Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai orang yang beragama islam, kita sering mendengar kata Taqwa dalam kehidupan
sehari-hari. Taqwa merupakan salah satu bukti kecintaan kita kepada Allah SWT, Orang yang
bertaqwa bisa kita lihat dengan apa yang dia lakukan sehari-hari, yakni selalu melakukan apa
yang telah diperintahkan Allah untuk dikerjakan dan menjauhi segala yang dilarang Allah itu
adalah bukti kecintaan kepada Allah SWT.

Pengertian Taqwa dari segi bahasa taqwa berasal dari bahasa Arab yang berarti
memelihara diri dari siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya (Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi).

Akan tetapi banyak sekali orang-orang yang tidak mengetahui hal-hal tentang taqwa,
seperti mengetahui pengertian taqwa, tanda-tanda orang yang bertaqwa, keutamaan dan ganjaran
bagi orang-orang yang bertaqwa, ciri-ciri serta manfa’at taqwa bagi orang yang bertaqwa.

Pemahaman Taqwa sangatlah penting karena kita sebagai umat islam inilah salah satu
bukti bahwa kita mensyukuri nimat Allah dan selalu mengharafkan ridho-Nya. Semoga kita bisa
menjadi sebaik-baik hambah-Nya.

Kata “takwa” sangat sering kita dengar dalam ceramah-ceramah agama, sebagai mana
kalimat ini mudah dan ringan di ucapkan di lisan kita. Akan tetapi, sudahkah hakikat kalimat ini
terwujud dalam diri kita secara nyata? Sudahkah misalnya cirri-ciri orang yang bertakwa yang di
sebutkan dalam ayat berikut ini terealisasi dalam diri kita?

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan, dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun

1
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah. Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.“ (Qs.Ali ‘Imran:
134-135)

Maka mempraktekkan kalimat ini tidak semudah mengucapkannya, khususnya kalau kita
mengetahui bahwa takwa yang sebenarnya adalah amalan hati dan bukan sekedar apa yang
tampak pada anggota badan.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Mampu Menjelaskan Definisi Taqwa

b. Mampu Mengetahui Ruang Lingkup Dan Kedudukan Taqwa

c. Mengetahui Ciri-Ciri Orang Bertaqwa

d. Mengetahui Keutamaan Dan Ganjaran Bagi Orang-Orang Yang Bertaqwa

f. Mampu Menjelaskan Manfaat At-Taqwa Dalam Alqur’an Bagi Orang Yang Bertaqwa

C. TUJUAN PENULISAN

a. Sebagai pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam

b. Makalah ini bertujuan supaya masyarakat, mahasiswa serta pembaca yang lainnya
mengerti tentang Taqwa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI TAQWA

a) Definisi At-Taqwa didalam Al-qur’an

Menurut prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. Kata Taqwa dalam berbagai bentuk
dan konteksnya didalam Al-Qur’an terdapat 258 ayat yang menjelaskan tentang Taqwa.

Sedangkan menurut pendapat lain ayat dalam al-qur’an yang menjelaskan taqwa ada 216
ayat bahkan 224 ayat.

Namun, Didalam beberapa ayat dalam Al-qur’an tentang Taqwa hanya mengandung tiga
pengertian, Yaitu;

 At-Taqwa berarti takut:

“...dan hanya kepada Akulah (Allah) kamu harus bertaqwa”.{QS.AL-baqarah:41}

“dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah”. {QS.AL-baqarah:281}

3
 At-Taqwa berarti patuh dan tunduk:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya”;
”.{QS.Ali Imran:102}.

Ibnu abbas berkata, “Taatlah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taat.”

Mujahid mengatakan,”Wajib bagi kita taat kepada Allah. Tidak membantah, senantiasa
mengingat-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan tidak kufur.”

 At-Taqwa berarti membersihkan diri dari segala dosa. Dan inilah hakikat taqwa,
sebagaimana firman Allah:

“dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa
kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat
kemenangan/beruntung”.{QS.An-Nur:52}.

Jadi, Taqwa selain mengandung arti taat dan takut, juga berarti membersihkan diri dari
perbuatan maksiat.

Yang dimaksud dengan takut kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-
dosa yang telah dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan taqwa ialah memelihara diri dari
segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.

Sebagian ulama’ membagi taqwa menjadi tiga tingkatan, Yaitu;

1. Membersihkan diri dari perbuatan musyrik.

2. Membersihkan diri dari perbuatan bid’ah

3. Membersihkan diri dari segala perbuatan maksiat

Kata Taqwa, yang pertama mengandung arti membersihkan diri dari perbuatan musyrik,
dan iman yang disertai tauhid.

Sedangkan arti kedua, mengandung arti menjauhi perbuatan bid’ah dan keimanan yang disertai
ikrar atas aqidah ahli sunnah waljama’ah.

4
Dan arti yang ketiga, menunjukkan arti membersihkan diri dari segala maksiat dengan disertai
ihsan, yang berarti istiqamah dan taat.

b) Definisi At-Taqwa menurut Bahasa dan Istilah

Menurut bahasa, taqwa berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara diri dari
siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya (Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi).

Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni menjaga
diri agar selamat dunia dan akhirat.

Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal
yang membahayakan dan merugikan. Sedangkan, Pengertian taqwa menurut istilah kita dapatkan
di banyak literatur, termasuk Al-Quran, Hadits, dan pendapat sahabat serta para ulama’. Semua
pengertian takwa itu mengarah pada satu konsep: yakni melaksanakan semua perintah Allah
SWT, menjauhi larangannya, dan menjaga diri dari perbuatan maksiat agar terhindari dari api
neraka atau murka Allah SWT.

B. RUANG LINGKUP DAN KEDUDUKAN TAQWA

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara
dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa berarti penjagaan/
perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan
kesadaran dengan mengerjakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya kerena takut
terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu
dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain,
diri sendiri dan lingkungannya.

5
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting dalam
agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala
pekerjaan seorang muslim.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan bukanlah
menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang wajib”. Beliau
rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari,
sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada
Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang
diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka
itu adalah kebaikan di atas kebaikan.
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang
dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara
yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di
mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik
ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan
orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah

a. Hubungan Manusia Dengan Allah

Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan yang Maha Esa sebagai dimensi takwa
pertama,menurut ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa seperti telah disinggung pada awal kajian
ini, merupakan prima causa hubungan-hubungan yang lain. Karena itu hubungan inilah yang
seyogiannya diutamakan dan secara tertib diatur tetap dipelihara. Sebab, dengan menjaga
hubungan dengan Allah, manusia akan terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap dirinya
sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Dan, sesungguhnya inti takwa kepada Allah,
Tuhan yang Maha Esa, adalah melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangannya.
Segala perintah dan semua larangan Allah ditetapkan-Nya bukan untuk kepentingan Allah
sendiri, tetapi untuk keselamatan manusia. Manusia lah yang akan mendapatkan manfaat
pelaksanaan semua perintah Allah dan penjauhan diri dari segala larang-Nya. Perintah Allah itu
bermula dari pelaksaan tugas manusia untuk mengapdi hanya Kepada Allah semata-mata dengan
selalu melakukan ibadah murni yang disebut juga ibadah khusus seperti mendirikan sholat,
menunaikan zakat, berpuasa selama bulan ramadhan, menunaikan ibadah haji dan melakuakn

6
amalan-amalan lain yang bertalian erat ibadah khusus tersebut. Larangan Allah ditetapkannya
agar manusia dapat menyelenggarakan fungsi nya sebagai Khalifah ( “pengganti Ilahi dibumi
ini”) dalam menata kehidupan dunia. Untuk mencapai segala yang diridai Allah dibumi ini,
manusia harus senantiasa memperhatikan dan mengindahkan larangan-larangannya. Larangan-
larangan itu tidak banyak, tetapi sangant asasi dalam memelihara kelangsungan hidup dan
kehiduapan manusia didunia yang fana ini.

Ketakwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa itu, dapat
dilakukan antara lain sebagai contoh :

 Iman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa menurut cara-cara yang diajarkannya melalui
wahyu sengaja diturunkannya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia.\
 Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan sholat 5x sehari semalam,
menunaikan zakat apabila telah sampai nisab dan haul-nya, berpuasa sebulan dalam
setahun, melakuakn ibadah haji sekali seumur hidup, menurut cara-cara yang ditetapkan-
Nya.
 Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus,memanfaatkan semua
pemberian Allah kepada manusia.
 Bersabar menerima cobaan Allah dalam makna tabah,tidak putus asa ketika mendapat
musibah atau menerima bencana.
 Memohon ampun atas segala dosa dan tobat dalam makna sadar untuk tidak lagi
melakukan segala perbuatan jahat/tercela.

b. Hubungan Manusia Dengan Hati Nurani Atau Dirinya Sendiri

Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan sesama serta
lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang telah
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas,
berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan
hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak dapat mengendalikan hawa
nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka seperti yang tertulis
dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53 yang artinya:

7
“Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh tuhanku. Sesungguhnya tuhanku maha
pengampum lagi maha penyayang”. (QS. Yusuf 12:53)

Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar mampu
mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-
ciri, antara lain :
 Sabar
 Tawaqal
 Syukur
 Berani

Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang
kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala perintah
Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar
perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus selalu berusaha
dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena
umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur atas
apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang
telah ditentukan

c. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia

Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan,


kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang
berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai
ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara. Mereka saling
membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada
tempatnya diantara mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab kelebihan

8
suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya, ataupun dari
jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya dimata allah, yang
membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang paling bertaqwa adalah orang yang
paling mulia disisi allah swt.

Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Hubungan antara
manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya
hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin dalam
bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan
pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan menjadi motor
penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan.
Surat Al-baqarah ayat 177:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatukebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada allah, hari kemudian, malaikat, kitab, nabi,
danmemberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, oaring miskin,
musafir(yang memerlukan pertolongan), dan orang-orangyang meminta-minta,
dan (merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan shalat danmenunaikan zakat. Dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang yang bersabar dalam kesempatan,
penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar(imannya)mereka itulah
orang yang bertaqwa. (Al- baqarah 2:177).

Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki
orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah. Selanjutnya Allan menggambarkan
hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang menepati janji. Dalam ayat
ini Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa
terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang
rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan shalat

Hubungan antara manusia dengan manusia lain dlam masyarakat dapat dipelihara, diantara lain
dengan;

9
 Tolong-menolong, bantu-membantu.
 Suka memafkan kesalaah oranglain
 Menepati janji
 Lapang dada, dan
 Menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

d. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup

Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan


hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di
tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab menggelola dan memelihara
lingkungannya. Sebagai penggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan
hidupnya didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam dan segala petensi
yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi
yang berguna bagi manusia.
Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras
menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan barang yang bermanfaat bagi
manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan
alam. Menjaga lingkunan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup
dengan saling memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk kesejahteraan
hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan sebaik-
baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga memeliharanya
agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa
manusia jauh dari ketaqwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang
akan terjadi pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi
kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia
mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor yang dapat merugikan
manusia.
Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri
dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya.

10
Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik.
Mensyukuri nikmat Allah dengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh
Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi
azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat
eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.

Konsekuensi dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut adalah
bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat T yakni
empat (kesadaran) tanggung jawab yaitu:

 Tanggung jawab kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa


 Tanggung jawab kepada hati nurani sendiri
 Tanggung jawab kepada manusia lain
 Tanggung jawab untuk memelihara Flora dan Fauna, udara, air dan tanah serta
kekayaanalam ciptaan Allah, Tuhan Ynag Maha Esa serta yang terkandung di dalamnya.

C. CIRI ORANG BERTAQWA


Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-yat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS.7:96)

Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an


 Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang
bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan salat
3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.
5. Yakin kepada hari akhirat
Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa,
Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga sembahyang.Setiap
agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda.

11
 Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah
orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :

1. Beriman kepada Allah(Tuhan YME),hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi


2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak yatim,orang-orang
miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang meminta-minta.
3. Membebaskan perbudakan
4. Mendirikan salat
5. Menunaikan zakat
6. Memenuhi janji bila berjanji
7. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.

 Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi
orang-orang yang bertaqwa, yaitu :

1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit


2. Orang-orang yang menahan amarahnya
3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat
kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
5. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

D. KEUTAMAAN DAN GANJARAN BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAQWA

1. Diberi jalan keluar serta rezeki dari tempat yang tak diduga-duga(QS.Al-qolam:2-3)
2. Dimudahkan urusannya (QS.Al-qolam:4)
3. Dilimpahkan berkah dari langit dan bumi (QS.Al-a’raf:96)
4. Mendapat petunjuk dan pengajaran (QS. Al-baqarah:2 dan 282, Al-maidah::46)
5. Mendapat Furqan (QS.Al-anfal:29)
6. Cepat sadar akan kesalahan (QS. Al-a’raf:201)

12
7. Tidak terkena mudharat akibat tipu daya orang lain (QS. Ali Imran:120)
8. Mendapat kemuliaan, nikmat dan karunia yang besar (QS.Adz-dzariyat:13, Ali
Imran:147)
9. Tidak ada kekhawatiran dan kesedihan (QS.Al-a’raf:35)
10. Sebaik – baik bekal (QS.Al-baqarah:197)
11. Allah bersamanya (QS. Al-baqarah:194)
12. Allah menyukainya (QS. (QS.At-taubah:4)
13. Mendapat keberuntungan (QS. Ali Imran:200)
14. Diperbaiki amalnya dan diampuni dosanya (QS.Saba’:70-71)
15. Mendapat rahnmat (QS.Al-an’am:155)
16. Tidak disiasiakan pahala mereka (QS.Yusuf:90)
17. Diselamatkan dari api neraka (QS.Maryam:71-72)

E. MANFAAT AT-TAQWA DALAM ALQUR’AN BAGI ORANG YANG BERTAQWA

1) Taqwa adalah wasiat Allah untuk seluruh umat manusia.(QS.Annisa’:131)


2) Taqwa adalah perisai penjagaan dari tipu daya setan.(QS.Ali imran:120)
3) Taqwa adalah jalan untuk memperoleh solusi kehidupan dan rezeki yang halal.(QS.At-
tholaq:2-3)
4) Taqwa adalah media untuk mensucikan dari semua kekurangan dan aib.(QS.Al-ahzab:70-
71)
5) Taqwa adalah jalan untuk menjadi kekasih Allah SWT.(QS.Ali imram:76)
6) Taqwa adalah syarat diterimahnya amal manusia.(QS.Al-maidah:27)
7) Taqwa adalah salah satu sebab untuk memperoleh kemuliaan. (QS.Al-hujurot:13)
8) Taqwa adalah media untuk memperoleh bimbingan dari Allah SWT. (QS.Al-anfal:29)
9) Taqwa adalah penyelamat dari siksaan. (QS.Maryam:72)
10) Taqwa adalah pintu terbukanya ilmu pengetahuan. (QS.Al-baqarah:282)
11) Taqwa adalah sarana untuk memperoleh pujian dari Allah SWT. (QS.Ali imran:186)

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Taqwa selain mengandung arti taat dan takut, juga berarti membersihkan diri dari
perbuatan maksiat. Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara, yakni
menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat. Menurut bahasa, taqwa berasal dari bahasa Arab
yang berarti memelihara diri dari siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

Tanda-tanda orang yang bertaqwa: Beriman kepada Allah dan yang ghaib, Sholat, zakat,
puasa, Infak disaat lapang dan sempit, Menahan amarah dan memaafkan orang lain, Takut pada
Allah, Menepati janji, Berlaku lurus pada musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama.

Keutamaan dan Ganjaran bagi orang-orang yang bertaqwa: Diberi jalan keluar serta
rezeki dari tempat yang tak diduga-duga, Dimudahkan urusannya, Dilimpahkan berkah dari
langit dan bumi, Mendapat petunjuk dan pengajaran, Mendapat Furqan, Cepat sadar akan
kesalahan, Tidak terkena mudharat akibat tipu daya orang lain, Mendapat kemuliaan, nikmat dan
karunia yang besar, Tidak ada kekhawatiran dan kesedihan, Allah bersamanya, Mendapat
keberuntungan, Diperbaiki amalnya dan diampuni dosanya, Mendapat rahnmat, Tidak
disiasiakan pahala mereka, Diselamatkan dari api neraka.

Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa Menurut Al-Qur'an,Beriman kepada yang Ghaib,


Mendirikan shalat, dan berinfaq, Beriman kepada kitab-kitab Allah dan meyakini adanya
akhirat,Berinfaq di waktu lapang atau sempit, menahan amarah, dan pemaaf,berpuasa ramadhan,
Tidak Silau Keindahan duniawi, Selalu berbuat kebajikan.

14
Manfaat At-taqwa dalam Alqur’an bagi orang yang bertaqwa:Taqwa adalah wasiat Allah
untuk seluruh umat manusia, perisai penjagaan dari tipu daya setan, jalan untuk memperoleh
solusi kehidupan dan rezeki yang halal, media untuk mensucikan dari semua kekurangan dan aib,
jalan untuk menjadi kekasih Allah SWT

B. SARAN

Sebagai umat muslim dan hamba Allah SWT, ada baiknya kita bersungguh-
sungguh dalam melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala perbuatan dosa dan
maksiat, baik yang kecil maupun yang besar. Mentaati dan mematuhi perintah Allah adalah
kewajiban setiap muslim. Dan juga, seorang muslim yang bertakwa itu sebaiknya membersihkan
dirinya dengan segala hal yang halal karena takut terperosok kepada hal yang haram.

DAFTAR PUSTAKA

Abul Hiyadh.2009. Terjemah Minhajul Abidin. Surabaya :Mutiara ilmu.

Mochtar Husein. 2008.Hakikat islam sebuah pengantar meraih islam kaffah. Yogyakarta:
pustaka belajar.

Achmad Warson Munawir.1984.Kamus almunawwir arab-indonesia. Yogyakarta:pustaka


progresiff.

Syamsul Rizal Hamid. 2010.Buku pintar ayat-ayat al-qur’an. Jakarta:Qibla.

15

Anda mungkin juga menyukai