Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Dzikir

1. Pengertian Dzikir

Arti dzikir dari segi bahasa, dzikir berasal dari kata dzakara, yadzkuru, dzukr/dzikr yang
artinya merupakan perbuatan dengan lisan (menyebut, menuturkan, mengatakan) dan dengan hati
(mengingat dan menyebut). Kemudian ada yang berpendapat bahwa dzukr (bidlammi) saja, yang
dapat diartikan pekerjaan hati dan lisan, sedang dzkir (bilkasri) dapat diartikan khusus pekerjaan
lisan. Sedangkan dari segi peristilahan, dzikir tidak terlalu jauh pengertiannya dengan makna-
makna lughawinya semula. Bahkan di dalam kamus modern seperti al-Munawir, alMunjid, dan
sebagainya, sudah pula menggunakan pengertian-pengertian istilah seperti adz-dzikr dengan arti
bertasbih, mengagungkan Allah swt. dan seterusnya.

Menurut Syekh Abu Ali ad-Daqqaq yang dikutip oleh Joko S. Kahhar&Gilang Vita
Madinah mengatakan, ”Dzikir adalah tiang penopang yang sangat kuat atas jalan menuju Allah
swt. Sungguh dzikir adalah landasan bagi thariqat itu sendiri. Tidak ada seorang pun yang dapat
mencapai Allah swt., kecuali mereka yang dengan terus-menerus berdzikir kepada-Nya. Dzun
Nuun al-Mishry menegaskan pula mengenai dzikir bahwa, “ Seseorang yang benar-benar dzikir
kepada Allah swt. maka ia akan lupa segala sesuatu selain dzikirnya. Allah swt. akan
melindunginya dari segala sesuatu, dan ia akan diberi ganti dari segala sesuatu.

2. Bentuk-Bentuk Dzikir

Ibnu Ata‟, seorang sufi yang menulis al-Hikam (Kata-Kata Hikmah) membagi dzikir atas
tiga bagian: zikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi (dzikir samar-samar) dan dzikir haqiqi
(dzikir sebenar-benarnya).

a. Dzikir Jali

Ialah suatu perbuatan mengingat Allah swt. dalam bentuk ucapan lisan yang mengandung
arti pujian, rasa syukur dan doa kepada Allah swt. yang lebih menampakkan suara yang jelas
untuk menuntun gerak hati. Mula-mula dzikir ini diucapkan secara lisan, mungkin tanpa
dibarengi ingatan hati. Hal ini biasanya dilakukan orang awam (orang kebanyakan). Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong agar hatinya hadir menyertai ucapan lisan itu.

b. Dzikir Khafi

Adalah dzikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan
ataupun tidak. Orang yang sudah mampu melakukan dzikir seperti ini merasa dalam hatinya
senantiasa memiliki hubungan dengan Allah swt. Ia selalu merasakan kehadiran Allah swt.
kapan dan dimana saja. Dalam dunia sufi terdapat ungkapan bahwa seorang sufi, ketika melihat
suatu benda apa saja, bukan melihat benda itu, tetapi melihat Allah swt. Artinya, benda itu
bukanlah Allah swt., tetapi pandangan hatinya jauh menembus melampaui pandangan matanya
tersebut. ia tidak hanya melihat benda itu akan tetapi juga menyadari akan adanya Khalik yang
menciptakan benda itu.

c. Dzikir Haqiqi

Yaitu dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan
dimana saja, dengan memperketat upaya memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah swt.
dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Selain itu tiada yang diingat selain Allah swt.
Untuk mencapai tingkatan dzikir haqiqi ini perlu dijalani latihan mulai dari tingkat dzikir jali
dan dzikir khafi.

3. Macam-macam dzikir

a. Dzikir lisany (dzikir lidah)

Menyebut nama Allah dengan lidah,bunyinya berupa kalimat Subhanallah, Alhamdulillah


Shalawat dan Istigfar, Asma’ul Husna, dzikir ini poin pahalanya paling rendah dibandingkan
dengan macam dzikir yang lainnya. Dan dzikir ini ada yang menyebutnya zikir Syari’at.

b. Dzikir Qalbi (dzikir hati)

Menyebut nama Allah dengan hati kalimat tasbih (Subhanallah), tahlil (Lailahaillallah),
takbir (Allah Akbar), tahmid (Alhamdulillah), taqdis, hauqolah, tarji’, Istigfar. Dzikir ini
pahalanya bisa mencapai 70 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan dzikir lisan, karena zikir
qalbi tidak diketahui orang lain sehingga keikhlasan dapat lebih terjaga.

c. Dzikir Aqli (pikiran)

memikirkan makna, arti, maksud yang terkandung dalam kalimat-kalimat dzikir. Dzikir
ini disebut juga tafakkur (memikirkan) dan tadabur (merenungkan) yaitu merenungkan keesaan
Allah dan kekuasaan Allah sebagaimana mungkin yang tersurat dalam kalimat dzikir yang
diucapkan.

d. Dzikir Ruhy (zikir roh)

kembalinya fitrah atau asal kejadiannya saat berada dalam arwah, menyaksikan dan
membuktikan wujud makrifah, dan ini tingkatan dzikir tertinggi.6 Berikut ini firman Allah
dalam Al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai dali

4. Keutamaan Dzikir

Keutamaan dzikir secara umum banyak sekali menurut Saiful Ghofur dalam karyanya
Rahasia dzikir dan doa, diantaranya ialah:
a. Terlindung dari bahaya godaan setan Setan tak pernah berhenti untuk menggelincirkan
manusia dari rida Allah. segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia agar lalai dan
terlena. Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada Allah supaya terlindung dari godaan
setan yang terkutuk.

b. Tidak mudah menyerah dan putus asa Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan.
Adanya permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan seseorang. Bagi
yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut, acap kali cenderung berputus asa. Padahal,
berputus asa adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam.

c. Memberi ketenangan jiwa dan hati Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati
menyikapi kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar
kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya, tidak tenang.
Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati ibarat cermin dan dosa adalah
debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin memupuk debu yang mengotori cermin. Karena itu,
untuk meraih ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir.

d. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah Allah memiliki sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim.
Kedua ini berasal dari suku kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah
terhadap hamba-Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah harus kita raih dengan
memperbanyak zikir.

e. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan Hidup di dunia hanya
sementara. Begitu pun segala hal yang diraih dalam kehidupan dunia. Kenikmatan dunia adalah
fana. Jelas, segala kesenangan dan kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak disikapi dengan
bijaksana. Dengan kejernihan hati dan senantiasa mengingat Allah melalui dzikir, kenikmatan
dunia itu bisa menjadi perantara untuk meraih kebahagiaan akhirat.3 3 Masih banyak sekali
keutamaan dzikir dalam kehidupan ini. Dengan dzikir akan terbuka kemudahan dalam
memahami suatu hal, terhindar dari segala macam penyakit hati, terhindar dari segala macam
penyakit ruhani maupun jasmani, terhindar dari rasa takut, cemas dan gelisah serta merasa aman
dari segala macam gangguan. Bahkan, dzikir bisa membuat kita mendapatkan kedudukan yang
mulia di sisi Allah dan memperoleh kemudahan dalam melewati titian Shirath al-Mustaqim.

5. Etika Berdzikir

Agar dzikir bisa khusyu’ dan membekas dalam hati, maka perlu dikerjakan sesuai adab
yang diajarkan dalam Islam. Sebab kalau tidak, tentu dzikir hanya sekedar ucapan belaka, tidak
akan membekas sama sekali. Menurut Baidi Bukhori dalam Albana menyatakan bahwa adab
berdzikir antara lain:

1) Kekhusyu’an dan kesopanan, menghadirkan makna kalimatkalimat dzikir, berusaha


memperoleh kesan-kesannya, dan memperhatikan maksud-maksud serta tujuan-tujuannya. 26
2) Merendahkan suara sewajarnya disertai konsentrasi sepenuhnya dan kemauan secukupnya
sampai tidak terkacau oleh sesuatu yang lain.

3) Menyesuaikan dzikir kita dengan suara jamaah, kalau dzikir itu dibaca secara berjamaah,
maka tak seorang pun yang mendahului atau terlambat dari mereka, dan ketika itu dzikirnya
jangan dimulai dari awal jika terlambat datang, tetapi ia harus memulai bersama mereka dari
kalimat yang pertama kali ia dapatkan, kemudian setelah selesai, ia harus mengganti dzikir yang
belum dibacanya. Hal ini dimaksudkan, agar tidak menyimpang dari bacaan yang semestinya,
dan supaya tidak berlainan iramanya.

4) Bersih pakaian dan tempat, serta memelihara tempat-tempat yang dihormati dan waktu-waktu
yang cocok. Hal ini menyebabkan adanya konsentrasi penuh, kejernihan hati dan keikhlasan
niatnya.

5) Setelah selesai berdzikir dengan penuh kekhusyu’an dan kesopanan, disamping meninggalkan
perkataan yang tidak berguna juga meninggalkan permainan yang dapat menghilangkan faedah
dan kesan dzikir sehingga efek dzikir akan selalu melekat pada diri pengamal dzikir.20 b.
Hikmah Berdzikir Banyak orang ingin mendapatkan kebaikan, kebahagiaan atau ketenangan
hidup, dan dijauhkan dari kemudharatan. Namun tidak semua orang menyadari dan mau
bersungguh-sungguh dalam mencapai keinginan tersebut. Padahal Allah SWT telah menjelaskan
kunci-kunci kebaikan itu adalah dzikir kepada Allah SWT. Setiap Muslim tentu mengetahui,
betapa utamanya berdzikir itu dan betapa besar manfaatnya. Dzikir merupakan pekerjaan yang
mulia dan sangat bermanfaat, sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Para
ulama dan Shalihin (orang-orang yang saleh) (dalam Inn’amuzzahidin) telah menguatkan
keutamaan dzikir ini, dengan menyatakan bahwa seseorang yang dapat memadukan antara
tafakur hatinya tentang siksa, nikmat, dan kesempurnaan kekuasaan Allah dengan sikap hati-hati
(wara’) dari mendekati sesuatu yang haram dan Syubhat serta menerima ketentuan-ketentuan-
Nya dan dengan dzikir kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah mendekati tindakan para wali,
para shidiqin, dan muqarrabin (orang-orang yang dekat kepada Allah).

6. Adapun keutamaan dan manfaat dzikir antara lain:

1) Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakar setan, karena dzikir bagaikan benteng
yang sangat kokoh yang mampu melindungi seorang hamba dari serangan musuh-musuhnya.

2) Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan depresi, dan dapat mendatangkan
ketenangan, kebahagiaan dan kelapangan hidup. Karena dzikir mengandung psikoterapeutik
yang mengandung kekuatan spiritual atau kerohanian yang dapat membangkitkan rasa percaya
diri dan rasa optimisme yang kuat dalam diri orang yang berdzikir.

3) Dzikir dapat menghidupkan hati


4) Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah, karena dengan
berdzikir dosa akan menjadi suatu kebaikan yang besar, sedang kebaikan dapat menghapus dan
menghilangkan dosa.

5) Dzikir yang sangat mudah diamalkan menghasilkan pahala, bahwa dzikir adalah ibadah paling
mudah namun paling agung dan utama. Karena gerakan lisan adalah gerakan anggota tubuh yang
paling ringan dan mudah.

7. Tujuan Dzikir

Dzikir merupakan kunci latihan untuk selalu mengenal diri kepada Allah sehingga bila seseorang
semakin mengenal Allah (ma’rifat) maka akan semakin kuat keimanan dan kecintaannya kepada Allah.
Tujuan dzikir antara lain yaitu akan membuahkan ketenangan batin, kemantapan jiwa, dan dapat
memberi semangat untuk selalu berkarya (amal Shaleh), menimbulkan ketenangan, kemantapan dan
semangat.9 Tujuan tersebut sebagaimana disebutkan dalam firman Allah surat ArRa’d ayat 28 Artinya
:“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat nama Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28).10
Sedangkan menurut M. Zain Abdullah, dzikir bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, agar selalu
mengingatNya dan untuk memperoleh keridloanNya.

4. Manfaat Dzikir

Seseorang yang berdzikir akan merasakan beberapa manfaat, selain merasakan ketenagan batin,
juga terdapat manfaat-manfaat yang lain yaitu :

a. Dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya siapa yang senangtiasa berdzikir kepada
Allah maka akan bisa mencapai derajat kekasih Tuhan.

b. Dzikir merupakan kunci ibadah-ibadah yang lain

c. Dzkir akan membuat hijat dan menciptakan keikhlasan hati yang sempurna.

d. Dzikir akan menurunkan rahmad.

e. Menghilangkan kesusahan hati.

f. Meluangkan hati.

g. memutuskan kehendak setan.

h. Dzikir menolak bencana.

Menurut Anshori dzikir bermanfaat mengontrol prilaku. Pengaruh yang ditimbulkan secara
konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
melupakan dzikir atau lupa kepada Allah, terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana
kala ingat kepada Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul kembali. Khomeini
memberikan penjelasan dengan berdzikir akan mendapatkan ampunan. Siapapun yang berdzikir kepada
Allah SWT ditengah-tengah orang yang lalai maka dia seperti orang yang berperang melawan kaum
muharibin (para aggressor yang melawan Allah dan Islam). Dzikir juga bermanfaat sebagai pembersih
hati. Dzikir merupakan lawan kelalaian (nisyan), jika manusia mengingat Allah dalam keadaan apapun
dan menyadari dirinya ada dihadapan dzat suci, tentu akan menahan diri dari masalah – masalah yang
tidak sesuai dengan keridhaan-Nya, dan mengendalikan diri agar tidak bersikap durhaka. Semua
malapetaka dan penderitaan yang timbulkan oleh hawa nafsu dan setan, disebabkan oleh kelupaan akan
Allah. Ingat Allah dapat mebersihkan hati dan mensucikan jiwa.

Menurut Zuhri, dzikir dapat menjernihkan dan menghidupkan kalbu. Kalbu dapat menjadikan
kotoran disebabkan dosa dan lalai, maka dengan dzikir dan istigfar akan menjernihkan sekaligus
menghidupkan kalbu, kalbu yang lupa bagaikan kalbu yang mati. Al-Ghazali memberikan penjelasan
tentang manfaat dzikir, yaitu “dzikir sebagai ibadah social. Ayat-ayat Al-Quran sering kali ditutup dengan
bermacam asmaul husna yang artinya relevan dengan tindakan hamba, hal ini memberitahukan kepada
manusia betapapun banyaknya tindakan manusia tidak luput dari pengetahuan Allah”.
DAFTAR PUSTAKA

Joko. S. Kahhar&Gilang Cita Madinah, Berdzikir kepada Allah Kajian Spiritual Masalah Dzikir
dan Majelis Dzikir (Yogyakarta: Sajadah_press, 2007) hlm., 01.

Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali
Pers,2003), h. 76-77

Ensiklopedi Islam, jilid 6(Jakarta: PT Ichtiar Baru van Houve,...) hlm., 332.

Samsul Amin Ghofur, Rahasia Zikir dan Doa (Jogjakarta: Darul Hikmah, 2010) hlm., 143-147

Baidi Bukhori, op. Cit, h. 53-54 27

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan,(Toha Putra, Semarang, 1989), h.373

M.Zain Abdullah, Zikir dan Tasawuf, (Qaula Smart Media, Surakarta, cet. 1, 2007), h.87

Wahab, Menjadi Kekasih Tuhan, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), h. 87-92 13Afif Anshori, Op. Cit.,
h. 33

Al-Khomeini, Syarh Arbain Hadistsan Terjemahan Zaenal Abidin, Hadist Telaah atas Hadits Mistik dan
Akhlak, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), h. 351

Al-Khomaini, Op, Cit., h. 351-352

Syafudin Zuhri, Menuju Kesucian Diri, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 150-151

Al-Ghazali, Aljanibu al Athifi Minal Islam, (Jakarta: Lentera Basrithama, 1990), terjemahan Cecep Bihar
Anwar, h. 123

Anda mungkin juga menyukai