Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata ِذك ًْرا، َي ْذك ُُر، ذَك ََرartinya mengingat,
memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan ingatan. Di dalam
Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, di antara
pengertian-pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, atau mengerti
perbuatan baik.1[1] Dalam kehidupan manusia unsur ”ingat” ini sangat dominan adanya, karena
merupakan salah satu fungsi intelektual. Menurut pengertian psikologi, dzikir (ingatan) sebagai
suatu ”daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian
atau tanggapan-tanggapan kita.”2[2]
Sedangkan dzikir dalam arti menyebut Nama Allah yang diamalkan secara rutin, biasanya
disebut wirid atau aurad. Dan amalan ini termasuk ibadah murni (mahdhah), yaitu ibadah yang
langsung berhubungan dengan Allah SWT. Sebagai ibadah Mahdhah maka dzikir jenis ini terikat
dengan norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus ma’tsur (ada contoh atau perintah
dari Rasulullah Saw).
Secara terminologi definisi dzikir banyak sekali. Ensiklopedi Nasional Indonesia
menjelaskan dzikir adalah ingat kepada Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, ke-Maha
Sucian-Nya, ke-Maha ke-Terpujian-Nya dan ke-Maha Besaran-Nya. Dzikir merupakan sikap batin
yang bisa diungkapkan melalui ucapan Tahlil (La Ilaha illa Allah, Artinya, Tiada Tuhan Selain
Allah), Tasbih (Subhana Allah, Artinya Maha Suci Allah), Tahmid (Alhamdulillah, Artinya Segala
Puji Bagi Allah), dan Takbir (Allahu Akbar, Artinya Allah Maha Besar).
Dalam Shorter Ensiklopedi of Islam, disebutkan, Dhikr in the mind (bi’l kalb) mean
remembrance and with tongue (bi’l Lisan) mentioning relating then, as ardegious technical term
(pronoun dzikr) the glorifying of Allah with certain fixed phases repeated in a ritual order, either
alone or in the mind, with peculiar breathings and physical movement. Maksudnya, dzikir dalam
hati (bi al-qolb) dan dengan lisan (bi al-lisan) adalah penyebut, dimana keduanya berhubungan,
sebagai cara yang khusus, penyembahan kepada Allah dengan bentuk tertentu yang pasti, diajarkan
1[1] In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, Semarang: Syifa
Press, 2006, hlm. 7
2[2] M. Afif Anshori, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Manusia Modern, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm, 16
dalam suatu perintah agama, bisa keras bisa dalam hati, dengan pernafasan khusus dan gerakan
jasmani.3
Sedangkan menurut Aboe Bakar Atjeh, dalam bukunya Pengantar Ilmu Tarekat Uraian
Tentang Mistik. Dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah, atau mengingat Allah dengan
hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Allah dengan memuji dengan puji-pujian dan
sanjungan-sanjungan dengan sifat yang sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan
kemurnian.
Dzikir sebagai fungsi intelektual, ingatan kita akan apa yang telah dipelajari, informasi dan
pengalaman sebelumnya, memungkinkan kita untuk memecahkan problem-problem baru yang
kita hadapi, juga sangat membantu kita dalam melangkah maju untuk memperoleh informasi dan
menerima realitas baru. Namun dalam pengertian disini, pengertian yang dimaksud adalah ”Dzikir
Allah”, atau mengingat Allah.
Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya di lakukan setiap saat, baik secara lisan
maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan oleh seorang muslim sebaiknya
jangan sampai melupakan Allah SWT. Dimanapun seorang muslim berada, sebaiknya selalu ingat
kepada Allah SWT sehingga akan menimbulkan cinta beramal saleh kepada Allah SWT, serta
malu berbuat dosa dan maksiat kepadanya.
Bagi seorang sufi, Syaikh Abu ‘Ali al-Daqaq, dzikir merupakan tiang penopang yang sangat
kuat atas jalan menuju Allah SWT, ia adalah landasan tarekat (Thariqah) itu sendiri. Dan tidak
seorangpun dapat mencapai Allah SWT, kecuali terus menerus berdzikir kepada Allah.
Teungku Hasbie Ash Shiddiqie dalam bukunya Pedoman Dzikir dan Doa, menjelaskan,
dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la ilaha
illallahu), membaca tahmid (alhamdulillahi), membaca taqdis (quddusun), membaca takbir
(allahuakbar), membaca hauqolah (la hawla wala quwwata illa billahi), membaca hasbalah
(hasbiyallahu), membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim), membaca al-qur’an al majid dan
membaca doa-doa yang ma’tsur, yaitu doa yang diterima dari Nabi Saw.
Dari pengertian di atas, masih banyak lagi pengertian dzikir yang dikemukakan oleh para
pakar. Namun, pengertian yang menjadi kajian dalam pembahasan ini adalah sebagaimana yang
dijelaskan oleh hadits-hadits Nabi tentang dzikir yang mencakup do’a, mengucapkan asma al-
4[8] .Moh Saefullah al-Aziz, Risalah Memahami Ilmu Tasawwuf, Terbit Terang, Surabaya, 1978,
hlm, 193-194
meninggalkan dzikir lisan hanya karena takut riya. Berdzikirlah dengan keduanya dan niatkan
hanya mencari ridha Allah semata. Suatu hari saya mengunjungi Al-Fadhil untuk menanyakan
orang yang meninggalkan amal perbuatan karena takut riya dihadapan manusia. Beliau menjawab,
”kalau seseorang menyempatkan diri memperhatikan tanggapan orang lain padanya, berhati-hati
atas persangkaan jelek mereka, maka pintu-pintu kebaikan tidak terbuka lebar untuknya. Ia telah
menghilangkan bagian agama yang sangat vital. Ini bukan jalan yang ditempuh orang-orang
bijak”.5[9]
Hal ini dengan simpel dan sederhana di sampaikan syaikh Ibnu Athaillah ra. Beliau berkata
: ”janganlah engkau tinggalkan dzikir semata-mata karena tidak adanya kehadiran hatimu bersama
Allah di dalamnya. Sebab kelalaian hatimu (kepada Allah) tanpa adanya dzikir adalah lebih
berbahaya daripada kelalaian hatimu di dalam dzikir. Barangkali Allah akan mengangkatmu dari
dzikir yang lalai menuju dzikir dengan sadar, dari dzikir yang sadar menuju dzikir yang hadir,
dari dzikir yang hadir kepada dzikir dengan hilangnya selain dzikir yang di-dzikiri.” Dan yang
demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah”. QS:14/20.6[10]
Menurut ahli tashawwuf, dzikir itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Dzikir lisan atau disebut juga dzikir nafi isbat, yaitu ucapan La Ilaaha Illallah. Pada kalimat ini
terdapat hal yang menafikan yang lain dari Allah dan mengisbatkan Allah.
Dzikir nafi isbat ini dapat juga disebut dzikir yang nyata karena ia diucapkan dengan lisan secara
nyata, baik dzikir bersama-sama maupun dzikir sendirian.
2) Dzikir qalbu atau hati, disebut juga dzikir: Asal dan kebesaran, ucapannya Allah, Allah. Dzikir
qalb ini dapat juga disebut dzikir ismu dzat karena ia langsung berdzikir dengan menyebut nama
Dzat.
3) Dzikir sir atau rahasia, disebut juga dzikir isyarat dan nafas, yaitu berbunyi : Hu, Hu. Dzikir ini
adalah makanan utama sir (rahasia). Oleh karena itu ia bersifat rahasia, maka tidaklah sanggup
lidah menguraikannya, tidak ada kata-kata yang dapat melukiskannya.7[11]
5[9] Abdul Halim Mahmud, Terapi Dengan Dzikir Mengusir Kegelisahan & Merengkuh Ketenangan
Jiwa, Misykat (PT. Mizan Publika), Jakarta, 2004, hlm, 78-79.
6[10] Muh Luthfi Ghozali, Percikan Samudra Hikam, jilid 1, ABSHOR, Semarang, 2006, hlm, 183-
184
إذمررتم برياض الجنة فارتعوا:عن انس رض هللا عنه ان رسول هللا صلعم قال
) حلق الذكر (أخر جه أحمد والترمذي:قالوا ومارياض الحنة قال
“Apabila kalian melewati taman surga (Riyadl al-Jannah), maka senanglah kalian, kemudian
para sahabat bertanya : apakah taman surga itu ya Rasulullah?. Nabi menjawab : lingkaran dzikir
(majlis dzikir).
Sesungguhnya Allah mempunyai kendaraan malaikat yang selalu mencari majlis dzikir
ketika malaikat itu mendatangi mereka, maka malaikat ini kan mengitari mereka dan memberi
rahmat.
Dalam sebuah riwayat Shahih Muslim juga dikatakan, bahwa rasulullah Saw bersabda ;
ال يقعد قوم يذكرون هللا إال حفتهم المالئكة وغشيتهم:رسو ل هللا صلعم قال
الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم هللا فيمن عنده (أخرجه ابن أبى شيبة
)واحمد ومسلم والترمذى وابن ماجه
“Tidak ada suatu kaum yang duduk dan berdzikir kepada Allah Swt, kecuali malaikat mengelilingi
mereka dan memberi rahmat dan menurunkan ketenangan kepada mereka, serta Allah Swt, akan
menyebut mereka termasuk dalam orang-orang yang ada di sisi Allah Swt.9[13]
Dzikir juga menumbuh-suburkan rahmat Allah, dan menghapus dosa-dosa kecil. Keterangan
ini kita dapati dalam QS. al-Ahzab : 33: 43. Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan akan
melimpahkan rahmatnya kepada orang-orang yang berdzikir, dan malaikat juga memohon kepada-
8[12].Maulana Moh. Zakariyya al-Kandahlawi, Fadhilah Amal, Yogyakarta: Ash-Shaaf, 2003, hlm,
357
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama Allah), dzikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang”.
Artinya: ”orang-orang yang beriman hatinya menjadi tentram karena mengingat Allah, ketahuilah hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.”12[16]
Dzikrullah adalah amalan yang sangat tinggi nilainya dan sangat mulia dalam pandangan
Allah. Dzikrullah juga menjadi pembeda antara orang yang dikasihi oleh Allah dan orang yang
dibenci-Nya. Sebagaimana dikisahkan bahwa : “Nabi Musa As, bertanya : “Ya Allah bagaimana
10[14] M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid, Analisa Zikir dan Doa, Jakarta, Pinbuk Press, 2004, hlm.
19-21.
12[16] Departemen Agama, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, PT. Tanjung Mas Inti,
Semarang, 1992, hlm, 674 dan 373.
cara mengetahui perbedaan antara kekasih-Mu dengan kebencian-Mu?. Jawab Allah : ” Hai Musa
bagi kekasih-Ku ada dua tanda bukti, yaitu:
1) Mudah berdzikir kepada-Ku, sehingga akupun dzikir kepadanya di alam malakut langit – bumi.
2) Terpelihara dari segala yang haram dan kemarahan-Ku, sehingga ia selamat dari siksa dan marah-
Ku.
Demikian pula bagi kebencian-Ku ada tanda bukti, yaitu:
1) mudah lupa dzikir kepada-Ku
2) Mudah menuruti nafsu, sehingga terjerumus kedalam kancah kemungkaran dan haram, akhirnya
mereka disiksa.
Syaikh al-Faqih Abul Laits as-Samarqandi dalam kuliahnya mengatakan: “Dzikir kepada
Allah adalah amal ibadah yang paling unggul, setiap ibadah di tentukan kapasitasnya (kadarnya)
dan waktunya, bahkan terkadang ada yang dilarang jika tidak menepati waktunya atau melebihi
ketentuan yang berlaku, tetapi dzikir kepada Allah, tiada ketentuan batas waktunya dan berapa
jumlahnya.13[17] Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 41.
Betapa mulianya bila seorang mampu selalu mengingat Allah dalam dzikirnya. Orang yang
berdzikir akan diingat Allah , bahkan dalam diri Allah itu sendiri, sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits qudsi, bahwa Rasulullah Saw bersabda, Allah berfirman,
انا: يقول هللا تعالى: قال رسو ل هللا صلعم:عن ابى هريرة رضى هللا عنه قال
. فإن ذكرنى فى نفسه ذكرته فى نفسى.عند ظن عبدي بن وانا معه إذاذكرنى
وان تقرب إلى شبرا تقربت إليه.وان ذكرنى فى مالء ذكرته فىمالء خير منهم
وان تقرب إلى ذراعا تقربت إليه باعا وإن اتا نى يمشى اتيته هرولة.ذراعا
)(رواه أحمد والبخارى ومسلم والترمذي
“Aku (Allah) bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan bersama jika mengingat-Ku ,kalau
ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku akan ingat dia dalam diri-Ku.” (HR. Syaikhani dan
Tirmidzi dari Abi Hurairah)14[18].
Dzikir adalah cara mengingat Allah yang sebaik-baiknya. Allah akan ingat kepada orang
yang ingat kepada-Nya, mengingat Allah dalam keadaan apa saja, saat berdiri, duduk, berjalan dan
lain-lain. Apabila kita mengingat Allah ditengah kerumunan orang ramai, maka Allah akan
mengingat kita di dalam kerumunan yang lebih baik dari mereka.
اال انبئكم بخير: قال رسو ل هللا صلعم:عن ابى الذرداء رضى هللا عنه قال
اعمالكم وازكاها عندمليككم وار فعهافى درجاتكم وخير لكم من إنفاق الذهب
والورق وخير لكم من ان تلقوا عدوكم فتضربوا اعنا قهم ويضربوا اعناقكم ؟
) ذكر هللا (أخرجه أحمد والترمذى وابن ماجه: قال. بلى: قالوا
“Maukah kamu aku beritahu tentang amal yang baik, paling mulia dan paling suci disisi Allah,
dan paling tinggi derajatnya, lebih berharga dari menginfakkan emas dan perak, dan bila bertemu
musuh maka kalian akan memenggal lehernya,” para sahabat bertanya, “apa itu ya Rasulullah?”,
dzikir kepada Allah.” (Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)15[19]
Setiap muslim tentu mengetahui, betapa utamanya berdzikir itu dan betapa besar
manfaatnya, dzikir merupakan pekerjaan yang mulia dan sangat bermanfaat, sebagai sarana untuk
mendekatkan diri pada Allah Ta’ala. Para ulama dan shalihin (orang-orang yang saleh) telah
menguatkan keutamaan dzikir ini, dengan menyatakan, seorang yang dapat memadukan antara
Tafakur hatinya tentang siksa, nikmat, dan kesempurnaan kekuasaan Allah, dengan sikap hati-hati
(wara’) dari mendekati sesuatu yang haram dan syubhat serta menerima ketentuan-ketentuan-Nya,
dan dzikir kepada Allah, maka sesungguhnya ia mendekati tindakan para wali, para shiddikin, dan
Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah).
Imam al-Qusyairi menyatakan, dzikir adalah tanda kekuasaan dan cahaya keterpautan,
bukti kehendak dan tanda baik suatu permulaan sekaligus sebagai tanda kesucian keberakhiran.
Dan tidak ada suatu keutamaan lain, setelah dzikir.
Segala tindakan dan sikap terpuji adalah kembali kepada dzikir. Karna sumbernya adalah
dzikir. Dan suatu aktivitas yang didahului dengan dzikir termasuk perkara yang paling besar.
Allah berfirman,
ماعمل ادمي عمال انجى له من: قال رسول هللا صلعم:عن معاذبن جبل قال
)عذاب القبر من ذكر هللا (أخرجه أحمد
“Tidak ada amal yang dapat dilakukan oleh anak adam (manusia) untuk menyelamatkannya dari
siksa kubur, kecuali berdzikir kepada Allah.”
Dan dengan dzikir pula, hati dapat menjadi mengkilap, menjadi bersih dari segala kotoran.
19[23] Energi Positif adalah salah satu energi alam yang bersifat dingin karena dipengaruhi oleh
suhu dingin atmosfir. Sedangkan Energi Alam (dibawah atmosfir) merupakan bagian dari udara. Energi
Alam berwujud butiran-butiran / partikel-partikel udara yang sangat halus dan tidak nampak oleh mata
telanjang. Energi Alam berasal dari hasil reaksi pembakaran sari makanan pada tumbuhan yaitu oksigen.
Ada dua jenis Energi Alam, yaitu Energi Alam Positif (Energi Positif), sebagaimana telah dijelaskan diatas,
dan Energi Alam Negatif (Energi Negatif), yaitu Energi Alam yang bersifat panas karena dipengaruhi oleh
suhu panas uap bumi dan suhu panas dari sinar matahari. Satu Energi Positif sebanding dengan satu
Energi Negatif. Keduanya saling tarik dan saling mengalahkan.
kotor dari dalam tubuh pelaku dzikir. Hal-hal tersebut di atas terjadi dengan sendirinya (otomatis),
jadi dimohon agar jangan “meniatkan” berdzikir untuk mendapatkan energi dzikir.
Energi dzikir yang besar pada diri pelaku dzikir akan membentuk medan magnet positif /
daya tarik positif, yang bermanfaat untuk menarik mahluk Allah yang lainnya untuk berpikiran
positif dan berbuat positif terhadap Si pelaku dzikir (dzakir) tersebut. Jadi, jika ibadah / dzikir kita
sudah benar menurut Allah (al-Qur’an) dan Rasul-Nya (sunnah) maka nasib / keadaan hidup kita
di dunia sekarang maupun di akhirat nanti akan selalu bahagia.20[24]
4. Dzikir dan Tarekat
Salah satu bagian terpenting dalam tarekat, yang hampir selalu kelihatan dikerjakan, ialah
dzikir (wiridan). Dalam dunia tarekat mengingat Allah (dzikir) itu dibantu dengan bermacam-
macam ucapan, yang menyebut Asma Allah atau sifat-Nya, atau kata-kata yang mengingatkan
mereka kepada Allah.
Pada keyakinan golongan-golongan tarekat tiap-tiap manusia tidak terlepas dari empat
perkara. Pertama manusia itu kedatangan nikmat, kedua kedatangan bala, ketiga berbuat ta’at dan
ke-empat berbuat dosa. Selama manusia itu mempunyai nafsu yang turun naik, pastilah ia
mengerjakan salah satu pekerjaan dari empat macam tersebut, maka dengan alasan – alasan itulah
golongan tarekat mempertahankan dzikir, tidak saja dzikir dengan mengingat Allah dalam hati
tetapi menyebut Allah senantiasa kala dengan lidahnya untuk melatih segala anggotanya, maka
selalulah dzikir itu diucapkan dan mengingat Allah itu dikekalkan untuk memperoleh
pengaruhnya.21[25](memperoleh energi dzikir).
Dzikir memegang peranan penting dalam proses ”Penyucian Jiwa” (tazkiyyat al-
nafs)22[26]. Akan tetapi kenapa harus dzikir?. Dalam islam, mengucapkan lafadz dzikir yang
identik dengan syahadat atau tahlil, merupakan legitimasi, bahwa orang tersebut rela menjadi
muslim, sekaligus mukmin, pengucapan ini bukan hanya sekedar dimulut saja, melainkan di resap
dalam sanubari dengan meyakini bahwa ”tiada Tuhan selain Allah”
20[24] Habib Huda, Wacana Waroeng Psikologi, Candi Penataran Selatan 8B Kalipancur,
Semarang, 2004.
22[26] Mensucikan jiwa adalah tujuan utama yang ingin dicapai agama diatas dunia ini. Kesucian
jiwa merupakan kesempurnaan manusia dan keluhuran rohani, maka, hanya dengan jiwa yang suci yang
akan mampu menghantarkan pada martabat manusia sempurna.(Abdul Halim Mahmud, 2004).
Salah satu cara untuk menjaga konstanitas / keajegan atau bahkan menambah keimanannya
itu, menurut kalangan sufi, adalah dengan melanggengkan dzikir (mulazamatu fii al-dzikr), atau
terus-menerus menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat membawa lupa kepada Allah,”
mukhalafat fii al-dzikir”. Sebagaimana Nabi Saw bersabda:
َّ ِب َكْثْ َر ِة الَ ِإلَهَ اِال:س ْو ُل هللاِ؟ قَا َل َ َكي:َج ِدِّد ُْوا ِإ ْي َمانَ ُك ْم قَالُ ْوا
ُ ْف نُ َج ِدِّدُ اِ ْي َما نَنَا ِق ْي َل َيا َر
.ِهللا
”Perbaharuilah iman kamu sekalian, sahabat bertanya: dengan apa memperbaharuhi keimanan
kami, Ya Rasulullah? Berkata Nabi ”Dengan memperbanyak (dzikir )”La ilaha Illa Allah ”(al-
hadits)
Pengaruh yang ditimbulkan dari berdzikir secara konstan ini, akan mampu mengontrol
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-sehari,. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa
kepada Allah, kadang-kadang tanpa sadar dapat saja berbuat maksiat. Namun manakala ingat
kepada Tuhan kemudian mengucapkan dzikir, kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan
segera muncul kembali.23[27]
Fungsi dzikir sebagai alat Tazkiyyah al-Nafs (penyucian jiwa) dalam rangka
mengembalikan Potensi Ruhaniyah pada diri manusia yang terhalang atau hilang akibat dari sifat-
sifat tercela, dikarenakan selalu mengikuti kehendak nafsu. Al-Ghazali menyebut sifat-sifat tercela
yang dimaksud meliputi: hasad (iri hati): haqaq (dengki atau benci); su’dzan (buruk sangka): kibir
(sombong): ’ujub (merasa sempurna diri dari orang lain); riya’ (memamerkan kelebihan): suma’
(mencari-cari nama atau kemasyhuran): bukhl (kikir); hubb al-maal (materialistis); takabbur
(membanggakan diri): ghadhab (pemarah); ghibah (pengumpat); namimah (bicara di belakang
orang/jawa: ngrasani); kidzib (pendusta); khianat (ingkar janji). Sifat-sifat semacam itulah yang
sebenarnya mendominasi pemikiran dan tingkah laku seseorang, yang muaranya melakukan
berbagai penyimpangan!.24[28]
Dzikir merupakan aktivitas religius penting bagi para sufi, untuk mengembangkan diri agar
berada sedekat mungkin dengan Allah Swt. Dalam tasawuf (baca: tarekat) tahapan-tahapan
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surat Al A’raf:205)
Ayat yang mulia ini menunjukkan tujuh adab penting dalam berdzikir, yaitu:
Dzikir dilakukan dalam hati, karena hal itu lebih dekat kepada ikhlash.
Dilakukan dengan merendahkan diri agar terwujud sikap penyembahan yang
sempurna kepada Allah.
Dilakukan dengan rasa takut dari siksaan Allah akibat kelalaian dalam beramal dan
tidak diterimanay dzikir tersebut. Oleh karena itulah Allah mensifati kaum mukminin
dengan firmanNya:ََاجعُونََ َر ِب ِه َْم ِإلَى أَنَّ ُه َْم َو ِجلَةَ َوقُلُوبُ ُه َْم َمآ َءات َْوا يُؤْ تُونََ َوالَّذِين
ِ َر
Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Rabb mereka.” (Surat Al Mu’minun:60)
Dilakukan tanpa mengeraskan suara, karena hal itu lebih dekat kepada tafakkur yang
baik.
Dilakukan dengan lisan dan hati.
Dilakukan diwaktu pagi dan petang. Memang dua waktu ini memiliki keistimewaan,
sehingga Allah sebut dalam ayat ini, ditambah lagi keistimewaan lainnya yaitu
keistimewaan yang disampaikan rasulullah dalam sabdanya:
ََل َم ََلئِ َكةَ فِي ُك َْم يَتَعَاقَبُون َِ ار َو َم ََلئِ َكةَ بِاللَّ ْي
َِ ص ََلةَِ فِي َويَجْ ت َِمعُونََ بِالنَّ َه َ ص ََلةَِ ْالفَجْ َِرَ ص َِر َو ْ َج ث ََُّم ْالع َُ فِي ُك َْم بَاتُوا الَّذِينََ يَ ْع ُر
ْف ِب ِه َْم أ َ ْعلَ َُم َوه ََُو َربُّ ُه َْم فَيَسْأَلُ ُه َْم
ََ صلُّونََ َو ُه َْم ت ََر ْكنَا ُه َْم فَيَقُولُونََ ِعبَادِي ت َََر ْكت َُْم َكي
َ ُصلُّونََ َو ُه َْم َوأَت َ ْينَا ُه َْم ي َ ُي
Artinya: “Bergantian pada kalian malaikat di malam dan malaikat di waktu siang.
Mereka berjumpa diwaktu sholat fajr dan ashr kemudian naiklah malaikat yang
mendatangi kalian dan Rabb merreka menanyakan mereka dan Allah lebih tahu
dengan mereka: “Bagaimana keadaan hambaKu ketika kamu tinggalkan?” mereka
menjawab: ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datangi mereka
dalam keadaan sholat’“[Hadits riwayat Al Bukhori dalam shohihnya kitab Mawaaqit
Ash Sholat bab Fadl Sholat AL Ashr no.522 dan Muslim dalam shohihnya kitab Al
Masaajid wa Mawadi’ Al Sholat bab Fadl Sholat Al Fajr wal Ashr wa Muhafadztu
‘Alaihima no. 632]
Larangan lalai dari dzikrullah.
Dalam kehidupan sehari-hari, berdzikir sangat penting untuk diterapkan khususnya bagi umat
Muslim, karena zikir tersebut merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya,
Allah SWT. Namun dalam prakteknya dzikir jarang sekali diamalkan, walau mungkin ada itu pun
hanya sebagian manusia yang selalu mengamalkannya. Kebanyakan orang berdzikir pada waktu
dan keadaan tertentu. Terkadang manusia berdzikir dan mengingat Allah SWT. hanya saat dalam
kesusahan dan tertimpa masalah saja.
Dzikir adalah suatu kegiatan atau cara yang dilakukan oleh seorang hamba dalam mengingat Allah
SWT. Dalam dzikir seorang hamba memuji dan mengagungkan kebesaran Allah SWT. dengan
merasa bahwa kita hanyalah seorang hamba yang lemah tak berdaya dan hanya Allah SWT. lah
yang Maha Kuasa. Maka dari itu, kita seorang hamba-Nya hanyalah bagian kecil dari kekuasaan-
Nya.
Maka dari itu penulis akan membahas sedikit tentang pentingnya berdzikir dalam kehidupan
sehari-hari. Karena penerapan dzikir sangat berpengaruh pada kehidupan manusia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan zikir ?
2. Apa-apa saja faidah dalam berzikir ?
3. Bagaimanakah tata cara berzikir berdasarkan Al Quran dan Hadist ?
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan zikir.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja faidah dalam berzikir.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah tata cara berzikir berdasarkan Al Quran dan Hadist
A. Pengertian Dzikir
Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling besar kedudukannya dan paling
utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan gerak lidah adalah gerakan yang paling ringan dan paling
mudah dari segenap anggota badan lainnya.
Adapun pengertian zikir secara bahasa yaitu berasal dari kata ِذ ْك ًرا، يَذْ ُك ُر، ذَك ََرartinya mengingat,
memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan ingatan.
In’ammuzahiddin di dalam bukunya dijelaskan bahwa istilah dzikir memiliki banyak makna, di
antara pengertian-pengertian dzikir adalahmenyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, atau
mengerti perbuatan baik. [1]
Sedangkan dzikir dalam arti menyebut nama Allah yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut
wirid atau aurad. Dan amalan ini termasuk ibadah murni (mahdhah), yaitu ibadah yang langsung
berhubungan dengan Allah SWT. Sebagai ibadah mahdhah maka dzikir jenis ini terikat dengan
norma-norma ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus ma’tsur (ada contoh atau perintah dari
Rasulullah SAW).
Adapun pengertian dzikir secara istilah yaitu ingat kepada Allah dengan menghayati kehadiran-
Nya, ke-Maha Sucian-Nya, ke-Maha ke-Terpujian-Nya dan ke-Maha Besaran-Nya. Dzikir
merupakan sikap batin yang bisa diungkapkan melalui ucapan Tahlil (La Ilaha illa Allah, Artinya,
Tiada Tuhan Selain Allah), Tasbih (Subhana Allah, Artinya Maha Suci Allah), Tahmid
(Alhamdulillah, Artinya Segala Puji Bagi Allah), dan Takbir (Allahu Akbar, Artinya Allah Maha
Besar). [2]
Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya di lakukan setiap saat, baik secara lisan
maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan oleh seorang muslim sebaiknya
jangan sampai melupakan Allah SWT. Di manapun seorang muslim berada, sebaiknya selalu ingat
kepada Allah SWT sehingga akan menimbulkan cinta beramal saleh kepada Allah SWT, serta
malu berbuat dosa dan maksiat kepadanya.
Artinya : “ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS : Al Baqarah ayat
152)
C. Macam-macam Dzikir
Adapun macam-macam zikir, ulama membagi beberapa pembagian zikir sebagai berikut:
1. Dzikir dengan lidah (lisan)
Dzikir dengan lisan dilakukan dengan mengucapkan kalimat-kalimat dzikir dengan menggunakan
lidah. Kalimat-kalimat dzikir yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. adalah merupakan
kalimat thayyibah, yaitu:
a. Tasbih ( َسبْحاَن ُ ُ) هللا
ْ
b. Tahmid (ِ)ال َح ْمدُ ِ ّلِل
ّ
c. Tahlil ( َ)إِلهَ إِال هللاُ ال
d. Takbir ( )اکبر هللا
e. Istighfar ( ) استغفر هللا العظيم
f. Hawqalah ( ِالِل ّ ) الَ َح ْو َل َوالَ قُ ّوتَ اِالّ ِب
g. Masyiah (ُ) َما شَا َء هللا
Ada 2 cara dalam melakukan zikir dengan lisan yaitu dengan cara sir (sembunyi) danjahar (jelas).
:
a. Zikir secara sir yaitu berzikir dengan suara perlahan sekiranya hanya terdengar oleh telinga
orang yang berzikir itu sendiri. Zikir ini merupakan zikir yang paling afdhal sebagaimana dalam
firman Allah SWT dalam surat Al A’raf ayat 205 :
Artinya : “dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu
Termasuk orang-orang yang lalai.”
b. Zikir secara jahar yaitu berzikir dengan bersuara keras sekiranya terdengar oleh dirinya sendiri
dan orang yang berada di dekatnya.
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Dalam ayat tersebut juga di jelaskan bahwa berzikir kepada Allah SWT tidak dibatasi dengan
keadaan sesuatu apapun. Berzikir dianjurkan kepada kita dalam keadaan apapun baik ketika
sedang berdiri, duduk, maupun tidur. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW pula :
رواهُ مسلم.سو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم يَذْ ُك ُر هللاَ َعلَى ُك ِِّل أَحْ يَانِ ِه
ُ َكانَ ر: قالت،ي هللاُ عنها
َ ض
ِ وعن عائشة َر
Dari Aisyah ra, katanya: "Sesungguhnya Rasulullah SAW. itu berzikir kepada Allah dalam segala
keadaannya." (Riwayat Muslim)
Oleh karena itu mengingat kepada sang Khaliq tidak boleh dibatasi oleh apapun. Seseorang
dibolehkan berzikir di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun, kecuali karena adanya hal-
hal tertentu yang menyebabkan berzikir itu dilarang. Ada beberapa hal yang menyebabkan zikir
itu dilarang di antaranya sebagai berikut :
1. Berzikir pada tempat yang bernajis seperti WC ataupun kamar mandi
2. Apabila dalam keadaan berjunub, dilarang membaca sesuatu yang diambil dari Al Quran,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Waqiah ayat 79 :
3. Sedang melakukan maksiat kepada Allah, seperti sedang berjudi, berzina atau meminum khamr
dan lain sebagainya dengan maksud mengejek Allah. [4]
E. Fungsi Zikir
Tidak diragukan lagi setiap orang kenal dengan kata-kata dzikir dan tidak asing lagi di telinga kita
, dzikir merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Firman Allah dalam Surat Al
Ahzab Ayat 41 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.”
Berdzikir adalah mengingat Allah SWT dengan cara menyebut nama-nama dan sifat-sifat Allah
yang mulia, dan mengikuti contoh tuntunan Rasulullah SAW dalam berdzikir kepada Allah SWT.
Seseorang yang tidak pernah melakukan dzikir kepada Allah SWT maka dia akan merugi di hari
kiamat:
ما من ساعة تمر بابن آدم اليذكر هللا تعالى فيها إال تحسر عليها يوم القيامة: عن عائشة قالت قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
“Dari Aisyah dia berkata , berkata Rasullah Saw : Tidaklah ada suatu waktu yang akan melewati
anak adam dan dia tidak berdzikir kepada Allah SWT maka dia akan merugi dihari kiamat .”
Banyak sekali hadits –hadits Rasulloh Saw yang menerangkan tentang dzikir ini akan tetapi disana
ada manfaat sekaligus fungsi penting dari dzikir itu sendiri yang saya akan ringkaskan dari kitab
Al Adiyyah Wal Adzkar sebagai berikut ini :
1. Dzikir itu akan mendatangkan kebahagian dan kelapangan hati bagi diri kita , ketentraman ,
kenyamanan dan kepausan hati yang luar biasa jauh dari pada kepenatan dunia yang mebosankan
ini .
2. Dzikir akan menghapuskan dosa-dosa dan akan menyelamatkan dia dari adzab dan sengatan api
neraka.
3. Dzikir akan menghasilkan ganjaran dan pahala dari Allah SWT yang tidak ada pada jenis amalan
lain.
4. Dzikir adalah adalah tanaman kita disorga kelak , sorga itu memilik tanah yang subur, dan dzikir
adalah tanamannya yang akan berkembang terus.
5. Dzikir akan menjadi cahaya bagi diri dia di dunia ini , akan menjadi cahaya di kuburannya kelak,
akan menjadi cahaya ketika kita melewati sirat mustakim.
6. Dzikir akan menjadikan pelakunya mendapatkan sholawat dari Allah SWT dan para malaikat
Nya.
7. Dzikir merupakan sebab pemantapan keimanan seseorang kepada Allah SWT.
8. Dzikir merupakan obat penyembuh dari penyakit hati. Dzikir akan mendekatkan sesorang
kepada Allah dan kebersamaan Allah selalu ada bersama dirinya. [5]
F. Faedah Berzikir
1. Membuat hati menjadi tenang, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar Ra’d ayat 28 :
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
2. Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar, sebagaimana dalam surat Al Ahzab ayat 35
Artinya : “....... laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
3. Dengan mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita. Sebagaimana dalam surat Al
Baqarah 152
Artinya : “karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
4. Banyak menyebut nama Allah akan mendatangkan keberuntungan, sebagaimana dalam surat al
Anfal ayat 45
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka
berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”
5. Dzikir kepada Allah merupakan Pembeda antara orang mu’min dan orang munafik,
sebagaimana dalam surat An Nisa ayat 42
Artinya : “di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya
mereka disamaratakan dengan tanah dan mereka tidak dapat Menyembunyikan (dari Allah)
sesuatu kejadianpun.”
6. Dzikir merupakan ibadah yang paling mudah untuk dilakukan. Banyak amal ibadah yang yang
mudah kita lakukan yang di dalamnya termasuk dalam zikir seperti ;
a. Membaca basmallah ketika hendak makan dan minum
b. Membaca doa ketika masuk dan keluar kamar mandi
c. Membaca doa masuk dan keluar rumah
d. Membaca doa memakai dan melepaskan pakaian
e. Membaca doa ketika turun hujan
f. Wirid sesaat setelah shalat
g. Membaca hamdalah ketika bersin
h. Membaca doa sebelum dan ketika bangun tidur
i. Dan lain sebagainya yang di dalamnya terdapat lafadz-lafadz yang bermaksud memohon kepada
Allah. [6]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdzikir merupakan tindakan yang terpuji di mana kita mengingat Allah memalui pujian-pujian
kepada Allah SWT. Berdzikir kepada Allah Swt sangat dianjurkan karena selain mengingat Allah
dan mendapat pahala keutamaannya sangat banyak bagi orang yang selalu berdzikir kepada Allah
SWT. Dengan berdzikir kita tetap tersambung dengan sang pencipta dimana kita tidak selalu
memikirkan kehidupan dunia. Berdzikir dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja kecuali
tempat-tempat yang dilarang menyebut nama Allah dan hukumnya sunnah, lebih-lebih setelah
shalat 5 waktu kita sangat dianjurkan untuk melanjutkan dengan berdzikir untuk kesempurnaan
shalat kita.
G. Saran
Hendaklah kita selalu berdzikir kapada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah
yang telah memberi nikmat dan kehidupan yang nyaman dunia, karena Allah akan mengganjar
pahala yang berlipat kepada hambanya yang selalu ingat kepada Allah SWT. Dalam penulisan
makalah ini tentulah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
[1]
In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A , Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono,
(Semarang: Syifa Press, 2006), hal. 7
[2]
Ibid., hal. 8
[3]
Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani, Energi Zikir dan Shalawat, diterjemahkan oleh Zaimul
Am, (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2007) hal, 24-25
[4]
Syeikh Irfan bin Sulaim Al Asya, Basahi Lidah Dengan Dzikir, terjemahan Thohirin, (Jakarta
Timur : MIRQAT Publishing, 2006) hal. 36
[5]
Luqman Junaidi, The Power of Wirid, (Jakarta : PT. Mizan Publika, 2007) hal 100-101
[6]
Khalid Al Husainan, Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, (Bogor : Pustaka
Imam Syafi’i, 2004 ) hal. 158-160