Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF
“Relasi antara Amalan dalam Tasawuf Seperti Zikir dan Latihan Spiritual lainnya
dengan Perbaikan Akhlak”

Dosen Pengampu :
Dr. H. Hermansyah,M.Ag.

Disusun Oleh:
Karsih Amelia Novita Andini
12201084

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Pontianak

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era modern banyak memberikan kemudahan kepada manusia, di mana segala hal
nampak memungkinkan. Fenomena ini merupakan dampak dari berkembangnya ilmu
pengetahuan dan sains, sehingga menghasilkan produk-produk yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia. Manusia dengan ilmu pengetahuan dan sainsnya telah mencapai
kebudayaan yang maju dengan pesat. Dunia ini terasa tanpa sekat atau jarak dari satu
ruang ke ruang yang lain. Kemajuan kebudayaan di segala bidang ternyata telah
menyebabkan manusia terseret ke kubangan dunia materialistis, melupakan fitrahnya
sebagai manusia, dan menggerus spiritualitasnya hingga kosong. Kondisi inilah yang
menyebabkan manusia menjadi sekuralis-individualis. Sejatinya di dalam diri manusia
selalu adanya kegundahan dan kerinduan untuk menggapai spiritualitas dan fitrah dirinya
sebagai manusia, Sebab itulah tidak ada solusi yang tepat kecuali ia harus kembali ke
fitrahnya atau agamanya. (Fatkhul Wahab,2020:75)
Di negara-negara maju, kebutuhan akan spiritualisme ini sudah lama dirasakan
jika diperbandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini bisa dilihat
dari maraknya budaya hippies yang memberontak terhadap nilai-nilai kemapanan
kemudian mencari alternatif baru. Kebutuhan akan spiritualitas ini dikarenakan
kebudayaan yang selama ini mereka agung-agungkan ternyata tidak mampu memberikan
ketenangan kepada jiwa mereka, di lain sisi justru menyebabkan kegersangan spiritual.
Kegersangan dan kehausan akan spiritualitas menyebabkan manusia mudah terjerumus
dalam kehidupan yang menurut mereka memberikan ketenangan. yang sebetulnya malah
menyengsarakan diri mereka sendiri dan menjatuhkan martabat mereka sebagai manusia.
(Fatkhul Wahab,2020:75)
Demikian juga manusia sebagai pelaku harusnya tidak boleh lepas dari agama,
karena agama sebagai kontrol agar manusia tidak lepas dari rel fitrahnya. Oleh karena itu,
tasawuf memberikan tawaran tentang bagaimana manusia menjalani kehidupan dengan
tenang dan tenteram, karena tasawuf sendiri merupakan ajaran agama dan tidak
bertentangan dengan agama. (Fatkhul Wahab,2020:75)

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Zikir ?
2. Bagaimana bentuk latihan spiritual lainnya dengan perbaikan akhlak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian zikir.
2. Untuk mengetahui dan memahami bentuk latihan spiritual lainnya dengan perbaikan
akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zikir
1. Pengertian Zikir
Zikir berasal dari bahasa Arab yaitu zikrun artinya zikir, ingat, nama baik,
disebut juga dengan ( ‫ ذكرا‬-‫ ) ذكر – يذكر‬peringatan dan mengingatkan. Seperti dalam al
Qur’an dinyatakan:
ٰ
َ ِ‫ت ۚ ٰ َذل‬
َ‫ك ِذ ْك َر ٰى لِل َّذ ِك ِرين‬ ِ َ‫…ِإ َّن ْٱل َح َس ٰن‬
ِ ‫ت ي ُْذ ِه ْبنَ ٱل َّسيِّـَٔا‬
Artinya : “... Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk.Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (QS.
Hud 114). (Muniruddin,2018:1-2)
Zikir juga bisa berarti doa, pengharapan, tahmid dan pengagungan serta
sanjungan kepada Allah swt. Zikir lebih menonjolkan segi estetika atau rasa
keindahan dalam hal ini adalah hubbul jamal(cinta kepada Dzat Yang Maha Allah swt
dalam arti mengingat disini bukanlah mengingat suatu peristiwa tetapi mengingat
dengan keyakinan akan kebenaran Allah swt dengan segala sifat- Nya. Sehingga
diharapkan dengan berdzikir, seseorang akan mempunyai kecerdasan spiritual yang
tinggi. (Rusaini dan Mahsyar Idris,2019:6-7)
Secara umum zikir mencakup seluruh elemen syariát baik perintah maupun
larangan, namun arti zikir secara khusus (specific) adalah melafalkan lafal-lafal yang
mengandung makna zikir dalam Syariát semisal: tasbih, tahlil dan tahmid. (Faisal
Muhammad Nur,2017:190)
Zikir merupakan salah satu metode yang dipergunakan oleh para ulama sufi
untuk dapat menghidupkan hati dari kematiannya karena hati yang tidak mengingat
akan keagungan Allah Swt dianggap mati oleh para sufi. Dengan berzikir dapat
menyadarkan seseorang akan keberadaan Tuhannya yang hakiki. Zikir itu diibaratkan
bagaikan pohon kayu, semakin kuat akarnya maka pohon kayu itupun semakin kuat
dan kokoh, tinggi dan rindang, sehingga menghasilkan buah yang banyak. Demikian
juga halnya dengan zikir semakin kuat zikirnya seseorang maka semakin kokoh
keyakinannya kepada Allah SWT. (Faisal Muhammad Nur,2017:190)
Zikir merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan keseharian, lagi
pula berzikir juga termasuk perintah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh pemeluk
Islam, banyak sekali ayat dan hadits menjelaskan tentang perintah dan keutamaan
berzikir, seperti firman Allah Swt dalam (Q.S.33:41-42) yaitu :
ِ ‫ َو َسبِّحُوهُ بُ ْك َرةً َوَأ‬.(41)‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ْاذ ُكرُوا هَّللا َ ِذ ْكرًا َكثِيرًا‬
42)‫صيال‬
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya, di waktu pagi dan
petang”. (Q.S.33:41-42). (Faisal Muhammad Nur,2017:193)
Bagi orang Islam, berzikir merupakan aktivitas ibadah yang dilakukan secara
kontinyu untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kegiatan ini akan membuat hati
menjadi tenang dan jauh dari perasaan gelisah, khawatir serta takut yang tidak
menentu. Maka untuk melawan segala ketakutan tersebut berzikir merupakan obat
paling mujarab tentunya.(Arfah Ibrahim,2017:123)
2. Pembagian Zikir
(Cece Jalaludin Hasan,2019:132) Para ulama membedakan dzikir kedalam tiga
macam, yaitu dzikir lisan, dzikir hati dan dzikir badan. Dzikir lisan yaitu dzikir yang
dilakukan dengan dengan bersuara. Dzikir hati yaitu dzikir yang dilakukan dengan
membatin, tanpa bersuara. Sedangkan dzikir badan adalah dzikir yang dilakukan
dengan menundukan seluruh badan hanya kepada Allah Swt dalam rangka
melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya (Kusmana, 2009: 3).
1. Zikru bil lisan, yaitu sebuah bentuk zikir yang realisasi pelaksanaanya dilakukan
dengan cara melafazkan kalimat-kalimat tauhid, seperti tahlil, tahmid, tasbih dan
lain-lain. Zikir dengan lisan ialah menyebut Allah dengan berhuruf dan bersuara.
Imam Fakhrurrozi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan zikir lisan ialah
mengucapkan kalimat suci dengan lidah seperti mengucapkan tasbih Subhanallah,
al hamdulillah, la ilaha illallah, Allahu akbar. (Muniruddin,2018:2)
2. Zikru bil Qolb, yaitu sebuah bentuk zikir yang dilaksanakan dengan media
bertafakkur, merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah dan rahasia-rahasia
Ilahiah yang tersirat melalui ciptaanNya. Zikir secara qolbi ialah mengingat atau
menyebut Allah dalam hati, tidak berhuruf dan tidak bersuara, seperti tafakkur
mengingat Allah, merenungi rahasia ciptaanNya secara mandalam dan merenungi
tentang zat dan sifat Allah Yang Maha Mulia. (Muniruddin,2018:2)
3. Zikru bil Jawarih, yaitu bentuk zikir yang direalisasikan dengan cara mengerahkan
segala kekuatan dan kemampuan yang terdapat dalam jasmani sebagai manifestasi
dari bentuk menaati seluruh perintah Allah dan berusaha semaksimal mungkin
dalam rangka menjauhi larangan-laranganNya.(Muniruddin,2018:2)
(Cece Jalaludin Hasan,2019:132) Dzikir dapat dilaksanakan kapanpun dimana
pun dan kondisi apapun. Namun, terdapat waktu tertentu yang utama untuk
melaksanakannya, yaitu setelah shalat fardhu, pagi dan sore, ketika matahari
tergelincir dan sepertiga malam. Adapun cara berdzikir yang disepakati ulama sufi
dan syariat: (1) harus suci secara lahir atau batin, (2) khusyu dan berusaha memahami
bacaan, (3) bersuara dengan sederhana, (4) menghadap kiblat, (5) menghadirkan hati
dengan niat berdzikir karena Allah Swt (Soetjipto, 1986: 10).
3. Fungsi Zikir
Bagi yang arif, mereka menjadikan zikir sebagai jalan untuk mendekatkan diri
kepada Allah, mereka sibuk malam dan siang dengan berzikir.Hati mereka tidak
pernah lepas dari mengingat-Nya, dan menemukan kelezatan yang tiada bandingnya.
Mengingat Tuhan dengan cara terus menerus, akan mendapatkan kelezatan dan
kemanisan yang tidak akan pernah dirasakan kecuali oleh orang-orang yang
berzikir.38 Dengan demikian, tujuan utama seluruh ibadat,berzikir juga mengandung
hikmah dan manfaat yang banyak. Menurut Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 73
hikmah dan manfaat yang terdapat dalam berzikir. Diantaranya adalah: (Arfah
Ibrahim,2017:129)
1. Memperkuat iman dan menjadi wasilah untuk mencapai husnul khatimah. Zikir
yang dilakukan oleh manusia yang beriman dengan sering-sering dapat
memperkuat iman dan memperteguh tauhid. Ketika ia memandang keindahan
alam dan segala ciptaan-Nya, batin akan teringan kebesaran Tuhan sehingga
lidahnya mengucap Subhanallah Maha Suci Allah; jika ia merasakan kenikmatan,
sehingga batinnya teringat anugerah dan lidahnya meluncurkan kalimat Alhamdu
Lillah Segala puji bagi Allah; jika ia menghadapi cobaan, batinnya akan teringat
kekuasaan dan menerima secara ikhlas serta mengharap ridha dan mengucapkan
Inna Lillah Wa Inna Ilaihi Raji’un Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
sesungguhnya kami pasti akan kembali kepada-Nya. (Arfah Ibrahim,2017:129-
130)
2. Dzikir dapat menentramkan hati. Cita-cita manusia dalam dunia ini adalah ingin
mendapatkan hidup yang tenang. Adapun kesenangan itu timbul dari hati. Ketika
hatinya tenteram, maka hidupnya merasa senang. Demikian sebaliknya, jika
hatinya merasa gundah dan banyak pikiran, maka tidak akan ada kesenangan,
karena ketenteraman jiwa itu lahir dari zikir kepada-Nya.(Arfah
Ibrahim,2017:130)
3. Bagi siapa yang berzikir selalu kepada Allah, maka akan selalu dalam lindungan-
Nya.41 Kemanapun ia pergi, Tuhan selalu ada bersamanya.(Arfah
Ibrahim,2017:130)
4. Zikir dapat menghilangkan kegelisahan, kecemasan, kegundahan, kesedihan, dan
kerumitan dalam hidup. Yaitu ketika manusia ditimpa musibah, maka
menyelesaikan masalah dengan mudah.(Arfah Ibrahim,2017:130)
5. Zikir dapat memperpanjang umur manusia dan diberkahi oleh Allah Swt. Yaitu
umurnya selalu bermanfaat untuk diri sendiri dan manusia lainnya.(Arfah
Ibrahim,2017:130)
6. Zikir dapat menghilangkan kemunafikan.(Arfah Ibrahim,2017:130)

B. Latihan Spiritual dengan Perbaikan Akhlak


Zohar dan Marshall mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
yang dengannya kita bisa mengarahkan dan memecahkan persoalan makna dan nilai,
yaitu menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan
lebih kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan orang lain.4 Kecerdasan spiritual merupakan jenis
kecerdasan yang akan berperan untuk memfasilitasi terjadinya dialog antara
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, dimana kecerdasan spiritual
memberikan arti yang lebih mendalam terhadap kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional. (Rusaini dan Mahsyar Idris,2019:3)
Menurut Sukidi, Kecerdasan spiritual merupakan sebuah kesadaran yang
menghubungkan manusia dengan Allah swt. dengan hati nurani. Orang yang memiliki
kecerdasan spiritual yang tinggi diharapkan mampu memaknai penderitaan hidup
dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan
yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif, seseorangmampu
membangkitkan jiwanya dengan melakukan perbuatan dan tidakan yang positif.
Kecerdasan spiritual juga hadir untuk menyelaraskan potensi akal dan rasa yang Allah
swt.anugerahkan kepada manusia. Hal ini bertujuan agar manusia tidak melakukan
perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. (Rusaini dan Mahsyar Idris,2019:3)
(Cece Jalaludin Hasan,2019:133) Komponen kecerdasan spiritual menurut
Davis Robert Emmons yaitu kemampuan mentransendensi, kemampuan untuk
menyucikan pengalaman sehari-hari, kemampuan untuk mengalami kondisi kesadaran
puncak, kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah, dan kemampuan untuk
berbuat kebajikan (Joyo, 2015).
Ciri-ciri kecerdasan spiritual yang berkembang baik ditegaskan oleh Danan
Zohar dan Marshall (2001: 14) adalah (1) tawazzun / kemampuan bersikap fleksibel,
(2) kaffah, artinya mencari jawaban mendasar dalam melihat berbagai masalah secara
menyeluruh, (3) memiliki kesadaran tinggi serta istiqamah dalam hidup berdasarkan
pada misi dan nilai, (4) tawadhu / rendah hati, (5) ikhlas dan tawakkal dalam
menghadapi cobaan, (6) memiliki integritas dalam membawa visi dan nilai pada orang
lain. (Cece Jalaludin Hasan,2019:133)
Menurut Covey (2001: 14) bahwa pribadi yang menjadi mandiri dan proaktif
berpusat pada prinsip yang benar, digerakkan oleh nilai dan mengaplikasikan dengan
integritas, sehingga dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
Sehingga orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi cenderung menjadi
pemimpin, karena dia akan bertanggung jawab dalam membawa visi, nilai dan
memberikan inspirasi terhadap orang lain (Zohar & Marshall, 2001: 14). (Cece
Jalaludin Hasan,2019:133)
(Cece Jalaludin Hasan,2019:133-134) Kecerdasan spiritual sangat berfungsi
bagi kehidupan manusia, yaitu manusia akan menerima pada keadaan yang dihadapi
sekarang, dan memberi potensi untuk berkembang, mengajarkan manusia menjadi
lebih kreatif, mengatasi masalah dengan baik, mengontrol emosi dan menuntunnya
pada jalan yang benar, memberikan kemampuan beragama yang benar, membantu
menyatukan antara integritas diri sendiri dan orang lain, menjadikan pribadi matang
secara utuh, dan mampu menghadapi pilihan dan realitas baik atau buruk yang datang
tanpa terduga (Zohar & Marshall,2001:12-13).
(Cece Jalaludin Hasan,2019:134) Tazkiyatun nafs cenderung beresensi pada
pembicaraan soal jiwa. Terdapat empat istilah yang terkait dengan nafs yaitu al-qalb,
ar-ruh, an-nafs dan al-aql. Tazkiyatun nafs tidak hanya terbatas pada penyucian jiwa,
namun juga meliputi pembinaan dan pengembangan jiwa dengan mengisinya sifat
terpuji (Mustangin, 2014: 17).
(Cece Jalaludin Hasan,2019:134) Tujuan dari tazkiyatun nafs adalah
tathahhur, takhallaq dan tahaqquq. Tathahhur yaitu upaya membersihkan jiwa dari
mulai meninggalkan segala keburukan yang telah dilakukan di masa lampau.
Takhallaq yaitu upaya menghiasi diri dengan akhlak terpuji. Dan tahaqquq yaitu
upaya merealisasikan kedudukan- kedudukan mulia atau maqamatul qulub (Indrayani,
2016). Tazkiyatun nafs dapat dilaksanakan dengan berbagai sarana amalan perbuatan
yaitu shalat, zakat dan infaq, puasa, dzikir, mengingat mati dan amar ma’ruf nahi
munkar (Hawwa, 1995: 28).
(Cece Jalaludin Hasan,2019:134) Dalam penyucian jiwa terdapat dua metode
yang digunakan yaitu mujahaddah dan riyadhah. Mujahaddah adalah berusaha keras
dengan penuh kesungguhan hati dalam berperilaku baik. Sedangkan riyadhah
merupakan suatu latihan dalam rangka membebani diri dengan membiasakan suatu
perbuatan yang pada fase awal akan terasa berat dan pada fase akhir akan menjadi
sebuah karakter atau kebiasaan (Nasution, 2005: 45-63).
(Efa Ida Amaliyah dan Nur Shofa Ulfiyati,2017:144-145) Ajaran tasawuf
seperti yang dipraktekkan oleh para tokoh sufi lebih menekankan pada konsep
berserah diri, Takziyat al-nafs (pembersih hati dan jiwa), tawhid bi al-khalq wa al
mashiah (tuhanlah yang menciptakan makhluk sekaligus dengan semua kehendak dan
keinginannya(Saifullah,2008). Tasawuf disini pada dasarnya diyakini sebagai solusi
dalam problematika sosial dan bukan merupakan suatu penyikapan yang pasif atau
apatis terhadap fenomena sosial. Tasawuf sangat berperan aktif dalam mewujudkan
sebuah revolusi moral spiritual daam masyarakat dan memiliki pengaruh besar dalam
perubahan sosial. Pada zaman modern seperti saat ini yang dipenuhi oleh gelimang
materi, tentu akan menyeret siapapun untuk terus menjauh dari sang Maha Pencipta.
Sebab materi bagi manusia modern adalah segala galanya dan seakan akan tak dapat
diganti oleh apapun. Melalui pendekatan tasawuf maka diharapkan mampu
memadukan nilai-nilai individu dan sosial dengan pemahaman keislaman yang
moderat, sehingga dapat melakukan dakwah yang mengedepankan qaulan
karimah(perkataan yang mulia), qaulan marufa(perkataan yang baik), dan qaulan
maisura(perkataan yang pantas sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Al-
Qur’an. (Siradj,2006)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara berzikir menurut tuntunan ajaran Islam yaitu dilakukan dengan dengan hati
dan lisan, dan dengan sendiri maupun sebuah kelompok. Zikir memiliki keutamaan, salah
satunya adalah dapat membuat hati menjadi tenang. Dengan contoh yang telah diberikan
oleh Rasulullah saw. tentang zikir dan waktu- waktu yang telah disunnahkan seperti
setelah shalat dan lain sebagainya.
Hubungan antara dzikir dengan kecerdasan spiritual dimana semakin tinggi zikir
maka semakin tinggi pula kecerdasan spiritualnya, dan juga semakin rendah zikir maka
semakin rendah pula kecerdasan spiritualnya. Hal ini berarti bahwa zikir yang
dilaksanakan sebagai ritual ibadah keagamaan mampu menjadi sarana
untukmeningkatkan potensi kecerdasan spiritual seseorang.
Pandangan Islam tentang kecerdasan spiritual dalam persfektif pendidikan Islam
memiliki makna yang sama dengan ruh. Ruh merupakan hal tidak dapat diketahui
keberadaannya (gaib). Ruh selalu hubungan dengan Ketuhanan, ia mampu mengenal
dirinya sendiri dan penciptanya, ia juga mampu melihal yang dapat masuk akal. Ruh
merupakan esensi dari hidup manusia, ia diciptakan langsung dan berhubungan dengan
realitas yang lebih tinggi yaitu penciptanya. Ruh memiliki hasrat dan kinginan untuk
kembali ke Tuhan pada waktu masih barada dan menyatu dengan tubuh manusia. Ruh
yang baik adalah ruh yang tidak melupakan penciptanya dan Selalu merindukan realitas
yang lebih tinggi. Ini dapat terlihat dari perbuatan individu apakah ia ingkar dan suka
maksiat atau suka dan selalu berbuat kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arfah Ibrahim.(2017). Eksistensi Majelis Zikir dan Pembentukan Akhlak Generasi Muda
Kota Banda Aceh. Journal Substantia 19(2).hlm.123-130
Cece Jalaludin Hasan.(2019). Bimbingan Dzikir dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Santri Melalui Tazkiyatun Nafs. Irsyad:Jurnal Bimbingan,Penyuluhan, Psikoterapi
Islam 7(2).hlm.132-134
Efa Ida Amaliyah. Nur Shofa Ulfiyati.(2017).Tasawuf dan Kesalehan Sosial (Keterpaduan
antara Nilai-Nilai Individu dan Sosial). Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf
3(1).hlm.144-145
Faisal Muhammad Nur.(2017). Perspektif Zikir di Kalangan Sufi. Journal Substantia
17(2).hlm.190-193
Fatkhul Wahab.(2020). Relasi Tasawuf dan Kebudayaan. Jurnal Pusaka 9(2).hlm.75
Muniruddin.(2018). Bentuk Zikir dan Fungsinya dalam Kebidupan Seorang Muslim. Jurnal
Pengembangan Masyarakat 5(5).hlm.1-2
Rusaini. Mahsyar Idris.(2019). Peranan Zikir dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
(Perspektif Pendidikan Islam). ISTIQRA’ 7(1).hlm.3-7

Anda mungkin juga menyukai