Anda di halaman 1dari 6

TAKWA

Pengertian Takwa Menurut Bahasa


Menurut bahasa, takwa berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara diri dari siksaan
Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
(Imtitsalu

awamirillah

wajtinabu

nawahihi).

Takwa (taqwa) berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni menjaga
diri agar selamat dunia dan akhirat.
Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal yang
membahayakan dan merugikan.
Pengertian Takwa Menurut Istilah
Pengertian takwa menurut istilah kita dapatkan di banyak literatur, termasuk Al-Quran,
Hadits, dan pendapat sahabat serta para ulama. Semua pengertian takwa itu mengarah pada
satu konsep: yakni melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi larangannya, dan menjaga
diri agar terhindari dari api neraka atau murka Allah SWT.
Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai "takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu
mengerjakan ketaatan kepada-Nya" (Tafsir Ibn Katsir).
Ketika Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah, maka pesan paling
pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah takwa. Rasulullah
Saw bersabda:
"Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena takwa itu adalah
pokok dari segala perkara." (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits As-Samarkindi).

Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang yang bertakwa itu
adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan apabila berbuat, berbuat
dan beramal karena Allah."

Abu Sulaiman Ad-Dardani menyebutkan: "Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang


yang kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari hatinya oleh Allah."
Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati, bukan takwa
anggota badan." (Al-Fawaid).
Pengertian Takwa Menurut Al-Quran dan Hadits
Pengertian takwa menurut sahabat Nabi Saw dan ulama di atas tentu saja merujuk pada
Quran dan Hadits.
Al-Quran menyebutkan, takwa itu adalah beriman kepada hal gaib (Yang Mahagaib: Allah
SWT), Hari Akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, beriman pada kitab-kitab Allah,
dengan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam menjalankan hidupnya (QS. AlBaqarah:2-7).

Menurut hadits Nabi Saw, pengertian takwa berintikan pelaksanaan perintah Allah SWT atau
kewajiban agama.
"Laksanakan segala apa yang diwajibkan Allah, niscaya kamu menjadi orang yang paling
bertakwa". (HR. Ath-Thabrani).
Orang bertakwa senantiasa meluangkan waktu untuk beribadah dalam pengertian ibadah
mahdhoh --kewajiban utama seperti sholat dan zakat, serta puasa Ramadhan dan haji bagi
yang

mampu.

Allah Azza Wajalla juga berfirman dala Hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu
untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku
menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan
kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah). Wallahu a'lam bish-shawab. (www.risalahislam.com).*

Ada empat langkah untuk meraih taqwa: Pertama adalah meningkatkan jiwa alkariem(dermawan). Hendaknya kita ringan tangan untuk membantu dan peduli sesama,
sangat dianjurkan bagi orang beriman untuk memperbanyak infaq, shadaqah bahkan
membayarkan zakat di bulan Ramadhan ini. Apakah dalam bentuk memberikan makanan
berbuka puasa kepada tetangga dan fakir miskin, memberikan pakaian baru bagi mereka yang
kekurangan,

membayarkan

zakat

maal,

zakat

fithrah,

bayar

fidyah

dll.

Kedua, Pengendalian keinginan. Tidak semua keinginan harus diwujudkan saat itu juga,
meskipun perbuatan itu halal. Seperti makan dan minum, materinya halal, perolehannya
halal, namun kata Allah swt, jangan dimakan atau diminum sebelum maghrib tiba. Sebagai
orang beriman tentu hal ini wajib kita patuhi. Jika dari sesuatu yang halal saja, kita telah
mampu mengendalikan diri, apalagi terhadap hal-hal yang diharamkan Allah swt.
Ketiga, Perbanyak taubat. Tidak ada manusia yang luput dari dosa, dan sebaik-baik orang
yang berdosa, mereka segera bertaubat dan tidak mengulangi lagi. Istighfar dan taubat kepada
Allah swt, akan menciptakan jiwa inshaf, sadar bahwa kita makhluk yang lemah dan tidak
bersih dari kesalahan. Jika berdosa kepada Allah, maka kita harus bertaubat. Namun jika kita
bersalah kepada manusia, kita harus meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Keempat, Menghidupkan hati. Memperbanyak shalat malam, membaca Al-Qurn dan
memahami maknanya, bermunajat di malam hari kepada Allah, menyampaikan permohonan
tentang

keinginan-keinginan

kita.

Siapa

ingin

si

mawar

merah

Tentu

ada

di

dalam

taman

Siapa

bertaubat

kepada

Allah

Tentu akan diberi ampunan

Namun untuk mencapai derajat Taqwa tersebut harus ada upaya yang keras dan sungguhsungguh, bukan hanya dengan Ibadah kepada Allah, tetapi harus ada upaya lain yang dapat
ditempuh. Kata para ulama, minimal ada 5 jalan yang dapat dilalui untuk menggapai taqwa,
yaitu : Muahadah, Muraqabah, Muhasabah, Muaqobah, dan Mujahadah.

1. Muahadah
Muahadah adalah senantiasa mengingat perjanjian kita dengan Allah. Bukankah kita
senantiasa berjanji kepada Allah minimal 17 kali sehari semalam. Didalam shalat, kita
membaca :

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan (QS. 1 : 5)
Inilah janji kita yang selalu diucapkan disetiap shalat. Hanya kepada Allah kita menyembah
dan hanya kepada Allah kita minta pertolongan. Kalaulah kita senantiasa mengingat janji kita
ini, maka ke Taqwaan kita akan semakin meningkat dan bertambah. Akan jauhlah kita dari
mempersekutukan Allah, sebab kita telah berjanji untuk hanya menyembah kepada Allah
bukan kepada yang lainnya. Demikian pula akan jauh kita dari dukun atau benda-benda
tertentu, sebab hanya kepada Allah kita minta pertolongan bukan kepada batu, kayu besar,
pohon besar, kuburan, dukun atau paranormal. Disini pulalah letak keikhlasan dalam
beribadah, dimana semua ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah, apakah itu shalat,
puasa, zakat, haji, menikah, membaca Al-Quran dan lain-lain semuanya karena Allah bukan
karena yang lainnya. Apalagi diperkuat dalam salah satu doa iftitah kita sesungguhnya
shalatku, ibadah (berqurban) ku, hidup ku dan matiku hanya kuserahkan kepadamu ya Allah.
Sehingga jauhlah kita dari kesyirikan yang dapat menghancurkan pahala ibadah yang kita
lakukan.

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:
Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi (QS. 39 : 65)
Inilah pentingnya kita senantiasa mengingat janji kepada Allah, sebab akan menumbuhkan
keikhlasan dalam beribadah dan dijauhkan dari kesyirikan. Dan janji itu harus ditepati, sebab
semua janji akan dimintai pertanggung jawabannya

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya

(QS.

17

36)

Kalaulah kita mengingat janji kita kepada Allah, maka taqwa akan semakin meningkat
sehingga keutamaan yang banyak dapat diraih.
2. Muraqabah
Jalan yang berikutnya untuk meningkatkan ketaqwaan adalah muraqabah. Muraqabah adalah
merasa selalu diawasi oleh Allah. Yaitu merasakan bahwa Allah itu selalu mengawasi kita
dimanapun kita berada.



Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di
atas Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya
dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana
saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. 57 : 4)
Merasakan pengawasan Allah akan menimbulkan ketaatan kepada Allah dan menjauhkan diri
dari perbuatan yang dilarang baik disaat ada orang yang melihat atau tidak ada orang yang
melihat.
Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. (HR. Tirmidzi)
Merasakan pengawasan Allah akan membangun kepekaan hati untuk senantiasa taat kepada
Allah dan menjauhi segala bentuk maksiat, baik itu maksiat mata, hati, telinga, mulut, tangan
dan anggota tubuh yang lain. Bukankah ibadaha puasa dibulan Ramadhan telah mengajarkan
kita untuk merasa diri diawasi Allah. Karena ibadah puasa merupakan ibadah yang
tersembunyi, tidak ada orang yang mengetahui apakah kita puasa atau tidak kecuali diri
sendiri dengan Allah. Ada makanan, ada minuman, mungkin kalau kita masuk kedalam
kamar lalu makan dan minum, tidak ada orang yang melihat, namun kenapa kita tidak
melakukan itu semua, karena kita yakin ada Allah yang melihat kita. Kalaulah dalam sebulan
dibulan Ramadhan mampu kita menghadirkan Allah, dan yakin bahwa Allah senantiasa

melihat apa yang kita lakukan, maka kita akan menjadi pribadi yang jujur baik dalam bulan
Ramadhan maupun diluar bulan Ramadhan.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan (QS. 36 :
65)
Semoga lewat ibadah di bulan Ramadhan, menjadikan kita pribadi-pribadi yang bertaqwa
sehingga kitalah yang termasuk finalis-finalis di bulan yang penuh berkah ini.
(Ustad. Askar Yaman, M.Pd)

Sumber

: Ceramah

Tarawih

Jalan

Menuju

Taqwa

Wahdah

Islamiyah http://wahdah.or.id/ceramah-tarawih-7-jalan-menuju-taqwa/#ixzz3Ghfem6hW

Anda mungkin juga menyukai