Anda di halaman 1dari 5

Teman yang Menyelamatkan

Banyak orang yang datang ke Pondok Pesantren Suryalaya.


Mereka bukanlah orang-orang yang hendak berwisata melainkan
hendak melaksanakan perintah Alloh yakni untuk dapat bersama
dengan orang-orang yang senantiasa menyucikan jiwanya di
waktu pagi dan petang hari.

Demikian banyak ayat Al Qur'an menganjurkan umat Islam


untuk selalu berdzikir. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
dzikir bagi orang yang telah menyatakan bahwa dirinya beriman.
Dalam sebuah ayat Alloh memperingatkan kita agar tidak terlena
dengan harta benda dan keturunan (anak). Jangan sampai kesibukan
kita dalam mencari harta menjadikan diri kita lupa berdzikir
kepada Alloh. Kita dituntut waspada jangan sampai dzikir kita
terganggu dengan berbagai godaan syetan, salah satunya melenakan
kita dengan keindahan dunia. Dalam kitab Tafrihul Khotir dan
Fathurrobbani, Syekh Abdul Qodir al Jailani qs berwasiat kepada
murid-muridnya untuk tidak diperbudak oleh harta bahkan seba-
liknya, semestinya kita lah yang sebenarnya menjadi tuan bagi
segenap harta yang kita miliki untuk dioptimalkan dalam rangka
beribadah kepada Alloh. Tidak sedikit manusia modern saat ini

Teman yang menyelamatkan


75
terlena dengan tahta, harta, dan wanita sehingga menjadi-
kannya lupa kepada Alloh.

Wasiat syekh sangat ringkas dan sederhana tetapi memiliki


makna yang sangat mendalam. Beliau berwasiat: “wa kaana al maalu
khodimaka wa anta khadimu al maula”. Artinya: ”Harta kekayaan seha-
rusnya menjadi khodammu, sedangkan kamu harus tunduk kepada Alloh”.
Pernyataan ini menggiring pemikiran kita untuk merenungkan
tujuan hidup kita. Kita tak lebih dari khodam (pesuruh Alloh). Oleh
karena itu, dalam segala hal kita harus mementingkan kehendak
tuan kita, itulah hakikat hidup yang sebenarnya, untuk beribadah
kepada Alloh setiap saat dan mengingatnya (dzikrulloh) juga bagian
dari ibadah kita pada-Nya.

Seperti telah diulas pada paragraf sebelumnya, ciri dan


identitas ia sebagai seorang mukmin adalah bahwa ia seorang ahludz-
dzikir. Kapan pun dan di mana pun berada ia selalu menghadapkan
dirinya kepada Alloh. Tiada detik berlalu melainkan untuk selalu
mengingat-Nya dan tiada ruang sejengkal pun dalam pandangannya
untuk berpaling dari Alloh. Dalam hatinya terpatri sebuah keyakinan
sebagaimana yang telah Alloh jelaskan dalam surat Al Baqarah
ayat 115,

Artinya: “Dan ketetapan Alloh lah timur dan barat. Maka kemana pun
kamu menghadap, di situlah wajah Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 115)

Karenanya, kehidupan seseorang yang beriman semestinya


sarat dengan dzikir. Perintah ini tak bisa ditawar-tawar lagi, maka
tidak boleh ada waktu yang terlewatkan tanpa mengingat Alloh.
Jika sholat, zakat, dan haji memiliki waktu yang sudah tertentu
maka tidak demikian dengan dzikrulloh. Dzikrulloh merupakan
suatu aktivitas yang semestinya dijalankan selama hayat masih
dikandung badan. Artinya selama nyawa menyatu dengan jasad
dzikrulloh tak boleh terlupakan.

Lautan Tanpa Tepi


76
Istiqomah dalam berdzikir menjadi sebuah upaya nyata
agar kita menjadi lebih dekat kepada Alloh (ma'rifat). Hal inilah
(istiqomah dalam berdzikir) yang kemudian menjadikan doa
seorang ahli dzikir menjadi lebih mudah dikabulkan oleh Alloh.
Mengenai pentingnya kita untuk senantiasa berdzikir, Alloh
telah menegaskan dalam firman-Nya:

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah


Alloh di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditetapkan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa: 103)

Relevansi antara sholat dan dzikrulloh adalah bahwa keduanya


merupakan sarana untuk mengingat Alloh dengan segenap
kebesaran-Nya. Hal ini nampak dari firman Alloh berikut:

Artinya: ”Sesungguhnya Aku ini adalah Alloh, tidak ada Tuhan (yang
haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk
mengingat-Ku.” (QS. Thoha:14)

Keterangan ini juga menjelaskan bahwa inti dari pelaksanaan


sholat ialah untuk mengingat Alloh. Bedanya dengan dzikrulloh
adalah jika pada sholat waktu pelaksanaannya sudah ditentukan,
dzikrulloh waktunya tidak ditentukan. Ini juga merupakan indikasi
dari sebuah keharusan untuk mengingat Alloh dalam segenap
kesempatan. Alloh berfirman:

Teman yang menyelamatkan


77
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan mengingat
nama) Alloh, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al Ahzab: 41)

Dari ayat ini kita dapat menyimpulkan bahwa dzikir sangat


vital bagi seorang muslim. Dzikir merupakan kebutuhan ruhaniah
yang mutlak diperlukan. kebutuhan dzikir bagi hati (ruh) ini tak
ubahnya seperti kebutuhan jasmani terhadap makanan. Argumen
ini tidak berlebihan karena ditopang dengan keterangan yang
menyatakan betapa pentingnya kita untuk senantiasa memelihara
dzikir kita kepada Alloh. Bahkan Alloh menegaskan kepada kita
untuk mau mencari sahabat yang terbiasa berdzikir (ahludz dzikr).

Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang


yang menyeru Tuhannya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya
itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi: 28)

Betapa rincinya Alloh menerangkan ihwal pentingnya


dzikir, bahkan masalah yang satu ini menjadi salah satu kriteria
acuan pemilihan teman. Inilah yang menjadi landasan orang-orang
yang sengaja datang ke Pondok Pesantren Suryalaya, yaitu untuk
menemui sahabat-sahabat ahludz-dzikir yang dapat membawa kita
ke jalan yang benar. Salah satunya adalah guru kita semua Syekh
Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin.

Berkenaan dengan ini seorang wali Alloh yang namanya


diabadikan dalam Al Qur'an yaitu Lukman. Ia memerintahkan
kepada anaknya untuk senantiasa berada bersama-sama dengan

Lautan Tanpa Tepi


78
orang yang selalu berdzikir kepada Alloh. Dzikrulloh ternyata
juga menjadi parameter munafik tidaknya seseorang, sebagaimana
yang Alloh utarakan dalam firman-Nya:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan


Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Alloh
kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa: 142)

Intensitas dzikir kepada Alloh dapat membedakan antara


orang yang muslim dan orang munafik. Segala aspek yang
berkenaan dengan dzikir telah diutarakan Alloh dalam firman-
firman-Nya dengan teramat rinci. Semoga hal ini menjadi kejelasan
bagi kita bahwa dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
dzikir, derajat keimanan kita akan senantiasa terpelihara. Dzikir
merupakan manifestasi dari pernyataan syahadat, dengan dzikir
pula lah maka kita akan dapat menggapai kebahagiaan dzohir dan
batin. Pelaksanaan dzikir baik secara jahar maupun secara khofi
dapat menetralisir racun-racun yang menyebabkan penyakit
batin. Oleh karena itu, maka sudah semestinya kita memperbanyak
dan beristiqomah dalam berdzikir kepada-Nya.

Teman yang menyelamatkan


79

Anda mungkin juga menyukai