Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas Konsep Tashaur.

Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

5 Oktober 2016

[1]

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keistimewaan manusia dari segala sesuatu adalah manusia karena punya
akal pikiran. Dan tidak ada yang mulia di dunia ini, kecuali manusia yang
berakal. Salah satu fungsi akal dalam kehidupan manusia tiada lain sebagai
petunjuk jalan guna memilih yang bermanfaat dan meninggalkan yang
mudharat.
Berbagai kenyataan di lapangan yang ditemukan seputar berpikir kritis,
analitik, dan logic, jauh dari yang diharapkan bagi sebuah masyarakat modern
yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan sebagai salah satu kebutuhan dalam
kehidupannya.
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi akal pikiran benar-benar
menganjurkan ummatnya untuk melakukan apapun dengan landasan ilmiah
yang memiliki akurasi data yang baik, dan benar. Sehingga muncullah paham
yang Benar Akurat dan Lengkap. Filsafat melalui salah satu cabangnya,
memberikan jalan keluarnya dengan istilah logika yang juga banyak dikenal di
dunia Islam dengan istilah mantiq, yang juga memiliki cabang alat berpikir runtut
yang dikenal dengan silogisme.
B.

RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Tashaur?
Apa pengertian Dilalah?
Sebutkan macam-macam Tashaur dan Dilalah?

C. MAKSUD dan TUJUAN


Maklah ini kami buat untuk memenuhi tugas Matakuliah Mantik yang
diampu oleh Dr. Edwin Syarif, M.Ag. dan untuk mempermudah teman-teman
pembaca yang ingin memperdalam pengetahuan mengenai Ilmu Mantiq
khusunya mengenai pembahasan Tasawur dan Dilalah.

[2]

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Pembagian Tasawur
Tasawur adalah gambaran yang ada pada akal manusia secara langsung
dengan sendirinya tanpa membebani dengan sifat atau hukum lain. Contoh:
apabila

ada

orang

yang

berkata

pisang

maka

menggambarkan atau membayangkan arti pisang.

pikiran

kita

adapat

Dalam kitab Idhohu al-Mubham2 dikatakan bahwasanya tasawur terbagi dua:

Tasawur dharuri, yaitu: tasawur yang dapat dicapai dengan mudah


(tidak memerlukan pemahaman yang mendalam).
Contoh: 1+1=2

Tasawur Nazhari, yaitu: tasawur yang dapat dicapai dengan menganalisa


secara mendalam.
Contoh: 1 setengah dari 2
B. Pengertian dan Pembagian Dilalah
1.

Pengertian Dilalah

Dilalah adalah proses pemahaman sesuatu dari sesuatu yang lain;

sesuatu yang pertama disebut madlul (yang ditunjuk ), sedangkan yang kedua
disebut dal (yang menunjuk ).
Contoh : senang dan tertawa . senang adalah madlul dan tertawa adalah
dal.
2.

Dilalah terbagi atas 2 bagian:


A. Dilalah Lafdziyah

1 Muhammad Rofik, pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq,(Surabaya:Al-Miftah ,


2010),hal:12

2 Syeikh Syihabuddin Ahmad bin 'Abd al-Mun'im al-Damanhuri


[3]


"Dilalah yang dalnya berupa kata-kata atau suara
Dilalah ini terbagi 3:
1. Dilalah Lafdziyah Thabiiyyah

Dilalah yang dal nya berupa suara yang bersifat alamiah
Contoh: Dipahaminya ungkapan terkjut dari waw! atau rasa sakit dari aduh
2. Dilalah Lafdziyah Aqliyah

" Dilalah yang suara dalnya berupa suara rasional
Contoh: adanya orang di kamar dapat dipahami dari adanya percakapan di
kamar itu.
3. Dilalah Lafdziyah Wadhiyah

"Dilalah yang dalnya berupa kata yang ditunjukkan untuk suatu makna tertentu
Contoh: pemahaman kita terhadap segala sesuatu yang datang dari Nabi , baik
yang berupa perkataan, perbuatan maupun penetapan nabi atas perbuatan
sahabat (takrir) dari istilah as-sunnah.3
a. Dilalah Lafdziyah Wadhiyah Muthabaqiyyah
Muthobaqoh yaitu dilalah yang menunjukkan arti dari suatu lafadz secara
tetap sesuai dengan keadan yang sebenarnya.
Contoh: Seorang murid bertanya kepada gurunya: pak, rokok itu apa ?
Pak guru menjawab: rokok ialah tembakau yang di gulung dengan
kertas.
Rokok di artikan dengan tembakau yang digulung dengan kertas, adalah
tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Dilalah Wadhiyah Thadhammuniyyah
Dilalah tadhommun, yaitu yang menunjukan arti dari suatu lafadz pada
sebagian saja. Dari arti yang tepat dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Umpama, pengertian lafadz rokok dengan tembakausaja.
Padahal tembakau itu hannya sebagian saja dari rokok. Dan yang demikian itu
adalah pengertian yang tidak/belum tepat/belum sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
c. Dilalah Lafdziyah Iltizamiyyah
Dalalah Iltizam, yaitu yang menunjukan arti dari suatu yang pasti ada
pada lafadz itu, tapi tidak tepat sesuai dengan keadan yang sebenarnya.
Contoh:
3 Syukriadi Sambas, Mantik Kidah Berfikir Islami.(Bandung:PT . Remaja Rosdakarya,
1996).hal:40-41-43

[4]

Seorang anak bertanya kepada ibunya: bu, sambal itu apa ?


Ibunya menjawab: sambal itu ialah pedas yang menambah enaknya makanan.
Kata sambal diartikan pedes itu tidak tepat dengan keadaan yang
sebenarnya. Tapi pedes itu, pasti ada pada sambal, sebab sambal artinya
lombok/cabai/merica dan bahan-bahan lain (seperti garam, terasi dn lain-lain)
yang di ulek (dilembutkan dengan alat khusus untuk membuat sambal). Dan
semua makanan yang ada cabai atau mericanya tentu pedes. Jadi adanya cabai
atau merica itu memastikan adanya pedes. 4
Dilalah lafdziyyah wadhiyyah inilah yang merupakan materi pembahasan ilmu
mantiq.
B. Dilalah Ghairi Lafdziyah

Dilalah yang dalnya berupa bukan kata-kata atau suara 5
Dengan kata lain, Dilalah Ghairi Lafdziyah seperti halnya dilalah Lafdziyah
, terbagi menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Dilalah Ghairi Lafdziyah Thabiiyah, yaitu:

Dilalah yang dalnya bersifat alami
Contoh: Merahnya wajah menunjukan rasa malu.
2. Dilalah Ghairi Lafdyiyyah Aqliyyah, yaitu:

Dilalah yang dalnya berupa sesuatu yang rasional
Contoh: dipahaminya ada orang masuk kamar dari keadaan kamar yang
berantakan (padahal semula keadaan kamar itu rapi).
3. Dilalah Ghairi Lafdziyyah Wadhiyyah, yaitu:

Dilalah yang dalnya berupa sesuatu yang sudah baku sehingga dapat dipahami
suatu arti tertentu.
Contoh : dipahaminya tidak setuju dari menggelengkan kepala.

4 Cholil Bisyri Mostofa,Terjemahan Assullamul Munauroq.(Bandung: PT


Almaarif,2000). hal. 18
5 Sukriadi,Opcit,.hal.45.
[5]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tasawur adalah gambaran yang terlintas di fikiran tentang suatu objek
yang disebutkan. Tasawur terbagi dua:
Daruri
Nazhari
2. Dilalah
Dilalah

adalah

memahami

sesuatu

dari

sesuatu

yang

lain.

Pembagian Dilalah sebagai berikut:


a. Dilalah Lafzhiyah adalah Petunjuk yang berupa kata atau
suara. Dilalah ini terbagi menjadi tiga:
1) Dilalah Lafzhiyah Thabiyah, yaitu dilalah yang berbentuk alami.
2) Dilalah Lafzhiyah Aqliyah, yaitu dilalah

yang dibentuk akal

pikiran.
3) Dilalah Lafzhiyah Wadhiyah, yaitu dilalah yang dengan sengaja
dibuat oleh manusia untuk suatu isyarah atau tanda berdasar
kesepakatan.
Dilalah Lafzhiyah Wadhiyah dibagi menjadi tiga:
1)

Dilalah Lafzhiyah Wadhiyah Muthabaqiyah.

2)

Dilalah Lafzhiyah Wadhiyah Tadhammuniyah.

3)

Dilalah Lafzhiyah Wadhiyah Iltizamiya

[6]

b.

Dilalah Ghairu Lafzhiyah adalah petunjuk yang tidak

berbentuk kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga:


1) Dilalah Ghairu Lafzhiyah Thabiyah, yaitu dilalah yang berupa
sifat alami.
2)Dilalah Ghairu Lafzhiyah Aqliyah, yaitu dilalah yang dibentuk akal
pikiran.
3)Dilalah Ghairu Lafzhiyah Wadhiyah, yaitu dilalah yang dengan
sengaja dibuat oleh manusia untuk suatu isyarah atau tanda
berdasar kesepakatan.

B. Kritik dan Saran


Makalah ini sudah tentu memiliki kesalah, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca, agar kami bisa
membuat makalah yang lebik pada kesempatan berikutnya.

[7]

DAFTAR PUSTAKA
Djalil, Basiq. 2010. Ilmu Logika. Jakarta:Kencana
A, Baihaqi. Ilmu Mantiq Teknik Dasar Berpikir Logika. Darul Ulum Press
Muhammad Rofik, pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq,(Surabaya:Al-Miftah ,
2010)
Syukriadi Sambas, Mantik Kidah Berfikir Islami.(Bandung:PT . Remaja
Rosdakarya, 1996)
Cholil Bisyri Mostofa,Terjemahan Assullamul Munauroq.(Bandung: PT
Almaarif,2000)
Sukriadi,Opcit

[8]

Anda mungkin juga menyukai