Anda di halaman 1dari 22

Meletakkan dasar

Iman dan Perbuatan

Dan malam ini pernyataan kita langsung berhubungan dengan tema yang akan kusampaikan.
Diambil dari Efesus 2:8-10:

“​Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, - itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita
ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan
Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya​.”

Sekarang aku akan melanjutkan dengan tema yang dimulai dalam sesi sebelumnya; yaitu,
menelaah 6 fondasi doktrin dari iman Kristiani yang tertulis di Ibrani 6:1 dan 2, aku akan merangkumnya.
Pertobatan dari perbuatan yang sia-sia, iman pada Tuhan, doktrin pembaptisan, tumpang tangan,
kebangkitan orang mati dan penghakiman abadi. Pada sesi sebelumnya aku membahas tema “Dari
bertobat menuju Iman ” Aku membahas pertobatan, lalu aku mulai membahas soal iman. Aku ingin
melanjutkan malam ini dengan membahas iman dan temanya adalah “Iman dan perbuatan,” dua kata
sederhana yang sangat umum digunakan di Perjanjian Baru, walaupun begitu mengejutkan bagaimana
banyak anak Tuhan tidak memiliki pengertian yang jelas mengenai hubungan antara iman dan perbuatan.

Aku mau mengatakan bahwa iman, adalah apa yang kita percayai, dan perbuatan, adalah apa
yang kita lakukan. Bagaimana sebenarnya hubungan yang benar antara apa yang kita percayai dan yang
kita lakukan?

Aku akan mengawalinya dengan menerangkan sedikit mengenai Injil. Begitu banyak diantara
kita yang memakai istilah “Injil”, dan membicarakannya seolah-olah kita begitu yakin akan apa yang kita
maksudkan. Sebenarnya, banyak orang yang berbicara tentang Injil dan tidak sadar apa sebenarnya Injil
itu. Ini diterangkan dengan jelas oleh Paulus dalam kitab 1 Korintus 15:1-5, 1 Korintus 15:1-5

“​Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan
kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri”.​ ​Oleh Injil itu kamu
diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali
kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.

Selanjutnya Paulus melanjutkan pernyataan tentang Injil. Injil di nyatakan dalam tiga kenyataan
sejarah yang sederhana. Tidak rumit.

“​Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,
ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah
dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;​”

Jadi Injil terdiri dari tiga fakta sejarah yang sederhana, yaitu Kristus mati untuk dosa-dosa kita,
Dia dikuburkan dan dibangkitkan kembali pada hari ketiga. Apabila ketiga fakta itu tidak disebutkan,
maka Injil tidak di khotbahkan. Oleh karena banyak sebutan pekabaran Injil, tetapi sebenarnya tidak
terdapat Injil didalamnya. Itu adalah tiga fakta vital yang perlu kita pegang teguh: Kristus mati untuk
dosa-dosa kita, Dia dikuburkan dan Dia dibangkitkan kembali pada hari yang ketiga.
Dan pembuktian pertama dari yang berwenang, bukan dari saksi mata yang melihat Dia setelah
Dia bangkit, tetapi dari Kitab Suci. Itulah wewenang tertinggi. Dua kali Paulus mengatakan “sesuai
dengan Kitab Suci”. Kemudian dia memberikan daftar dari para saksi mata dari kebangkitanNya. Tetapi
camkan, bahwa wewenang terakhir dalam semua masalah iman adalah Kitab Suci.

Paulus selanjutnya mengatakan bahwa apabila kita mau menerima kenyataan yang sederhana ini
dengan iman, tanpa kerja, tanpa melakukan apa-apa, maka kebenaran itu akan diperhitungkan pada kita.
Kita dianggap benar. Sangat penting untuk di ingat bahwa Paulus mengatakan bukan karena apa yang
kita lakukan, tetapi karena kita percaya. Bukan karena kerja, tetapi karena iman. Didalam kitab Roma,
pasal 4, sebagai kelanjutan dari pengajaran ini, Paulus mengatakan kita dapat belajar dari Abraham, sebab
dikatakan bahwa kebenaran diperhitungkan pada Abraham oleh karena iman. Paulus kemudian
membahas pengajaran ini. Roma 4 :

“Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai
haknya”.
Apabila kau bekerja untuk seseorang, dan menerima upahmu, itu bukanlah karunia, itu adalah
piutangmu. Tetapi itu bukanlah cara kita menerima kebenaran, lanjutnya. Bukan oleh karena pekerjaan
kita, itu bukanlah sesuatu yang wajib kita terima.

Pernyataan Paulus selanjutnya sangat luar biasa, dan aku mengatakan padamu, seandainya kau
tidak pernah kagum atas apa yang kau baca dalam Alkitab, maka sebenarnya kau belum membaca
Alkitab. Karena Alkitab berisi pernyataan-pernyataan yang luar biasa. Paulus mengatakan dalam kitab
Roma 4: 5

“​Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan
orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.”​

Jadi apabila kau menginginkan imanmu diperhitungkan sebagai kebenaran, pertama-tama apa
yang harus dikerjakan? Berhenti bekerja. “Bagi dia yang tidak bekerja”. Selama kau berpendapat bahwa
kau bisa mendapatkannya oleh karena kau sudah berusaha, kau tidak akan pernah menerima kebenaran
itu. Ini perkara yang terberat bagi orang percaya. Kita telah terbiasa dengan ide ‘kita wajib melakukan
sesuatu untuk perkenan Tuhan’. Perkenannan tidak didapatkan karena hasil kerja. Kasih karunia bukan
hasil kerjamu. Menurut definisinya keduanya bukanlah hasil yang didapatkan karena bekerja. Oleh
karena itu, apabila kau ingin dianggap benar oleh Tuhan, pertama-tama kau harus berhenti berusaha.
Jangan bekerja. Itu satu pernyataan awal yang mengejutkan bagi banyak orang, tetapi Alkitab adalah
buku yang luar biasa. Lebih hebat dari apa yang sebagian besar kita bayangkan.

Bagaimana sebenarnya hubungan iman dan pekerjaan? Bukan berarti pekerjaan tidak penting
disini, ini adalah aturan dimana kita berada. Ruth dan aku mengutip Efesus 2, yang aku buka disini.
Efesus 2: 8-10

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
​ …
pemberian Allah,”…

Kita tidak dapat berbangga atas kenyataan bahwa kita beriman, kita punya iman karena Tuhan
mengaruniakannya kepada kita. Itu adalah sesuatu yang tidak dapat kita hasilkan sendiri.
Kemudian, dikatakan :
…​itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Dibanyak tempat diceriterakan tentang orang-orang yang yakin bahwa mereka telah dibenarkan,
karena usaha mereka. Tidak, menurut Paulus, supaya mereka tidak bermegah. Perhatikan,
meng-agama-kan pekerjaan membangkitkan keangkuhan manusia. Dan keangkuhan adalah dosa dasar
yang terbesar. Jadi Tuhan telah menahbiskan satu cara untuk dibenarkan tanpa membangkitkan
perasaan angkuh atau kesombongan kita.

Apabila kau memperhatikan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang rumit, aku tidak ingin
menyebutkannya, karena aku tidak mau terlihat seolah-olah sedang menyerang sesuatu, akan tetapi
sebenarnya bertambah rumit kepercayaan mereka, bertambah angkuh mereka adanya. Mereka melakukan
hal-hal yang berat dan sulit, seperti berpuasa, berkorban dan lain-lain. Semua ini membangkitkan
kesombongan. Tuhan menolak kesombongan, tetapi memberikan karunia bagi yang rendah hati. Oleh
sebab itu, Tuhan telah menciptakan jalan untuk dibenarkan olehNya tanpa membangkitkan kesombongan
kita.

Mari kita bicara tentang orang-orang Kristen, aku tidak tahu apakah kau pernah memperhatikan
hal ini. Orang Kristen yang mengenal hukum(legalistik), sangat keras memegang aturan-aturan,
seringkali bukanlah orang yang menyenangkan, pernahkah kau memperhatikan hal itu? Apabila
berhubungan dengan mereka karena cinta kasih, kau tidak akan puas. Sebenarnya, legalistik dan cinta
kasih saling berlawanan. Oleh karena itu kita harus senantiasa waspada terhadap segala sesuatu yang
membuat kita memelihara kesombongan. Dan agama pada dasarnya memelihara kesombongan. Apabila
agama itu tanpa kasih karunia Tuhan, maka kita sudah memelihara kesombongan.

Akan tetapi, ada tempat untuk hasil kerja. Hasil kerja bukannya tidak penting, hanya harus
ditempatkan pada posisi yang tepat. Efesus 2:10 sangat jelas mengungkapkannya.

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik,
yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”

Apabila Tuhan sudah menciptakan kita baru didalam Kristus, dan Alkitab berkata apabila
seseorang dalam Kristus, maka dia adalah ciptaan baru. Dan Tuhan sudah mempersiapkan kelayakan
bagi ciptaan tersebut. Akan tetapi manusia lama kita tidak dapat berjalan dalam karya terbaik yang
Tuhan sudah persiapkan. Kau harus diciptakan kembali dalam iman, sebelum kau dapat berjalan dalam
kelayakan itu. Pada akhirnya kelayakan adalah sesuatu yang sangat penting. Akan tetapi aturannya harus
benar. Pertama, ciptaan baru melalui iman; kemudian kelayakan yang diciptakan Tuhan buat kita.

Aku tidak tahu, apakah kau sadar bahwa setelah mengalami kelahiran baru dalam Kristus, kau
tidak perlu memikirkan apa yang harus kau lakukan bagi Tuhan. Tuhan sudah mempersiapkannya. Yang
perlu kau kerjakan adalah mencari apa yang sebelumnya sudah Tuhan sediakan untukmu. Jangan
mencoba untuk membuat rencana kehidupanmu sendiri, cari tahu apa rencana Tuhan untukmu. Dalam
banyak seringkali itu berbeda dengan pengharapan kita.

Aku beri contoh dari pengalamanku sendiri. Aku, anak tunggal, tidak memiliki saudara lelaki
ataupun perempuan. Aku dibesarkan diasrama sekolah sejak usia sembilan sampai dengan duapuluh lima
tahun. Aku jarang bertemu dengan gadis-gadis, kecuali beberapa teman gadis. Sebenarnya, para gadis
adalah sosok misteri dimana cara berhubungan dengan mereka tidak kumengerti. Tetapi saat Tuhan
memanggil aku, aku menikahi seorang perempuan yang memiliki rumah penampungan anak-anak. Jadi
pada waktu yang bersamaan, saat aku menikahinya aku sudah menjadi ayah angkat dari delapan anak.
Kau lihat, tentu tidak pernah terpikir bahwa itu adalah hal yang tepat untuk seorang Derek Prince.
Apabila aku yang merencanakan hidupku, hal itu tidak akan terjadi. Tetapi itu adalah kelayakan yang
sudah Tuhan persiapkan untuk aku jalankan. Walaupun ada kegagalan-kegagalan, aku mendapatkan
kepuasan karena sadar bahwa sebenarnya aku sudah berjalan dalam kelayakan yang Tuhan siapkan
untukku.
Baiklah sekarang kita membahas sedikit tentang definisi dan ini membutuhkan pemikiran yang
jernih. Bahkan, kau harus memiliki pikiran yang jernih sepanjang waktu! Berapa banyak diantara kalian
setuju dengan itu? Secara singkat kita akan membahas sifat alami dari karunia. Karunia adalah satu kata
yang indah, tetapi seringkali disalah gunakan. Aku sedang berkhotbah disuatu gereja dan mengatakan, “
Gereja-gereja yang menamakan dirinya Gereja karunia, pengetahuannya tentang karunia paling minim”
Aku baru sadar bahwa sebenarnya aku sedang berkhotbah justru disalah satu gereja semacam itu!
Walaupun demikian, itu adalah sesuatu yang benar. Banyak orang yang mempergunakan kata karunia,
tidak tahu apa arti sebenarnya. Akar pengertian dari karunia adalah ke-elok-an, kecantikan. Jadi itu satu
keindahan yang Tuhan berikan kepada kita, karena kita percaya padaNya. DIA membuat kita indah
dengan karuniaNya.
Kemudian Paulus berkata – ini intinya – kitab Roma 11:6
“Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika
tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”
Dengan kata lain, dalam bahasaku, karunia tidak kau dapatkan karena bekerja. Apa yang
kauhasilkan bukanlah karunia. Banyak yang beranggapan , ini seperti merendahkan. Kita harus
bergantung pada karuniaNya, kita tidak dapat bekerja untuk itu. Tidak ada yang dapat kita lakukan,
untuk mendapatkan karunia Tuhan. Tetapi karena Karunia kita diselamatkan oleh iman. Dan, saat kau
begitu sukacita karena kau beriman, ingat kelanjutan kata-kata Paulus:
…itu bukan karena kita, itu adalah karunia Tuhan
Kau tidak punya apa-apa untuk dibanggakan , apabila kau diselamatkan oleh iman. Tuhan
melakukan hal ini untuk melindungimu dari dosa yang terbesar, yaitu keangkuhan/kesombongan.
Aku ingin menelaah hubungan iman dan hasil karya, apa yang kita percaya dan apa yang kita
lakukan. Sepanjang pengetahuanku, apa yang akan aku sampaikan langsung diambil dari Perjanjian Baru,
tetapi akan mengagetkan, dan bisa mengejutkan. Pengalaman ini aku dapatkan ketika berkhotbah satu
pesan sederhana di Perjanjian Baru bahwa keselamatan hanya diperoleh karena karunia, hal ini sudah
mengejutkan mereka yang mengaku Kristen.
Satu saat aku pernah mengatakan didepan persekutuan sebesar ini. “ Kekristenan bukanlah satu
kumpulan peraturan-peraturan”. Dan aku lihat ini mengejutkan hadirin yang ada. Mungkin mereka tidak
akan kaget, seandainya aku mengatakan,: “Tuhan sudah mati”. Konsep mereka tentang ke Kristenan
adalah seperangkat atau kumpulan dari aturan-aturan. Mungkin saja kau punya konsep yang sama. Aku
ingin mengatakan bahwa Kekristenan bukan seperangkat aturan-aturan: kau tidak dapat menjadi Kristen
oleh karena peraturan-peraturan.
Coba kita lihat, surat Paulus di kitab Roma 3:20. Kebetulan tema kitab Roma adalah tentang
kebenaran. Isu utama dari kitab Roma adalah bagaimana kita dapat menjadi “benar” dihadapan Tuhan?
Berpuluh abad yang lalu, Ayub pernah berseru ditengah kesengsaraannya, kitab Ayub 9:2
“​..​masakan manusia benar di hadapan Allah?”
Rekan seimannya mengejek pemikiran itu, bagaimana seseorang dapat “benar” dihadapan Tuhan.
Tetapi Tuhan mendengar jeritan itu, dan berpuluh-puluh tahun sesudahnya melalui surat-surat Paulus ke
Roma, DIA menjawab pertanyaan “Bagaimana manusia dapat benar dihadapan Tuhan?” Jawabannya
bukan karena patuh pada seperangkat peraturan.
Kitab Roma 3:20, Paulus berkata:
“Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan
hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”
Aku sudah membaca terjemahannya dalam versi New King James. NIV juga mengatakan hal
yang sama. Kedua terjemahan ini memasukkan dua kata yang sebelumnya tidak terdapat disitu. Aku
belajar bahasa Yunani sejak usia 10 tahun, jadi aku yakin atas ucapanku. Mereka memasukan satu frasa
“hukum Taurat” sebanyak dua kali. Hukum Taurat. Paulus tidak berkata begitu. Dia berkata :
“Sebab tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah, karena justru oleh hukum orang
mengenal dosa.”
Kau berkata :” jikalau demikian, apa tujuan dari Hukum Taurat?”. Tujuan dari hukum Taurat
merupakan diagnosa Tuhan untuk membentangkan masalahmu, mengekspose bahwa kau punya masalah
dan masalah itu adalah dosa. Hukum Taurat dapat mendiagnosa, tetapi tidak dapat membereskannya. Itu
hanya dapat diselesaikan oleh Karunia. Jadi kau membutuhkan hukum Taurat untuk membimbingmu
sampai ketitik dimana kau membutuhkan Karunia. Itulah tujuannya.
Dalam kitab Yakobus, pasal 2, ayat 10-11 :
“Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya,
ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga:
"Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar
hukum juga”.
Dapatkah kau mengerti apa yang dimaksudkan Yakobus? Kau melakukan seluruh hukum atau
kau samasekali tidak melakukannya. Melakukan sembilan puluh sembilan persen, bukan berarti
melakukan hukum. Hukum Taurat adalah satu sistim terpadu.
Kebetulan tak seorangpun diantara kita sanggup untuk mendekati jumlah sembilan puluh
sembilan persen tersebut. Yahudi Orthodox mengatakan ada sejumlah enam ratus tigabelas perintah
yang harus diperhatikan. Dan secara pribadi mereka akan mengakui bahwa mereka hanya
memperhatikan tiga puluh dua perintah. Tidak seorang pun yang hidup dibumi saat ini dapat melakukan
seluruh Hukum Musa. Tak seorang pun dapat melakukannya kecuali SATU orang. Kau tahu namanya,
ya, namanya Yesus, benar. Dia mengatakan pada orang-orang dizamanNya “ Siapakah dapat
mendakwa aku karena dosa?” Mereka tidak dapat menjawabnya. DIA satu-satunya pribadi yang dapat
melakukan hukum dengan sempurna. Kau dan aku tidak dapat melakukannya.
Pengalamanku, sewaktu berada dalam Angkatan Darat Inggeris, dimana aku diselamatkan,
ketika mulai berbicara dengan orang-orang bagaimana supaya diselamatkan, mereka berpikir secara
agamawi, bukan tentang keselamatan. Secara umum, aku menemukan, setiap orang dari mereka akan
mengeluarkan daftar peraturan-peraturan yang mereka lakukan. Itu kebenaran mereka. Itu di kemas
untuk situasi mereka. Andaikata ada sikap yang salah selama ini, itu tidak mereka masukkan dalam
daftar tersebut. Ini cara berpikir manusiawi. Aku dibenarkan karena sudah melakukan seperangkat
aturan-aturan. Tidak, kau belum benar. Kau dapat disebut benar apabila kau melakukan keseluruhan
hukum itu. Tetapi kau tidak melakukannya, tak seorangpun dapat melakukannya. Jadi kau tidak dapat
berkata “Aku sudah melakukan sebagian dari hukum itu, hanya itu yang dibutuhkan”. Hukum, sistimnya
tunggal. Kau melakukannya atau tidak. Jikalau dapat melakukan keseluruhan hukum itu, Tuhan akan
memperhitungkan kebenaranmu. Tetapi kau tidak dapat, jadi kau dihadapkan hanya pada satu alternatif
yaitu karunia – sesuatu yang diterima tanpa bekerja.

Aku sudah tunjukkan itu, dan kita kembali ke permasalahan ini, Roma 3:20
“Sebab tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah, karena justru oleh hukum orang
mengenal dosa.”
Jangan pernah mencoba dibenarkan oleh Tuhan dengan melakukan seperangkat aturan-aturan.
Itu maksudnya , karena kau pasti gagal. Apabila aturan-aturanmu benar, kau tidak dapat mematuhinya.
Bila aturan-aturan itu salah, kau tidak dibenarkan karena mematuhi aturan-aturan yang salah. Kau
mengerti?
Mari kita lanjutkan. Hal berikut yang ingin aku kemukakan - biasanya disini orang-orang mulai
terkejut- apakah hukum dan karunia, sama-sama eksklusif ? Kamu tidak dapat mengambil manfaat dari
keduanya, harus salah satu. Kitab Roma 5, ayat 14 menjelaskan “
“Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia”.
Demikian, keduanya adalah alternatip yang sama-sama eksklusif. Kau dapat berada dibawah
hukum atau dibawah kasih karunia, tetapi tidak dapat berada dibawah keduanya pada waktu yang
bersamaan. Bila kau berada dibawah hukum, kau tidak berada dibawah karunia, dan apabila kau berada
dibawah karunia, kau tidak berada dibawah hukum.
Apa yang disiratkan oleh Paulus itu, penalarannya jauh kedepan. Dia berkata, dosa tidak dapat
menguasaimu, karena kau tidak berada dibawah hukum, melainkan dibawah kasih karunia. Implikasinya
adalah apabila kau berada dibawah hukum, maka dosa akan menguasaimu. Satu-satunya cara untuk
melepaskan diri dari cengkeraman dosa adalah dengan berhenti melakukan hukum dan siapkan dirimu
untuk menerima kasih karunia Tuhan. Aku sudah jelaskan diatas, bahwa ini akan sangat mengejutkan.
Aku lihat, bahwa beberapa diantara kalian sudah mulai terperanjat.
Kitab Roma 8:14, Paulus berkata:
Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Siapa sebenarnya anak-anak Allah itu? Mereka yang selalu dipimpin oleh Roh Kudus. Itulah
satu alternatif selain mematuhi seperangkat aturan-aturan. Kau dapat mematuhi aturan-aturan atau kau
dapat dipimpin oleh Roh Kudus, tetapi kau tidak dapat melakukan keduanya.
Ada sebuah ilustrasi pendek, yang ada di pikiranku. Aku akan pakai ilustrasi itu untuk
memperjelas hal ini. Ada seorang anak muda, yang baru selesai pendidikan di sekolah Alkitab. Dia
mendapatkan gelar dalam ilmu Teologi. Dia kuat dan sehat, dan harus melakukan perjalanan menuju ke
suatu tempat. Tuhan berkata kepadanya : “Kau punya dua pilihan. Kau dapat memakai peta atau
dipimpin langsung oleh pemandu pribadi”. Anak muda ini berkata: “ Aku lumayan pintar, aku memiliki
gelar dalam Theologi. Aku tahu cara membaca peta. Aku akan pakai peta, tidak perlu dipimpin seorang
pemandu. “ Saat dia mulai melakukan perjalanannya, matahari bersinar dengan terang, burung-burung
bernyanyi, tetapi tiga hari kemudian, hari mulai gelap. Di tengah kepekatan malam, dia berada di tengah
hutan, di tepi sebuah jurang, dia tidak tahu apakah dia menghadap utara, selatan, timur atau barat. Satu
suara lembut menyapanya : ”Dapatkah aku membantumu?” Kau tahu siapa itu? Roh Kudus, pemandu
pribadi. Jadi anak muda itu berkata, ”Roh Kudus, aku membutuhkan-mu!” Roh Kudus membawa dia
keluar dari posisinya saat itu, dan mereka kembali melakukan perjalanan di jalan raya lagi.
Kemudian dia berkata pada dirinya sendiri, “ Sepertinya, konyol juga aku. Aku dapat mengatasi
hal tersebut tanpa pertolongan seorangpun. Aku tidak perlu panik. Dia menoleh kekiri dan kanan, dan
pemandunya tidak berada bersamanya. Dia seorang diri sekarang. “Aku pasti berhasil”
Tiga hari kemudian, dia berada ditengah-tengah rawa lumpur. Setiap maju selangkah, dia
terbenam dan tidak dapat keluar. Suara lembut itu berkata kepadanya, “ Mungkin, kau membutuhkan aku
sekarang”. “Oh, Roh Kudus, tolonglah aku! Hanya engkau yang dapat mengeluarkan aku dari tempat
ini!” Dan seterusnya dia berjalan bersama Roh Kudus yang membawanya tiba ketempat tujuan.
Kemudian dia berkata kepada Roh Kudus, pemandunya : “ Kau tahu, aku punya peta yang istimewa,
mungkin aku dapat berbagi melihat peta ini denganmu”. Kata pemandunya “ terima kasih, aku tidak
membutuhkan peta itu. Aku tahu jalannya. Disamping itu, akulah yang membuat peta itu”
Kau menangkap ilustrasi ini? Berapa lama baru kita sadar, bahwa kita tidak dapat melakukannya
seorang diri? Ini bukan hasil kerja kita, bukan juga karena mematuhi aturan-aturan, tetapi ini Roh Kudus,
roh dari Kasih Karunia. Yang selalu dipimpin oleh Roh Kudus, adalah anak-anak Tuhan.
Didalam kitab Galatia 5, Paulus kembali pada tema ini. Tema ini termasuk tema utama dalam
Perjanjian Baru. Siapapun yang belum dapat sepenuhnya menguasai tema ini akan berada dalam situasi
ketidak pastian. Aku merasa bahwa disinilah sebagian besar umat Kristiani berada, mereka hidup dalam
satu ketidak pastian, diantara hukum dan kasih karunia, dan tidak dapat membedakan, dan tidak tahu
bagaimana mendaya gunakan kasih karunia Tuhan. Dalam kitab Galatia 5: 18 Paulus mengatakan :
“Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah
hukum Taurat.”
Sebelumnya, Paulus mengatakan semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak-anak
Tuhan. Jadi, disini kau punya pilihan. Kau dapat hidup sebagai anak Tuhan, yang dipimpin oleh Roh
Kudus, atau, kau mengenyampingkan Roh Allah, dan berusaha untuk mematuhi hukum. Akan tetapi kau
tidak dapat menggabungkan keduanya. Inilah inti dari apa yang ingin aku sampaikan kepadamu.
Disinilah tempatnya dimana orang tiba pada ketidakpastian. Mereka, sebagian dirinya percaya pada
kasih karunia dan sebagian dirinya percaya pada seperangkat aturan-aturan yang mereka simpan.
Tolong dimengerti, bahwa aku tidak mengatakan bahwa mematuhi aturan-aturan itu buruk. Apa
yang kumaksudkan disini adalah mematuhi aturan-aturan tidak akan menjadikan kau “benar”. Kau
mengerti ? Aku ulangi sekali lagi, mematuhi aturan-aturan tidak akan membuat kau “benar”
Banyak dari kalian semua adalah bagian dari satu gereja atau bagian satu denominasi yang
memiliki aturan-aturan sendiri. Aku rasa apabila kau bagian dari satu kelompok, maka kau harus patuhi
aturan-aturannya. Apabila kau tidak dapat mematuhi aturan-aturannya, maka kau bukan bagian dari
kelompok tersebut. Tetapi mematuhi aturan-aturan tersebut tidak menjadikanmu seorang benar.
Kenyataannya, inilah sumber utama perpecahan dalam tubuh Kristus, karena kebanyakan
kelompok-kelompok ini memiliki perangkat aturan-aturan sendiri. Umat Khatolik memiliki satu aturan,
Kelompok Baptist punya aturan lain, Gereja Advent hari ke-7 juga punya aturan-aturan sendiri, umat
Pantekosta punya aturan lain, dan seterusnya. Sebagian orang yang berada pada kelompok-kelompok itu
berpikir, bahwa mematuhi aturan-aturan itu membuat mereka dibenarkan. Kemudian mereka melihat
orang dari kelompok lain dengan kepatuhan pada aturan-aturan mereka, dan berkata : “ wah, mereka
belum “benar”, karena mereka tidak mematuhi aturan-aturan kita” Jadi kau mengerti bukan? Jadi
pahamkah kau sekarang, bagaimana legalistik sudah memecah-belah tubuh Kristus.
Kelompok Baptist bebas mematuhi aturan-aturan mereka, sepanjang itu sejalan dengan kitab
suci. Kelompok Pentakosta pun demikian. Kelompok Katolik, juga demikian. Tetapi ingatlah, tak
seorangpun diantara mereka yang dapat “dibenarkan” karena sudah mematuhi aturan-aturan mereka.
Mereka dibenarkan oleh karena iman.
Masalahnya disini, apabila titik pandang kita terletak pada aturan-aturan, kita akan kehilangan
iman, dan kita kembali berada pada ketidak pastian lagi. Atau, seperti anak muda tadi, yang berpikir
bahwa dia dapat mempergunakan petanya, ternyata itu membawanya masuk dalam rawa lumpur.
Beberapa diantara kalian tentu tahu bagaimana rasanya sewaktu berada dalam rawa berlumpur. Bahkan,
beberapa diantara kalian disini baru keluar dari rawa berlumpur, dan sadar bahwa kau membutuhkan Roh
Kudus. Amen? Amen.
Sekarang aku akan membuat pernyataan mengejutkan yang lain. Aku tidak berani
melakukannya, seandainya Paulus tidak melakukannya terlebih dahulu. Kau dapat membacanya dalam
kitab Roma 7. Perlu kau ketahui, kitab Roma adalah kitab yang sangat indah. Aku seorang professor
logika, sebelum menjadi Kristen. Aku gemar pada hal-hal yang logik, dan aku berpikir logika itu sesuatu
yang menarik. Seperti sebuah komputer. Apabila kau memberikan informasi data yang benar pada
sebuah komputer, kau akan mendapatkan hasil yang juga benar. Akan tetapi bila data yang kau masukkan
salah, kau juga akan mendapatkan informasi yang salah. Logika tidak memberikan jawaban, logika hanya
memungkinkan kau melihat apakah kesimpulanmu senada atau tidak. Dan aku ingin mengatakan bahwa
dari semua yang pernah kubaca, Alkitab adalah buku yang paling logis. Secara pribadi aku tidak merasa
kurang intelek karena aku mempercayai Alkitab. Ini adalah sikapku pribadi. Aku sarankan padamu,
untuk tidak merasa kurang intelek. Mungkin saja kau akan diberi marka seorang fundamentalis. Ok.
Biarlah kau jadi seorang fundamentalis, apapun itu artinya. Sebenarnya, it hanya dipakai untuk
membangkitkan emosi orang-orang terhadapmu. Orang-orang yang merasa fundamentalis, belum
membuat definisi tentang fundamentalis. Banyak sekali kata-kata yang dipergunakan orang, sekedar
hanya untuk memberi marka hitam pada orang lain, tetapi tidak pernah mendifinisikan kata-kata itu.
Jangan khawatir apabila kau di beri marka fundamentalis. Apabila pada kesempatan lain, seseorang
memanggilmu begitu, katakan, “ Dapatkah kau memberikan arti dari kata fundamentalis tersebut?”
Ok. Sekarang kita tiba pada pernyataan yang mengejutkan dari Paulus, terdapat dalam kitab Roma
7. Bila kau terus mengikuti dia, kau akan lebih terkejut lagi. Roma 7 ayat 4 dan kelanjutannya.:
“Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus,
supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati,
agar kita berbuah bagi Allah.”
Paulus pernah berkata pada kesempatan yang lain, apabila kau seorang Yahudi beragama, kau
terikat pada Hukum. Jadi apabila kau meninggalkan Hukum dan mengikatkan diri pada hal lain, kau
sudah melakukan perzinahan, perzinahan rohani, kecuali bila kau mengetahui bahwa Hukum itu sudah
tidak berfungsi. Tetapi oleh kematian Yesus dikayu salib, Hukum sudah mati, tidak berfungsi. Kau
mengerti bukan ?
Inilah masalah utama bagi sebagian besar orang Yahudi. Mereka merasa apabila mereka tidak
patuh pada Hukum, dan pada dasarnya tidak masalah bagi mereka, maka mereka disebut tidak setia pada
suaminya. Harus ada satu pewahyuan bahwa Hukum sudah mati dalam Kristus, sehingga mereka dapat
mengikatkan diri pada yang lain, yaitu Mesias yang bangkit. Dan melalui DIA, mereka dan kita dapat
menghasilkan buah. Apakah kau mengerti ? Buah hanya dapat dihasilkan bila terjadi hubungan. Tetapi
dengan siapa kita dihubungkan akan menentukan hasil yang kita dapatkan. Tetapi apabila kita
dihubungkan dengan Kristus, maka kita akan menghasilkan buah Roh.
Selanjutnya, Paulus mengatakan :
“Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum
Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.”
Ini satu pernyataan yang menakjubkan, bukan? Hawa nafsu dosa,yang dirangsang oleh hukum
Taurat. Dengan kata lain, Paulus mengatakan, bahwa hukum Taurat merangsang hawa nafsu dosa.
Dapatkah kau menyerap artinya ?
Aku akan memberikan pasal yang lain, yaitu dalam 1 Korintus 15:56. Ini adalah satu pernyataan
yang mendebarkan.
“Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.”
Didalam kitab Roma 7, Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak ada yang salah
dengan hukum Taurat, hukum itu sempurna. Masalahnya terletak pada kita. Mungkin, aku dapat
mengatakannya seperti ini, Hukum bekerja dari ke-tiada-an. Hukum mengatakan, kerja ini, jangan
lakukan itu. Kau berkata: “ Ok, aku akan melakukan ini dan aku tidak akan melakukan itu”. Dan dalam
melakukan hal tersebut, kau percaya sepenuhnya pada kemampuanmu. Disini masalahnya, karena kau
tidak mampu untuk melakukan apa yang benar dan abaikan apa yang salah. Tetapi ingatlah, bahwa sifat
alami dari daging kita adalah percaya pada diri sendiri, dan tidak mau bergantung pada Tuhan.
Mari kita kembali pada pencobaan di Taman Eden. Motivasi apa yang dipakai oleh Satan? “Kau
akan menjadi seperti Tuhan”. Tidak ada salahnya untuk menjadi seperti Tuhan. Apa masalahnya?
Mereka akan menjadi seperti Tuhan tanpa bergantung pada Tuhan, mereka akan bergantung pada
pengetahuan tentang baik dan jahat. Itulah akar dari masalah kemanusiaan, itu adalah akar masalah dari
umat beragama. Kita ingin menjadi seperti Tuhan, tetapi tidak ingin bergantung kepadaNya. Inti dari
dosa adalah menolak ketergantungan pada Tuhan. Itulah inti dari dosa. Bukan satu perbuatan dosa yang
khusus, tetapi satu sikap kemandirian yang menutup kasih karunia Tuhan bagi kehidupanmu. Dan inilah
persoalan yang berat yang harus diselesaikan Tuhan pada aku dan kau, yaitu sikap pembenaran diri
sendiri. “Aku sendiri dapat melakukannya, aku tidak membutuhkan Tuhan”
Sepanjang pengetahuanku, dan ini hanyalah pendapatku, hanya ada dua(2) mahluk di alam
semesta ini yang tidak ingin bergantung pada Tuhan. Satu adalah malaikat yang jatuh yang
menggabungkan diri dengan Satan dalam pemberontakannya, dan yang kedua adalah umat manusia.
Tidak ada dalam alam semesta ini yang ingin tidak bergantung pada Tuhan. Burung-burung tidak,
binatang-binatang tidak, ikan-ikan tidak, bintang-bintang tidak, mereka semua bahagia bergantung pada
Tuhan. Tetapi kau dan aku, oleh karena kejatuhan manusia dalam dosa, dan kedagingan kita, sudah
mewarisi masalah ini, kita enggan untuk bergantung pada Tuhan. Kita senang untuk mengucapkan : “
aku dapat melakukannya sendiri. Aku tidak perlu Tuhan”.
Sahabat-sahabat ku, dikau membutuhkan Tuhan dalam keadaan apapun dan kau membutuhkan
Tuhan justru disaat kau berpikir kau tidak memerlukan DIA. Dan apabila kau dapat menganalisa
pengalamanmu sebagai orang Kristen, kau akan menemukan bahwa setiap masalah yang kau hadapi
dalam dirimu, berakar dari usahamu untuk melakukannya tanpa Tuhan, berakar dari penolakanmu untuk
bergantung pada kasih karunia Tuhan.
Ruth sedang berada di rumah sakit beberapa tahun yang lalu, dan sedang menanti untuk operasi.
Dia sangat lemah, dan dia ingin sekali membaca Alkitab, tetapi tidak mampu. Suster kepala, ini satu
rumah sakit Katolik – sepintas, aku ingin mengatakan bahwa di Amerika, bila harus memilih rumah sakit,
aku akan memilih rumah sakit Katolik karena disana masih tersisa secercah kasih. Ditempat lain, hampir
tidak ada. Mungkin ini tidak benar bila berada di New Zealand, ini hanya satu komentar. Begitulah, Ruth
berada di rumah sakit Katolik ini, dan suster kepala, yang berusia diatas 70 tahun sedang berjalan ronda
keliling, mengunjungi pasien-pasien baru dan melihat Ruth bersama Alkitabnya, tetapi dia terlalu lemah
untuk membacanya. Suster yang ramah ini menyapanya : “ Adakah sesuatu yang dapat aku lakukan
untukmu?”. Ruth berkata : Ya, dapatkah kau membacakan Alkitab untukku?” Suster menjawab : “ Apa
yang kau ingin aku bacakan ?” Kata Ruth: “ Pilipi 2”. Suster menjawab : “ wah, itulah nas Alkitab saat
aku diteguhkan sebagai biarawati”. Jadi mereka, ketemu satu dengan yang lain.
Kemudian, suster ini menceriterakan satu peristiwa yang baru terjadi. Dia menghadiri satu retret
para biarawati dimana pembicaranya adalah seorang biarawan dari Ordo Trappist. Didalam biara mereka,
para anggota Trappist tidak diperkenankan untuk berbicara. Mereka bersumpah untuk diam. Tetapi bila
kadangkala mereka di ijinkan untuk keluar, mereka diperbolehkan untuk mengajar orang-orang apa yang
sudah mereka dapatkan selama ‘masa diam’ tersebut. Jadi biarawan Katolik ini mengajar para biarawati
itu dan apa yang dikatakannya, disampaikan suster itu kepada Ruth. Dan ini sangat memberkati aku, dan
aku melihat apabila Tuhan ingin sesuatu untuk beredar dan didengungkan, itu akan terjadi. Disini,
seorang biarawan yang tidak diperkenankan untuk berbicara, mengajarkan kepada sekelompok biarawati
Katolik, yang adalah kelompok mandiri. Tetapi, pesan ini sampai padaku, dan aku memasukkan dalam
pita recording, dan akhirnya pesan ini men-dunia. Siapa yang punya rencana ini? Tidak ada lain kecuali
Tuhan. Inilah apa yang dikatakan oleh biarawan Trappist itu kepada kelompok biarawati :
“Doa untuk menginginkan tidak dihormati, menginginkan tidak bersikap mandiri dan
menginginkan tidak menguasai”
Maukah kau berdoa untuk itu? Itu membutuhkan sedikit pengorbanan, bukan? Lama sekali hal
itu menjadi pemikiranku. Untuk tidak dihormati, tidak masalah bagiku. Tidak bersikap mandiri, aku
sudah menyadari bahwa kemandirian adalah satu kesalahan. Aman, maaf – tidak aman – aku koreksi.
Tidak dihormati, tidak merasa aman, tidak menguasai. Dua yang terakhir adalah masalah bagiku.
Dapatkah aku menginginkan untuk tidak merasa aman? Tentu, keamananku ada ditangan Tuhan. Akan
tetapi jika dikatakan bersikap tidak mandiri, tanpa penguasaan diri?. Maaf, ini terlalu berat buatku.
Apakah aku benar-benar ingin tanpa kontrol? Dengan kata lain, apa aku benar-benar ingin Tuhan yang
pegang kendali? Disinilah perkaranya. Ini adalah karunia, bila Tuhan yang pegang kendali.
Aku katakan kepada kalian, aku memberkati biarawati itu, semoga dia masih hidup saat ini. Aku
berterima kasih padanya, atas sumbangannya pada pemikiranku melalui Ruth. Jadi, aku melihat ini
sebagai satu masalah kemanusiaan, jadi keinginan untuk pegang kendali atau mengkontrol, untuk merasa
aman, untuk bersikap mandiri. Sedangkan esensi dari dosa adalah berada di alam semesta yang
diciptakan oleh Tuhan yang pengasih dan bijaksana dan punya keinginan untuk merdeka atau tidak
bergantung padaNya. Jangan berkata padaku bahwa kau tidak punya masalah ini, saudara-saudaraku.
Karena tidak seorangpun diantara kita yang selalu merasa puas bila bergantung pada Tuhan, membiarkan
Tuhan pegang kendali. Itu sebenarnya adalah langkah iman. Langkah kasih karunia. Kita tidak akan
mencapainya dalam beberapa jam. Bahkan bagiku, sudah limapuluh tahun, tetapi aku belum sampai
disana. Tetapi saat ini aku sudah lebih maju, dibanding dahulu, ini untuk menguatkanmu.
Mari kita lanjutkan. Hukum Taurat membangkitkan dosa. Mengapa? Karena Hukum
mengatakan : “ Kau dapat melakukannya. Lakukan, percaya pada dirimu. Yang perlu kau lakukan hanya
mematuhi hukum ini “ dan hal itu mengecohmu menjadi kemandirian, bergantung pada diri sendiri. Itu
caranya Hukum menipu kita. Tetapi aku ingin mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan hukum.
Didalam pasal yang sama, Paulus melanjutkan dan mengatakan bahwa Hukum itu baik, Hukum itu
sempurna, tak ada yang salah dengan Hukum itu. Masalahnya ada pada kita. Dalam kedagingan kita, kita
selalu punya keinginan untuk merdeka atau tidak tergantung pada siapapun.
Pasti sebagian besar dari kalian pernah mengawasi seorang bayi. Aku perhatikan bahwa pada
usia dua tahun keinginan ini mencapai puncaknya. Kepada simungil yang manis berusia dua tahun ini,
kau katakan “mari, kesini” dan dia berbalik, berjalan menuju arah yang berlawanan. Huh? Benar, bukan ?
Itu yang disebut manusia-dunia muncul dalam diri kita. Hukum adalah diagnosa Tuhan untuk
mementaskan masalah ini kepermukaan.
Bila kau pergi berobat, dan mengatakan kepada dokter : Dokter, aku sakit perut”. Dia tidak
langsung mengambil kotak obat, tetapi dia akan berusaha untuk mengetahui penyebab penyakitmu.
Dengan kata lain, sebelum dia menulis resep, dia akan membuat diagnosa. Begitulah cara Tuhan
menghadapi kita. DIA tidak menawarkan penawar, sebelum DIA mendiagnosa masalah kita. Maka kita
akhirnya mengakui kita sangat membutuhkan penawar itu.
Mari kita buka kitab Roma 10:4
“Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang
yang percaya.”
Jikalau kau seorang pemercaya, yang percaya pada Yesus Kristus, maka Hukum sudah berakhir
bagimu. Bukan berarti Hukum secara keseluruhan, tetapi akhir dari Hukum untuk dibenarkan. Untuk
mencapai Kebenaran dengan Tuhan, Kristus membuat Hukum mati. Ketika DIA mati, Hukum berakhir.
Saat DIA bangkit dari kematian, DIA menawarkan jalan untuk mencapai pembenaran dihadapan Tuhan,
tanpa melakukan Hukum. Jadi Kristus adalah akhir dari Hukum untuk dibenarkan. DIA bukan akhir dari
hukum yang adalah bagian dari Firman Tuhan atau bagian dari sejarah Israel , atau sebagai contoh akhir
dari cara Tuhan menghadapi manusia. Hukum masih ada. Tetapi hanya merupakan alat untuk mencapai
pembenaran, kematian Kristus di kayu salib telah menuntaskan hukum itu.
Mari kita tinjau sedikit contoh dari orang-orang Kristen di Galatia. Kitab Galatia berisi tulisan
yang menarik. Seandainya kau seorang teolog dan ditanyakan masalah Paulus dengan orang-orang
Galatia, tentu kau akan menjawab masalah mereka adalah legalistik. Itu adalah penjelasan teologi yang
resmi dari masalah tersebut. Pembukaan dari sebagian besar surat-surat Paulus kepada jemaat
gereja-gereja, selalu diawali dengan pernyataan terima kasih berlimpah kepada Tuhan buat segala
kesejahteraan yang ada pada mereka. Bahkan pada jemaat di Korintus, dimana ada seorang pemuda yang
hidup bersama isteri ayahnya, juga dimana ada pemabuk-pemabuk di Perjamuan Malam, Paulus selalu
mengawalinya dengan pengucapan syukur kepada Tuhan untuk semua kasih karuniaNya. Tetapi ketika
berurusan dengan orang-orang Galatia, dia begitu marah, kalau dapat aku katakan demikian, sehingga dia
tidak lagi membuat waktu untuk ucapan syukur atas kasih karunia Tuhan. Apa sebenarnya masalah
orang-orang Galatia? Bukan mabuk-mabukan, bukan a moral, tetapi apa? Legalistik. Paulus
menganggap itu ancaman yang serius terhadap kesejahteraan mereka, dibandingkan dengan kebejatan
moral atau mabuk-mabukan.
Tolong dimengerti, bahwa aku tidak mengatakan bahwa Tuhan mengampuni sifat moral bejat
dan pemabuk, tetapi yang aku maksudkan itu masalah yang lebih mudah untuk ditanggulangi
dibandingkan dengan legalistik, karena legalistik begitu tersembunyi. Kelihatannya begitu menarik, dan
kita merasa nyaman, dan sulit bagi kita untuk dilepaskan dari hal itu. Ini yang dikatakan Paulus didalam
kitab Galatia 1: 6
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus
telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,”
Perhatikan, dia tidak punya kata-kata yang baik. Dia hanya berkata ;” aku heran, begitu cepat
kamu berbalik” Berbalik kemana ? Berbalik kepada legalistik, yaitu membuat aturan-aturan dan percaya
bahwa mereka dapat pembenaran oleh karenanya.
Dan di dalam kitab Galatia 3, dia kembali kepada tema ini, dimulai pada ayat 1:
“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?”
Aku ingat beberapa tahun yang lalu saat membaca ayat ini, tiba-tiba aku teringat pada satu
cuplikan “ Pentakosta atau Kristen Kharismatik sedang tersihir, karena belum pasti itu adalah
kharismatik.” Hal ini menyelesaikan masalah besar dipikiranku, karena ini adalah penjelasan dari satu
situasi yang terjadi pada jemaat yang aku pimpin. Aku tidak perlu menjelaskan secara detail, tetapi
kelihatannya seluruh jemaatku sedang tersihir oleh isteri dari pendeta yang lama, yang telah
menceraikan suaminya dan menikah dengan anggota Dewan Direksi, dan masih mendominasi
orang-orang tersebut secara spirit. Aku ingin menolongmu. Apabila kau menghadapi satu masalah yang
tidak dapat kau mengerti, bisa saja inilah masalahnya. Orang-orang yang berhubungan denganmu sedang
tersihir. Paulus memberikan pengertian yang jelas. Bahasa Yunani untuk sihir adalah “menyerang
dengan mata”. Mereka dikalahkan oleh mata, mereka berada dibawah tatapan satu mata yang mempesona
mereka.
Ada seorang pendeta Yahudi Orthodox yang mendatangi aku beberapa tahun yang lalu, yang
sudah menjadi Kharismatik. Dia datang untuk berdoa, dan mengatakan, “ Aku sedang tersihir. Mata
jahat seseorang sedang menatap aku”. Dia adalah seorang yang sangat sabar, dan mengerti Alkitab. Aku
tidak akan menghabiskan waktu untuk hal ini, tetapi aku ingin memberikan satu kenyataan buat kau,
bahwa ini satu kemungkinan. Bahkan, dibeberapa tempat sudah menjadi mungkin.
“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus
Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?”
Paulus mengatakan, “ Aku menyampaikan pesan dari salib. Aku gambarkan, Yesus disalibkan
untuk dosa-dosa kita. Bagaimana kau dapat berpindah kepada dasar pembenaran yang lain?”
“Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena
melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil?”
Apakah kau dibaptis dengan Roh Kudus karena kau melakukan aturan-aturan atau karena kau
mendengar Firman dan menerimanya dengan iman?
Ijinkan aku bertanya pertanyaan yang sama padamu. Adakah di sesi yang istimewa ini, mereka
yang dibaptis dengan Roh Kudus karena melakukan seperangkat aturan-aturan? Jawabannya tak ada
seorangpun. Kita harus ingat akan hal itu. Kita tidak diselamatkan karena melakukan seperangkat
aturan-aturan. Kita tidak menerima baptisan Roh Kudus karena melakukan seperangkat aturan-aturan.
Kita menerimanya, seperti kata Paulus, oleh karena mendengar dengan iman. Kita mendengar dengan
iman atas berita yang kita dengar, kita percaya dan kita menerimanya.
Kemudian dia berkata:
“Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang
mengakhirinya di dalam daging?”
Jika dikatakan seperti itu, itu adalah kebodohan bukan?.. Jikalau kau membutuhkan Roh Kudus
untuk membimbingmu kepada jalan kebenaran, bagaimana mungkin kau berhenti mengandalkannya ?
Bagaimana kau hanya bergantung pada aturan-aturanmu sendiri? Tetapi lihatlah, ini benar-benar sangat
jelas.
Paulus melanjutkan di ayat 10:
“Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab
ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab
hukum Taurat."
Apabila kau ingin di benarkan karena melakukan Hukum Taurat, kau harus melakukan seluruh
hukum tersebut disepanjang waktu. Dan apabila kau melakukan Hukum dan tidak melakukan
keseluruhannya disepanjang waktu, maka kau berada dibawah kutuk berikut : “Terkutuklah dia yang
tidak melakukan hukum ini sepanjang waktu”
Mungkinkah pemercaya Pentakosta dan Kharismatik berada dibawah kutuk? Aku katakan disini,
sangat mungkin. Bahkan, aku mengerti hal itu melalui pengalaman pribadiku. Tanpa rincian penjelasan,
aku adalah bagian dari pergerakan dalam tubuh Kristus yang diprakarsai oleh Roh Kudus, berdaulat,
dalam pekerjaan yang tidak pernah dibayangkan oleh siapapun. Tuhan menggabungkan aku dengan tiga
orang pendeta, ketiganya cukup terkenal. Itu adalah tindakan kedaulatan Tuhan. Kita mulai melalui
Roh, tetapi belum sampai setahun kita berakhir dalam daging. Sebagai akibat terjadi bencana. Jadi, aku
sangat paham bahwa ini adalah kenyataan. Kau sedang melihat pada orang yang pernah mengalami hal
itu. Dengan kasih karuniaNya, Tuhan melepaskan aku dari situasi tersebut. Dan ini karena aku membaca
Alkitab, dan percaya akan situasi dimana aku berada. Tetapi saudara-saudaraku, aku ingin
memberitahumu, bahwa ini bukan satu kejadian masa lampau, ini adalah sesuatu yang masih terjadi
sampai saat ini. Mereka yang mulai dengan Roh, dan berkeinginan untuk menjadi sempurna melalui
kedagingannya
Ini pendapatku, kalau aku boleh mengatakannya, bahwa sebagian besar dari gereja berada
dibawah kutuk,
Baiklah aku akan memberikan satu ayat yang lain, kitab Jeremia 17:5
“Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang
mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN”
Oleh karena dikatakan, …yang hatinya menjauh dari pada Tuhan, ini jelas, bahwa orang ini
mempunyai hubungan dengan Tuhan. Tetapi setelah dia memiliki hubungan ini, dia mulai percaya pada
manusia, pada dirinya sendiri, dan hatinya menjauh dari pada Tuhan”
Menurut aku, ini sebagian besar terjadi pada mereka yang berprofesi di Gereja. Aku tidak akan
menyebut nama disini, tetapi denominasi yang menonjol atau gerakan gerejani yang kita kenal, timbul
oleh karena karya kedaulatan dari Roh Tuhan, oleh kasih karunia Tuhan. Mereka tidak akan mencapai
sesuatu yang lain, tanpa Tuhan. Akan tetapi, berapa banyak diantara mereka saat ini tetap berlanjut
dalam kasih karunia Tuhan? Aku dapat mengatakan, sedikit sekali. Jadi mereka sudah membawa diri
mereka dibawah kutuk tersebut dalam Yeremia 17:5
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri”
Baiklah aku berikan satu ilustrasi dari pengalaman pribadiku. Ruth dan aku memutuskan untuk
menjual rumah kami yang di Yerusalem, dan kami menemui agen real estat. Mereka berkata, “Ini satu
rumah yang bagus, pasti cepat terjual, karena ada harganya” Setelah empat belas bulan, rumah itu belum
terjual. Kami tidak mengerti. Aku melayani disatu gereja Kristus di Jerusalem, gereja yang selalu kami
kunjungi. Rektor gereja itu berkata , “ Aku harus berdoa untuk seseorang yang perlu dibebaskan dari roh
jahat” . Tidak semua Rektor akan berbicara seperti itu, tetapi Rektor ini berbeda, oleh karena itu kami
berkenan padanya. Aku kemudian berpikir untuk membantunya. Aku ikut dalam sesi itu, dan orang itu
adalah seorang misionaris dari Afrika yang ternyata berada dibawah kutuk. Aku beritahu kau, tanpa
rincian penjelasan, bahwa kutuk itu diucapkan oleh seorang bishop bangsa Afrika. Orang ini hampir
mati. Kami melayani dia, dan dia akhirnya dipulihkan dari beberapa roh-roh jahat, kemudian kami mulai
menangani keseluruhan sikap hidupnya. Aku berkata kepadanya, “ Sepertinya kau terlalu percaya diri.
Kau sebenarnya tidak bergantung pada kasih karunia Tuhan”. Aku katakan, “Sebenarnya, aku pernah
memiliki masalah yang sama” Aku tidak berencana untuk mengatakannya, tetapi itu keluar secara
spontan. “Aku punya masalah itu, karena dalam penjualan rumah kami, aku percaya atas apa yang aku
dapat lakukan. Aku bergantung pada diriku sendiri. Ruth, dengan wataknya yang terus-terang, berkata
padaku, didepan semua orang saat itu, “Itu berarti kau berada dibawah kutuk”. “Benar”, aku berkata.
Jadi aku mengakuinya, bertobat, dan memulihkan diriku dari kutuk itu. Kami meninggalkan pertemuan
itu, kembali ke apartemen baru, tempat kediaman kami, dan dilantai bawah, kami bertemu dengan agen
real estat yang berkata, “ Aku ingin menunjukkan rumahmu kepada beberapa pelanggan yang kami
miliki” Dua minggu setelah itu, rumah kami terjual. Mengertikan kau? Pada saat aku dipulihkan dari
kutuk, Tuhan bekerja bagi kami.
Aku melihat beberapa diantara kalian semua, sudah mengerti pesan ini.
Baiklah, mari kita lanjutkan. Aku ingin memberikan beberapa catatan tentang subyek ini, untuk
melanjutkannya ke hal-hal yang positip. Aku sudah pernah mengatakannya, tetapi aku ingin
mengulanginya, hukum bekerja dari ke-tiada-an, kita dihadapkan pada kemampuan diri. Kasih karunia
bekerja dari dalam memberikan kemampuan supernatural. Hanya oleh kasih karunia, kita dapat
melakukannya.
Kitab Imamat 11:44 dan 1 Petrus 1:16
Ada tertulis ​“Kuduslah kamu”​ Ini satu perintah dari Tuhan. Akan tetapi apabila kau membaca
kitab Ulangan 11, hal ini terdapat pada akhir dari satu uraian tentang aturan hal-hal yang boleh/tidak
boleh kau makan. Siratan nya adalah bila kau ingin kudus maka kau harus melakukan segala
aturan-aturan ini. Tetapi dalam kitab 1 Petrus 1:16 tidak disebutkan ketergantungan pada seperangkat
aturan-aturan. Pesannya berbunyi “Kuduslah kamu”. Ini pesan Yesus, “ Aku berikan kekudusanKu
padamu”. Benar-benar berbeda. Kita bukan lagi bergantung pada usaha kita sendiri, tetapi bergantung
pada kasih karunia Tuhan dan Yesus atas apa yang kita tidak dapat kerjakan sendiri. Kau boleh memilih.
Kita hanya punya sedikit waktu untuk mempertimbangkan sisi positip dari hal ini. Mari kita buka
kitab Roma 8: 3-4 dan catat apa yang dikatakan disitu. Roma 8:3-4
“Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging..”
Perhatikan, tidak ada yang salah dengan Hukum Taurat, yang ada adalah kelemahan kita.
“Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah
dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan
daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging”,
Jadi sekarang, dimana sisi positipnya ?
“…​supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging,
tetapi menurut Roh.”
Ini akan membangkitkan apa yang orang Amerika sering katakan “pertanyaan seharga 1000 dollar
”.. Apa sebenarnya tuntutan kebenaran dari Hukum?. Apakah kau pernah memikirkannya? Aku dapat
menjawabmu dengan hanya satu kata yang terdiri dari empat huruf, bukan kata yang kotor. Itulah
Love(cinta). Cinta adalah tuntutan yang benar dari Hukum dan aku akan menunjukkan padamu dengan
cepat melalui beberapa nas Alkitab, kemudian kita dapat menutup sesi ini.
Dalam kitab Matius 22, seorang ahli hukum bertanya pada Yesus – kau tahu, bagaimana pikiran
‘hukum’nya, bukan? – dalam ayat 35 :
“dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: Guru, hukum
manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”
Satu pertanyaan yang spesifik, dan Yesus juga memberikan jawaban yang spesifik.
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan
hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Apa kata kuncinya disini ? Cinta. Cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama kita.
​ ada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat
Dan kemudian Yesus melanjutkan ​“P
dan kitab para nabi."
Apabila sekarang aku merasa panas, dan aku memang kepanasan, dan aku ingin membuka jasku
dan menggantungnya. Tentu aku memerlukan sebuah pasak untuk menggantungkannya. Dan pasak itu
sudah harus berada disitu, sebelum aku dapat menggantungkan jasku. Perintah-perintah ini adalah pasak
itu dimana seluruh Hukum dan para nabi bergantung padanya. Dengan kata lain, apabila kau sudah
membaca seluruh hukum dan hukum para nabi, yang diberitakan adalah Cintailah Tuhan Allahmu,
Cintailah sesamamu. Itulah tuntutan kebenaran dari Hukum.
Dan dalam kitab Roma 13:8 dan kelanjutannya, Paulus berkata :
“Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling
mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat”.
Aku percaya untuk dilepaskan dari hutang , akan tetapi ada satu hutang dimana aku tidak dapat
melepaskan diri darinya. Apakah itu? Mencintai rekan-rekan Kristiani, mencintai sesama manusia. Aku
punya hutang itu, dan terus menerus dalam hutang, aku tidak bisa melepaskan diri dari padanya.
Paulus melanjutkan :
“Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan
firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan
hukum Taurat.”
Itu sangat jelas, bukan ?
Dalam kitab Galatia 5:14, Luar biasa orang Roma dan orang Galatia saling bergantung. Galatia
5:14
“​Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri!"
Seluruh Hukum Taurat tercakup dalam satu firman.
Seluruh Hukum Taurat tercakup dalam satu firman, bahkan, dalam hal Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri.
Dan sedikit mundur kebelakang dalam kitab Galatia 5:6, dikatakan :
“Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak
mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.”
Bagaimana cara iman bekerja ? Coba katakan. Melalui cinta.
Dalam kitab Yakobus dikatakan :
Iman tanpa perbuatan adalah mati.
Dan iman bekerja oleh karena cinta kasih, jadi kau akan tiba pada satu persamaan, : Iman tanpa
perbuatan adalah mati. Ini satu pernyataan yang mengejutkan, tetapi ini benar. Kau dapat memiliki
semua iman yang kau banggakan, tetapi tanpa cinta kasih dalam hidupmu, itu adalah iman yang mati.
Dan kita membaca dalam kitab 1 Timotius 1:5 : aku dapat mengutipnya, tetapi aku ingin
membacanya :
“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan
dari iman yang tulus ikhlas. Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam
omongan yang sia-sia.”
Alkitab The New American Standard mengatakan “ tujuan dari instruksi pada kita adalah cinta
kasih. Saat membacanya, aku berkata pada diriku sendiri “ itukah tujuan dari instruksi terhadapku?”
Apakah tujuanku adalah menghasilkan orang-orang yang penuh cinta? Aku membayangkan mereka
yang sudah hadir dalam pelayananku, dan aku tidak begitu yakin karena aku seorang guru dan guru
tugasnya adalah memberikan pengetahuan. Tahukah kau apa yang dikerjakan oleh ‘ilmu pengetahuan’ ?
Ilmu pengetahuan itu membuatmu menonjol, ilmu itu membuat orang bangga. Aku sudah berusaha
mencoba dengan mempergunakan segala ichtiarku untuk mengajar agar tidak menghasilkan orang-orang
yang berbangga pada dirinya. Dan aku harus menoleh kebelakang kepada beberapa orang-orang yang
kuhasilkan dan berkata, “ Sepertinya aku tidak melakukan tugasku dengan baik”. Tujuan dari instruksi
pada kita adalah cinta kasih.
Dan Paulus mengatakan , apabila kau tidak sampai pada tujuan itu, yang kau lakukan adalah
omongan yang sia-sia.
Marilah untuk sekejab kita renungkan gereja seperti yang kita ketahui. Berapa banyak omongan
yang sia-sia ada dalam gereja? Berapa banyak khotbah, pengajaran dan aktifitas yang tidak
menghasilkan cinta kasih? Semua adalah usaha yang sia-sia. Semuanya secara keseluruhan tidak efektif.
Saudara-saudaraku, apabila kau berada dalam satu pelayanan, aku ingin menantangmu, cobalah
menganalisa motif-motifmu. Tujuanmu menghasilkan apa? Dan kedua, apabila kau bertujuan
menghasilkan cinta kasih, sudahkah kau berhasil? Sebaliknya bila tidak bertujuan untuk menghasilkan
cinta kasih, maka segala yang kau bicarakan adalah kata-kata yang kosong. Itu satu pernyataan yang
memiliki jangkauan yang jauh, bukan ?
Perhatikan, Hukum Taurat memotivasi kita melalui ketakutan, tetapi Yesus memotivasi kita
melalui cinta kasih. DIA berkata, “​Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku” Ketakutan
tidak akan membawa hasil. Begitu banyak agama yang memotivasi penganutnya melalui ketakutan dan
itu menghasilkan akibat-akibat yang mengerikan, termasuk diantaranya beberapa bentuk profesi dalam
ke-Kristenan.
Aku ingin mengatakan, kita sudah mendekati akhir sesi, kepatuhan terhadap cinta kasih itu
progresif. Kau tidak sempurna dalam soal cinta-kasih, tidak masalah, bergabunglah denganku, karena aku
juga tidak sempurna dalam cinta kasih. Tetapi itu tidak berarti aku tidak diperhitungkan dalam
kebenaran, karena sebelum kita mencapai tujuan achir kita, iman kita diperhitungkan sebagai
kebenaran. Apakah kau dapat menangkapnya? Sepanjang kau tetap percaya, imanmu diperhitungkan
sebagai kebenaran. Ini dicontohkan dengan indah oleh Yesus dalam perkataannya kepada Petrus, disaat
Perjamuan Terakhir. Dia berkata “Petrus, kau akan menyangkal aku tiga kali”. Peter menjawab, “ Bukan
aku, tidak akan”. Kemudian Yesus berkata ” ​Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan
gugur” ​ Apa yang penting disini ? Bahwa iman kita tidak gugur. Kita dapat melakukan banyak
kesalahan, bahkan melakukan dosa-dosa. Kita belum tiba disana, kita belum sempurna. Akan tetapi
selama kita terus menerus percaya, iman kita akan diperhitungkan sebagai kebenaran, sampai kita tiba
disana.
Biarlah aku menutup sesi ini dengan satu ayat nas dari Yakobus, aku sangat menyukainya. Aku
tidak mempunyai waktu untuk mengulasnya, tetapi aku akan memberikannya untukmu. Yakobus 1: 25
“Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang,
dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh
melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
Apakah hukum yang sempurna itu, dalam satu kata ? Cinta, benar sekali. Jadi, jikalau kau mencintai,
benar-benar mencintai, engkau adalah sepenuhnya seseorang yang merdeka penuh, karena kau dapat
melakukan apa saja yang kau kehendaki. Kau dapat mencintai manusia. Mereka mungkin
meng-olok2mu, menyiksamu, bahkan mungkin membunuhmu. Tetapi mereka tidak dapat
memberhentikan kau untuk tetap mencintai mereka. Seseorang yang motivasinya hanya cinta, adalah
orang yang sepenuhnya merdeka di dunia ini. Amen? Amen.

Anda mungkin juga menyukai