Anda di halaman 1dari 7

BAB II

Wayan (2018) P2

Kuminingsih (2018) p4
Safarudin (2014) skripsi anak uii
Komang (2014), p14
Kanita (2005) p1
Yilmaz (2016)p23
Meareg (2019),p21

BAB I
Parasetamol (PCT) adalah obat analgesik dan antipiretik yang biasa digunakan untuk pengobatan
demam dan sakit kepala. Penentuan dosis parasetamol dalam dunia farmasi sangat penting, karena
overdosis parasetamol dapat menyebabkan nekrosis hepatik keras dan pengaruh keracunan lainnya.
(P2)

Metode analisis parasetamol yang sederhana dan selektif serta tidak memerlukan biaya yang mahal
saat pengujian serta tidak memerlukan waktu yang lama dalam mendapatkan hasilnya. Penentuan
parasetamol sendiri sebelumnya sudah dikembangkan dengan berbagai metode. terdapat 4 metode
untuk penentuan parasetamol, baik untuk parasetamol itu sendiri atau berupa campuran dalam
sampel formula dan sampel biologi yaitu metode optik, metode elektroanalitik, metode
kromatografi dan metode titrimetri. Untuk metode titrimetri yang merupakan metode konvensional
dan dalam pelaksanaan memerlukan waktu yang lama serta kurang peka dalam penentuan zat yang
kadarnya relatif kecil. Sedangkan metode kromatografi dan metode elektroanalitik merupakan
metode alternatif yang memiliki kepekaan analisis tinggi namum memerlukan biaya relatif mahal.
(P2)

Kriteria sediaan
obat yang baik adalah apabila obat tersebut mengandung bahan-bahan yang sesuai
dengan komposisi. Sehingga diharapkan dengan komposisi yang tepat efek obat
yang diperoleh juga maksimal.(P7)
Acetaminophen atau parasetamol (PA) adalah obat sangat penting karena banyak digunakan
untuk analgesik dan antipiretik [1]. Pada aplikasinya penentuan kadar parasetamol dalam dunia
farmasi sangat penting, karena overdosis parasetamol dapat menyebabkan nekrosis hepatik dan
pengaruh keracunan lainnya Kasus overdosis parasetamol pada anak selalu ada minimal sekali
dalam sebulan, ada yang mengalami kerusakan hati, dari yang ringan hingga berat [2]. Pada fenomena
tersebut dibutuhkan teknik dan peralatan yang sangat baik untuk deteksi parasetamol. Sejauh ini,
berbagai teknik telah digunakan untuk mendeteksi parasetamol diantaranya yaitu kromatografi cair
kinerja tinggi (HPLC) [3], massa spektrometri [4] dan spektrofotometri [5]. Salah satu metode
voltametri adalah siklik voltametri. Kelebihan dari siklik voltametri adalah memberikan informasi
yang cukup tentang termodinamika proses redoks, pada kinetika reaksi transfer elektron heterogen,
dan reaksi kimia seperti proses adsorpsi secara cepat. Khususnya, dapat mengetahui letak dari
potensial redoks secara cepat dari spesies elektroaktif. Hal ini sesuai dengan faktor- faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk menganalisis unsur adalah biaya yang digunakan, kepraktisan alat, batas
deteksi, waktu yang diperlukan, selektivitas, dan sampel yang akan dianalisis [6]. Penelitian ini
elektroda yang dimodifikasi adalah elekroda kerja hal ini karena elektroda kerja berperan penting
dalam proses oksidasi-reduksi secara langsung dengan sampel. Salah satu elektroda kerja yang
sering digunakan adalah elektroda pasta karbon. Karbon merupakan salah satu material yang dapat
digunakan sebagai elektroda kerja dalam bidang elektroanalis. Hal ini dikarenakan elektroda karbon
mempunyai kisaran potensial yang cukup lebar, konduktivitas listriknya baik, inert secara kimia,
mudah diperoleh, harganya relatif murah, dan dapat digunakan sebagai aplikasi sensor [7]. (P4)

parasetamol merupakan salah satu obat analgetik - antipiretik yang banyak digunakan
khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, karena selain harganya yang terjangkau
juga memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif dan relatif
aman dengan penggunaan dosis terapi. Pada industri Farmasi, pengawasan mutu merupakan
salah satu bagian dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian
bahwa produk mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya, agar hasil produksi
yang dipasarkan memenuhi persyaratan CPOB. Pada persyaratan ini perlu dilakukan penetapan
kadar parasetamol dalam tablet, yang menurut persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV
tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%. (P11)

Pada beberapa literatur penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi dapat dilakukan
dengan beberapa metode, di antaranya metode titrimetri yang merupakan metode konvensional, dan
dalam pelaksa-naannya memerlukan waktu yang lama, serta kurang peka dalam penentuan zat yang
kadarnya relatif kecil. Selain itu metode kromatografi cair kinerja tinggi juga merupakan metode
alternatif yang memiliki kepekaan analisis tinggi namun memerlukan biaya relatif mahal (4).(P18)

LATAR BELAKANG
Parasetamol merupakan salah satu obat yang banyak digunakan sebagai antipiretik dan
obat analgesik, karena selain harganya yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat juga
memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif sehingga
efektif untuk membebaskan rasa sakit yang terkait dengan arthralgia, neuralgia, dan sakit
kepala.(p11). Parasetamol mudah diproses dalam metabolisme, sehingga tidak menunjukan
efek samping yang berbahaya. Namun apabila digunakan dengan dosis yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan ginjal, gangguan hati, ruam kulit dan radang pankreas (Bosch,
2006).(skripsi uii). Kasus overdosis parasetamol pada anak selalu ada minimal sekali dalam
sebulan, ada yang mengalami kerusakan hati, dari yang ringan hingga berat [2]. Pada
fenomena tersebut dibutuhkan teknik dan peralatan yang sangat baik untuk deteksi
parasetamol.
Dalam rangka pengawasan mutu obat perlu dilakukan kontrol kualitas. Sebab dalam
pembuatan suatu obat digunakan aturan dosis tertentu. Apabila kadar parasetamol dalam obat
kurang dari dosis tertera maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi yang
maksimum atau sebaliknya apabila kadar obat lebih dari dosis yang tertera maka dapat
membahayakan pasien.(P9). Dalam industri farmasi pengawasan mutu obat merupakan salah
satu bagian dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian
bahwa produk obat yang digunakan memiliki mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Penentuan kadar parasetamol dalam tablet menurut Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun
1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%. (P11)

Pada beberapa literatur berbagai teknik telah digunakan untuk mendeteksi parasetamol
diantaranya yaitu metode titrimetri yang merupakan metode konvensional (p18), kromatografi
cair kinerja tinggi (HPLC) [3], massa spektrometri [4] dan spektrofotometri [5]
Pada beberapa literatur berbagai teknik telah digunakan untuk mendeteksi parasetamol
diantaranya yaitu metode titrimetri yang merupakan metode konvensional (Tadjuddin, 2011
p18), spektrofotometri (Wayan, 2018 p2), kromatografi cair kinerja tinggi (Wilson, 1982 p4),
dan kromatografi gas-spektrofotometri massa (Komang, 2014 p14). Namun, banyak dari
teknik tersebut membutuhkan proses yang membutuhkan destruksi yang rumit, waktu analisis
lama, biyaya tinggi, instrumen yang canggih dan oprator yang terampil. Pada analisis secara
titrimetri dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang lama, serta kurang peka dalam
penentuan zat yang kadarnya relatif kecil (Tadjuddin, 2011).

Grace Pricilia, T., 2015, Validasi Metode Analisis Untuk Penetapan Kadar Parasetamol
Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.4
No.4: 2302 – 2493

May, Princess Rosdiana. 2012. Relationship Knowledge And Parents Attitude Parents
Behavior In Provision of Heat-Lowering Drugs (Antipyretics) In Infant Age (0-1 Year).
Thesis. Malang: University of Muhammadiyah Malang.

Wilson, John M. Slattery, John T. Forte, Anthony J. Nelson, Sidney D., 1982, Analysis of
acetaminophen metabolites in urine by high-performance liquid chromatography with UV
and amperometric detection, Journal of Chromatography B: Biomedical Sciences and
Applications, Vol. 227.No. 2.

BAB III
Sinonim lain dari parasetamol adalah asetaminofen; p-
Hidroksiasetanilida; p-asetamidofenol; N-asetil-p-aminofenol; C6H9NO2, dengan
berat molekul 151,16 (Anonim, 1995). Rumus bangun dari parasetamol adalah
sebagai berikut
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, 643, 489, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2000, IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia), 183, 355,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia & Dirjen POM, Jakarta
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C6H9NO2. Pemerian dari parasetamol adalah berupa serbuk hablur, putih,
tidak berbau, rasa sedikit pahit. Parasetamol ini memiliki kelarutan dalam air
panas, dalam natrium hidroksida 1N, dan mudah larut dalam metanol, etanol.
Parasetamol dapat menyerap panjang gelombang pada 244 nm (Anonim, 1995).
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik
yang populer dan digunakan untuk meredakan sakit kepala, sengal-sengal dan
sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik
salesma dan flu. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan
ibuprofen, parasetamol tidak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong
dalam obat jenis Non Steroid Anti Imuno Deficiency (NSAID). Dalam
dosis normal yaitu 4 gram perhari, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam
perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin
(Anonim, 2000). (P7)

Parasetamol atau asetaminofen merupakan derivat amino fenol yang


merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik. Efek analgetik parasetamol
dapat mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang.

Parasetamol juga dapat menurunkan suhu tubuh berdasarkan efek sentral,


yaitu anti-piretik. Namun, efek antiinflamasi parasetamol sangat lemah yang
dikarenakan kemampuannya dalam menghambat biosintesis prostaglandin lemah
sehingga tidak dapat digunakan sebagai antireumatik.
Secara farmakokinetik, parasetamol di absorpsi dengan cepat dan
sempurna dari usus. Terjadi reaksi biotransformasi parasetamol selama perjalanan
dalam tubuh, parasetamol akan bertransformasi menjadi methemoglobin. Pada
orang dewasa, hal ini tidak menjadi kendala karena akan di reduksi oleh enzim
hemoglobin. Tetapi, pada bayi dan anak-anak hal ini perlu perhatian mengingat
sistem enzim pereduksi belum di bentuk secara sempurna oleh tubuh. (Mutschler,
1999)
Pada dosis yang berlebih parasetamol dapat menyebabkkan nekrosis sel
hati yang parah, dengan kata lain hepatotoksik. Hal ini terjadi karena metabolit
parasetamol berikatan dengan protein sel hati sehingga terjadi reaksi akibat
oksidasi mikrosomal pada protein sel hati. Parasetamol memiliki dosis lazim
dalam sediaan tunggal, yaitu 500-1000 mg.(P16)
Parasetamol pertama digunakan pengobatan oleh Von Mering pada tahun 1893. Parasetamol
digunakan sebagai derivat acetanilid dan merupakan senyawa p-aminofenol (7) p7. Sinonim
lain dari parasetamol adalah asetaminofen; p-
Hidroksiasetanilida; p-asetamidofenol; N-asetil-p-aminofenol; C6H9NO2, dengan berat
molekul 151,16 (Anonim, 1995). Bentuk struktur parasetamol ditunjukan pada Gambar 1.
Gambar 1 Rumus struktur parasetamol

Sediaan parasetamol bervariasi suposituri, tablet, sirup, dan kaplet.


Takaran pada sediaan umumnya 120 mg, 325 mg, 500 mg, dan 650 mg. Berbagai
variasi sediaan parasetamol berguna untuk memudahkan terapi kasus khusus dan
kasus pediatri. (p27)
Paracetamol merupakan  metabolit fenasetin dengan efek Antipiretik. efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzena. Paracetamol di Indonesia  tersedia dalam bentuk
bebas namun perlu diperhatikan karena terdapat laporan kerusakan fatal hepar akibat takkar
akut ( goodman, 1940; Syarif, 2009) p17
Paracetamol memiliki nama lain yaitu asetaminofen dengan nama IUPAC  N-( 4-
hidroxyphenil) acetamide, dan juga 4-Hidroksi asetanilida. (Depkes RI, 1995)p17.
Efek samping yang terjadi di antara lain reaksi  hipersensitivitas dan kelainan darah pada
penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati  dan pada dosis di atas 6 g
mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversible.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, 643, 489, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

(Utomo, 2016) (p27)


Utomo Nugroho, P., 2016, Efek Analgesik Kombinasi Kurkumin Dan Parasetamol Pada
Mencit Yang Diinduksi Asam Asetat Menggunakan Analisis Isobologram, Skripsi,
Universitas Jember, Jember.

(Safarudin, 2014). Skripsi uii


Safarudin Ahmad., 2014, Studi Voltametri Siklik Parasetamol Dalam Berbagai Produk Obat
Dengan Elektroda Platinum, Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

(Goodman, 1970).(7) p10


Goodman, I.,S., dan Gilman, A., 1970, The Pharmacological Basis Of Therapeutic, The
Macmilan Co. London.

Wayan (2018) P2
Wayan Tanjung, A., 2018, Penentuan Kadar Parasetamol Pada Obat dan Jamu Tradisional
Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv/Vis, J. Med Sains, Bali.

Kuminingsih (2018) p4
Kuminingsih May, L., 2018, Pembuatan Elektroda Kerja Graphene Oxide Untuk Analisis
Parasetamol Secara Siklik Voltametri, UNESA Journal Of Chemistry, Surabaya.

Komang (2014), p14


Komang Ari G.,D., 2014, Analisis Kualitatif Senyawa Parasetamol (Acetaminophen) pada
Urin dan Rambut Menggunakan Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS), Jurnal
Kimia, Bali.
Kanita (2005) p1
Kanita Tungkananuruk, 2005, Cyclic Voltammetric Determination Of Acetaminophen In
Paracetamol Tablets, Journal KMITL Sci. Tech, Vol 5, Thailand.

Yilmaz (2016)p23

Selehattin Yilmaz1, 2016, Sensitive Voltammetric Determination Of Paracetamol On


Poly(4-Aminobenzene Sulfonic Acid) Modified Glassy Carbon Electrode, J. Electrochem.
Sci., Turkey.

Meareg (2019),p21
Meareg Amare, 2019, Voltammetric Determination Of Paracetamol In Pharmaceutical Tablet
Samples Using Anthraquinone Modified Carbon Paste Electrode, Cogen Chemistry, 5:
1576349.

Redoks parasetamol

D.J. Miner, J.R. Rice, R.M. Riggin, P.T. Kissinger, Anal. Chem. 53 (1981) 2258.

Nematollahi, D., Shayani-Jam, H., Alimoradi, M.,S., 2009, Electrochemical oxidation of


acetaminophen in aqueous solutions: Kinetic evaluation of hydrolysis, hydroxylation and
dimerization processes, J. Electrochimica Acta 54:7407–7415.
Penentuan jenis pensil bertujuan untuk mengetahui jenis pensil terbaik yang
dapat digunakan sebagai elektroda. Menurut beberapa literatur, komposisi dari
pensil disusun berdasarkan pada kode yang tertera pada pensil tersebut. Pensil
memiliki kode dari 8B sampai dengan 8H. Kode yang tertera pada pensil
tergantung pada komposis grafitnya. Kode ‘B’ disimbolkan sebagai ketebalan,
sedangkan kode angka dibelakangnyaُ merupakan tingkat dari ketebalan pensil
tersebut. Kode ‘H’ disimbolkan sebagai kekerasan dan kode angka yang mengikuti
juga merupakan tingkat dari kekerasan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai