Anda di halaman 1dari 11

1

CONVERSATIONAL EVANGELISM

(Bagaimana Mendengarkan dan Berbicara agar anda didengarkan)

Membaca & Meringkas

Oleh

Hilderia Damanik

NIM :

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP

KARANGANYAR

JUNI 2020
2

CONVERSATIONAL EVANGELISM

(Bagaimana Mendengarkan dan Berbicara agar anda didengarkan)

Membaca & Meringkas

Diserahkan kepada

Dosen Pengampu Pdt Dr. Bambang Sriyanto.,M.Th. Th.D

Sebagai Bagian dari Tugas awal dalam Mata Kuliah

Teologi Penginjilan dan Pemuridan

Oleh

Hilderia Damanik

NIM :

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP

KARANGANYAR

JUNI 2020
3

RINGKASAN
CONVERSATIONAL EVANGELISM

Conversational Evangelism adalah sebuah buku yang sangat


bermanfaat bagi seorang kristiani yang sedang membangun hubungan dengan
orang lain yang memiliki latar belakang budaya, agama dan pandangan dunia
yang berbeda dan rindu untuk membawa hubungan tersebut lebih lanjut untuk
menolong mereka mengambil langkah lebih dekat kepada Kristus
Conversational Evangelism merupakan kristalisasi sebuah hasil studi
mendalam yang telah dikemas dalam bentuk pelatihan praktis tentang
bagaimana melakukan percakapan pra-penginjilan. Jika penginjilan adalah
menabur benih maka percakapan pra-penginjilan adalah menyiapkan tanahnya
(1 Korintus 3:6). Conversational Evangelism juga mencakup percakapan-
percakapan yang mengantar atau mengarahkan seseorang pada inti berita Injil,
tidak hanya sekedar pemaparan Injil itu sendiri. Metode dan sarana yang
dipakai pada tahun 1960-1970-an dalam pendekatan penginjilan perlu
diperbaharui modelnya, sehingga penginjilan yang kita lakukan akan berhasil.
Ada tiga alasan perubahan ini harus dilakukan yaitu:
1. Banyak orang kurang tertarik dengan presentasi Injil yang sederhana
Ketertarikan terhadap pesan Injil semakin berkurang, sehingga orang-
orang kristiani mendapati cara penginjilan yang biasanya mereka lakukan
menjadi sangat terbatas. Tingkat keterbukaan seseorang terhadap Injil
berbeda sehingga harus membutuhkan sarana yang dapat melengkapi
segala hal dalam pemberitaan Injil itu sendiri, sehingga yang diperlukan
adalah pendekatan yang berbeda, tergantung dari keterbukaan rohani
seseorang.
2. Dunia yang telah mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi dalam dunia sekarang ini seringkali menciptakan
halangan terhadap Injil yang ditandai dengan penolakan nilai-nilai moral
yang mutlak, sikap mempertanyakan, sikap penuh keraguan terhadap
hal-hal rohani serta penolakan secara terang-terangan terhadap
kebenaran obyektif.
3. Peningkatan in-toleransi terhadap mereka yang percaya pada kebenaran
mutlak.
Pandangan orang-orang dunia masa kini tentang mereka yang percaya
pada kebenaran mutlak membuat tugas penginjilan semakin berat
Untuk melakukan praktek pra-penginjilan sebaiknya ada 4 macam percakapan
utama yang ingin dibangun bersama mereka yang belum percaya yaitu:
Percakapan yang mendengarkan, Percakapan yang memperjelas, Percakapan
yang menyingkapkan dan Percakapan yang membangun.
Langkah-langkah yang diambil untuk membangun strategi dalam
mewartakan Injil adalah mendengarkan mereka dengan cermat, menyingkirkan
hambatan-hambatan di permukaan dan membangun jembatan menuju Injil
Delapan (8) komponen utama dalam menyusun pendekatan pra-penginjilan
yaitu: Mendengarkan secara aktif, Merombak cara pikir secara positif,
Mengajukan pertanyaan yang menolong orang lain untuk memunculkan sendiri
apa yang benar, Memakai prinsip bumerang yang mengalihkan beban
4

pembuktian dari kita kepada mereka, Mengetahui penghalang utama terhadap


Injil, Mencari titik temu, Menyusun strategi untuk membangun jembatan menuju
Injil (jembatan pikiran maupun jembatan perasaan) serta Memiliki pengetahuan
dasar tentang iman kristiani dan apa yang membuat Yesus tidak ada
bandingannya
Manfaat pendekatan Corversational Evangelism adalah:
1. Pendekatan ini sangat efektif untuk memberikan kesaksian kepada
mereka yang tidak perduli, meragukan atau menentang pernyatan
mengenai Kristus karena pendekatan ini memungkinkan seseorang
melihat adanya cacat dalam keyakinan mereka tanpa membuat mereka
merasa tersudut.
2. Perlu memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang Apologetika untuk
dapat menggunakan pendekatan ini secara efektif; dengan
mendengarkan apoa yang disampaikan teman-teman yang belum
percaya kita dapat menemukan istilah-istilah agama mereka yang nanti
mungkin akan menolong mereka untuk memikirkan kembali kepercayaan
tersebut
3. Belajar untuk menemukan hal-hal yang tidak selaras dalam kepercayaan
orang lain dengan mendengarkan secara cermat apa yang mereka
katakana tentang pilihan kepercayaan mereka serta mendengarkan
nada-nada sumbang mereka.
4. Mendorong untuk menemukan keseimbangan yang benar antara elemen
kognitif dan non-kognitif dalam penginjilan (membangun kepekaan kita
terhadap Roh Kudus, memohon hikmat untuk memahami pendekatan
seperti apa yang paling membantu)
5. Memungkinkan kita untuk menjangkau dan memberi kontribusi dalam
perjalanan rohani dari orang-orang yang tidak masuk daftar teman kita,
selama orang-orang tersebut terbuka untuk melanjutkan percakapan
rohani.
6. Memikirkan langkah-langkah yang sistematis untuk melakukan pra-
penginjilan sehingga dapat dengan mudah diajarkan kepada orang lain
dengan menggunakan analogi peran sebagai pemusik, pelukis, arkeolog,
ahli bangunan

Sebelum masuk ke dalam metode pra-penginjilan, kita harus mengetahui


peran penting Roh Kudus untuk memampukan kita membuat perbedaan dalam
hidup orang lain seperti:
1. Roh Kudus memampukan kita berbicara dengan cara yang menghasilkan
perbedaan (Kis.14:1) dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, dan
dengan bukti bahwa Roh berkuasa (1 Kor.2:4)
Kata-kata kita pun bisa memberikan dampak yang besar bagi hidup
orang lain jika kata-kata itu diberi kuasa oleh Roh Kudus. Semakin
meyakinkan kata-kata yang kita ucapkan, Roh Kudus semakin dapat
menggunakannya untuk mempengaruhi orang lain.
2. Roh Kudus yang dapat menyadarkan seseorang akan dosa (Yoh.16:8).
Apologetika hanyalah sebuah alat yang dipakai oleh Roh Kudus untuk
5

membawa seseorang kepada Yesus tetapi hanya Allahlah yang bisa


menyelamatkan.
3. Roh Kudus yang dapat mempertobatkan seseorang dari pendosa
menjadi orang yang diselamatkan. Apa yang dilahirkan secara jasmani
bersifat jasmani dan apa yang dilahirkan secara rohani bersifat rohani
(Yoh.3:5-6)
4. Roh Kudus memampukan kita untuk menjalani hidup saleh, menjadikan
kita sebagai saluran yang lebih baik dimana Dia bisa berkarya (Flp.1:14)
Hidup Paulus adalah bukti yang kuat bagi banyak orang bahwa Allah
adalah nyata dan Yesus benar-benar Mesias.

Ada 3 alasan bahwa mendengarkan merupakan langkah penting dalam


praktek pra-penginjilan yaitu pertama, mendengarkan akan membantu kita
terhubung dengan lebih baik terhadap orang lain, orang akan merasa dihargai
ketika kita memahami apa yang mereka pikirkan dan sabar saat bercakap-
cakap dengan mereka; kedua, mendengarkan akan membuat orang merasa
nyaman bercakap-cakap dengan kita, sehingga mereka akan lebih tulus terbuka
untuk berbicara dengan jujur; ketiga, kita dapat mengembangkan kebiasaan
mendengarkan yang baik dalam percakapan dengan teman-teman yang belum
percaya sehingga kita bisa menemukan hal-hal yang tidak konsisten dalam
kepercayaan mereka sehingga kita dapat melontarkan pertanyaan yang tepat
yang akan menuntun ke dalam percakapan selanjutnya.
Dalam praktek pra-penginjilan kita akan sering diperhadapkan dengan
istilah “nada sumbang” yang dapat didefenisikan sebagai nada atau kata-kata
yang kedengarannya tidak pas terhadap apa yang telah kita sampaikan,
ketidakselarasan dalam pernyataan seseorang. Misalnya: semua pandangan
agama sama-sama benar dan mendengarkan nada sumbang dalam
percakapan kita dengan orang lain merupakan sebuah konsep penting. Kita
harus bisa berpikir secara benar dan mendengarkan dengan cermat untuk
mendeteksi ketika seseorang mengatakan hal-hal yang bertolak belakang.
Nada-nada sumbang dalam kepercayaan kristiani ada 3 yaitu nada sumbang
ilmu pengetahuan dengan penciptaan, nada sumbang mengenai penyebab
pertama, dan nada sumbang kepercayaan dengan perilaku orang kristiani

Ada 4 jenis nada sumbang yang akan kita jumpai dalam praktek pra-penginjilan
yaitu:
1. Kepercayaan versus Kerinduan Hati
adalah ketidakselarasan antara pandangan dunia (cara pandang dunia
terhadap kehidupan) seseorang dengan kerinduan hatinya. Semua orang
tanpa melihat latar belakang agama memiliki kerinduan hati untuk
mengenal dan dikenal oleh orang lain tanpa mereka sadari dan dikenal
oleh Allah sendiri. Banyak agama dunia yang memiliki pandangan yang
tidak sesuai dengan kerinduan hati manusia seperti Hinduisme
mengatakan bahwa orang hanya dapat berhubungan dengan Tuhan
yang impersonal, sementara hati manusia mendambakan sesuatu yang
lebih dari itu; Buddhisme tujuan yang hendak dicapai adalah nirwana
suatu ketiadaan yang abstrak, untuk mencapai itu identitas kita sebagai
6

manusia harus ditanggalkan, hal ini berlawanan dengan kerinduan hati,


sedangkan ajaran Islam berlawanan dengan kerinduan hati untuk
memiliki hubungan yang intim dengan Allah, hanya melalui Kristus kita
dapat benar-benar menemukan pemenuhan yang memuaskan untuk
kerinduan hati kita.
2. Kepercayaan versus Perilaku
Ketidakselarasan kepercayaan dengan perilaku tampak dalam
persimpangan antara apa yang dipercayai seseorang dengan bagaimana
ia hidup. Rasul Paulus menegur Petrus karena perilakunya tidak
konsisten (Gal.2:11-14) Banyak orang yang seringkali tidak hidup secara
konsisten dengan apa yang mereka percayai. Beberapa contoh nada
sumbang yang sering kita dengar;
- Saya percaya akan evolusi alam, tetapi saya berusaha untuk
menjalani hidup yang baik
- Saya memperlakukan orang lain dengan penuh hormat, tetapi
menurut saya tidak ada namanya standar benar atau salah
- Saya tidak percaya mengenai kehidupan setelah kematian, tetapi
saya percaya bahwa kita perlu menghormati nenek moyang kita yang
sudah meninggal dengan membakar dupa.
3. Kepercayaan versus Kepercayaan
Memegang dua atau lebih kepercayaan yang saling bertentangan
(Kis.17:28-29) ada dua hal yang ditekankan Rasul Paulus yang tidak
selaras dalam kepercayaan mereka yaitu percaya bahwa mereka
menciptakan allah-allah yang terbuat dari emas, perak atau batu tetapi
mereka juga percaya bahwa allah-allah ini telah menciptakan mereka.
Roh Kudus dapat menggunakan kesadaran seseorang mengenai
kepercayaannya yang bermasalah untuk mendorongnya mengambil satu
langkah mendekat kepada Yesus Kristus dan bahkan menuntun mereka
untuk menerima Kristus.
Misalnya:
Ada pernyataan dalam Islam bahwa Muhammad adalah nabi besar yang
terakhir sedangkan Yesus hanyalah seorang nabi besar. Tetapi Al-Qur’an
mengakui bahwa Yesus tidak berdosa (Sura 3:45-46; 19:19-21) dan
dilahirkan oleh seorang perawan (Sura 3:47) dan Muhammad memiliki
dosa (Sura 40:55; 48:1-2) dan tidak lahir dari perawan.
Kalangan Hindu percaya bahwa semua manusia berinkarnasi dari
kematian, jika perilaku mereka buruk mereka akan menjadi binatang, jika
reinkarnasi itu benar adanya bagaimana kita bisa menjelaskan
peningkatan angka kejahatan dan penambahan jumlah penduduk?
4. Kepercayaan versus kepercayaan yang tidak logis
Ketidakselarasan ini dijumpai dalam satu kepercayaan itu sendiri

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengawali


Conversational Evangelism adalah dengan mendengarkan sungguh-
sungguh teman-teman non-kristiani kita untuk memahami apa yang mereka
percayai, hanya dengan demikian kita bisa mengenali adanya nada
sumbang atau ketidakselarasan dalam kepercayaan mereka. Kemudian
7

dengan mengidentifikasi nada-nada sumbang sehingga kita dapat menolong


orang-orang yang membuat pernyataan itu menilai diri mereka sendiri
beserta kepercayaan mereka dalam terang kebenaran, langkah selanjutnya
melakukan pendekatan yang dipakai oleh Yesus dan Rasul Paulus secara
efektif. Ketika kita menemukan nada sumbang dalam kepercayaan orang
lain, kita tidak boleh melupakan pentingnya terus mendengarkan mereka
dengan tulus sampai kita dapat memahami dengan jelas apa yang menjadi
kepercayaan orang yang hendak kita jangkau dan satu hal penting yang
tidak boleh diabaikan adalah kebergantungan terhadap tuntunan kuasa Roh
Kudus adalah hal yang utama.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memulai Conversational
Evangelism adalah: (1) Berperan sebagaimana seorang Pemusik yang mau
memperhatikan dan mendengarkan apa yang sebenarnya dipercayai oleh
orang lain, dengan demikian kita dapat mulai mengenali nada sumbang
yang dinyanyikan oleh orang lain kepada kita. (2) Berperan sebagaimana
seorang Pelukis yang mau melukiskan suatu gambar dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan untuk menolong orang lain melihat lebih jelas apa
yang mereka katakan sendiri tentang kepercayaan mereka. (3) Berperan
sebagaimana seorang Arkeolog secara hati-hati menggali sejarah perjalanan
rohani orang untuk mengetahui apa yang sebenarnya menghambat mereka
untuk percaya bagaimana mereka supaya sampai pada keyakinan yang
mereka hidupi saat ini. (4) Sebagai Ahli Bangunan, kita ingin membangun
sebuah jembatan menuju Injil.
Untuk memahami apa yang mereka percayai lebih lanjut kita akan
membuat pertanyaan-pertanyaan untuk menggali sesuatu yang kurang pas
dalam kepercayaan mereka dengan tidak bermaksud untuk menyinggung
sedikit pun. Dengan cara mengklarifikasi arti atau istilah-istilah yang kurang
jelas atau tidak dimengerti, akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini,
Pertama, Mengajukan pertanyaan klarifikasi merupakan cara paling baik
untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi atau pertanyaan yang memperjelas
adalah dengan menanyakan “Apa yang anda maksud dengan … ?
umumnya setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang istilah-istilah
kunci, diharapkan dengan pertanyaan klarifikasi dapat menjawab istilah
tersebut. Kedua, pertanyaan klarifikasi membantu memperjelas apa yang
dipercayai orang yang meliputi (a) Mengklarifikasi atau memperjelas istilah
sangat penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan mereka yang
memakai istilah-istilah rohani yang mirip tetapi tidak sama arti yang dipahami
oleh orang Kristen, (b) Mengklarifikasi istilah juga penting ketika kita
berhadapan dengan teman-teman kita yang berpikir ilmiah dan
mempertanyakan sesuatu, (c) Mengklarifikasi istilah dapat mengantar kita
pada percakapan yang bermakna dan membuat orang tidak bingung.
Ketiga, pertanyaan klarifikasi membantu menyingkapkan sifat hambatan
artinya bahwa praktek mengajukan pertanyaan klarifikasi dapat membantu
menyingkapkan kondisi rohani seseorang. Keempat, pertanyaan klarifikasi
8

membantu menciptakan kejujuran dalam diskusi sehingga dapat membantu


orang yang kita ajak bicara supaya bicara lebih jujur terhadap dirinya sendiri
dan terhadap kita mengenai apa yang sebenarnya mereka percayai. Kelima,
pertanyaan klarifikasi membantu membuat orang lebih terbuka untuk bicara
mengenai hal-hal yang rohani maksudnya adalah dapat membuka
kesempatan untuk percakapan yang lebih interaktif tentang hal-hal rohani
atau bahkan pemberitaan Injil secara langsung. Keenam, pertanyaan
klarifikasi membantu meminimalkan sikap mempertahankan diri dengan
tujuan untuk menciptakan kesempatan yang lebih besar untuk percakapan
rohani tanpa membuat seseorang merasa perlu bersikap mempertahankan
diri. Ketujuh, pertanyaan klarifikasi membantu membalikkan beban
pembuktian

Conversational Evangelism dalam tindakan dalam dilakukan dengan


cara: (1) Pertanyaan yang terarah dapat mengakibatkan kegoyahan iman.
(2) Pentingnya bertanya secara selektif seperti : mempelajari seni
percakapan yang benar-benar baik, belajar bagaimana menarik orang dalam
percakapan, bagaimana mengajukan pertanyaan yang bisa memunculkan
ketidakpastian, bagaimana menunjukkan cara yang keliru, selektif dengan
topik yang kita bicarakan dan jenis pertanyaan yang kita angkat, memohon
hikmat dari Allah (Yak.1:5), menemukan topik yang bisa membuka
kesempatan untuk membantu teman-teman kita menyingkapkan apa yang
sebenarnya menghambat mereka untuk datang kepada Kristus, atau
setidaknya mendorong mereka untuk mencari tahu lebih banyak. (3)
Mengajukan pertanyaan dengan mengingat 3 R yaitu Ragu, Rela dan Rindu
yaitu pertanyaan yang kita ajukan dikelola sedemikian rupa sehingga dapat
membuat orang ragu dengan cara pandangnya, dan pada saat yang
bersamaan membuat orang itu tidak merasa diserang tetapi rela mendengar
serta rindu untuk mengetahui lebih dalam lagi. Menguasai 3 R dalam
mengajukan pertanyaan sangat penting pada masa kini, mengingat orang-
orang mudah sekali menutup diri pada saat mereka merasa bahwa kita
berusaha membuktikan kesalahan mereka dan mereka tampak bodoh,
bukan sekedar pertanyaan apa yang harus diajukan tetapi bagaimana cara
yang paling tepat untuk mengutarakannya. (4) Pentingnya melakukan lebih
dari sekedar merombak kepercayaan. Pertanyaan yang kita ajukan harus
menolong mereka untuk lebih terbuka dan ingin mendengar lebih banyak
tentang Yesus atau setidaknya ingin melanjutkan percakapan di lain waktu.
Pra-penginjilan yang efektif membutuhkan orang-orang yang memiliki
pandangan jauh ke depan dan hikmat yang cukup tidak hanya untuk
menangani pertanyaan atau keberatan yang diutarakan orang tetapi juga
untuk menggali kedalam dan mengatasi hambatan iman mereka yang
sebenarnya.
9

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyingkapkan hambatan-


hambatan dalam pra-penginjilan adalah:
1. Dengan memastikan apakah masalah yang diangkat adalah masalah
yang sungguh-sungguh digumulkan atau hanya diangkat untuk
mengalihkan perhatian. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
semacam ini akan membantu kita mengenali apakah yang diutarakan
orang tersebut hambatan sesungguhnya atau bukan, hal ini akan
menghemat banyak waktu dalam diskusi dengan orang-orang yang
sebenarnya tidak mau tahu tentang kebenaran. Kita dapat menghindari
banyak diskusi yang sia-sia dengan orang yang kelihatan terbuka untuk
masalah rohani, dan mendorong mereka untuk lebih jujur kepada kita
mengenai apa yang sebenarnya menghalangi mereka untuk menerima
Kristus.
2. Menentukan sifat dari hambatan mereka apakah itu intelektual,
emosional atau kombinasi antara intelektual dan emosional. Salah satu
cara untuk menangani pertanyaan intelektual adalah dengan belajar
mengalihkan beban pembuktian. Tidak mudah mengetahui apakah
seseorang memiliki hambatan intelektual, emosional atau keduanya.
Kemampuan untuk mengenali sifat-sifat hambatan ini lebih merupakan
seni daripada ilmu membutuhkan banyak latihan dan hikmat dari Allah
3. Memeriksa apakah teman kita memiliki beban emosional yang spesifik.
Melayani kebutuhan emosional dan spiritual sesama haruslah merupakan
hal yang pertama dan paling diingat ketika kita berusaha membagikan
Injil kepada mereka. Beban emosional bisa menjadi satu penghalang
yang serius sehingga perlu strategi yang tepat ketika kita menanganinya.
- Ketika menemukan adanya hambatan emosional dalam diri
seseorang kita perlu membuka kesempatan bagi orang tersebut
untuk membagikan kisahnya kepada kita.
- Tunjukkan empati dan perhatian yang tulus kepada mereka yang
memang mengalami masalah-masalah yang pelik secara emosional
- Memberi peneguhan akan kasih Allah dan pengharapan di dalam Dia
baik melalui perkataan maupun perbuatan (2 Pet.3:9)
- Minta maaf atas perilaku-perilaku saudara seiman dalam Kristus
terhadap mereka
- Katakan kepada mereka bahwa anda tetap mendoakan mereka
dalam segala situasi.
4. Memeriksa apakah ada masalah lain dibalik pertanyaan atau pernyataan
yang diungkapkan oleh seseorang
Kita harus berhati-hati menjaga agar komunikasi kita mengenai
kebenaran ini dipenuhi dengan kelembutan atau sikap rendah hati
sehingga orang lain akan mendengarkan kita.
5. Menemukan penghalang terbesar mereka untuk memeluk kekristenan
Kadang-kadang hambatan terbesar tidak ada kaitannya dengan bukti-
bukti iman Kristiani tetapi lebih berkaitan dengan pilihan gaya hidup.
Misalnya:
Di dunia Timur ada penghalang terbesar untuk menerima Kristus yaitu
“kewajiban atau harapan-harapan dalam keluarga” dan “keengganan
10

untuk melepaskan ritual-ritual dan praktek-praktek agama tertentu”


karena takut akan konsekwensinya terhadap situasi pribadi dan
keluarga.
6. Menemukan apa yang akan memotivasi orang-orang yang belum
percaya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
mereka tentang Kristus.
Menemukan faktor-faktor yang dapat memotivasi seseorang dapat
membantu menyingkirkan halangan yang potensial dan membuat kita
lebih leluasa membangun jembatan kepada Injil. Ketika orang
termotivasi mereka tidak akan keberatan untuk berbincang-bincang lebih
lama sehingga kita memiliki ruang yang cukup untuk menemukan apa
yang sebenarnya menghalangi mereka mengambil langkah menuju salib.
7. Menyingkapkan faktor yang berkaitan dengan kemauan

Kesimpulan
Setelah menguraikan hal-hal yang terpenting dan mendesak dalam
praktek pra-penginjilan maka akan disimpulkan sebagai berikut: Pertama,
Seni untuk melibatkan orang dalam percakapan rohani yang menarik,
membutuhkan waktu dan latihan, apalagi kita sedang berada dalam suatu
budaya yang semakin tidak bersahabat dengan pandangan kristiani dan
dirasa sangat perlu untuk mendefenisikan ulang apa yang dimaksud dengan
penginjilan dan mengingat bahwa penginjilan merupakan sebuah proses (1
Kor.3:6). Kedua, suatu keharusan untuk terus mengingat 3R dalam bertanya
secara efektif yaitu mengajukan pertanyaan yang membuat orang Ragu
karena ada hal-hal yang tidak pasti dalam keyakinan mereka, membuat
orang merasa tidak diserang namun Rela mendengarkan, serta membuat
orang Rindu untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Kristus (Ragu, Rela
dan Rindu) serta kadangkala lebih efektif untuk membiarkan orang lain
menemukan sendiri apa yang benar melalui pertanyaan-pertanyaan yang
terarah dan mendorong mereka untuk berpikir (2 Tim.4:3-4). Ketiga,
Memastikan bahwa pendekatan Pra-Penginjilan bersifat holistik atau
menyeluruh sehingga harus mengingat 4 percakapan pamungkas yaitu
percakapan yang mendengarkan, percakapan yang menjelaskan,
percakapan yang menyingkapkan dan percakapan yang membangun yang
sering diidentikkan dengan profesi Pelukis, Pemusik, Arkeolog dan Ahli
Bangunan. Keempat, langkah-langkah percakapan diatas tergantung dari
kondisi orang yang kita ajak bicara serta tuntunan Roh Kudus. Meskipun
langkah-langkah ini mungkin dapat membantu kita meningkatkan keefektifan
kesaksian dan metode bukanlah hal yang utama tetapi “masalah kita dalam
penginjilan yang utama bukanlah metodologinya melainkan kedewasaan
dalam melakukannya” . Kelima, hal yang paling penting adalah anda dan
saya semakin memiliki hati dan hasrat yang lebih besar bagi Allah dan
kepedulian yang tinggi bagi orang-orang terhilang disekitar kita. dan memiliki
bukti tindakan kasih yang paling indah adalah menceritakan kepada orang
lain Kabar Baik yang memiliki kuasa untuk mengubah hidup pada saat ini
dan memberi jaminan masa depan.
11

Sumber
Norman Geisler, David Geisler. Conversational Evangelism (Bagaimana
Mendengarkan dan Berbicara agar anda didengarkan) Yogyakarta: Gloria
Usaha Mulia, 2010 (285 hal)

Anda mungkin juga menyukai