Anda di halaman 1dari 5

ZIKIR DAN NISYAN

MAKALAH
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Tafsir Ayat Pendidikan

Dosen Pengampu: Achmad Sopian,S.Sy.

Oleh:
Muslihatul Fauziah (B)
Naelatul Mufidah (B)
Riki Rezki Aminullah (A)
Siti Nur Afida (A)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NAWAWI
PURWOREJO
2020

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan abad modern ditandai dengan berkembanganya
ilmu pengetahuan dan teknologi, selain mendorong perubahan yang
positif juga signifikan itu telah membawa dampak yang negatif yang
berupa hilangnya keseimbangan jiwa manusia. Begitu banyaknya manusia
yang menghadapi kegelisahan batin dan jiwa bahkan hamper bisa
mengakibatkan frustasi dalam kehidupannya.kemajuan peradaban manusia
sudah sepantasnya memberikan kebahagiaan yang lebih banyak kepada
manusia dalam hidupnya.
Manusia lebih condong terlarut dalam perasaan. Perasaan tidak
nyaman dan tidak tenanglah yang sering menganggu manusia, baik
bersifat internal, seperti rasa takut akan terjadinya sesuatu dan rasa putus
asa akibat tidak mendapat sesuatu. Ada juga yang bersifat eksternal,
seperti kalah bersaing dengan orang lain dalam mencapai suatu tujuan.
Karena itu, dalam islam salah satu cara untuk menghilangkan perasaan
tidak tenang dan tidak nyaman itu adalah dengan zikir mengigat Allah.
Bukan malah dengan melupakan Allah seperti melakukan kesenangan
duniawi.
Dengan itu, dzikir dan nisyan adalah hal yang sangat berbeda
dalam perasaan manusia terhadap Tuhan-Nya. Maka harus lebih
mengetahui baik maupun buruknya drikir dan nisyan menurut ayat yang
ada dalam alquran. Lebih baik lagi mengetahui tafsiran atau pengertian
mendalam mengenai dzikir dan nisyan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dzikir dan ayat yang menjelasaskannya?
2. Apakah pengertian nisyan dan ayat yang menjelaskannya?

2
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian zikir
Zikir asal katanya berasal dari bahasa Arab, Secara etimologis
merupakan masdar dari kata kerja (dzakara) yang berakar kata dari huruf
dza’, khaf, ra’. Menurut Ibn Manzhur, dzakara berarti, “Menjaga sesuatu
dengan menyebut atau mengingatnya, dan menurut Ibn Ishaq berarti
pelajaran.1 Zikir juga berasal dari kata dzakara artinya mengingat,
memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti, dan mengingat. Dalam kamus tashawuf yang ditulis oleh Solihin
dan Rosihin Anwar menjelaskan dzikir merupakan kata yang digunakan
untuk menunjuk setiap bentuk pemusatan pikiran kepada Tuhan, dzikir
pun merupakan prinsip awal untuk seseorang yang berjalan menuju Tuhan
(suluk).2
Sementara itu, menurut Ibn Faris bin Zakaria, zikir mempunyai arti
asal yaitu mengingat sesuatu atau antonim dari lupa, kemudian diartikan
dengan mengingat dengan lidah. Apabila hururf dzal di-dhamahkan berarti
tidak melupakannya. Zikir juga dapat dianalogikan dengan “keluhuran”
atau “kedudukan tinggi” (al-‘ala), “kemuliaan” atau “kehormatan”.
Ibrahim Musthafa dalam al-Mu’jam al-Wasith menyatakan zikir
mempunyai arti menjaga atau memelihara, menghadirkan, nama baik, dan
menyebut sesuatu dari lisan setelah melupakannya.3
Sementara itu menurut M. Quraish Shihab, dzikir dalam arti luas
adalah kesadaran tentang kehadiran Allah dimana dan kapan saja, serta
kesadaran akan kebersaan-Nya dengan makhluk hidup; kebersamaan
dalam arti pengetahuanNya terhadap segala yang berada di semesta alam
ini serta bantuan dan pembelaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang
taat. Menurut kaum sufi, dzikir merupakan perhatian total dan sepenuhnya
kepada Allah, dengan mengabaikan segala sesuatu selain-Nya. Kata syaikh
1 Khoirul Umam, “Konsep Zikir Menururt al-Maraghi”,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011),
hlm 18

2 Warni, “Dzikir dan Kesehatan Mental”,(Lampung: IAIN Raden Intan, 2017), hlm 15

3 Khoirul Umam, “Konsep Zikir Menururt al-Maraghi”,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011),
hlm 18

3
Ni’matullah Vali, “engkau ingat kami di dalam hati dan jiwamu, hanya
ketika engkau melupakan dua alam”. Pandangan ini diperkuat dengan dalil
al-Qur’an dalam QS al-Kahfi: 24
ِّ‫س ى ىىِّ رأنَ يرههنديرنن ررببى‬
‫ت روققهل رع ر‬ ‫شاَرء ٱَبلق ُهَّل روٱَهذقكرُ برببرك إنرذاَ نر ن‬
‫سيِ ر‬ ‫إنبل رأنَ ير ر‬
َ‫شددا‬‫ب نمهن رهرذاَ رر ر‬ ‫نلرهقررُ ر‬

Arti: Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada


Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan
memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini".

Dalam pandangan kaum sufi, maksud sebenarnya dari dzikir


adalah melupakan segala sesuatu yang diingat. Dzikir pada mulanya
digunakan oleh pengguna bahasa Arab dalam arti sinonim lupa. Ada juga
sebagian ulama berpendapat bahwa kata tersebut pada awalnya berarti
mengucapkan dengan lidah/menyebut sesuatu.4
Secara terminologi dzikir adalah usaha manusia untuk
mendekatkan diri pada Allah dengan cara mengingat Allah dengan cara
mengingat keagungan-Nya. Adapun realisasi untuk mengingat Allah
dengan cara memuji-Nya, membaca firman-Nya, menuntut ilmu-Nya, dan
memohon kepadan-Nya.
Al-Ghazali juga mendefinisikan zikir menurut terminologi dalam
kitabnya yang populer Ihya’ ‘Ulum al-Din dengan mengutip pendapat al-
Hasan bahwa zikir terbagi dua macam yaitu:
1. Zikir (mengingat) kepada Allah, cara ini begitu baik dan
besar pahalanya.
2. Mengingat kepada Allah yang Maha Agung ketika dia
mengharamkan sesuatu.
Menurut Askat, dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam
rangka mengingat Allah SWT, mengagungkan asma-Nya dengan lafal-
lafal tertentu, baik yang dilafalkan dengan lisan atau hanya diucapkan
dalam hati saja yang dapat dilakukan di mana saja tidak terbatas pada
ruang dan waktu. Said Ibnu Djubair dan para ulama lainnya menjelaskan

4 Ibid., hlm 3

4
bahwa yang dimaksud dengan dzikir itu adalah semua ketaatan yang
diniatkan karena Allah SWT, hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih,
tahmid, dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yang diniatkan kepada
Allah SWT. Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar juga berpendapat
bahwa sesungguhnya keutamaan dzikir tidak terhingga, baik tasbih,
tahmid, tahlil, takbir maupun kalimat yang lain, bahkan semua amal dalam
rangka taat kepada Allah termasuk aktivitas dzikrullah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
dzikir adalah aktifitas yang dilakukan oleh seluruh jiwa raga, baik lahir
maupun batin, kapan saja, dimana saja, dan selalu merasakan kehadiran
Allah. Al-Quran merupakan pedoman bagi manusia yang sangat
komprehensip, termasuk didalamnya terkandung ajaran-ajaran untuk
berdzikir.5

B. Pengertian Nisyan

5 Warni, “Dzikir dan Kesehatan Mental”,(Lampung: IAIN Raden Intan, 2017), hlm 18

Anda mungkin juga menyukai