Anda di halaman 1dari 20

TRADISI-TRADISI ISLAM NUSANTARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Aswaja 2

Dosen Pengampu :

Dr. Dwi Aprilianto, Lc., M.HI

Disusun oleh :

Eka Indah Erfiana (011810008)


Iffah Nur Wahidah (011810012)
Ririn Ade Safitri (011810030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AGAMA ISLAM

2022
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Dzikir berasal dari kata dzakara-yadzukura-dzikran, yang
mengandung arti merujuk, mengingat, memfokuskan, mengingat,
menceritakan, melindungi, mengambil contoh, mengetahui dan
memahami.1 Sementara dari segi istilah, dzikir adalah pembersihan
dari medan kelalaian dan kecerobohan, dengan menopang
keberadaan hati dan mulut menuju medan musyahadah (melihat-
Nya).
Arti penting dzikir tentang bahasa, dzikir berasal dari kata
dzakara, yadzakaru, dzukr/dzikir yang berarti kegiatan secara lisan
(merujuk, menceritakan, mengatakan) dan dengan hati (mengingat
dan merujuk). Kemudian ada orang-orang yang berpendapat bahwa
dzukur (bidlamumi) seolah-olah. Yang dapat diartikan sebagai
kerja, hati dan lisan, sedangkan dzikir (bilkasri) dapat diartikan
secara eksplisit untuk kerja lisan. Sementara itu, mengenai susunan
kata, dzikir tidak terlalu jauh dari pemahaman implikasi
lughawinya yang unik. Bahkan dalam rujukan kata saat ini,
misalnya al-Munawir, al-Munjid, dll, mereka telah memanfaatkan
implikasi istilah, misalnya, adz-dzikir dengan makna memuji,
merayakan Allah swt. Dan seterusnya.2
Sesuai iklan Syekh Abu Ali Daqqaq sebagaimana diungkap oleh
Joko S. Kahhar dan Gilang Vita Medina mengatakan: "Dzikir
adalah andalan jalan menuju Allah swt yang sangat kokoh." tanpa

1
Khoirul Amru Harap, Reza Pahlpi, “ Dahsyatnya Do’a dan Dzikir”, (Jakarta: Qultum Madia
2008), hal. 3.
2
Joko S. Kahhar&Gilang Citra Madinah, “Berdzikir Kepada Allah Kajian Spiritual Masalah
Dzikir dan Majelis Dzikir”, (Yogyakarta: Sajadah_press, 2007), hal. 01.

1
diragukan lagi, dzikir hanyalah alasan untuk tarekat. Tidak ada
seorang pun

2
yang bisa sampai kepada Allah swt. melainkan individu-
individu yang terus menerus berdzikir kepada-Nya. Dzun Nuum al-
Mishry juga menggarisbawahi tentang dzikir bahwa, “Seseorang
yang benar-benar berdzikir kepada Allah swt. maka dia akan gagal
untuk mengingat segala sesuatu kecuali dzikirnya. Allah SWT. akan
melindunginya dari segala sesuatu, dan dia akan tergantikan. dari
semua hal.”
2. Pembagian Dzikir
Dzikir dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Dzikir bil lisan, suatu bentuk dzikir yang realitas pelaksanaannya
dilakukan dengan membaca kalimat-kalimat taukhid, seperti
tahlil, tahmid, tasbih dan lain-lain. Dzikir secara lisan adalah
menyebut Allah dengan huruf dan suara. Imam Fakhurrozi
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dzikir lisan adalah
mengucapkan kalimat suci dengan lisan seperti mengucapkan
tasbih Subhanallah, Alhamdulillah, Lailahailallah, Allahu
Akbar.
2. Dzikir bil Qolbi, yaitu jenis dzikir yang dilengkapi dengan media
renungan, menelaah indikasi kerukunan Tuhan dan misteri-
misteri yang disuguhkan melalui ciptaan-Nya. Dzikir dengan hati
adalah berdzikir atau melafalkan Allah dalam hati, tidak berhuruf
dan bersuara, sebagai tafakkur mengingat Allah, mengingat
keistimewaan wawasan ciptaan-Nya dari atas ke bawah dan
memikirkan hakikat dan sifat Allah Yang Maha Mulia.
3. Dzikir bil Qolbi, yaitu jenis dzikir yang dilakukan dengan media
refleksi, memikirkan indikasi kerukunan Tuhan dan misteri yang
disimpulkan melalui ciptaan-Nya. Dzikir dengan hati adalah
berdzikir atau membaca Allah dalam hati, tidak berhuruf dan
bersuara, sebagai tafakkur mengingat Allah, menelaah misteri
ciptaan-Nya dari atas ke bawah dan memikirkan tentang hakikat
dan sifat Allah Yang Maha Mulia.

2
4. Dzikir bil Jawarih, yaitu jenis dzikir yang dilakukan dengan
mempersiapkan segala kekuatan dan kapasitas yang terdapat di
dalam tubuh sebagai penampilan untuk mematuhi perintah Allah
secara umum dan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari
larangan-Nya.3
3. Manfaat dan Tujuan Dzikir
a) Manfaat dzikir
Kitab al-Wabil as-Shahib min al-Kalam ath-Thayib, Ibn
al-Qayyim al-Jauzi, sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Isa
dan Abu Muhammad yang digunakan Amru sebagai sumber
perspektif, menyebutkan bahwa kelebihan dzikir antara lain :
1) Membawa sukacita Tuhan,
2) Membawa sukacita, kegembiraan, dan keterbukaan hati,
3) Menerangi wajah dan hati,
4) Membawa makanan,
5) Muhabbah berbuah (cinta Allah),
6) Menciptakan kedekatan dengan Allah,
7) Hapus kesalahan,
8)Melindungi lidah dari kata-kata yang menjijikkan,
mencemarkan nama baik, memerangi dan berbohong,
9) Merupakan awal dari apresiasi,
10) Jadikan ahli dzikir sebagai penghuni surga yang umumnya
menyeringai,
11) Memberikan karma kepada guru dzikir.4
M. Sholihin dalam bukunya memaknai bahwa kelebihan
dzikir adalah dapat mengantarkan seorang pekerja ke tempat
yang tinggi (jabatan, misalnya maqam mahabbah (tempat kasih

3
Aliyah Abidin, “al Luju’ Ila Allah Adi’iyyatun Wa Azkarun Min Al Qur’an Wa Assunnah”, Terj.
Abdurahman Wahyudi, “Mengungkap Dimesti Ibadah Zikir dan Do’a Berdasarkan al-Qur’an dan
sunnah”, (Semarang: Pusat Nuun, 2009), hal. 2.
4
Khoirul Amru Harap, Reza Pahlepi, “Dahsyatnya Do’a dan Dzikir”, (Jakarta: Qultum Madia
2008), hal. 98-103.

3
sayang) yang merupakan (jiwa) agama, posisi kebahagiaan
abadi.5
a) Tujuan Dzikir
Menurut Achyar Zein, tujuan dalam dzikir adalah
"pemenuhan Tuhan" bukan pemenuhan orang-orang yang
berzikir, jadi tidak ada cara alternatif kecuali berdzikir sesuai
petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Dzikir akan
meningkatkan kapasitas dalam diri seorang individu yang
menganggap Allah SWT dengan tujuan bahwa kehadiran-Nya
sangat dekat dengan diri sendiri. Dalam kondisi seperti ini, dzikir
dapat memberikan rasa keselarasan dalam jiwa pelakunya
sekaligus menjadi benteng bagi perbuatan keji.6
Tujuan utama di balik berdzikir yang dikutip dari kitab
tasawuf karya Mulyadi adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. sehingga ahli dzikir hanya akan merasakan
kehadiran Tuhan di dalam hatinya.7
B. Tabarruk
1. Pengertian tabarruk
Tabarruk (‫برك‬KKK‫ )ت‬berasal dari kata barokah (‫ )بركة‬yang
kemudian dikonsumsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi hadiah
atau pemberian. Dalam tabarruk ada 3 komponen di dalamnya,
pertama, mutabrrik, khususnya individu yang melakukan
tabarruk, selanjutnya al mutabarrok bih, yaitu utusan atau media
yang digunakan untuk tabarruk, dan ketiga al-mutabarrok ilah,
yaitu benda atau tujuan khususnya Allah SWT. .
2. Tabarruk dalam pandangan ulama
Di sini tabarruk menurut pandangan peneliti ada tiga macam:
a) Tabarruk diizinkan
5
M. Sholihin, “Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2005), hal. 118.
6
Achyar Zein, “Makna Dzikir Persepektif Mufasir Modern di Indonesia”, (Jurnal Studi Keislaman
2015), Vol.9 No. 2, hal. 510.
7
Mulyadi , “Menyelami Lubuk Tasawuf”, (Erlangga 2006), hal. 253.

4
Tabarruk dengan amal saleh yang merupakan hal-hal
yang telah ditetapkan. Ini menyinggung shohi bukhori di
mana dikatakan bahwa ada tiga pemuda yang terperangkap di
sebuah gua. Kemudian, pada saat itu, mereka mengatakan
bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka semua
dari batu kecuali jika mereka umumnya memohon kepada
Allah Ta'ala dengan merujuk pada perbuatan besar mereka.8
b) Diizinkan tabarruk
Ulama' sependapat bahwa tabarruk terhadap benda-
benda yang menyinggung kemusyrikan tidak dipertahankan.
c) Tabarruk yang tidak menyenangkan
1) Tabarruk melalui syafaat orang-orang saleh, baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal. Menurut
peneliti 'Bright and Shi'a diperbolehkan, panjang
intervensi difokuskan pada Allah. Sementara itu, seperti
yang ditunjukkan oleh Wahhabi, itu sama sekali ilegal.9
2) Berziarah ke makam orang-orang yang sholeh dan
tawassul diperbolehkan sebagaimana disebutkan oleh
para peneliti Sunny dan Syi'ah dan dilarang oleh
Wahhabi.10
3. Tabarruk Dalam Dunia Islam
a) Hakikat tawassul
Tawasuul dianggap sebagai metode lain dari berdo'a
kepada Allah swt yang tidak bersifat daruri (wajib).
Tawassul juga bisa dilakukan dengan beramal, seperti
memperbanyak sholat Sunah, membaca Al-qur'an dan
bersedekah, tawassul model ini dengan dalil hadist yang

8
Al-Bukhari, Al jami, Al-musnad, hal. 90.
9
Ibnu Taimiyyah, majmuk fatawa syaikh al- islam ibnu Taimiyyah, (Dar wal wafa’t.tp, t.t), Jilid
XXVII , hal: 79.
10
Khoirul, “Deradikalisasi Politik Wahabi-Syi’ah Dalam Konteks Mazhab Tafsir Keindonesiaan”
Jurnal Syariati Vol 1 No 2, 2015, hal 252

5
menceritakan kisah tiga orang yang terjebah didalam goa dan
mampu keluar setelah bertawassul dengan amal mereka.11
b) Hakikat tabarruk
Hakikat tabarruk adalah permohonan kepada Allah
melalui hambanya yang dicintai, para nabi dan waliyullah,
karena sebuah keyakinan akan keutamaan mereka disisi
Allah, sehingga melalui mereka limpahan serta dapat
diterima oleh mutabrrik (orang yang mengambil) dengan
setiap tetap berkeyakinan bahwa objek mutabarrik adalah
peranta menuju Allah swt.
Berikut merupakan perkara-perkara yang diambil
berkahnya oleh para sahabat nabi Muhammad saw, di
antaranya:
1) Tabarruk dengan rambut dan sisa air wudhu Rasulallah
Saw.12
Ambillah berkah dari napak tilas Rasulullah saw.
Telah banyak diriwatkan hadisnya dengan sanad-sanad
yang sohih. Diantaranya adalah tabarruk dengan rambut
Rasul sebagaimana dilakukan oleh ummu salamah
berkeyakinan dengan barokah rambut Nabi Muhammad
tersebut bisa memberi kesembuhan bagi orang yang
sakit.
2) Tabarruk dengan tempat sholat Nbi Muhammad Saw.13
Abdullah bin Umar tabarruk ditempat yang selalu
dihidangkan oleh rasullah. Nafi' meriwayatkan bahwa
Abdullah ibn Umar bercerita kepadanya, bahwa nabi
Muhammad melaksanakan sholat dimasjid kecil yang
terletak di bawah masjid yang ada dibukit rauha',
Abdullah ibn Umar sendiri yang mengetahui lokasi
11
Al- Thabarani , al mu’jam al kabir lil al thabarani XXI, hal:120
12
Amin Farih, ”Paradigma Pemikiran… hal: 296
13
Ibid, 297

6
dimana Rasullah melaksanakan sholat. Ia berkata,
"Disana dari arah kananmu ketika kamu sholat, masjid
tersebut berada ditepi jalan sebelah kanan ketika kamu
pergi ke Mekah. Jarak antara masjid itu dengan masjid
Nabawi sejauh mana melempar batu atau semisal itu,
itulah tempat yang di sholati Nabi Muhammad.
3) Tabarruk dengan benda yang di sentuh oleh Rasullah.14
Hal ini sebagaimana yang diteladani dari ummu
sulaim. Iaim kantong mulut kulit bekas mun Nabi
Muhammad dan merawatnya dengan alasan memohon
permohonan dari peninggalan Rasullah saw.
4) Tabarruk dengan mencium tangan orang yang
bersalaman dengan Nabi Muhammad.15
Dalam hilyatu al-Auliya' dijelaskan bahwa salamah
ibnu al-Akwa dari yahya ibnu al-Harits al-dzimari, ia
bertemu dengan watsilah ibn al-Asqa', dia bertanya:
"apakah engkau telah dibai'at oleh Rasulallah dengan
tanganmu ini? Yahya menjawab "benar," wasilah
berkata, "julurkan tanganmu, aku akan menciumnya,
"yahya kemudian memanfaatkan dan aku mencium
tangan tersebut".
5) Tabarruk dengan jubah rasulallah. 16
Dikisahkan bahwa sahabat asma' binti abu bakar
menyimpan jubah Nabi Muhammad sewaktu-waktu ada
yang membutuhkan maka jubbah tersebut dialap
berkahnya sesuai hajat mereka seperti untuk
penyembuhan hajat lainnya.
4. Tabarruk di Kawasan Islam Syi’ah

14
Ibid,298
15
Ibid, 298
16
Ibid, 299

7
Si’ah adalah sekte Islam yang mempunyai sejarah panajang.
Setelah salah satu peneliti tentang teologi Isla, aliran si’ah, amin
ada empat prinsip utama, yaitu:
1) Ismah, itu berarti bahwa para iamam atau pemimpin terbangun
dari kegagalan,
2) Mahdimisme, mereka percaya pada kembalinya Imam Mahdi
sebagai pemimpin ke-12 hilang dalam 260 jam. Kembalinya
Mahi diangap sebagai penolong dan memulihkan keadilan dan
kebenaran,
3) Taqiyyah adalah taktik politik Syiah yang digunakan untuk
menyembunyikan identitas mereka dalam keadaan darurat,
4) Raja, kembali ke prinsip kepemimpinan (imam).
Masalah terpenting antara Sunni dan Syiah adalah masalah
kepemimpinan. Bagi kaum Syiah, pemimpin mutlak mengemban
tugas melalui 12 imam yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad agar para pemimpin (imam) mereka bangkit dari
segala ketidakadilan dan dosa.
Namun, kedua kelompok besar Islam ini memiliki kesamaan
mereka pada berkah. Kelompok syiah juga menghargai nilai ziarah
ke Tabarruk, Tawassul dan makam para wali. Buktinya adalah
pembangunan makam imam mereka, yang dibangun dengan megah
sebagai penghormatan terhadap keberadaan Imam dan
keberhasilan. Bahkan, seperti Ahlus Sunnah, pada tahun mereka
juga meminta bantuan para Wali Allah untuk mendoakan keiginan
mereka.
Dari perspektif Syiah, Tawassul dan Tabarruk pada dasarnya
sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Tawassul juga bersifat
spiritual dalam hal menempatkan pemimpin agama dihadapan
Allah untuk tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan, dan
Tawassul adalah materi yang Allah bebankan pada orang-orang
tertentu dan bersifat batinniyah, sedangkan Tabarruk yaitu proses

8
mencari kebaikan dan berkah spiritual dan bersifat spiritual.
Tabarruk memiliki tiga hal yang berkaitan dengan:
1) Munculnya materi supernatural suci,
2) Transmisi kekuatan Tuhan ke zat tertentu,
3) Diberkati tetapi meningkatkan kualitas esensi positif.
Media Tabarruk yang digunakan dalam Siah banyak
kesamaannya dengan Ahlus Sunnah, seperti Tabarruk untuk Nabi
Muhammad SA dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya,
Tabarruk dengan Al-Qur’an dan orang-orang yang dianggap saleh,
dan Tabarruk dengan Hajar Aswad. Namun, ada benda-benda
khusus yang dianggap suci oleh ulama Syiah, sbagai Tabarruk,
yaitu:
1) 12 imam,
2) Bendera Imam Hasan dan Husen,
3) Pedang Ja’far Athtayar,
4) Qur’an dinisabatkan kepada Ali Bin Abi Talib,
5) Sisa makanan Ahlhal Bayt.17
C. Suwuk dan Mantra
1. Pengertian Suwuk
Dalam rujukan kata bahasa Jawa Wiktionati, suwuk adalah
pembacaan mantra sing disebulake ing dew-embun, untuk bacaan
tertentu misalnya mantra yang akan ditiup di ubun-ubun pasien
untuk meringankan penyakitnya. Suwuk adalah pengobatan elektif
di mana mantra dibacakan dalam segelas air, yang akan diminum
pasien.18 Di antara orang Jawa, suwuk dipandang sebagai
pengobatan pilihan atau teknik penyembuhan, memabukkan pasien
atau lebih dengan menceritakan manta atau membaca bacaan di atas

17
Layyinah Nur Chodijah, “Konsep Tabarruk Perspektif Ahlussunnah Wal Jama’ah Dan Syi’ah:
Studi Komperasi Pemikiran Zaynu Al-Abidin Ba’alawai Dan Ja’far Subhani” (Tesis – Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2021).
18
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 558.

9
air yang disimpan dalam gelas oleh seseorang yang memiliki
kemampuan atau pertemuan penyembuhan.
Dalam budaya Jawa, praktik suwuk telah diturunkan dari satu
zaman ke zaman lainnya dalam adat Jawa. Di sini, sistem perbaikan
diakhiri dengan menceritakan mantra seseorang yang dianggap
sebagai pendidik, dukun atau penyembuh melalui air, kemudian
individu memberikannya kepada individu yang musnah. Cukup
tuangkan atau percikan untuk minum atau mandi. Sampai saat ini,
praktik suwuk masih ada dan dapat ditemukan di berbagai tempat
dengan upacara penyembuhan yang berbeda dan tempat untuk
latihan pengobatan pilihan adat.
Jika penghibur memiliki dasar Islam, mantra atau permohonan
yang ditujukan kepada pasien biasanya menggunakan bahasa Jawa
kuno yang disertai dengan gambaran keyakinan pra-Islam (Hindu
dan Buddha), dan terkadang dicampur dengan bahasa Arab.19 Untuk
situasi ini, pada umumnya mereka diarahkan oleh sebuah buku
berjudul Primbon. Uniknya jika orang yang menjadi penulisnya
adalah seorang pendeta atau pendeta yang memahami Al-Qur'an
dan As-Sunnah, maka mantra dan permohonan yang dibaca adalah
bacaan Al-Ma'tburah seperti surat Al-Fatihah atau bagian-
bagiannya. dari Al-Ma'tburah. Al-Qur'an dan petisi lainnya dari
Nabi Muhammad.
Pada umumnya, praktik suwuk tidak dipahami seperti itu di
Indonesia. Sebelumnya, ketika Walisongo berdakwah, salah
seorang tokohnya, khususnya Maulana Ishaq yang berasal dari
Samarkand, Rusia bagian selatan, adalah seorang ahli pengobatan
konvensional. Salah satu teknik pengobatan yang digunakan oleh
Maulana Ishaq adalah dengan melakukan suwuk. Teknik suwuk ini
merupakan pilihan yang kontras dengan dakwah Maulana Ishaq

19
Rosihan Anwar, Demi Dakwah (Bandung: Al-Ma’arif, 1976), 5.

10
dengan memberikan pengobatan gratis kepada penduduk di setiap
ruang yang dikunjunginya.20
2. Teknik Suwuk
Mengenai metode dan media yang digunakan dalam
melakukan suwuk, berdasarkan beberapa hadits Nabi dapat
dipahami bagaimana melakukannya dan media apa yang digunakan,
yang meliputi:
a) Hanya membaca dengan teliti sebuah permintaan atau membaca
dengan teliti beberapa bagian dari Al-Qur'an.
b) Membaca permintaan, kemudian, pada saat itu, meniup kedua
telapak tangan dan menggosok seluruh tubuh.
c) Membaca permintaan, meniup dan meludah sedikit.
d) Bacakan permintaan dan tempelkan tangan kanan pada tubuh
yang terasa nyeri dan usap.
e) Baca permintaan dan letakkan jari di tanah lalu, pada saat itu,
angkat.
f) Baca permintaan dan masukkan tangan ke dalam air yang
dicampur dengan garam.
g)Membaca permintaan, menuangkan air Zam-zam dan
meminumnya.
h) Tulislah beberapa bait Al-Qur'an atau doa di atas kertas atau
peralatan makan yang tidak terkena air, kemudian diminum atau
digunakan untuk mencuci.
I) Pukul dada, kemudian, tiup mulut dengan sedikit air liur dan usap
wajah dengan air sambil membaca doa.21
3. Pengertian Mantra
Seperti yang ditunjukkan oleh definisi keseluruhan, mantra
diambil dari kata Sansekerta, menjadi spesifik "mantra" atau
"manir", yang menyinggung kata-kata dalam teks suci Hindu.
20
Achmad Zuhdi, “Tradisi Suwuk Dalam Tinjauan Sains Modern,” Jurnal Studi Keislaman 13, no.
1 (April 2019): 119
21
Ibid., 124-129.

11
Dalam masyarakat Melayu, mantra atau disebut juga dengan jampi,
umpatan atau seruan adalah sejenis artikulasi yang bunyinya seperti
syair yang mengandung unsur-unsur santet dan direncanakan untuk
memuaskan keinginan sang pionir. Jadi pengertian mantra adalah
bagian yang digunakan untuk melakukan mantra, khususnya untuk
mencapai sesuatu yang mendalam, misalnya, menindas musuh,
melemahkan musuh, atau menggambar wanita.
Harus dipahami bahwa mantra tidak persis sama dengan
pesona. Mantra juga tidak sama pentingnya dengan petisi.
Permohonan surga adalah permohonan kepada Allah SWT,
sedangkan mantranya menyerupai ikhtiar menarik pelatuk senjata
api yang disebut daya hidup. Kekuatan eksistensi manusia
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Karena sifatnya yang suci, mantra tidak boleh dibacakan oleh
siapa pun. Hanya kucen atau punduh (petua adat di wilayah adat
Kuta) dan pengawas yang berhak dan dianggap layak membacakan
mantra. Artikulasi juga harus disertai dengan proses upacara
tertentu, misalnya asap (dupa). Itu unik di udara seperti itu mantra
itu memiliki kekuatan mistik. Sejauh mengaji, ada yang diucapkan
dengan lantang dan ada pula yang hanya bergumam. Kuncen atau
pundah adalah orang yang memahami cara mendatangkan kekuatan
gaib melalui mantera.
Seperti pada upacara adat lainnya, setiap tindakan adat
konvensional pada umumnya digerakkan oleh seorang kuncen atau
pundah (standar senior) sebagai kepala adat yang membuka dan
memandu jalannya informasi adat. Dalam setiap adat adat, baik
massa maupun individu, umumnya dalam proses kuncen atau
pundah melibatkan mantra sebagai mekanisme korespondensi dan
sekaligus untuk adat dalam pelaksanaanya.22
4. Fungsi Mantra

22
Petir Abimanya, Ilmu Mistik Kejawen (Yogyakarta: Noktah, 2021), 53-54.

12
Mantra lahir dan berkembang dalam sutau masyarakat yang
masih primitif. Bertahan tidaknya suatu mantra tergantung pada
tingkat kebutuhannya di dalam masyarakat pendukungnya. Secara
umum mantra memiliki fungsi sebagai usaha mencapai tujuan
dengan kegiatan yang bersifat magis dan berkaitan dengan alam
supranutural untuk tujuan baik dan jahat. Mantra dalam
eksistensinya dalam kehidupan manusia memiliki fungsi baik bagi
dukun maupun bagi masyarakat.
a) Fungsi Mantra Bagi Dukun
Unsur mantra untuk dukun adalah:
1) Sebagai sarana untuk menunjukkan kemampuan yang
terpisah dari menyelesaikan kewajibannya sebagai fasilitator
mantra, dukun atau pengontrol juga memiliki kesempatan
untuk mewujudkan dirinya melalui mantra yang
dituturkannya. Seorang dukun atau pengontrol berusaha
melakukan sihir dengan sebaik-baiknya mengingat dalam
sistem proyeksi ada tugas yang diselesaikan pada rangkap,
khususnya menyampaikan harapan nyanyian atau ajakan
kepada Tuhan, dewa. dan kesombongan dukun dengan
asumsi motivasi di balik mantra tercapai.
2) Sebagai media penyebaran agama.
3) Sebagai media untuk menyalurkan kepentingan sampingan.
4) Sebagai media untuk menghasilkan uang.
b. Fungsi Mantra Bagi Masyarakat
Selain berfungsi untuk dukun atau pengontrol, mantra ini
juga berfungsi untuk daerah setempat, lebih spesifiknya sebagai
berikut.
1) Sebagai kapasitas yang ketat untuk individu tertentu pada
umumnya, mantra sebagai permohonan kepada Tuhan adalah
kapasitas yang super ketat.

13
2) Mantra sebagai kapasitas instruktif, misalnya mantra yang
berisi permohonan kepada Tuhan dan mantra untuk tanaman.
Mantra tersebut memberikan pelatihan kepada daerah
setempat bahwa masyarakat harus patuh, menghargai,
memohon kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, berkenan,
mengikuti, menguasai alam, termasuk makhluk dan
tumbuhan yang ada di dalamnya..23

BAB III
23
Muhammad Hmaidin, “Bentuk, Fungsi, dan Makna Ritual Upacara Kasambu Masyarakat Muna
Di Kecamatan Katobu Kabupaten Muna,” Jurnal Bastra 1, no. 2 (Juli 2016): 89-90.

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dzikir berasal dari kata dzakara-yadzukura-dzikran, yang
mengandung arti merujuk, mengingat, memfokuskan, mengingat,
menceritakan, melindungi, mengambil contoh, mengetahui dan
memahami.24 Sementara dari segi istilah, dzikir adalah pembersihan
dari medan kelalaian dan kecerobohan, dengan menopang keberadaan
hati dan mulut menuju medan musyahadah (melihat-Nya).
Dzikir dibagi menjadi 3, yaitu: 1). Dzikru bil lisan, 2). Dzikir bil
Qolbi, 3). Dzikir bil Jawarih. Sedangkan manfaat dzikir adalah dapat
menyampaikan seorang hamba ke maqam (kedudukan) yang tinggi,
seperti maqam mahabbah (kedudukan cinta) yang merupakan ruh
(jiwa) agama, tempat kebahagiaan abadi. Tujuan dzikir adalah
mendekatkan diri kepada Allah Swt. sehingga pengamal berdzikir
hanya akan merasakan kehadiran tuhan dalam hatinya.
1. Secara Bahasa tabarruk (‫ )تبرك‬berasal dari kata barokah (‫ )بركة‬yang
kemudian diserap kedalam bahasa indonesia menjadi berkah atau
berkat.
2. Dalam kamus Wiktionati bahasa Jawa, suwuk adalah japa mantra
sing disebulake ing embun-embun, yaitu bacaan-bacaan semacam
mantra yang akan ditiupka pada ubun-ubun pasien untuk
menghilangkan penyakit yang diderita. Suwuk adalah terapi
alternatif di mana mantra dilantunkan dalam segelas air, yang akan
diminumkan kepada pasien.
Ada 9 macam teknik suwuk berdasarkan hadis Nabi, yaitu: 1).
Sekedar membaca doa atau membacakan beberapa ayat Al-Qur’an,
2). Membaca doa, kemudian meniup kedua telapak tangan dan
mengusapnya ke seluruh anggota badan, 3). Membaca doa, meniup
dan sedikit meludah, 4). Membaca doa dan meletakkan tangan

24
Khoirul Amru Harap, Reza Pahlpi, “ Dahsyatnya Do’a dan Dzikir”, (Jakarta: Qultum Madia
2008), hal. 3.

15
kanan ke bagaian badan yang terasa sakit serta mengusapnya, 5).
Membaca doa dan meletakkan jari di tanah kemudian
mengangkatnya, 6). Membaca doa dan memasukkan tangan ke
dalam air yang di campur dengan garam, 7). Membaca doa,
menuangkan Air Zam-zam dan meminnumnya, 8). Menulis
beberapa ayat Al-Qur’an atau doa-doa pada kertas atau alat-alat
yang tidak rusak terkena air, kemudian diminumkan atau digunakan
untuk mandi, 9). Memukul dada, kemudian meniup mulut dengan
sedikit air ludah dan mengusap wajah dengan air sambil membaca
doa.
Menurut definisi umum, mantra diambil dari kata dalam Bahasa
Sansekerta, yaitu “mantra” atau “manir”, yang merujuk pada kata-
kata dalam kitab suci umat Hindu. Sehingga pengertian mantra
merupakan ayat yang dibaca untuk melakukan sihir yaitu
melakukan sesutau secara kebatinan seperti menundukkan musuh,
melemahkan musuh, atau memikat wanita. Sedangkan fungsi
mantra di bagi menjadi 2, yaitu: 1). Fungsi Mantra Bagi Dukun dan
2). Fungsi Mantra Bagi Masyarakat.
B. Saran
Penulis menyadari adanya banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian sehingga lebih memahami tentang tradisi-tradisi
Islam di Nusantara. Apabila ada kurang dari makalah ini penulis mohon
saran dan keritikannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abimanya, Petir Ilmu Mistik Kejawen, Yogyakarta: Noktah, 2021.

Achmad Zuhdi, “Tradisi Suwuk Dalam Tinjauan Sains Modern,” Jurnal Studi
Keislaman 13, no. 1 (April 2019): 119

Al- Thabarani, al mu’jam al kabir lil al thabarani XXI, hal:120

Amin Farih, ”Paradigma Pemikiran… hal: 299

Chodijah, Layyinah Nur. “Konsep Tabarruk Perspektif Ahlussunnah Wal


Jama’ah Dan Syi’ah: Studi Komperasi Pemikiran Zaynu Al-Abidin
Ba’alawai Dan Ja’far Subhani.” Tesis-- Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2021.

Gilang Citra Madinah, Joko S. Kahhar “Berdzikir Kepada Allah Kajian


Spiritual Masalah Dzikir dan Majelis Dzikir”, Yogyakarta:
Sajadah_press, 2007

Hmaidin Muhammad “Bentuk, Fungsi, dan Makna Ritual Upacara Kasambu


Masyarakat Muna Di Kecamatan Katobu Kabupaten Muna,” Jurnal
Bastra 1, no. 2 (Juli 2016): 89-90.

Khoirul, “Deradikalisasi Politik Wahabi-Syi’ah Dalam Konteks Mazhab Tafsir


Keindonesiaan” Jurnal Syariati Vol 1 No 2, 2015, hal 252.

Mulyadi , “Menyelami Lubuk Tasawuf”, Erlangga 2006.

M. Sholihin, “Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara”, Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2005.

Reza Pahlpi, Khoirul Amru Harap, “ Dahsyatnya Do’a dan Dzikir”, Jakarta:
Qultum Madia, 2008..

Rosihan Anwar, Demi Dakwah, Bandung: Al-Ma’arif, 1976.

17
Terj. Abdurahman Wahyudi, “Mengungkap Dimesti Ibadah Zikir dan Do’a
Berdasarkan al-Qur’an dan sunnah”, Semarang: Pusat Nuun, 2009.

Zein, Achyar “Makna Dzikir Persepektif Mufasir Modern di Indonesia”, Jurnal


Studi Keislaman 2015, Vol.9 No. 2, hal. 510.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Al-Bukhari, Aljami, Al-musnad, hal. 90.

18

Anda mungkin juga menyukai