Sabda Pengetahuan
adalah manifestasi sesaat akan kehadiran Allah yang memungkinkan seseorang untuk menerangkan kebenaran-
kebenaran Ilahi dengan jelas dan penuh urapan.
Sabda pengetahuan merupakan karunia pengajaran, karena melalui karunia ini kita dibimbing dan dibantu dalam
bidang mengajarkan misteri-misteri Tuhan kepada orang lain, sehingga melalui karunia ini kita mampu mengerti iman kita,
misteri Tuhan, jalan Tuhan, dan juga mampu menyampaikan kepada orang lain dengan baik dan mengena. Melalui karunia
ini kita akhirnya dibimbing oleh Tuhan untuk bertindak secara adikodrati pula. Karunia ini membantu kita, misalnya dalam
pemilihan bahan apa yang harus kita sajikan kalau kita harus berbicara di muka umum, kemudian dalam mengajar baik dalam
kelompok besar maupun kelompok kecil, atau mungkin mengajar anak, bagaimana caranya menyampaikan Injil kepada anak
kecil atau kepada orang lain, dan sebagainya. Sehingga kita dapat memilih bahan yang tepat untuk orang itu atau kelompok
itu. Atau dalam penginjilan pribadi kita bisa bicara dengan tepat dan mengena dalam bidang-bidang tertentu.
Kemudian dalam menyampaikannya, karena adanya karunia ini ia dapat mengajar dengan urapan, dan orang lain akan
mengakuinya. Seperti dalam Injil dikatakan tentang Yesus yang mengajar dengan penuh kuasa dan wibawa. Ini semua berkat
karunia sabda pengetahuan tadi. Kadang-kadang terjadi, kita mempersiapkan suatu bahan tertentu, tapi pada saat pengajaran
yang keluar lain sama sekali. Tetapi dalam pewartaan, kita harus selalu menyiapkan bahan, karena kalau kita tidak
mempersiapkan bahan, itu sama dengan mencobai Tuhan, karena Tuhan juga minta kerja sama dari kita. Kita pada umumnya
harus mempersiapkan bahan-bahan, tetapi kita tidak boleh terikat oleh apa yang kita siapkan, tetapi kalau kita
mempersiapkan, kita sudah punya suatu pegangan.
Bila kita bekerja atau menyampaikan suatu pengajaran atau apapun dibawa dorongan karunia ini, itu akan menjadi lain,
itu akan lebih mengena, lebih meyakinkan dan akhirnya juga lebih dalam. Dengan demikian kita lihat betapa pentingnya
karunia ini, misalnya dalam Kitab Suci, kita juga melihat Tuhan Yesus dalam pengajaranNya, dalam perumpamaan-
perumpamaanNya begitu mengena, karena pengajaran itu dilakukan Tuhan dibawa dorongan karunia tersebut, sehingga Dia
bisa mengajar dengan tepat untuk kelompok ini atau kelompok itu, sesuai dengan keadaan, dengan cara yang berbeda-beda,
sesuai yang dibutuhkan oleh kelompok. Sehingga dengan demikian bila kita semakin terbuka terhadap karunia ini, maka cara
mengajar dan apa yang diajarkan itu akan sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Dengan demikian pengajaran dan
pewartaan kita akan jauh lebih efektif bila dibandingkan tanpa karunia itu.
Bagaimana supaya kita bisa memperoleh karunia-karunia ini, baik marifat dan sabda pengetahuan? Rupanya untuk
karunia-karunia ini, seperti juga untuk karunia iman dan karunia kebijaksaan, syarat yang harus dipenuhi ialah hubungan
yang pribadi dengan Tuhan. Semakin seluruh hati kita terarah kepada Tuhan, semakin kita hanya mencari apa yang berkenan
kepada Tuhan, semakin kita peka terhadap dorongan dan bimbingan Roh Kudus, karena sesungguhnya Roh Kuduslah yang
berkarya melalui kita, maka kita akan semakin berkembang di dalam karunia ini. Oleh karena itu hubungan pribadi ini sangat
penting dan untuk memupuk ini ialah melalui hidup doa yang teratur. Semakin dalam hidup doa kita semakin kita mudah
untuk terbuka dan menerima karunia-karunia itu. Doa yang teratur, pembacaan firman yang teratur, dan tentu saja
mempelajari, mengerti dan mendambakan karunia ini. Kalau kita menolak karunia ini, tentu Tuhan tidak bisa
memberikannya. Dengan tetap terbuka terhadap karunia ini dan memupuk hubungan pribadi dengan Tuhan, kita akan
semakin berkembang dalam karunia ini. Satu hal yang harus selalu diingat, semakin kita berkembang dalam pelayanan dan
pelayanan kita semakin dibutuhkan, maka semakin kita membutuhkan Tuhan. Sebab seperti yang dikatakan Tuhan sendiri,
“Tanpa Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).
II. Sabda Pengetahuan sebagai Nubuat (Marifat / Word of Knowledge)
Sabda pengetahuan merupakan bentuk karunia nubuat yang sungguh penuh kuasa (dalam gereja protestan disebut
marifat), misal dalam misa penyembuhan“ di sini ada seorang yang disembuhkan dari…”, atau saat mendoakan orang, dapat
diketahui segera akar persoalan orang tersebut, dsb.
Sabda pengetahuan berfungsi untuk menyatakan rencana Allah secara kongkrit dalam situasi tertentu dan untuk
orang-orang tertentu.
Sabda pengetahuan ini merupakan pernyataan Tuhan untuk melayani. Sabda pengetahuan umumnya berupa suatu kata-
kata, gagasan, pengertian yang timbul dalam pikiran seseorang pada waktu dia berdoa. Apa yang timbul, kalau diucapkan,
mempunyai kuasa, kemudian diteguhkan dengan kenyataan (melalui pengujian).
Untuk berkembang dalam karunia ini diperlukan suatu proses. Mulai dari nubuat kemudian sampai ke karunia Sabda
Pengetahuan, ini merupakan proses pertumbuhan yang perlahan-lahan, khususnya kita harus berani, berani mengambil
resiko, berani mengambil langkah. Jadi ini suatu bentuk nubuat, suatu karunia yang penuh kuasa untuk menghadirkan Tuhan
pada umat.
Sabda pengetahuan ini baru mempunyai kuasa kalau pernyataan itu diucapkan, kalau tidak diucapkan tidak ada
kuasanya.
Tetapi justru dalam hal ini, kita harus berani terbuka, dari pihak lain juga harus jujur. Maka dengan kejujuran tadi dan
proses belajar, kita makin lama juga akan makin berkembang. Kalau semakin berani bertindak dalam iman, maka karunia ini
akan semakin berkembang.
Otentisitas karunia ini tentu harus diuji dari buah-buahnya. Kalau tidak ada karunia, maka tidak terjadi apa-apa.
Betapa berharga karunia ini, karena melalui karunia ini orang dibawa lebih cepat untuk mengenal Yesus Kristus, mengakui
bahwa Allah sungguh-sungguh hidup, dan melalui itu banyak orang yang dibawa ke dalam pertobatan, dibawa kepada
Kristus. Namun untuk mengetahui apakah karunia ini otentik atau tidak, kita harus mengujinya.
Bagaimana terjadinya?
1. Umumnya melalui kesan / gagasan dalam pikiran.
2. Orang mengalami gejala fisik tertentu, yang merupakan tanda suatu penyembuhan dari Tuhan sedang terjadi.
Misal : dalam misa penyembuhan atau saat mendoakan, tiba-tiba kepalanya sakit, kemudian diungkapkan untuk
penyembuhan sakit kepala, dan terjadi.
3. Kadang-kadang marifat ini dapat berupa gambaran/ penglihatan.
Tetapi dalam hal ini pun kita harus hati-hati dan betul-betul menguji. Karena kalau Tuhan bisa memberikan
penglihatan, maka si jahat juga bisa memberikan penglihatan-penglihatan untuk menyesatkan. Jadi kita harus
menceknya. Kalau dalam doa pribadi, dan untuk kepentingan pribadi, penglihatan-penglihatan itu lebih baik ditolak,
tetapi lain kalau dalam pelayanan, karena hal itu dapat membantu orang yang kita layani, misalnya orang mempunyai
problem yang terus sama, kemudian Tuhan menyingkapkan akarnya, entah dengan penglihatan atau dengan apa.
Karena itu untuk orang lain, maka sikap kita agak lain, tidak menolak begitu saja.
Di sini kita perlu hati-hati. Ada satu contoh kasus. Ada sekelompok orang yang melayani di rumah orang Katolik,
mereka mengatakan di dalam lemari itu ada kuasa gelap yaitu di dalam batu permata yang ada dalam lemari. Di dalam lemari
itu ada salib dari batu giok, mereka mengatakan harus dihancurkan, dan orangnya percaya saja, karena mengira bagaimana
mereka tahu di lemari itu ada batu permata, tapi kalau mereka tahu di lemari itu ada sesuatu, itu belum tentu dari Tuhan, setan
juga tahu, untuk menimbulkan kekacauan. Akhirnya salib dari batu giok dipecahkan, kemudian ketika patung Maria dari batu
giok mau dipecahkan, suaminya mengatakan tidak, sehingga akhirnya tidak jadi. Tetapi pelayanan itu tidak membuahkan
kedamaian. Karena itu kita harus hati-hati, pelayananan kita harus berdasarkan budi yang sehat, (kadang-kadang dari gereja
tertentu mereka takut menggunakan budi yang sehat). Kita diberikan Tuhan budi yang sehat, karena itu harus dipakai, biarpun
budi yang sehat ini bukan norma yang tertinggi dan harus ditundukkan kepada iman. Kemudian di samping itu, kita harus
tahu dasar–dasar ajaran Gereja pada umumnya, sehingga bila itu merusak patung Maria, salib, karena katanya ada
isinya, dan sebagainya, jelas itu tidak benar. Maka kalau kita sungguh memperhatikan segala kemungkinan penyimpangan
ini, dan kita terbuka terhadap karunia ini, pelayanan kita akan berlipat ganda efektifitasnya. Apa yang tidak bisa dilakukan
oleh orang lain, akan bisa kita lakukan. Misalnya ada sekelompok dokter di Perancis yang membentuk komunitas dan
melayani dalam suatu klinik, selain menggunakan sarana medis untuk mengobati pasien, mereka juga mendoakan pasien,
sehingga seringkali Tuhan menyingkapkan akar dari penyakit pasien dan menolong diagnosa penyakit itu, sehingga
diagnosanya begitu cepat dan tepat, dan sungguh pelayanannya menjadi begitu efektif.
1. Memupuk hubungan pribadi dengan Tuhan, sehingga kita menjadi lebih peka.
2. Mempelajarinya dan mendambakannya.
3. Berani bertindak atau melangkah dalam iman.
Mungkin tidak ada kesempatan-kesempatan di depan orang banyak, misal dalam kebangunan rohani, dan lain-lain, tetapi
ada kesempatan-kesempatan pada waktu melayani orang lain, misalnya : pada waktu mendoakan tiba-tiba muncul
gagasan dalam pikiran saat mendoakan, timbul bayangan akan akar yang disingkapkan. Kalau memang hal itu yang
muncul, maka kita harus dengan bijaksana mencoba mengetahui, lalu bertanya dengan halus sampai dia mau mengakui.
Setelah itu kita minta, agar ia melakukan tindakan tertentu. Dan pengetahuan ini membantu kita untuk menolong dan
melayani orang lain. Dengan marifat kita mengetahui apa yang menjadi akarnya, sehingga dengan demikian pelayanan
kita akan jauh lebih efektif bila dibandingkan tanpa karunia ini.
Nubuat merupakan karunia umum dalam kehidupan jemaat awali, hal ini dapat diketahui dari surat-surat Rasul Paulus.
Nubuat mempunyai peranan yang sangat penting, sehingga Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus, menekankan
berkali-kali tentang karunia Nubuat, bahkan Paulus mengatakan hal ini: “Usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia
Roh, terutama karunia untuk bernubuat” (1 Kor 14:1).
Kalau dilihat bahwa peranan nubuat begitu penting, maka nubuat perlu mendapat perhatian yang lebih besar, serta
diperlukan adanya pengertian yang sehat dan seimbang, agar karunia ini dapat digunakan dengan baik dan efektif. Pengertian
yang sehat dan benar tentang nubuat ini sangat penting untuk menghindari ekses-ekses yang merugikan.
Pengertian Nubuat
Nubuat ialah :
pesan yang disampaikan oleh Allah melalui seseorang atau aktifitas Allah yang mendorong seseorang untuk
menyampaikan suatu pesan.
Jadi nubuat sungguh-sungguh aktifitas Allah, oleh karena itu seorang yang bernubuat biasanya menyadari bahwa ia
sungguh-sungguh didorong untuk bernubuat dan dia menerima suatu pesan untuk disampaikan.
Isi nubuat
Bisa bermacam-macam, umumnya nubuat dalam pembaharuan kharismatik itu berisi :
1. Suatu peneguhan akan kebenaran yang sudah ada.
Misalnya : isi nubuat itu biasa, tetapi kekuatan nubuat itu justru terletak pada urapan yang datang dari Tuhan. Walaupun
menyampaikan hal yang biasa dan sudah diketahui, nubuat itu tetap mempunyai kekuatan. Bagi yang menyampaikan,
sering kali dia merasa bahwa suatu nubuat lebih dipenuhi urapan/kuasa dari nubuat lain yang pernah diucapkan, ada
semacam gradasi.
2. Nubuat bisa berupa ramalan masa depan.
Tetapi nubuat yang seperti ini harus sungguh-sungguh diuji. Nubuat berisi ramalan masa depan ini tidak bisa diterima
begitu saja, tetapi harus diuji dengan waktu, apakah sungguh-sungguh itu terjadi atau tidak. Biarpun suatu nubuat bisa
meramalkan masa yang akan datang, nubuat tidak sama dengan ramalan. Nubuat tidak selalu berisi tentang masa depan.
Bahkan seringkali nubuat berkisar pada suatu kebenaran yang sudah diketahui, tetapi pada saat-saat tertentu perlu
ditekankan kembali.
3. Nubuat bisa berupa perintah.
Kita harus hati-hati dan menguji dengan sungguh nubuat yang berupa perintah. Kadang-kadang orang mengira nubuat
tidak boleh diuji, tetapi justru harus diuji. Kita tidak menguji Tuhan, tapi menguji nubuatnya. Sebenarnya yang diuji
adalah orang yang bernubuat itu, betul-betulkah ia menyampaikan Firman Tuhan ataukah dari pikirannya sendiri ataukah
nubuat palsu.
4. Nubuat tidak selalu berisi ramalan masa depan, karenanya isinya bisa menghibur, membangun, menguatkan.
Seperti yang dinyatakan rasul Paulus, dalam 1 Kor 14:3, “Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada
manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur”. Seperti orang tua atau sahabat yang mendukung, mendorong atau
meneguhkan, misalnya: Tuhan menyatakan “Engkau berharga bagiku, betapa Aku mengasihimu”. Ini suatu peneguhan
yang menghibur, dan kalau sungguh datang dari Tuhan, walau kebenaran ini sering didengar, seolah-olah kebenaran ini
memperoleh kekuatan baru, bisa menembus jantung hati dan meresap.
Tetapi nubuat palsu ini sangat jarang terjadi, yang paling sering terjadi adalah nubuat yang dibuat-buat atau nubuat
semu atau ‘lubuat’. Seperti yang kadang-kadang terjadi, ada orang yang mengobral nubuat dan ini berbahaya, ini harus diuji.
Memang orang ini melakukan tidak dengan maksud jahat/keliru, tetapi tidak tahu membedakan. Mengira bahwa itu nubuat,
tapi sebetulnya pikiran sendiri. Biasanya nubuat semu itu tidak ada kuasanya, seringkali merupakan kutipan-kutipan kitab
suci dan saling menyambung. Ini nubuat semu, dan kalau itu terjadi bila sekali dua kali kita dapat membiarkannya, tetapi bila
lebih dari dua kali, harus ditunggu, bila benar-benar ada dorongan baru dinyatakan.
Oleh karena itu untuk menghindari penyalahgunaan, sangat penting pengertian dan pengajaran yang benar tentang
nubuat, dan orang harus bisa membedakan. Memang bisa terjadi orang didorong oleh Tuhan untuk mengungkapkan kutipan-
kutipan kitab suci, bahkan untuk membacakannya. Ini bisa merupakan suatu dorongan Tuhan. Tapi kalau begitu ini akan
mempunyai kuasa dan efek bagi orang yang mendengarkan. Sebagai prinsip yang harus dipegang orang tidak boleh bernubuat
kalau tidak ada dorongan, karena nubuat berarti menyampaikan pesan dari Tuhan dan kalau tidak disuruh, jangan
menyampaikan pesan yang tidak disuruhkan. Oleh karena itu nubuat perlu diuji, karena karunia ini begitu penting, kita tidak
bisa begitu saja membiarkan penyalahgunaannya, agar tidak menghalangi dan merintangi nubuat yang sejati.
Sering juga terjadi, ada orang yang takut-takut untuk bernubuat. Kalau memang ada dorongan, cobalah untuk mulai
janganlah takut. Dalam hal ini kita harus membedakan, antara orang-orang yang kadang-kadang diberi karunia bernubuat dan
yang biasa bernubuat semu. Setiap orang bisa didorong Tuhan dan diberi karunia bernubuat. Karena itu kalau ada dorongan
harus dipupuk dan jangan takut mengungkapkan.
Pengujian Nubuat
1. Nubuat yang berupa perintah, harus lebih hati-hati untuk dilaksanakan.
Maka biasanya kalau berupa perintah, itu harus ditunda, dilihat bagaimana, lebih-lebih kalau itu suatu nubuat, misal :
saya mndapat nubuat untuk si A, ini pesan Tuhan, si A harus begini-begitu. Si A harus betul-betul berdoa untuk
mengetahui apakah memang benar Tuhan yang berbicara. Kalau memang si A mendapat keyakinan bahwa itu dari
Tuhan, maka dia baru boleh bertindak, tetapi harus hati-hati, sebab biasanya kalau Tuhan berbicara, lebih-lebih untuk
nubuat bersifat perintah, ada respon dari dalam hati, sudah ada dorongan dari hati si penerima ke arah itu. Kalau
kemudian Tuhan berbicara, maka nubuat itu menjadi suatu peneguhan atas dorongan Tuhan dalam dirinya sendiri. Kalau
itu sabda Tuhan, itu akan menembus dan memberikan keyakinan, tanpa ragu-ragu. Sebaliknya selama anda ragu-ragu,
perintah itu jangan dilakukan, karena kalau nubuat itu dari Tuhan, Dia cukup kuasa dan sanggup memberikan keyakinan.
Jadi kita harus menguji setiap nubuat, yang diuji bukan Tuhan, tetapi orang yang bernubuat.
2. Isi nubuat juga harus diuji.
Apakah isinya sesuai dengan Injil, sesuai dengan ajaran Gereja, sesuai dengan moralitas Kristen ? Sehingga kalau ada
nubuat melawan iman Gereja, maka itu tidak mungkin, artinya itu adalah nubuat palsu.
3. Orang yang bernubuat juga harus diuji.
Misalnya : orang yang sering menarik perhatian, kalau sering bernubuat, maka jangan-jangan ia bernubuat hanya untuk
mencari perhatian. Sebaliknya bila kita tahu orang itu betul-betul serius, mempunyai nama baik, betul-betul jujur, maka
kalau dia bernubuat, mungkin sekali benar, tetapi masih harus diuji lagi, apakah nubuat sejati atau semu. Kalau orangnya
kurang stabil dan terlalu emosional, itu juga harus dipertimbangkan, mungkin itu hanya ungkapan hatinya.
Jadi karena nubuat ini karunia yang begitu penting, kita juga harus hati-hati di dalam memakainya, dan karena begitu
penting, maka setan juga berusaha keras untuk memalsukannya. Suatu barang yang berharga sering dipalsu, yang tidak
berharga tidak akan dipalsu.
Karena kuasa nubuat begitu besar, maka setan akan berusaha keras untuk merintangi, dengan beberapa jalan :
1. Menimbulkan keragu-raguan, kebimbangan dan ketakutan.
Misalnya : “Ah, jangan bernubuat, siapa kamu ini kok bernubuat”, “kalau kamu bernubuat lalu apa kata orang”.
2. Menggoda untuk menyalahgunakan nubuat.
Ini juga bisa godaan dari setan, artinya lalu mulai hantam saja.
Workshop Nubuat
1. Didahului dengan pujian dan penyembahan.
2. Dalam penyembahan bisa didoakan secara khusus, doa untuk mohon keterbukaan pada karya Roh Kudus dan karunia
nubuat.
3. Masuk dalam senandung roh, mungkin pada saat senandung roh sudah mulai muncul dorongan-dorongan nubuat, baik
berupa gagasan dalam pikiran, gambaran, dsb.
4. Masuk dalam keheningan, dorongan-dorongan nubuat bisa juga muncul dalam keheningan ini, kemudian diuji secara
pribadi dengan doa atau bahasa roh secara perlahan.
5. Kemudian nubuat bisa diungkapkan, serta ada petugas yang mencatat.
6. Penyembahan dan senandung roh bisa diulang beberapa kali, kemudian diberi kesempatan hening untuk munculnya
nubuat.
7. Setelah selesai ditutup dengan lagu syukur dan nubuat yang dicatat bisa diuji, dengan cara membacakan dan yang
tersentuh nubuat itu dipersilakan mengangkat tangan.
Pada permulaaan, kalau orang ragu-ragu dalam bernubuat, apakah ini dari Tuhan atau dari pikiran saja, dalam hal ini,
karena masih taraf belajar boleh saja diungkapkan, kemudian minta evaluasi dari yang lain. Jadi dalam taraf belajar boleh
membuat kesalahan yang jujur dan harus mau dievaluasi. Kalau tidak mau dievaluasi itu tanda yang kurang baik.
APA ITU PEMBEDAAN ROH – ROH ?
1. PENGERTIAN
Karunia membeda-bedakan Roh merupakan suatu penerangan Ilahi yang memungkinkan seseorang, lewat
tanda-tanda tertentu, mengenali sumber suatu perbuatan atau inspirasi. Sebab suatu tindakan atau inspirasi itu dapat
datang: dari Allah, dari diri sendiri atau dari roh jahat.
Pembedaan Roh-roh ini ada dua macam yaitu :
Sebagai karunia/karisma seperti yang disebut dalam 1 Kor 12 :10, yaitu karunia membedakan bermacam-
macam Roh. Dengan karunia ini secara intuitif seseorang dapat membeda-bedakan apa yang menjadi
sumber dorongan dalam diri seseorang. Karunia ini tidak dapat dipelajari. Untuk memperolehnya manusia
perlu memohon karunia ini kepada Tuhan.
Pembedaan roh-roh bisa merupakan suatu usaha melalui suatu kearifan, bisa dipelajari berdasarka
pengalaman-pengalaman orang lain, untuk mengenali sumber-sumber dorongan. Pembedaan roh–roh yang
kedua ini bisa membantu tumbuhnya karunia yang pertama (karisma dalam 1 kor 12 :10).
Pembedaan roh-roh ini sudah disadari sejak semula oleh para pembimbing rohani
dan para pertapa seperti: St. Antonius pertapa, St. Bernardus, Kardinal Boa, St. Ignasius Loyola, dan lain lain.
Sebagai seorang kristiani, kita semua ingin melakukan apa yang dikehendaki Allah dalam hidup kita. Kita ingin
menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah, ingin melakukan apa yang berkenan di hadapan Allah.
Namun di dunia ini manusia dapat terombang-ambing karena dipengaruhi oleh Roh Allah, roh manusia sendiri,
atau roh jahat. Maka diperlukan karunia membeda-bedakan Roh, untuk membantu orang menilai segala macam
gagasan dan dorongan yang masuk dalam diri seseorang.
Karunia membeda-bedakan Roh itu bagaikan seorang ibu yang waspada, dari satu
pihak ia bergembira atas aktivitas anak-anaknya, tetapi di pihak lain juga menjaga, agar tidak ada yang merugikan
anak-anaknya. Karunia membeda-bedakan Roh ini selalu bertujuan mencari kehendak Allah. Ia menjawab hanya
satu pertanyaan saja : “Dari mana sumber suatu perbuatan, pikiran, atau inspirasi itu?” Orang yang bersahaja dan
tak punya keahlian, tetapi yang memiliki persatuan yang mendalam dengan Allah, bisa memiliki karunia ini dalam
kadar yang amat tinggi.
Untuk membeda-bedakan Roh, syaratnya adalah suasana hati lepas bebas, yaitu hati yang bebas dari
kelekatan-kelekatan yang tidak teratur, perlu penyembuhan batin dahulu kalau masih banyak luka batinnya.
Sehingga dapat melihat kehendak Allah dengan hati yang lebih murni. Untuk membeda-bedakan Roh dibutuhkan
doa. Kegiatan doa ini tak dapat dilewatkan dalam membeda-bedakan Roh. Tujuannya adalah agar orang mau
mengatur dirinya sedemikian rupa, sehingga tidak ada keputusan yang diambil secara serampangan. Melalui doa
Tuhan dapat mencurahkan kebijaksanaanNya ke dalam hati manusia sehingga manusia dapat mengenali kehendak
Allah.
3. Status hidup
Status hidup kita serta kewajiban yang mengalir dari padanya, merupakan pancaran kehendak Allah. Allah
menghendaki suami dan istri saling mengasihi dengan segenap hati dan dengan setia. Ia menghendaki supaya anak-
anak saling mencintai, menghormati orangtuanya dan orang itu supaya mendidik anak-anaknya secara Kristiani.
Allah menghendaki agar kepala keluarga bertanggungjawab terhadap kesejahteraan keluarganya dan hidup sebagai
seorang kepala keluarga dan bukan seorang biarawan. Ia tidak dapat melalaikan keluarganya dengan dalih
melayani Tuhan, atau seorang istri tidak melayani suami atau anak-anaknya karena mau melayani Tuhan. Kalau
begitu apakah mereka tidak boleh melayani Tuhan? Boleh dan bahkan wajib, namun caranya harus sesuai dengan
status dan situasi hidupnya. Kita harus berani mengambil prioritas dalam hidup kita. Kita harus mendahulukan apa
yang harus didahulukan, sehingga tidak menjadi bingung.
4. Tanda–tanda Lahiriah
Peristiwa atau kejadian yang kita hadapi dan alami dapat menjadi petunjuk akan kehendak Allah bagi kita.
Kita dapat memperhatikan apa yang terjadi di sekitar kita, dan berdoa supaya diberi hikmat untuk mengerti pesan
Tuhan lewat segala peristiwa itu. Kita tahu bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa diketahui oleh Allah. Kita
yakin, bahwa Allah dapat mengatur segala peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga dari peristiwa dan
kejadian itu tampak jelas kehendakNya.
Misalnya :
Di Paroki, tempat kerja anda ada persekutuan doa, atau komunitas, atau kegiatan rohani lainnya, anda
dipanggil Tuhan untuk ikut mendukung dan bukannya untuk melawan inisiatifnya yang serupa itu.
Bila tetangga, sahabat anda dalam kesukaran besar itu berarti bahwa Allah meminta anda melakukan
sesuatu bagi mereka.
Bila anda merasa tenaga anda terkuras, bingung, dan mudah jenkel dalam kegiatan yang baru anda masuki,
mungkin itu tanda bahwa anda harus memikirkan kembali pendekatan anda atau meninjau kembali
keputusan anda.
Itulah tanda-tanda lahiriah yang dapat dipakai Allah untuk berbicara kepada anda. Kadang-kadang kehendak
Allah begitu jelas, baik lewat tanda maupun peristiwa lahiriah yang disertai pengertian batin, sehingga tidak ada
keraguan lagi. Namun seringkali kehendak Allah itu tidak jelas sehingga hanya akan dapat diketahui bila kita
mengikuti bimbingan batin Allah sendiri, yang dilakukannya lewat dorongan dan gerak batin anda.
5. Tanda-tanda batin
Tanda-tanda batin ini tertulis dalam batin kita sendiri oleh Roh Kudus. Tanda-tanda ini dapat berupa sabda
batin, kecenderungan hati atau pengertian batin yang datang dari Roh Kudus, yang hadir dalam diri kita. Melalui
semua itu Roh mau menunjukkan kepada kita arah mana yang harus kita ambil dalam perjalanan hidup kita ini.
Sabda batin atau penglihatan ini memang merupakan suatu bimbingan khusus, tetapi hal ini jarang terjadi.
Misalnya melalui gambaran, bentuk, rupa, vision, dll.
Inspirasi/doronngan bisa datang dari Roh Allah, roh manusia, atau roh jahat. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan bila ada gagasan, inspirasi atau dorongan dalam diri kita :
1. Roh Allah
Allah senantiasa ingin berkomunikasi dengan manusia, ingin berbicara dengan dia, untuk memberikan
dorongan dan bimbingan menuju kebaikan. Roh Allah selalu memberikan inspirasi, bisikan-bisikan positif
dan mengarahkan hidup manusia kepada kebahagiaan, damai, sukacita, kerendahan hati, iman, dan kasih.
Bila seseorang merasa inspirasi itu datangnya dari Allah, janganlah bertindak tergesa-gesa, namun
hendaklah ia mengenali dengan saksama, apa yang sesungguhnya dikehendaki Allah dari padanya, atau apa
yang harus dikatakannya, bagaimana melaksanakannya dan kapan.
3. Roh Jahat
Inspirasi yang buruk/jahat, berasal dari setan yaitu malaikat yang jatuh. Roh-roh itu tetap memiliki suatu
hubungan dengan alam ciptaan, walaupun telah jatuh dari rahmat Allah, namun hubungan itu kini bersifat
negatif, merugikan dan destruktif, dan berusaha menjauhkan manusia dari Tuhan serta membawa manusia
kepada kehancuran kekal. Misalnya dorongan untuk membunuh, berzinah, dll. Bisikan iblis menghasilkan
kesombongan, keras kepala, kekacauan batin, keresahan, dll. Bila inspirasi/doronan itu datangnya dari roh
jahat, harus segera ditolak, dan orang harus segera mohon perlindungan Allah terhadap gangguan si jahat.
Keputusan-keputusan yang kecil harus dilakukan dengan segera, jangan terlalu takut. Pedomannya ialah
bahwa hidup manusia dan perasaannya harus memancarkan kebahagiaan dan kegembiraan.
Pedoman untuk membeda-bedakan Roh itu sendiri memang lebih kompleks, daripada prakteknya,
karena hal itu sering terjadi secara spontan.
Makin lama orang menjadi semakin peka dan mampu terhadap praktek membeda-bedakan Roh
tersebut, dan sebagai gantinya pedoman-pedoman, ia memperoleh suatu rasa atau naluri rohani.
Bila itu menyangkut suatu keputusan yang penting, misalnya untuk me-nentukan jalan hidup
selanjutnya, atau ganti profesi, orang hendaknya menjadi lebih introspektif.
Karunia membeda-bedakan Roh ini dapat dipergunakan dalam menghadapi berbagai macam hal. Antara lain :
Terhadap manifestasi karisma-karisma
Dorongan pribadi
Keputusan kelompok
Karunia ini dapat bersifat pribadi atau komunal. Orang yang sungguh beriman sering memakainya dalam
mencari kehendak Allah. Bila orang mulai berjalan dalam Roh, Allah akan menunjukkan kepadanya bahwa banyak
diantara dorongan dan aktivitasnya datangnya dari dirinya sendiri yang egois, dari manusia lamanya. Karena itu
harus diserasikan dengan rencana Allah. Karunia membeda-bedakan Roh membantu orang untuk menjaga
keseimbangan.
Bagi para pemimpin dalam persekutuan doa, karunia ini akan membantunya untuk mengerti, apakah suatu
manifestasi karismatik itu sungguh berasal dari Allah atau bukan. Karunia membeda-bedakan Roh penting dalam
pelayanan doa, untuk mengetahui sumber suatu penyakit atau gangguan. Apakah itu penyakit biasa, gangguan
batin, atau ada pengaruh roh jahat.
Bagi mereka yang membimbing orang lain, jelas sekali pentingnya karunia ini, yaitu untuk membantu orng
lain mengenali kehendak Allah, untuk mengenali apa yang menjadi sumber inspirasi, dorongan dan tindakan
seseorang.
Ketakutan :
Ketakutan merupakan karya roh jahat. Orang dapat tiba-tiba takut untuk maju dalam berbuat baik.
Misalnya: seorang pejuang keadilan, yang biasa membela hak kaum miskin dan tertindas, yang
diperlakukan tidak adil, menjadi takut, tidak berani mengusahakan tuntutan kepada pimpinannya yang
berlaku tidak adil terhadap karyawannya, padahal baginya membela keadilan adalah suatu panggilan Tuhan
bagi dirinya.
Proses membeda-bedakan Roh tidaklah mudah untuk dilakukan, hal ini disebabkan karena Roh jahat
semakin pandai dan licik. Kekuatan yang jahat dapat menampakkan diri di dalam sesuatu yang tampaknya baik,
setan bisa menyamar menjadi malaikat terang. Pada dasarnya tujuan membeda-bedakan roh adalah mau mencari
kehendak Tuhan yang menggerakkan hidup manusia, tidak saja ingatan akan kasih Allah dan dorongan yang
terarah pada Allah, tetapi ada juga kekuatan yang mempengaruhinya, yakni kekuatan setan. Pergulatan batin
dirasakan manakala kebebasan untuk memilih diuji. Manusia mengalami pergulatan batin yang hebat antara
keinginan mau memenuhi kehendak Allah atau kehendak sendiri. Ikut Yesus berarti meneladan Dia. Yesus
mengajak kita untuk mati, bangkit kemudian hidup mulia. Sering ajakan Yesus begitu kuat, namun kedagingan
dalam diri manusia juga kuat. Bagaimana mengatasinya? Yaitu bersatu dengan Yesus, memeluk nilai
adikodrati/ilahi, maka Roh Allah akan menguatkan kita seperti Yesus dahulu dikuatkan oleh Roh Kudus dalam
pergulatan batinNya di taman Getssemani, ”Jadilah padaKu menurut kehendakMu dan bukan kehendakKu.”
1. PERJANJIAN LAMA
Mzm 139 : 1 ”Tuhan Engkau menyelidiki dan mengenal aku.”
Yer 17:10 ”Aku Tuhan yang menyelidiki hati, yang menguji batin.”
1 Taw 28:9 ”Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.”
Semuanya ini megungkapkan bahwa karunia membeda-bedakan roh adalah pengertian dan pandangan
Allah yang menembus hati manusia. Ayat-ayat berikut ini mengungkapkan karunia penuh kuasa yang
diberikan kepada manusia.
Rat 2:11 ”Nabi-nabimu melihat bagimu penglihatan dusta dan hampa.”
1Raj 22:23 ”Nabi Mikha melihat adanya roh pendusta dalam diri para nabi: sesungguhnya Tuhan telah
menaruh Roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini.”
2. PERJANJIAN BARU
Perjanjian Baru pun penuh dengan contoh-contoh yang jelas tentang discernment ini, misalnya :
Yoh 1 :47 Yesus mengetahui bahwa dalam diri Natanael tidak ada kejahatan.
Mat 16:17 Yesus mengenali karya Bapa dalam diri Petrus yang mengakui bahwa Yesus adalah Putera
Allah.
Mrk 9:39 Yesus mengenali roh manusiawi dalam diri para murid yang ingin menjadi yang pertama.
Kis 5:1-11 Petrus mengenali Roh pendusta dalam diri Ananias dan Safira.
Kis 8: 20-24 Petrus mengenal adanya roh jahat dalam diri Simon si tukang sihir itu.
Kis 16:16-18 Paulus mengenali adanya roh jahat dalam diri budak wanita itu, walaupun kata-kata yang
diucapkannya itu benar.
Dalam 1Kor 2:6-7, St. Paulus membeda-bedakan pelbagai macam sumber kebijaksanaan: ”kami
memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan
yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini.”
Karunia membeda-bedakan Roh ini sangat penting, berdasarkan kebenaran iman berikut :
Allah Mahatahu, artinya tahu tentang segala sesuatu, termasuk apa yang ada dalam pikiran manusia dan
yang menggerakkannya.
Allah itu Maha Penyelenggara, membagikan pengetahuanNya itu kepada mereka yang diberi tugas
pelayanan dalam Gereja
St. Paulus dengan mencantumkan karunia ini sebagai suatu pelayanan normal dalam Gereja, menunjukkan
bahwa Allah memang membagikan pengetahuanNya melalui karisma itu kepada umatNya.