Anda di halaman 1dari 39

Doktrin Roh Kudus – Pdt.

Stephen Tong

Turunnya Roh Kudus ke dunia adalah pemberian terbesar Allah bagi Gereja.
Hidup kekal adalah janji terbesar Allah. Hidup kekal diberikan melalui Roh Kudus
yang membawa kita untuk taat kepada Kristus. Inilah definisi orang Kristen sejati
menurut 1 Petrus 1:2, yang mencakup karya Tiga Pribadi Allah Tritunggal: i)
dipilih oleh Allah; ii) dikuduskan oleh Roh Kudus; dan iii) taat pada Kristus dan
menerima percikan darah-Nya. Satu ayat yang mengungkapkan doktrin
Predestinasi, Tritunggal, Kesela-matan, dan Karya Roh Kudus dengan begitu
tepat, singkat, dan sempurna. Orang-orang dari segala bangsa, segala tempat,
segala zaman yang dipilih oleh Allah Bapa dan digerakkan oleh Roh Kudus dari
pasif menjadi aktif, dari tak mengerti menjadi mengerti, dari membangkang
menjadi taat pada Yesus Kristus, menerima percikan darah-Nya, dan
dikumpulkan menjadi Gereja yang kudus (sifat gereja) dan Am (universal).

Di segala zaman, selalu ada orang yang sulit untuk mengerti doktrin Allah
Tritunggal, Kristologi, Soteriologi, terlebih lagi doktrin Roh Kudus. Juga terdapat
banyak orang yang tidak mengerti dengan benar, tetapi berani untuk bersuara
lantang dan berbicara seperti orang yang mengerti. Orang-orang yang tak mau
mempelajari doktrin dengan sungguh-sungguh, secara sadar atau tidak sadar
telah menanamkan benih salah-mengerti di dalam diri jemaat yang
mengakibatkan perpecahan gereja yang tak pernah ada habisnya. Sejak 30 tahun
silam, pernyataan: “Jangan ke Gereja Protestan, GRII, Katholik… karena di sana
tidak ada Roh Kudus” terus menjalar, membuat orang tidak mau mendengar
khotbah yang penting dan benar. Di tempat dan pada saat seseorang
menyampaikan berita Injil yang murni, menelaah Alkitab secara akurat dan
mendalam, membawa orang kembali pada firman Tuhan, ada suara yang
mencegah orang Kristen untuk mendengar. Mungkinkah suara itu berasal dari
Tuhan? Tentu tidak! Roh Kudus yang sudah mewahyukan kebenaran kepada
nabi-nabi di Perjanjian Lama dan kepada rasul-rasul di Perjanjian Baru untuk
menulis Alkitab, tentu ingin agar manusia mengerti kebenaran dan beriman.
Suara seperti itu bertentangan dengan suara Roh Kudus.

Pekerjaan Roh Kudus terbesar adalah:


1. Roh Kudus Menurunkan Firman Tertulis
Firman harus menjadi dasar agar kita mengerti, beriman, dan beroleh hidup.
Firman sebagai dasar karena melalui firman yang Allah wahyukan di Kitab Suci,
kita dapat mengenal Allah dengan benar. Jadi, bentuk pertama dari firman yang
diturunkan oleh Roh Kudus dari sorga ke dunia adalah Alkitab, dan iman datang
dari mendengar firman Tuhan yang sejati. Firman itu tertanam di hati kita
sebagai benih yang hidup, yang berakar ke bawah, dan berbuah ke atas. Jadi,
iman bukan datang dari diri kita sendiri. Kalau ada seseorang yang sakit dan
memerlukan banyak dana lalu mendengar ada orang mengatakan, “Ayo ikut
kebaktian, kau akan sembuh,” dia akan pergi. Saat diminta untuk beriman, dia
mengatakan, “Tuhan, aku beriman, sembuhkan aku.” Imannya adalah iman ingin
sembuh, ini tidak sesuai dengan prinsip Alkitab bahwa iman datang dari
mendengar Firman. Tentu bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa
manusia sendiri tak mungkin punya iman. Karena tertulis di Alkitab, orang datang
pada Tuhan karena percaya ada Tuhan dan percaya Dia memberi pahala pada
orang yang mencari Dia. Itu berarti bahwa manusia punya iman natural, yang
oleh Theologi Reformed disebut anugerah umum. Anugerah umum berasal dari
Tuhan namun anugerah umum harus disusul dengan anugerah keselamatan. Jadi,
mengapa dikatakan “orang yang datang kepada Tuhan karena ingin sembuh tak
sesuai dengan prinsip Alkitab?” Karena menuntut berkat, kaya, lancar, sukses,
dan makmur terdapat di semua agama. Itu sebabnya orang pergi ke Gunung Kawi,
Sam Po Kong, kelenteng, kuil-kuil, dan lain-lain. Mengapa orang menuntut
semua itu? Karena sifat egois manusia. Itu sebabnya orang melakukan korupsi,
berbisnis curang, dan menipu untuk memperkaya diri. Maka kata Yesus, “Jika
engkau tidak menyangkal diri, engkau tidak layak mengikut Aku.” Jadi, orang
yang percaya hanya berdasarkan iman natural tidak bisa menjadi orang Kristen
yang baik. Dia perlu mendengar Firman kebenaran. Firman kebenaran akan
menerangi dia untuk mengoreksi diri, melepaskannya dari egoisme, belajar
mengikuti Tuhan dengan taat, memikul salib, dan menjadi orang yang berkenan
pada Tuhan yang di sorga. Jadi, iman yang kau dapat melalui mendengar Firman
adalah kekuatan yang akan mengarahkanmu untuk memuliakan Tuhan dan
hidupmu menjadi mulia.

Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah menurunkan Firman dari sorga dalam
bentuk tulisan, satu-satunya kitab yang diwahyukan oleh Allah. Mengapa Tuhan
memberikan kita Alkitab? Karena Dia telah memberikan kita potensi untuk
mengerti kebenaran. Jadi, Tuhan menciptakan manusia yang memiliki potensi
untuk mengerti kebenaran, Tuhan juga menyatakan kebenaran pada manusia.
Ini merupakan pengertian organik dan struktur epistemologi dalam iman Kristen.
Jadi, di antara semua mahluk yang diciptakan oleh Tuhan, hanya manusia yang
diciptakan seturut peta teladan-Nya, diberi potensi untuk menjalin hubungan
dengan-Nya, mengerti kebenaran, dan diberikan kesempatan untuk mengerti
kebenaran-Nya. Ada kebenaran yang tersimpan di dalam alam, ada juga
kebenaran yang melampaui kebenaran alam – yang berkaitan dengan arti hidup,
makna perjuangan, dan ke mana setelah kematian – yang tak mungkin kita
dapatkan melalui penelitian ilmiah. Untuk itu Tuhan mewahyukan Kitab Suci
untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang secara objektif berlaku di seluruh
dunia; menggerakkan orang-orang untuk menerjemahkannya ke banyak bahasa
supaya semua bangsa mengerti. Maka, selain memberi firman-Nya yang
berbentuk tulisan di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Allah juga
mendampingi, memberi pencerahan, memimpin orang yang membacanya, from
literal to spiritual understanding, from written word to the truth of God. Jadi,
biar kita renungkan dengan tenang, jangan terlalu percaya terhadap penilaian
orang, “Ini ada Roh Kudus, itu tidak ada Roh Kudus.” Yang perlu kita ketahui
adalah “What does the Bible say” dan biar Roh Kudus memimpin rasio kita untuk
mengerti, bukan hanya isi tetapi juga metodenya agar kita tidak menjadi kacau.

2. Roh Kudus Menurunkan Kristus


Roh Kudus menurunkan Firman dari sorga dalam bentuk manusia. Yesus Kristus
adalah satu-satunya orang yang menyatakan sifat ilahi dalam tubuh yang
berdaging. Yesus Kristus hidup di sejarah. Itulah inkarnasi. Maka kedua hal ini:
Firman yang tertulis dan Firman yang hidup dalam sejarah – sebagai Sang Kudus
yang tidak berdosa, yang langsung memberitakan Firman dengan otoritas
tertinggi – memimpin seluruh umat manusia melewati perjuangan dan
tantangan filsafat di segala zaman; menjadi standar untuk memeriksa,
mempertumbuhkan, dan melengkapi orang-orang beriman. Kita dapat
membaca firman dan mengerti kebenaran yang diwahyukan Allah, juga dapat
melihat teladan hidup yang Yesus berikan. Coba bandingkan Kitab Suci dengan
semua buku lain, pasti kau akan menemukan wibawa yang tak ada pada buku
lain. Di sana terdapat sekitar 7.800 kali pernyataan: “Beginilah Firman Allah….”
Hal-hal dalam Alkitab sudah teruji ribuan tahun dan terbukti sebagai satu-
satunya kebenaran yang tiada-taranya, yang kekal, dan tak mengenal kompromi.
Jadi, pertama, bukan karena aku beragama Kristen maka kekristenan menjadi
kebenaran. Kebenaran tak perlu melewati proses menjadi, kebenaran tak akan
pernah berubah, dari sebelum dunia diciptakan sampai kesudahannya. Misalnya
2 + 2 = 4, tak perlu menunggu kau menyetujuinya baru menjadi kebenaran
karena dari kekal sampai kekal 2 + 2 = 4. Saya percaya kebenaran Firman karena
Firman diwahyukan oleh Allah dan tidak pernah berubah kebenarannya. Tidak
ada seorang pun yang dapat mengubah kebenaran, justru kebenaranlah yang
mengubah kita. Hal kedua, bukan karena sejak kecil aku percaya kepada Yesus
maka Yesuslah yang terbaik. Karena aku menemukan tidak ada orang yang
hidupnya sesempurna, sesuci, seadil Kristus, maka aku percaya kepada Dia.
Pengertian seperti ini bukan didasarkan atas emosi yang meluap-luap atau
karena khotbah seseorang yang begitu mahir dalam mempengaruhi emosi
massa. Oleh sebab itu, setiap hamba Tuhan harus menguraikan kebenaran
dengan penuh tanggung jawab, memohon Tuhan untuk menaklukkan rasio
pendengar yang Dia ciptakan untuk kembali kepada kebenaran. Iman adalah
rasio yang terhilang, yang mau kembali dan tunduk pada kebenaran yang
mencarinya. Karena bukan rasio yang mencari kebenaran, tetapi kebenaranlah
yang mencari dan menaklukkan rasio. Inilah titik-tolak Alkitab yang begitu
berbeda dari semua agama, “Bukan kau yang mencari Aku, Akulah yang
mengirim Anak-Ku ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan orang yang
tersesat.” Maka Yesus bukan lahir melalui hukum genetika melainkan melalui
mujizat: Roh Kudus menaungi anak dara Maria. Mujizat yang tidak pernah dan
tidak akan mungkin diulang: anak dara melahirkan anak laki-laki. Lalu, mengapa
Alkitab mengatakan bahwa inkarnasi juga merupakan pekerjaan Roh Kudus?
Karena Roh Kudus menaungi Maria yang masih perawan, meminjam
kandungannya untuk menurunkan Firman dalam bentuk manusia. Jadi, karena
Firman datang dengan bentuk literal yaitu Kitab Suci dan dalam bentuk manusia
yaitu Kristus lahir dalam sejarah, maka dunia dapat mengenal kebenaran dari
Alkitab dan menerima keselamatan dari Yesus Kristus yang merupakan
pengharapan bagi dunia. Maka, salah satu tugas Gereja yang terpenting adalah
mempelajari Firman dan mengerti Firman.
Orang mengatakan, “Gereja ini, pendeta ini tidak ada Roh Kudus, karena dia tidak
bisa berbahasa roh, tertawa-tawa, melakukan mujizat.” Padahal mengenal Roh
Kudus melalui fenomena yang dimutlakkan adalah suatu perkara yang
mengerikan. Secara sadar ataupun tidak sadar, banyak orang telah tertipu oleh
banyak pemimpin gereja yang tak bertanggungjawab sehingga mengalami
kerugian seumur hidupnya.
Doktrin Roh Kudus sangat penting. Kita tidak boleh diselewengkan, ditipu, dan
digeser dari kebenaran firman Tuhan tentang doktrin ini. Kita mengenal Allah
melalui Kristus, mengenal Kristus melalui Roh Kudus, dan mengenal Roh Kudus
melalui Kitab Suci. Jadi, Allah Bapa adalah Bapa yang suci, Allah Anak adalah
Anak yang suci, Allah Roh Kudus adalah Roh yang suci, orang Kristen adalah kaum
pilihan yang suci, dan Kitab Suci adalah kitab yang suci. Pusatnya adalah Roh
Kudus yang mewahyukan Firman dan yang memuliakan Kristus; memperanakan
orang Kristen dan membawanya kembali kepada Allah. Maka, salah mengartikan
Roh Suci sama dengan salah menggunakan kunci yang akibatnya adalah salah
mengartikan Kristus dan Kitab Suci. Itu sebabnya, Iblis senang mengganggu
Gereja dengan cara mengacaukan pengertian orang Kristen terhadap doktrin
Roh Kudus. Itu sebabnya, mungkin banyak orang tidak mengerti mengapa
Stephen Tong terus menerus menyerang ajaran Kharismatik. Sebenarnya, kalau
orang-orang Kharismatik mau rendah hati, dia akan menjadi berkat yang besar.
Orang yang menerima urapan Roh Kudus, taat pada Firman, diperanakan pula,
dan dipimpin oleh-Nya adalah orang yang berkarisma. Jadi, setiap orang Kristen
sejati seturut sifatnya bisa disebut orang karismatik (orang-orang yang
berkarisma). Sayangnya, orang-orang Kharismatik telah memutlakkan yang tak
mutlak dan berubah menjadi ekstrim, menyimpang dari kharismatik yang asal
lalu mulai menuding orang, “Kamu tidak punya Roh Kudus.” Tidak banyak gereja
benar yang mereka serang, berani berbalik dan mendebat mereka. Maka Gereja
Reformed Injili Indonesia (GRII) bangkit menjadi saksi Tuhan di antara kubu
Liberal (yang secara sadar atau tidak sadar telah melawan Alkitab) dan kubu
Kharismatik (yang begitu berapi-api tetapi salah menginterpretasikan Alkitab)
untuk membawa mereka yang menyimpang agar kembali kepada ajaran yang
sempurna dan sehat. Anda sendiri dapat membuktikan bahwa selama 20 tahun
ini kami membahas Kitab Suci ayat per ayat, tidak satu pun yang dilewatkan,
karena kita percaya bahwa kebenaran Alkitab adalah komprehensif dan dapat
dimengerti. Juga tak ada satu pernyataan pun yang mengatakan bahwa ada satu
ayat di Alkitab yang tak berkuasa. Rick Warren membandingkan puluhan jenis
terjemahan Alkitab dan akhirnya memilih untuk memakai terjemahan yang lebih
mudah diterima tanpa memedulikan ketetapan dan kesetiaan terjemahan itu
pada naskah aslinya. Akhirnya, orang menjadi ambigu, tidak mengetahui yang
benar atau salah.
Mengapa Roh Kudus diturunkan? Di Perjanjian Lama Tuhan berjanji dan janji itu
digenapkan di Perjanjian Baru. Tuhan mengirim Yohanes Pembaptis untuk
mempersiapkan kedatangan Kristus, Raja dari Kerajaan Allah. Dia berseru,
“Bertobatlah kamu….” mengisyaratkan bahwa Kristus akan masuk ke dalam
hatimu dan mendirikan Kerajaan-Nya yang mulia di bumi. Barangsiapa mau
menjadi umat-Nya, ia harus bertobat. Berita ini bukan diserukan di Yerusalem
atau di Bait Allah, tetapi di padang gurun. Alkitab mencatat bahwa Yohanes
Pembaptis adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus sejak di dalam rahim ibunya.
Dia menyampaikan berita Allah dengan sangat berkuasa. Berita tersebut
menggetarkan tentara Romawi yang ikut mendengarkan sampai-sampai ia
bertanya apa yang harus diperbuatnya. Yohanes Pembaptis memintanya untuk
menanggalkan senjatanya kemudian memberikan pengertian sistem politik
sepanjang zaman, yaitu: i) cukupkan dirimu dengan apa yang kamu miliki; dan ii)
jangan merugikan orang dengan senjatamu. Jawaban ini menunjukkan bahwa
Yohanes Pembaptis sunguh-sungguh mengerti akan prinsip dan teladan hidup
orang Kristen sepanjang zaman.
Meski sebagai manusia, Yohanes Pembaptis pernah ragu “Yesus adalah Mesias
atau bukan”. Yesus tidak menegur dia atau menarik kembali tugas yang
dipercayakan kepadanya. Yesus hanya mengatakan kepada utusan Yohanes,
“Beritahu padanya, orang buta melihat, orang timpang berjalan, orang mati
dibangkitkan….” – memintanya untuk mempertimbangkan sendiri. Yohanes
Pembaptis adalah tokoh yang besar, tetapi dia tidak pernah melakukan mujizat
satu kali pun, tidak pernah berbahasa roh. Jadi, apakah dia mempunyai Roh
Kudus atau tidak? Roh Kudus memenuhi dia sejak di rahim ibunya dan sampai
mati tak meninggalkan dia. Jika demikian, siapakah yang memberikan hak
kepada seseorang untuk memvonis seseorang tidak memiliki Roh Kudus karena
tidak bisa berbahasa roh atau melakukan mujizat?
Kapankah terjadinya penyelewengan pemahaman seperti itu? Di tahun 1901, di
sebuah rumah di Azusa Street, Los Angeles, seorang yang baru pindah dari
Topeca mengatakan, “Gereja sudah tidak beres, tidak bertumbuh.” Pada tahun
1905, orang yang menyetujui konsepnya bertambah menjadi lima orang
kemudian membentuk persekutuan dan mulai memisahkan diri dari gereja,
karena menemukan apa yang kemudian disebut dan terkenal sebagai Iman
Apostolik. Apa itu “Iman Apostolik” atau “Iman Rasuli”? Itu adalah iman yang
ditandai dengan berglosolalia (berbahasa lidah), melakukan mujizat,
menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Ini disebut sebagai “Gejala
Generasi ke-4”. Jemaat “disadarkan” bahwa selama 1.900 tahun, tak ada hal-hal
itu di tengah-tengah orang Kristen. Maka, mereka berdoa, meminta Tuhan untuk
mengembalikan gereja pada Iman Rasuli, tetapi tanpa pengakuan Iman Rasuli.
Jadi, gereja terpecah menjadi dua, yaitu orang Liberal yang membuang
Pengakuan Iman Rasuli: iman kepercayaan yang penting, yang diturunkan dari
para rasul; dan membuang ketuhanan Kristus, hanya menerima moralitas Kristus
saja. Maka, semua buku yang ditulis oleh orang Liberal tak ada sebutan “Tuhan
Yesus”. Sementara orang Pentakosta dan Kharismatik menemukan Iman Rasuli
yang dimengerti dari segi supranatural, terus menyebut “Yesus, Yesus” namun
tidak menyebut Yesus sebagai Tuhan. Jika kita memperhatikan kunci di Alkitab,
“Barangsiapa tak digerakkan oleh Roh Kudus, dia tak mungkin menyebut Yesus
sebagai Tuhan”. Dan faktanya adalah baik Liberal maupun Kharismatik sama-
sama tidak menyebut Yesus adalah Tuhan. Jadi, bolehkah Pengakuan Iman Rasuli
diwakili dengan berbahasa roh, menyembuhkan, mengusir setan, dan
melakukan mujizat? Perhatikan: Adakah Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita
bahwa orang yang percaya kepada Dia harus bisa bahasa roh? Tidak. Alkitab
justru memberikan kita satu peringatan: “Pada hari itu, bukan semua orang yang
memanggil Aku ‘Tuhan, Tuhan’ boleh masuk sorga (Mat. 7:21-23). Lalu mengapa
ada orang yang mengajarkan, “Sebutlah Yesus Tuhan, kau pasti diselamatkan.”
Padahal kata Yesus, “Bukan semua orang yang menyebut-nyebut Aku: “Tuhan,
Tuhan” masuk sorga. Hanya mereka yang melakukan kehendak Tuhan dapat
masuk ke sorga?” Orang Liberal mengatakan, “Kami tidak percaya Yesus adalah
Tuhan, tapi kami meneladani moral Yesus.” Orang yang belajar theologi tapi
hatinya tak mau taat pada Tuhan, semakin belajar malah semakin jauh dari
Tuhan. Sementara orang Kharismatik bukannya meneladani sifat moral Yesus,
melainkan mendemonstrasikan kuasa dan menyatakan Roh Kudus ada di tengah-
tengah mereka. Maka, tidak heran banyak pemimpin Kharismatik yang jatuh
dalam perzinahan, menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk memperkaya diri,
maupun merampas perpuluhan jemaat menjadi milik pribadi. Kebangunan
rohani hanya menekankan percaya kepada Tuhan maka segala penyakitmu akan
disembuhkan dan menjadi kaya. Ini adalah doktrin “undian” yang mereka
ciptakan untuk menarik banyak orang. Dan setelah menjadi banyak lalu
mengatakan, “Jumlah kami banyak maka kami adalah Kristen yang benar. Kami
mempunyai Roh Kudus.” Tipuan setan ini telah berlangsung selamar seratus
tahunan ini dan membuat banyak orang semakin kabur dan bingung (blur), maka
kita perlu sadar (blink). Rasul Petrus berkata, “Tuhan, aku tak pernah makan
daging dari binatang yang haram.” Tuhan berkata, “Makan!” Itulah revolusi.
Petrus menolak karena ia mengikuti rutinitas dan tidak mau berubah sehingga
hidupnya jadi kabur (blur) dan disusul dengan kekosongan (blank). Itulah yang
terjadi dengan gereja kalau membuang sifat ketuhanan Yesus.Hanya mau
menerima sifat moral-Nya atau membuang sifat moral-Nya akan membuat
gereja menjadi kosong ataupun bertumbuh pesat, tetapi moral pendetanya
begitu bejat dan masih berani mengaku bahwa dirinya memiliki Roh Kudus
karena bisa berglosolalia. Matius 7:21-23 memberikan gambaran yang jelas
bahwa terhadap orang yang banyak bernubuat, mengusir setan, melakukan
tanda ajaib dengan nama-Mu (nama Tuhan Yesus), Tuhan Yesus menjawab
bahwa Ia tidak pernah mengenal mereka. Hanya mereka yang sungguh-sungguh
menjalankan kehendak Allah saja yang berhak masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Firman Tuhan tidak bisa dimanipulasi.
Roh Kudus memenuhi Yohanes Pembaptis dan katanya, “Aku hanya membaptis
kamu dengan air.” Mengapa? Karena dia mengakui bahwa dirinya adalah
manusia yang dicipta. Tidak mungkin ia menggunakan air yang dicipta untuk
membersihkan dosa sesamanya yang juga dicipta. Jadi, dia membaptis orang
hanya untuk menandai pertobatan seseorang. Dan sebenarnya, kau bertobat
bukan kepadaku, melainkan kepada Tuhan. Gerakan “Pria Sejati” (serial seminar
yang banyak diadakan saat ini) membuat orang yang tadinya malu mengaku dosa
kepada sesamanya namun setelah melihat banyak orang, bahkan pendeta,
majelis di kelompok itu melakukan hal yang sama, menjadi berani mengaku dosa
sambil menganggap bahwa mengaku dosa adalah sesuatu yang mulia. Dan
karena semua orang di sana ternyata sama lalu saling menghibur. Lambat-laun
hal itu justru menjadi bahan tertawaan dunia, “Ternyata orang Kristen juga sama,
selingkuh, hidup moralnya rusak.” Tuhan menginginkan kita menjadi kelompok
orang yang suci. Tuhan tidak menginginkan kita untuk selingkuh lalu mengaku
dosa tanpa merasakan malu yang mendalam. Tentu bukan maksud saya untuk
mengkritik orang yang mau mengaku salah, bertobat, dan berjanji untuk tidak
mengulanginya. Karena faktanya, setan akan membuatmu mengalami apa yang
dikatakan pepatah Tionghoa “fan zui he qun gan, shou ku gu du gan”; waktu
bersalah tak merasa tersendiri karena ada banyak orang yang senasib denganmu,
sementara waktu menderita, merasa begitu tersendiri, orang yang paling susah
di dunia. Itulah cara yang sejak dahulu dipakai oleh setan untuk merusak Gereja.
Kiranya Tuhan memberikan saya kompas di hati, kepekaan yang luar biasa untuk
menjadi pemimpin yang berdiri di atas menara pengawal untuk mengingatkan
Gereja akan bahaya yang mengancam.
Kata Yohanes Pembaptis, “Aku hanya membaptismu dengan air (baptisan air tak
menyelamatkan), tetapi Dia – yang datang sesudahku dan sebenarnya sudah ada
sebelum aku – karena Dia adalah Sang Kekal maka Dia akan membaptismu
dengan Roh Kudus. Jadi, baptisan Roh Kudus dilakukan oleh Allah yang menjelma
menjadi manusia – yang kelihatannya sama seperti orang pada umumnya
padahal Dia adalah Allah. Maka sejak tahun 1990, ketika GRII pertama kali
membaptis, saya selalu mengatakan, “Aku membaptis engkau dengan air yang
melambangkan Roh Kudus turun atasmu, membawamu bergabung ke dalam
GRII, ke tubuh Kristus.” Air dicurahkan dari atas kepala sebagai lambang Roh
Kudus yang turun dari atas. Maka saya percaya bahwa baptis percik lebih sesuai
dengan Alkitab karena Roh Kudus dicurahkan dari atas dan kau harus dilahirkan
dari atas. Maka, jangan ikut-ikutan atau ditakuti-takuti oleh orang yang
mengkritik atau menyerang, “Jikalau engkau tidak dibaptis selam, engkau tidak
diselamatkan.” Prinsip yang Alkitab berikan melampaui tafsiran manusia. Ketika
Yohanes membaptis, adakah yang menyaksikannya? Ada banyak. Namun ketika
Tuhan Yesus membaptis orang dengan Roh Kudus, adakah yang menyaksikannya?
Tidak, karena Dia sudah naik ke sorga. Jadi, apakah bukti seseorang sudah
menerima baptisan Roh Kudus? Ia akan menjadi semakin setia kepada Firman,
semakin taat dan semakin menjalankan kebenaran firman Tuhan. Kiranya Tuhan
memimpin setiap kita untuk hidup semakin dipenuhi oleh Roh Kudus, semakin
mengerti Firman, semakin setia di dalam kebenaran Firman, dan hidup seturut
kebenaran Firman.

Kis. 8:14-25, 10:23-48, 19:1-7


Turunnya Roh Kudus ke dalam dunia merupakan pemberian Allah yang terbesar
bagi Gereja. Janji Allah yang terbesar adalah hidup kekal, dan hidup kekal
diberikan melalui Roh Kudus yang membawa kita untuk taat kepada Kristus.
Namun, hanya empat pasal di dalam Kisah Para Rasul (pasal 2, 8, 10, dan 19)
yang mencatat bahwa Roh Kudus turun. Pertama, Roh Kudus turun di hari
Pentakosta. Ini adalah penggenapan janji dalam Perjanjian Lama. Hanya tujuh
kali Alkitab mencatat tentang baptisan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus berarti
Tuhan Yesus membersihkan kita melalui Roh Kudus. Roh Kudus bukanlah Inisiator.
Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Yesus membaptiskan kita dengan Roh
Kudus, Pribadi Ketiga Allah Tritunggal yang tidak kelihatan. Sehingga Yesus
menjadi Pembaptis dan Roh Kudus dipakai oleh Yesus untuk membersihkan
orang yang dipilih, yang sekaligus mengubah status orang itu dari orang berdosa
menjadi orang suci. Ketika Yesus sudah naik ke surga, Dia juga melakukan
baptisan itu sebagai Pribadi Kedua yang sekarang tidak lagi kelihatan,
menggunakan Pribadi Ketiga yang juga tidak kelihatan. Jadi, yang tidak kelihatan
memakai yang tidak kelihatan untuk membersihkan yang kelihatan. Kita semua
perlu Yesus untuk membersihkan kita dengan Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal,
yaitu Roh Kudus.
Mengapa selain di dalam Kisah Para Rasul tidak ada bagian lain yang mencatat
tentang turunnya Roh Kudus? Dalam sejarah Gereja, kita juga tidak melihat
adanya bapa-bapa Gereja yang mencatat Roh Kudus turun kepada mereka. Tidak
ada satu pun dari para tokoh Reformator yang mengatakan Roh Kudus turun
kepada mereka dan sampai abad ke-20, Roh Kudus juga tidak turun kepada
manusia lagi. Roh Kudus turun sebanyak empat kali: di Yerusalem, di Samaria, di
rumah Kornelius di Yope, dan terakhir di Efesus. Dari Yerusalem sampai ke Efesus
berarti dari kota paling dekat sampai kota paling jauh, dari tempat orang Yahudi
sampai tempat orang kafir, dari tempat paling tepi lalu menyeberang ke benua
Eropa. Artinya, Kerajaan Surga dimulai dari inti (pusat) yaitu Yerusalem,
bertumbuh, berkembang, mengalir, dan meluas sampai ke tempat paling ujung.
Roh Kudus turun sebanyak empat kali mewakili empat titik awal dan empat
lapisan wilayah penginjilan yang baru. Mulai dari Yerusalem lalu bergeser terus
sampai ujung bumi. Hal ini berkait dengan janji Yesus Kristus, yaitu: ”Kalau Roh
Kudus turun kepada kamu, maka kamu akan mendapatkan kuasa untuk bersaksi
bagi Aku dari Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8).
Semua pengajaran Kitab Suci adalah menyatu. Untuk mempunyai pengertian
yang menyatu diperlukan satu kepekaan yang luar biasa dan diperlukan satu
penyelidikan yang tuntas. Roh Kudus turun di Yerusalem, Samaria, rumah
Kornelius (Yudea), dan Efesus (ujung bumi). Melalui keempat lingkaran ini,
seluruh muka bumi sudah diwakili oleh keempat kota ini. Maka, genaplah
seluruh penyataan bahwa Injil dikabarkan ke seluruh dunia. Maka, kita mengerti
mengapa Roh Kudus tidak turun lagi di tempat lain.
Yerusalem, tempat pertama, menjadi tempat yang paling penting karena bersifat
kolektif, universal, dan bersifat mewakili seluruhnya. Di dalam Kitab Suci ada satu
prinsip bahwa yang pertama itu bersifat wakil. Adam disebut orang pertama
yang mewakili semua orang yang berdosa dan Yesus mewakili semua orang yang
diselamatkan. Di dalam Adam, kehendak manusia melawan kehendak Allah; di
dalam Yesus, kehendak manusia Yesus ditaklukkan ke dalam kehendak Allah. Di
dalam Adam, dia berdosa; di dalam Yesus Kristus, Dia kudus. Di dalam Adam, ada
dosa yang mengakibatkan maut; di dalam Kristus, ada kesucian yang
memberikan hidup. Di dalam Adam, semua mati; di dalam Kristus, semua akan
bangkit. Di dalam Adam, manusia binasa; di dalam Kristus, manusia memperoleh
hidup yang kekal. Kedua orang ini menjadi titik permulaan/starting point yang
mewakili dua aliran hidup yang berbeda.
Kota Yerusalem menerima Roh Kudus sebanyak satu kali dan bersifat perwakilan.
Sebanyak 120 orang menerima dan sesudah itu mereka mengabarkan Injil
dengan karunia dari Roh Kudus ke berbagai bahasa yang mengakibatkan orang-
orang dari 15 tempat yang berbeda mengerti firman Tuhan. Injil bukan
dimonopoli oleh orang Yahudi. Ketika manusia meninggikan nama Kristus, di situ
bahasa dipersatukan lagi. Turunnya Roh Kudus adalah bersifat kolektif (satu kali
untuk selama-lamanya) dan universal (tidak perlu Roh Kudus turun lagi). Tetapi
untuk sampai ke ujung bumi, tahapnya ada empat. Setiap tempat akan
mengalami hal yang sama dan keempat tempat ini mewakili setiap orang dari
setiap zaman. Waktu engkau menerima Roh Kudus, apakah Roh Kudus turun lagi
dari surga? Tidak perlu! Sejak pertama kali Roh Kudus turun di Yerusalem, itu
menjadi suatu jaminan bahwa Roh akan diberikan kepada setiap orang yang
sungguh-sungguh percaya. Jadi, baptisan Roh Kudus di dalam pasal kedua adalah
baptisan Roh Kudus yang bersifat representatif. Oleh sebab itu, Gereja yang
kudus dan am terjadi pada waktu rasul-rasul menerima Roh Kudus di pasal kedua.
Ketika rasul-rasul menerima Roh Kudus, apakah mereka sudah percaya kepada
Yesus? Apakah mereka sudah diutus oleh Yesus untuk mengabarkan Injil? Sudah.
Apakah mereka sudah dibaptiskan? Pernahkah Petrus dibaptis dalam nama
Yesus? Siapakah yang membaptiskan Petrus, Yohanes, Yakobus, dan para rasul
yang lain? Apakah mereka saling membaptis dan menumpangkan tangan?
Alkitab tidak pernah mencatat mereka menerima baptisan dalam nama Yesus.
Mereka dipilih langsung oleh Yesus, mengikut Yesus selama tiga setengah tahun
dan dikuduskan oleh Yesus dengan Roh Kudus. Mereka menerima Roh Kudus
secara langsung melalui hembusan itu. Sekarang Benny Hinn ikut-ikutan,
padahal di Alkitab dikatakan bahwa yang menghembuskan Roh Kudus adalah
Yesus. Kalau seorang hamba Tuhan tidak mau mengerti Alkitab dan menyamakan
diri dengan Yesus, pasti menjadi bidat. Bagaimana pintar dan hebatnya otakmu,
jangan sembarangan membuat inovasi sendiri sehingga akhirnya
memperkirakan dirimu sebagai Allah. Sekarang banyak orang Pantekosta suka
tumpang tangan karena memakai ayat-ayat ini. Padahal Paulus, Petrus, dan lain-
lain tidak pernah menghembuskan Roh Kudus. Lalu banyak orang heran, kalau
bukan dari Tuhan, mengapa bisa “jatuh”? Justru jatuh itu adalah kuasa
supernatural. Supranatural kalau sudah terjadi, kita terkejut dan kagum, tetapi
apakah semua hal supra-alam itu pasti dari Tuhan Allah? Waktu Musa
membuang tongkatnya, tongkat itu menjadi ular, ahli sihir langsung melakukan
yang sama. Musa sebagai hamba Tuhan yang sadar, mereka hamba Tuhan yang
belum sadar mau ikut-ikutan. Pada waktu tongkat Musa menjadi ular, ular Musa
menelan ular dari ahli sihir itu. Lalu ular Musa menjadi tongkat lagi dan ular dari
ahli sihir itu hilang. Jangan melihat sebagian dan jangan melihat permulaan dan
gejala, tetapi lihatlah bagaimana kuasa Tuhan bekerja. Hanya orang bodoh yang
mengatakan bahwa semua adalah sama. Apakah semua universitas sama?
Apakah semua perempuan sama sehingga ketika engkau mau menikah, engkau
tidak perlu memilih karena semua perempuan sama? Orang yang tidak mengerti
tidak menuntut karena semuanya dianggap sama. Untuk mengerti perbedaan
diperlukan pikiran, observasi, pengujian, dan pengertian tingkat value. Mengapa
saat Benny Hinn menghembus, orang bisa jatuh? Apakah itu kuasa Roh Kudus?
Bukan! Dari mana tahu bukan dari Roh Tuhan? Karena Roh Tuhan adalah Roh
kebenaran. Roh yang mewahyukan kebenaran dan memberikan kita Kitab Suci,
dan di dalam Kitab Suci tidak ada orang meniup kemudian orang jatuh. Roh
Kudus adalah Roh yang membangunkan bukan menjatuhkan. Maka seharusnya
ketika orang mendapatkan Roh Kudus, ia menjadi bangun. Tetapi mengapa justru
banyak yang jatuh? Apakah karena di hadapan Tuhan lalu rendah hati dan jatuh?
Adakah orang yang di hadapan Tuhan jatuh? Banyak, tapi jatuhnya ke mana?
Tidak semua jatuh itu sama. Apakah Alkitab mencatat ada orang jatuh lalu tutup
mata dan menjadi tidak sadar karena Roh Kudus? Tidak ada! Tidak semua gejala
supra alam sama dengan yang ada di dalam Alkitab. Itu roh lain. Mungkin dari
setan atau mungkin dari kuasa manusia yang tidak taat kepada Tuhan. Tuhan
mengizinkan seseorang memamerkan suatu kuasa supernatural yang berada
dalam potensi manusia tetapi diarahkan pada hal yang lain. Kalau itu sesuai
dengan Roh Kudus, pasti di dalam Alkitab ada hal yang sama.
Pernah seorang hamba Tuhan bertanya kepada saya setelah ada pengkhotbah
yang berbicara di gerejanya dan akhirnya ketika ia memanggil orang ke depan,
banyak yang jatuh. Saya memberikan pertanyaan padanya, apakah mereka jatuh
sesudah atau sebelum tumpang tangan? Ia menjawab sesudah tumpang tangan.
Lalu saya bertanya lagi, adakah di dalam Alkitab orang yang ditumpang tangan
akhirnya jatuh? Tidak ada bukan? Pernahkah Yesus tumpang tangan lalu semua
jatuh satu per satu? Tidak ada! Apakah berarti ia lebih hebat dari Yesus? Jangan
sembarangan memberi konklusi! Karena di dalam Kitab Suci yang diwahyukan
Roh Kudus, tidak pernah terjadi hal ini. Kedua, ke mana arah jatuh mereka?
Apakah ke kanan, kiri, depan, atau belakang? Semuanya jatuh ke belakang. Jatuh
ke belakang sangat berbahaya karena kalau terbentur dan kena saraf yang
penting, maka bisa mengakibatkan kematian. Mungkinkah ketika Roh Kudus
memenuhi seseorang, Roh Kudus menyebabkan seseorang terjatuh ke belakang
secara tidak sadar? Mereka yang jatuh harus ditahan oleh orang lain supaya tidak
terkena benturan karena mereka sendiri tidak mempunyai kekuatan untuk
memelihara dirinya sendiri. Jadi, percayakah engkau bahwa ini adalah pekerjaan
Roh Kudus? Pertama, tidak ada tercatat di dalam Alkitab. Kedua, mengapa tidak
jatuh ke kanan, kiri, atau depan, tapi hanya jatuh ke belakang? Ketiga, mengapa
perlu seseorang untuk menahan supaya tidak terbentur? Karena dia tidak bisa
membela dan melindungi diri. Semua pengawasan terhadap diri dan kekuatan
untuk sadar akan bahaya sudah tidak ada. Lalu saya tanya, “Do you think, do you
believe, do you confirm that is the work of the Holy Spirit?” Roh datang untuk
membangunkan, Roh datang untuk mencelikkan, Roh datang untuk membuka
mata, Roh datang untuk menyadarkan, tetapi Roh bukan datang untuk
mengacaukan, Roh bukan datang untuk menjadikan orang menjadi tidak sadar,
Roh bukan datang untuk menidurkan, dan Roh bukan datang untuk menjatuhkan.
Baptisan Roh Kudus adalah pembersihan. Istilah baptisan, pembersihan, harus
dikaitkan dengan hidup suci, kebenaran, dan hidup lebih dekat dengan Tuhan.
Baptisan bukan untuk mendapat karunia lidah karena karunia lidah pun harus
diuji terlebih dahulu. Kalau kaum intelektual tidak bisa membedakan hal rohani
dan tidak bisa mengonfirmasikan itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak,
sehingga menerima semua itu, maka engkau akan menjadi alat Iblis untuk
menghancurkan Kekristenan. Saya tidak peduli apakah engkau senang atau tidak
mendengar hal-hal seperti ini, tetapi gereja ini tidak main-main. Waktu Roh
Kudus turun pertama kali di Yerusalem, rasul-rasul tidak dibaptiskan dalam nama
Yesus Kristus atau dalam nama kudus Allah Tritunggal karena mereka menerima
panggilan untuk diutus dan membaptiskan sehingga mereka tidak perlu
dibaptiskan. Semua gelar doktor diterima dari seorang guru yang memberikan
gelar doktor. Tetapi gelar doktor pertama pasti diberikan oleh guru yang tidak
ada gelar doktornya. Sebab dialah yang pertama. Jadi, semua rasul tidak perlu
dibaptiskan karena mereka langsung menerima panggilan, langsung diutus,
langsung diperintahkan oleh Yesus untuk pergi membaptiskan orang lain. Maka,
tidak ada rasul yang perlu dibaptiskan.
Pasal ke-8 mencatat bahwa mereka sudah dibaptiskan dalam nama Yesus tetapi
tidak ada Roh Kudus. Mengapa menerima Yesus saja masih tidak cukup?
Mengapa sesudah dibaptiskan dalam nama Yesus masih perlu menerima Roh
Kudus? Petrus mengatakan, ”Hanya dibaptis dalam nama Yesus tidak cukup,
perlu Roh Kudus.” Mengapa perlu Roh Kudus? Karena Gereja adalah orang yang
beriman dan iman adalah reaksi manusia kepada kebenaran dan kebenaran
hanya diwahyukan oleh Roh Kudus. Sedangkan dibaptiskan dalam nama Yesus
adalah satu wadah, satu upacara memakai air namun air tidak pernah
membersihkan kita. Itu sebabnya di dalam Gereja Reformed Injili Indonesia,
setiap kali saya membaptiskan, saya memakai air membaptiskan engkau untuk
melambangkan Roh Kudus turun kepada kamu. Hanya lambang! Saya hanya
hamba Tuhan, saya bukan Allah, maka saya tidak bisa menyucikan orang. Saya
hanya melakukan ini sebagai lambang menyatakan hadirnya iman dan
pengalaman sejati Anda di dalam rohmu. Engkau tetap membutuhkan Roh
Kudus untuk membersihkan engkau, bukan saya. Maka Petrus mengatakan tidak
cukup. Baptisan dalam nama Yesus tidak cukup karena harus menerima Roh
Kudus. Karena itu, Petrus menumpangkan tangan ke atas mereka dan Roh turun.
Mengapa harus Petrus yang menumpangkan tangan? Mengapa setelah Filipus
mengabarkan Injil lalu membaptiskan mereka yang menerima Tuhan menjadi
orang Kristen tidaklah cukup? Karena Gereja harus dibangun di atas rasul dan
nabi, bukan nabi dan rasul. Hal ini muncul secara jelas di dalam Perjanjian Baru
sebanyak tiga kali dan urutannya tidak pernah terbalik (1Kor. 12:28 dan Ef. 4:11,
Ef. 2:20). Kitab Suci begitu ketat. Jangan memperalat Kitab Suci lalu bersaksi ke
sana-sini membawa cerita diri. Berapa banyak pendeta yang menceritakan
mimpi mereka lalu mengatakan, “Tuhan berkata kepadaku…”? Semua perkataan
Tuhan sudah dicatat di dalam Kitab Suci dan tidak perlu ditambah lagi; apalagi
dengan mimpi-mimpi yang tidak sesuai dengan firman yang tercatat di dalam
Alkitab. Ketika Petrus mengatakan, “Engkau harus mendapat Roh Kudus,” dia
tumpang tangan. Dia tumpang tangan justru kepada orang yang sudah
menerima baptisan tentang Yesus. Mengapa mereka sudah menerima baptisan
di dalam Yesus, sedangkan Petrus ataupun Yohanes sendiri belum pernah
menerima baptisan dalam nama Yesus? Ini karena Petrus dan Yohanes adalah
rasul.
Perjanjian Lama ditulis oleh nabi. Perjanjian Lama dahulu baru Perjanjian Baru,
bukan? Dengan demikian, mereka semua tahu bahwa nabi mendahului rasul.
Rasul mendahului nabi karena Perjanjian Baru adalah penggenapan Perjanjian
Lama dan kunci untuk mengerti Perjanjian Lama. Perjanjian Baru terkandung di
dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama baru digenapi oleh Perjanjian Baru.
Dengan demikian, kita tidak boleh melihat dari Perjanjian Lama karena akan
kabur, tetapi dari Perjanjian Baru melihat Perjanjian Lama akan jelas karena
sudah genap. Perjanjian Baru adalah satu penggenapan, satu bangunan yang
sudah betul-betul selesai. Lalu dari Perjanjian Baru melihat Perjanjian Lama.
Misalnya di Perjanjian Lama ditulis, “Kami seperti domba tersesat, semua dosa
ditanggungkan pada Dia.” Di Perjanjian Baru melihat Yesus di kayu salib baru kita
mengerti ketika Dia mengatakan, “Bapa, ampunilah mereka.” Yesus layak
memohon doa pengampunan ini karena Ia adalah Wakil yang menggantikan. Kita
baru mengerti apa yang dikatakan di dalam Yesaya 53 dan gabungan Kisah Para
Rasul 8 dan 10 yang terjadi di dalam Perjanjian Baru. Yohanes Pembaptis hanya
melayani selama satu tahun lalu dibunuh. Yesus mengatakan bahwa tidak ada
nabi yang dibangkitkan lebih besar dari Yohanes Pembaptis karena dialah yang
menggenapinya. Nabi lain hanya melihat dari jauh sedangkan Yohanes
Pembaptis benar-benar melihat dari dekat bahwa Yesus adalah Domba Allah
yang menghapus dosa dunia. Ia juga melihat bagaimana Yesus adalah sungguh-
sungguh Manusia Allah dimana Roh Kudus dicurahkan ke atas-Nya. Rasul-rasul
yang tidak pernah dibaptiskan dalam nama Yesus mengatakan bahwa
dibaptiskan dalam nama Yesus saja tidak cukup, kamu harus menerima Roh
Kudus lalu mereka menumpangkan tangan ke atas jemaat.

Kalau di Samaria perlu tumpang tangan oleh rasul, apakah berarti di kota-kota
saat ini juga perlu ada rasul yang datang? Tidak. Mengapa waktu itu perlu rasul,
sekarang tidak? Mengapa sida-sida yang pulang ke Ethiopia dan gereja di
Ethiopia tidak perlu rasul? Keempat kali Roh Kudus turun mewakili keempat
tempat di mana Injil akan dipelopori ke seluruh dunia. Pada pasal kedua, mereka
tidak sadar bahwa Roh Kudus belum mewahyukan seluruh Kitab Suci sampai
sempurna sehingga tidak ada satu pun gereja yang boleh menganggap diri sudah
sah. Kecuali di Yerusalem yang menjadi kolektif, representatif, universal sekali
untuk selama-lamanya. Roh Kudus turun langsung atas rasul, itulah gereja yang
sah, gereja induk, gereja permulaan, gereja menjadi dasar gereja seluruh dunia,
maka semua gereja yang lain tidak sah. Mengapa? Karena di Efesus 2:20, Gereja
didirikan atas dasar rasul dan nabi. Di Samaria, Injil sudah diberitakan, banyak
yang sudah menerima Tuhan dan sudah dibaptiskan. Gereja yang benar harus
memiliki dasar “Yesus mati bagi aku, Yesus bangkit kembali.” Inilah Injil. Tetapi
siapa memberitakan Injil ini? Saya hanya percaya Yesus yang dikabarkan oleh
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru berbicara tentang Yesus. Perjanjian Lama ditulis oleh nabi, Perjanjian Baru
ditulis oleh rasul. Jadi, Gereja ini berdiri di atas Kristus, dan bukan saja demikan,
nabi dan rasul memberikan dasar kepada kita dan keduanya bersaksi tentang
Kristus. Tetapi bagi jemaat Samaria, saat itu mereka hanya memiliki Perjanjian
Lama. Perjanjian Baru belum dicatat sehingga gereja itu belum memiliki dasar
rasul dan nabi. Mereka percaya nabi hanya karena dulu masih belum Kristen,
sebagai orang Yahudi pernah mendengar. Tetapi sekarang mereka tidak ada dasar,
Yesus itu disaksikan oleh siapa? Disaksikan oleh rasul sedangkan Filipus bukan
rasul. Di dalam Alkitab ada dua Filipus: Filipus yang adalah rasul dari kedua belas
rasul yang dipanggil oleh Tuhan Yesus sendiri, dan seorang Kristen di Yerusalem
yang akhirnya dipilih menjadi majelis (diaken). Jadi, rasul dipilih oleh Tuhan
sendiri. Majelis dipilih dari jemaat sehingga majelis yang suka mengabarkan Injil
sangat baik, tetapi dia tidak bisa mewakili rasul. Tempat di mana rasul tidak bisa
pergi maka majelis yang pergi. Ketika Filipus yang adalah majelis memberitakan
Injil di Samaria, banyak orang percaya namun ini belum cukup, walaupun sudah
didirikan gereja di sana. Mengapa? Karena hanya ada Perjanjian Lama dan belum
ada Perjanjian Baru, maka Petrus dan Yohanes diutus untuk mengonfirmasikan
gereja karena mereka adalah rasul. Amin.

Kisah Para Rasul 10:23-48


Dalam Kisah Para Rasul 10 terlihat bahwa Petrus dan Kornelius adalah dua pihak
yang tidak saling mengenal. Tetapi Tuhan mendengar doa Kornelius dan
menghendaki agar Petrus pergi menemui Kornelius. Jadi, Tuhan yang
mempersatukan kedua orang yang tidak saling mengenal itu. Tuhan menerima
doa Kornelius lalu memberitahukan kepadanya untuk pergi mencari Petrus di
kota Yope. Jika memang kehendak Tuhan, maka tidak mungkin hanya satu pihak
yang digerakkan. Tuhan juga berkata kepada Petrus bahwa akan ada orang yang
disuruh oleh Tuhan untuk datang kepadanya. Inilah cara Tuhan. Jika Roh Kudus
bekerja, maka Ia akan mengerjakannya dari kedua belah pihak. Ini prinsip Alkitab.
Tetapi ketika Petrus diundang ke rumah Kornelius, Petrus tidak senang. Orang
Yahudi tidak mau bergaul dengan orang kafir yang tidak bersunat. Oleh karena
itu, Tuhan memberikan penglihatan dan perintah untuk memakan binatang-
binatang yang tidak halal secara konsep orang Yahudi. Petrus menolak walaupun
Tuhan meminta Petrus untuk memakannya hingga tiga kali. Lalu, Tuhan
menjelaskan bahwa “yang disucikan oleh Tuhan, tidak boleh diharamkan oleh
manusia”. Di sini kita mempelajari bahwa bukan Allah yang plin-plan dengan
peraturan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Tuhan bisa mengubah status dari
yang haram menjadi tidak haram. Inilah konsep penebusan, pengampunan, dan
pendamaian hidup baru yang Tuhan kerjakan. Terkadang manusia merasa sulit
untuk menerima perubahan seperti ini. Kita harus belajar bahwa cara Tuhan
sering kali sangat dinamis. Orang yang tidak bisa mengikuti dinamika pimpinan
Roh Kudus akan meninggalkan Tuhan.
Mengapa Tuhan tidak lagi memakai bahasa Ibrani untuk mewahyukan Perjanjian
Baru? Mengapakah penulisan Perjanjian Baru dipercayakan kepada orang-orang
dari Galilea dan bukan dari Yerusalem? Karena orang-orang di Yerusalem sudah
membentuk suatu kebudayaan yang kaku, yang membatasi dan membelenggu
diri, namun mereka mengira mereka setia. Padahal itulah yang membuat
mereka harus membunuh Yesus. Ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit
selama 38 tahun (Yoh. 5) pada hari Sabat, orang Yahudi tidak bisa menerimanya.
Bagi mereka hal itu tidak boleh dikerjakan pada hari Sabat. Konsep mereka
adalah setia kepada Tuhan dengan memelihara hari Sabat. Konsep yang salah
dipakai untuk mempersalahkan Kristus yang benar dan menyalibkan Dia.
Kebudayaan seperti ini banyak terjadi di dalam gereja karena kita secara tidak
sadar tidak melihat cara Tuhan berubah.
Kornelius adalah orang Yunani pertama yang menerima Roh Kudus. Tidak mudah
untuk menemukan orang saleh seperti Kornelius di tengah-tengah orang Yahudi.
Ia adalah seorang yang beribadah kepada Tuhan. Sekalipun ia adalah orang
Yunani, ia tidak percaya kepada roh-roh atau mitos-mitos dewa mereka. Inilah
orang pilihan Tuhan. Ada orang-orang Kristen yang hidupnya lebih bobrok
daripada orang beragama lain. Mengapa ada orang beragama lain yang bisa
hidup lebih baik? Karena ada anugerah umum yang membuat orang-orang
bukan Kristen bisa lebih mau belajar daripada orang Kristen. Anugerah khusus
diberikan bagi mereka yang sungguh-sungguh mengenal dan percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus, sementara anugerah umum diberikan kepada setiap orang.
Jika engkau mendapat kesempatan untuk percaya kepada Yesus Kristus, tetapi
engkau mengabaikan tanggung jawabmu untuk merespons dengan benar, maka
engkau akan menghilangkan anugerah umum yang engkau miliki. Itu suatu
bahaya besar.
Anugerah bagi Semua Bangsa
Petrus diperintahkan untuk pergi ke rumah Kornelius. Ini berarti di luar orang
Yahudi, ada bangsa-bangsa yang takut kepada Tuhan dan Allah mengasihi
mereka. Hal ini menghentikan bangsa Yahudi dari memonopoli anugerah Tuhan
dan menghina orang kafir. Saya mengatakan hal ini karena saya telah melihat
dengan jelas bahwa banyak orang Kristen yang menghina orang beragama lain.
Padahal, mungkin saja masih banyak orang Kristen yang sedang indekos di luar
dan juga mungkin saja ada anak-anak setan yang saat ini sedang indekos di dalam
Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Kita harus mawas diri dan tidak boleh
menghina orang lain. Kita harus menjadi orang Kristen yang takut kepada Tuhan
dan adil kepada sesama manusia. Mungkin saja ketika Tuhan memanggil orang
yang indekos di luar untuk menjadi orang Kristen, mereka akan jauh lebih
berpotensi daripada mereka yang adalah keturunan majelis atau pendeta. Allah
yang sanggup mengubah seluruh dunia juga sanggup mengubah orang berdosa
menjadi orang Kristen. Kalimat-kalimat seperti ini sudah muncul dalam Alkitab.
Waktu Yohanes Pembaptis melihat orang Farisi datang kepada dia, dia
mengatakan, “Siapakah yang mengajarkan engkau untuk melarikan diri dari
hukuman Allah? Hai, engkau keturunan ular beludak.” Tidak ada orang yang
berkhotbah sekeras itu. Khotbah yang begitu keras seperti inilah – namun tetap
harus dikhotbahkan – yang membuat ribuan orang datang. Khotbah yang
menjunjung tinggi dan menerima orang-orang kaya saja justru membuat orang
lari. Hanya beberapa orang kaya yang tetap di situ karena mereka senang
disanjung. Orang yang sadar ketika ditegur dan mau berubah, itulah orang yang
mencari kehendak Tuhan. Lalu Yohanes Pembaptis berkata, “Jika engkau tidak
bertobat, tidak menyatakan buah pertobatanmu, seperti hatimu yang sudah
bertobat, Tuhan akan membuang kamu seperti ke dalam api dan akan hangus.
Jangan kira di dalam hatimu ada Abraham sebagai nenek moyangmu. Tuhan
sanggup membangkitkan batu-batu ini menjadi anak-anak keturunan Abraham.”
Yohanes Pembaptis melihat adanya bahaya pada orang Yahudi karena hati
mereka yang sudah membatu. “Aku akan mengambil hatimu yang keras dan
menggantinya dengan hati yang berdaging yang lembut, yang mengedarkan
darah untuk menghidupkan dirimu” (Yeh. 36:26-27). Ayat ini mengandung arti
diperanakkan pula. Yohanes Pembaptis begitu sungguh-sungguh dibakar oleh
firman Tuhan, dengan api Roh Kudus dia berkhotbah dan menemukan apa yang
menjadi kebahayaan bagi orang Yahudi yang akan dibuang oleh Tuhan.

Orang Kafir yang Tidak Kafir


Orang kafir pertama di seluruh dunia yang menerima Roh Kudus adalah
Kornelius, yang disebut sebagai orang saleh. Dia bukan orang Israel dan bukan
orang Yahudi, tetapi dia takut kepada Tuhan dan cinta kepada sesama manusia.
Dia berdoa di hadapan Tuhan, dia beramal kepada orang miskin. Lalu ada
malaikat yang datang dan berkata, “Hai Kornelius, semua doamu dan
sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.” (Kis. 10:4).
Jangan kita menyangka bahwa Tuhan tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
manusia. Tuhan menyelidiki sampai kepada kedalaman lubuk hati kita. Orang
Yunani mengenal banyak dewa. Dewa tertinggi yang menguasai semua dewa
disebut oleh orang Romawi sebagai Jupiter; orang Yunani menyebutnya Zeus.
Dewi Aphrodite orang Yunani disebut Venus oleh orang Romawi. Orang Yunani
memiliki dewa-dewa yang menguasai api, air, laut, dan lain-lain. Ketika dewa itu
sampai ke Romawi, nama mereka berubah. Inilah yang disebut naturalisasi. Ada
orang Yunani yang kemudian berpikir mengapa banyak dewa mereka tidak beres.
Hercules yang begitu kuat mempunyai kelemahan di tumitnya. Jika tumitnya
dipanah, maka ia akan mati. Mungkinkah dewa bisa mati? Selain itu, dewa-dewa
Yunani sendiri amoral. Dewa paling tinggi kalau sudah melihat dewi yang cantik,
langsung birahi seperti orang mencari pelacur. Mereka merampas istri orang lain
sampai suaminya menjadi begitu sedih namun tidak mungkin melawan karena
lawannya adalah kepala dewa. Maka, beberapa orang Yunani mulai melihat
ketidakberesan dewa-dewa mereka dan mulai mempercayai Allah-nya orang
Yahudi. Orang Yahudi percaya pada Allah Abraham yang Maha Esa, suci, adil, dan
baik. Hukum Taurat yang diturunkan membuktikan Allah itu adil, suci, dan baik.
Kornelius adalah orang kafir yang hatinya kembali kepada Tuhan. Ada orang-
orang yang belum mengenal Yesus Kristus tetapi sudah dipersiapkan Tuhan
untuk meninggalkan ajaran yang salah dan yang mau kembali kepada ajaran yang
benar. Inilah orang-orang yang disebut beribadah, saleh, dan takut akan Tuhan.
Jika engkau bukan orang Kristen tetapi menuntut kebenaran dengan serius, pada
akhirnya engkau bisa menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh meski
engkau belum dibaptis. Banyak orang Yahudi berpikir secara sempit sehingga
mereka tidak pergi menjalankan Amanat Agung. Kesempitan nasionalisme
menyebabkan gereja tidak bisa bertumbuh secara global. Sebelum naik ke sorga,
Yesus mengatakan, “Pergi, jadikanlah segala bangsa murid-Ku.” Banyak orang
mengerti perintah ini hanya secara kognitif dan tidak mengabarkan Injil,
khususnya kepada mereka yang dianggap kafir. Banyak orang tidak mau datang
mendengar khotbah di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) karena sudah
diracuni kalimat, “Stephen Tong tidak ada Roh Kudus, karena tidak bisa bahasa
Roh.” Mereka mengaitkan Roh Kudus hanya dengan bahasa lidah. Hal ini
membuat banyak orang mengikat diri sehingga sulit untuk membuka diri. Ada
banyak ikatan yang mematikan kerohanian kita sehingga kita tidak bisa
bertumbuh.
Tuhan sanggup mengubah yang najis menjadi suci. Ketika Petrus mengerti hal ini,
ia taat dan pergi. Di sini terdapat satu prinsip yang penting, yaitu: jika kedua
pihak sama-sama mendapatkan pimpinan Roh Kudus, maka kedua pihak harus
sinkron. Ini prinsip Alkitab. Ada seorang pendeta yang mengharuskan dua orang
yang tidak saling mengenal untuk menikah. Setelah keduanya menikah, mereka
ribut tidak ada habis-habisnya. Ini bukan menaati perintah Tuhan, tetapi menaati
pendeta dengan bodoh. Pernah terjadi di sebuah sekolah theologi, mendadak
ada 5 murid yang tidak mau masuk kelas. Sampai hari ketiga mereka tetap tidak
masuk kelas. Ketika ditanya, mereka menjawab, “Roh kudus berkata hari ini kami
tidak boleh masuk sekolah.” Di hari keenam mereka semua masuk dan dosen
bertanya, “Mengapa hari ini masuk?” Mereka menjawab, “Karena Roh Kudus
menyuruh kami masuk.” Lalu setelah mengadakan rapat, dosen mengatakan,
“Sekarang Roh Kudus menyuruh kami untuk mengusir kalian semua keluar dari
sekolah ini.” Tidak boleh seenaknya saja memakai Roh Kudus sebagai backing.
Saat itu Tuhan tidak memakai Paulus meskipun Paulus adalah rasul untuk orang
kafir, karena untuk melakukan konfirmasi seperti ini, posisi Paulus masih sangat
junior, sementara Petrus adalah kepala para rasul. Dalam Kisah Para Rasul 2, Roh
Kudus turun dan Petrus ada di situ. Dalam Kisah Para Rasul 8, Filipus
mengabarkan Injil, mereka percaya dan sudah dibaptiskan dalam nama Yesus;
tetapi karena Filipus bukan rasul, maka Petrus dan Yohanes sebagai rasul tetap
harus datang. Pada waktu itu, Petrus mewakili semua rasul yang paling bersifat
otoritatif dan dia harus mewakili keabsahan Gereja tanpa kompromi. Tetapi
setelah Kisah Para Rasul 10, peranan Petrus mulai mundur dan peranan Paulus
mulai naik. Kisah Para Rasul pasal 1 hingga 11 diwakili oleh Petrus, sesudah itu
sisanya diwakili oleh Paulus. Petrus mewakili pemberitaan Injil di Yerusalem,
Samaria, dan Kornelius (Yudea); dan sesudah itu ke ujung bumi yang diwakili oleh
Paulus. Ketika Alexander Agung berperang, dia akhirnya sampai ke ujung pantai
Spanyol dan tidak melihat siapa pun lagi di seberang, maka ada pandangan
bahwa Spanyol adalah ujung dunia. Tiga ratus delapan puluh tahun kemudian
Paulus berkata bahwa ia memberitakan Injil sampai ke Spanyol untuk
menggenapkan Amanat Agung Tuhan Yesus.

Mengapa Kaisarea?
Empat tempat di mana Roh Kudus turun yaitu Yerusalem, Samaria, Yudea, dan
Efesus, yang mewakili Yerusalem, Yudea, Samaria, dan ujung bumi. Empat kali
Roh Kudus turun, empat kali Roh Kudus membaptiskan orang. Ini mewakili
empat tahap penginjilan di dalam seluruh sejarah dunia. Tahapan yang sedang
kita bicarakan adalah tahap yang ketiga. Mengapa Samaria terlebih dahulu baru
Yudea? Kaisarea sekalipun masih berada di dalam wilayah Yudea, tetapi yang
menerima Injil adalah orang kafir; sementara Samaria sekalipun di luar Yudea,
tetapi yang menerima Injil adalah orang Yahudi. Maka urutan kedua dan ketiga
dibalik. Di sini kita melihat bahwa Injil tiba kepada orang Yahudi dahulu
kemudian orang Yunani. Ini adalah rencana Allah yang tidak boleh diubah
Waktu Petrus pergi, ia mulai berkhotbah dengan kalimat bahwa ia adalah orang
Yahudi, dan orang Yahudi biasanya tidak masuk ke dalam rumah orang kafir;
tetapi ia datang karena ia baru sadar bahwa Tuhan menerima setiap orang yang
takut kepada-Nya dan beramal baik kepada sesamanya. Inilah pertama kalinya
dalam seluruh Kitab Suci di mana seseorang yang merepresentasikan orang
Yahudi harus mengaku bahwa Allah menerima orang kafir. Hal ini tidak mudah.
Pengakuan pertama bahwa “Barangsiapa yang takut kepada Allah, barangsiapa
yang melakukan amal kepada orang miskin, diperkenan oleh Tuhan” harus keluar
dari mulut rasul yang paling senior, yaitu Petrus. Ini semua diatur begitu rupa.
Tidak mudah bagi orang Yahudi saat itu untuk menerima orang kafir. Ketika
terjadi revolusi di Iran, dan Shah Palevi diusir dari Iran, dia mempunyai sebidang
tanah yang cukup besar di Beverly Hills, Los Angeles, tetapi Amerika menolak dia
untuk tinggal di Amerika. Anwar Sadat, Presiden Mesir saat itu mengatakan satu
kalimat yang mengejutkan saya, “Shah Palevi, jika tidak ada tempat bagimu,
datanglah ke Mesir, karena kami sudah terkenal keramahannya sejak Yesus
dalam kesulitan, ia melarikan diri ke Mesir.”
Jika kita melihat khotbah Petrus di dalam ayat yang kita renungkan, Petrus sama
sekali tidak berbicara tentang Roh Kudus. Setelah Petrus berkhotbah, Roh Kudus
turun. Sekarang banyak gereja yang terus berkhotbah tentang Roh Kudus, tetapi
ini adalah suatu bahaya besar karena tidak mengetahui bahwa Roh Kudus hanya
memenuhi seseorang jika orang itu meninggikan Kristus. Benny Hinn, Kenneth
Copeland, dan banyak pendeta Karismatik lain yang terus berkhotbah tentang
Roh Kudus namun mereka tidak menjunjung tinggi Kristus. Mereka beranggapan
bahwa sekarang masanya sudah lewat, sekarang adalah masa menjunjung tinggi
kemakmuran dan kekayaan. Sama seperti orang yang beli lotere. Janganlah kita
menyangka bahwa di mana terdapat banyak orang maka di situ ada kebenaran.
Saya tidak mengatakan bahwa kebenaran pasti tidak ada pada banyaknya orang.
Saya mengatakan bahwa banyaknya orang tidak menentukan adanya kebenaran.
Ada banyak orang yang beli lotere, tetapi yang dapat lotere sangat sedikit.
Banyak orang tidak mendapatkan lotere, tetapi tetap banyak orang mau beli
lotere. Mengapa? Karena itu lotere. Jadi, jika sekarang engkau membuka
“Company of Lottery” pasti banyak orang akan datang. Kalau dikatakan, “percaya
pasti akan disembuhkan, percaya akan diberkati, berdagang akan menang, akan
kaya”, itu namanya gereja lotere. Gereja lotere pasti banyak yang datang, tetapi
yang dapat lotere di gereja itu juga tidak banyak. Perhatikanlah, di seluruh bagian
yang kita baca, Petrus tidak berkhotbah tentang Roh Kudus. Tetapi, setelah ia
selesai berkhotbah, Roh Kudus turun atas orang-orang yang mendengar. Ini
adalah karena ia meninggikan Kristus. Roh Kudus akan hadir hanya pada gereja
yang meninggikan Kristus dan memberitakan salib. Gereja sejati adalah gereja
yang memberitakan Injil yang sejati, yaitu Injil Kristus. Di gereja-gereja seperti ini
Roh Kudus pasti akan bekerja. Kisah Para Rasul 5:32 mengatakan, “… kami adalah
saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah
kepada semua orang yang mentaati Dia.” Kalimat ini lebih jelas diterjemahkan
sebagai berikut, “Kami yang bersaksi bagi hal-hal ini, disertai oleh Roh Kudus
yang bersaksi bagi hal-hal ini kepada orang yang taat kepada Allah.” Kami
bersaksi bagi Injil dan Roh Kudus juga akan bersaksi bagi Injil, karena Dia bersaksi
bagi orang-orang yang akan taat kepada Tuhan. Ketika engkau tunduk kepada
Allah, taat pada perintah-perintah-Nya, engkau akan menerima kesaksian dari
Roh Kudus sebagaimana kita bersaksi tentang Kristus. Roh Kudus hanya
mendampingi, mengurapi, dan bekerja sama dengan mereka yang sungguh-
sungguh mengabarkan Injil.

Gereja Orang Kafir


Di dalam seluruh Kitab Suci, pertama kali Roh Kudus dicurahkan kepada orang
kafir dicatat dalam Kisah Para Rasul 10. Ini adalah ketiga kalinya terjadi baptisan
Roh Kudus, yaitu Yesus memakai Roh Kudus untuk membersihkan orang berdosa
menjadi orang suci. Pertanyaan selanjutnya, “Waktu mereka menerima Roh
Kudus turun kepada diri mereka, apakah mereka sudah dibaptis?” Belum!
“Apakah sebelumnya sudah pernah mendengar Injil Yesus?” Belum! “Mereka
sebelumnya beragama apa?” Agama yang percaya ada satu Allah di sorga, harus
hidup dengan takut kepada-Nya dan harus berbuat baik kepada orang miskin.
“Orang yang belum mendengar Injil mana bisa percaya Yesus? Orang yang belum
percaya, mana bisa dibaptiskan?” Mereka belum mendengar Injil, belum pernah
tahu akan nama Yesus, belum pernah dibaptiskan, belum pernah menjadi orang
Kristen, tetapi sekarang sudah dibentuk oleh Tuhan dengan persiapan yang luar
biasa. Tuhan membentuk sekelompok orang di sana untuk dipersiapkan menjadi
gereja dan Tuhan mempersiapkan hati Petrus supaya mau pergi ke situ, seperti
minyak bertemu api dan terbakar. Ini adalah suatu persiapan dari dua pihak yang
dikerjakan oleh satu Tuhan. Di satu pihak, Tuhan menggerakkan Kornelius untuk
pergi ke rumah Simon dan meminta Petrus yang tinggal di situ untuk berkhotbah.
Dan di pihak lain, Tuhan memerintahkan Petrus untuk pergi berkhotbah di situ.
Herannya, Kornelius lebih cepat bereaksi daripada Petrus yang adalah rasul,
sampai Tuhan berkata, “Yang Kukuduskan jangan engkau anggap najis,” baru
Petrus pergi. Jadi, jangan mengira bahwa engkau lebih taat, banyak orang kafir
yang lebih bersedia taat kepada Tuhan. Lalu Petrus pergi dan ia berkhotbah.
Begitu Petrus berkhotbah sampai pada kalimat tentang Kristus yang mati dan
bangkit, Roh Kudus turun dan mereka memuji Tuhan serta berbicara dalam
bahasa asing. Lalu Petrus mengatakan, “Kalau begini, orang kafir dapat
menerima Roh Kudus.” Itu berarti Tuhan tidak memandang bulu, Tuhan tidak
membeda-bedakan. Kalau mereka yang kafir pun diberikan Roh Kudus, siapa
yang bisa melarang mereka untuk dibaptis. Maka Petrus mengatakan, “Sekarang
baptiskan mereka dalam nama Allah Tritunggal, Allah Bapa, Allah Anak yaitu
Yesus Kristus, dan Allah Roh Kudus.” Sesudah itu mereka menjadi gereja pertama
di dunia yang terbentuk dari orang kafir.
Di dalam Kisah Para Rasul 8, prosesnya adalah menerima Injil, percaya, dibaptis,
baru menerima Roh Kudus. Sedangkan di Kisah Para Rasul 10, prosesnya adalah
mendengar Injil, menerima Roh Kudus, percaya, lalu dibaptis. Gereja sejati harus
mengikuti proses kedua yaitu seturut dengan pasal 10. Proses di pasal 8 terjadi
karena saat itu tidak ada rasul di situ. Gereja tanpa rasul bukan gereja, gereja
yang tidak disahkan oleh rasul saat itu adalah gereja liar. Hal ini terlihat dari cerita
Simon si Penyihir (Kis. 8:9-25). Ia sudah dibaptis dan mendekati Filipus serta
melayani bersama Filipus yang kurang mengenal siapa dia. Tetapi Petrus sebagai
rasul tahu dan berkata, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau,
karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan
uang … sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan
terjerat dalam kejahatan.” Baru Filipus sadar bahwa dia tidak mengenal Simon.
Maka Petrus diperlukan untuk melihat. Dalam Efesus 2:20, gereja didirikan di
atas rasul dan nabi. Kita berdiri di atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada
saat itu, Alkitab belum lengkap ditulis sebagai Kitab Suci dan tidak ada seorang
pun yang bisa menjadi pengabsahan dari suatu Gereja, kecuali Petrus yang harus
diutus. Gereja-gereja di berbagai kota harus mengacu kepada empat tempat di
mana Roh Kudus turun, yang mewakili gereja-gereja di seluruh dunia. Amin.

Kisah Para Rasul 19


Di dalam seluruh Kisah Para Rasul, hanya empat kali dicatat bahwa Roh Kudus
turun, dan di dalam Kisah Para Rasul 1:5-8, dicatat Yesus pertama kali
menubuatkan turunnya Roh Kudus. Ini merupakan suatu penggenapan janji yang
sudah dinubuatkan di dalam seluruh Perjanjian Lama dan diingatkan oleh
Yohanes Pembaptis, lalu dikonfirmasikan oleh Yesus Kristus sendiri. Manusia
adalah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan sifat rohani. Rohani manusia
kalau tidak terus dipimpin oleh Roh Allah sendiri pasti akan menyeleweng. Kalau
majelis gereja tidak mau belajar Firman Tuhan tetapi ikut-ikutan menghalalkan
segala cara untuk bisa menjadikan gereja kelihatan maju, bagaimana bisa
bertanggung jawab di hadapan Tuhan? Banyak penyelewengan terjadi diawali
karena adanya ketakutan kalau gereja kosong, maka semua program yang bisa
meramaikan gereja langsung dibawa masuk. Kalau memang cara tersebut
digunakan oleh orang-orang Kristen, maka Tuhan Yesus tidak perlu naik ke atas
kayu salib. Waktu Yesus melakukan mujizat yang mengenyangkan lima ribu orang,
yang datang mendengar khotbah adalah dua belas ribu orang. Kemudian Yesus
mengatakan, daging-Ku boleh dimakan dan darah-Ku boleh diminum maka
banyak orang yang telah makan roti dan ikan setelah mendengar kalimat Tuhan
Yesus, pergi meninggalkan Dia. Hanya dua belas orang murid yang tetap
mengikuti-Nya. Yesus Kristus tidak berkompromi, akhirnya banyak orang merasa
sulit mengikuti khotbah-Nya, sulit menerima doktrin-Nya, lalu mereka pergi.
Yesus akhirnya naik ke atas kayu salib. Dia tidak mau mengkompromikan
kebenaran dan tidak mengadopsi prinsip market-oriented (berorientasi pada
keinginan pasar). Seumur hidup saya tidak pernah menjalankan market-oriented
ministry (pelayanan berorientasi pasar) dan tidak menjadi audience-pleaser
(penyenang pendengar). Ini bukan sikap yang seharusnya kita tunjukkan di
hadapan Tuhan. Gereja didirikan untuk mengajarkan kebenaran yang boleh diuji
beribu-ribu tahun karena yang diajarkan adalah Firman Tuhan.

1. Roh Kudus di Yerusalem

Tuhan Yesus berkata, “Beberapa hari lagi, Roh akan turun kepadamu.” Ini
membuktikan engkau akan dibaptiskan dengan Roh Kudus atau oleh Roh Kudus.
Bukan Roh Kudus yang membaptiskan, melainkan Tuhan Yesus yang
membaptiskan memakai Roh Kudus. Makna baptisan yang paling utama adalah
pembersihan. Dibaptiskan dengan air memberikan gambaran kepada kita bahwa
melalui air yang mencuci, kita beroleh pembersihan. Dibersihkan oleh Roh Kudus
berarti Roh Kudus membersihkan kita, mengubah status manusia dari orang
berdosa menjadi orang yang disucikan, menjadikan kita kaum kudus, Gereja
yang kudus dan am. Kudus berarti dibersihkan, am berarti bergabung dengan
seluruh bangsa menjadi tubuh Kristus.
Kisah Para Rasul 10 mencatat bahwa Petrus pergi ke Kaisarea dan di sana
Kornelius beserta semua kawan, sahabat, dan sanak saudaranya mendengarkan
Firman Tuhan yang diberitakan oleh Petrus. Tuhan menggerakkan Petrus untuk
pergi ke rumah Kornelius, meski pada awalnya Petrus tidak mau karena Kornelius
adalah orang kafir. Akhirnya Tuhan mengatakan satu kalimat, “Apa yang Aku
kuduskan, jangan kamu anggap najis.” Dalam hal ini, bukan Allah yang berubah,
juga bukan Petrus yang berubah, tetapi Allah mengubah manusia dan manusia
harus taat. Jangan menganggap bahwa Allah berubah karena Dia
memerintahkan sesuatu yang berlawanan dengan Alkitab. Di dalam Alkitab
diperintahkan tidak boleh makan dan sekarang Tuhan Allah mengatakan boleh
makan, di situ bukan Allah yang berubah, tetapi karena yang najis sudah
dikuduskan maka Allah mengizinkan. Jadi, orang Kristen harus belajar sungguh-
sungguh. Banyak pendeta berkhotbah hanya copy bahan dari internet tanpa
tahu apakah sumbernya benar atau tidak. Lalu, orang Kristen percaya saja apa
yang dikhotbahkan pendetanya, akhirnya yang dikhotbahkan salah tapi didengar
banyak orang. Itulah sebabnya didirikan Gereja Reformed Injili ini, supaya kita
mengajar zaman ini bahwa kita harus kembali kepada Firman yang benar,
kembali kepada ajaran yang ketat, kembali kepada kesetiaan tanpa kompromi.
Ketika Petrus tiba di rumah Kornelius, banyak orang telah berkumpul dan haus
akan Firman. Mereka begitu rendah hati dan mau mendengar Firman dengan
sungguh. Petrus memberitakan Yesus yang mati disalib dan bangkit kembali.

2. Roh Kudus di Samaria


Peristiwa ini berbeda dari peristiwa Samaria karena sebelum Petrus tiba di
Samaria, mereka sudah mendengar Injil dari Filipus. Setelah mendengar Injil
mereka percaya lalu dibaptis oleh Filipus. Tetapi Filipus bukan rasul sehingga
belum cukup. Orang-orang Karismatik melihat penumpangan tangan Petrus
merupakan hal yang umum dan tidak melihat pentingnya posisi rasul yang
mengkonfirmasi baptisan, sehingga mereka melihat bahwa baptisan saja belum
cukup, perlu ada penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus. Padahal jika
memang demikian, kita melihat sama sekali tidak ada penumpangan tangan di
Kisah Para Rasul 10 maupun di Yerusalem (Kis. 2) namun Roh Kudus sama-sama
turun. Bahkan para rasul juga tidak melalui baptisan dahulu, tetapi mereka
sudah mengikuti Tuhan Yesus selama tiga tahun lebih dan menerima Roh Kudus.
Maka, kita tidak bisa menggunakan satu cara di Kisah Para Rasul 8 sebagai cara
yang harus ditiru dan dipakai untuk semua orang. Itu tidak benar. Demikian juga
di Yerusalem, ada gejala angin kencang dan ada lidah-lidah api yang turun, tetapi
tanda seperti ini tidak ada di kota-kota yang lain. Inilah hari pertama Gereja
Kristen menjadi tubuh Kristus. Injil diberitakan ke segala bangsa yang tidak
mengerti bahasa Ibrani. Berbahasa lidah pada hari itu adalah mereka bisa
mengerti Injil di dalam berbagai bahasa mereka, tidak seperti sekarang di mana
orang yang berbahasa lidah justru membuat orang lain makin tidak mengerti Injil.
3. Roh Kudus di rumah Kornelius (Yudea)
Peristiwa ketiga terjadi di rumah Kornelius. Kornelius bukan orang Kristen
bahkan bukan berlatar belakang Yahudi. Kornelius adalah orang Yunani yang taat
beribadah. Ia tidak puas dengan mitologi mereka dan akhirnya ia melihat orang
Yahudi yang percaya kepada Allah yang satu-satunya. Mereka tidak percaya lagi
kepada dewa-dewa mereka yang mempunyai moral yang rendah dan mereka
mau kembali kepada Tuhan Allah yang satu. Mereka percaya kepada Allah lalu
berbuat baik. Namun orang ini belum Kristen. Terkadang kita melihat ada orang
belum Kristen yang bisa hidup lebih baik dari orang Kristen. Tuhan menerima dan
berkenan pada orang yang bukan Kristen tetapi takut akan Allah, melakukan
kebajikan dan begitu rela menolong orang miskin. Itu dinyatakan oleh Petrus,
“Saya sekarang tahu, semua orang yang berbuat baik dan orang yang takut akan
Tuhan diterima oleh Tuhan.” Lalu, apakah kita diterima Tuhan karena berbuat
baik? Apakah seseorang diselamatkan karena dia berbuat baik? Tidak demikian.
Allah suka orang berbuat baik, tetapi bukan berarti dia diselamatkan. Tuhan suka
orang kafir yang berbuat baik. Jika memang berbuat baik bisa masuk surga maka
Tuhan Yesus tidak perlu diutus ke dunia dan diselamatkan. Ada perbedaan
mendasar antara mereka yang berbuat baik dan diterima oleh Tuhan dengan
mereka yang akhirnya menerima Tuhan dan percaya kepada Yesus lalu
diselamatkan. Bedanya adalah mereka perlu mengenal Injil. Alangkah sayangnya
orang yang baik tetapi tidak mengenal Tuhan. Oleh karena itu, Injil perlu
dikabarkan kepada mereka. Itulah sebabnya Petrus diutus untuk memberitakan
Injil.
Ketika Petrus memberitakan Injil di rumah Kornelius, Roh Kudus turun ke atas
mereka. Tidak ada penumpangan tangan, namun mereka menerima Roh Kudus.
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa penumpangan tangan bukan syarat
untuk seseorang menerima Roh Kudus.
4. Roh Kudus di Efesus
Peristiwa yang keempat tercatat di dalam Kisah Para Rasul 19. Kali ini kita melihat
Apolos sedang berada di Korintus sementara Paulus sudah menjelajah banyak
daerah dan tiba di Efesus. Di situ terdapat beberapa orang murid. Mereka sudah
belajar dan mau menjadi orang Kristen. Mereka mendengarkan khotbah Apolos
yang memberitakan tentang Yohanes Pembaptis yang meminta pertobatan.
Mereka bertobat dan mau dibaptiskan dengan baptisan Yohanes Pembaptis.
Apolos, seperti juga Filipus, bukanlah rasul, maka gereja yang didirikan pada saat
itu belum sah. Menurut Efesus 2:20, Gereja harus didirikan di atas dasar para
rasul dan para nabi. Nabi dari Perjanjian Lama dan rasul dari Perjanjian Baru.
Setelah itu, Apolos pergi ke Korintus dan Paulus tiba di Efesus. Ketika orang-orang
di Efesus ditanya apakah mereka sudah menerima Roh Kudus ketika percaya,
mereka mengatakan bahwa mereka belum menerima Roh Kudus walaupun
mereka sudah menjadi murid. Bahkan mereka sama sekali belum pernah
mendengar tentang Roh Kudus. Bagi orang Karismatik, jika peristiwa seperti ini
terjadi maka harus dilakukan penumpangan tangan. Tetapi kita melihat di sini,
Paulus justru menanyakan kepada mereka dengan baptisan mana mereka
dibaptis, dan mereka mengatakan bahwa mereka dibaptis dengan baptisan
Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis adalah baptisan pertobatan,
tetapi bukan untuk orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus. Mereka
harus datang kepada Dia yang datang sesudah Yohanes Pembaptis, yaitu Yesus
Kristus. Memang mereka menjadi murid Yohanes Pembaptis, tetapi mereka
belum mendengar tentang Roh Kudus. Maka, mereka kemudian dibaptis dalam
nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan itu, Roh Kudus
turun ke atas mereka, lalu mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
Inilah peristiwa terakhir yang dicatat di dalam Alkitab tentang datangnya Roh
Kudus ke dunia.
Landasan Gereja
Mengapa Gereja harus diletakkan di atas dasar para rasul dan para nabi? Bahkan
mengapa tidak nabi dahulu baru rasul? Di dalam Efesus 4:11 dicatat, “Dan Ialah
yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”. Di sini kita melihat lima
jabatan dituliskan. Ada dua yang utama diletakkan di depan, yaitu rasul dan nabi.
Jika kita bandingkan dengan 1 Korintus 12:28a, ditulis: “Dan Allah telah
menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua
sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.” Dari ayat-ayat ini kita melihat bahwa rasul
selalu muncul lebih dahulu baru nabi. Gereja tidak bisa disebut Gereja jika ia
tidak percaya dan berdiri tegak di atas kebenaran Firman Tuhan. Kunci untuk
menerima dan mengenal Perjanjian Lama (PL) haruslah melalui Perjanjian Baru
(PB) karena PL adalah bayang-bayang dari PB. Perjanjian Lama memberikan
nubuat tentang Yesus yang akan datang. Jadi kedatangan Yesus jauh lebih
penting dari PL.

Kebanyakan orang Yahudi tidak berbagian dalam keselamatan karena mereka


terus berpegang pada PL dan tidak mau menerima PB, sehingga mereka masih
terus menunggu Yesus yang akan datang. Justru ketika Tuhan Yesus datang,
mereka memakukan Dia di atas kayu salib. Mereka membuang Yesus karena
mereka tidak melihat kemuliaan Yesus dan mereka tidak bisa menerima Anak
Allah yang berdaging lahir di kandang binatang. Mereka tidak bisa menerima
Juruselamat yang tidak berperang melawan penjajahan Romawi. Mereka
melihat Yesus hanya secara lahiriah, tidak melihat fakta dan realitas bahwa Dia
adalah Anak Allah. Mereka membenci Dia kecuali Nikodemus yang mengaku,
“Kalau Allah tidak menyertai Engkau, tidak ada orang bisa melakukan mujizat
seperti Engkau.” Dan Yesus berkata, “Jika engkau tidak dilahirkan kembali,
engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Yesus begitu sungguh-
sungguh ingin agar orang Kristen sungguh mengenal Dia. Kita harus sadar bahwa
mengenal PL harus melalui PB.

Gereja didirikan di atas rasul dan nabi, dan yang menjadi fondasi yang mengikat
keduanya ini adalah Kristus sebagai batu penjuru. Rencana Allah yang
dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama digenapkan di dalam Perjanjian Baru. Itu
sebabnya, mengapa di Samaria sudah ada orang yang begitu hebat mengabarkan
Injil, tetapi tidak cukup, Petrus harus diutus ke situ karena Filipus bukan rasul.
Lalu Petrus pergi, tumpang tangan, dan mereka menerima Roh Kudus. Nabi
sudah tidak ada lagi pada zaman itu. Tapi melalui rasul mengenal nabi, melalui
Perjanjian Baru mengerti akan Perjanjian Lama. Di dalam Kisah Para Rasul 19,
Apolos bukan rasul maka Paulus sebagai rasul harus pergi untuk
mengesahkannya.

Gereja Masa Kini


Bagaimana dengan Gereja masa kini di mana sudah tidak ada rasul di tengah kita?
Pada peristiwa keempat, tidak ada Petrus, padahal di ketiga peristiwa
sebelumnya Petrus selalu ada. Jika Paulus adalah rasul orang kafir, mengapa
ketika Roh Kudus pertama kali datang kepada orang kafir di rumah Kornelius,
bukan Paulus tetapi Petrus? Jika Paulus diutus ke rumah Kornelius, berarti Petrus
hanya untuk Yerusalem dan Samaria, sehingga Gereja pecah menjadi dua. Tetapi
kita melihat Tuhan mengutus Petrus sehingga orang Yahudi dan Yunani
menyetujui orang yang sama, yaitu Petrus. Dengan demikian, Gereja menjadi
Gereja yang kudus dan am, tidak tergantung pada satu bangsa atau suku. Ini
suatu pengaturan Tuhan.

Namun untuk yang keempat, Petrus tidak lagi diutus. Kini Paulus yang harus
melakukan konfirmasi. Ketika fondasi sudah kuat, kini tugas boleh dilanjutkan
oleh Paulus. Paulus menjadi rasul mengabarkan Injil ke Tesalonika, Filipi, Galatia,
Kolose, Korintus; diutus sampai ke ujung bumi. Kembali menurut Kisah Para
Rasul 1, Roh Kudus akan turun dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung
bumi. Menurut kenyataan adalah Yerusalem, Samaria, Yudea, lalu Efesus. Ini
sengaja dibalik, antara urutan geografis dengan urutan suku. Alkitab begitu ketat,
teliti, dan hati-hati. Kita harus teliti menemukan semua rahasia dan kita perlu
bersabar. Di Efesus, Paulus melihat kalau mereka sudah percaya tetapi belum
menerima Roh Kudus berarti ada pemisahan, ini tidak benar. Maka, Paulus
mempertanyakan baptisan itu dan akhirnya terungkap bahwa baptisan itu masih
baptisan Yohanes Pembaptis, bukan baptisan di dalam Kristus.

Gereja sekarang tetap sah walaupun tanpa rasul karena seluruh PL dan PB sudah
tertulis lengkap, sehingga orang-orang bisa mengerti PL dan PB dengan lengkap,
teliti, dan benar. Maka, kini tidak perlu ada penumpangan tangan dari orang-
orang yang bukan rasul. Paulus menumpangkan tangan, berdoa untuk mereka,
dan membaptis mereka dalam nama Yesus, karena tidak cukup dengan baptisan
Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis hanyalah bayang-bayang maka
mereka harus dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Darah Kristus, Firman-Nya, dan
Roh-Nya yang membersihkan, barulah dosa seseorang bisa diampuni. Yang bisa
membersihkan dosa dan menebus dosa manusia bukanlah baptisan Yohanes
Pembaptis, bukan juga air baptisan yang dengan nama Allah Bapa, Anak, dan Roh
Kudus. Itu ajaran Gereja Katolik. Di dalam Kitab Suci, yang menguduskan
manusia hanya tiga, yaitu Firman, darah Kristus, dan Roh Kudus. Allah Bapa
memakai Allah Anak dengan kuasa Roh Kudus untuk membersihkan Gereja;
barulah engkau yang tadinya berdosa menjadi orang suci dan masuk ke dalam
Tubuh Kristus yang disebut Gereja yang kudus dan am.

Di dalam Kisah Para Rasul 8, tidak ada baptisan ulang, sedangkan di dalam Kisah
Para Rasul 19 ada baptisan lagi. Jadi, kalau para penganut Anabaptis atau orang
Pantekosta mengatakan bahwa dibaptis percik tidak cukup, harus diselam lagi,
jangan dengarkan mereka. Mereka memakai ayat-ayat secara sembarangan.
Orang di dalam Kisah Para Rasul 19 dibaptiskan lagi karena sebelumnya mereka
dibaptiskan dalam baptisan Yohanes Pembaptis, maka tidak sah. Orang di Kisah
Para Rasul 8 tidak dibaptiskan lagi karena mereka sudah dibaptiskan dalam nama
Yesus, sehingga sudah sah. Saat itu, Roh Kudus belum turun kepada kelompok
itu karena bukan rasul yang meneguhkan Gereja. Harap kiranya engkau sekarang
mengerti makna Gereja sejati. Dengan demikian, engkau boleh lebih setia dan
rajin melayani Tuhan. Banyak orang meskipun sudah bergereja bertahun-tahun,
tidak mendapatkan Firman Tuhan yang benar sehingga hatinya kosong sekali.
Banyak yang menjadi majelis gereja, tetapi tidak mempunyai pengertian tentang
Firman Tuhan dengan benar. Banyak yang diangkat menjadi majelis hanya karena
mempunyai kelebihan uang dari jemaat yang lain. Kiranya kita belajar dan betul-
betul mengerti Firman lalu menjadi saksi Tuhan di dunia ini.

Bahasa Lidah

Di dalam Kisah Para Rasul 2, turunnya Roh Kudus disertai dengan orang berkata-
kata dalam bahasa orang lain. Di dalam Kisah Para Rasul 8, setelah penumpangan
tangan Roh Kudus turun dan orang tidak berkata-kata dalam bahasa asing. Di
dalam Kisah Para Rasul 10, mereka berkata-kata dalam bahasa asing dan memuji
serta memuliakan Allah. Di dalam Kisah Para Rasul 19, mereka berkata-kata
dalam bahasa asing dan bernubuat. Istilah bernubuat dalam bahasa Inggris
adalah prophecy. Dan istilah prophecy di seluruh Perjanjian Baru berarti
berkhotbah (menyampaikan Firman Tuhan). Jadi, mereka berkata-kata dalam
bahasa asing lalu berkhotbah. Orang-orang ini juga ditumpangi tangan dan
dibaptiskan. Di dalam Kisah Para Rasul 8, ditumpangi tangan tanpa perlu dibaptis
lagi. Di dalam Kisah Para Rasul 2, tidak ditumpang tangan dan juga tidak pernah
dibaptis. Di dalam Kisah Para Rasul 10, tanpa tumpang tangan Roh Kudus sudah
turun. Ini semua berbeda. Ada satu gejala yang kelihatannya hampir mirip yaitu
berkarunia lidah (glossolalia). Maka, orang Pantekosta sering mengatakan bahwa
ini buktinya. Tetapi jika kita memeriksa dengan teliti, ternyata di dalam Kisah Para
Rasul 8 tidak ada. Jadi, tidak ada satu yang mutlak. Di dalam Kisah Para Rasul 8,
tidak ada angin ribut yang lewat dan juga tidak ada lidah api yang hinggap di atas
kepala mereka. Kisah Para Rasul 2 adalah fondasi yang paling besar dari janji Roh
Kudus yang turun kepada manusia dan sampai sekarang belum kembali. Itu
sekali untuk selamanya.

Perbedaan waktu antara Kisah Para Rasul 2 dan Kisah Para Rasul 19 adalah
sekitar dua puluh delapan tahun. Berarti, dalam dua puluh delapan tahun terjadi
empat kali Roh Kudus turun. Terakhir kali Paulus menyebut istilah baptisan Roh
Kudus adalah di 1 Korintus 12 :13. Dan ini adalah satu-satunya ayat yang
memberikan arti apa yang dimaksud dengan dibaptiskan dengan Roh Kudus.
Mereka sudah dibaptiskan (dalam bahasa Yunani: past participle tense, yang
artinya sekali untuk selamanya). Itu berarti bukan setiap hari orang dibaptiskan
dengan Roh Kudus. Siapa yang membaptiskan? Yesus Kristus, dengan memakai
Roh Kudus. Ketika engkau menerima Kristus, engkau dikuduskan, engkau
dibaptiskan ke dalam satu Tubuh yaitu Tubuh Kristus. Terpujilah Tuhan. Amin.
Allah Tritunggal adalah Allah yang Mahaesa. Allah Tritunggal adalah Allah satu-
satunya yang ber-Ada. Di luar Allah Mahaesa tidak ada Allah lain yang dikenal
oleh orang Kristen. Orang Kristen mengenal Tuhan Allah di dalam diri Kristus
yang membawa kita masuk ke dalam pengenalan terhadap Bapa-Nya. Yesus
berkata bahwa tanpa Anak, tidak ada seorang pun datang kepada Bapa. Tanpa
Anak yang mewahyukan Bapa, tidak ada seorang pun yang mengenal Bapa. Yang
ada Anak, ada Bapa, yang tidak ada Anak, tidak ada Bapa. Sebagaimana Allah
Bapa rela memperkenalkan Anak-Nya kepada manusia, maka sewaktu Anak-Nya
dikirim ke dalam dunia, Dia rela memperkenalkan Bapa kepada umat-Nya.
Melalui Anak, kita kembali kepada Bapa. Kristus sendiri berkata, “Aku datang dari
Bapa dan masuk ke dalam dunia ini, dan Aku meninggalkan dunia ini kembali
kepada Bapa.”

Setelah Kristus kembali kepada Bapa, lalu Bapa dan Kristus mengirim Roh Kudus.
Kristus lahir dari Bapa di dalam kekekalan, Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak
juga di dalam kekekalan. Istilah-istilah ini tidak bisa diganti dan tidak ada
persamaan antara Pribadi Kedua dengan Pribadi Ketiga. Kalau Pribadi Kedua
disebut Anak Allah yang tunggal, berarti satu-satunya yang boleh disebut Anak
adalah Yesus Kristus. Apakah Roh Kudus adalah anak kedua? Tidak bisa, karena
jika demikian Yesus bukan Anak Tunggal Allah. Roh Kudus bukan anak, tetapi Roh
Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Yesus adalah satu-satunya yang dilahirkan oleh
Allah Bapa, tetapi Roh Kudus juga adalah Allah karena kelahiran meneruskan
genetika dan menjadi satu kesinambungan sifat hidup. Yesus adalah Anak Allah
yang tunggal, berarti Allah hanya melahirkan yang tunggal dan yang dilahirkan
bersifat sama dengan yang melahirkan. Itu sebabnya Allah Bapa dan Allah Anak
mempunyai sifat ilahi yang sama.

Bagaimana kita dilahirkan oleh Allah Roh Kudus? Alkitab mencatat, “Jikalau
engkau bukan diperanakkan pula oleh Roh Kudus, engkau tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Allah.” Dilahirkan oleh Roh Kudus berbeda dari dilahirkan oleh
Allah Bapa. Yesus bukan ciptaan, tetapi kita adalah ciptaan. Maka, ciptaan yang
dilahirkan kembali tidak pernah dilahirkan sebelumnya oleh Allah Bapa maupun
oleh Allah Roh Kudus. Dengan demikian, Yesus tetap adalah satu-satunya Anak
Allah yang tunggal, yang dilahirkan oleh Bapa di dalam kekekalan. Manusia
dilahirkan oleh manusia dan manusia melahirkan manusia. Maka, yang
dilahirkan identik dengan yang melahirkan. Inilah artinya anak. Tikus melahirkan
tikus, tidak mungkin kucing melahirkan tikus. Maka, yang dilahirkan dan yang
melahirkan memiliki natur yang sama. Yesus lahir dari Bapa, maka Ia bersifat ilahi.
Ketika kita dicipta oleh Allah, seluruh esensi dan substansi kita adalah ciptaan.
Kita bukan pencipta. Ketika kita dilahirkan kembali, dilahirkan dari atas, berarti
ada hidup yang surgawi yang dikaruniakan kepada kita. Kita dicipta dengan sifat
kekekalan melalui kelahiran baru kita sehingga kita boleh hidup bersama Tuhan
di dalam kekekalan. Jadi, kita adalah anak adopsi, berbeda dengan Yesus yang
adalah Anak Allah. Maka, manusia secara status adalah ciptaan dan di dalam
kerohanian, kita adalah orang-orang yang dilahirkan kembali menjadi anak-anak
Allah. Dengan demikian, status kita sebagai anak-anak Allah tidak bisa
dipersamakan dengan Yesus sebagai Anak Allah.

Seperti sebuah akta yang bisa ada fotocopy-nya. Fotocopy yang sudah dilegalisir
bisa dianggap setara dan sama dengan akta aslinya. Secara fisik, kita melihatnya
berbeda, tetapi secara isinya adalah sama. Isi fotocopy itu sama dengan yang asli,
tetapi ia tetap berbeda karena bukan aslinya. Sekalipun manusia dicipta menurut
peta dan teladan Allah, dan ada kesamaan sifat dengan Allah yang direfleksikan
di dalam ciptaan, manusia tetap bukan Allah. Kita dipanggil oleh Tuhan,
diberikan kelahiran baru dan diadopsi menjadi anak-anak Allah. Kita tidak ada di
dalam kekekalan sebelum kita berada. Kita tidak bereksistensi sebelum kita
dicipta. Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus mempunyai sifat kekekalan yang
tidak perlu permulaan, sedangkan kita baru ada setelah kita dicipta. Seluruh
ciptaan baru berada setelah diciptakan.

Namun, manusia berbeda dari binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ketika binatang


dan tumbuhan mati, mereka menjadi tidak berada. Manusia setelah dicipta
menjadi berada dan setelah itu ia dibubuhi kekekalan sehingga ia tidak bisa
menjadi tidak berada lagi. Di situ manusia bersifat kekal. Kekekalan manusia ini
berbeda dengan kekekalan Allah karena kekekalan Allah adalah kekekalan yang
tidak pernah perlu dicipta dan tidak memerlukan permulaan. Kekekalan manusia
adalah kekekalan yang dicipta dan kekekalan manusia mempunyai permulaan
tetapi tidak ada akhir. Maka, secara kualitatif kita tidak boleh membandingkan
sifat manusia dengan sifat ilahi Kristus yang keberadaan-Nya dari kekal sampai
kekal pada diri-Nya dan dilahirkan di dalam kekekalan oleh Allah Bapa.

Banyak orang yang bukan saja tidak mengerti doktrin Allah Tritunggal, bahkan
berusaha merusak kepercayaan Allah Tritunggal, seperti: Unitarianisme yang
berasal dari New England, USA, di daerah Boston dan sekitarnya; Saksi Yehova
yang tidak percaya kepada Allah Tritunggal; Pemahaman Theologi Liberal, yang
dimulai semenjak Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher, Adolf von Harnack,
Ferdinand Christian Bauer, Johann Wilhelm Herrmann. Sampai sekarang kaum
Liberal tidak percaya doktrin Allah Tritunggal.

Sebagai orang Reformed, meskipun dengan rasio yang terbatas kita tetap harus
mau mengerti firman Tuhan dengan tuntas. Sampai akhirnya kita mendapatkan
pengertian firman Tuhan yang lebih mendalam dari kemungkinan kita bisa
mengerti. Dan itu membuat kita menyembah Dia serta berkata: “Kebenaran-Mu
sungguh melampaui kemampuan pengertian kami. Kami menyembah-Mu.
Engkau adalah Allah yang melampaui pengetahuan manusia.”
Allah Bapa ada dari kekal sampai kekal, demikian pula Allah Anak dan Allah Roh
Kudus. Yang sulit dimengerti adalah mengapa di dalam kekekalan Allah yang Esa
bisa berpribadi Tiga. Allah Bapa melahirkan Anak di dalam kekekalan. Kalimat ini
tidak mudah dijelaskan. Allah Anak adalah Anak Tunggal, maka Roh Kudus tidak
boleh memakai istilah Anak Allah. Karena itu, Roh Kudus tidak bisa dikatakan
dilahirkan dari Allah Bapa. Maka, di sini ada istilah yang khusus: Yesus Kristus
dilahirkan dari Bapa, tetapi Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak. Penggunaan
istilah ini dengan tegas sekali dibedakan dalam ajaran Athanasius. Ajaran ini
merupakan suatu ajaran ortodoks yang dipercayai oleh gereja yang sungguh-
sungguh sejak zaman Agustinus. Gereja Katholik percaya akan hal ini, demikian
juga para Reformator. Tetapi gereja Orthodoks Timur tidak mau mempercayai
ajaran ini sehingga terjadi Skisma (Perpisahan) Besar sejak tahun 1033. Pusat
gereja di Barat adalah Roma (Roma Katholik) sementara pusat gereja di Timur ini
adalah Konstantinopel (Gereja Orthodoks Timur), yang kemudian pada tahun
1453 direbut oleh tentara Islam dan semua gereja dijadikan mesjid. Akhirnya,
orang Islam menguasai wilayah Turki di mana terdapat tujuh gereja yang dicatat
dalam Kitab Wahyu.
Konstantinopel adalah pusat pemerintahan sejak Kaisar Konstantin Agung
memerintah. Ia memindahkan pusat pemerintahan dari Roma ke Konstantinopel.
Konstantinopel berasal dari kata “Konstantin” dan “Polis”. Polis berarti “kota”
Konstantinopel berarti “kota dari Konstantin”. Kota itu dimulai sejak abad ke-4
dan bertahan selama 1.100 tahun sebelum jatuh ke tangan orang Islam. Kota ini
jatuh karena dihancurkan oleh meriam terbesar sepanjang sejarah. Teknologi
orang Islam sebenarnya jauh di belakang orang Kristen, tetapi mengapa mereka
bisa memiliki meriam terbesar seperti itu? Jawabannya adalah karena meriam
itu dipesan dari orang Kristen. Orang Kristen membuat meriam yang sangat
besar untuk menghancurkan orang Kristen sendiri. Sejak tahun 1033, kerajaan
Timur tidak merasa perlu untuk tunduk di bawah Barat. Gereja Barat tidak mau
mengakui gereja Timur sehingga mereka menyebut diri mereka sebagai Gereja
yang Am (Katholik) dan berpusat di Vatikan, Roma. Sebenarnya, arti dari gereja
yang kudus dan am adalah semua gereja secara universal yang meliputi semua
gereja, baik Katholik, Orthodoks, Injili, Karismatik, Methodist, Presbiterian,
Lutheran, Baptis, Anglikan, dll. Tetapi masing-masing gereja ini memiliki banyak
perbedaan sehingga perlu untuk dipersatukan. Sebenarnya, yang membawa
seluruh kekristenan kembali kepada hati dan kesetiaan untuk taat kepada
seluruh Kitab Suci adalah Theologi Reformed, yang sekarang ini justru mau
dibuang oleh banyak gereja. Banyak gereja hanya mau mempertahankan ajaran
mereka masing-masing, tidak mau sungguh-sungguh kembali taat secara
komprehensif (menyeluruh) dengan segenap jiwa kembali kepada Alkitab.
Pada tahun 1033, terjadi perpecahan gereja karena doktrin Roh Kudus. Tepatnya
mengenai pendapat Roh Kudus dari mana. Eastern Orthodox berkata, “Kami
percaya Roh Kudus keluar dari Allah Bapa.” Roma Katholik tidak setuju. Mereka
berkata, “Kami percaya Roh Kudus keluar dari Allah Bapa dan Allah Anak.”
Masing-masing mempertahankan pendapatnya sehingga terjadi Skisma Besar.
Gereja Barat mempertahankan bahwa Roh Kudus dari Allah Bapa dan Anak
karena mereka mendapatkan pengajaran ini dari seorang Bapak gereja yang
agung luar biasa, yaitu Augustinus. Di dalam doktrin yang ditulis oleh Agustinus,
ada satu disertasi yang penting, yaitu On Trinity. Istilah Trinity (Tritunggal) tidak
ada di dalam Kitab Suci. Istilah Trinitas pertama kali dipakai oleh seorang yang
bernama Tertulianus. Tertulianus menyatakan Allah Tritunggal karena Allah Bapa
adalah Allah, Anak juga adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah. Itulah alasan
kita percaya bahwa Allah itu Tiga Pribadi dalam Satu Esensi. Ketiga Pribadi itu
adalah Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Ketiga Pribadi yang berbeda
itu adalah Satu Allah secara substansi. Agustinus menegaskan bahwa Roh Allah
adalah Roh dari Anak. Roh Allah keluar dari Allah sendiri dan Roh Anak juga
keluar dari Anak sendiri. Maka, Allah Bapa dan Allah Anak, kedua Pribadi ini
merupakan sumber bagi Pribadi yang ketiga. Gereja Timur tidak menerima
konsep ini sehingga perpecahan terjadi sampai sekarang. Memecahkan sesuatu
itu mudah tapi mempersatukan tidak mudah. Ingat kalimat ini!
Pada abad ke-16, terjadi perpecahan lagi yang dikenal sebagai Reformasi.
Reformasi keluar dari Katholik Roma. Ini adalah perpecahan kedua kali yang
terbesar di dalam sejarah. Perbedaan dari kedua perpecahan ini adalah bahwa
Martin Luther, Calvin, Theodore Beza, Bullinger, Melanchton, William Farel, John
Hus, John Knox, dan John Wycliff melakukan reformasi karena gereja Roma
Katholik pada saat itu semakin menyeleweng. Mereka bukan mau pecah
melainkan mau kembali kepada ajaran asli Alkitab.
Sampai ke abad ke-20, secara tanpa sadar terjadi perpecahan yang lebih besar
lagi. Pada permulaan abad ke-20, timbul aliran Pantekosta dan Karismatik. Kali
ini tidak disebut perpecahan tetapi perbedaan yang begitu besar mengakibatkan
penyelewengan yang sangat besar. Sayap-sayap Pantekosta semakin lama
semakin menyeleweng dari firman Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak bisa dan
tidak boleh melihat gejala lalu mengambil kesimpulan secara gegabah.
Pandangan tentang Roh Kudus sekarang menjadi berbeda-beda. Perbedaan
doktrin ini dimulai dari pandangan Allah Tritunggal disambung dengan doktrin
Kristologi dan Pneumatologi. Gereja Advent, saksi Yehova, Mormon, dianggap
bidat karena penyelewengan ajaran dalam hal Kristologi. Gereja Pantekosta
dianggap ekstrim karena penyelewengan dalam doktrin (ajaran tentang) Roh
Kudus.
Kita percaya bahwa Roh Kudus keluar hanya dari Allah Bapa dan Allah Anak.
Istilah “dan Anak” dalam bahasa Latin adalah ‘filioque’. Pemberian terbesar
Tuhan Allah kepada umat manusia adalah mengirim Kristus ke dunia. Orang-
orang yang tidak sadar akan hidup kerohaniannya dan hanya hidup untuk
mengejar materi, menganggap pemberian terbesar Tuhan adalah harta dan
kekayaan sehingga menimbulkan Theologi Kemakmuran. Untuk mendapatkan
materi, mereka memakai Tuhan sebagai media. Mereka memperalat Allah untuk
mencapai sasaran materi. Padahal tujuan terakhir kita adalah bersatu dengan
Allah dan materi hanyalah media. Jangan memperalat Tuhan Allah untuk
mencapai materi yang jauh lebih rendah dari Tuhan. Kita selalu menganggap
sasaran tertinggi adalah Tuhan Allah. Tujuan terakhir hidup manusia adalah
memuliakan Allah (Soli Deo Gloria). Dunia ini hanya merupakan suatu media.
Kalau saya mempunyai tubuh yang kuat, bukan minta kepada Tuhan agar saya
bisa menikmatinya, tetapi sebaliknya minta kepada Tuhan agar diberikan
kekuatan tubuh supaya boleh melayani Tuhan dengan baik. Kita tidak boleh
memperalat Tuhan untuk kekayaan dengan berkata, “Tuhan, kalau Engkau
memberikan kekayaan kepadaku, aku akan mengabdi pada-Mu.” Apapun yang
engkau miliki, yang engkau minta, yang engkau kuasai haruslah untuk
memuliakan Tuhan dan menggenapkan rencana-Nya. Tuhan mengontrol hidup
kita karena Dia adalah Tuhan di atas segala sesuatu. Yang memiliki bakat apapun
harus menyerahkannya kembali kepada Tuhan sehingga seluruh hidup tidak sia-
sia.
Pemberian Allah paling besar kepada umat manusia adalah Kristus. Pemberian
Allah paling besar kepada Gereja adalah Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus tidak bisa
dilihat. Kita perlu membedakan manusia yang ada Roh Kudus dengan manusia
yang tidak ada Roh Kudus. Sama seperti kejujuran dan kesetiaan juga tidak bisa
kita lihat. Namun yang tidak kelihatan bukan berarti tidak penting. Manusia bisa
mulia, manusia bisa mempunyai nilai yang tinggi, sifat abadi yang kekal, jikalau
ia mempunyai bagian yang tidak kelihatan, lebih daripada bagian yang kelihatan.
Apa gunanya memiliki tubuh yang sehat jika digunakan untuk berzinah? Apa
gunanya engkau cantik tapi menyeleweng? Bagi orang yang hidupnya dipimpin
oleh Tuhan dan berjalan di jalan yang benar, yang tidak kelihatan jauh lebih
penting daripada yang kelihatan. Yang tidak kelihatan dan yang terbesar itu
adalah Allah sendiri. Allah yang tidak kelihatan turun dari surga, mendampingi
manusia yang kelihatan dan membimbing seluruh hidup orang itu. Inilah Allah
Roh Kudus. Ini adalah suatu pemberian yang paling penting untuk orang Kristen.
Dengan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, kita sudah menerima
berkat yang paling besar yang Tuhan karuniakan kepada dunia.
Dunia dipisahkan menjadi dua jenis orang, yaitu: yang menerima Kristus dan
yang tidak menerima Kristus. Ini adalah pemisahan. Orang-orang yang menerima
Kristus telah menerima suatu pemberian Allah paling besar kepada dunia,
menjadi orang Kristen. Namun setelah menjadi Kristen, masih ada pemberian
Tuhan Allah, yaitu Pribadi Ketiga (Roh Kudus). Yesus berkata, “Namun benar yang
Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur (paraklētos – Roh Kudus) itu tidak akan datang
kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Berarti
Roh Kudus tidak sama dengan Yesus.
Ada pendeta yang mengajarkan Allah Tritunggal adalah pada waktu Bapa
meninggalkan tempat-Nya lalu masuk ke dalam dunia dan menjadi Anak.
Inkarnasi adalah Bapa menjadi Anak. Ini adalah ajaran yang salah! Roh Kudus
adalah Anak yang datang kembali menjadi Roh Kudus. Ini juga adalah ajaran yang
salah! Karena dalam hal ini, bukan tiga pribadi melainkan satu pribadi dengan
jubah yang berbeda. Di dalam sejarah, sudah ada theologi yang percaya bahwa
Allah Tritunggal sebenarnya adalah satu pribadi dengan tiga macam peran,
namanya Sabellianisme. Dimulai oleh Sabellius, seorang theolog bidat. Tuhan
tidak pernah berubah, Allah Bapa selama-lamanya Allah Bapa, Allah Bapa tak
pernah menjadi Allah Anak; Allah Anak selamanya Allah Anak, Allah Anak tidak
pernah menjadi Roh Kudus. Aku akan mengirimkan Penghibur bagimu. Saya akan
mengirimkan “Pendamping Lain” bagimu. Ini yang Tuhan Yesus katakan. Kalau
Yesus adalah Allah Bapa yang menjelma menjadi manusia, lalu siapa yang
mengutus Dia? Yang mengutus menjadi yang diutus? Ini bukan ajaran Alkitab.
Allah Bapa mengutus Allah Anak ke dunia. Ketika Yesus berada di dunia, Allah
Bapa berada di surga. Dan waktu Yesus mati, Allah Bapa tidak mati. Ada ajaran
yang mengatakan bahwa Allah Bapa menjadi Allah Anak. Akhirnya ada satu
istilah theologi yang menyindir kesalahan doktrin ini, yang disebut sebagai
patripassionate, yang berarti Sang Bapa menderita. Ajaran ini mengatakan
bahwa Allah Bapa yang digantung di atas kayu salib. Jika demikian, bagaimana
kita dapat mengerti ketika Dia mengatakan, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku.” Siapa meninggalkan siapa, siapa yang diutus oleh
siapa? Kalau yang diutus sama dengan yang mengutus, itu bukan ajaran Kristen.

Allah Bapa mempersiapkan keselamatan, lalu mengutus anak-Nya ke dunia


untuk menggenapkan keselamatan. Setelah menggenapi keselamatan, Allah
Anak kembali kepada Bapa dan bersama-sama dengan Bapa mengirim Roh
Kudus untuk melaksanakan keselamatan.
Bagaimana cara Roh Kudus melaksanakannya? Yaitu pada waktu pendeta dan
penginjil betul-betul, sungguh-sungguh jujur dan setia memberitakan Injil Yesus
Kristus, maka Roh Kudus akan menyertai dia. Dan ketika khotbah tentang Kristus
disampaikan, Roh Kudus akan mengunjungi setiap pendengar, mengetuk pintu
dan menanyakan, “Apakah engkau telah siap? Apakah engkau bersedia? Apakah
engkau mau taat? Apakah hatimu tergerak? Bersedialah dan bukalah hatimu.”
Tuhan mengirim manusia yang pernah diselamatkan untuk menjadi pemberita
Injil. Pada saat seseorang sungguh-sungguh memberitakan Injil, tidak mungkin
Roh Kudus tidak bekerja karena Roh Kudus dikirim untuk melaksanakan
keselamatan, untuk menyaksikan dan memuliakan Kristus. Roh Kudus langsung
mengetuk pintu orang-orang yang mendengar Firman, membuat mereka
menangis, sadar, sedih, tertusuk oleh Injil yang begitu berkuasa, lalu menyesali
dosa mereka. Roh Kudus membuka pintu hati untuk menyambut Kristus masuk.
Orang berdosa bisa bertobat karena pertolongan Roh Kudus. Roh Kudus turun
ke dunia untuk meneruskan pekerjaan Anak. Roh Kudus turun ke dunia di hari
Pantekosta. Yesus turun ke dunia selama 33,5 tahun dan setelah itu naik ke surga.
Yesus berkata, “Kalau Aku sudah pergi, Roh Kebenaran akan turun, masuk ke
dalam hatimu untuk berdiam di dalam dirimu sampai selama-lamanya.” Kita
harus mencintai Roh Kudus karena Dia satu kali turun dari surga dan terus berada
di dunia ini, mengetuk pintu, memberikan pencerahan, keberanian, pertolongan,
menggerakkan manusia untuk bertobat dan mengenal Yesus.
Pada waktu Yesus datang kembali, Roh Kudus berkata, “Jika Engkau kembali, Aku
sudah mempersiapkan mempelai perempuan bagimu untuk pernikahan yang
kekal, yaitu Kristus dan Gereja akan bersatu untuk selama-lamanya.” Persatuan
ini dimulai dengan pesta pernikahan yang disebut perayaan Anak Domba Allah.
Yesus Kristus memecahkan roti dan berkata, “Inilah dagingku yang kupecahkan
bagimu, Aku tidak akan makan bersama engkau lagi sampai hari itu di dalam
pesta Anak Domba Allah.” Roh Kudus mempersiapkan orang suci menjadi
mempelai Kristus dan menunggu sampai Yesus datang kembali. Roh Kudus akan
memberikan kekuatan kepada kita untuk berjumpa dengan Kristus di angkasa, di
situ ada perjamuan Domba Allah. Undangan ini diperpanjang waktunya bagi
mereka yang telah dibayar lunas oleh darah Yesus Kristus. Mereka yang telah
dibersihkan oleh darah Kristus, disucikan oleh kuasa Roh Kudus, dan telah
dilahirkan kembali, dipersiapkan untuk menjadi mempelai Yesus Kristus. Hingga
Ia datang, Gereja-Nya akan terus disertai oleh Roh Kudus sampai kepada
kesudahan zaman, sampai di dalam kekekalan.
Paraklētos, dimana kata “para” berarti “di sisi atau di samping” sehingga kata
“paraklētos” berarti “Pendamping atau Penolong”. Parakletos berarti penolong
yang mendampingi kita. Alkitab memakai lima istilah: terhadapmu, di
sekelilingmu, di sekitar engkau, di depanmu atau yang memimpin engkau, dan
yang menyertai engkau. Berbahagialah orang Kristen yang ditolong, didampingi,
dihibur, dan dikuatkan oleh Roh Kudus; berbahagialah orang yang dipenuhi,
diberikan pencerahan, pertolongan, teguran oleh Roh Kudus; berbahagialah
orang yang diurapi, ditambah kekuatan dan diberi dukungan oleh Roh Kudus.
Orang yang bahagia adalah orang yang diselamatkan oleh Tuhan, lepas dari
binasa, kutukan, neraka dan hukuman yang kekal. Orang yang lebih bahagia
adalah orang yang sudah diselamatkan lalu diberikan Roh Kudus untuk
mendampingi, mengurapi, menguatkan, membimbing, menolong, memimpin,
menjaga dia dari atas, pinggir, dan dari segala segi. Tuhan berkata Akulah
perisaimu, Akulah pemimpinmu, Akulah Tuhanmu, Akulah penolongmu untuk
selama-lamanya. Marilah kita yang sudah diajar dan dididik dengan doktrin Roh
Kudus yang begitu tuntas, tidak gampang ditipu dan digoncangkan oleh berbagai
angin ajaran yang salah sehingga akhirnya kita jatuh. Tetapi kita berdiri tegak dan
kita membawa orang lain untuk mengerti doktrin Roh Kudus yang sehat dan yang
benar. Amin.

Anda mungkin juga menyukai