Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH FIQIH IBADAH

TUNTUNAN ZIKIR DAN DO’A SETELAH SHOLAT


Dosen Pengampu: M. Anugrah M. Pd. I

DI SUSUN OLEH

Kelompok 4

Anggota:

1. Doni Angga Febrian (2022C1B055)

2. Roviatul Zohriah (2022C1B04)

3. Indrawati (2022C1B047)

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDY TEKNIK PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

TUNTUNAN ZIKIR DAN DO’A SETELAH SHOLAT

MAKALAH

KELOMPOK 4

1. Ahmad Rozil Trinata Saputra

2. Roviatul Zohriah

3. Indrawati

DISAHKAN OLEH:

Dosen Pengampu

M. Anugrah M.Pd.i
NIDN 0803039002
ABSTRAK
Pada dasarnya manusia tidak bisa lepas dari pertolongan allah swt. Maka dari itu seorang
hamba dianjurkan agar slalu berzikir dan berdo’a kepada allah swt. Kapanpun dan dimanapun
berada, kegiatan zikir dan do’a setelah melaksanakan sholat ataupun di luar waktu shalat
agar lebih membiasakan diri untuk mendekatkan diri kepada allah swt, dengan bacaan zikir
dan do’a sesuai tuntunan rasulullah saw. Adapaun Dzikir merupakan cara seorang hamba
dalam memuji Allah SWT. Dan merupakan sarana ampuh terkabulnya do’a.
DAFTAR ISI
COVER

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembuatan Makalah

BAB II PEMBAHASAN
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia diharapkan bernilai ibadah karena,
manusia diciptakan sejatinya untuk beribadah, Ada dua syarat ibadah diterima, pertama
dilakukan secara ikhlas dan kedua mencontoh cara Rasulullah SAW, amalan yang tidak
memenuhi syarat tersebut maka ibadahnya dianggap tertolak.

Indonesia adalah negara yang mayoritasnya kebanyakan seorang muslim. Indonesia


juga dianggap sebagai negara muslim yang kental dengan ajaran imam syafi’i. Adapun ormas
yang ada di Indonesia juga cukup beragam, ditengah keberagaman ormas terdapat dua ormas
terbesar yaitu muhammadiyah yang disebut dengan kaum muda.

Secara etimologis zikir artinya mengingat. Secara terminologis zikir adalah


menghadirkan hati untuk mengingat dan taat kepada allah yang kemudian disusul dengan
ucapan atau perbuatan dalam berbagai keadaan seperti saat shalat, zakat, haji, jual beli dan
lainnya. Said bin Jubair mengatakan, orang yang tidak taat kepada Allah hakikatnya adalah
orang yang tidak bezikir, meskipun mengucap tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur;an.

Sedangkan do’a secara etimologis artinya permohonan atau permintaan, sedangkan


secara terminologis,do’a adalah permohonan manusia kepada allah dengan penuh
pengharapan agar tercapai segala sesuatu yang diinginkannya dan terhindar dari segala
perkara yang ditakuti dan tidak diinginkan.

Sebagaimana zikir, do’a juga disyari’atkan oleh agama ( QS. Al-Baqarah: 186; Al-
Mu’min: 60 ). Secara teologis, do’a merupakan ekspresi pengakuan kepada allah bahwa diri
kita adalah makhluk yang lemah dan tidak sempurna. Esensi do’a adalah permohonan hamba
kepada allah agar diberiakan inayah (perhatian), ma’unah (pertolongan), dan hidayah
(petunjuk/Bim-bingan) menuju pemecahan persoalan dan kebuntuan hidup. Do’a juga
menjadi kunci pembuka sekaligus pintu keluar menuju pencapaian cita-cita dan harapan
hidup. Begitu pentingnya do’a sehingga do’a dianggap perbuatan yang paling memiliki
keutamaan ( HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah, Al-Hakim ) dan sebagai ibadah ( HR.
Ashabussunan ). Sebaliknya, orang yang enggan dan tidak mau berdo’a akan mendapat
murka allah ( HR. At-Tirmizi dan Ibnu Majah ) dan dikelompokkan dalam kelompok orang
yang sombong.

Peranan dzikir dan do’a dalam kehidupan umat beragama Islam sangat penting.
Berdzikir dan berdo’a dimaksudkan sebagai sarana berkomunikasi dengan Allah SWT.
Berdzikir tidaklah sekedar melafalkan wirid-wirid, demikian juga dengan berdo’a tidaklah
sekedar mengaminkan do’a yang dibaca oleh imam. Karena esensi dzikir dan do’a adalah
menghayati apa yang kita ucapkan dan apa yang kita hajati.
Namun dalam prakteknya antara dzikir dan doa jarang sekali diterapkan, walau
mungkin ada itu pun hanya sebagian manusia yang selalu menerapkannya, terutama setelah
melaksanakan shalat.

Kebanyakan orang mengamalkan doa dan dzikir pada saat waktu dan keadaan
tertentu. Seperti halnya berdoa, berdoa hanya dilakukan oleh manusia saat ada kemauan
(menginginkan sesuatu) yang dimana dia berpikir hanya Allah SWT. lah yang bisa membantu
merealisasikan keinginannya itu. Begitupun dengan berdzikir, jarang sekali manusia
mengamalkan dzikir dalam kehidupan sehari-hari, terkadang manusia berdzikir dan
mengingat Allah SWT. hanya saat dalam kesusahan dan tertimpa masalah saja.

Kita diperbolehkan berdo’a hanya kepada Allah SWT. Karena sebagaimana kita tahu
bahwa Allah SWT. merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dan hanya satu-
satunya tempat bagi seorang hamba untuk mengadu, mengeluh dan memohon pertolongan.
Karena tiada daya dan upaya selain kekuasaan dan pertolongan Allah SWT.
Maka dari itu penulis akan memberitahukan pentingnya manusia untuk berdzikir dan berdoa
dalam kehidupan sehari-hari. Karena penerapan dzikir dan doa sangat berpengaruh pada
kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan zikir dan do’a dalam shalat

2. Seberapa penting zikir dan do’a dalam kehidupan sehari-hari dan di baca
setelah shalat

C. Tujuan Pembuatan Makalah

Sebagai pengetahuan bahwa pentingnya zikir dan do’a dalam mengamalkannya setiap
waktu agar dzikir dan do’a setelah sholat ataupun di lain waktu mampu meningkatkan amalan
ibadah kita kepada allah dan menjadi sebuah kebiasan sesuai dengan anjuran rasulullah saw.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tuntunan Zikir dan Do’a Setelah Shalat

1. Pegertian dan Kedudukan

Tidak diragukan lagi, zikir memiliki keutamaan yang agung, derajat yang tinggi di
antara berbagai ibadah, dan kedudukan yang sangat besar di antara syari’at Nabi Muhammad
SAW. Zikir juga merupakan harta terpendam yang sangat berharga bagi setiap muslim. Allah
SWT. Berfirman: “Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami
meminta pertolongan,” (QS. Al-Fatihah [ 1 ]: 5 ).
Keutama’an Zikir di gambarkan dengan sangat jelas dalam Al-Qur’an, Al-Sunnah,
maupun Ijma’ Dalil-dalil Al-Qur’an yang menjelaskan keutamaan zikir, antara lain: Dalam
Al Baqarah ayat 152 disebutkan:

‫َفاْذ ُك ُروِني َأْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُروا ِلي َو اَل َتْكُفُروِن‬

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, Bersyukurlah kepada-Ku dan
janganlah kamu ingkar kepada-Ku”.

Allah akan mengampuni orang yang berdzikir sebagaimana Allah mengampuni dosa Nabi
Yunus dengan mengeluarkannya dari perut ikan. Dalam As Shaffat ayat 143-144:

١٤٣ ﴿ ‫﴾ َفَلْو اَل َأَّنُه َك اَن ِم َن اْلُمَس ِّبِح يَن‬١٤٤ ﴿ ‫﴾َلَلِبَث ِفي َبْطِنِه ِإَلٰى َيْو ِم ُيْبَع ُثوَن‬

“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikir (bertasbih) kepada Allah(143),
niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari Berbangkit(144)”

Selain ayat-ayat diatas , masih banyak dalil lain yang menjelaskan keutamaan zikir.
Secara umum dapat disimpulkan meliputi pujian, zikir, dan do’a. Ulama mengategorikan do’a
itu menjadi dua macam: ibadah dan permintaan. Zikir-zikir yang dibaca setelah shalat
umumnya termasuk do’a ibadah dan do’a permintaan. Dari sini dapat kita pahami bahwa
sesungguhnya zikir adalah do’a (ibadah). Nabi Saw. Bersabda, “ do’a adalah ibadah “(HR
Arba’ah).
Secara etimologis zikir artinya mengingat, Sedangkan secara terminologis, zikir
adalah menghadirkan hati untuk mengingat dan taat kepada Allah yang kemudian disusul
denganucapan atau perbuatan dalam berbagai keadaan seperti saat shalat, puasa, zakat, haji,
jual beli dan lainnya. Said bin jubair mengatakan, orang yang tidak taat kepada allah
hakikatnya adalah orang yang tidak berzikir, meskipun mengucap tasbih, tahlil dan membaca
Al-Qur’an.

Sedangkan do’a secara etimologis artinya permohonan atau permintaan, Sedangkan


secara terminologis, do’a adalah permohonan manusia kepada Allah dengan penuh
pengharpan agar tercapai segala sesuatu yang diinginkannya dan terhindar dari segala perkara
yang ditakuti dan tidak diinginkan

Sebagaimana zikir, do’a juga disyari’atkan oleh agama ( QS. Albaqarah: 186; Al-
Muminun:60 ). Secara teologis, do’a merupakan ekspresi pengakuan kepada allah bahwa diri
kita adalah makhluk yang lemah dan tidak sempurna. Esensi do’a adalah permohonan hamba
kepada allah agar diberikan inayah ( perhatian ), mu’unah ( pertolongan ), dan hidayah
(petunjuk/bim-bingan) menuju pemecahan persoalan dan kebuntuan hidup. Do’a juga
menjadi kunci pembuka sekaligus pintu keluar menuju pencapaian cita-cita dan harapan
hidup.

Do’a telah dikenal sejak petamakali diciptakan manusia yaitu Nabi Adam. Dalam
Kitab “Khazinatul Asrar” diterangkan sesudah Nabi Adam diciptakan dan ditiupkan ruh,
beliau berDo’a kepada Allah “ Wahai Tuhanku, tunjukilah daku jalan yang lurus, yaitu jalan
orang-orang yag telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang
Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat” yang terkandung dalam Surat Al
Fatihah). Mulai saat itu Do’a digunakan oleh para Nabi dan sebagian umatnya, mereka
senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dengan memanjatkan Do’a kepadaNya.

Ada beberapa alasan kenapa manusia harus berDo’a, Pertama karena panggilan jiwa,
sedang mendapat kesulitan yang belum ada jalan keluarnya. Artinya : “ Dan apabila manusia
disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-
Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat dari pada-
Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya. (QS. Ar Rum: 33). Kedua
karena Do’a sebagai ibadah manusia kapada Allah SWT, Artinya: Dan Tuhanmu berfirman:
“BerDo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang
yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam
Keadaan hina dina”. QS.A- Mukmin: 60. Ketiga, karena manusia diciptakan dalam keadaan
lemah, sesuai dalam Al Qur’an ( Qs. An Nisa Ayat : 28 ) Artinya : Allah hendak memberikan
keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.

Meskipun demikian, orang yang sedang berbahagia pun dianjurkan berdo’a agar
nikmat yang diterimanya tidak berubah menjadi petaka Itu sebabnya, do’a diperintahkan baik
dalam suka maupun duka, sedih dan senang, susah dan bahagia. Berdo’a hanya pada saat
menghadapi kesusahan hidup dan melupakannya saat bahagia dianggap sebagai orang yang
lupa diri dan lupa allah (QS. Fussilat; 51) Dalam konteks inilah nabi menyatakan bahwa jika
do’a ingin dikabulkan saat menghadapi kesulitan maka kita diperintahkan saat menghadapi
kesulitan maka kita diperintahkan agar memperbanyak do’a saat lapang dan bahagia (HR.At-
Tirmizi; 3304) Begitu pentingnya do’a sehingga do’a dianggap perbuatan yang paling
memiliki keutamaan (HR. At-Tirmizi, Ibnu majah, Al-Hakim),

Syarat-syarat agar terkabul Do’anya

1. Beriman dan memenuhi kewajiban kepada Allah SWT (QS.AL-Baqarah:186)

‫َوِاَذ ا َس َاَلَك ِع َباِد ْي َع ِّنْي َفِاِّنْي َقِرْيٌب ۗ ُاِج ْيُب َد ْع َو َة الَّد اِع ِاَذ ا َدَع اِۙن َفْلَيْسَتِج ْيُبْو ا ِلْي َو ْلُيْؤ ِم ُنْو ا ِبْي َلَع َّلُهْم َيْر ُش ُد ْو َن‬

“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku,


maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan
beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran ”

2. Memperbanyak Istighfar (mohon ampun) kepada Allah SWT sebelum berdo’a (QS
Nuh: 10-12)
‫َفُقْلُت اْسَتْغ ِفُرْو ا َر َّبُك ْم ِاَّنٗه َك اَن َغ َّفاًر ۙا‬

“maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia
Maha Pengampun”
‫ُّيْر ِس ِل الَّس َم ۤا َء َع َلْيُك ْم ِّم ْد َر اًر ۙا‬

“niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu”

‫َّوُيْمِد ْد ُك ْم ِبَاْم َو اٍل َّوَبِنْيَن َو َيْج َع ْل َّلُك ْم َج ّٰن ٍت َّوَيْج َع ْل َّلُك ْم َاْنٰه ًر ۗا‬

“dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun


untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."

3. Yakin bahwa do’a yang diucapkan itu akan dikabulkan Alloh SWT (QS.AL
Mukmin:60)
‫ۙ َو اَّلِذ ْيَن ُيْؤ ُتْو َن َم ٓا ٰا َتْو ا َّو ُقُلْو ُبُهْم َوِج َلٌة َاَّنُهْم ِاٰل ى َر ِّبِهْم ٰر ِج ُعْو َن‬

“dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati
penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Tuhannya,”

4. Berdo’a disertai usaha dan kerja keras (QS. Ar’rad: 11)

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari


depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”

Waktu yang makbul untuk berdo’a

1. Hari Jum’at
2. Waktu duduk diantara dua khutbah Jum’at
3. Saat bberpuasa
4. Saat sepertiga malam terakhir
5. Saat antara azan dan Iqamat
6. Saat sujud
Adapun etika (adab) saat berdo’a

1. mengangkat tangan
2. Memulai do’a dengan memuji Allah dan besholawat atas Nabi Muhammad SAW.
3. Dengan suara perlahan dan merendahkan diri
4. Menutup Do’a dengan hamdalah

2. Bacaan Zikir dan Do’a setelah shalat


a) Membaca istigfar tiga kali, yaitu

‫ َأْسَتْغ ِفُر هللا َأْسَتْغ ِفُر هللا‬،‫َأْسَتْغ ِفُر هللا‬

Artinya: “saya memohon ampun kepada allah“(HR. Muslim dan lafaznya dari
ahmad)

b) Mengucapkan bacaan berikut

‫الَّلُهَّم َأْنَت الَّسالُم َوِم ْنَك الَّس َالُم َتَباَر ْك َت َيا َذ ا الَج الِل َو اإلْك َر اِم‬

“Ya Allah, Engkau Maha Damai dan dari-Mu (datang) kedamaian;


Maha pemiliki segala keberkahan wahai Allah, Tuhan
pemilik keagungan dan kemuliaan”

c) Setelah membaca bacaan nomor 1dan 2 diatas, membaca bacaan berikut 10


kali khusus setelah shalat shubuh dan magrib

‫ ُيْح ِيي َو ُيِم يُت َو ُهَو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يُر‬،‫ َلُه اْلُم ْلُك َو َلُه الَح ْم ُد‬،‫اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِريَك َلُه‬

“tiada sesembahan selain Allah semata dan satu-satunya. Tiada sekutu atas-
Nya, Milik-Nyalah segala kekuasaan dan kerajaan dan bagi-Nya setiap
pujian, dalam genggaman-Nyalah segala kebajikan, Ia yang Maha
menghidupkan lagi mematikan, dan Dialah Zat yang Maha berkuasa atas
segala sesuatu”

d) Setelah membaca bacaan nomor 1 dan 2 diatas, membaca bacaan berikut 7


kali khusus setelah shalat subuh

‫الَّلُهَّم ِإِّني َأْس َأُلَك اْلَج َّنَة الَّلُهَّم َأِج ْر ِني ِم ْن الَّناِر‬

“Ya Allah aku mohon kepadaMu syurga ya Indungilah aku dari api neraka
(HR. Ahmad 17362)”

Sedangkan khusus setelah shalat magrib membaca bacaan berikut


sebanyak 7 kali:

‫الَّلُهَّم ِإِّني َأْس َأُلَك اْلَج َّنَة الَّلُهَّم َأِج ْر ِني ِم ْن الَّناِر‬

“Ya Allah aku mohon kepadaMu syurga ya Indungilah aku dari api neraka
(HR. Ahmad 17362)”

e) Membaca bacaan berikut

‫ ال إلَه ِإاَّل الل َع َلى‬، ‫ َو َلُه الَقناُء الَحَس ُن‬،‫ له الّنْع َم ُة َو َلُه الَفْض ُل‬،‫ له الُم ْلُك َو َلُه الَحْم ُد َو هو ِإَّياُه‬،‫ال إَلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه ال َش ِريَك له‬
‫ ال َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة إاَّل باهلل ال إله إال هللا َو اَل َنْعُبُد ِإاَّل‬،‫كّل شيٍء َقِد يٌر‬
‫ُم ْخ ِلِص يَن له الِّد يَن ولو َك ِر َه الَك اِفُروه‬
Artinya: Tidak ada allah yang berhak disembah kecuali allah semata, tiada sekutu
bagi-nya, miliknya seluruh kerajaan dan milik-nya segla pujian dan Dia maha kuasa
atas segala sesuatu, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin allah. Tidak
ada tuhan yang berhak disembah kecuali allah dan kami tidak menyembah kecuali
kepa-nya, miliknya segala nikmat, milik-nya segala keutamaan milik-nya segala
sanjungan yang baik. Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali allah dengan
mengikhlaskan agama (ketundukan) untuj-nya walapun orang-orang kafir benci (HR.
Muslim).

F) Membaca tasbih 33 kali ‫ ُسْبَحاَن هللا‬, tahmid 33 kali ‫ اْلَح ْم ُد ِهَّلِل‬Kemudian dilanjutkan
dengan takbir 33 kali ‫هللا أكبر‬Kemudian dilanjutkan dengan membaca:

‫ َلُه اْلُم ْلُك َو َلُه اْلَح ْم ُد َو ُهَو َع َلى ُك لَش ْي ٍء َقِد ير‬،‫ال إَلَه إال ُهللا َو ْح َد ُه ال َش ِريَك َلُه‬
Artinya: Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali allah semata, tidak ada
sekutu bagi-nya segala kerajaan dan bagi-nya segala pujian dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu, (HR. Muslim dan Ahmad)

g) Membaca bacaan berikut:

‫َاللُهَّم اَل َم اِنَع ِلَم ا َأْع َطْيَت َو اَل ُم ْع ِط َي ِلَم ا َم َنْعَت َو اَل َيْنَفُع َذ ا اْلُجِّد ِم ْنَك الجد‬

Artinya: ya Allah, tidak ada satupun yang menghalangi apa saja yang Engkau
berikan, dan tidak ada satupun yang dapat member apa yang Engkau halangi
dan kekayaan itu tidak berguna bagi pemiliknya (untuk menyelamatkan diri)
dari (siskaan)-Mu (HR. Ahmad).

h) Membaca ayat Kursi:

‫َتْأُخ ُذ ُه ِس َنٌة َو اَل َنْو ٌم َلُه َم ا ِفي الَّس َم اَو اِت َوَم ا ِفي اَأْلْر ِض َم ْن َذ ا اَّلِذ ي َيْش َفُع ِع ْنَد ُه ِإاَّل ِبِإْذ ِنِه َيْع َلُم َم ا َبْيَن َأْيِد يِهْم‬ ‫هللا ال ِإلَه ِإاَّل ُهَو اْلَح ُّي اْلَقُّيوُم اَل‬

‫ُيِح يُطوَن ِبَش ْي ٍء ِم ْن ِع ْلِمِه ِإاَّل ِبَم ا َشاَء َوِس َع ُك ْر ِس ُّيُه الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َو اَل َيُئوُد ُه ِح ْفُظُهَم ا َو ُهَو اْلَع ِل اْلَعِظ يُم‬ ‫َوَم ا َخ ْلَفُهْم َو اَل‬

Artinya: Allah, tidak ada ilah (yang berhak disenbah) kecuali Dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus makluknya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaanya apa yang ada
di langit dana pa yang ada di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi allah
tanpa izinya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu allah melainkan apa yang dikehendakinya.
Kursi allah eliputi langit dan bumi, dan allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan
allah maha tinggi lagi maha besar. (QS. Al-Baqarah: 125. HR. At-Tabrani).

I) Membaca Do’a

‫الَّلُهَّم َأِع ِّني َع َلى ِذ ْك ِرَك َو ُشْك ِرَك َو ُحْس ِن ِع َباَد ِتَك‬

Artinya: ya allah, tolonglah aku dalam mengingatmu, dan bersyukur kepada mu dan
melakukan ibadah yang baik kepada mu (HR. Abu Daud, Nasa’I, Ahmad dan Al-
Hakim)

j) Membaca Do’a

‫ُأ‬
‫ َو َأُعوُذ ِبَك َأْن َرَد ِإَلى َأْر َذ ِل اْلُع ُم ِر‬، ‫اللُهم ِإِّني َأُعوُذ ِبَك ِم َن اْلُجْبِن‬،

‫ َو َأُعوُذ ِبَك ِم ْن َع َذ اِب اْلَقْبر‬،‫َو َأُعوُذ بَك ِم ْن ِفْتَنِة الُّد ْنَيا‬


Artinya: ya allah aku berlindung kepada mu dari sifat pengecut, dan aku berlindung
kepada mu dari usia pikun, aku berlindung kepada mu dari siksa kubur (HR. Al-
Bukhari)

k) Kemudian membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas ( HR. Abu


Daud, Nasa’I dan Ahmad)

B. Macam-macam shalat

Sholat adalah tiang agama. Maka dari itu setiap muslim memiliki kewajiban untuk
melaksanakan ibadah Sholat Fardhu, yaitu sholat 5 waktu dalam sehari semalam. Hukum
sholat 5 waktu adalah Fardhu ‘ain. Sejak kecil kita harus menanamkan kebiasaan sholat,
ketika beranjak baligh akan menjadi kewajiban. Banyak keutamaan-keutamaan sholat yang
bisa kita peroleh dalam kehidupan sehari-hari di dunia dan akhirat kelak. Namun selain
Sholat Fardhu, terdapat banyak sekali Sholat Sunnah untuk menutupi kekurangan Sholat
Fardhu. Sholat sunnah termasuk amalan yang selayaknya kita kerjakan dan rutinkan. Kita
tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin sholat lima waktunya dikerjakan dengan
sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu’(menghadirkan hati), juga kadang
tidak tawadhu’ (tenang) dalam Shola, adapun macam-macam shalat Sunnah adalah sebagai
berikut.

a. Shalat Berjama’ah

1. Pengertian dan kedudukan shalat berjama’ah

Secara etimologis, jama’ah artinya perkumpulan dan kebersamaan. Sedangkan secara


terminologis, shalat jama’ah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama oleh
sekumpulan orang yang terdiri dari minimal dua ornag, dengan dipimpin oleh seorang imam.
Shalat jama’ah adalah lawan dari shalat sendiri (munfarid atau fadz ).

Para Fuqaha’ berbeda pendapat dalam menetapkan hukum shalat berjama’ah, menjadi
empat pendapat:

Pendapat pertama: Shalat berjama’ah hukumnya fardhu kifayah.Para ulama ya


berpegang pada pendapat ini adalah berasal dari kalangan ulama mutaqaddimin dan ulama
mutaakhkhirin.

kalangan ulama mutaqaddimin dan ulama mutaakhkhirin. Ibnu Hubairah dalam


kitabnya al-Ifshah, Juz I, halaman 42 menisbatkan pendapat ini kepada Imam Abu Hanifah
dan Imam Asy- Syafi’i. Ibnu Hajar dalam kitabnya Fath al-Bari, Juz II, halaman 26
mengatakan: “Yang zhahir dari pernyataan Imam Asy-Syafi’i adalah shalat berjama’ah
hukumnya fardhu kifayah. Dan inilah pendapat yang dipegang oleh jumhur ulama terdahulu
serta pendapat mayoritas ulama Hanafiyah dan Malikiyah.”

Imam An-Nawawi dalam kitabnya Raudhah ath-Thalibin, Juz I, halaman 339


mengatakan bahwa berjama’ah hukumnya wajib di dalam shalat Jum’at; sedangkan hukum
berjama’ah pada shalat fardhu menurut ulama Syafi’iyah ada beberapa pendapat, yaitu:
1. Pendapat yang paling shahih adalah hukumnya fardhu kifayah.
2. Pendapat yang rajih adalah hukumnya sunat muakkadah.
3. Pendapat yang lain adalah hukumnya fardhu ‘ain. Ini dinyatakan oleh sahabat kami
(kata imam An-Nawawi) Ibnu al-Mundzir dan ibnu Khuzaimah

Pendapat kedua: Shalat berjama’ah hukumnya sunat muakkadah.Shalat fardhu secara


berjama’ah dalam madzhab Hanafi dan Maliki dinyatakan hukumnya sunatmuakkadah;
demikian pula dinyatakan oleh sebagian ulama pengikut madzhab Syafi’i. Mereka berpegang
pada dalil hadits Ibnu Umar RA,

‫َص اَل ُة اْلَج َم اَع ِة َتْفُض ُل َص اَل َة اْلَفِّذ ِبَخ ْمٍس َو ِع ْس ِر ْيَن َد َر َج ًة‬

“Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh lima derajad“
“Ash-Shan’ani di dalam kitabnya Subulussalam, Juz II, halaman 40, setelah menyebutkan
hadits Ibnu Umar ini, dia mengatakan : “Di dalam hadits ini terkandung dalil
ketidakwajiban shalat berjama’ah.”

Pendapat ketiga: Ibnu Taimiyah, Ibnul Qaiyim, Ibnu ‘Aqil dan Ibnu Abi Musa serta
sebagian ulama pengikut madzhab Hanbali berpendapat bahwa shalat berjama’ah merupakan
syarat sahnya pelaksanaan shalat fardhu, dan hukumnya adalah fardhu ‘ain bagi kaum laki-
laki, kecuali ada ‘udzur.

2. Keutamaan Shalat Berjama’ah

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu menceritakan, “Barangsiapa yang senang


untuk berjumpa dengan Allah di hari esok hari akhirat sebagai seorang muslim maka
hendaklah menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah yang mana diserukan panggilan
adzan untuknya. Karena Allah telah mensyariatkan jalan-jalan petunjuk untuk Nabi kalian
shallallahu‘alaihi wa sallam. Dan sesungguhnya shalat berjamaah itu termasuk jalan
petunjuk. Kalau lah kalian sengaja mengerjakan shalat di rumah-rumah kalian sebagaimana
halnya perbuatan orang yang sengaja meninggalkan shalat jamaah ini dan mengerjakannya
dirumah niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Dan kalau kalian sudah
berani meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka kalian pasti akan sesat. Sungguh aku teringat,
bahwa dahulu tidak ada yang meninggalkan shalat berjamaah itu melainkan orang munafiq
yang terbukti kemunafikannya. Sampai-sampai dahulu ada di antara para sahabat itu yang
memaksakan diri untuk datang shalat berjamaah dengan dipapah di antara dua orang lelaki
untuk diberdirikan di dalam barisan/shaf. Shalat berjamaah”

Shalat berjama’ah merupakan sebuah amalan yang sangat utama. jauh lebih utama
daripada shalat sendirian. Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat berjamaah dua puluh tujuh derajat lebih utama
daripada shalat sendirian.”

Bagi kaum wanita, diperbolehkan pergi ke masjid turut menghadiri Shalat jama’ah
dengan syarat mereka harus menghadiri segala yang memberikan pengaruh syahwat dan
mengundang fitnah, terutama dengan memakai wewangian yang menyengat. Rasulullah saw
bersabda: “ janganlah kalian larang kaum wanita untuk mengambil bagian mereka ke masjid
jika mereka tidak memakai wewangian yang menyengat. ( HR. Al-Bukhari: 849, Muslim:
668, Abu Daud: 478 ). Untuk menjaga kesucian masjid dan gangguan lain, lebih baik anak-
anak yang belum mengerti (mumayiz) tidak dibawa ke masjid.

3. Pelaksanaan Shalat Jama’ah

a. Sebaiknya Shalat jama’ah dilakukan di masjid atau musholla

b. Saat akan menghadiri Shalat jama’ah dalam keadaan bersih dan memakai pakaian yang
terbaik

c. Saat mendatangi shalat jama’ah ditutun agar dalam keadaan bersih dan suci, terutama
menyangkut kebersihan mulut dan gigi

d. Hendaknya berjalan menuju masjid dengan tergesa-gesa, tapi berjalan dengan penuh
ketenangan

e. Saat keluar dari rumah supaaya mengucapkan do’a

f. Setiba di masjid, memasukinya dengan mendahulukan kaki kanan dan berdo’a

g. Sebelum duduk terlebih dahulu melaksanaan shalat tahiyatul masjid


h. Jika mendengar iqamat, makmum jangan tergesa-gesa untuk masuk ke dalam barisan

i. Merapikan shaf

j. Tidak boleh sama sekali mendahului gerakan imam dan menyelisihi gerakan imam

k. Saat shalat jahr (nyaring) berlangsung, makmum dengan seksama memperhatikan bacaan
imam, dan tidak boleh membaca apa pun, kecuali Al-Fatihah (HR. Al-Bukhari: 714, Muslim:
595, Abu Daud: 697, Ahmad: 9164). Al-Fatihah dibaca oleh makmum dalam hati sambil
mengikuti imam (HR. At-Tirmizi: 2877). Jika imam selesai membaca walaa dhaallin,
makmum segera menyahutinya dengan membaca: aamiin dengan suara nyaring (HR. Al-
Bukhari)

i. Jika kondisi jama’ah heterogen (beragam), maka hendaknya imam memilih surat atau ayat
yang tidak panjang dan tidak pendek, sesuai dengan kondisi imam (HR. Ahmad dari Anas)

m. Jika ada makmum yang masbuq (terlambat), maka ia bertakbiratul ihram terlebih dahulu,
lalu mengikuti gerakan atau posisi imam dalam posisi apa pun.

n. Khusus dalam shalat 4 raka’at, jika yang menjadi imam adalah orang yang mukmim, maka
makmum musafir mengikuti rakaat imam secara sempurna dari awal

0. Boleh menjadi makmum shalat wajib kepada imam yang melakukan shalat Sunnah (HR.
Muslim: 711)

p. Jika imam lupa gerakan shalat, maka makmum laki-laki mengingatkan dengan membaca
“subhanallah”

q. Dilarang keras lewat di depan orang yang sedang shalat (HR. Al-Jma’ah), dengan batas 3
hasta [1,5 meter] (HR. Al-Bukhari) atau di atas sutrah (pembatas) seperti sajadah, tikar, sapu
atau lisannya

r. Setelah selesai shalat, imam hendaknya menghadap ke arah makmum (HR. Al-Bukhari),
atau ke arah kanan imam (HR. Muslim dan Abu Daud).

s. Seorang imam hendaknya dipilih erdasarkan kriteria sebagaimana yang diisyaratkan oleh
Nabi saw.

t. Imam perempuan hanya bagi makmum perempuan atau bagi anak laki-laki kecil yang
belum balig
b. Shalat Jum’at

1. Arti dan kedudukan Shalat Jum’at

Secara etimologis, Juma’t artinya berkumpul. Sedangkan secara terminologis, shalat


jum’at adalah Shalat wajib 2 rakaat yang dilaksnakan secara berjama’ah pada hari jum’at
setelah 2 khutbah saat matahari telah tergelincir. Shalat juma’at hukumnya wajib berdasarkan
dalil dari Al-Qur’an, As-sunnah, dan ijma’ (kesepakatan) ulama. Allah berfirman:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ُنْو ِدَي ِللَّص ٰل وِة ِم ْن َّيْو ِم اْلُج ُمَعِة َفاْس َعْو ا ِاٰل ى ِذ ْك ِر ِهّٰللا َو َذ ُروا اْلَبْيَۗع ٰذ ِلُك ْم َخ ْيٌر َّلُك ْم ِاْن ُكْنُتْم َتْع َلُم ْو َن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan Shalat Jum’at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumu’ah: 9).

2. Keutama’an Shalat Jum’at

a. Hari yang paling utama

b. Waktu yang mustajab untuk berdo’a

c. Dosa-dosanya diampuni antara Jum’at tersebut dengan Jum’at sebelumnya


(HR. Al-Bukhari).

3. Yang Diwajibkan Shalat Jum’at

Yang diwajibkan mengerjakan Shalat Jum’at semua orang islam.kecuali empat


golongan, yaitu hamba sahaya, wanita, anak kecil dan orang sakit. Hal ini dasarkan pada
hadis Nabi saw: Artinya; Dari Thariq bin Syihab, dari Nabi sawbersabda: Shalat Jum’at
adalah hak yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim secara berjama’ah, kecuali empat
golongan: hamba sahaya, wanita, anak kecil,atau orang-orang sakit.’ (HR. Abu Daud: 901).

3. Persiapan Shalat Jum’at

a. Mandi Jum’at

b. Menggunakan pakaian terbagus dan minyak wangi (HR. Bukhari dan Muslim).

c. Bersiwak

d. Tidak melakukan tahlluq (membuat halaqah-halaqah) atau pertemuan pengajian


sebelum Shalat Jum’at (HR. Abu Daud).
e. Bersegera untuk berangkat ke masjid dan istirahat siang setelahnya.

f. Berjalan kaki ke masjid, kecuali jika ada halangan.

g. Tidak tergesa-gesa ketika datang ke masjid (HR. Bukhari).

h. Memperbanyak shalawat kepada Nabi saw.

i. Shalat Sunnah tahiyatu masjid, walaupun imam sedang berkhutbah.

j. Shalat Sunnah ketika menunggu imam atau khatib naik mimbar (HR. Muslim).

k. Bergeser dari tempat duduk jika mengantuk.

l. Tidak melangkahi pundak-pundak orang lain (HR. Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah)

m. Tidak membuat orang lain berdiri dari tempat duduknya.

n. Tidak membaca Qur’an dengan suara keras

o. Tidak lewat di depan orang shalat

p. Shalat Sunnah setelah selesai shalat jum’at sebanyak 2 raka’at atau 4 raka’at

5. Pelaksanaan Shalat Jum’at

a. Jika matahari tergelincir (masuk waktu zuhur), muezzin mengumandangkan azan.

b. Imam (khatib) menyampaikan khutbah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan sebagai


rangkaian dari pelaksanaan shalat jum’at.

c. Jama'ah harus mendengar dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh khutbah


yang disampaikan, diam dan tidak boleh berbicara serta berbuat apapun.

d. Jika memungkinkan menghadapkan wajah pada khatib saat menyampaikan khutbah


(HR. Al-Baihaqi, Abdurrazzaq); dan tidak duduk dengan memeluk lutut (al-
habwah) ketika khatib berkhutbah (HR. Abu Daud, Tirmizi).

e. Setelah selesai khutbah kedua, langsung iqamat dan melaksanakan Shalat Jum'at 2
rakaat secara berjama'ah dengan bacaan jahr (nyaring), seperti halnya Shalat
Shubuh.
f. Jika khatib dan imam memenuhi persyaratan, idealnya khatib sekaligus menjadi
imam Shalat Jum'at.

4. Shalat Jum’at pada hari raya

Menurut al-Hafiz Ibn Qayim al-Jauziy dalam kitabnya ‘Aun al-Ma’bud (Syarah
Sunan Abu Daud), bahwa shalat Jum’at yang bertepatan pada hari raya ‘Idain, yaitu boleh
melaksanakan shalat Jum’at dan boleh juga meninggalkannya. Namun bagi orang yang tidak
melaksanakan shalat Jum’at yang bertepatan pada hari raya ‘Idain dengan mengamalkan
keringanan/rukhshah tersebut, maka ia wajib melaksanakan shalat Zhuhur, karena shalat
Jum’at pengganti dari shalat Zhuhur, tetapi kebanyakan dari umat Islam memahami hadis ini,
bahwa bolehnya meninggalkan shalat Jum’at dan shalat Zhuhur.

Syaikh Faishal bin Abdul Aziz Ali Mubarak juga menjelaskan dalam bukunya yang
masyhur, yaitu Bustanul Ahbari Mukhtashari Nail al-Authar, bahwa ke-rukhshah-an yang
terdapat pada hadis shalat Jum’at yang bertepatan pada hari raya ‘Idain menunjukkan, bahwa
shalat Jum’at pada hari raya ‘Idain boleh ditinggalkan, karena ke-rukhshah-an di sini
dipahami dengan sifat yang umum dan berlaku bagi setiap orang, tetapi tidak menggugurkan
kewajiban seseorang dalam melaksanakan shalat Zhuhur.

Ahmad bin Hanbal juga berpendapat, bahwa shalat Jum’at yang bertepatan pada hari
raya ‘Idain, maka tidak wajib hukumnya melaksanakan shalat Jum’at baik bagi penduduk
yang tinggal di kota maupun di desa, dan gugurlah kewajiban dalam melaksanakan shalat
Jum’at disebabkan, karena shalat Jum’at yang bertepatan pada hari raya ‘Idain, namun tetap
wajib hukumnya melaksanakan shalat Zhuhur.

Dan Imam Abu Hanifah sependapat dengan Imam al-Syafi’i, bahwa hukum shalat
Jum’at tersebut tetap wajib hukumnya, dan ke-rukhshah-an tersebut hanya berlaku bagi
orang yang tinggal jauh dari tempat pelaksanaan shalat ‘Idain dan tidak berlaku kerukhshahan
bagi orang yang bertempat tinggal di perkotaan atau dekat dengan tempat pelaksanaan shalat
‘Idain.

Memahami hadis tersebut, bolehnya meninggalkan shalat Jum’at yang bertepatan


pada hari raya ‘Idain bagi umat Islam yang tinggalnya diperkampungan, perdesaan dan jauh
dari tempat pelaksanaan shalat ‘Idain, sehingga mereka kembali ke kampung halamannya dan
boleh meninggalkan shalat Jum’at, namun tetap wajib hukumnya melaksanakan shalat
Zhuhur sebagaimana kewajiban bagi umat Islam lainnya yang tidak melaksanakan shalat
Jum’at. Pendapat yang kedua, yaitu tetap wajib hukumnya melaksanakan shalat Jum’at
dan tidak berlaku ke-rukhshah-an pada hari itu, walaupun shalat Jum’at bertepatan pada hari
‘Idain. Begitu juga bagi seorang Imam shalat, ia tetap wajib hukumnya melaksanakan shalat
Jum’at. Karena jika ada yang berkeinginan melaksanakan shalat Jum’at atau yang belum
melaksanakan shalat ‘Idain, maka bagi seorang Imam tersebut wajib hukumnya mengimami
orang yang hendak melaksanakan shalat Jum’at.

c. Shalat Tathawwu

1. Pengertian dan kedudukan

Tathawwu adalah sinonim kata nafilah, yang berarti sunnah. Setiap orang yang
membiasakan diri dengan sesuatu yang baik disebut dengan mutathawwi' (Lihat kitab Al-
Qaasamuusul Muhiith (hal. 962). Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Barang siapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (tathawwu'), maka itulah yang lebih baik
baginya." (QS. 2 Al- Baqarah: 184).

Secara terminologis, Shalat rawatib adalah Shalat Sunnah yang dikerjakan mengiringi
Shalat fardlu. Yang termasuk Shalat sunnah ini adalah: 2 rakaat sebelum Shubuh, 2 atau 4
rakaat sebelum Zuhur dan 2 atau 4 rakaaat sesudahnya, 2 rakaat sebelum Asar, 2 rakaat
sebelum Magrib dan 2 rakaat setelahnya, dan 2 atau 4 rakaat setelah Isya'. Khusus hari
Jum'at, Shalat sunnah sebelum imam naik mimbar untuk berkhutbah dianjurkan Shalat
sunnah berapapun yang disukai, dan setelah Shalat Jum'at dianjurkan Shalat sunnah 2 atau 4
rakaat (Ibid: 319-320).

Shalat tathawwu' memiliki manfaat yang sangat banyak, di antaranya:


menyempurnakan Shalat wajib dan menutupi kekurangannya (HR. Abu Daud, Ibnu Majah
dan Ahmad); mengangkat derajat dan menghapus dosa (Muslim); membawa masuk syurga
dan menemani Rasulullah di dalamnya (HR. Muslim); dan lain-lain.

Pada dasarnya, Shalat tathawwu' sebaiknya dilakukan di rumah, meskipun rumah


berdekatan dengan masjid (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Huzaimah). Banyak hadis yang
menerangkan hal ini, diantaranya:

‫ َص ُّلوا َأُّيَها الَّناُس ِفي ُبُيوِتُك ْم َفِإَّن َأْفَض َل َص اَل ِة اْلَم ْر ِء ِفي َبْيِتِه ِإال‬:‫َع ْن َز ْيِد ْبِن َثاِبٍت َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلَم قال‬
‫المكتوبة‬
Artinya: Dari Zaid bin Tsabit ra. Bahwa rasullah saw bersabda: wahai manusia, shalatlah
kalian di rumah-rumah kalian, karena shalat seseorang yang paling afdhal (lebih utama) itu
dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat fardhu (HR. An-Nasa’i).

2. Macam-macam Shalat Tathawwu

a. Shalat Sunnah Rawatib

Secara etimologis rawatib artinya terus-menerus ajeg atau kontinyu. Secara


terminologis, Shalat rawatib adalah Shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi Shalat fardlu.
Yang termasuk Shalat sunnah ini adalah: 2 rakaat sebelum Shubuh, 2 atau 4 rakaat sebelum
Zuhur dan 2 atau 4 rakaaat sesudahnya, 2 rakaat sebelum Asar, 2 rakaat sebelum Magrib dan
2 rakaat setelahnya, dan 2 atau 4 rakaat setelah Isya'. Khusus hari Jum'at, Shalat sunnah
sebelum imam naik mimbar untuk berkhutbah dianjurkan Shalat sunnah berapapun yang
disukai, dan setelah Shalat Jum'at dianjurkan Shalat sunnah 2 atau 4 rakaat (Ibid: 319-320).

Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu.
Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat sunnah qabliyah.
Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba'diyah. Di antara tujuan
disyari'atkannya shalat sunnah qabliyah adalah agar jiwa memiliki persiapan sebelum.
melaksanakan shalat wajib. Perlu dipersiapkan seperti ini karena sebelumnya jiwa telah
disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Agar jiwa tidak lalai dan siap, maka ada shalat
sunnah qabliyah lebih dulu. Sedangkan Shalat Sunnah badi’yah dilaksanakan untuk menutup
beberapa kekurangan dalam shalat wajib yang baru dilakukan. Karena pasti ada kekurangan
di sana-sini ketika melakukannya.

b. Shalat Sunnah Antara Azan di Iqamat

Dasarnya adalah hadis dari Abdullah bin Mugaffal yang diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dan Muslim di atas. Hadits tersebut memberi petunjuk bahwa pada setiap kali
sesudah adzan menjelang iqamah disyariatkan Shalat sunnah. Artinya antara adzan dan
iqamah tersedia waktu untuk mendirikan Shalat sunnah sesuai dengan tuntunan Rasulullah
saw, baik Shalat sunnah yang tergolong sunnah muakkadah maupun ghairu muakkadah, baik
yang 2 rakaat ataupun 4 rakaat.

Yang dimaksud kalimat "adzanaini" dalam hadits Al-Bukhari: 591 dan Muslim:
1383 di atas adalah (antara) adzan dan iqamah, sedang maksud kalimat "shalat" setelah lafadz
"adzanaini" adalah waktu Shalat atau Shalat sunnah yang jumlahnya dua atau empat rakaat
yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Dengan demikian semua Shalat wajib memiliki
Shalat sunnah qabliyah (sebelum Shalat wajib), kecuali qabliyah Isya'.

c. Shalat Sunnah Wudlu (Shalat Sunah Taubat)

Shalat Sunnah 2 rakaat setelah wudlu’ didasarkan pada hadis Nabi:

‫ َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاِئًم ا ُيَح ِّد ُث‬... ‫َع ْن ُع ْقَبَة ْبِن َعاِم ٍر‬
‫َم ا ِم ْن ُم ْس ِلٍم َيَتَو َّض َأ َفُيْح ِس ُن ُو ُضوَءُه ُثَّم َيُقوُم َفُيَص ِّل َر ْك َع َتْيِن ُم ْقِبُل‬
‫َع َلْيِهَم ا ِبَقْلِبِه َوَو ْج ِهِه ِإاَّل َو َج َبْت َلُه اْلَج َّنُة‬

Artinya: Dari [Uqbah bin Amir]…. Rasullallah shallahu’alaihi wasallam berdiri


berbicara.. ”Tidaklah seorang muslim berwudlu lalu menyempurnakan wudlunya, kemudian
mendirikan shalat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya, kecuali syurga
wajib diberikan kepadanya.”. (HR. Muslim:345)

d. Shalat Tahiyatul Masjid

Shalat Sunnah tahiyyatul masjid adalah shalat Sunnah 2 rakaat saat memasuki
masjid, dilarang duduk sebelum shalat Sunnah ini. Hal ini berdasarkan riwayat:

‫َأَبا َقَتاَد َة ْبَن ِرْبِع ُّي اَأْلْنَص اِرَّي َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َقاَل َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَذ ا َد َخ َل َأَح ُد ُك ُم اْلَم ْس ِج َد َفاَل َيْج ِلُس َح َّتى ُيَص ِّلي‬
‫َر ْك َع َتْيِن‬

Artinya: Dari abu qatadah bin rib’I al-ansari ra berkata: rasulullah saw bersabda: apabila
seorang masuk masjid, jangan ia duduk sebelum ia sholat (Sunnah) 2 rakaat. (HR. Al-
Bukhari: 1097, Muslim: 1166)

e. Shalat Lail

Shalat tahajud adalah shalat sunah yang dilakukan seseorang pada sebagian malam,
malam terakhir. Jumlah raka’at dalam shalat tahajud itu genap dan banyaknya tergantung
pada individu yang melaksanakannya. Kalau bacaan dalam shalat dipahami secara sungguh-
sungguh, maka orang tersebut akan menangis Kaluar sudah melaksanakan shalat tetapi belum
memahami bacaan shalat, maka belum ada pengaruhnya. Dampak orang yang memahami
bacaan shalat secara sungguh-sungguh, yaitu orang tersebut akan terhindar dari perbuatan
nahi dan mungkar. Shalat sunah itu sebaiknya dilaksanakan di rumah”
Dalam terminologi fiqih, Shalat lail memiliki banyak nama, yaitu [1] Shalat lail
sendiri, karena dikerjakan pada malam hari; [2] Shalat tahajjud, karena pelaksanaanya
diperlukan untuk meluangkan waktu jaga dari tidur; [3] Shalat tarawih, karena dilaksanakan
berkali-kali dan sering beristirahat; [4] Shalat witir, karena dilakukan dengan penutup rakaat
ganjil; [5] qiyamu ramadhan, karena dilakukan pada bulan ramadhan.

Adapun tata cara pelaksanaan Shalat lail adalah sebagai berikut:

1. Dimulai dengan shalat iftitah 2 rakaat pendek-pendek tanpa membaca surat-surat Al-
Qur’an

2. Shalat lail dilakukan sebanyak 11 rakaat.

3. Menbaca do’a setelah lail (witir)

f. Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan seorang muslim ketika waktu
dhuha. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan waktu dhuha
adalah waktu menjelang tengah hari (kurang lebih pukul 10.00) Sedangkan menurut Ubaid
Ibnu Abdillah, yang dimaksud dengan shalat dhuha adalah “Shalat sunnah yang dikerjakan
ketika pagi hari pada saat matahari sedang naik”
Mengenai waktu shalat dhuha Ubaid Ibnu Abdillah memaparkan yaitu dimulai saat
matahari naik kira-kira sepenggalah atau kira-kira setinggi 7 hasta dan berakhir disaat
matahari lingsir (sekitar pukul 07.00 sampai masuk waktu dzuhur), akan tetapi disunnahkan
melaksanakannya di waktu yang agak akhir yaitu disaat matahari agak tinggi dan panas terik.
Setelah mengetahui pengertian waktu dhuha, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada pagi hari ketika matahari
sedang naik, kurang lebih setinggi 7 hasta (pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.00 siang)

Shalat sunnah dhuha adalah Shalat sunnah 2 atau 4 atau 8 rakaat (HR. Muslim:
1178), yang waktunya mulai terbitnya matahari (waktu dhuha) sampai dengan menjelang
Zuhur, dikerjakan singkat-singkat dan salam setiap 2 rakaat (PP Muhammadiyah Majelis
Tarjih, Tt: 240). Shalat ini disebut juga Shalat sunnah awwabin. Nabi bersabda:

Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).


Jadi, bagi seseorang yang menginginkan mendapat pahala maka hendaklah mengamalkannya
dan jika tidak, maka tidak ada halangan atau tidak berdosa meninggalkannya.Shalat dhuha
merupakan shalat sunnah dengan banyak sekali keistimewaan.Masyarakat umumnya
melakukan shalat dhuha sebagai jalan untuk memohon maghfirah (ampunan dari Allah swt.),
mencari ketenangan hidup dan memohon agar dilapangkan rezeki di langit dan
bumi.
Selain itu, shalat dhuha merupakan salah satu kunci pembuka rezeki. Bila kita rajin
melakukan shalat dhuha secara khusyuk dan ikhlas, maka kita akan memperoleh kelapangan
rezeki serta kemudahan hidup lainnya. Bila kita melaksanakan shalat dhuha semata-mata
karena Allah, insya Allah kita akan mendapatkan rezeki dari jalan yang tidak didugaduga.

g. Shalat Safar

Shalat safar adalah Shalat sunnah 2 rakaat ketika akan bepergian dan pulang dari
bepergian. Nabi bersabda:

‫ َيا َر ُسوَل ِهللا ِإِّني ُأِريُد َأْن َأْخ ُر َج ِإَلى الَبْح َر ْيِن في تَج اَرٍة َفَقاَل‬: ‫ َج اء َر ُجٌل ِإَلى الَّنِبِّي َص َّلى هللا َع َلْيِه َو َس َلِم َفَقاَل‬: ‫َع ْن َع ْبِد ِهللا ْبِن َم ْسُعوٍد َقاَل‬
‫ " َص ِّل َر ْك َع َتْيِن‬: ‫َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬

Artinya: Dari Abdullah bin Mas'ud berkata: telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw,
lalu berkata: Hai Rasulullah saw, aku akan pergi ke Bahrain untuk urusan dagang. Lalu
Rasulullah bersabda: Shalatlah dua rakaat (HR. At-Tabrani Fil Mu'jam Al- Kabir: 10469, Al-
Haitsami dalam Majma' Az-Zawaid: 3684).

Nashiruddin Al-Bani menganggap hadis ini dlaif, tapi banyak juga yang
menganggapnya hasan.

h. Shalat Istikharah

Shalat sunnah istikharah adalah Shalat sunnah 2 rakaat untuk mengambil keputusan
yang penting dan terbaik buat manusia Shalat istikharah diperlukan sebagai media konsultasi
kepada Allah karena keterbatasan manusia mengetahui persoalan-per- soalan yang ghaib,
sehingga Shalat ini tidak hanya dilakukan dalam keadaan bingung saja. Setelah selesai Shalat
istikharah langsung berdo'a dengan do'a seperti dalam hadis Jabir bin Abdullah:

‫الَّلُهَّم ِإِّني َأْسَتِخ يُرَك ِبِع ْلِم َك َو َأْسَتْقِد ُرَك ِبُقْد َر ِتَك َو َأْس َأُلَك ِم ْن َفْض ِلَك َفِإَّنَك َتْقِد ُر َو اَل َأْقِد ُر َو َتْع َلُم َو اَل َأْعَلُم َو َأْنَت َع اَّل ُم اْلُغ ُيوِب الَّلُهَّم َفِإْن ُكْنَت‬
‫َتْع َلُم َهَذ ا اَأْلْمَر ُثَّم ُتَسِّم يِه ِبَع ْيِنِه َخ ْيًرا ِلي ِفي َعاِج ٍل أمري وآِج ِلِه َقاَل أْو ِفي ِد يِني َوَم َع اِش ي َو َعاِقَبِة َأْم ِري َفاْقُدْر ُه ِلي َو َنِّسُر ُه ِلي ُثَّم َباِرْك ِلي‬
‫ِفيِه الَّلُهَّم َو ِإْن ُكْنَت َتْع َلُم َأَّنُه َشر لي ِفي ِد يِني َوَم َع اِش ي َو َعاِقَبِة َأْم ِري َأْو َقاَل ِفي َعاِج ِل َأْم ِري َو آِج ِلِه َفاْص ِرْفِني َع ْنُه َو اْقُدْر ِلي اْلَخ ْيَر َح ْيُث‬
‫َك اَن ُثَّم َر ْض ِني ِبِه‬
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya hamba meminta pilihan ilmu-Mu, meminta penentuan
dengan kekuasaan-Mu, dan meminta keutamaan-Mu yang Agung, karena menurut terbaik
sesungguhnya Engkaulah yang menguasailmenentukan sedangkan hamba tidak kuasa untuk
menentukan, Engkau mengetahui sedangkan hamba sama sekali tidak mengetahui, dan
Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala hal yang ghaib. Ya Allah, jika engkau telah
mengetahui (dan pasti Engkau Mengetahui) baha perkara ini baik bagiku, bagi agamaku, bagi
seluruh kehidupanku, dan akhir urusanku, atau berkata: bagi urusanku saat ini dan yang akan
datang, maka mudahkanlah bagiku kemudian berikan keberkahan bagiku. Namun jika
Engkau telah mengetahui bahwa perkara ini buruk bagiku, bagi agamaku, seluruh
kehidupanku, dan akhir urusanku, atau berkata: bagi urusanku saat ini dan yang akan datang,
maka singkirkan ia dari hamba, singkirkanlah hamba darinya, dan tentukanlah yang terbaik
bagi hamba dimanapun hamba berada, kemudian berikanlah ridha-Mu padaku dengannya
(HR. Al-Bukhari: 1096, 5903 dan 6841).

i. Shalat Iedain

secara bahasa Ied diambil dari kata al-Aud yaitu bermakna kembali dan berulang,
karena memang Ied selalu terulang-ulang (setiap tahunnya). Sedangkan Menurut Istilah
(ulama fiqh) definisi Ied tidak keluar dari definisi secara bahasanya (yaitu kembali terulang),
Ied ini ada dua hari; pertama hari Ied al-Fithri setelah bulan Ramadhan, yaitu awal bulan
Syawal, dan hari ied al-Adha, yaitu hari ke-sepuluh bulan Dzul-Hijjah

Waktu shalat Ied Sama seperti shalat-shalat pada umumnya, shalat Ied juga
memiliki waktu tertentu, awal waktu shalat Ied adalah ketika terbitnya Matahari adapun
akhirnya adalah ketika Matahari tergelincir (seperti waktu shalat dhuha).

1. Persiapan Shalat Ied

a) Mengumandangkan takbir sejak terbenamnya matahari hingga dimulainya


Shalat ied pada esok harinya (QS.Al-Baqarah: 185) pada Shalat idul fitri.
Sedangkan pada idul adha gema takbir dimulai sejak selesai Shalat Shubuh
hari Arafah (9 Zulhijjah) sampai Asar hari terakhir Tasyriq (13 Zulhijjah)

b) Mandi sebelum berangkat ke tempat shalat, memakai pakaian terbaik dan


memakai wewangian (HR. Al-Hakim dan Ibnu Hibban)

c) Jika Shalat Idul fitri, dianjurkan makan terlebih dahulu (HR. Al-Bukhari) d)
Jika Shalat Idul Adha tidak dianjurkan makan terlebih
d) Jika shalat Idul Adha tidak dianjurkan maka terlebih dahulu (HR. Tirmizi)

e) Dalam perjalanan menuju tempat Shalat selalu mengumandangkan takbir (HR.


Al-Baihaqi) f)

f) Melewati jalan yang berbeda saat berangkat dan pulangnya (HR. Muslim)

g) Menganjurkan seluruh umat Islam agar menghadiri Shalat ied: tua-muda,


besar-kecil, pria-wanita, gadis pingitan dan perempuan haid (tidak utuk Shalat
tetapi mendengar khutbah) (HR. Al-Bukhari)

2. Pelaksanaan Shalat Ied

a) Shalat ied dilaksanakn di tempat terbuka (lapangan), kecuali ada uzu (HR.Abu
Daud)

b) Shalat ied dilaksanakan dengan berjama'ah, tanpa azan dan iqamah (HR. Al-
Bukhari), serta tidak ada Shalat Sunnah sebelum dan sesudahnya (HR. Al-
Bukhari)

c) Shalat ied dilaksanakan sebanyak 2 rakaat dengan tambahan takbir zawaid,


yaitu dengan membaca takbir dan mengangkat tangan sabanyak 7 kali setelah
takbiratul ihram pada rakaat pertama, dan 5 kali pada rakaat kedua (HR.
Tirmizi, Ahmad). Perlu ditegaskan bahwa tidak ada bacaan di tengah-tengah
antara takbir-takbir tersebut Pada rakaat pertama setelah membaca al-Fatihah,
membaca surat Al-A'la atau surat Qaf, sedangkan pada rakaat kedua membaca
surat Al-Ghasyiah atau Iqtarabatissa'ah (HR. Ahmad dan Muslim)

d) Khutbah satu kali setelah shalat

j. Shalat Kusufain

Shalat Kusufain adalah Shalat Sunnah karena terjadinya gerhana matahari ataupun
gerhana bulan. Dalam terminologi fiqih, shalat gerhana bulan disebut shalat khusuf,
sedangkan shalat gerhana matahari disebut shalat kusuf, shalat ini di dasarkan atas sabda
nabi:

‫َع ْن اْلُمِغ يَرِة ْبِن ُش ْع َبَة َقاَل َك َس َفُت الَّش ْم ُس َع َلى َع ْهِد َر ُسوِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْو َم َم اَت ِإْبَر اِهيُم َفَقاَل الَّناُس َك َس َفْت الَّش ْم ُس ِلَم ْو ِت‬
‫ِإْبَر اِهيَم َفَقاَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَّن الَّش ْمَس َو اْلَقَم َر اَل َيْنَكيَفاِن ِلَم ْو ِت َأَح ٍد َو اَل َح َياِتِه َفِإَذ ا َر َأْيُتْم َفَص ُّلوا َو اْد ُعوا هللا‬
Artinya: Dari Mughirah bin Syu’bah berkata: pernah terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah saw saat meninggalnya Ibrahim, anak beliau. Orang-orang berkata: gerhana
matahari terjadi karena meninggalnya Ibrahim. Lalu nabi bersabda: sesungguhnya matahri
dan bulan tidak akan gerhana karena kematian dan kelahiran seseorang. Apabila kalian
melihat gerhana maka shalat dan berdo’a lah kepada allah.(HR. Al-Bukhari: 985)

Adapun tata cara kronologis pelaksanaan shalat gerhana adalah:

1) Shalat dilakukan sebanyak 2 rakaat secara berjama'ah, tanpa azan dan iqamah. Untuk
memanggil jama'ah, digunakan ungkapan "ash-shalatu jami'ah" (HR. Al-Bukhari: 987, 992).

2) ang menjadi perbedaan antara Shalat gerhana dengan Shalat sunnah lainnya adalah
dilakukan dengan dua rakaat dengan 4 kali ruku' dan 4 kali sujud. Dengan demikian pada
masing-masing rakaat ada 2 kali rukuk Pada rakaat pertama, setelah membaca Al-Fatihah
membaca surat yang panjang (jika mampu) lalu rukuk yang lama. Setelah bangkit dari rukuk
(i'tidal) membaca Al-Fatihah dan membaca ayat Al- Qur'an lagi yang panjang tetapi lebih
pendek dari ayat Al- Qur'an pertama Kemudian rukuk lagi yang panjang tetapi lebih pendek
dari yang pertama, lalu i'tidal dan kemudian sujud seperti dalam Shalat biasa. Demikian
seterusnya pada rakaat kedua

3) Imam menyampaaikan khutbah secara singkat.

k. Shalat Istisqa

Shalat istisqa adalah Shalat sunnah 2 rakaat yang dilakukan dengan cara
berjama'ah di tanah lapang untuk memohon turun hujan saat terjadi kemarau. Adapun
waktunya adalah setelah terbit matahari (awal siang hari) Shalat sunnah istisqa ini di-
dasarkan pada hadis Nabi:

‫َع ْن َع ِّمِه َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َز ْيٍد َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َخ َر َج ِإَلى اْلُمَص َّلى َفاْسَتْس َقى َفاْسَتْقَبَل اْلِقْبَلَة َو َقَلَب ِرَداَءُه َو َص َّلى َر ْك َع َتْيِن‬

Artinya: Dari pamannya Abdullah bin Zaid, bahwasanya Nabi saw pernah keluar menuju
tempat Shalat kemudian melaksanakan Shalat istisqa' (meminta hujan). Beliau menghadap
kiblat dan membalikkan posisi selendangnya, lalu melakukan Shalat dua rakaat. (HR. Al-
Bukhari: 956)

Secara kronologis tata cara pelaksanaan shalat istisqa adalah


1) Imam bersama orang banyak berkumpul di tanah lapang setelah terbit matahari
(HR.Abu Daud: 992)

2) Disunnahkan berpakaian sederhana dengan penuh kerendahan hati dan khusus


(HR.An-Nasa'i)

3) Imam memimpin Shalat 2 rakaat tanpa azan dan iqamah atau bentuk panggilan
lainnya. Pada rakaat pertama, setelah mem- baca Al-Fatihah, membaca surat Al
a'la, dan pada rakaat kedua, setelah Al-Fatihah, membaca surat Al-Ghasyiyyah
(HR. Ahmad)

4) Bacaan imam dalam Shalat dengan jahar (keras) (HR. Al-Bukhari)

5) Setelah selesai shalat, imam menyampaikan khutbah di atas mimbar dengan


memperbanyak istigfar dan do'a, lalu membaca do'a istisqa':

‫ْلَحْم ُد ِهلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم َم ِلِك َيْو ِم الِّديِن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا َيْفَع ُل َم ا ُيِريُد الَّلُهَّم َأْنَت ُهللا اَل ِإَلَه ِإاَّل َأْنَت اْلَغ ِنُّي‬
‫َو َنْح ُن اْلُفَقَر اُء َأْنِزْل َع َلْيَنا اْلَغْيَث َو اْج َع ْل َم ا َأْنَز ْلَت َلَتا ُقَّو ًة َو َباَل ًغ ا ِإَلىاْلَحْم ُد ِهلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم َم ِلِك َيْو ِم الِّديِن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا‬
‫َيْفَع ُل َم ا ُيِريُد الَّلُهَّم َأْنَت ُهللا اَل ِإَلَه ِإاَّل َأْنَت اْلَغ ِنُّي َو َنْح ُن اْلُفَقَر اُء َأْنِز ْل َع َلْيَنا اْلَغْيَث َو اْج َع ْل َم ا َأْنَز ْلَت َلَتا ُقَّو ًة َو َباَل ًغ ا ِإَلىِح يٍن‬

Artinya: "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dzat yang menguasai hari Pembalasan (Al-Fatihah: 2-4). Tidak ada allah yang berhak
disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah Engkau adalah
Allah, tidak ada tuhan ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha kaya sementara
kami yang membutuhkan maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang
telah Engkau turunkan kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan." (HR.
Abu Daud: 992).

6) Saat membaca do'a tersebut, mengangkat tangan secara terus- menerus dengan
penuh tadharru' dan khsusu', hingga bagian ketiak terlihat. Setelah itu menghadap
kiblat, membelakangi makmum serta membalik baju luarnya: membalik bagian
yang kanan menjadi sebelah kiri, demikian juga sebaliknya. Makmum mengikuti
perbuatan imam ini

7) Setelah selesai, menghadap makmum kembali dan turun mimbar.

C. INTEGRASI SAINS DALAM KEHIDUPAN

Dzikir dan doa adalah dua kegiatan yang saling berhubungan. Dalam pelapalan doa
setelah sholat diawali dengan dzikir karena seorang hamba sangat dianjurkan untuk selalu
berdzikir memuji Allah SWT atas keagungan dan kekuasan-Nya namun seorang hamba
pun diharuskan untuk senantiasa berdoa (meminta ampunan, pertolongan hanya kepada
Allah SWT) alangkah sombongnya orang yang tidak pernah berdoa kepada Allah SWT
seakan-akan dia tidak butuh Allah SWT dan bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan
Allah SWT.
Sangat mustahil semua yang terjadi dan semua yang ada di langit, bumi serta isinya tidak
ada campur tangan Allah SWT bagaimana tidak, kehidupan kita di bumi ini sudah diatur
dan menjadi kehendak-Nya namun sesuatu yang bersifat buruk pada kehidupan dan diri
kita bisa diubah oleh tindakan yang baik (perubahan) namun kita juga jangan lupa berdoa
agar Allah SWT senantiasa meridhoi dan menjadikan berkah atas hidup kita di dunia dan
di akhirat kelak.
Penerapan dzikir dan doa dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting, dimana
orang yang ahli dzikir dan doa akan Allah SWT anugerahkan kehidupan yang baik,
nyaman, tentram dan ada dalam lindungan-Nya. Kepentingan dzikir dan doa adalah dalam
kehidupan sehari-hari dapat mencetak manusia-manusia yang taqwa memiliki akhlaqul
karimah, terhindar dari perbuatan tercela dan menumbuhkan kasih sayang Allah SWT
kepada hamba-Nya Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendoa. Beliau berdoa setiap
saat, dalam sendiri, saat berperang, dan saat damai, Nabi Muhammad SAW menyebut
bahwa doa merupakan inti ibadah. Ibadah sendiri selamanya adalah media agar hamba
dapat dekat dengan-Nya dan terhubung secara lahir bathin dengan Tuhannya, adapun
hikmah dzikir dan do’a setelah sholat:

1. Selalu ingat kepada Allah


2. Selalu merasa dekat kepada Allah
3. Menambah ketaatan dan keimanan kepada Allah
4. Hati merasa tenang
5. Tidak ada rasa takut dalam hati selain kepada Allah
6. Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat di Tarik kesimpulan bahwa kegiatan zikir dan do’a setelah
melaksanakan sholat agar lebih membiasakan diri untuk mendekatkan diri kepada allah swt
dengan bacaan zikir dan do’a sesuai tuntunan rasulullah saw, dengan bacaan zikir dan do’a
setelah sholat maka terhitung telah mengikuti Sunnah nabi saw. Selain itu juga memiliki
keutamaan khusus yaitu memberikan ketenangan ketentraman hati jika hati ataupun perasaan
sedang gelisah dan tidak tenang, lebih baiknya berzikir berdo’a dan melaksanakan shalat
dengan selalu berzikir dan berdo’a seorang muslim akan lebih tenang dalam menjalani
kehidupan sehari-hari dan itu pula merupakan jembatan masuk syurga.

Adapaun Dzikir merupakan cara seorang hamba dalam memuji Allah SWT., ahli dzikir
akan merasa tenang dan tentram hidupnya. Dzikir memiliki banyak sekali manfaat salah
satu di antaranya adalah diberi kenikmatan dan jaminan surge. mendapat pahala yang
besar, diampuni dosa-dosanya, didoakan oleh malaikat. Doa merupakan cara seorang
hamba dalam berkomunikasi dengan Allah SWT doa berisi tentang permohonan seorang
hamba kepada-Nya dengan berharap bahwa Allah SWT mengabulkan keinginan (doa)
nya. Doa pun memiliki banyak manfaat yaitu menghindarkan kita dari sikap sombong,
angkuh; menjadikan kita seorang hamba yang tidak lupa diri yakni merasa tidak bisa apa-
apa tanpa bantuan dan pertolongan-Nya; menjadikan kita seseorang yang bersyukur jika
memang Allah SWT mengabulkan doa kita. Dzikir dan doa sangat penting dalam
kehidupan karena keduanya saling berkaitan dan merupakan ibadah yang berfungsi
sebagai sarana seorang hamba berkomunikasi dengan sang khalik agar menjadikan kita
menjadi seorang hamba yang bertaqwa dan tidak kufur.
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, Efran (2011), Do’a-Do’a Dari Hadits. Cibubur: PT. Variapop Group

Muhammad Makdlori, Dahsyatnya Do’a-Do’a dan dzikir-dzikir, grailmu 2009

Syekh, A. Karim. "Tatacara Pelaksanaan Shalat Berjama'ah Berdasarkan Hadis Nabi. Jurnal
Ilmiah Al-Mu'ashirah: Media Kajian Al-Qur'an dan Al-Hadits Multi Perspektif 15.2
(2018): 177-190.

Darussalam, Andi. "Indahnya Kebersamaan Dengan Shalat Berjamaah." Tafsere 4.1 (2016).

Saputra, Edriagus. Zakiyah Zakiyah, and Dian Puspita Sari. " Kerukshahan Meninggalkan
Shalat Jum'at Pada Hari Raya Idain (Studi Takhrij Hadis)." FOKUS Jurnal Kajian
Keislaman dan Kemasyarakatan 5.2 (2020): 237.

MUHAMMAD, DAVID SHALAT-SHALAT TATHAWWU uwais inspirasi indonesia,


2020.

Kurniawan, Arif DAHSYATNYA SHALAT SUNNAH TAHAJJUD DAN DHUHA


PERSPEKTIF YUSUF MANSUR Diss UIN Raden Intan Lampung, 2018

Nasution, Ahmad Yani. “ Analisis Zikir dan Do’a Bersama. “ Jurnal Madani: Ilmu
Pengetahuan, Tekhnologi, Dan Humaniora 1.1 (2018): 33-54

Maulana, Galih. “ Praktek Sholat Ied. “ (2018)

ALDINA, C. S. Macam-Macam Sholat Sunnah, Hukum dan Tata Caranya.

https://fitrysuhana.wordpress.com/2016/08/23/9/comment-page-1/

http://amalilmukita blogspot.com/p/makalah-tentang- dzikir-s.html

Anda mungkin juga menyukai