Anda di halaman 1dari 9

5.

Bagaimana Menjadi Orang Berhikmat


BAGAIMANA MENJADI ORANG BERHIKMAT

(Kitab Amsal)

PENDAHULUAN:

1. Semua hikmat datang dari Allah


2. Bagaimana Allah menyalurkan hikmat kepada kita?

TEMA : Daya terima

KALKUN : Bila kita menerima melalui beberapa saluran yang dipakai Allah,
kehidupan kita akan diperkaya.

I. FIRMAN ALLAH (4: 20-22)

1. Pikiran Allah
2. Pemimpin yang baik

II NASIHAT SEMUA ORANG

1. Dengarkanlah nasihat
2. Mencari nasihat dari orang lain

AKU AKU AKU. ORANG TUA

1. Dengarkanlah mengunduh orang tua


2. Tambatlah evaluasi orang tua
3. Jangan membenci orang tua

IV. TEGORAN SEMUA ORANG

1. Taruhlah hatimu akan tegoran


2. Mengindahkan tegoran
3. Memberi telinga akan tegoran
4. Menegor orang berbudi
5. Orang yang benci tegoran
6. Menolak tegoran

KESIMPULAN:

1. Allah ingin mengajar kita tetapi kita harus mendengarkan sedia!


BAGAIMANA MENJADI ORANG BERHIKMAT

Pada masa kini, dunia ini penuh dengan pengetahuan dan juga diskusi. Kita yang
masih hidup di dunia semacam ini, meminta bantuan atau meminta untuk segala
macam masalah sehari-hari. Namun, jika kita bertanya, apakah ada yang mau
membantah? Harus menghargai itu jarang sekali kita menjumpai orang berhikmat.

Dalam kesempatan ini, saya ingin menjelaskan kepada saudara, bagaimana kita
bisa menjadi orang berhikmat. Bagaimana bisa menjadi bijaksana? Sebenarnya
Allah itu Mahabijaksana. Ia rindu menyalurkan hikmatNya untuk kita. Bukan hanya
rindu, Allah juga telah menyediakan beberapa saluran melalui mana kita dapat
menerima hikmat dari Allah dan sungguh-sungguh menjadi orang berhikmat.

Marilah sekarang ini kita belajar menjadi orang berhikmat melalui saluran-saluran
yang disediakan oleh Allah bagi kita. Dengan demikian Kehidupan kita akan tambah
diperkaya.

Saluran pertama: Firman Allah.

Amsal 2: 6 mengatakan, "Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya


datang pengetahuan dan kepandaian." Kita sekalian sudah mengerti apa yang
disebut firman Tuhan, yaitu Alkitab. Kita harus bisa mengatakan bahwa Alkitab itu
buah mulut Allah. Penyebab firman Allah keluar dari mulut Allah.

Atau dengan kata lain, Alkitab adalah pikiran Allah. Allah bisa berpikir. Dan Ia rela
sebagian dari pikiranNya dilepaskan di atas kertas, yaitu yang kita sebut sekarang
Alkitab. Apa yang ditulis dalam Alkitab ini, mulai dari kitab Kejadian sampai dengan
kitab Wahyu, merupakan sebagian atau sedikit dari pikiran Allah.

Nah, bagaimana kita bisa mendapat hikmat dari firman Allah? Dengan jalan
membacanya, menghafalkannya, merenungkannya. Bila kita merenungkannya,
firman itu akan meresap ke dalam pikiran dan hati kita sendiri, demikianlah kita
memiliki pikiran Allah. Jadi, Pikiran Allah yang tertulis di dalam Alkitab dipindahkan
ke dalam pikiran kita sendiri.

Diberikan, Alkitab ini sebagian besar dari perasaan, kerinduan, pikiran dan kehendak
Allah sendiri. Nah, perasaan atau kerinduan seseorang, pikiran dan kehendak
seseorang, tidak ada di luar orang itu, tersedia di dalamnya. Karena itu firman Allah
merupakan hasil dari dalam Allah sendiri.

Begitulah bila kita membaca, pindah, menerima firman Allah ini, kita mulai menerima
pemikiran Allah. Kita mulai merasakan perasaan Allah. Kita mulai mengerti
kehendak Allah. Mengapa Karena pikiran, perasaan, kerinduan dan kehendak Allah
“memasukkan” ke dalam dan menjadi pikiran, perasaan, kerinduan dan kehendak
kita sendiri.
Misalnya, seseorang yang menulis surat kepada saudara. Saudara akan
mengatakan bahwa suratnya atau isinya menyatakan pikiran, perasaan dan
kepribadian orang itu. Jika saudara mencoba menghafalkan surat itu, berarti
saudara mulai menerima pemikiran dan perasaan orang tersebut. Sedikit.

Contoh lain, saudara membaca sajak dari pengarang. Saudara kemudian


memusatkan diri pada sajak tersebut. Andaikata sajak itu dikarang oleh seorang
pengarang terkenal. Lama kelamaan saudara akan memiliki perasaan yang mirip
dengan perasaan pengarang sajak itu. Dengan kata lain, perasaan pengarang akan
“menjelma” ke dalam diri saudara.

Begitu juga jikalau ingin menjadi orang yang berhikmat, semestinya ia


menenggelamkan diri ke dalam firman Tuhan. Semestinya ia merenungkan firman
itu siang dan malam. Karena di sinilah Allah menyalurkan hikmatNya. Kiranya
saudara jangan melalaikan saluran ini. Saluran terbaik, terdalam, terlengkap,
terbagus dan paling terang buat kita. Ini jika kita ingin menjadi orang
berhikmat. Kiranya Saudara akan mempergunakan firman Allah sehingga menjadi
milik saudara.

Saluran kedua: Nasihat semua orang.

Terlalu sering kita meremehkan nasihat orang lain. Kita bisa, jika ada yang mau
menasihati kita, orang itu mau campur tangan. APA YANG DIAJUKAN OLEH Alkitab
MENGENAL HAL INI?

Amsal 19:20 berkata, “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, tolonglah


menjadi bijak di masa depan.” Di sini Alkitab mengatakan dengan terang bahwa kita
harus memperhatikan didikan. Jangan kita melontarkan kembali kepada orang yang
memberi saran itu. Seharusnya kita menjunjung tinggi itu.

Alkitab menyebutkan dua macam persetujuan. Nasihat pertama seperti ditulis di


Amsal 20: 5, “Rancangan di hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang
yang pandai tahu menimbanya.” Maksudnya, di dalam setiap orang terkandung
dalam permintaan bantuan. Orang adalah wadah nasihat. Nasihat di hati seseorang
yang disimpan lebih-tahun. Ia mendapat nasihat sebagai hasil dari pengalaman pahit
dan juga tidak pahit. Dari buku bacaan. Dari pimpinan Roh Kudus diundang. Jadi
setiap orang merupakan sumber nasihat.

Namun tidak setiap orang sedia mengeluarkan nasihatnya. Banyak yang segan
memberikan nasihatnya. Mengapa Sebab ia takut untuk “campur tangan” dalam
urusan orang lain. Atau ia malu. Atau bisa dimintai nasihatnya. Namun ayat ini
mengatakan bahwa jika kita “pandai” kita dapat “menimba” banyak nasihat dari
orang lain. Alkitab mengabulkan permohonan kita menjadi penimba nasihat dari
orang lain. Jika kita bisa menimba nasihat, kita tanpa tanda jasa. Jika tidak, kita
rugi. Jadi dalam hal ini kita sendiri yang aktif mencari nasihat itu.
Di samping itu ada juga orang-orang terkenal di dunia ini yang mengarang buku-
buku. Dalam bukunya ia mengeluarkan isi resolusi. Menerima bukunya lebih banyak
dari sebelumnya, yang tak pernah dikeluarkan sebelumnya. Mungkin dia hidup 25
tahun atau 100 tahun sebelumnya. Nah, saudara bisa menimba nasihat dari dalam
buku-buku orang ini. Atau, menimba nasihat dengan membaca buku-buku orang itu,
dari dalam memenangkan.

Demikianlah kita harus menjadi penimba nasihat yang cerdik baik dari orang yang
sudah mati maupun yang masih hidup. Dari yang sudah mati, dengan membaca
buku-bukunya. Dari yang masih hidup, dengan jalan bergaul dan bertanya
bersemangat.

Nasihat kedua adalah nasihat yang diterima sepenuhnya, seperti yang disampaikan
oleh Alkitab, "Dengarkanlah nasihat ……… .." Kadang-kadang nasihat yang kita
terima datang secara resmi. Maksudnya, ada orang lain datang ke kita, duduk
bersama kita dan ingin menolong kita. Dengan tidak ragu-ragu ia menasihati kita
tentang sesuatu hal. Ini baik sekali.

Tanpa kita minta, tanpa kita cari, toh orang itu datang dan karena beban yang ada di
toleransi, ia rela menasihati kita. Orang ini meminta Tuhan untuk memberikan
nasihat bagi kita.

Terkait juga cara meminta datang kepada kita, baik kita aktif mencarinya atau
menerima kita menerima, yang penting bahwasannya nasihat dari orang lain adalah
salah satu saluran yang dipakai Tuhan untuk memberi hikmat bagi kita. Karena itu,
bukalah telinga untuk mendengarkan nasihat dari semua orang.

Saluran ketiga: Orang tua.

Amsal 1: 8 berbunyi, “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan


menyia-nyiakan ajaran ibumu ………” Di sini kita melihat Allah sangat menjunjung
tinggi orang tua. Allah mengatakan bahwa orang tua adalah saluran hikmat
Allah. Allah memberkati kita semua. Dan itu kita tidak boleh menyia-nyiakan ajaran
ibu kita.

Seperti orang muda menganggap dirinya serba tahu. Malahan menganggap orang
tuanya kolot dan ketinggalan zaman. Karena itu mereka berpikir, aku lebih tahu, aku
lebih bisa, aku lebih pintar! Apakah benar seorang muda lebih sulit dari orang
tuanya? Mari kita melihat kejadian di bawah ini!

Cerita tentang seorang pengarang Amerika Serikat, namanya Mark Twain. Sewaktu
terpilih 18 tahun, ia sudah pintar dan membandingkan otaknya dengan otak
mentransfer. Itu benar-benar sulit dipahami. Maka Mark Twain banyak berdebat dan
mendukung. Dia banyak yang mencoba. Oleh sebab itu Mark Twain berpikir, jika ia
terus berjuang dengan diskusi, maka ia tak akan dapat maju. Lalu ia pamit untuk
meminta izin keluar dari rumah guna mencari pengetahuan, jalan dan nafkah
sendiri. Pekerjaan yang didapatnya sebagai kelasi kapal yang berlayar di sungai
Missisppi. Ia meninggalkan tempat tinggal kira-kira 2000 km selama dua
tahun. Setelah dua tahun, ia berpikir untuk pulang dan bertemu dengan
kembali. Sesampainya di rumah menantang ia bercakap-cakap dan berbicara
dengan membantah selama tiga hari. Kemudian, ia ikut rapat, dan ia mengatakan
kepada peserta begini, “Dua tahun yang lalu saya berangkat ayah saya untuk
mencari pengalaman. Pada waktu itu ayah saya sangat bodoh sekali. Namun heran,
sekarang setelah saya kembali, selama tiga hari ini saya banyak berbicara dengan
ayah, dan saya melihat ayah jauh lebih pintar dari pada dulu. Luar biasa! Ayah saya
banyak kemajuan selama dua tahun ini. Sekarang ini ia mengerti lebih dari pada
dulu. Saya angkat topi buat ayah saya ……. ”Sebetulnya, siapakah yang belajar
banyak selama dua tahun itu? Bukan ayah Mark Twain, tetapi Mark Twain
sendiri. Setelah ia keluar dari rumah, dari pengalamannya, ia melihat apa yang dulu
ia anggap Ternyata tidak segampang yang disangkanya. Demikianlah sebenarnya si
anak itu sendiri yang belajar banyak.

Pada umumnya, kita anggap orang tua kita tidak bisa memahami kita. Namun,
karena kita sendiri kurang berpengalaman. Jika kita sudah memecahkan sendiri,
sudah puas makan asam garam dunia ini, pahit getirnya kehidupan ini, baru kita
dapat melihat itu orang tua kita tidak sebodoh seperti yang kita sangka. malahan
orang tua lebih menantang dari pada kita. Itulah sebabnya orang tua memakai
Alkitab menjadi saluran berkat bagi kita, yaitu nasihat-nasihatnya yang berharga
sekali.

Amsal 6:20 berbunyi, “Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah
menyia-nyiakan ajaran ibumu.” Lihatlah di sini: pengajaran, didikan, teguran dan
nasihat dari orang tua yang dianggap hikmat. Sayang sekali terlalu sering kita
melihat anak membuang dan membuang didikan orang tua. Mereka sangat tidak
memperhatikan ajaran orang tua.

Amsal 15: 5 berbunyi, “Orang bodoh menolak didikan menentang, tetapi siapa
mengindahkan teguran adalah bijak.” Saudara-saudara yang muda, janganlah main-
main dengan didikan ayah. Jangan berani menolak nasihat orang tua. Jangan berani
meremehkan nasihat orang tua. Orang yang demikian adalah orang bodoh.

Allah memberikan orang tua kepada kita untuk menjadi saluran berkat. Mengapa
orang tua dapat menjadi pemenang? Karena orang tua lebih mengenal orang tua
dari pada orang lain. Sejak lahir lahir sampai dewasa, orang tua sudah mengenal
gerak-gerik saudara. Orang tua tahu bahwa itu punya sifat malas, atau keras hati,
dan sebagainya. Orang tua selalu mencintai anak-anak. Dari antara semua orang di
dunia yang paling memperhatikan saudara adalah orang tua saudara. Karena orang
tua yang beruntung dan suka saudara menjadi baik, maka orang tua yang beruntung
memberi nasihat yang terus terang dan bermanfaat bagi saudara. Orang lain
mungkin takut menasihati saudara. Mereka kuatir saudara akan tersinggung. Orang
tua tapi berani. Penyebab saudara adalah diri mereka sendiri sehingga mereka
berjuang menegur dan mengoreksi saudara.
Begitulah jikalau saudara ingin menjadi orang yang membantah, saudara
menyediakan waktu dan membuka telinga untuk mendengarkan hikmat Allah yang
disalurkan melalui nasihat-nasihat dari orang tua

Saluran Empat: Teguran semua orang.

Amsal 23:12 berbunyi, “Arahkanlah perhatianmu untuk didikan, dan telingamu ke


kata-kata pengetahuan.” (Terjemahan baru). Dalam Alkitab terjemahan lama,
“Jikalau bawa ditegur, taruhlah hatimu akan dia …………”

Meskipun bisa mendapat teguran, kita menjauh dari hati. Malahan kita sama sekali
tidak suka ditegur. Kita menutup telinga terhadap teguran yang datang. Amsal 13:18
berbunyi, "Kepapaan dan malu akan bahagian orang yang akan ditentang, tetapi
setuju akan kelak orang yang akan pindah tegur" (Terjemahan lama). Dalam
terjemahan baru berbunyi, “Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang didikan,
tetapi siapa yang mengindahkan teguran, ia menyetujui.” Apakah saudara mau
menjadi orang yang mendukung? Setiap orang mau, bukan? Nah, kalau mau,
Alkitab berkata, ingatlah teguran !.

Alkitab berkata, orang yang menolak ditolak didikan. Bebas kita beranggapan, jika
kita ditegur, kita anggap bodoh si penegur itu. Oleh karena itu kita menjadi
tersinggung. Dan karena tersinggung, kita tidak mau memperhatikan itu. Tapi Allah
berfirman jika saudara mau menerima teguran - menerima dengan baik - maka kita
membuktikan diri kita sendiri. Dan jika kita senang tersinggung oleh teguran, kita
membuktikan diri kita bodoh.

Ada orang mengatakan, ya dia mau menerima teguran asal teguran itu disampaikan
dengan baik-baik, lemah-lembut dan sopan. Kalau dengan kasar, keras dan tak
sopan, wah, bagaimana bisa menerima teguran itu? Namun ingat Alkitab tidak
mengatakan jika ditegur dengan halus harus diterima. Kalau ditegur dengan kasar
boleh ditolak. Alkitab hanya mengatakan, terimalah teguran! Orang yang menerima
teguran adalah orang yang bijak. Tidak perduli dari mana datangnya teguran itu,
tidak perduli disampaikan dengan halus atau keras. Bukan yang penting, tetapi
bagaimana sikap kita terhadap teguran itu: menerima atau menolak.

Malahan saya sendiri yakin, teguran yang dikirim lebih kasar dari teguran yang
disampaikan secara halus. Jika disampaikan dengan halus, ada yang akan
diterbitkan, tidak akan dapat meminta izin. Sebab untuk tidak menyinggung
perasaan saudara, maka teguran itu disampaikan hati-hati sekali dan dibungkus
dengan banyak kata-kata sopan. Lebih baik maksudnya dan saudara akan sukarela
bermaksud ………! Kelihatannya lebih mudah diterima tetapi kurang
menguntungkan.

Bagaimana jika ada yang marah kepada saudara, maka orang itu akan melontarkan
kata-katanya dengan terus-terang. Ini merupakan pisau tajam untuk mengoperasi
hati saudara. Artinya, teguran yang datang dari yang sedang marah, sangat terang
sekali maksudnya.
Malahan ada yang mengatakan itu teguran yang lebih baik adalah teguran yang
datangnya dari lawan kita! Karena musuh sama sekali tidak memperdulikan
perasaan saudara. Tegurannya akan sangat cerah sekali dan tajam. Dan saudara
tahu, itu kalau dokter sedang membedah pasiennya untuk membuang penyakit pada
diri pasiennya itu, maka lebih baik jika pisau bedahnya tajam sekali. Jika tidak tajam,
mungkin tidak bisa memperbaiki penyakit itu sama sekali. Demikianlah, teguran
yang tajam dari orang marah atau musuh kita, acapkali sangat berguna untuk
keselamatan segala sesuatu yang kurang baik di dalam diri kita (Lihat Amsal 27: 5)!

Saudara mau tinggal di antara orang-orang berargumentasi? Arahkanlah telingamu


kepada teguran-teguran dan saran macam apa saja, dari mana saja, dan dengan
maksud apa saja. Dengan memanggilnya, dan tidak menolaknya, akhirnya saudara
akan tinggal di antara orang-orang bijak.

Siapa yang menolak didikan, sama melepaskan yang dimiliki sendiri. Siapapun yang
mendengarkan teguran dan nasihat, dapatkan akal budi. Dengarkanlah apa yang
ditanyakan oleh Amsal 9: 8, “Janganlah mengecam pencemooh, tolong jangan
dibencinya, kecamlah orang bijak, maka dapat dikasihinya.” Tapi jika saudara laki-
laki, maka saudara akan setuju orang yang menegur saudara. Bagaimana jika
saudara mengecam dan membenarkan si penegur, maka saudara adalah
pencemooh.

Sekarang baiklah kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita orang berbudi atau
orang bodoh? Kalau kita orang bodoh, kita akan membenci orang yang menegur
kita. Jika kita orang berbudi, kita akan meminta orang yang menegur kita. Kita bodoh
atau bijak? Kita bisa membahasnya sendiri.

Alkitab berkata, “Siapa yang mencintai didikan, mencintai pengetahuan; Tapi siapa
membenci teguran, adalah dungu ”(Amsal 12: 1). Ayat ini mengatakan yang lebih
berat lagi, yaitu siapa yang membenci teguran, adalah dungu. Dungu di sini lebih
berat dari bodoh. Dungu ini artinya sedikit miring. Orang yang tidak sadar
betul. Tidak berakal sehat. Jadi hati-hatilah! Jangan terlalu gampang jangan teguran.

Sekarang saya akan membuka ayat yang terakhir terkait dengan teguran. Ayat ini
sungguh menakuti hati saya. Bunyinya sebagai berikut, "Siapa yang bersitegang
leher, Setelah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat
dipulihkan lagi." (Amsal 29: 1). Menurut ayat ini, adalah seseorang mendapat
teguran. Bukan hanya sekali teguran, melainkan beberapa kali teguran. Sudah
sering ditegur. Sebaliknya, pada saat menerima dan menantang diri sendiri, orang
ini bersitegang leher. Ia punya sifat keras kepala, hati batu! Ia anggap sendiri tahu
semua demikian meminta izin orang lain. Ia bisa melakukannya dengan baik
sekali. Demikianlah ia selalu menolak teguran. Apa yang terjadi selanjutnya?

Alkitab berkata, ia “akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan


lagi!” Istilah meremukkan di sini digunakan untuk menghancurkan batu dan
sejenisnya yang keras. Di sini dimaksudkan untuk pindah ke yang keras dan hati
yang membatu.
Saya harap saudara jangan salah paham. Allah itu tidak terus menerus mengalah
kepada kita. Allah hanya mengucapkan begini, “Saya mau memuji dan menolong
orang itu, tetapi orang itu tidak lebih besar dari pada saya. Jika orang itu tidak setuju
pada teguran dan nasihat saya (yang saya berikan karena saya mohonainya), jika ia
terus menerus bersitegang leher dan terus terus menerus keras kepala, akhirnya
saya berbicara meremukkan orang itu, karena katakanlah ia tidak bisa main-main
terus dengan saya! ”

Saudara, jika kita melihat semua kejadian di dunia ini dari segi Tuhan, saya kira kita
tidak perlu bingung atas semua kejadian yang menimpa kita. Misalnya, kita punya
teman yang meninggal karena kecelakaan mobil, orang lain lagi mati cepat karena
penyakit, atau ada orang yang terbakar sampai habis, atau barangnya dicuri
maling. Saya yakin dalam kejadian-kejadian seperti itu, Allah sudah mulai
“meremukkan” leher orang yang selalu bersitegang leher dan tidak mau menerima
teguran Tuhan. Mereka sudah sering mendengar teguran, tetapi tidak menghiraukan
firman Tuhan sama sekali, maka Tuhan menghukum mereka.

Lihatlah bencana gempa bumi, bencana, dan bencana lain! Jika kita awas, kita
dapat melihat tangan Tuhan di balik semua ini. Tangan yang sedang meremukkan
kepala yang keras dan hati yang membatu.

Dan jika Allah sudah meremukkan, Alkitab mengatakan hal itu “tanpa dapat
dipulihkan lagi!” Oh, dahsyat sekali. Sebenarnya Alkitab ini adalah buku yang penuh
dengan harapan. Banyak ayat-ayat harapan yang indah bagi kita. Orang-orang yang
hancur hati dan patah hati datang ke Alkitab dan meminta Alkitab dapat
membebaskan mereka.

Namun ingat, di sini ada ayat yang mengatakan di mana tidak ada harapan
lagi! Menurut ayat ini, ada garis, di mana kesabaran Allah berhenti. Dan di garis itu
pula, hukuman Allah mulai! Di mana kesabaran Allah mencapai batasnya, di situ
hukuman Allah mulai datang. Di mana garis itu? Garis itu terletak pada saat saudara
terus menerus menolak teguran Allah, pada saat saudara terus menerus tidak
menggubris firman Allah! Akhirnya saudara akan “diremukkan” tanpa dapat
dipulihkan lagi.

Allah menghendaki kita semua menjadi orangutan. Untuk itu Allah telah
menyediakan empat saluran untuk memberikan hikmatNya kepada kita. Melalui
firmanNya, melalui persetujuan, melalui orang tua, dan melalui teguran.

Saya harap saudara tidak menyumbat saluran-saluran hikmat Allah ini. Senang, jika
saudara bijak, dengarkanlah dan terimalah dengan senang hati semua ini dapat
membantu saudara lelaki yang berhikmat.

Saya mengajak saudara, marilah kita menjadi orang yang menantang!

Amin

Anda mungkin juga menyukai