Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONSEP DZIKIR DAN BERPIKIR SERTA


PENGEMBANGANNYA

Disusun oleh:
KELOMPOK 5

JURUSAN ILMU KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia di anugerahi oleh Allah Swt dengan akal dan pikiran untuk penyempurnaan
fitrahnya sebagai makhluk, umat manusia di wajibkan untuk berpikir bagi kelangsungan
kehidupannya di dunia dan di akhirat agar mendapatkan keselamatan sewaktu menjalani
kehidupan di dunia dan untuk sebagai bekal menuju kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Pikir maknanya secara umum adalah memberikan sesuatu yang keluar untuk suatu
keputusan, dengan sarana akal yang sehat guna menemukan sesuatu jalan keluar dari
suatu masalah, terlepas apapun masalahnya, termasuk masalah agama.
Dzikir maknanya secara umum adalah ingat, selanjutnya mempunyai pengertian
untuk memerintahkan kepada akal, pikiran dan hati untuk mengingat hasil pikir yang di
lakukan tadi, jadi saling ketergantungan antara akal, pikiran dan hati untuk mengingat
sesuatu agar dapat lebih baik, tetapi dalam persoalan ini artinya lebih berat dan condong
adalah untuk mengingat tuhan sang maha pencipta, yaitu Allah Swt.
Pikir dan dzikir adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan satu sama lainnya
dalam kehidupan ini. Seseorang yang belajar sesuatu ilmu bisa di sebut juga sedang
melakukan pikir dan dzikir, dalam hal ini adalah memikirkan dan mengingat semua
pelajaran yang ia terima, sedangkan rangkaiannya dzikir untuk mendapatkan hidayah
dari Allah Swt bagi sesuatu kegiatan tadi, dan dalam saat bersamaan kitapun di tuntut
untuk melakukan dzikir atau mengingat mana yang harus di lakukan saat itu agar
memperoleh keselamatan dan keberhasilan atas sesuatu perbuatan. Jika seseorang sampai
salah dalam cara berpikirnya maka besar kemungkinan juga akan salah dalam dzikirnya,
maka amalnya pun akan sia – sia, contohnya adalah suatu amal ibadah yang tidak ada
dasarnya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, maka jika tidak di pikirkan secara
jernih atas sesuatu amalan tersebut apakah sesuai dengan syari’at atau tidak maka tentu
akan terjerumus kepada ibadah yang sesat, ibadah yang sesat adalah tertolak dan tidak
akan di terima oleh Allah SWT.
Tujuan dari makalah ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang
baik tentang dzikir dan berpikir serta pengembangannya, dan pada akhirnya memiliki
komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan dzikir dan berpikir dalam kehidupan
sehari-hari (moral action).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dzikir
2. Memahami konsep dzikir
3. Memahami konsep berpikir
4. Mengetahui hubungan antara dzikir dan berpikir
5. Mengetahui cara berpikir yang baik dalam islam

1.3 Rumusan masalah


1. Apakah pengertian dzikir?
2. Bagaimana konsep dzikir?
3. Apakah pengertian berpikir?
4. Bagaimana konsep berpikir?
5. Bagaimana hubungan antara dzikir dan berpikir?
6. Bagaimana cara berpikir yang baik dalam islam?

BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian Dzikir
Dari segi bahasa kata adz-zikir berasal dari dzakara-yadzkuru-dzikran yang berarti
menyebut, mengingat, atau menghadirkan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran. Dzikir
pada hakikatnya merupakan sebuah aktivitas untuk melepaskan diri dari kelalaian, yaitu
dengan senantiasa menghadirkan kalbu bersama Allah.
Arti dzikir yang sebenarnya adalah suatu cara atau media untuk menyebut atau
mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri
kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat “sungguh Aku adalah Allah, tak ada tuhan
selain Aku sembahlah Aku dan dirikan salat untuk mengingat Aku”(QS. Thaha [20]:14 ),
tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan kata mengingat Allah dengan lisan dan
hati.
Dalam hal beragama, sudah tentu berdzikir sering merupakan anjuran paling utama,
sebab maknanya adalah ingat, zikir ini merupakan sebuah kesadaran manusia atas
dirinya, ia (manusia) menyadari penuh bahwa dirinya hanyalah seorang hamba dari
hamba-hambanya yang ada disegenap semesta ini. Kesadaran inilah yang disebut
kesadaran penghambaan.

2.2 Konsep Dzikir


1. Sebutan dan Nama Dalam Berdzikir
Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama memberi sebutan dzikir yang
digunakan dalam keadaan tertentu.
 Basmalah : diucapkan saat memulai sesuatu
 Hamdalah / Tahmid : diucapkan saat mengakhiri sesuatu
 Istigfar : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
diinginkn atau untuk memohon ampun
 Hauqalah : diucapkan ketika melihat atau mendengar sesutu yang dibenci.
 Tahlil / Syahadah : diucapkan memasukan orang non muslim kedalam agama
islam/ bacaan wajib dalam shalat
 Tasbih : diucapkan ketika melihat atau mendenga kekuasaan Allah

2. Anggota tubuh dalam berdzikir


Pada hakikatnya semua anggota tubuh pada manusia dapat digunakan sebagai dzikir
asalkan digunakan untuk bersyukur atau mendekatkan diri kepada Allah. Seperti
shalat, puasa, dan pergi haji. Tetapi para ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua
bagian :
 Dzikir billisan : Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakan
kedua bibir. Mu’az bertanya kepada nabi tentang amalan yang palng utama,
nabi menjawab : “sampe mati lidahmu basah dengan berdzikir kepada Allah”.
(HR. Al Baihaqi). Berdzikir dengan lisan ada dua cara, pertama berdzikir
dengan suara perlahan sekiranya hanya terdengar oeh telinga orang yang
berdzikir sebagaimana dalam firman Allah “ Dan sebutlah nama tuhanmu
dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (QS Al Araf : 205), dan cara kedua berzikir dengan
suara keras sekira erdengar telinga orang yang berdzikir dan orang yag
didekatnya.
 Dzikir bilqolbi : berdzikir menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengar
oleh telinga.

3. Keadaan dalam berdzikir dan larangannya


Pada dasarnya berdzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingat
kepada sang pencipta tidak boleh dibatsi oleh apapun, kecuali ada hal-hal tertentu
yang dilarang untuk mengerjakannya.

Berdzikir boleh dilakukan dalam kondisi berdiri, duduk, atau berbaring.


Sebagaiman firmannya “ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah
Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring..” (QS An-Nisa : 103).
Ayat ini mengandung pengertian boleh berdzikir pada waktu siang atau malam,
didaratan atau dilautan, sedang berpergian dalam kendaraan atau disuatu tempat dan
dalam kondisi apapun seperti sakit atau sehat, sendiri atau ramai.
Dzikir bilqolbi tidak ada larangan sama sekali, tetapi dzikir billisan memiliki
larangan tertentu:
 Berdzikir pada tempat yang bernajis seperti WC atau kamar mandi.
 Wanita yang haid atau orang yang sedang junub (hadats besar) dilarang
membaca sesuatu yang diambil dari Al-Quran, “Tidak menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan.” (QS. Al Waqiah : 79).
 Orang yang sedang menjalankan maksiat kepada Allah, seperti sedang
berjudi,berzina atau meminum-minumah keras dengan maksud mengejek
Allah.

4. Tingkatan orang yang berdzikir


Dalam ilmu tasawuf, orang berdzikir terbagi atas dua golongan :
 Pertama : orang awam yang zikirnya hanya sebatas menyebut atau mengingat
Allah.
 Kedua : orang arifin, bagi mereka berdzikir wajib hukumnya bila sekejap
mereka lupa kepada Allah maka berdosa baginya dan dzikirnya bukan sekedar
menyebut atau mengingat allah akan tetapi mendekatkan diri kepada zat yag
maha esa

5. Manfaat berdzikir
 Membuat hati menjadi tenang
Allah berfirman : “Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram.” (QS. Ar Ra’d : 28).
 Mendapat pengampunan dan pahala yang besar
Allah berfirman : “laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.”(QS. AL Ahzab : 35).
 Dengan mengingat Allah maka Allah akan ingat kepada kita
Allah berfirmn : “karena itu, ingatlah kamu kepadaku, niscaya aku ingat
(pula) kepadamu.” (QS. Al Baqarah :152).
 Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berziki sebanyak-banyaknya
Allah berfirman : “Hai oarng orang beriman, berdzikirlah dengan menyebut
nama Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya. Dan bertasbilah kepadanya
diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al Ahzab : 41-42)
 Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung
Allah berfirman : “Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak banyaknya agar
kamu beruntung.” (QS. Al Anfal : 45)
 Dzikir kepada Allah meruppakan pembeda antara orang mukmin dan munafik
Allah berfirman : “ Sesungguhnya orang orang munafik itu menipu Allah dan
Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri utuk shalat,
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat)di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali.” (QS. An Nisaa : 142)
 Dzikir merupakan amalan ibadah yang paling mudah dilakukan
Dikir merupakan amalan ibadah yang paling mudah dilakukan semisal
membaca basmalah ketika akan makan atau minum, membaca dzikir-dzikir
ketika hendak tidur dan lain lain. Banyak sekali amala yang mudah kita
lakukan, bila kita tinggalkan rugilah kita.

2.3 Hubungan Antara Dzikir dan Berpikir


Pikir dan dzikir adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan satu sama lainnya
dalam kehidupan ini. Seseorang yang belajar sesuatu ilmu bisa di sebut juga sedang
melakukan pikir dan dzikir, dalam hal ini adalah memikirkan dan mengingat semua
pelajaran yang ia terima, sedangkan rangkaiannya dzikir untuk mendapatkan hidayah
dari Allah Swt bagi sesuatu kegiatan tadi, dan dalam saat bersamaan kitapun di tuntut
untuk melakukan dzikir atau mengingat mana yang harus di lakukan saat itu agar
memperoleh keselamatan dan keberhasilan atas sesuatu perbuatan. Jika seseorang sampai
salah dalam cara berpikirnya maka besar kemungkinan juga akan salah dalam dzikirnya,
maka amalnya pun akan sia – sia, contohnya adalah suatu amal ibadah yang tidak ada
dasarnya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, maka jika tidak di pikirkan secara
jernih atas sesuatu amalan tersebut apakah sesuai dengan syari’at atau tidak maka tentu
akan terjerumus kepada ibadah yang sesat, ibadah yang sesat adalah tertolak dan tidak
akan di terima oleh Allah SWT.

Dalam hal beragama, sudah tentu berdzikir sering merupakan anjuran paling utama,
sebab maknanya adalah ingat, shalat adalah maknanya juga ingat, jadi dengan dzikrullah
atau mengingat Allah Swt yang di buat lebih secara khusus dan di terapkan dalam shalat
atau bacaan - bacaan seperti tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan sebagainya, demikianlah
sebagaimana yang di atur dalam syari’at agama. Jika kita kembalikan makna dzikrullah
ini pada analogi sebelumnya, maka dzikrullah pun haruslah di dahului dengan tindakan
pikir, yaitu menganalisa apa saja yang akan di lafadzkan atau di perbuatnya dalam
kerangka dzikrullah, dengan pengertian lebih dalam adalah, bahwa untuk berdzikir
kepada Allah Swt juga memerlukan ilmu atau pengetahuan yang cukup agar dzikir yang
di lakukan menjadi benar dan amalnya tidak sia - sia, sedangkan ilmu pengetahuan
kerangkanya adalah pikir, demikianlah kaitan eratnya antara dzikir dan pikir, ia tidak
berpisah satu sama lain, hanya nama sajalah yang berbeda, tetapi satu dalam suatu
kesatuan pada setiap satu tindakan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai