UMUM
1. Umum
A. Karakter Umum
Orang yang berkarakter tulus mudah menyendiri, karena itu perlu diimbangi
dengan karakter umum.
B. Arti Umum
Umum di sini berarti tidak menyendiri, tidak individualistis, tidak sebatang kara,
tidak meluhurkan diri sendiri dan tidak ingin baik sendiri.
Jika Anda hanya bisa berdoa sendirian, membaca Alkitab sendirian, tidak bisa
melakukannya bersama orang lain, itu berarti Anda tidak umum. Jika harta kekayaan
Anda hanya untuk dinikmati Anda sendiri, tidak memperhatikan orang lain; Anda
berkelebihan tetapi tidak mau membantu yang berkekurangan, itu berarti tidak umum.
Orang yang menyendiri tidak mudah cocok dengan orang lain, itu pun tidak umum.
Seorang diri bersembunyi, menuntut rohani, bersekutu dengan Tuhan, enggan
berkontak dengan orang lain atau bersekutu dengan sesama orang imani, itu pertanda
tidak umum. Hanya tahu diri sendiri, tidak menghiraukan bagaimana keadaan gereja
dan saudara saudari, itu tidak umum.
Seorang saudara pernah bertanya, "Di atas bukit, Tuhan pernah mengajarkan,
bahwa ketika berdoa, kita harus menutup pintu. Begitu aku menutup pintu kamar, aku
bisa berdoa selama dua jam. Tetapi ketika aku berlutut berdoa bersama saudara lain,
doaku tidak bisa keluar. Mengapa demikian?" Saudara yang senior menjawab, "Itu tak
lain karena Anda sudah terbiasa menyendiri. Anda tak pernah bersandar pada orang
lain, Anda tidak merasa memerlukan orang-orang yang bersama-sama menjadi
Umum 3
anggota. Anda bisa berdoa sendirian, bisa membaca Alkitab sendirian. Maaf, saya
sedikit mengisahkan tentang diri sendiri. Sering kali saya berlutut berdoa sendirian,
baru mengucapkan beberapa kata, saya tidak tahan, dan berharap bisa mencari
beberapa saudara untuk berdoa bersama. Adakalanya dalam batin saya ada beban,
saya perlu beberapa saudara saudari berdoa bersama saya, demikian barulah lega.
Berdoa sendirian seolah-olah mustahil. Adakalanya pula saya tidak bisa memahami
salah satu pasal Alkitab, sekalipun sudah berusaha keras. Saya sadar, saya perlu
membacanya bersama beberapa saudara. Sungguh ajaib, begitu membaca Alkitab
bersama mereka, sebentar saja saya sudah dapat memahaminya. Hanya bisa berdoa
sendiri, tidak bisa berdoa bersama saudara-saudara, itu berarti menyendiri, dan itu
tidak umum. Karakter demikian perlu disingkirkan. Harus umum, harus juga berdoa
dan membaca Alkitab bersama saudara saudari lainnya. Karakter umum ini perlu kita
bina."
Banyak orang yang menuntut rohani secara individual, akhirnya menjadi orang
tua sebatang kara, tidak melahirkan generasi penerus; hampir tidak ada yang
terkecuali. Semua orang yang menuntut kerohanian secara pribadi, akhirnya pasti
menjadi orang tua sebatang kara, tidak membawa jiwa beroleh selamat, pun tidak
membawa orang lain bertumbuh di dalam Tuhan. Kita boleh melihat sejarah, fakta
membungkam setiap bantahan. Hanya yang hidup di dalam Tubuh, menempuh hidup
Tubuh, berkoordinasi dengan orang lain, barulah penginjilannya berhasil, bisa
membawa jiwa beroleh selamat, ada keturunan rohani, bisa membangun orang lain
dan bisa memperoleh berkat Tuhan.
Dalam kitab Hagai, Allah menegor orang yang hanya memperhatikan rumahnya
sendiri. Orang yang hanya mengharapkan dirinya sendiri yang bangun, rohani, dan
bergairah, pada prinsipnya sama. Allah tidak memberkatinya. Hari ini, jika Anda bisa
tidak memperhatikan keadaan diri sendiri, melainkan memperhatikan anak-anak Allah,
itu berarti memperhatikan rumah Allah, dan pasti segera nampak berkat Allah tiba.
Rohani sendirian tanpa berkoordinasi dengan orang lain, itu tidak umum, dan
tanpa pembangunan. Pernah seorang saudari berkata kepada seorang saudara,
"Tahukah Anda, bahwa di tengah-tengah kita ada saudari yang sangat rohani dan
sangat baik?" Saudara itu bertanya, "Dari manakah Anda menilainya rohani dan baik?"
Saudari tadi menjawab, "Ia nampak begitu rendah hati dan lembut. Ketika berbicara,
ia selalu tenang, berjalan pun sopan. Ketika kami bersamanya, tak pernah kami
melihatnya gusar atau tergesa-gesa. Ia sungguh seorang yang lemah lembut." Saudara
itu bertanya lagi, "Apakah saudari tersebut sering bersama saudari-saudari lain?
4 Karakter
Apakah ia itu rohani sendirian, atau rohani bersama saudari-saudari lain sambil
berkoordinasi?" Saudari itu mengaku, bahwa saudari tersebut rohani sendirian.
Namun saudari itu segera membelanya, mengatakan, "Ia begitu rohani sehingga kami
tidak dapat mengikuti dia. Itulah sebabnya ia menjadi rohani sendirian." Saudara itu
lalu berkata, "Saudari tersebut seharusnya dibawa ke toko permata, menjadi satu
barang pajangan yang indah. Gereja tidak memerlukan saudari semacam itu. Yang
diperlukan gereja adalah saudari yang bisa berkoordinasi dengan orang-orang yang
ada di sekeliling, di atas, dan di bawahnya."
Ada orang terhadap harta benda juga hanya untuk dirinya sendiri, tidak bersikap
umum; hanya untuk dirinya sendiri, tidak digunakan untuk gereja. Ketika saudara
Witness Lee melayani di daerah utara Tiongkok, ada orang berkata kepadanya,
"Saudara Lee, di denominasi anu ada seorang penatua (ia sangat mengenal penatua
tersebut), di belakang Anda ia mengecam khotbah Anda habis-habisan." Saudara Lee
berkata, "Penatua itu tidak pernah datang mendengar khotbah saya, bagaimana ia
dapat mengecam khotbah saya?" "Ia diberitahu keluarganya yang mendengar khotbah
di sini. Setelah diberitahu, ia lalu mengecam habis-habisan khotbah Anda." Saudara
Lee berkata kepadanya, "Saya harap Anda sendiri menyampaikan apa yang ingin saya
katakan kepada penatua tersebut. Beritahukan kepadanya begini: Asalkan semua
hartanya dihitung dan dijamah oleh Tuhan, ia akan tahu benar tidaknya khotbah
saya." Sejak perkataan itu disampaikan kepadanya, hingga hari ini, saudara Lee tidak
pernah mendengar penatua tersebut mengecam khotbahnya lagi. Justru perkataan itu
yang menutup mulutnya.
Dapatkah Anda membiarkan Tuhan menghitung dan menjamah semua harta Anda?
Berapakah yang sudah Anda gunakan untuk "umum"? Ada orang yang tidak rela
mengeluarkan sedikit hartanya demi kesejahteraan orang banyak, hanya tahu
menimbun harta untuk dirinya sendiri, selamanya tak pernah memberi. Ia hanya
mementingkan diri sendiri, tanpa mementingkan umum.
Ketika bani Israel keluar dari Mesir, mereka menjadi umat Allah, dan kerajaan
yang dikuasai Allah (Mazmur 114:1-2). Setiap langkah mereka, baik berangkat maupun
berkemah, dipimpin oleh tiang awan yang menyertai mereka (Bilangan 9:15-23).
Semua bergerak bersama-sama, tidak bertindak sendiri-sendiri.
Demikian pula, di dalam gereja, setiap orang harus menerima pimpinan minister,
untuk ministri itu, dan maju bersama. Gereja semula justru "bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul . . ." (Kisah Para Rasul 2:42). Tidak dapat bertindak menurut kemauan diri
sendiri.
dapat berdiri di depan gerbang surga dan tidak terjerumus ke neraka. Itu sudah
cukup."
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1935. Konsepsi dan perasaannya sama sekali
tertuju kepada kesejahteraan dan keamanan dirinya sendiri. Sungguh kasihan!
Hari ini Tuhan membelaskasihani kita. Ia telah mencelikkan mata hati kita,
sehingga kita nampak Allah mempunyai suatu kebutuhan yang sangat mulia dan
besar dalam alam semesta. Ia membutuhkan satu rumah (keluarga), bait yang hidup,
tempat kediaman yang hidup nyata di bumi. Ia menyelamatkan manusia, tidak hanya
menghendaki manusia mengasihi Dia, menuntut kerohanian, bahkan menghendaki
manusia terlepas dari kerohanian yang individual, sendirian dan sebatang kara, agar
dapat bersama semua anak Allah membangun rumah Allah, dan bersama-sama
menikmati kekayaan keluarga Allah.
Kehendak Allah ialah agar kita menjadi seorang yang dibangun. Jika ingin
dibangun, pertama-tama Anda harus meninggalkan sifat menyendiri, belajar bersatu
dengan saudara saudari yang berdekatan. Tak peduli bagaimana berbedanya selera,
watak dan pandangan mereka dengan Anda, bagaimanapun kita semua wajib bersatu.
Memang hal ini membuat orang merasa sangat tidak bebas, tapi ini adalah keharusan.
Pada tahun 1958, beberapa saudara melancong ke Yerusalem. Di sana mereka
bertanya dan ingin tahu, apakah di gunung Libanon masih terdapat pohon aras. Orang
di sana memberitahu, bahwa sekarang pohon itu sangat sedikit, hanya tersisa 200
batang lebih. Jika ingin melihat pun harus naik gunung dengan mobil. Seorang
saudara lalu berpikir, "Andaikata hari ini kita menjadi sebuah pohon aras di atas
gunung Libanon, maka banyak orang akan datang dari seluruh dunia, melihat-lihat kita.
Dan kita akan merasa mulia. Ketika kita dipuji orang, pasti batin kita akan merasa
bangga. Namun, Allah tidak mengijinkan adanya hal demikian. Allah tidak
menghendaki pohon aras ini tetap berada di puncak Libanon. Allah akan
mengambilnya, menanggulanginya, bekerja di atasnya. Hingga suatu hari, ketika ia
menjadi sebatang papan dalam bait suci, dan orang masuk ke dalam bait menyembah
Allah, hanya merasa ada Allah, tidak merasa yang lain."
Hari ini, kita ingin menjadi pohon aras di atas gunung Libanon, atau menjadi
sebuah papan yang tersusun di bait suci? Untuk apakah kita sebenarnya? Untuk
Tuhan atau diri sendiri? Di sini kita harus mengorbankan pribadi demi umum, demi
Kristus dan gereja-Nya.
saya benar-benar dan dengan riil telah bersatu dengan saudara saudari di dalam
Tuhan itu. Hal ini akan mengancam musuh, dan merupakan satu kesaksian."
dari Mesir, ia rela mengorbankan kesenangan dalam istana raja. Ketika umat Allah
menyembah patung anak lembu emas dan itu mengundang murka Allah, Allah berkata
kepada Musa, bahwa Ia akan memusnahkan mereka, dan kemudian menjadikan
keturunannya (Musa) kerajaan besar. Namun Musa tidak egoistis, tidak ingin
keturunannya menjadi bangsa besar, malahan dia mohon Allah mengampuni mereka,
demi mereka, ia merelakan dirinya sendiri menjadi domba penebus dosa mereka. Ia
berkata kepada Allah, "Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka
itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah
Kautulis" (Keluaran 32:32).
Pada tangal 1 Maret 1950 saudara Watchman Nee menulis sepucuk surat kepada
saudara K.H. Weigh, yang di antaranya memuat kalimat demikian: "Orang yang
memimpin, harus belajar mengasihi orang lain, memikirkan orang lain,
memperhatikan orang lain, berkorban bagi orang lain, dan rela memberikan segala-
galanya kepada orang lain. Jika tidak dapat berkorban diri untuk orang lain, ia tidak
layak menjadi pemimpin. Belajarlah memberikan segalanya kepada orang lain,
sekalipun kamu nampaknya tidak memiliki apa-apa, maka Tuhan akan mencurahkan
berkat-Nya."
Saudara Watchman Nee sendiri juga adalah seorang yang mengorbankan diri
demi orang banyak. Untuk memasok keperluan sekerja, ia mengusahakan sebuah
pabrik farmasi "Sen Hua", menjadi seperti seorang janda yang menikah lagi demi
menghidupi anak-anaknya. Akhirnya ia malah menderita disalahpahami dan dikucilkan.
Dari hasil usaha tersebut, ia pernah menyerahkan emas sebanyak 37 batang untuk
membangun balai sidang besar di Shanghai.
Hudson Taylor juga seorang yang mengorbankan segala-galanya demi penginjilan
dan penyelamatan jiwa di Cina. Ia berkata, "Jika aku ada seribu ponsterling (mata
uang Inggris), boleh diambil seluruhnya untuk Cina, dan jika aku ada seribu nyawa,
tidak kusisakan satu nyawa pun yang tidak untuk Cina."
D. Mendahulukan Umum
Segala yang bermanfaat bagi gereja, lakukanlah; yang tidak bermanfaat bagi
gereja, jangan dilakukan. Jangan mendahulukan pribadi, melainkan umum (orang
banyak), dan terutama dahulukanlah gereja. Yang baik, berikan kepada gereja, yang
kurang baik, tinggalkan untuk pribadi. Itulah artinya mendahulukan gereja.
Di dalam gereja, lebih baik mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk
mengajar orang lain, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh. Tanpa ada yang
Umum 11
menerjemahkan, bahasa roh tidak akan membina orang, maka tidak seharusnya
diucapkan. Semua itu berarti mengutamakan umum, dalam hal ini gereja.
Jangan hanya berdoa untuk diri sendiri, tapi harus berdoa dulu untuk kepentingan
Allah, gereja dan semua orang. Itu pun berarti mengutamakan umum. Dalam doa
yang diajarkan Tuhan Yesus, dikatakan, "Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah
namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga..."
(Matius 6:9-10). Pesan Paulus kepada Timotius, "Pertama-tama aku menasihatkan:
Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk
raja-raja, dan untuk semua pembesar, . . ." (I Timotius 2:1-2). Paulus berpesan kepada
kaum imani Efesus, "Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di
dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak
putus-putusnya untuk segala orang kudus, juga untuk aku . . . " (Efesus 6:18-19).
Daud berdoa untuk Yerusalem, agar Allah memberi damai sejahtera dan berkat
bagi baitNya (Mazmur 122: 6-9). "Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam
kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, sesungguhnya aku
tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap,
sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari
Yakub" (Mazmur 132:3-5). Seorang saudara berkata, "Barangsiapa ingin berguna di
tangan Tuhan, ia harus sering berlutut di hadapan Allah, dan dengan air mata serta
jiwa yang tercurah, berdoa bagi gereja."
sukacita menderita segala rugi, agar orang yang berdekatan dengan Tuhan menerima
kelegaan. . . belajar mengenal Engkau adalah hiburanku, dan agar orang lain berkenan,
sepanjang usiaku."
Kristus adalah pokok anggur. Buah anggur diperas menjadi arak, untuk
menyenangkan manusia. Dalam kitab Hakim-Hakim 9:13 tercantum, "Tetapi jawab
pohon anggur itu kepada mereka: Masakan aku meninggalkan air buah anggurku,
yang menyukakan hati Allah dan manusia . . . " Kita harus mengalami Kristus sebagai
pohon anggur yang menghasilkan air anggur, mengalami pengorbananNya, sehingga
menyukakan hati Allah dan manusia.
Saudara Watchman Nee berkata, bahwa bertahun-tahun yang lalu, ketika ia di
Taipei, Taiwan, banyak saudara saudari yang bersama-sama menerima bantuan
rohaninya. Di antaranya ada seorang saudari yang selalu menggerutu. Waktu mandi ia
menggerutu karena airnya kurang hangat; waktu makan, ia menggerutu nasinya
terlalu dingin. Sepanjang hari ia selalu mengeluh mengapa begini, mengapa begitu. Ia
membuat orang-orang yang tinggal bersamanya pusing, sebab menurut dia tak
seorang pun dapat menyukakannya. Hal demikian disebabkan saudari itu sama sekali
tidak pernah belajar mengorbankan dirinya sendiri. Ia tak pernah belajar bagaimana
menerapkan Kristus yang berkorban dalam keadaan sekitarnya. Ia sendiri adalah
seorang yang tanpa sukacita, ia juga tak dapat membuat siapa pun bersukacita. Ia tak
pernah mengalami Kristus sebagai penghasil anggur, yang mempersembahkan diriNya,
yang menghasilkan anggur, bagi Allah dan manusia.
Orang yang paling sukacita adalah orang yang paling tidak individualistis. Orang
yang paling individualistis adalah orang yang paling sengsara. Mereka selalu berseru,
"Kasihanilah aku! Berlakulah baik sedikit terhadapku!" Mereka mirip pengemis, selalu
meminta-minta. Orang yang berkorban adalah orang yang bersukacita. Kehidupan
(hayat) alamiah kita adalah kehidupan yang egoistis. Hanya mengalami kehidupan
pengorbananNya, baru memungkinkan Anda berkorban bagi Allah dan manusia. Kalau
demikian, Anda akan menjadi orang yang paling bersukacita. Setiap orang yang
berkontak dengan Anda akan merasa sukacita karena Anda, Anda pun akan
membawakan sukacita kepada Allah.
Saudara Watchman Nee berkata, "Hendaknya Anda ingat akan satu perkara yang
pantang Anda lakukan, yaitu orang lain berkorban, merugi untuk Anda, supaya Anda
beroleh pelayanan mereka, dan dengan egoistis mendapat suplai mereka."
Umum 13
LYD
14 Karakter