Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

BEBERAPA BENTUK ZIKIR

A. Zikir Lisan

Dzikir bi al-Lisan ialah suatu perbuatan mengingat Allah Swt mengandung

arti pujian, rasa syukur, dan doa kepada Allah SWT yang lebih menampakkan

suara yang jelas untuk menuntun gerak hati. misalnya dengan membaca Tahlîl,

(mengucap kata Lâilahaillallâh), Tasbîh, (mengucap kata Subhânallâh) Takbîr

(mengucap kata Allâhu Akbar), membaca al-Qur'an atau yang lainnya. dan zikir

tersebut kebanyakan dibaca degan Lisan karena biasanya zikir tersebut dilakukan

oleh kebanyakan orang awam.


42

Ketika kita berzikir, apapun jenis zikir kita hendaknya kita menghadirkan

sifat Muroqabah kepada Allah Swt, Muroqabah secara harfiah berarti awas-

mengawasi. Dalam istilah Tasawuf menurut Imam al-Qusairy dalam kitab

masyhur nya, Muroqobah ialah “keadaan seseorang meyakini sepenuh hati bahwa

Allah selalu melihat dan mengawasi kita. Tuhan mengetahui seluruh gerak-gerik

kita dan bahkan segala yang terlintas dalam hati diketahui Allah.”

lebih lanjut Imam al-Qusyairy, berkata, “Muroqobah ialah, bahwa hamba tahu

sepenuhnya bahwa Tuhan selalu melihatnya.”

Dalam bab lain pada kitab Risalah al-Qusyairiy, “barangsiapa yang

Muroqobah dengan Allah dalam hatinya maka akan memeliharanya dari berbuat

42
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), h, 235

50
51

dosa pada anggota tubuhnya.” Kalimat ini mengandung maksud bahwa orang

yang selalu ber Muroqobah kepada Allah, pasti ia tidak mengerjakan dosa lagi,

karena Allah telah menjauhkannya dari perbuatan dosa.

Berbeda dengan orang munafik, ia takut diawasi orang lain, jadi kalau

tidak dilihat orang maka ia berani berbuat dosa. Seorang ahli Tasawuf Nasrabazdy

berkata “Adapun Harapan baik itu, adalah menggerakkan kamu supaya berbuat

amal sholeh, Khauf (takut) dan menjauhkan kamu dari maksiat. Adapun

Muroqobah, adalah membawa kamu ke jalan yang benar.” Nasrabazdy ingin

mengartikan bahwa Muroqobah akan menuntun kita ke jalan yang benar dan

menjauhkan diri dari dosa karena selalu merasa diawasi Allah. 

Kemudia zikir menurut tasawuf yang dilakukan oleh lisan, diucapkan oleh

mulut, yang di suarakan baik dengan suara yang nyaring ataupun pelan. Biasanya,

yang dizikir kan berupa bacaan yang berisi permintaan maaf kepada Sang Khalik,

dengan harapan untuk mendapatkan Ampunan dari Allah.  Ada juga bacaan yang

berupa pujian, mengagungkan asma Allah. Diantaranya Istighfar, Subhanallah,

Tasbih, Tahlil, dan Tahmid. Pada tahap yang paling awal sebaiknya

memperbanyak Istighfar yang dilaksanakan secara Dzikir lisan, dengan harapan

Allah berkenan mensucikan diri kita dari dosa-dosa yang dilakukan oleh tubuh

atau raga.

Sebab jika kita sejenak merenungkan diri akan apa yang telah kita perbuat

selama ini, sejak tubuh ini dilahirkan telah berapa banyak dosa yang telah di

perbuat, baik kita menyadari atau tidak. Maka membaca Istighfar secara zikir
52

Lisan sangat penting artinya, ini tumpuan awal untuk melangkah menempuh Jalan

yang suci ini.

Adab berdzikir secara lisan

Allah swt adalah sang Maha Mendengar, jadi ketika kita berzikir lebih

baik dengan suara yang pelan saja. Tapi dengan sungguh-sungguh. Ketika

melaksanakan zikir dianjurkan dalam keadaan suci dari hadas besar maupun kecil.

Serta suci dari najis.

Mengenai jumlah hitungan dalam berdzikir kepada Allah swt.

Memang Tidak ada salahnya jika kita menghitung-hitung jumlahnya,

sudah berapa kali kita berdzikir kepada Allah, tapi terasa kurang pas. Alangkah

lebih baiknya jika kita tidak disibukkan dalam menghitung-hitung jumlah zikir,

tapi lebih sibuk dalam proses berzikir itu sendiri. Janganlah terpaku pada hitungan

tapi zikirlah sebanyak-banyaknya.

Cara berdzikir lisan dengan bacaan Istighfar.

Bila sudah terbebas dari hadas dan najis, kita mulai berzikir, membaca

istighfar dengan pelan-pelan, jika biasa menggunakan tasbih maka boleh-boleh

saja, tapi disarankan sekali untuk tidak perlu menghitung jumlahnya, karena dapat

mengurangi nilai keikhlasan kita dalam berzikir kepada Allah Swt itu sendiri.

Zikir itu sendiri senantiasa dipenuhi oleh tiga hal :

Zikir Lisan dengan mengetuk Pintu Allah swt, merupakan pengapus dosa dan

peningkatan derajat.
53

Dzikir Qalbu, melalui izin Allah swt untuk berdialog dengan Allah swt,

merupakan kebajikan luhur dan taqarrub.

Dzikir Ruh, adalah dialog dengan Allah swt, Sang Maha Diraja, merupakan

manifestasi kehadiran jiwa dan musyahadah.

B. Zikir Qalbu

Orang-orang Islam yang selalu istiqhomah bershalawat Kepada Nabi

dan berzikir kepada Allah swt, niscaya mereka bertambah dekat kepada Allah dan

Rasulullah-Nya, seperti sabda Rasullullah:

“Orang yang paling utama bersamaku kelak pada hari kiamat adalah mereka yang

sering bershalawat kepada-Ku.”

Dan Rasulullah saw memperingatkan apabila mereka tidak berdzikir dan

bershalawat dalam kehidupannya, bahkan mengabaikan  shalawat dan berzikir,

maka mereka akan merugi di hari kiamat,  sebagaimana sabda beliau Nabi

Muhammad saw: “Tidaklah sesuatu kaum duduk dalam suatu tempat, dimana

mereka tidak berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla serta membaca shalawat

kepada nabi saw. kecuali mereka menyesal kelak pada hari kiamat.”

Adapun zikir kalbu yang tidak terputus, yaitu zikirnya para malaikat yang

selalu patuh kepada Allah swt. Dan mereka selalu taat melaksanakan tugasnya

masing-masing.

Sedangkan manusia harus melalui proses latihan-latihan dalam

melaksanakan zikir kepada Allah. Di saat latihan berzikir tentulah mengalami

berbagai rintangan dan hambatan tetapi harus dan tetap tabah, karena rintangan
54

dan hambatan itu sebagai cambuk semangat dalam melaksanakan zikir kepada

Allah, dalam firman Allah dijelaskan disurat Al-A’raf (007) ayat 205-206:

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri


dan rasa takut dan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu
tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya
dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud.”

Zikir abadi dimulai dari zikir lisan atau zikir nafas, bila hatinya tergetar,

sekecil apapun getaran di hati / kalbu lalu dikembangkan ke seluruh anggota

tubuh. Dan dilanjutkan gerakan kalbu untuk berzikir kalbu, suarakan kalbumu

untuk mengatakan; Allah, Allah, Allah

Proses itu membutuhkan waktu,  mungkin hanya satu hari atau dua hari,

mungkin juga  bisa berbulan-bulan, sampai merasakan pengalaman  spiritual

dalam zikir posisi yang di alam sana, memasuki tempat yang maha luas tak

terlindungi oleh apapun, tempat itu terbuka luas terisi oleh para jamaah,  yang

sedang berzikir, tempat ini “ladang para jamaah” nya orang-orang yang sedang

berzikir.

Jikalau sudah memasuki alam itu berarti kita sudah terpaling ke tempat

jamaahNya dimana di dalam al Qur’an ditegaskan disurat Al-Fajr ayat 27-30:

Terjemahnya :

“hai jiwa yang tenang. kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas (ridlo) lagi diridhaiNya. maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu.
dan masuklah ke dalam surgaKu.”
55

Alangkah bahagianya kalau kita sudah terpanggil, sepatutnya kita dapat

terpanggil seperti yang maksud dari ayat tersebut diatas diterangkan.

Dan pendekatan kepada tuhan selain fersi risalah Qusyairiyah masih

banyak fersi antara lain :

Dalam Surat Al-Kahfi ayat 110, Allah berfirman: 

Terjemahnya :

“Maka barang siapa yang ingin menemukan Allah, maka hendaklah ia


mengerjakan amalan baik dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam
beribadah kepada Allah.”

Ayat di atas itulah yang  menjadi pegangan mereka untuk mencapai

tujuan. Para sufi menempuh berbagai  metode yang membawa mereka pada

kondisi berpadu dengan Tuhan.

Ibnu Athaillah As Sakandary mengatakan zikir itu bermacam-macam.

Sedangkan Yang Di zikir hanyalah Satu, dan tidak terbatas. Ahli zikir adalah

kekasih-kekasih Allah. Maka dari segi kedisiplinan terbagi menjadi tiga: Zikir

Jaly, Zikir Khafy, Zikir Haqiqi.

Zikir Jaly (bersuara), dilakukan oleh para pemula, yaitu Zikir Lisan yang

mengapresiasikan syukur, puhjian, pengagungan nikmat serta menjaga janji dan

kebajikannya, dengan lipatan sepuluh kali hingga tujuh puluh.

Zikir Batin Khafy (tersembunyi) bagi kaum wali, yaitu zikir dengan

rahasia qalbu tanpa sedikit pun berhenti. Disamping terus menerus baqa' dalam

musyahadah melalui musyahadah kehadiran jiwa dan kebajikannya, dengan

lipatan tujuh puluh hingga tujuh ratus kali.


56

Zikir Haqiqi yang kamil (sempurna) bagi Ahlun-Nihayah (mereka yang

sudah sampai di hadapan Allah swt,) yaitu Zikirnya Ruh melalui Penyaksian

Allah swt, terhadap si hamba. Ia terbebaskan dari penyaksian atas Zikirnya

melalui baqa'nya Allah swt, dengan symbol, hikmah dan kebajikannya mulai dari

tujuh ratus kali lipat sampai tiada hingga. Karena dalam musyahadah itu terjadi

fana', tiada kelezatan di sana.43

Supardi Djoko Damono dalam bukunya Dimensi Mistik Dalam Islam

menerangkan bahwa Zikir dari hati mengakibatkan keakraban yang semakin

besar, dan akhirnya pelaku menjadi seakan seluruhnya terdiri atas hati. Setiap

anggota tubuhnya adalah sebuah hati yang mengingat Tuhan.44

Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam al-Ghazali menegaskan, “Bahwa

siapa-siapa yang membantah/mengingkari tentang adanya manusia tingkat Wali

maka ia juga mengingkari adanya manusia tingkatan Nabi”. 

Imam al-Ghazali bermaksud untuk menjelaskan bahwa Wali adalah benar-

benar ada, dan kita harus mempercayainya, seperti kita juga percaya tentang

adanya nabi Allah.

Lebih jauh Imam al-Ghazali ber kata, “Bahwa waliyullah itu mempunyai

kekuatan batin/jiwa yang sangat kuat sekali berhubung karena suci bersihnya

qolbu mereka. Qolbu mereka itu bagaikan cermin yang sangat bersih, bersih dari

segala kotoran maksiat dan bersih dari sifat-sifat yang buruk, sehingga dengan

mudah menangkap atau menerima segala yang bersifat suci dari pancaran Nur

Ilahi.”

43
Ensiklopedi Islam, 235
44
Damono, et. Al., Dimensi, 219
Kekuatan qolbu dari seorang wali adalah sangat berbeda dari orang awam,

hal ini terjadi karena qolbu seorang wali adalah bersih dari segala dosa dan telah

menerima pancaran Nur Ilahi secara langsung dan tidak terhalang lagi oleh hijab

(karena hijab atau tabirnya sudah terbuka) .

Sehingga wali memiliki ilmu Laduni (Ilmu yang diajarkan langsung oleh

Allah Swt), melalui cara yang sangat rahasia, meskipun tidak pernah mempelajari

secara dhohiriah tapi mahir menguasainya )Ruh yang berzikir). Ketika kita

berdzikir dengan posisi duduk menghadap qiblat dan jangan bergerak. 

Qolbu juga kita suarakan (dzikir Qolbu) Allah… Allah… Allah… terus

sampai badan kita tak merasakan apa-apa. Qolbu terus bersuara….. masukkan lagi

ke kedalaman yang paling dalam, lalu suarakan lagi dzikrullah ke kedalaman yang

paling dalam itu, bersuara Allah… Allah… Allah… Setelah itu dengarkan dengan

qolbu-mu, samakan dengan suara qolbumu. Sampai muncul adanya getaran. Dan

rasakan getaran, kehidupan Ruh terasa hidup dan makin hidup, hidup yang lebih

hidupi dengan hidupnya Ruh yang sedang berdzikir. Dan kita bisa katakan ;

Hidup Dalam Ruh yang Sedang Berzikir. 58

Dan kita bisa lebih mengenal Ruh kita dengan dzikrullah. sabda

Rosullulah Muhammad Saw; 

Qِ ‫صقَالَةُ ْالقَ ْل‬


ِ‫ب ِذ ْك ُرهللا‬ َ ‫صقَالَةٌ َو‬
َ ‫لِ ُك ِّل َش ْى ٍء‬
“Bahwasanya bagi tiap sesuatu ada alat untuk mensucikan dan alat untuk
mensucikan Qolbu itu ialah Zikrullah.”

Pintu awal memasuki alam Ruh adalah lewat qolbu, kalau qolbu sudah

dibersihkan dengan dzikir qolbu, maka lambat laun Ruh ikut menyuarakan dzikir.

Dalam fase ini prosesnya melalui ritual-ritual Khusus. 

Dengan mengkhususkan diri dalam menjalankan ritual, maka kebersihan

qolbu akan nampak dari kebeningan dalam pemikiran, karena qolbu selalu

mengumandangkan zikir, sedangkan Ruh, dalam kondisi kesuciannya, ikut

melantunkan dzikir. Zikirnya Ruh mampu merontokkan hijab jiwa yang sekian

lama membelenggunya yang sulit dipisahkan.

Orang-orang Islam yang selalu melanggengkan bershalawat Kepada Nabi

dan berzikir kepada Allah swt, niscaya mereka bertambah dekat kepada Allah dan

Rasulullah-Nya, seperti sabda Rasullullah:

“Orang yang paling utama bersamaku kelak pada hari kiamat adalah
mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku.”

59
Dan Rasulullah saw memperingatkan bilamana mereka tidak berdzikir dan

bershalawat di dalam kehidupannya, bahkan melalaikan sholawat dan berdzikir,

mereka akan merugi di hari kiamat, sebagaimana sabda beliau Nabi Muhammad

saw:

“Tidaklah sesuatu kaum duduk dalam suatu tempat dimana mereka tidak

berzikir kepada Allah Azza wa Jalla serta membaca shalawat kepada Nabi Saw.

kecuali mereka menyesal kelak pada hari kiamat.”


Adapun Zikir Qolbu yang langgeng, yaitu zikirnya para malaikat yang

selalu patuh kepada Allah swt. Dan selalu taat melaksanakan tugasnya masing-

masing.

Sedangkan manusia harus melalui latihan-latihan dalam melaksanakan

Zikir Qolbu kepada Allah. Di saat latihan-latihan ber Zikir Qolbu tentulah

mengalami berbagai rintangan dan hambatan tetapi harus dan tetap tabah, karena

rintangan dan hambatan itu sebagai cambuk semangat dalam melaksanakan Zikir

Qolbu kepada Allah, dalam firman Allah dijelaskan disurat Al-A’raf ayat 205-

206:

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri

dan rasa takut dan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan

janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai

Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada disisi (Allah) (Tuhanmu)

tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkanNya dan

hanya kepadaNyalah mereka bersujud.

Zikir Qolbu diawali dari Zikir lisan atau zikir nafas, bila hatinya tergetar,

sekecil apapun getaran di hati / kalbu lalu dikembangkan ke seluruh anggota

tubuh. Dan dilanjutkan gerakan kalbu untuk ber zikir Kolbu, suarakan kalbumu

untuk mengatakan; Allah, Allah, Allah… Proses itu membutuhkan waktu,

mungkin hanya satu hari atau dua hari, mungkin juga bisa berbulan-bulan, sampai

Anda mengalami pengalaman spiritual dalam zikir posisi yang di alam sana:

memasuki tempat yang maha luas tak terlindungi oleh naungan apapun, tempat itu
terbuka amat luasnya terisi oleh para jamaah, yang sedang berzikir, tempat ini

“ladang para jamaah” nya orang-orang yang sedang berzikir.

Anda mungkin juga menyukai