau pernyataan tentang apa yang datang dari Roh
Kudus, dan apa yang bukan berasal dari Roh Kudus, dan
mungkin berasal dari roh jahat. Kebanyakan para ahli
Perjanjian Baru berpendapat bahwa Paulus menyebutkan

29
karunia membedakan roh segera setelah karunia bernubuat
sebab karunia pembedaan roh dipakai khususnya untuk
menentukan nubuat mana yang diungkapkan dalam doa
jemaat sungguh berasal dari Tuhan dan mana yang bukan.
Mungkin juga karunia pembedaan dipakai dalam
pengusiran roh jahat. Dan mungkin hal itu adalah suatu
karunia yang berguna secara umum.
Kebanyakan dari kita tidak punya karunia untuk
pembedaan roh (dalam arti anugerah khusus). Sebabnya,
semua dari kita dipanggil untuk menggunakan pembedaan
roh dalam cara yang lebih umum, untuk membedakan
dalam hidup kita sendiri apa yang datang dari Roh Kudus
dan mana yang bukan.

Pembedaan Roh sebagai Karunia bagi Semua


Perjanjian Baru berbicara tentang pembedaan roh
sebagai suatu anugerah untuk semua atau sebagai anugerah
untuk setiap orang Kristiani. Bukan hanya sebagai milik
pribadi. Beberapa orang yang memiliki anugerah khusus
tentu saja akan lebih kuat dalam pembedaan roh daripada
mereka yang tidak. Begitulah kita dipanggil untuk
membedakan dalam hidup kita apa yang dari Tuhan dan apa
yang tidak.
Istilah pembedaan roh sebagaimana digunakan Paulus
dalam surat pertama kepada umat di Korintus menekankan
anugerah khusus. Sedangkan dalam surat pertama Yohanes,
pembedaan roh berarti anugerah yang ditawarkan untuk
semua. Kita semua dipanggil untuk membedakan roh:
"Saudara-saudara terkasih, janganlah percaya akan setiap

30
roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari
Allah" (l Yoh 4:1). Dan nyatanya pembedaan roh disebutkan
secara jelas hanya dua kali dalam Perjanjian Baru. Namun
demikian pembedaan roh dapat ditemukan dalam seluruh
Injil, Kisah para Rasul, dan Perjanjian Baru lainnya. Injil
menggambarkan pembedaan roh diperlukan untuk
mengenal dalam Yesus kuasa dari Roh Kudus dan
kemenangan atas roh jahat. Maria menegaskan karya Allah
pada kabar sukacita (Luk 1:35), seperti Yosep kemudian
(Mat 1:18-20). Elizabet dan Simeon mengenal Roh Yesus
(Luk 1:41; 2:26).
Mateus bab 11 dan 12 memperlihatkan apa yang
terjadi dalam diskusi Yesus dengan para pemimpin Israel
berdasarkan suatu ajaran dari pembedaan roh. Yesus
adalah obyek dari penegasan ini. Kehadiran Roh dapat
dibedakan dalam kata-kata dan tindakan Yesus. Untuk
memahami perumpamaan Yesus diperlukan penegasan.
Lebih jauh lagi perumpamaan itu mengajarkan pembedaan
roh. Sebagai contoh: perumpamaan itu mengundang kita
untuk membedakan kehadiran Yesus dalam penderitaan
sesama (Mat 25:31-46), menjadi bijaksana dan tegas dan
jangan bodoh (Mat 25: 14-30), membangun di atas karang
dan jangan di atas pasir (Mat 27:24-25).
Paulus mengadakan pembedaan roh dengan umat
yang bermacam-macam kepada siapa dia menulis surat-
suratnya. Dan dia mengajar pembedaan roh (Fil 1:9-11).
Jadi "biarlah dibimbing oleh Roh Tuhan" (Rom 8:14);
"Hiduplah seperti anak-anak terang dan karena terang
hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,

31
dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan" (Ef 5:9-10 juga
Ef 5:17). Aturan main Paulus dalam pembedaan adalah
hubungan pribadi seseorang dengan Yesus Kristus (1 Kor
12:3; 23:3). Hal yang sama benar pada Injil Yohanes dan
surat Yohanes: "Demikianlah kita mengenal Roh Allah:
setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang
sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang
tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu
adalah roh anti Kristus dan tentang dia telah kamu dengar,
bahwa ia akan datang dan sekarang ini la sudah ada dalam
dunia" (1 Yoh 4:2-3).
Ada suatu tradisi Kristiani yang kuat tentang
pembedaan roh dari Perjanjian Baru sampai sekarang.
Dalam tradisi ini, rumusan yang klasik adalah berasal dari
Santo Ignatius Loyola, abad ke-16, seorang kontemplatif
dan pendiri Serikat Yesus. Peraturan-peraturannya tak ada
bandingnya sebagai suatu bimbingan untuk pembedaan.

Membeda-bedakan Roh
Pembedaan roh adalah proses berdoa untuk meneliti
pengalaman yang nyata lewat cinta dan terang iman: apakah
dorongan khusus atau pikiran atau rencana atau proyek
atau ucapan berasal dari Tuhan atau tidak? Apakah hal itu
berasal dari Roh Kristus atau berasal dari sumber lain?
Mengetahui dari mana suatu pikiran khusus atau rencana
atau ucapan berasal, akan membantu kita dalam membuat
keputusan. Kita ingin melanjutkan dan melaksanakan apa
yang berasal dari Roh Kudus. Dan kita ingin menolak dan
menghindari apa yang tidak berasal dari Roh Kudus.

32
Ignatius Loyola dalam Pedoman Pembedaan Roh (LR
313-336) membedakan antara roh baik dan roh buruk. Roh
baik adalah Roh Kudus dan para malaikatnya. Setiap pikiran
yang dari dalam atau dorongan yang datang dari Tuhan,
Ignatius menyebutnya roh baik. Dan setiap pikiran atau
dorongan yang berasal dari akibat godaan secara
tradisional ialah: yang bersifat duniawi, kedagingan dan
kejahatan (atau roh jahat dan antek-anteknya), Ignatius
menyebutnya berasal dari roh jahat. Pokok dari pembedaan
roh ialah: Saya ingin memutuskan dalam keadaan konkrit
dan khusus ini, apakah pikiran, rencana, dorongan, dan
gerakan dari dalam ini datang dari roh buruk atau roh baik.
Kriteria apa yang saya pakai untuk memutuskan?
Norma apa yang saya pakai untuk memutuskan pengalaman
batin itu? Saya punya norma-norma obyektif dan subyektif.
Norma obyektif ada di luar saya dan berada di depan saya.
Norma subyektif adalah kesadaran saya sendiri dan
perasaan batin lainnya, pikiran-pikiran dan dorongan-
dorongan.
Secara obyektif Tuhan berbicara kepada saya dan
memberi pedoman-pedoman untuk hidup dalam Kitab Suci,
dalam ajaran-ajaran Gereja, dan lewat apa saja yang
mengesahkan aturan di mana saya berada di dalamnya.
Sehingga setiap pikiran atau dorongan yang saya miliki bila
itu bertentangan dengan norma obyektif perlu dilihat
secara hati-hati. Di dalam diri Tuhan, tidak terdapat
kontradiksi: Ia menyatakan sesuatu lewat Kitab Suci atau
Gereja dan sesuatu yang lain di dalam hatiku.

33
Sering norma-norma obyektif tidak cukup menolong
saya untuk mengambil keputusan berdasar pikiran dan
perasaan. Contohnya: sangat mungkin norma-norma itu
adalah pikiran yang subyektif. Soalnya adalah: apakah
pikiran ini dan kini dari Tuhan bagiku? Roh jahat mungkin
ingin membawa saya untuk melakukan hal yang baik secara
obyektif pada waktu yang tidak baik, atau pada lingkungan
yang kurang cocok, atau mungkin saya bukan orang yang
dikehendaki Tuhan untuk melakukan hal itu. Dalam banyak
hal saya butuh untuk meyakini norma-norma subyektif. Jika
kesadaranku mengatakan bahwa suatu pikiran atau
dorongan adalah salah, maka saya tahu untuk tidak
mengikutinya. Tapi sering kesadaranku tidak obyektif.
Tetapi apakah pikiran atau perasaan atau rencana -
dimengerti sebagai baik, tidak berdosa dan secara obyektif
layak - secara nyata sungguh berasal dari Tuhan?
Bagaimana saya dapat mengungkapkannya?
Norma-norma batin atau subyektif yang saya miliki
untuk menilai apakah pikiran atau dorongan berasal dari
Tuhan atau tidak adalah tidak tepat untuk diadili. Itu adalah
norma-norma yang diyakini, berakar pada tradisi
keseluruhan hidup Kristiani yang obyektif dari pembedaan
roh.
Norma pertama Ignatius Loyola yang diberikan
kepada kita adalah ini: Jika saya bergerak menjauhi Tuhan,
hidup dalam keadaan berdosa yang serius, maka roh jahat
membuat diriku merasa enak, membantu saya untuk
menemukan kesenangan dalam hal yang membawa saya
lebih jauh lagi dari Tuhan. Saya menjauhi Tuhan sehingga

34
saya menemukan kesenangan tertentu dalam pikiran dan
desakan yang mendorong saya untuk mengarah pada arah
yang sedang saya tuju. Dan roh baik mengikuti suatu taktik
yang berlainan, membuat sakit dan penyesalan dalam
kesadaran saya, membuat saya tidak enak dan bahkan
mengalami kebimbangan atau perasaan-perasaan negatif,
sebab roh baik melawan arah hidup saya yang sedang
terjadi.
Di lain pihak, bila saya mencoba mengikuti hidup
Kristiani (dan bila Anda membaca tulisan ini Anda hampir
sama dengan itu), maju dalam jalan Tuhan lalu apa yang
terjadi adalah berlawanan. Roh jahat membuat saya sedih,
tak enak, takut hambatan, sehingga mempengaruhi
kemajuan arah hidup Kristiani yang sedang berlangsung.
Roh baik memberi keberanian, penghiburan, kesedihan dan
bahkan menangisi dosa-dosaku, inspirasi, kemudahan
untuk perbuatan dalam melayani Tuhan dan memberi
pikiran yang damai. Dan itulah caranya saya dapat
mengatakan apa yang berasal dari roh baik dan apa yang
berasal dari roh buruk: dengan akibat dalam diriku.
Ignatius menulis: "Orang yang berubah dari baik ke
lebih baik, roh baik menyentuhnya dengan lembut,
menyenangkan, manis, seperti setetes air jatuh ke dalam
spon; orang yang berubah dari buruk ke lebih buruk lagi,
roh baik menyentuh dengan cara yang berkebalikan. Alasan
dari hal ini ditemukan dalam disposisi orang yang disentuh,
apakah laki-laki atau wanita, sesuai atau bertentangan
dengan roh baik atau roh buruk yang menyentuh orang itu.
Bila disposisi orang bertentangan dengan roh, roh itu masuk

35
dengan gaduh dan tak keruan; bila hal itu sesuai dengan roh,
ia akan masuk dengan tenang, seperti seseorang pulang ke
rumahnya pada waktu pintu terbuka (LR 334). Perhatikan
bahwa yang pokok di sini buka dimana disposisi rohani
saya, tapi ke arah mana hidup saya ini. Apakah saya
mengarah pada Tuhan atau menjauh dari-Nya?

Konsolasi
Sangat sering kriteria saya yang paling baik untuk
memutuskan asal dari suatu pikiran atau suatu tindakan
yang diusulkan atau suatu dorongan batin adalah apa yang
dikatakan Ignatius sebagai konsolasi. Apa yang dimaksud
dengan konsolasi? Saya mengalami konsolasi ketika saya
mulai terbakar cinta Tuhan, bila saya tak dapat mencintai
sesuatu atau seseorang di dunia ini kecuali dalam Tuhan dan
Pencipta untuk semua, atau ketika saya mencurahkan air
mata karena kesengsaraan dan kematian dari Tuhan atau
karena dosa-dosaku di dunia ini. Atau konsolasi adalah
bertambahnya iman, harapan, dan kepercayaan pada
Tuhan, dan cinta dan setiap kegembiraan batin yang
menarik saya ke hal-hal rohani yang membawa saya ke
jawaban batin dan damai di dalam Tuhan. Singkatnya
pikiran atau rencana atau perasaan atau dorongan yang
membuat saya konsolasi bila hal itu menyebabkan saya
lebih dekat dengan Tuhan, memberiku suatu kemudahan
yang jelas dalam hubungan dengan-Nya, dalam mencari-
Nya, dalam kesatuan dengan-Nya.
Bagi mereka yang mencoba hidup menurut kehidupan
Kristiani, hidup menurut Kitab Suci, konsolasi adalah

36
kriteria yang berguna untuk menilai pengalaman batin.
Ketika saya berhadapan dari muka ke muka dengan Tuhan
dalam doa, melihatnya dalam mata iman dan kepercayaan
serta cinta, betapa enaknya dengan-Nya saya merasakan
perihal pikiran, rencana dan gerakan tertentu. Ketika saya
mengkontemplasikan Yesus, menyembah Dia dengan
pikiran dan dorongan tertentu, bagaimana saya merasakan
hal yang berkenan karena hubunganku dengan-Nya?
Apakah saya merasakan kebenaran yang pasti, kedamaian
yang pasti, atau mungkin bahkan kegembiraan atau
kesenangan pada saat saya mengemukakan hal yang khusus
ini kepada Tuhan dalam kontemplasi? Jika hal itu memberi
saya apa yang disebut Ignatius konsolasi, maka konsolasi
adalah tanda bahwa hal itu berasal dari Tuhan.
Ignatius menyebut desolasi apa saja yang nampak
memisahkan saya dengan Tuhan: percobaan untuk berdosa
atau menjauhkan diri dari Tuhan dengan cara apa pun,
kemurungan hati dan budi, kebingungan, apa saja yang
menyebabkan kekurang-percayaan kepada Tuhan,
berkurangnya iman dan harap, rasa dingin dalam cinta.
Singkatnya desolasi adalah apa saja yang bertentangan
dengan konsolasi. Betulkah bahwa desolasi itu apa yang
disebut oleh Yohanes dari Salib sebagai malam gelap?
Bukan. Saya dapat berada dalam kegelapan malam dalam
doa, mengalami baik desolasi maupun konsolasi pada waktu
yang berbeda-beda. Malam gelap nyatanya merupakan saat
damai yang nyata dan istirahat dalam Tuhan, berada dengan
senang bersatu dengan Tuhan dalam gelap, maka itu adalah
saat konsolasi.

37
Beberapa Aturan untuk Pembedaan Roh
Karena satu alasan, waktu kekeringan rohani, waktu
merasa jauh dengan Tuhan, adalah bukan waktu untuk
mengubah tujuan-tujuan atau keputusan yang terjadi pada
saat konsolasi. Jika saya tergoda untuk mengubah maksud-
maksud baik, saya bahkan bertindak dengan cara yang
berlawanan dengan godaan-godaan itu dan lebih banyak
berpuasa. Dalam desolasi saya harus rendah hati, belajar
dari pengalaman bagaimana lemah dan butuh bantuan saya
ini dan bagaimana pun saya butuh kekuatan dari cintakasih
Tuhan bagiku, bahkan khususnya ketika saya tak dapat
merasakannya. Dalam desolasi, saya dapat tetap sabar,
melihat ke depan pada waktu kapan Tuhan akan memberi
penghiburan kepadaku.
Pada waktu konsolasi, saya harus mengumpulkan
tenaga untuk kesulitan yang lebih dan mungkin desolasi
yang bakal terjadi. Dan saya dapat merendahkan diri di
hadapan Tuhan yang mengenal saya betapa saya tergantung
pada-Nya dan betapa lemah dan tanpa bantuan saya tanpa
penghiburan-Nya.
Konsolasi datang dari Tuhan dan alasannya demi
keselamatanku dan kesatuanku lebih kuat dengan Tuhan.
Desolasi pasti datang, dengan satu cara atau yang lain, dari
yang jahat, yang memiliki strategi mempengaruhi saya agar
saya berpikir tidak baik, untuk membenci diriku. Itulah cara
ia membenciku. Tapi mengapa Tuhan membiarkan
desolasi? Apa alasannya? Itulah yang ditunjukkan Ignatius
(LR 322). Tiga alasan pokok desolasi: Pertama, saya
mungkin suam-suam dengan kehidupan doa saya dan

38
seluruh hubungan dengan Tuhan; sebagai akibat dari
kegagalan saya, konsolasi jauh dari saya. Kedua, Tuhan
mungkin membiarkan saya dicobai, mengajar saya
kesulitan dan membantu saya untuk membangun kekuatan
seperti seorang pelatih melatih pelari untuk berlari dengan
banyak putaran agar mencapai targetnya. Ketiga, alasan
desolasi mungkin agar saya belajar kerendahan hati, untuk
menyadari betapa kecil diriku, betapa saya tergantung pada
Tuhan. Desolasi dapat menyebabkan saya tetap berada
dalam bangunan di atas pasir dari keutamaanku dan
kesempurnaan serta hidup yang nampaknya baik-baik. Itu
dapat menguatkan saya, supaya saya mengusahakan dan
membangun diriku secara lebih dekat pada Tuhan, batu
karang hidupku.

Problem Tipu Muslihat


Pembedaan roh saya tidak harus dimutlakkan. Hal itu
perlu ditegaskan, diawasi, dinilai, dan mungkin diperbaiki.
Masalahnya seperti Ignatius menyatakannya bahwa roh
jahat dapat muncul seperti malaikat terang. Roh jahat dapat
mulai mendorong saya untuk berpikir baik dan suci dan
kemudian sedikit demi sedikit, menunjukkan kodratnya
yang sebenarnya dengan membawa saya pada maksud
tersembunyi penipuan dan dosa.
Maka saya harus menaruh perhatian bukan hanya
pada awal gagasan, tapi juga di tengah dan akhir. Jika pada
awal, tengah dan akhir adalah baik dan cenderung pada apa
yang benar, maka saya memiliki tanda pengaruh dari roh
baik. Tapi jika pikiran baik berakhir dengan yang jahat atau

39
menyesakkan atau kurang baik dibandingkan dari apa yang
pernah saya pikirkan terlebih dahulu, atau jika hal itu
membingungkan saya atau melemahkan saya atau
menjauhkan kedamaianku dari Tuhan, maka saya
mempunyai tanda sebagai pengaruh roh jahat.
Tapi dapatkah roh jahat menyebabkan konsolasi di
dalam diri saya, sehingga saya dapat bekerjasama dengan
maksudnya? Ya dan tidak. Ya, dalam arti bahwa ia dapat
membisiki saya gagasan dan rencana yang bagus yang
nampaknya benar dan baik dan berasal dari Tuhan, dan
kemudian membawa saya dari pikiran semua itu kepada
jalannya. Ia tak dapat bagaimana pun menyebabkan
konsolasi yang datang begitu saja tanpa alasan tepat yang
mendahului. Dengan kata lain, jika saya tak dapat
memperhatikan konsolasi saya, baik karena hal itu datang
kepada saya dengan tiba-tiba, mungkin bersama dengan
suatu gagasan atau pandangan yang mendalam, atau pun
jika membawa konsolasi, adalah tidak cukup untuk
memperoleh konsolasi yang besar, lalu saya dapat
memastikan bahwa konsolasi itu berasal dari roh baik, dari
Tuhan.
Berikut ini adalah contoh-contoh: banyak orang ketika
mereka menerima pencurahan Roh Kudus dalam
pembaharuan karismatik (ketika mereka menerima apa
yang mereka sebut baptisan dalam Roh) mengalami
konsolasi yang besar dengan kegembiraan, damai yang
kuat, kedekatan dengan Tuhan. Jika konsolasi itu
berlangsung selama doa dan kegembiraan dari gerakan doa,
maka hal itu dapat dipastikan bahwa konsolasi itu

40
datangnya berasal dari Tuhan. Atau jika di dalam doaku
saya merasakan semacam sentuhan dari Tuhan, gelora
besar dari cinta pada-Nya yang saya ketahui berasal dari
Tuhan, mungkin bersamaan dengan dorongan batin atau
rencana tindakan, dan jika sentuhan berlangsung pada apa
yang disebabkan oleh doa, saya tahu bahwa konsolasi itu
berasal dari Tuhan.
Dapatkah roh jahat datang pada saya seperti malaikat
terang bahkan dalam bentuk konsolasi tanpa alasan yang
jelas? Ya. Ia dapat menipu dalam sekejap dengan pilihan-
pilihan yang nampaknya baik atau bentuk-bentuk gagasan-
gagasan yang sebelumnya, atau dengan rencananya sendiri
dan penipuan, memperbodoh saya dan kemudian
membawa saya pada kesimpulannya. Inilah mengapa
pembedaan roh yang berhubungan dengan hal yang penting
membutuhkan waktu. Saya butuh melihat ke mana gagasan
bergerak, bagaimana saya merasa pada suatu saat, agar
supaya mengevaluasi bukan hanya pada permulaan (yang
dapat berasal dari Tuhan, dan bila terjadi konsolasi tanpa
sebab tertentu) tapi di tengah dan akhir. Pembedaan roh
sering juga butuh penegasan berikutnya. Dalam pembedaan
roh, dan khususnya dalam proses penegasan suatu
pembedaan roh itu sendiri, sering teman pendoa, bapa
pengakuan yang teratur, atau seorang pembimbing rohani
dapat membantu.

Doa
Tuhan Yesus, ajarilah saya membeda-bedakan roh.
Berilah saya anugerah untuk dapat membedakan dorongan-

41
dorongan dan gerakan-gerakan Roh-Mu dari berbagai
dorongan dan gerakan yang berasal dari dunia, daging atau
kejahatan. Berilah saya rahmat, Tuhan, untuk menekankan
gagasan dan nasehat-nasehat dan rencana-rencana dengan-
Mu untuk menentukan jika hal-hal itu sungguh berasal dari-
Mu.
Saya meminta-Mu, Tuhan, kebijaksanaan bukan yang
diberikan dunia, tetapi anugerah penegasan-Mu sebab
kebijaksanaan yang Kauberikan dengan kasih mampu
melihat sumber dari gagasan dan perasaan. Berilah saya
kebijaksanaan untuk membedakan roh sehingga
memutuskan seturut Roh-Mu yang Kudus. Amin.

Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apa perbedaan pengertian pembedaan roh menurut
Paulus dan menurut Yohanes?
2. Aturan main pembedaan roh dalam Paulus dan
Yohanes sama: Apa persamaannya?
3. Apa maksud utama pembedaan roh?
4. Dalam pembedaan roh ada norma obyektif dan
norma subyektif? Apa itu norma obyektif dan norma
subyektif?
5. Sebutkan dua disposisi dalam pedoman pembedaan
roh?
6. Apa itu konsolasi dan desolasi?
7. Apa itu problem tipu muslihat?

42
Inigo berbaring sakit di Puri Loyola

43
IV

PEMBEDAAN ROH II
(Untuk Memutuskan3)

Ignatius Loyola mengetrapkan aturan-aturan


pembedaan roh untuk mengambil keputusan. Saya ingin
mengambil keputusan sesuai dengan gagasan dan dorongan
batin yang datang dari roh baik, dan tidak menurut gagasan
dan dorongan yang berasal dari roh jahat. Saya ingin
menemukan apa kehendak Tuhan pada diriku saat ini atau
pada masalah yang khusus ini. Apa yang harus saya lakukan
sesuai dengan panggilan Tuhan bagiku? Di antara pilihan-
pilihan yang ditawarkan, mana yang berasal dari Tuhan
bagiku? Pembedaan roh dapat menjadi dasar untuk
diskresi/penegasan mengenai apa yang menjadi panggilan
Tuhan bagiku sekarang dan di sini, dan dalam lingkungan
yang khusus ini. Bagaimana saya mengambil keputusan,
khususnya keputusan penting, menurut jalan pikiran
pembedaan roh? Bagaimana saya dapat mengenal kehendak
Tuhan bagiku dalam masalah khusus ini?

Mengambil Keputusan
Katakan saja, bahwa saya ingin menemukan kehendak
Tuhan berhubungan dengan masalah penting ini. Lalu saya
mengumpulkan fakta yang berkaitan dan informasi yang

3
Faricy, SJ, Robert. Seeking Jesus in Contemplation and Discernment.
page 78 – 85 (terjemahan J.B. Mardikartono, S.J.).
44
relevan. Bila diperlukan saya berkonsultasi dengan satu
atau dua orang lain. Maka saya berusaha punya gambaran
tentang masalah penting ini. Tapi saya tetap belum mampu
mengambil keputusan. Saya tetap belum tahu apa yang
Tuhan kehendaki untuk saya lakukan dalam masalah
penting ini. Kemudian saya mohon terang dan bimbingan
Tuhan untuk menyusun data, mencari nasihat pada orang
dan dari buku dan dokumen, untuk mencari pro dan kontra.
Dan akhirnya saya mengambil keputusan sejelas mungkin di
hadapan Tuhan tentang apa yang dikehendaki Tuhan untuk
saya lakukan.
Yesus adalah Tuhan dalam hidupku dan saya ingin
membawa keputusanku kepada-Nya, agar saya dapat
mengambil keputusan di bawah ke-allahan-Nya. Dalam
waktu terbatas selama kontemplasi, saya melihat dengan
iman dan cinta di hadapan Tuhan serta berusaha
memikirkan masalah ini dengan-Nya, bukan hanya secara
logika dan alasan yang masuk akal, tapi mempertimbangkan
masalah ini bersama Tuhan dalam suasana doa demi cinta-
Nya padaku. Bersama Yesus, dengan melihat-Nya
bagaimana Ia melihat masalah ini seperti apa adanya dan
dengan mengkontemplasikan Dia, saya mempertimbangkan
keputusan-keputusan alternatif yang mungkin. Oleh karena
itu pilihan-pilihan saya ada dalam pertimbangan bersama
Tuhan. Berikutnya saya menunjukkan cara-cara yang dapat
membantu untuk mengambil keputusan. Saya melihat
bagaimana saya merasakan pada setiap hal dalam
hubungannya dengan Tuhan.

45
Dengan cara itu saya melakukan diskresi/penegasan
roh berkaitan dengan setiap hal dari pilihan yang terbuka
padaku. Proses diskresi/penegasan roh ini bertujuan untuk
menemukan pilihan atau keputusan mana yang sesuai
dengan kehendak Tuhan dan Roh-Nya yang sejati dan apa
yang Ia kehendaki agar terjadi padaku. Biasanya, setelah
waktu tertentu berhubungan dengan pentingnya suatu
masalah yang harus diputuskan, saya sampai pada
kesimpulan. Kemudian saya menyerahkan keputusan itu
kepada Tuhan sekali setiap hari selama beberapa menit atau
dua kali setiap hari untuk menguji sumber keputusan itu
dari roh baik atau roh jahat. Saya melakukan ini secara
nyata, dengan memperhatikan kasih Yesus secara serius dan
berusaha sungguh-sungguh menemukan apa yang
dikehendaki-Nya serta memohon nasihat-Nya dengan
kesungguhan dan dengan kepercayaan.
Setelah semuanya ini terjadi atau dari awal hingga
akhir saya merasakan konsolasi atas pilihan tertentu.
Selanjutnya saya mempertimbangkan di hadapan Tuhan
tentang hasil keputusan saya. Dan bila saya merasa
konsisten dan adanya semacam kecocokan dan kebenaran,
maka keputusan ini benar, bila ada suatu kedamaian dan
keharmonisan. Atau mungkin ada suatu kegembiraan hati
secara nyata. Inilah tanda bahwa pilihan tertentu berasal
dari roh baik.

Kunci dalam Mengambil Keputusan


Kuncinya adalah ini: Sejauh mana saya merasa benar,
dan damai dalam kehadiran Tuhan mengenai hal yang

46
berkaitan dengan setiap pilihan? Lalu bagaimana saya
sungguh yakin? Saya mungkin tidak mencapai kepastian
yang jelas. Namun saya berusaha tetap menerima
keputusanku (sebab keputusan ini yang mungkin dapat saya
buat) untuk beberapa saat. Selama itu saya mengujinya dan
mencari peneguhan dari Tuhan untuk melihat apakah
keputusan itu sungguh berasal dari-Nya. Jika keputusan itu
benar konsolasi akan berlanjut. Dan saya dapat melanjutkan
pembedaan roh sambil meneguhkan keputusanku. Baru
kemudian saya melaksanakan keputusanku.
Saya percaya pada Tuhan dan juga percaya pada Roh
Kudus dalam hatiku. Roh Kudus memberi kepadaku
pengetahuan akan keadaan pengalaman batinku lewat
kasih. Ia menunjukkan kepadaku ide mana dalam kepalaku,
dan dalam hatiku yang sesuai dengan dorongan-Nya. Saya
butuh beberapa waktu, malah mungkin beberapa hari untuk
menyelidiki dan untuk membedakan pikiran-pikiran mana
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan di dalam
diriku, juga cita rasa, ketakutan dan perasaan yang
disebabkan gerakan roh baik dan jahat. Bahkan akhirnya
saya tak dapat secara mutlak yakin bahwa keputusanku
benar.
Atau dapatkah saya mengartikannya seperti ini? Apa
yang Tuhan inginkan untuk saya kerjakan adalah apa yang
saya pikirkan Tuhan ingin saya kerjakan. Maka bila saya
kerjakan seperti yang saya pikirkan, meski tanpa kepastian
yang sempurna tentang apa yang Tuhan inginkan bagiku,
saya secara pasti mengerjakan kehendak-Nya bagiku.

47
Bila keputusanku melibatkan orang lain, saya harus
berdoa dengan orang itu. Misalnya suami dan isteri harus
secara bersama mencapai suatu keputusan. Dalam contoh
ini mereka secara pribadi harus mengadakan
disksresi/penegasan roh untuk menarik hasil-hasil dari
pembedaan roh dan doa bersama. Keputusan itu adalah
keputusan bersama dan suatu diskresi/penegasan bersama
yang melibatkan orang lain dan menjadi bagian dari setiap
anggota kelompok.
Proses dari penegasan bersama mungkin terjadi
seperti ini. Setiap orang berdoa sendiri-sendiri untuk
mengadakan pembedaan roh. Mereka datang bersama tidak
untuk berdiskusi, tetapi untuk menyatukan dan
mendengarkan hasil doa dari masing-masing. Lalu mereka
berdoa bersama. Bila kesepakatan tidak tercapai lalu proses
dapat diulangi sampai mencapai kesepakatan penuh atau
sampai ada semacam pengambilan suara.

Dasar Pembedaan Roh dan Keputusan


Tuhan memanggil saya untuk membedakan mana
dalam pengalaman batinku, yang berasal dari roh baik dan
yang bukan. Dan Ia mengajak saya untuk membuat
keputusan-keputusan, khususnya yang paling penting
dalam bimbingan-Nya atas dasar pembedaan roh.
Bagaimanapun juga untuk pembedaan roh suatu syarat
khusus dalam diriku harus dipenuhi: Saya harus menjadi
seorang pendoa, dan lebih jauh seorang kontemplatif.
Pembedaan roh punya ciri khusus ialah dimensi
kontemplatif. Relasi dasar dalam proses pembedaan roh

48
adalah relasi personal dan kontemplatif dengan Tuhan. Bila
saya tidak mempunyai kebiasaan berdoa, dan apalagi doa
kontemplasi selama hidupku saya tak akan mempunyai
keinginan berhubungan dengan Tuhan untuk pembedaan
roh dan apalagi pembedaan roh sebagai dasar mengambil
keputusan.
Dengan kata lain untuk melatih pembedaan roh saya
tidak hanya butuh doa kontemplasi secara teratur atau
suatu kebiasaan berdoa, tetapi juga harus dipenuhi dalam
hidupku kondisi kontemplasi: waktu bagi kontemplasi,
kemerdekaan hati, kesederhanaan seperti anak dalam
hubungan dengan Tuhan. Jika saya tidak menggunakan
waktu secara teratur dan percaya dalam memandang
Tuhan, saya akan sangat sulit dapat mengalami hubungan
dari muka ke muka dengan Tuhan yang saya butuhkan agar
supaya membedakan apa yang dari roh baik dan roh jahat.
Jika hati saya tidak merdeka saya akan terikat oleh
kelekatan tak teratur yang menyebabkan saya tak dapat
melatih pembedaan roh. Kelekatanku akan mengikat saya
pada suatu pilihan tertentu yang menekankan cinta diriku.
Saya mungkin dapat mengatakan kepada diriku bahwa
pilihan itu berasal dari roh baik, namun saya tak akan
mengalami kedamaian yang khas dan kebenaran yang
menghibur tentang pilihan-pilihan itu. Saya tak akan
mengalami hiburan yang berasal dari roh baik. Dan jika saya
tak punya kesederhanaan seorang anak dalam hubungan
saya dengan Tuhan, bagaimana saya dapat melihat Dia
dengan mata iman dan percaya serta cinta, dengan tenang
dan sederhana, untuk menemukan ide mana dalam diriku

49
yang sungguh berasal dari Tuhan?
Bila saya mempunyai kebiasaan doa kontemplatif
dalam hidupku, lalu saya tak hanya menemukan bahwa saya
menilai dengan efektif pengalaman rohaniku dan mencapai
keputusan yang benar lewat latihan pembedaan roh, tapi
juga pembedaan roh dapat, jika boleh mengatakan, mencuat
dan menembus seluruh hidupku. Bila saya biasa
membedakan roh dalam hati dan bertindak atas dasar
pengaruh roh yang baik lalu setelah jangka waktu tertentu
saya akan belajar mengikuti bimbingan roh yang baik dalam
apa yang saya pilih dan dalam apa yang saya lakukan. Saya
akan belajar memilih dan bertindak berdasarkan jalan yang
dibimbing Roh Kudus bagiku. Saya akan berada pada jalan
Roh Kudus. Saya hidup secara kontemplatif, mata saya
selalu terarah pada Tuhan, dan berjalan pada Roh-Nya.
Seluruh hidup saya akan berada pada keputusan untuk
Yesus.

Hidup dalam Roh


Kata Santo Paulus: "Jikalau kita hidup oleh Roh,
baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (Gal 5:25; bdk.
Gal 5:16). Hidup dalam Roh berarti "hidup baru" dari Tuhan
dalam diriku dan berada secara baru sebagai ciptaan baru.
Hidup oleh Roh berarti bertindak dalam keyakinan, yang
mengarah dan bergerak ke arah tertentu. Hidup oleh Roh
berarti hidup dalam keseharian dengan semangat
pembedaan roh.
Bila saya hidup menurut Roh Kudus saya merdeka.
Saya dapat melaksanakan pilihanku, bukan karena hukum

50
dan peraturan mengikat saya serta membatasi arahku. Saya
bebas dari kewajiban hukum (Rom 8:3), dan saya bebas
untuk melakukan apa yang dilarang hukum sebab hukum
membelenggu saya tetapi Roh meneguhkan saya untuk
mengetahui dan memilih serta melakukan apa yang
dikehendaki Tuhan. Pilihan saya bukan hanya merupakan
pertimbangan akal berdasarkan pengetahuan tentang apa
yang benar, tapi juga berdasarkan pertimbangan hati
menurut pengetahuan cinta Tuhan yang memanggil saya
untuk melakukannya.
Saya bertindak menurut hukum batin yang berasal
dari Roh, yang menguasai pikiranku "bukan memikirkan
hal-hal yang dari daging" tapi "memikirkan hal-hal yang dari
Roh; ... tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai
sejahtera" (Rom 8:5-6). Roh sendiri membantu saya untuk
berdoa: "... Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab
kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi
Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tak terucapkan" (Rom 8:26). Sebab
Roh berdoa untuk saya, maka saya dapat minta Tuhan
membimbing saya dalam menentukan pilihan-pilihanku.
Dan untuk membantuku dalam melaksanakan keputusan-
keputusan saya dapat "dipimpin oleh Roh Allah" (Rom
8:14).
Sebab saya diperbaharui oleh Roh Kudus, "lahir baru"
(l Ptr 1:3.23), sebab saya adalah ciptaan baru "dalam
Kristus" (Ef 2: 10), sebab saya sekarang lewat Roh ambil
bagian dalam misteri hidup Allah, maka saya berada dalam
Tuhan dan apa yang Dia kehendaki. Hidupku ada dalam

51
garis pandangan Allah dan pada apa yang Dia inginkan
bagiku, sehingga saya secara spontan mengetahui atau
merasakan pilihan mana yang benar. Dan saya tahu kapan
Roh membimbing saya, kapan saya memilih dan
memutuskan dalam Roh, sebab itu saya mengalami hiburan
dari buah-buah Roh: "kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22).

Doa
Tuhan Yesus, ajarilah saya jalan hidup-Mu. Ajarilah
saya untuk berjalan selalu sesuai dengan Roh-Mu yang
Kudus. Dengan bantuan rahmat-Mu, saya mohon supaya
semua pilihan-pilihanku sesuai dengan pilihan-Mu yang
utama sebagai Penyelamatku. Saya mohon agar supaya
semua keputusanku, juga keputusan setiap saat yang harus
secara cepat dibuat dan keputusan penting dalam hidupku,
terjadi seturut Roh-Mu dan seluruh rencana-Mu untukku
dalam hati-Mu.
Ajarilah saya untuk membuat keputusan penting
dalam bimbingan-Mu, dan membedakan apa yang dari-Mu
dan apa yang bukan. Dan ajarilah aku untuk memilih secara
benar, dalam keselarasan dengan Roh-Mu dalam hatiku, bila
saya membuat semua keputusan kecil setiap hari.
Ajarilah saya untuk hidup dalam Roh-Mu dan untuk
mengalami hiburan buah-buah Roh, yakni sukacita dan
damai sejahtera yang Kau berikan, kesabaran dan kebaikan
dan keramahan yang diteguhkan oleh Roh-Mu bagiku, dan
kelembutan serta penguasaan diri yang mengalir dari iman

52
kepercayaan dalam bimbingan-Mu. Ajarilah aku untuk
hidup dalam Roh-Mu. Amin.

Pertanyaan-pertanyaan:
1. Untuk mengambil keputusan penting hal-hal apa yang
diperlukan?
2. Apa syarat-syarat pembedaan roh?
3. Apa perbedaan keputusan biasa dengan
diskresi/penegasan roh?
4. Apa kunci pokok diskresi?
5. Apakah tanda-tanda bahwa keputusan ini sesuai
dengan kehendak Allah?
6. Apa beda proses keputusan pribadi dan keputusan
bersama?
7. Apa itu buah-buah roh baik?

Sungai Cardoner dekat biara di Manresa,


tempat Santo Ignatius mendapat penglihatan

53
V

TEKS PEDOMAN PEMBEDAAN ROH

313 PEDOMAN PEMBEDAAN ROH-ROH I


(Latihan Rohani Santo Ignatius).

Pedoman-pedoman ini diberikan supaya dapat


merasa dan mengenal berbagai gerak yang
timbul dalam jiwa: yang baik untuk diterima, 33,139,
yang buruk dibuang. Pedoman-pedoman 176,211
berikut ini lebih sesuai untuk Minggu pertama. 9

314 PEDOMAN I. Pada orang yang jatuh beruntun


dari dosa besar ke dosa besar, musuh pada
umumnya biasa menyodorkan kesenangan-
kesenangan semu, membuat mereka
membayang-bayangkan kenikmatan dan
kesenangan-kesenangan inderawi, supaya
karenanya mereka tetap pada keadaan mereka
dan berkembang dalam cacat serta dosa-dosa 35
mereka. Pada orang macam itu, roh baik
memakai cara sebaliknya: menghantami dan
menyesakkan hati nurani dengan teguran-
teguran pada budi.

315 PEDOMAN II. Pada orang yang dengan tekun


maju terus. membersihkan dosa-dosanya dan
dalam pengabdian kepada Allah Tuhan kita
54
meningkat dari taraf baik ke taraf yang lebih
baik, cara yang dipakai berbalikan dari yang
disebut pada pedoman I.
Ciri khas dari roh buruk ialah menyesakkan,
menyedihkan dan menghalang-halangi dengan 329,9
alasan-alasan palsu, supaya orang tidak maju
lebih lanjut. Ciri khas roh baik ialah memberi
semangat dan kekuatan, hiburan, air mata,
inspirasi serta ketenangan, membuat
semuanya menjadi mudah dengan 150
menyingkirkan segala halangan, supaya orang
maju lebih lanjut dalam menjalankan kebaikan.

316 PEDOMAN III. Hiburan Rohani


Yang dimaksud hiburan, ialah keadaan sewaktu
dalam jiwa timbul suatu gerak batin, yang
membuat jiwa jadi berkobar dalam cinta
kepada Pencipta dan Tuhannya. Sebagai
akibatnya ialah jiwa itu tak dapat mencintai 15
suatu benda ciptaan pun di seluruh bumi,
melulu demi bendanya tapi hanya demi
Pencipta segalanya itu. Juga disebut hiburan
rohani, bila orang mencucurkan air mata, yang
mendorong ke arah cinta kepada Tuhan kita,
disebabkan oleh kesusahan atas dosa-dosanya
sendiri, oleh Sengsara Kristus Tuhan kita, atau 48,87
lain-lain perkara yang langsung diarahkan
kepada pengabdian serta pujian bagi-Nya.
Akhirnya, juga kunamakan hiburan rohani

55
setiap tambahnya iman, harapan dan cinta; lagi
pula semua kegembiraan batin yang mengajak
dan menarik perhatian orang ke arah perkara-
perkara surgawi serta keselamatan jiwanya,
dengan memenuhinya dengan damai dan
ketenangan dalam Pencipta dan Tuhannya.

317 PEDOMAN IV. Kesepian Rohani


Yang kunamakan kesepian rohani, ialah semua
yang berbalikan dari Pedoman III, misalnya,
kegelapan jiwa, kekacauan batin, dan gerak hati
ke arah yang serba hina dan duniawi, bingung
menghadapi berbagai bujuk dan godaan yang
menyeret orang ke arah hilangnya
kepercayaan, harapan, cinta; jiwa ada dalam 326
keadaan lesu, kendor, sedih, seakan-akan
terpisah dari Pencipta dan Tuhannya. Karena,
seperti halnya hiburan rohani itu kebalikan
dari kesepian rohani, begitu pula gagasan-
gagasan yang keluar dari hiburan juga
kebalikan dari gagasan-gagasan yang keluar
dari kesepian.

318 PEDOMAN V. Dalam waktu kesepian, jangan


sekali-kali membuat perubahan, tetapi teguh
dan tetap dalam niat dan keputusan yang
dipegang pada hari sebelum kesepian, atau
dalam keputusan yang diteguhi selama hiburan
sebelum itu. Karena, sebagaimana dalam

56
hiburan roh baik yang memimpin dan memberi
petunjuk kepada kita, demikianlah dalam
kesepian roh buruk yang menyapa dan
menasihati. Mustahillah kita dengan petunjuk-
petunjuknya dapat menemukan jalan ke arah
keputusan yang benar.

319 PEDOMAN VI. Memang, dalam kesepian, kita


tak boleh mengubah niat-niat semula; tetapi
besarlah gunanya bila kita dengan keras
mengubah diri kita sendiri dalam menghadapi
kesepian tadi, misalnya lebih tekun dalam doa, 97,157
meditasi, lebih keras memeriksa diri dan
menambah laku tapa (penulisan bahasa jawa) 16
dalam ukuran yang sesuai. 87

320 PEDOMAN VII. Yang ada dalam kesepian,


hendaknya menimbang-nimbang, bagaimana
Tuhan, untuk mencoba dirinya, telah
membiarkan dia dalam kemampuan kodratnya
sendiri, supaya melawan macam-macam bujuk
dan godaan musuh; karena, dengan
pertolongan ilahi yang tetap selalu ada, juga 322
bila tak jelas terasa, dia tentu mampu melawan.
Meski oleh Tuhan dijauhkan semangat
berkobar, rasa cinta yang meluap, namun
diberikan rahmat secukupnya untuk
keselamatan kekal.

57
321 PEDOMAN VIII. Orang yang ada dalam
kesepian harus berusaha keras bertahan
dalam kesabaran, untuk melawan gangguan-
gangguan yang datang padanya. Haruslah
dia ingat bahwa segera akan ada hiburan,
bila dia menggunakan segala ikhtiar
melawan kesepian itu, seperti yang tersebut 7
dalam pedoman VI.

322 PEDOMAN IX. Ada tiga sebab utama 20b, 44


mengapa kita mengalami kesepian: 63
1. Karena kita kendur, malas, atau lalai dalam 87
latihan-latihan rohani; kalau begitu halnya,
karena salah kita sendirilah bahwa hiburan
rohani dijauhkan dari kita.
2. Untuk mencoba seberapa besar kekuatan
kita dan berapa jauh yang dapat kita capai
dalam pengabdian dan pujian-Nya, bila
dibiarkan tanpa pahala, hiburan ataupun
rahmat yang melimpah.
3. Untuk memberi kita pengetahuan serta
pengertian yang benar, supaya kita merasa
dalam-dalam, bahwa bukanlah tergantung
pada kekuatan kita di peroleh dan
dicapainya rasa devosi yang berkobar, rasa
cinta yang meluap, air mata atau macam
hiburan rohani yang lain, melainkan semua
itu adalah anugerah dan rahmat Tuhan kita
belaka. Allah tidak menginginkan kita

58
"bersarang di rumah orang", untuk
meninggi-ninggikan budi kita sampai ke
suatu kesombongan atau kemegahan
kosong, karena beranggapan, bahwa rasa
devosi atau akibat-akibat hiburan lain-
lainnya itu berasal dari kita sendiri.

323 PEDOMAN X. Orang yang ada dalam hiburan,


hendaknya memikirkan bagaimana ia akan
bersikap dalam kesepian yang akan datang
kemudian, dan mencari kekuatan-kekuatan
baru untuk menghadapi waktu itu.

324 PEDOMAN XI. Orang yang sedang terhibur, harus


mencoba untuk merendahkan diri dan
mengakui kehinaannya sejauh mungkin,
dengan memikirkan betapa lemah dirinya
dalam waktu kesepian, tanpa rahmat atau
tanpa hiburan semacam itu. Sebaliknya, orang
yang kesepian, hendaknya memikirkan, bahwa 165
dirinya berkemampuan besar, karena punya 7, 320
rahmat cukup untuk melawan semua
musuhnya, bila mencari kekuatan pada
Pencipta dan Tuhannya. 323

325 PEDOMAN XII. Musuh bersikap seperti


perempuan, lemah bila dilawan dan kuat bila
dibiarkan. Memang ciri khas perempuan bila
sedang cekcok dengan laki-laki, jadi takut dan

59
lari, bila laki-laki bermuka gigih terhadapnya.
Tetapi, sebaliknya bila laki-laki mulai lari dan
kehilangan keberanian, maka amarah dan
ancaman garang perempuan itu menjadi hebat
dan tak terhingga.
Demikian pula ciri khas musuh, dia akan
menjadi lemah, hilang keberaniannya, lari pergi
dengan godaan-godaannya, bila orang yang
sedang berlatih dalam perkara-perkara rohani 13, 16
bermuka gigih menentang godaan-godaan 97, 217
musuh dan mengadakan perlawanan yang 351
tepat berbalikan.
Bila sebaliknya, orang yang berlatih mulai
takut, dan hilang keberaniannya menghadapi
serangan-serangan godaan-godaan, maka di
muka bumi ini tiada binatang yang lebih ganas
daripada musuh kodrat manusia itu, dalam
mengejar maksud jahatnya dengan
kedurhakaan yang luar biasa.

326 PEDOMAN XIII. Begitu pula musuh kita juga


bersikap seperti buaya darat: ingin tetap
dirahasiakan dan tak dibukakan kepada siapa
pun. Karena, memanglah orang cabul, yang
dengan kata-kata merayu gadis puteri seorang
ayah yang baik atau isteri seorang suami yang
baik ke arah maksud serongnya, tentu
berkehendak agar kata-kata dan bujukannya
tetap dirahasiakan.

60
Sebaliknya sangatlah membuat dia tak senang, 317
bila kata licik dan maksud serong tadi dibuka 17
oleh gadis di hadapan ayahnya atau oleh isteri
di hadapan suaminya, karena dengan mudah
dapat ditariknya kesimpulan, bahwa usahanya
yang telah dimulainya tadi tak akan berhasil.
Sama halnya, bila musuh kodrat manusia
menyajikan tipu dan bujuknya kepada jiwa
yang lurus, tentu ingin dan berharap semuanya
tadi diterima dan tetap dirahasiakan. Tetapi
bila orang itu membukanya di hadapan seorang
bapa pengakuan yang baik atau orang saleh
lain, yang kenal akan tipu serta kejahatan-
kejahatannya, tentulah sangat membuat musuh
kecewa. Dia tahu usaha jahat yang dimulainya
tak akan berhasil bila tipu dayanya jelas
terbuka.

327 PEDOMAN XIV. Dia juga bersikap


seperti komandan tentara dalam usahanya 140
untuk menundukkan serta merebut apa yang
diinginkannya. Karena, seorang kapten atau
komandan pasukan, setelah membangun
markas dan menyelidiki kekuatan ataupun
situasi pertahanan musuh, tentu menyerang
lewat bagian yang paling lemah. Begitu pula,
musuh kodrat manusia berkeliling menyelidiki
semua keutamaan ilahi, keutamaan pokok dan
keutamaan moral kita. Dia lalu menyerang dan

61
mencoba menguasai kita lewat bidang-bidang
di mana kita kedapatan paling lemah dan rapuh
dalam mempertahankan keselamatan kekal
kita.

Peziarah berjumpa orang muslim

62
328 PEDOMAN PEMBEDAAN ROH-ROH II.
(Latihan Rohani Santo Ignatius)

Pedoman-pedoman lebih lanjut untuk


memahami gerak batin yang timbul dalam jiwa.
Pedoman-pedoman ini diberikan untuk dapat
lebih jauh membedakan roh-roh. Pedoman-
pedoman ini lebih cocok untuk Minggu kedua. 10

329 PEDOMAN I. Ciri khas Allah dan malaikat-


malaikat-Nya, bila bertindak di dalam jiwa,
ialah memberi sukacita dan kegembiraan sejati 315
dengan menyingkirkan segala kesedihan dan
kekacauan, yang dimasukkan oleh musuh.
Sedang ciri khas musuh ialah berjuang
melawan sukacita dan hiburan rohani itu 348
dengan menyodorkan alasan-alasan semu,
pandangan-pandangan sesat dan tipuan licik
terus-menerus.

330 PEDOMAN II. Hanya Allah sendirilah yang


dapat memberi hiburan kepada jiwa tanpa
sebab-sebab sebelumnya. 350
Karena memang diri khas Penciptalah masuk,
keluar dan menimbulkan gerakan dalam jiwa 15,316
untuk menarik sepenuhnya ke arah cinta
kepada Keagungan ilahi-Nya. Kukatakan tanpa
sebab, artinya: tanpa adanya perasaan atau
pengertian apa-apa yang dapat mendatangkan

63
hiburan semacam itu karena kerja budi atau
kehendaknya sendiri.

331 PEDOMAN III. Bila ada sebab, maka hiburan


dapat datang dari malaikat baik maupun dari
malaikat jahat. Tetapi tujuannya berlawanan.
Malaikat baik menghibur bertujuan demi
kemajuan jiwa, supaya berkembang dan
meningkat dari taraf baik kepada yang lebih
baik. Malaikat jahat menghibur bertujuan
sebaliknya, yaitu: untuk selanjutnya menyeret
jiwa ke arah maksud jahat serta
kedurhakaannya.

332 PEDOMAN IV. Ciri khas malaikat jahat yang 10


berganti rupa menjadi malaikat terang, ialah
memulai dengan mengikuti suasana jiwa yang
saleh, akhirnya menggiring ke arah maksud
sendiri. Artinya, dia menyodorkan pikiran-
pikiran baik-baik dan suci-suci, menyesuaikan
diri dengan jiwa yang saleh tadi, lalu sedikit
demi sedikit berusaha menuju maksudnya,
menyeret jiwa itu ke arah tipu tersembunyi dan
maksud-maksud durhaka.

333 PEDOMAN V. Hendaknya diperhatikan dengan


sungguh-sungguh seluruh jalan pikiran. Bila
awal, tengah dan akhir seluruhnya baik,
mengarah kepada yang serba baik, maka itu

64
pertanda bahwa berasal dari malaikat baik.
Tetapi, bila jalan pikiran yang disodorkan
berakhir pada sesuatu yang buruk, atau
menyeleweng, atau kurang baik dibandingkan
dengan niat jiwa sebelumnya, atau membuat
jiwa lemah, resah dan bingung, menyingkirkan
damai dan tenang serta tenteram yang
sebelumnya, dimiliki, maka itu pertanda jelas
bahwa asalnya dari roh jahat, musuh kemajuan
dan keselamatan kekal kita.

334 PEDOMAN VI. Bila musuh kodrat manusia itu


telah dapat dirasa dan dikenal dari ekor
ularnya dan maksud jahat yang dibujukkannya,
maka bergunalah bagi yang digoda selanjutnya
mengamati jalan pikiran baik-baik yang
disodorkan musuh tadi; bagaimana awalnya,
bagaimana sedikit demi sedikit dia berusaha
menjauhkan orang dari suasana manis dan
gembira rohani, di mana dia berada, sampai 124
akhirnya menggiring dia ke arah maksud
jahatnya. Demikianlah berkat pengertian dan
pengamatannya atas pengalaman tadi, dapatlah
ia berjaga-jaga untuk selanjutnya menghadapi
tipu daya yang biasa dipakai musuh-musuh itu.

335 PEDOMAN VII. Pada orang yang maju dari baik


jadi lebih baik, malaikat baik menjamah jiwa
secara halus, lembut dan manis, seperti titik air

65
masuk sepon. Malaikat jahat menjamahnya
secara tajam, berdencang dan kacau seperti
titik air jatuh di atas batu.
Pada orang yang merosot dari buruk ke lebih
buruk, roh-roh tersebut menjamah dengan cara
berbalikan. Adapun sebabnya terletak pada
keadaan jiwa orangnya: apakah berlawanan
atau cocok dengan roh-roh yang berbeda-beda
tersebut. Bila berlawanan, tentu saja masuknya
dengan gaduh dan gejolak yang mudah dikenal;
bila cocok masuknya tentu diam-diam, seperti
ke rumah sendiri dengan pintu terbuka.

336 PEDOMAN VIII. Bila hiburan tanpa sebab,


meskipun tidak mengandung tipu, karena
seperti telah dikatakan, datangnya hanya dapat
dari Allah Tuhan kita saja, namun orang saleh
yang diberi Allah hiburan semacam itu, dengan
sangat waspada dan hati-hati haruslah
menyelidiki serta membedakan antara saat
berlangsungnya hiburan itu sendiri dan saat
berikutnya, pada waktu jiwa masih menyala
dan gairah berkat anugerah-anugerah dan
bekas-bekas dari hiburan yang telah lewat.
Sebab, kerapkali dalam saat yang kedua itu,
karena mulai memikir sendiri dengan
berpangkal pada hubungan serta konsekuensi- 17, 32
konsekuensi pikiran atau pendapatnya entah
karena pengaruh roh baik, entah karena

66
pengaruh roh jahat, orang membuat macam-
macam niat dan putusan, yang tidak langsung
diberikan oleh Allah Tuhan kita sendiri. Dari
sebab itu, perlulah diselidiki dengan sangat
hati-hati sebelum dipercaya sepenuhnya dan
mulai dilaksanakan dalam tindakan.

67
DAFTAR PUSTAKA

1. Loyola, St. Ignasius. 1993. Latihan Rohani. terjemahan


oleh J. Darminta SJ. Yogyakarta: Kanisius.

2. Da Camara, S.J., Luis Goncalves. 1996. Wasiat dan


Petuah St. Ignatius. Terjemahan Tom Jacobs, SJ.
Yogyakarta, Kanisius.

3. Suparno, S.J., Paul. 1998. Roh Baik dan Roh Jahat.


Yogyakarta: Kanisius.

4. Suparno, S.J., Paul. 2009. Discerment: Panduan


Mengambil Keputusan. Yogyakarta: Kanisius.

5. Suparno, S.J., Paul. 2007. Communal Discernemnt:


Bersama Mencari Kehendak Tuhan dalam Komunitas.
Yogyakarta: Kanisius.

6. Faricy, S.J., Robert. Seeking Jesus in Contemplation and


Discernment. Pembedaan Roh I dan II. page 65–85
(terjemahan J.B. Mardikartono, S.J.).

68
LAMPIRAN

1. DOA PEMERIKSAAN BATIN


Doa Pemeriksaan Batin ini membantu orang semakin dapat
mengenal dan membeda-bedakan gerakan roh, mengenal
perasaan dan keinginan paling dalam yang dialami dalam
dirinya. Doa ini bersifat pribadi dan terdiri dari 5 unsur:

1.1. Bersyukur kepada Tuhan


Sebab Tuhan Yang Mahakasih telah menganugerahkan
segala yang baik dan kasih-Nya kepadaku, tanpa jasa-jasaku.
Kebaikan dan kasih-Nya aku terima dan aku rasakan
sepanjang hidup, khususnya pada hari ini.

1.2. Mohon terang Roh Kudus


Mohon terang Roh Kudus: untuk dapat mengingat apa yang
terjadi dalam diriku, untuk apa yang aku lakukan pada hari
ini, untuk dapat mengenal berbagai gerakan roh, untuk
dapat membeda-bedakannya, untuk dapat menyadari diri
dan menemukan kehendak Tuhan.

1.3. Refleksi diri


Aku mengingat-ingat dan menyadari bagaimana diriku telah
melewati hari ini, dari waktu ke waktu atau dari jam ke jam
atau dari tempat ke tempat, dan bagaimana perjumpaanku
dengan sesama? Perasaan, suasana hati dan dorongan apa
yang terjadi dalam diriku? Gerakan seperti apa yang
mengarah kepada roh baik atau roh jahat? Bagaimana sikap
dan tanggapanku terhadap gerakan-gerakan itu?

69
1.4. Mohon ampun dan bersyukur
Mohon ampun bila ternyata aku menghalangi pengaruh roh
baik dan mengikuti dorongan dan gerak roh buruk.
Bersyukur bila aku dapat mengikuti gerakan dan dorongan
roh baik dan menolak gerakan dan dorongan roh buruk.

1.5. Membuat niat


Aku membuat niat untuk mewujudkan kehendak Allah
dengan semangat baru, agar aku terus dapat berkembang
dengan bantuan rahmat-Nya.

Untuk dapat mencapai tujuannya Doa Pemeriksaan Batin ini


harus dilaksanakan secara terus-menerus, rutin, dan secara
konsisten. Setiap hari dilakukan 2 kali, siang hari dan malam
hari.

2. PEMBEDAAN ROH ATAU PENEGASAN ROHANI ATAU


DISCERNMENT
Berikut ini adalah langkah-langkah Discernment yang
didasarkan Waktu III (Waktu I: Digerakkan Tuhan; Waktu II:
Mendapat terang; Waktu III: Biasa dan tenang) untuk
Pemilihan dari Latihan Rohani St. Ignatius nomor 177-184,
yakni waktu biasa dan tenang. Maksudnya waktu di mana
aku dapat berpikir, berefleksi dan berdoa tanpa tergesa-
gesa untuk mempertimbangkan apa yang ingin aku pilih
atau diputuskan. Cara inilah yang sering dipakai, ketika aku
dapat menggunakan akal-budi, hati atau kehendak dengan
bebas.

70
2.1. Berdoa
Hening dan mohon terang Roh Kudus agar aku dapat
mengambil keputusan atas bahan pilihan ini.

2.2. Menyadari Tujuan Hidupku


Tujuan hidupku, yakni untuk memuji, meluhurkan dan
mengabdi Tuhan.

2.3. Menimbang-nimbang secara obyektif


Mempertimbangkan situasi, keadaan dan hal yang berkaitan
dengan matang (misalnya dengan analisa SWOT). Mencari
alasan pro dan kontra dari bahan pilihan yang akan
ditegaskan. Memberi urutan prioritas menurut bobot dari
alasan pro dan kontra. Alasan yang lebih menunjang tujuan
manusia diciptakan diberi bobot lebih daripada yang kurang
menunjang. Bobot biasanya lebih bersifat obyektif dari pada
hanya angan-angan yang tidak nyata. Pertanyaan lain yang
membantu ialah: Apa untung-ruginya, apa bermanfaat atau
tidak?

2.4. Keputusan atau menjatuhkan pilihan


sementara/kecenderungan
Manakah kecenderungan hatiku? Pilihan atau peneguhan
manakah yang lebih menguntungkan untuk mencapai
tujuan hidupku? Alasan-alasan mana yang mendukung dan
yang kurang mendukung atas apa yang mau dipilih? Inilah
pilihan dan peneguhanku sementara atau kecenderungan
hatiku.

71
2.5. Penyerahan atau membawa dalam doa
Menyerahkan pilihan sementara ini kepada Tuhan; dan
mohon peneguhan Tuhan apakah memang inilah pilihan
yang tepat dan apakah ini sesuai dengan kehendak Tuhan.

2.6. Keputusan dan Refleksi


Merasakan dalam batinku apakah aku menjadi tenang,
damai, sukacita dst. (lihat Galatia 5:22-23b) serta
mengalami hiburan rohani (konsolasi) dengan pilihan ini;
atau sebaliknya aku merasa gelisah, kacau, takut dll. serta
mengalami kesepian rohani (desolasi)? Bila yang pertama
yang lebih banyak kualami maka inilah pilihan yang tepat
dan aku mengalami peneguhan. Bila dalam keadaan desolasi
aku harus lebih waspada dan sebaiknya jangan
menjatuhkan pilihan. (Langkah-langkah ini mengandaikan
adanya doa yang serius dan keterbukaan kepada
pembimbing rohani).

Inigo bersemedi di sebuah gua Manresa

72

Anda mungkin juga menyukai