Anda di halaman 1dari 4

MENGAGUNGKANNYA DENGAN ISTIGFAR

Bertaubat, istighfar dan sadar banyak berbuat dosa adalah adab kita kepada Allah SWT. "Katakanlah; Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mengampuni lagi Maha Penyayang".(QS. Az-Zumar:53).

Dalam mengarungi kehidupan, ketika derajat keimanan "yaziid" (bertambah) manusia akan ingat dan ta'at
kepada Allah SWT. Tapi, ketika derajat keimanan "yanqus" (berkurang) adakalanya manusia terjerambab
dalam perbuatan dosa dan maksiat. Ketika dalam kondisi seperti itu, bersegeralah bertaubat dan memohon
ampun kepada-Nya. "Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya (hari kiamat). Maka ia (Abu Hurairah) menceritakan hadits dan
diantaranya: Seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi sampai mencucurkan air mata".
(HR. Bukhari-Muslim).

Seberat dan sebesar apapun dosa kita, Allah SWT akan mencurahkan kasih sayang-Nya dengan
mengampuni hamba-hamba-Nya yang jatuh dalam kubangan dosa. "Dan hendaklah kamu meminta
ampun kepada Tuhanmu dan bertaubatlah kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian) niscaya
Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai waktu yang ditentukan........"
(QS Hud:3).

Saat ini, kita masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup, janganlah sia-siakan hidup ini, janganlah
memandang remeh akan perbuatan dosa. Sebab dosa, adalah penyebab kita akan mendapatkan murka dan
siksa Allah SWT. "Bagi orang mukmin melihat dosa-dosanya itu seolah-olah ia duduk di bawah gunung
dimana ia merasa takut gunung itu akan menimpanya, sedangkan bagi orang fajir, melihat dosa-dosanya
itu bagaikan lalat yang lewat di atas hidungnya".(HR Bukhari 4:99).

Selagi nafas masih ada, selagi malaikat Izrail belum mencabut nyawa, hiasi hari-hari kita dengan
senantiasa beribadah dan beristighfar kepada Allah SWT, atas segala perbuatan dosa kita. "Demi Allah!
sesungguhnya aku (Muhammad) beristighfar (minta ampun) kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya
dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (HR Bukhari).

MENGAGUNGKAN-NYA DENGAN BERZIKIR


Amalan tarekat merupakan bagian dari bentuk proses pendidikan jiwa, karena berisi bacaan bacaan zikir
yang mengesakan dan mengagungkan Allah sebagai Tuhan alam semesta.

Bahkan Allah ‫ ﷻ‬menggariskan bagi kita adab dan cara berdzikir atau mengingat-Nya dalam Alquran.
Surat Al Araf ayat 205 dan tafsirnya menerangkan adab berdzikir.

“Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan
suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.” (QS Al Araf
ayat 205).

1. Berzikir ketika menjadi hamba-Nya


Zikir kepada Allah SWT juga menjadi alat untuk menghapus dosa. Kita semua memiliki dosa,
sehingga kita juga memerlukan zikir untuk menghapusnya. Seperti difirmankan dalam Surat Al
Ahzab [33] ayat 35, Allah mempersiapkan pengampunan dosa dan ganjaran yang mulia bagi
Muslimin dan Muslimat yang berzikir.

Pentingnya berzikir juga diungkap dalam hadis, dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW bersabda,
''Sesungguhnya bagi tiap-tiap sesuatu ada pengilapnya (pembersihnya). Sesungguhnya pengilap hati
adalah dzikrullah.'' (HR Ibnu Abidunya dan Baihaqi dari riwayat Said bin Sinan. Lihat at-Targhib wa
at-Tarhib juz 11 hal 243). Dengan hati yang bersih, kita akan mudah mengakses hidayah Allah SWT.

Lebih jauh lagi, zikir juga membawa ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan hidup. Sebagaimana
Allah SWT nyatakan dalam firman-Nya, ''(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah, hanya dengan berzikir hati menjadi tenteram.'' (QS Ar Ra'du
[13]: 28). Kita bahagia mencintai ayah, ibu, anak-anak, suami atau istri. Subhanallah, betapa
bahagianya saat kita bisa mencintai Yang Menciptakan Cinta itu: Mahacinta.

Dengan berzikir, kita juga berarti mengundang rahmat Allah SWT dan doa para malaikat. Allah SWT
juga akan menyelamatkan orang yang berzikir dari kegelapan, kedzaliman, serta maksiat, menuju
cahaya-Nya.

Hadis dari Abu Hurairah dan Abu Said Al Khudri menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
''Tidaklah duduk suatu kaum yang berzikir nama Allah melainkan dinaungilah mereka oleh para
malaikat, dipenuhi mereka oleh rahmat Allah SWT dan diberi ketenangan kepada mereka, juga Allah
SWT menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya.'' (HR Muslim,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Zikir juga merupakan makanan rohani yang paling bergizi serta membangkitkan selera ibadah dan
akhlak mulia. Zikir juga menjadi benteng dari gangguan setan. Dengan berzikir, peluang kita untuk
mendapatkan husnul khatimah juga semakin terbuka.

Inilah di antara alasan dan hikmah yang mendorong kita untuk terus-menerus berzikir. Karena itulah
zikir menjadi ibadah yang bisa dilakukan kapan pun, di manapun, dan dalam kondisi bagaimanapun.
Selama berzikir, selama itu pula kita bersama Allah SWT. Imam Suyuti berkata, ''Berzikirlah kalian
terus-menerus kepada Allah SWT, jangan sekalipun meninggalkannya. Sesungguhnya zikir itu seperti
raja yang akan menundukkan hatimu untuk taat kepada-Nya.'' Subhanallah.

a. Berzikir ketika menjadi hamba-Nya secara khusus (ibadah mahdhah)

Setiap muslim diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT
berarti hanya menyembah Allah SWT semata dan tidak ada sesembahan lain selain daripada-Nya.

Tata cara pelaksanaan ibadah mahdhah sudah baku sesuai petunjuk Rasulullah SAW seperti
ditetapkan dalam Al Quran atau As-Sunnah. Dalam surat An-Nisa ayat 64 Allah SWT berfirman

Artinya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.
Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu
memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya
mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS An-Nisa 64).
Sedangkan dalam hadits disebutkan Rasulullah SAW memerintahkan umatnya agar menjalankan
ibadah sebagaimana yang dia contohkan

Artinya: "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR Bukhari).

Ibadah jenis ini merupakan wujud penghambaan murni dan hubungan antara hamba dengan Allah
SWT secara langsung. Dalam kata lain, ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhan
atau hubungan secara vertikal. Contoh ibadah mahdhah adalah sholat, zakat, puasa, haji, dan
ibadah lain yang ditetapkan oleh hukum syara'.

Dikutip dari buku Kitab Lengkap Panduan Shalat oleh Khalilurrahman Al-Mahfani dkk, ibadah
mahdhah dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, ibadah badaniyah mahdhah yakni
ibadah jasmani seperti sholat, puasa, wudhu, dan sebagainya. Kedua, ibadah maliyah mahdhah
yakni ibadah yang ditunaikan dengan harta benda seperti zakat, infak, dan qurban.

Ketiga, ibadah badaniyah wa maliyah, yakni perpaduan antara ibadah badaniyah mahdhah dab
ibadah maliyah mahdhah. Ibadah ini ditunaikan dengan jiwa raga dan juga harta benda.
Contohnya adalah ibadah haji dan umrah.

b. Berzikir ketika menjadi hamba-Nya secara umum (ibadah ghair m.)

Sementara itu, ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum merupakan segala perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Ibadah ini
dilakukan antar sesama manusia (muamalah) atau hubungan horizontal yang tidak hanya terkait
dengan hubungan dengan Allah SWT saja.

Ibadah ghairu mahdhah dilakukan berdasarkan perintah, anjuran, atau tidak adanya larangan
terhadap suatu perbuatan. Ibadah ini juga bersifat rasional. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah
silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah, mencari ilmu, bekerja, membangun masjid, dan
kegiatan yang bermanfaat lainnya.

Salah satu dalil pelaksanaan ibadah ghairu mahdhah terdapat dalam surat Al Maidah ayat 2. Allah
SWT berfirman,

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

2. Berzikir ketika menjadi khalifah-Nya

Manusia sebagai khalifah harus selalu memberikan keteladanan karena merupakan wakil dari Allah,
yang dapat menempatkan sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah, agar semua orang
mendapatkan kemakmurann, tidak hanya untuk manusia saja.
"Tanggung jawab manusia khalifah itu bagaimana menata alam ini, terjaga agar anak cucu dari
khaliffah ini hidup," kata dia.

Hal yang sama diungkapkan Ustaz Erick Yusuf, bahwa kalimat rahmat lil alamain  dalam Alquran
berarti mencakup secara keseluruhan. Ustadz Erick menjelaskan Alquran bukan diperuntukkan untu
manusia saja tapi juga untuk untuk alam dan isinya.

Menurut dia, manusia, alam, tumbuhan, dan hewan, semuanya itu bagaikan suatu harmonisasi, yang
saling melengkapi. Apalagi, kata dia, tidak ada yang Allah ciptakan di dunia dengan sia-sia. Jadi
kalau kita merenungkan alam ini, kita akan melihat seluruh ciptaan Allah yang saling berkaitan.

"Itu hakikat hubungan manusia dengan alam. Dan kalau manusia ingin mendapatkan pahala, berkah
dan  ingin berkah ladang amal, maka harus berhubungan baik dengan alam, bukan hanya dengan
manusia," jelas dia.

a. Berzikir ketika menjadi khalifah-Nya secara khusus (memimpin d.s.)

Pada konteks perjalanan hidup ini, maka menjadi pemimpin pun merupakan lahan untuk
beribadah kepada Allah SWT dengan jalan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga para
pemimpin benar-benar dapat mencurahkan perhatian dan kemampuannya, dan berusaha untuk
menjauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji karena khawatir mengotori niat suci
untuk beribadah kepada Allah SWT melalui kepemimpinan dan kebijakan yang dikeluarkan.
Allah SWT berfirman: Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (ajal)” (QS. Al-Hijr [15]:99). Wallahu A’lam Bish-Shawaab.

b. Berzikir ketika menjadi khalifah-Nya secara umum (memimpin umat)

Jika sesorang menjadi pemimpin, maka hendaklah dia menjadi pemimpin hanya untuk mengabdi,
bukan memperkaya diri. Jika pemimpin memimpin untuk memperkaya diri, maka dia kehilangan
kesempatan terbaiknya untuk mengabdi kepada Tuhan, maka dia kehilangan kesempatan untuk
menjadi hamba Tuhan. Mengapa seorang pemimpin harus mengabdi kepada Tuhan dan menjadi
hamba Tuhan ?, karena dengan segala kekuasaan, kekuatan dan penghormatan yang ada padanya,
dia masih punya tempat menundukkan dirinya, sehingga dia akan terhindar dari merasa menjadi
Tuhan kecil bagi rakyat yang dipimpinnya. Kalau pemimpin bertujuan memperkaya diri, maka
dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kekayaan dengan kekuasaannya, sehingga
menyebabkan dia berpaling dari mengutamakan dan mementingkan urusan kesejahteraan rakyat”.

Pemimpin yang memimpin hanya untuk mengabdi, maka dia akan selamat dunia dan akhirat,
karena dia telah menyerahkan dirinya, telah merelakan dirinya berada dijalan yang benar, yaitu
menjadi hamba Tuhan, dengan menjadikan kepemimpinannya sebagai lahan pengabdiannya
kepada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai