Anda di halaman 1dari 28

4162, N.Z.

, 12/94 Page 1

Meletakkan Dasar
Melalui Pertobatan Menuju Iman

Karena kasih karunia Tuhan yang membawa keselamatan telah datang pada seluruh
manusia, mengajarkan kita untuk menolak kefasikan dan nafsu-nafsu duniawi, kita harus hidup
dengan bijak, suci, dan saleh di masa sekarang ini, menantikan harapan yang diberkati dan
kehadiran yang penuh kemuliaan dari Tuhan dan juruselamat kita, Yesus Kristus, yang
memberikan diriNya sendiri untuk kita supaya Dia dapat menebus kita dari setiap kejahatan dan
menyucikan untukNya, umat yang khusus, umat yang giat untuk berbuat baik.

Dan bila anda bertanya-tanya apa yang akan Tuhan dapatkan dari sejarah, mengapa Dia
mentolerir kejahatan, dan ketidakadilan dan penderitaan begitu lama, jawabannya adalah Tuhan
ingin memiliki umat untuk diriNya sendiri. Itulah tujuan utama Tuhan pada masa sekarang ini.

Sekarang kita akan membahas sesi ketiga dari Meletakkan Dasar, dan judul dari pesannya
adalah “Melalui pertobatan menuju Iman.” Dari awal ingin saya katakan bahwa tidak ada jalan
lain menuju iman selain melalui pertobatan. Jalan lain yang menyatakan akan membawamu
kesana, adalah tipuan. Iman sejati adalah mustahil tanpa pertobatan.

Baiklah saya kembali untuk mengingatkan anda secara singkat akan apa yang sudah kita
pelajari bersama. Pertama, fondasi dari iman Kristen, fondasi pribadi, adalah Yesus Kristus. Dan
setiap orang yang ingin menjadi orang Kristen sejati harus membangun hidupnya di atas pondasi
itu. Saya mengingatkan anda tentang konfrontasi antara Yesus dan Petrus, dimana Petrus
menyatakan, “Kau adalah Kristus, sang Mesias, Anak Allah yang hidup,” adalah satu pola yang
harus terjadi dalam kehidupan kita masing-masing dengan caranya sendiri. Saya berkata bahwa
ada 4 elemen dalam peristiwa itu.

Pertama, ​Konfrontasi. ​Yesus dan Petrus berdiri berhadapan, tidak ada mediator, tidak ada
pendeta, tidak ada orang ketiga diantara mereka berdua.
4162, N.Z., 12/94 Page 2

Kedua, ada ​Wahyu ​yang diberikan oleh Roh Allah tentang ke-kekalan identitas
Yesus—bukan anak si tukang kayu, tapi anak Allah yang hidup.

Ketiga, Petrus menerima dan ​Mengakui wahyu tersebut. Dia tidak menolaknya, dia
merangkulnya.

Dan keempat, dia membuat ​Pernyataan publik​ tentang imannya.

Dan semuanya itu, menurutku, adalah elemen-elemen yang harus menjadi dasar setiap
kehidupan Kristiani yang sukses. Konfrontasi, wahyu, pengakuan, dan pernyataan.

Lalu ada pertanyaan praktis yang sangat penting, setelah kau meletakkan dasar ini,
bagaimana kau kemudian membangun di atasnya? Dan dari perumpamaan orang bijak dan orang
bodoh, yang diceritakan Yesus, kita melihat bahwa bangunan diatas fondasi itu, pertama, terdiri
atas pengakuan bahwa Alkitab adalah firman Allah dan Yesus adalah firman yang hidup, lalu
mendengar dan melakukan apa yang Yesus katakan. Jadi membangun di atas dasar adalah
mendengar dan melakukan apa yang Yesus katakan.

Kemudian kita melihat otoritas dan kuasa dari firman Tuhan. Saya sudah menjelaskan
bahwa kata authority berasal dari kata “author/pengarang.” Jadi otoritas dari setiap buku
bergantung pada pengarangnya. Otoritas Alkitab bergantung dari pengarangnya dan
pengarangnya adalah Roh Kudus, Roh Allah, Allah sendiri. Jadi otoritas Allah ada di dalam
Alkitab.

Lalu saya menunjukkan bahwa kita melihat firman dalam dua bentuk: firman yang tertulis
dan firman yang hidup. Yesus, firman Allah yang menjadi daging. Dan saya hubungkan ini
dengan keterkaitanmu terhadap Alkitab. Saya berkata, dan saya akan katakan lagi, kau tidak
mengasihi Tuhan lebih dari kau mengasihi firmanNya. Kau tidak mematuhi Tuhan lebih dari kau
mematuhi firmanNya. Bila kau ingin mengetahui dimana tempat Tuhan dalam kehidupanmu,
4162, N.Z., 12/94 Page 3

temukan tempat Alkitab di kehidupanmu, karena lokasi keduanya sama. Alkitab adalah firman
yang tertulis, Yesus adalah firman yang hidup. Melalui firman yang tertulis, firman yang hidup
itu akan masuk ke dalam hidup kita.

Sekarang saya ingin melanjutkan dengan membahas fondasi doktrin. Kita sudah melihat
fondasi pribadi yaitu Yesus Kristus. Tapi Perjanjian Baru juga mengungkapkan adanya fondasi
doktrin. Ini adalah sebuah wahyu yang luput dari perhatian jutaan orang Kristen tapi dengan jelas
tertulis di Ibrani 6:1-3. Kita akan membuka itu sekarang. Ibrani 6:1-3, yang berkata:

“S​ ebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan
beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan
dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran
tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan
hukuman kekal. Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya.”

Ada dua pola pikir di sana yang harus kau gabungkan. Pertama, sangat penting untuk
meletakkan dasar. Bila kau tidak pernah meletakkan dasarnya, kau tidak akan bisa membangun
gedungnya. Tapi begitu kau sudah meletakkan dasarnya, maka jangan berulang-ulang terus
meletakkan dasar, tapi terus membangun dan selesaikan gedungnya. Itu adalah kedua pola pikir
yang digabung. Tapi kau akan melihat dalam Ibrani 6:1, di sana tertulis ​dasarnya​. Ini adalah
dasar doktrin dari iman Kristiani dan merupakan 6 doktrin yang akan kutuliskan lagi.

Pertama, pertobatan dari perbuatan yang sia-sia.


Kedua, iman pada Tuhan.
Ketiga, doktrin pelbagai pembaptisan.
Keempat, penumpangan tangan.
Kelima, Kebangkitan orang mati.
Dan keenam, penghukuman kekal.
4162, N.Z., 12/94 Page 4

Dan bila kau mengikutinya, kau akan melihat bahwa doktrin2 itu membawa kita mulai titik
awal iman Kristiani menuju puncak kepenuhannya dalam kekekalan. Sangat penting untuk
melihat bahwa iman Kristen tidak putus seiring dengan waktu, tidak putus dalam kehidupan ini
atau dalam dunia ini. Iman itu membawa kita lebih dari dunia ini, lebih dari kekekalan. Saya
khawatir banyak sekali orang Kristen hari ini tidak memiliki visi akan kekekalan. Mereka
bertindak dan berpikir seolah semua yang penting akan terjadi pada waktunya. Dan sebenarnya,
Paulus mengatakan “​ Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus,
maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.​” Bila kau tidak memiliki
sebuah visi yang membawamu lebih dari waktu dan menuju kekekalan, kondisimu sangat
malang dan kau akan mengalami banyak kekecewaan karena waktu bukanlah pemenuhannya.
Pemenuhan itu akan datang dalam kekekalan.

Maka dari itu, keenam doktrin ini membawa kita dari titik awal, yaitu pertobatan, sampai ke
kebangkitan dan penghakiman.

Sekarang saya mulai membahas fondasi doktrin pertama; yaitu, pertobatan dari perbuatan
yang sia-sia. Tapi saya ingin pertama-tama menunjukkan padamu, sesuatu yang luar biasa, dalam
ayat 3 dari Ibrani 6. Penulis mengatakan:

“​Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya.​”

Kita akan mendapatkan penyelesaian dan pemenuhan jika Allah mengijinkannya. Kau
mungkin bertanya, “Mengapa Allah tidak mengijinkannya? Tentu saja Dia ingin kita semua
untuk terus maju.” Saya akan menjawabmu dengan contoh kecil dan sederhana dari proses
membangun gedung. Di setiap kota besar di dunia sekarang ini, untuk membangun sebuah
gedung, kau harus punya sebuah rancangan, kau harus mendapatkan izin dari pihak yang
berwenang dan mereka harus menyetujui rancanganmu. Lalu mereka akan datang dan
menginspeksi gedungmu dalam setiap tahap pembangunannya. Pertama yang akan mereka
inspeksi adalah fondasinya karena mereka tahu bila fondasinya tidak kuat, gedungnya tidak akan
4162, N.Z., 12/94 Page 5

kuat. Dan bila fondasimu tidak kokoh, mereka tidak akan mengeluarkan ijin untuk melanjutkan
pembangunan gedung itu.

Cara Tuhan berurusan dengan kau dan sayapun demikian. Dia berkata, “Saya harus
menginspeksi fondasimu. Bila tidak dibentuk sesuai dengan persyaratanku, saya tidak akan
memberimu ijin untuk meneruskannya.” Kau bisa selamanya berada di tahap fondasi iman
Kristen dan tidak akan pernah berkembang, tidak pernah selesai, tidak pernah mendapatkan
pemenuhan karena kau belum meletakkan fondasi yang tepat. Jadi kau lihat bagaimana amat
penting bagi kita untuk menguasai keenam doktrin yang merupakan ​fondasi​ dari iman Kristen.

Sekarang kita akan melihat doktrin pertama, pertobatan dari perbuatan yang sia-sia.
Pertama-tama, apakah itu perbuatan yang sia-sia? Kebanyakan terjemahan modern mengatakan:
Perbuatan atau pekerjaan yang mengarah menuju kematian. Menurutku itu tidak tepat. Saya
percaya bahwa pekerjaan sia-sia adalah apa pun yang kita lsayakan tanpa beriman pada Tuhan.
Apa pun yang dilsayakan tanpa iman adalah perbuatan sia-sia. Satu-satunya yang membawa
kehidupan dalam aktivitas kita adalah iman. Jadi, kau mungkin rajin pergi ke Gereja, kau
mungkin sudah memberi pada orang miskin, kau mungkin rajin berdoa, tapi bila tidak dilsayakan
dengan iman, semuanya adalah perbuatan sia-sia. Kita harus meninggalkan semua yang
dilsayakan tanpa iman. Hanya iman yang memberikan kehidupan pada keyakinan dan pekerjaan
kita.
Itu tidak berarti bahwa kau hidup di dalam dosa, hanya saja bagi Tuhan kau belum hidup
karena iman belum masuk ke hatimu dan membawa kehidupan Tuhan.

Penting bagi kita untuk mengerti apa pertobatan itu. Pertobatan bukanlah sebuah emosi.
Saya sering melihat pendeta-pendeta berusaha membawa orang-orang kedalam sikap yang
emosional, lalu menyuruh mereka untuk beriman pada Yesus. Dan seringkali itu berakhir
dengan kekecewaan karena emosi itu akan hilang dan mereka tidak mendapatkan apa-apa. Jadi
ingatlah bahwa pertobatan, sesuai definisinya di Alkitab, bukanlah satu emosi, melainkan satu
keputusan. Bukan berasal dari emosi, melainkan dari kehendak. Bila kita bisa menyentuh
kehendak seseorang dan mengubahnya, kita akan melihat konversi yang permanen. Banyak
4162, N.Z., 12/94 Page 6

istilah “konversi” terjadi di Gereja-gereja sekarang tidak permanen karena mereka tidak
sungguh-sungguh mengubah kehendak orang yang bersangkutan. Mereka hanya mendapatkan
pengalaman yang emosional, mereka menjadi bersemangat, mungkin mereka akan merasa
nyaman selama beberapa minggu, atau bulan, bahkan tahunan. Tapi pada akhirnya, mereka tidak
memiliki pengalaman untuk berhasil, karena kehendak mereka belum tersentuh.

Kau sudah tahu bahwa ada dua bahasa utama dalam Alkitab, bahasa Yunani untuk
Perjanjian Baru, dan Ibrani untuk Perjanjian Lama. Dan masing-masing bahasa itu memiliki kata
khusus untuk bertobat. Tapi hanya setelah kita menggabungkan kedua bahasa itu baru kita
mendapatkan arti lengkap dari pertobatan. Bahasa Yunani, untuk bertobat, dalam bahasa sekuler
selalu diterjemahkan sebagai “Untuk mengubah pikiranmu,” mengubah caramu berpikir. Jadi
pertama, pertobatan adalah mengubah pola pikirmu tentang hidup yang kau jalani selama ini.
Selama ini saya hidup untuk memuaskan diriku sendiri, untuk melsayakan pekerjaanku sendiri.
Sejak saat ini saya akan hidup untuk memuaskan Yesus juruselamatku. Itu adalah sebuah
keputusan. Seperti yang kukatakan sebelumnya, pertobatan bukanlah sebuah emosi. Kau bisa
bertobat tanpa mengalami emosi khusus, tapi kau tidak bisa bertobat tanpa perubahan kehendak.

Lalu bahasa Ibraninya—Dan ini tipikal orang-orang Yahudi karena mereka sangat rendah
hati. Mereka ingin mengetahui, bagaimana hasilnya? Dan bahasa Yahudi untuk pertobatan secara
harfiah berarti, “Berbalik arah.” Kau menghadap ke satu arah, ke arah yang salah,
membelakangi Tuhan, lalu kau berbalik 180 derajat, menghadap Tuhan dan berkata, “Tuhan ini
saya. Katakan apa yang harus kulsayakan dan saya akan melsayakannya.”

Jadi kau menggabungkan keduanya dan kau akan mendapatkan gambaran lengkap tentang
pertobatan. Iman hanya timbul setelah pertobatan. Seluruh pesan dalam Alkitab memiliki urutan
seperti ini: Bertobat dan percaya. Ada banyak orang, dan beberapa diantara mereka ada di sini
pagi ini, yang bergumul untuk iman mereka. Sebenarnya kau tidak bergumul untuk iman, kau
belum pernah memenuhi persyaratan untuk pertobatan. Itu adalah yang pertama dari enam
doktrin fondasi. Dan bila kau belum menanam batu fondasi itu pada tempatnya, gedungmu akan
selalu goyah.
4162, N.Z., 12/94 Page 7

Selama bertahun-tahun saya sudah menasehati ratusan orang, ratusan orang Kristen yang
datang dengan masalah-masalah pribadi mereka. Setelah begitu banyak pengalaman saya tiba
pada kesimpulan, setidaknya 50 persen masalah dari pengerja Kristen atau orang Kristen asli
adalah satu hal, mereka belum pernah benar-benar bertobat. Mereka belum betul-betul mengubah
pikiran mereka. Mereka belum benar-benar mengambil keputusan, mereka belum benar-benar
berserah pada otoritas Yesus di dalam kehidupan mereka. Mereka masih berpikir tentang
keputusan-keputusan yang dilihat dari sudut pandang, “Bila saya melsayakan ini, apa
imbalannya untukku?” Ketika kau sudah bertobat, bukan itu pola pikirmu. Kau harus berpikir,
“Bila saya melsayakan ini, apakah akan memuliakan Yesus? Bila saya melsayakan itu, apakah
akan memuliakan Yesus?” Jadi ada begitu banyak orang—menurutku terutama orang-orang
muda, tapi bukan hanya orang-orang muda—yang mendua hati. Alkitab berkata “…orang yang
mendua hati tidak akan tenang hidupnya.” Dia tidak memiliki fondasi yang kokoh, dia tidak bisa
membangun sebuah gedung yang stabil.

Jadi saya mengajak kau di tempatmu sekarang, untuk beberapa saat, merefleksikan dirimu
dengan tenang dan bertanya, “Apakah saya sudah benar-benar bertobat? Ataukah saya masih
mendua hati? Hari Senin targetku adalah menyenangkan Yesus, hari Selasa targetku adalah
menyenangkan diriku sendiri.” Sesungguhnya kau mendapatkan yang terburuk dari dua dunia
tersebut. Kau akan lebih berhasil dengan hidup di dunia, hidup untuk dirimu sendiri, karena kau
adalah seseorang yang berhati dua, kau memiliki kepribadian ganda.

Mari kita lanjutkan dengan sifat pertobatan. Ada satu perumpamaan yang diceritakan Yesus,
yang paling jelas dan merupakan ilustrasi yang sempurna dari pertobatan sejati. Itu adalah
perumpamaan yang disebut perumpamaan anak yang hilang. Seseorang lain berkata seharusnya
itu disebut ayah yang mengasihi. Kau ingat kisah di Lukas 15, kebanyakan dari kalian
mengetahuinya. Anak kedua dari keluarga kaya memutuskan untuk segera mengambil
warisannya dari sang ayah lalu pergi berfoya-foya di negeri yang jauh. Dia melsayakan segala
macam dosa. Kemudian setelah dia menghabiskan semua warisannya, bencana kelaparan datang
dan satu-satunya pekerjaan yang bisa dia dapatkan adalah memberi makan babi. Dan kau harus
4162, N.Z., 12/94 Page 8

ingat, dia orang Yahudi, jadi baginya memberi makan babi merupakan pekerjaan yang sangat
rendah—tanpa bermaksud mengejek para peternak babi. Kita tidak mengatakan apapun untuk
mencela, tapi kebetulan untuk orang Yahudi, babi tempatnya di luar.

Dan itulah dia, tertatih-tatih, memberi makan babi, kelaparan, berharap dia bisa mengisi
perutnya dengan sekam yang dimakan babi-babi itu. Lalu ini terjadi. Ayat 17 dari Lukas 15:

“​Lalu ia menyadari keadaannya, katanya..​”

Kau harus sampai pada titik itu. Kau harus sadar sendiri, itu yang kusebut momen
pembenaran. Kau harus melihat bagaimana dirimu. Dan melihat bagaimana Tuhan melihat
dirimu..

“​Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan Bapakku yang
berlimpah-limpah makanannya, tetapi saya di sini mati kelaparan. Saya akan bangkit dan pergi
kepada Bapsaya dan berkata kepadanya: Bapa, saya telah berdosa terhadap sorga dan terhadap
bapa, saya tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah saya sebagai salah seorang
upahan bapa.​”

Sekarang apakah kau melihat kedua elemen itu?—karena selanjutnya tertulis:

“​Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya.”


Dia mengambil sebuah keputusan, dan dia berbalik arah. Itulah pertobatan. Membuat
keputusan lalu menjalankan keputusan itu. Kembali ke ayah yang telah kau lukai, kembali ke
Tuhan yang mengasihimu, dan berkata, “Saya telah mengacaukan hidupku. Saya tidak bisa
mengatur hidupku sendiri. Saya membutuhkanmu. Apakah kau bersedia menerimsaya kembali?”
Yang luar biasa adalah dia berencana berkata pada ayahnya, “Jadikan saya salah satu orang
upahan bapa.” Tapi waktu dia mulai berjalan, ayahnya sedang menunggunya. Menurutku ini
4162, N.Z., 12/94 Page 9

sangat indah. Itulah Tuhan. Begitu kita berbalik arah, Dia sedang mengawasi kita dan menunggu
kita.

“​Ayahnya itu berlari mendapatkan dia.”


Itulah Tuhan. Begitulah caraNya menemui kita.

“Dan dia menciumnya…”

Dan dia tidak pernah membiarkan anaknya mengatakan kata-kata itu, “Jadikan saya orang
upahan bapa,” sang ayah berkata:

“​ Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah
cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu,

sembelihlah dia…”

Itulah hasil dari pertobatan sejati. Tidak sia-sia bertobat untuk bisa disambut seperti itu oleh
Tuhan. Itu gambarannya. Pikirkanlah sendiri sejenak. Dia sadar dan berkata: “Saya telah
mengacaukan hidupku. Saya sudah membuang semua yang diberikan ayahku. Tapi saya akan
mengambil sebuah keputusan. Saya akan berbalik arah, saya akan kembali ke ayahku dan
berkata maafkan saya.” Dia berbalik arah lalu pergi menemui ayahnya. Pikirkanlah itu. Itulah
pertobatan sejati. Pertobatan yang ditindaki.

Ada pertobatan palsu yang dalam bahasa Inggris sekarang disebut “penyesalan.” Yudas
mengalami hal itu, dikisahkan di Matius 27 ayat 3 dan selanjutnya:

“​Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman
mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada
imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: "Saya telah berdosa karena menyerahkan darah
orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu
4162, N.Z., 12/94 Page 10

sendiri!" Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan

menggantung diri.”

Yudas punya penyesalan tapi dia tidak pernah berubah. Bahkan, saya yakin dia sudah
melewati titik dimana dia dapat berubah. Dan bagiku ini sangat menyedihkan. Didalam hidup ini,
seseorang dapat melewati titik dimana ada kemungkinan untuk berubah. Menurutku momen
yang paling signifikan di dalam kehidupan setiap manusia adalah momen dimana Tuhan mulai
berurusan denganmu untuk bertobat. Bila kau mengacuhkannya dan berkata, “Saya tidak
tertarik, mungkin nanti saja,” tidak ada jaminan Tuhan akan berurusan denganmu lagi. Momen
yang paling krusial dalam hidup manusia adalah momen dimana Tuhan berkata, “Bertobatlah.
Saya bersedia menerimamu kembali. Saya mengasihimu. Saya menginginkanmu.”

Saya mempertimbangkan apa yang kulihat dalam kehidupan orang-orang dan apa yang ada
dalam Alkitab. Saya tiba pada kesimpulan bahwa ada satu hal yang membuat Tuhan sangat
marah dan itu adalah tidak mengindahkan kasih karunia Nya. Dia dengan murah hati
menawarkan kasih karuniaNya tapi bila kita mengacuhkannya, Dia akan menjadi marah. Ada
satu orang yang mengacuhkan kasih karunia Tuhan. Apakah kau tahu siapa namanya? Esau. Dan
dia dikisahkan di Ibrani 12. Saya ingin melihat ayat itu sejenak karena ada banyak Esau di dalam
orang-orang seperti kau dan saya. Kita ingin berhati-hati supaya bukan Esau yang membuat
keputusan untuk kita. Ini yang diceritakan di Ibrani 12, mulai dari ayat 14:

“​Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa
kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.​”

Perhatikan bahwa tanpa kekudusan, tidak ada orang yang akan melihat Tuhan.

“​Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar
jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak
orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah

seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.”
4162, N.Z., 12/94 Page 11

Kita tidak punya catatan apakah Esau pernah melsayakan perzinahan, tapi sikapnya di mata
Tuhan sama buruknya dengan perzinahan. Bagaimana sikapnya? Untuk semangkuk sup, dia
meremehkan hak kelahirannya. Dia punya hak kelahiran sebagai anak sulung. Semua warisan
sebenarnya bisa menjadi miliknya. Tapi hanya karena secara fisik dia merasa lapar dan bisa
mencium lezatnya sup yang dibuat oleh Ysayab—ini sangat jelas untukku karena saya pernah
hidup di tengah-tengah orang Arab untuk beberapa waktu, dan mereka membuat makanan yang
sama seperti yang dibuat Ysayab, sup kacang. Mereka menyebutnya dalam bahasa Arab: ​Surabit
Addis (Fonetik). Baunya sangat lezat, bisa menyebar ke seluruh rumah. Dan saya bisa
membayangkan Esau baru pulang dari berburu, lelah, lapar, dan dia mencium bau lezat ini. Lalu
Ysayab berkata, dia sangat pandai bernegosiasi, “Dengarlah, Juallah padsaya hak kesulunganmu,
saya akan memberimu sayuran dan supnya.” Dan sepertinya Esau berpikiran apa bagusnya hak
kesulungan itu sekarang, saya kelaparan. Saya akan mengambil apa yang ditawarkan untukku.
Dan dikisahkan bahwa Esau meremehkan hak kesulungannya dan membuat Tuhan sangat marah.
Dan nanti melalui nabi Maleakhi Tuhan berkata, ​"Saya mengasihi Ysayab, tetapi membenci
Esau." Itu sangat memprihatinkan. Bila kau dengan sengaja menolak kasih karunia dan warisan
yang ditawarkannya kepadamu dalam nama Yesus Kristus, dan menukarnya dengan kesenangan
duniawi yang murah dan bersifat sementara, kau akan membuat Tuhan sangat marah.

Kemudian kelanjutan dari kisah itu:

“​ Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak,
sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya
dengan mencucurkan air mata.​”

Dalam bahasa Yunani dapat lebih jelas. Dia bukan mencari pertobatan, dia mencari berkat.
Tapi dia ditolak karena tidak ada tempat, maupun cara untuk bertobat. Dan saya percaya bahwa
dalam kehidupan ini seseorang dapat melewatkan tempat pertobatan dan tidak pernah bisa
kembali lagi. Saya ingin menekankan kepadamu, ini sangat, sangat memprihatinkan. Terlampau
sedikit pembahasan tentang pentingnya pertobatan dalam persekutuan-persekutuan dan
4162, N.Z., 12/94 Page 12

denominasi-denominasi. Tapi tanpa pertobatan sejati tidak akan pernah ada iman sejati. Kau
akan selalu menemukan pengalaman yang tidak stabil, dari hari ke hari, karena kau belum pernah
meletakkan batu fondasi pertama yaitu pertobatan, satu keputusan yang berasal dari kehendak
untuk meninggalkan kesenangan pribadi dan melsayakan kehendak sendiri untuk kembali
berbalik ke hadapan Tuhan, bertatap muka dengan Tuhan dan berkata, “Tuhan, inilah diriku.
Katakan padsaya apa yang harus kulsayakan, dan saya akan melsayakannya.”

Ada beberapa diantara kalian di sini yang belum pernah benar-benar bertobat. Saya ingin
menekankan padamu bahwa itulah sumber dari banyak masalah yang kau hadapi.
Pengalaman-pengalamanmu yang jatuh-bangun. Kau merasa bahagia satu hari, mengalami
pertemuan yang menyenangkan di Gereja, kau berpikir itu luar biasa. Esok paginya sesuatu yang
lain terjadi dan kau kecewa. Kau belum pernah sungguh-sungguh meletakkan batu fondasi yang
pertama. Yang kau miliki hanya fondasi sementara yang goyah dan suatu hari akan rubuh.

Sekarang saya ingin menegaskan bahwa pertobatan harus dilsayakan terlebih dahulu
sebelum iman. Tidak ada iman sejati tanpa pertobatan . Ini ditegaskan di seluruh Perjanjian Baru.
Dalam kitab Matius 3 kita membaca bagaimana pelayanan Yohanes pembaptis yang dikirim
untuk membuka jalan bagi kedatangan Mesias, Yesus. Dan apakah pesannya dalam satu kata?
Bertobat. Dengan kata lain, pertobatan sangat dibutuhkan sebelum Mesias bisa datang.
Pertobatan membuka jalan untuk kedatangan Mesias. Sebelum umat Tuhan, Israel, mendapatkan
pengalaman pertobatan ini, mereka tidak akan siap untuk bertemu dengan Mesias mereka. Dalam
Matius 3:1-3 dikatakan:

“​Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:
Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi
Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah

jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.”
4162, N.Z., 12/94 Page 13

Bagaimana dia mempersiapkan kedatangan Tuhan? Dengan memanggil umat Tuhan untuk
bertobat. Dan pertobatan adalah satu-satunya cara kita bisa mempersiapkan diri untuk kehadiran
Tuhan di dalam hati dan kehidupan kita.

Kemudian setelah Yohanes selesai menjalankan perannya, Yesus sendiri, menggenapi


nubuatan Yohanes, datang untuk melanjutkan penginjilannya. Dan tertulis di Markus 1:14-15:

“​Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,


kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah
kepada Injil!​”

Bertobat dan percaya. Kau tidak bisa sungguh-sungguh percaya sebelum kau benar-benar
bertobat terlebih dahulu. Perintah pertama yang keluar dari mulut Yesus bukanlah percayalah,
melainkan bertobatlah.

Saya ingat menghadiri pertemuan di Asia Tenggara dimana seorang pendeta membawakan
khotbah tentang kesembuhan. dia berbicara sangat fasih mengenai kehendak dan rencana Tuhan
untuk kesembuhan, lalu mengutip beberapa janji tentang kesembuhan. Tapi dia tidak
mengatakan satu katapun tentang pertobatan. Kemudian dia memanggil orang untuk maju dan
kebanyakan dari mereka memiliki latar belakang perzinahan dan mereka sama sekali tidak
mengetahui apa yang harus mereka lsayakan untuk menerima apa yang Tuhan tawarkan. Saya
tahu karena saya terlibat dalam konseling mereka, Ruth dan saya bersama-sama. Peristiwa itu
menjadi pelajaran berharga bagiku. Dengan semua niat baiknya dan bahasanya yang indah, dia
sudah membingungkan orang-orang itu karena dia memberikan kesan bahwa mereka bisa
menghadap Tuhan tanpa pertobatan. Dia tidak pernah sekalipun menggunakan kata “Bertobat”
dalam khotbahnya. Saya tidak mengatakan ini untuk mengkritik seorang pendeta, saya hanya
mengatakan ini karena saya mendapatkan pelajaran berharga dan saya khawatir ada banyak
orang di dalam banyak “Gereja-gereja penginjilan dan pelayanan penginjilan” yang menjadi
bingung, karena mereka diberi tahu apa yang akan Tuhan lsayakan untuk mereka, tapi tidak
diberitahukan apa yang Tuhan inginkan dari mereka. Yang pertama Dia inginkan adalah
4162, N.Z., 12/94 Page 14

pertobatan. Rubah pikiranmu, berbalik arah, berputar 180 derajat, lalu menghadap Tuhan dan
berkata, “Tuhan, katakan apa yang harus kulsayakan dan saya akan melsayakannya.” Itulah
pertobatan.

Bila kita melihat akhir dari pelayanan Yesus, pesannya tidak pernah berubah. Dalam Lukas
24, setelah kebangkitanNya, Yesus memberikan instruksi pada murid-muridNya. Dalam Lukas
24:46-47. Ingat, ini setelah kebangkitan Yesus, sesaat sebelum Dia meninggalkan dunia ini.

“​Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit
dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang
pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari

Yerusalem.”

Perhatikan pesanNya, pertobatan lalu kemudian pembersihan atau pengampunan dosa. Tapi
tidak ada pengampunan tanpa pertobatan dan itulah pesan yang akan dimulai di Yerusalem dan
diberitakan ke seluruh bangsa-bangsa. Pertobatan, kemudian pengampunan dengan namaNya.

Lalu ketika Gereja mulai terbentuk pada hari Pentakosta, hari turunnya kuasa Roh Kudus,
dan banyak orang Yahudi berkumpul dan ingin tahu apa yang terjadi, kemudian Petrus berdiri
dan mengkhotbahkan pesan yang terkenal dari Kisah para rasul 2. Dan pada akhirnya mereka
ditangkap dan mereka berkata pada Petrus, “Apa yang akan kita lsayakan?” Ini pertama kalinya
para pendosa meminta bimbingan dari Gereja. Saya akan membaca ini. Kisah Rasul 2:37:

“​Ketika mereka mendengar hal itu [Pesan dari Petrus] hati mereka sangat terharu, lalu
mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat,
saudara-saudara?"

Dan saya ingin mengatakan padamu bila kau tiba di titik dimana kau tulus ingin mengetahui
apa yang Tuhan kehendaki, dan kau bersedia melsayakannya, Tuhan tidak akan membingungkan
dirimu dengan kehendakNya. Kesulitan Tuhan bukan memberitahu engkau, tetapi kesulitan
4162, N.Z., 12/94 Page 15

Tuhan adalah menggiringmu ke tempat yang ingin kau ketahui dan kau lsayakan. Dan begitu
​ pakah yang harus kami perbuat,
orang-orang yang berada dalam dosa berkata pada para rasul, ​“A
​ ​Petrus sebagai jurubicara Tuhan dan Gereja memberikan jawaban yang
saudara-saudara?”
jelas, tepat, dan praktis.

Lalu Petrus berkata pada mereka “Bertobatlah.”

Apa yang pertama-tama? Pertobatan.

“…​hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus
untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.​”

Ada 3 tahap janji.


Pertama, bertobat.
Kedua, dibaptis dengan air.
Dan ketiga, menerima Roh kudus.

Saya yakin bahwa program Tuhan tidak pernah berubah. Saya yakin inilah yang Tuhan
inginkan untuk dilsayakan para pendosa di zaman sekarang . Saya percaya bahwa ini adalah
pesan yang harus dikumandangkan oleh Gereja zaman sekarang. Bertobatlah, dibaptis dalam air
dan menerima Roh kudus.

Dan di tempat-tempat dimana pesan itu dikhotbahkan, terjadilah peristiwa seperti pada saat
hari Pentakosta dahulu. Orang-orang bertobat, mereka dibaptis dan menerima Roh kudus. Saya
melihat ini terjadi berkali-kali, seringkali mereka keluar dari air saat dibaptis, mereka dipenuhi
dengan Roh kudus. Mengapa kita harus menghaluskan pesannya? Kita tidak memiliki otoritas
untuk melsayakan itu. Satu-satunya otoritas yang kita miliki adalah untuk memberitakan pesan
perjanjian baru: Bertobat, dibaptis dalam air, menerima Roh kudus. Ketika kita memberitakan
pesannya, Tuhan memberikan jawabannya. Bukan Tuhan yang berubah, bukan pesannya yang
berubah, tapi dalam banyak kasus, Gerejalah yang berubah.
4162, N.Z., 12/94 Page 16

Saya akan mengatakan sesuatu yang mungkin mengejutkanmu, tapi saya tidak bisa
menemukan di kitab Kisah Rasul dan kelanjutannya, yaitu satu peristiwa dimana seseorang
mengatakan mendapat keselamatan dari Yesus Kristus tanpa dibaptis dalam air. Cobalah apakah
kau bisa menemukannya. Karena Yesus berkata, ​“​Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan.​” Kau dan saya tidak punya hak untuk menghilangkan kata “…dan dibaptis?”
Keselamatan adalah percaya lalu dibaptis. Dan setelah kau smelsayakannya, kau menjadi calon
penerima Roh kudus. Itulah pesan dari Gereja, tidak pernah berubah, dalam hubungannya
dengan Tuhan.

Kemudian kita melihat penginjilan Paulus, rasul besar untuk orang-orang non-Yahudi. Kita
melihat sesuai yang dicatat di dalam kitab Kisah Rasul. Pertama-tama, Paulus datang ke Athena,
kota yang sangat intelektual dan penuh dengan berhala. Dia akhirnya berkhotbah pada mereka.
Menurutku dia tidak bermaksud melsayakannya tapi dia akhirnya berada pada satu posisi dimana
mereka ingin tahu keyakinannya, lalu dia mengatakannya. Dia menyimpulkan pesannya di dalam
kitab Kisah Rasul 17, ayat 30 dan seterusnya, berbicara tentang bagaimana mereka terus hidup
dalam penyembahan berhala dan tidak mengenal Tuhan, dia berkata:

“​Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan

kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.”

Di sana tertulis dengan jelas, sekarang Tuhan memerintahkan semua manusia dimana-mana
untuk bertobat. Tidak ada pengecualian baik tempat maupun individu. Itu adalah persyaratan
universal Tuhan bagi manusia. Dia bersedia menutup mata atas masa lalu kita bila kita bertobat.

Kemudian tertulis:
“​Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan
menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada
semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.​”
4162, N.Z., 12/94 Page 17

Dan perhatikan juga satu lagi fitur khotbah dari para rasul yang seringkali terlewatkan,
Yesus bukan hanya sang juruselamat, Dia juga sang hakim. Dan Dia sangat teliti dan efisien
dalam penghakiman seperti dalam keselamatan. Bila kau tidak berjumpa dengan Dia sebagai
juruselamat, kau akan berjumpa dengan Dia sebagai hakim. Sekali lagi, ini seringkali dilewatkan
dalam banyak khotbah-khotbah. Orang-orang berbicara tentang sang juruselamat tapi mereka
tidak pernah menyinggung sang hakim. Kenyataannya, di dalam pesannya kepada para pengikut
di Athena, Paulus tidak pernah menyinggung sang juruselamat. Semua yang dia katakan adalah
tentang sang hakim.

Dan kukatakan padamu, orang-orang akan hidup dengan sangat berbeda bila mereka tidak
sadar akan fakta bahwa mereka akan menghadapi penghakiman Yesus. Ada kesembronoan dan
kecerobohan di dalam begitu banyak Kristen kontemporer karena kita belum dihadapkan pada
fakta bahwa Yesus bukan hanya seorang juruselamat, tapi Dia juga seorang hakim. ​“…I​ a telah
​ Apa
menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia…”
sebenarnya isu dari penghakiman? Kebenaran. Cara hidup kita, orang macam apa kita. Ini
bukan persoalan denominasi, kebangsaan, atau status sosial kita. Hanya ada satu isu soal
penghakiman, yaitu kebenaran. Dan didalam kitab 1 Yohanes, semua ketidakbenaran adalah
dosa. Ini semacam keinginan untuk mengetahui bagaimana “yang tidak lurus” itu. Saya bukan
seorang ahli ukur geometri, akan tetapi saya dapat menunjukkan satu garis lurus, dan
mengatakan :” segala sesuatu yang menyimpang dari garis tersebut disebut “tidak lurus”.
Mungkin sudut perbedaannya dapat 1 derajat atau 90 derajat, tetapi itu semua penyimpangan,
tidak lurus. Dan semua ketidakbenaran adalah dosa. Segala yang tidak benar adalah dosa. Tidak
ada kategori ketiga..................................

Saya memerhatikan bahwa begitu banyak pemercaya dihari-hari ini, sepertinya memiliki
kategori ketiga. Mungkin itu bukan kebenaran, tetapi juga bukan dosa. Kategori seperti ini tidak
ada dalam pemikiran Tuhan. Apa saja yang tidak benar adalah dosa.
Mari kita buka kitab Kisah Rasul 20, bagaimana penjelasan Paulus tentang pelayanannya di
Efesus, ditempat mana dia sudah mendapatkan hasil yang memuaskan dari seluruh
pelayanannya. Dia sedang berbicara dengan para tua-tua dari jemaat Efesus, karena dia
4162, N.Z., 12/94 Page 18

bermaksud untuk meninggalkan mereka. Dia berkata,”Kau tidak akan pernah melihat saya
didunia ini lagi” Dia memberikan pesan kasih dan peduli bagi jemaat disitu. Dalam ayat 20-21
mengenai pelayanan di Efesus.

“ Sungguhpun demikian saya tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu”
Saya sering merenungkan kalimat itu. “Saya tidak pernah melalaikan”. Tersirat seolah-olah
ada satu motivasi untuk tidak mengkhotbahkan seluruh kebenaran, karena hal itu akan memberi
dampak pada status sosial seseorang. Jikalau kau adalah seorang pelayan jemaat dalam satu
denominasi, mungkin akan mempengaruhi posisimu dalam denominasi tersebut. Jikalau kau
seorang tokoh masyarakat, mungkin akan mempengaruhi popularitasmu. Jadi Paulus berkata, “
Saya sudah memikirkan dan memutuskan bahwa tak ada satupun yang dapat mempengaruhi saya
untuk tidak memberitakan semua pesan”

“​Sungguhpun demikian saya tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua
kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam
perkumpulan-perkumpulan di rumah”

Saya menyukai pesan itu, bahwa pesannya tidak berubah apakah itu dalam pertemuan raya
ataupun dalam perkumpulan dirumah-rumah. Itu adalah pesan yang sama. Apakah pesan itu?

“​Saya senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya
mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.”

Pertama-tama apa yang disebutkan ? Iman atau pertobatan? Pertobatan. Bertobat pada
Tuhan. “Tuhan, maafkan saya. Saya seorang pendosa, saya sudah hidup menurut kehendakku”.
Kemudian beriman kepada Yesus, “ Yesus, saya percaya Engkau sudah menggantikanku.
Engkau mati disalib, engkau ambil alih dosa-dossaya”. Kau tidak dapat memiliki iman yang
benar dalam Yesus, sebelum kau bertobat pada Tuhan.
4162, N.Z., 12/94 Page 19

Perhatikan, Perjanjian Baru selalu konsisten. Pendapatku, Gereja perlu bertobat dalam hal
memperhalus pesan, menipu jemaat, memberikan pandangan palsu tentang arti menjadi seorang
Kristen yang benar. Kau tidak akan pernah menjadi seorang Kristen yang benar tanpa
pertobatan. Tidak ada iman tanpa pertobatan.
Alkitab mengajarkan bahwa semua manusia, dimana-mana harus bertobat. Mungkin kau
bertanya, mengapa semua manusia dimana-mana ? Mari kita lihat jawabannya di kitab Yesaya.
Yesaya 53:6, berkata :

“​Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,…..”

Perhatikan, disitulah masalah kita. Kita tidak perlu melsayakan pembunuhan, ataupun
perzinahan, atau mencuri sesuatu, atau bahkan tidak perlu berbohong. Akan tetapi, kita semua
sudah melsayakan satu perkara, kita sudah mengambil jalan sendiri. Jalan kita, bukan jalan
Tuhan. Itu satu-satunya persamaan yang ada pada kita, apapun denominasi kita atau latar
belakang ras kita. Apapun warna kulit kita, kita sudah mengambil jalan kita sendiri.

Kemudian, dikatakan :
“..​tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”
Itu satu kata yang keras, kejahatan. Apa maksudnya dengan mengambil jalan sendiri ? Itu
adalah kejahatan; pemberontakan, mengutamakan diri sendiri daripada Tuhan. Oleh sebab itu
Tuhan mewajibkan semua orang, dimanapun untuk bertobat. Ini disebabkan karena kita semua
sudah mengambil jalan sendiri. Kita semua peduli hanya pada diri sendiri, kita menyenangkan
diri kita, dan sama sekali tidak peduli pada Tuhan. Tuhan berkata, “Saya menerimamu, Saya
mengampuni engkau oleh sebab semua sudah dilsayakan Yesus, kalau saja kau bertobat. Itulah
kesimpulannya, pertobatan.

Saya mau mengatakan bahwa pertobatan dimulai dengan Tuhan. Semua yang baik, berawal
dengan Tuhan; kita semua bergantung pada kasih karunia Tuhan. Diluar kasih karuniaNya,
diluar pergerakan RohNya, kita tidak dapat bertobat. Ini dipaparkan dengan jelas dalam kitab
4162, N.Z., 12/94 Page 20

Mazmur 80. Frasa yang sama tertulis tiga kali dalam Mazmur ini. Versi yang saya baca ini, ayat
tiga berbunyi :

“​Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat.”

Bila terjemahan mengutip “pulihkan kami”, bahasa Ibraninya berbunyi “bawa kami
kembali”. Dengan kata lain, buat kami bertobat. Ada pengulangan tiga kali. Ayat 3.
“​Ya Allah, pulihkanlah kami, maka kami akan selamat.

Ayat 7:
“​pulihkanlah kami​ , ma​ ka kami akan selamat.

Ayat 19:
“Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, maka kami akan selamat”

Mengertikah kau? Kau tidak dapat bertobat, tanpa Tuhan yang memulihkanmu. Pemulihan
diawali oleh Tuhan. Oleh sebab itu, ini adalah satu momento yang penting dalam kehidupan
kita, apabila Tuhan mulai memulihkan kita, dan kita meremehkannya, dan menolaknya, kita
tidak dapat bertobat dari diri kita sendiri. Kita bergantung sepenuhnya pada Tuhan untuk
memprakarsai pertobatan kita.

Dalam buku Ratapan, pasal 5, ayat 21. Ratapan adalah jeritan duka Yeremia atas
kehancuran Jerusalem yang disebabkan karena pemberontakan tak henti terhadap Tuhan. Ayat
itu mengatakan, Ratapan 5:21, dan dalam terjemahannya “bawa kami kembali”. Kata ini sama
dengan kata yang dipakai dalam kitab Mazmur 80.

“Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah
hari-hari kami seperti dahulu kala! “
4162, N.Z., 12/94 Page 21

Atau kembalikan kami. Kembalikan kami dan kami akan kembali. Ini adalah pemikiran
yang memprihatinkan. Anda tidak dapat kembali, kecuali Tuhan melsayakannya. Oleh
karenanya, itu adalah satu momento yang sangat sensitip dalam kehidupan setiap orang.

Ada seorang lelaki muda, temanku di Angkatan Darat. Pada waktu saya diselamatkan,
hanya dialah satu-satunya saksi. Dia tahu perubahan dalam hidupku. Dan kemudian dalam
kesatuan yang sama, saya mulai memberikan pelajaran tentang Alkitab. Saya hanya berpikir,
bahwa saya harus melsayakan sesuatu. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana mengajar
disatu kelas Alkitab. Saya pikir, mungkin diawali dengan Perjanjian Baru. Dimana awalnya?
Pasal 1. Jadi saya mulai dengan silsilah keturunan Yesus. Saya lanjutkan dan ada empat atau
lima orang teman sesama prajurit yang hadir. Ini terjadi ditengah padang gurun Afrika Utara.
Dan lelaki muda temanku ini , dia adalah seorang teman yang baik, mendatangi saya dan berkata,
“ sorry, kawan, saya tidak akan hadir dalam kelas Alkitabmu lagi”. “mengapa ?”, tanysaya. Dia
menjawab, “ karena saya tahu, apabila kuteruskan, saya akan bertukar iman”. Bertahun
kemudian, saya bertemu dengan dia dalam keadaan yang benar-benar berbeda. Dia menjadi
orang yang betul-betul menyedihkan, yang pernah saya kenal. Dia memohon padsaya untuk
menolongnya. Saya mengusahakan segala cara. Saya berpengalaman untuk memimpin
seseorang kepada Tuhan, tetapi saya tidak dapat menolongnya. Saya dapat menolong isterinya,
dan isterinya diselamatkan. Saya tidak tahu bagaimana akhir kehidupannya, tetapi, oh, ini satu
peringatan untukku. Kau pikir kau dapat berubah, saat kau ingin berubah. Kau mungkin dapat
berkata, “ Tuhan, saya sibuk saat ini, kembalilah pada lain kesempatan” Itu tidak dapat kau
lsayakan. Saat dia ingin kembali,dia tidak dapat melsayakannya. Saya tidak mengatakan bahwa
lelaki muda itu sudah melewati batas pertobatan, dan saya juga tidak tahu bagaimana akhir
dirinya. Tetapi ini adalah satu pelajaran bagiku ! Lelaki itu tidak berkenan saat Tuhan berbicara
padanya untuk menerima keselamatan. Saat dia ingin diselamatkan, Tuhan tidak berbicara
padanya. Tahukah kau akhir dari kehidupanmu?.

Alkitab mengatakan bahwa hanya ada satu alternatip untuk bertobat dan ini terdapat dalam
kitab Lukas 13, beberapa ayat-ayat awal dalam pelayanan Yesus.
4162, N.Z., 12/94 Page 22

“​Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang
orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka
persembahkan.”

Kenyataannya, Pilatus mengeksekusi mereka, ketika mereka sebenarnya sedang melsayakan


upacara korban. Kau tentu berpikir hal itu untuk kebaikan mereka, tetapi Yesus menjawab :
“Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari
pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? “ . Tidak!
kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara
demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih
besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak!
kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara
demikian."

Hanya ada dua alternatip, bertobat atau binasa. Itu adalah kata-kata Yesus sendiri.

Kita sudah mengatakan bahwa pertobatan adalah jalan menuju Iman. Marilah kita
pertimbangkan sedikit keberadaan dari Iman itu, setelah itu kita akan melanjutkan sesi
berikutnya, Dalam kitab Roma 10:17, yang pernah saya kutip sebelumnya kepadamu, dikatakan
“​Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” Itu adalah satu
prinsip yang penting. Iman, seperti yang dipakai dalam Alkitab, selalu berarti iman kepada
Firman Tuhan. Itu hanya dapat berasal dari satu sumber, Firman Tuhan. Hanya memiliki satu
fokus, Firman Tuhan. Dalam Inggris kontemporer, kita mengatakan, saya sangat percaya pada
dokterku. Atau, saya percaya pada partai politik atau saya percaya pada obat atau diet tertentu.
Itu sah-sah saja, tidak ada yang salah dalam mempergunakan kata-kata itu. Tetapi itu tidak
Alkitabiah untuk kata iman. Iman di alkitab selalu berdasarkan Firman Tuhan. Apapun yang
tidak berdasarkan Firman, bukanlah Iman yang Alkitabiah.
4162, N.Z., 12/94 Page 23

Didalam kitab Ibrani 11, kita mendapatkan definisi dari Iman. Mungkin itu satu-satunya
kata yang diberi pengertian oleh Alkitab. Saya tidak ingat ada kata lain yang diberi pengertian
oleh Alkitab. Didalam Ibrani 11:1

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu
yang tidak kita lihat”

Jadi, tampak ada hubungan antara iman dan pengharapan. Saya bertemu dengan banyak
orang yang punya harapan saat mereka berpikir bahwa mereka beriman. Iman itu sekarang dan
disini, sedangkan harapan itu akan datang. Iman itu substansi/atau berwujud, iman itu begitu
nyata sehingga disebut substansi dan ada dalam hati kita. Atas dasar iman itu kita dapat
memiliki harapan yang sah untuk masa depan. Beda dengan harapan yang lain, harapan tanpa
dasar iman yang sah adalah angan-angan. Tetapi ingatlah, iman adalah satu substansi dalam hati
kita. Ada disitu saat ini.

Roma 10: 10 mengatakan :

“Sebab jika kamu mengsaya dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya
dalam hatimu, …maka kamu akan diselamatkan.”
Perhatikan, iman Alkitabiah bukan ada dalam pikiran, tetapi ada dalam hati. Kemudian
Paulus melanjutkan dengan berkata :

“Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,”

Didalam Perjanjian Baru, percaya adalah kata yang hidup. Bukan statik. Bukan ada diposisi
intelektual/pikiran. Itu sesuatu didalam hatimu yang menggiringmu kepada sesuatu yang baru.
Iman adalah kata kerja yang menunjukkan satu gerakan. Dengan iman kita percaya pada
keselamatan. Engkau dapat saja memiliki iman dengan intelekmu atau pemikiranmu dan tidak
akan pernah berubah. Secara intelek kau dapat saja merangkul seluruh doktrin-doktrin dalam
4162, N.Z., 12/94 Page 24

Alkitab tetapi engkau akan tetap sama. Akan tetapi apabila engkau memiliki iman di hatimu, itu
akan membawamu kepada keselamatan.

Iman itu sekarang, harapan itu masa depan. Iman ada dihati, harapan ada di pikiran. Dalam
1 Tesalonika 5:8, Paulus berbicara tentang kedua hal tersebut. Satu ungkapan yang menarik
yang dia pergunakan. 1 Tesalonika 5:8, Paulus berkata:

“Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan
kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.”

Kau perhatikan, ada dua peralatan perang. Iman adalah perisai. Apa yang dilindungi oleh
perisai? Hati bukan? Benar. Tetapi harapan adalah ketopong. Apa yang dilindungi oleh
ketopong?. Kepala..benar. Jadi iman ada dalam hati, harapan ada di pikiran.

Jadi, iman itu sangat penting, karena setiap Kristen yang benar harus selalu optimis. Kalau
kau seorang pesimis, sebenarnya itu satu penolakan atas imanmu. Saya memberikan definisi
harapan sebagai berikut, ​suatu keyakinan yang kuat atas sesuatu yang baik ​berdasarkan
Firman Tuhan. Dan setiap orang dari kita yang adalah orang-orang percaya, memiliki kekuatan
percaya atas sesuatu yang baik. Oleh karena, apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, kita akan
ada bersama-sama Yesus untuk selama-lamanya. Kalau itu harapanmu, kau akan depresi, kau
akan patah semangat, tetapi kau tidak pernah menyerah, oleh karena kau memiliki harapan yang
didasarkan atas iman.
Kita kembali kepada kitab Ibrani 11 dan melihat beberapa pernyataan-pernyataan tentang
iman. Dalam kitab Ibrani yang indah ini, pasal mengenai Iman. Ibrani 11:3, mengatakan :

“ Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah,
sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.’
4162, N.Z., 12/94 Page 25

Adalah penting untuk mengerti, bahwa iman menghubungkan dirimu dengan sesuatu yang
tak terlihat. Iman tidaklah didasarkan atas apa-apa yang terlihat.. Iman membawa kita jauh
melampaui alam indera-indera kita menuju ke alam yang tak kelihatan.

Dan di 2 Korintus 5:7, Paulus mengatakan :

“--sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-“

Disini dapat dilihat adanya alternatip-alternatip. Jikalau kau dapat melihatnya, kau tidak
perlu percaya. Kau perlu percaya apabila kau tidak dapat melihatnya. Jadi Paulus mengatakan
bahwa kita hidup karena percaya. Kita hidup bukan karena kita melihat, kita hidup karena kita
percaya.

Dan didepan kubur Lazarus, Yesus berkata kepada Marta:

"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat
kemuliaan Allah?"

Jika demikian, yang mana terlebih dahulu, percaya atau melihat.? Percaya, benar sekali.
Banyak orang akan mengatakan, “Apabila saya sudah melihatnya, saya akan percaya”. Tidak
demikian, itu tidak benar, karena apabila kau sudah melihatnya, kau tidak perlu percaya lagi.
Kau perlu untuk percaya apabila kau tidak dapat melihatnya. Kita berjalan dengan iman, bukan
dengan melihat. Begitu banyak orang yang telah kutemui, dan mereka berkata: “ Oh, seandainya
saya dapat melihatnya, saya akan percaya”. Akan tetapi itu tidak benar. Kau tidak butuh untuk
percaya. Kau membutuhkan ‘percaya’ apabila kau tidak melihatnya. Kita berjalan dengan iman,
bukan dengan melihat.

Saya ingin mengatakannya dalam dua bahasa aslinya yaitu Yunani dan Ibrani, iman bukan
semata-mata isu suatu doktrin, itu adalah masalah karakter atau watak. Pemikiran injili kita yang
salah. Kita selalu berusaha untuk berbicara tentang iman sebagai rangkuman intelek kita atas
4162, N.Z., 12/94 Page 26

doktrin tertentu. Yang utama, iman adalah persoalan watak atau karakter. Ini benar menurut
ucapan Ibrani ​emanau,​ bahasa Yunani, pengucapannya adalah ​pistos​. Kedua-duanya berarti
kesetiaan, tunduk dan komitmen.

Yesus berkata kepada murid-muridNya, “​Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama


dengan Saya dalam segala pencobaan yang Saya alami. ” Itu adalah iman, terus setia bersama
Yesus. Itu adalah komitmen pribadi terhadap seseorang.

Iman menghubungkan kita dengan Yesus, sebagai Imam Besar kita, saat kita mengsayainya.
Ibrani 3:1 mengatakan :

“​pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita sayai, yaitu Yesus,”

Kau harus mengingatnya. Itu teramat sangat penting. Yesus adalah Iman Besar atas
pengsayaanmu. Jikalau kau mengatakannya, Dia adalah Imam Besarmu. Jikalau kau tetap diam,
Dia tidak akan pernah menjadi Imam Besarmu. Oleh karena itu sangat penting untuk mengsayai
imanmu.

Dan dalam kitab Ibrani 4: 14, dikatakan :

“​Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit,
yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengsayaan iman kita.”
Kita mengsaya, kita di cobai, tetapi kita tetap pegang teguh. Selama kita tetap teguh, Yesus
adalah Imam Besarku.

Tetapi didalam Ibrani 10, kita dibawa untuk naik setingkat lebih tinggi. Ibrani 10:21 berkata
:​“d​ an kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah……(ayat 23)… kita
teguh berpegang pada pengsayaan tentang pengharapan kita, “
Perhatikan, kita sudah mengalami kemajuan, dari Iman kepada harapan. Kita memiliki
harapan berdasarkan iman kita. Kita sudah mengsayai iman kita, kini kita mengsayai harapan
4162, N.Z., 12/94 Page 27

kita. Itu dikatakan tanpa keraguan. Mengapa dikatakan seperti itu? Mengapa dikatakan tanpa
keraguan? Mengapa dikatakan pegang teguh pengsayaan iman kita? Ini disebabkan, akan
banyak sekali kekuatan-kekuatan yang akan melawan kita, banyak tekanan-tekanan akan kita
hadapi, banyak peristiwa-peristiwa yang akan membuat kita kecil hati dan meremehkan iman. Ini
adalah perjuangan atas tekad. Ini sebuah perjuangan atas daya tahan.

Akhirnya, dengan enggan saya harus mengatakan, bahwa iman akan dicoba. Iman yang
tidak dicobai, tidak berharga dimata Tuhan. Yesus mengatakan kepada jemaat Laodecia:

“​Maka Saya menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api,”

Itu adalah iman yang sejati, yang bertahan terhadap pencobaan. Dizaman lampau, emas
yang belum dimurnikan dalam api, dianggap tidak berharga. Iman yang tidak pernah dicobai
tidak berharga bagi Tuhan.

Saya akan mengutip Yakobus 1:2-4, sebelum kita akhiri.


“​Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi
sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

Kau ingin menjadi sempurna dan lengkap, bukan ? Maka biarkanlah daya tahan melsayakan
tugasnya dengan sempurna. Itulah pencobaan yang harus kau lalui. Dan Petrus mengatakan
disuatu kesempatan :
…​” ​Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih
tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu
memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan
diri-Nya.”
4162, N.Z., 12/94 Page 28

Dan perkenankan saya menyampaikan kata akhir untukmu, yang mungkin kau tidak
berkenan itu diucapkan, yaitu hanya ada satu cara untuk belajar memiliki daya tahan. Kau tentu
mengetahuinya, bukan? Ya, tekun….itu benar sekali.

Tuhan memberkatimu.

Anda mungkin juga menyukai