Anda di halaman 1dari 6

ALIRAN JABARIYAH

A. PENGERTIAN JABARIYAH
Sebelum kita memahami dan mengenal lebih dalam mengenai sejarah kemunculan aliran
Jabariyah ini, perlu saya paparkan pengertian dari kata Jabariyah itu sendiri, baik secara etimologi
maupun sacara terminologi. Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara dalam bahasa Arab yang
mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. (Abdul Razak, 2009 : 63).
Pengertian arti kata secara etimologi diatas telah dipahami bahwa kata jabara merupakan suatu
paksaan di dalam melakukan setiap sesuatu. Atau dengan kata lain ada unsur keterpaksaan. Kata
Jabara setelah berubah menjadi Jabariyah (dengan menambah Yaa nisbah) mengandung
pengertian bahwa suatu kelompok atau suatu aliran (isme). Ditegaskan kembali dalam berbagai
referensi yang dikemukakan oleh Asy-Syahratsan bahwa paham Al-Jabar berarti menghilangkan
perbuatan manusia dalam arti sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, dengan kata
lain, manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam referensi Bahasa
Inggris, Jabariyah disebut Fatalism atau Predestination. Yaitu paham yang menyebutkan bahwa
perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan qadar Allah. (Harun Nasution,
1986 : 31)
Dapat Kita simpulkan bahwa aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok orang yang memahami
bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah unsur keterpaksaan atas
kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh qadha dan qadar Tuhan. Jabariah adalah
pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh
tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda
mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-
Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angin menurut
arah yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk memilih apa yang
diinginkannya sendiri.

B. SEJARAH KEMUNCULAN ALIRAN JABARIYAH
Mengenai asal usul serta akar kemunculan aliran Jabariyah ini tidak lepas dari beberapa faktor.
Antara lain :
1. Faktor Politik
Pendapat Jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyah (660-750 M). Yakni di masa keadaan
keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan bin Ali bin
Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah. Maka Muawiyah mencari
jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain politik yang licik. Ia ingin memasukkan
di dalam pikiran rakyat jelata bahwa pengangkatannya sebagai kepala negara dan memimpin
ummat Islam adalah berdasarkan "Qadha dan Qadar/ketentuan dan keputusan Allah semata" dan
tidak ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.
Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat munculnya golongan
Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran ini
juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia
terpasung, tidak mempunyai kebebasan apapun, semua perbuatan manusia ditentukan Allah
semata, tidak ada campur tangan manusia.
Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut
sebagai kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama
mempelopori paham jabariyah adalah Al-Ja'ad bin Dirham, dia juga disebut sebagai orang yang
pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan meniadakan sifat-sifat Allah.
Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata kepala
di akhirat). Meskipun kaum Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya masih tetap
dilestarikan. Karena kaum Mu'tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut dan
mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan Mu'tazilah paham-
paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi'i menyebutnya Wasil, Umar, Ghallan al-
Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide itulah sebabnya kaum Mu'tazilah dinamakan juga
kaum Qadariyah dan Jahmiyah.
Disebut Qadariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan terhadap adanya
takdir, dan menyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri sendiri tanpa adanya intervensi
Allah. Disebut Jahmiyah karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang meniadakan
sifat-sifat Allah, Al-quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka mengenai kemungkinan melihat
Allah dengan mata kepala di hari kiamat.
Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sebagai pengikut Mu'tazilah adalah
Jahmiyah tetapi tidak semua Jahmiyah adalah Mu'tazilah, karena kaum Mu'tazilah berbeda
pendapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah Jabr (hamba berbuat karena terpaksa). Kalau
kaum Mu'tazilah menafikanya maka kaum Jahmiyah meyakininya.

2. Faktor Geografi
Para ahli sejarah pemikiran mengkaji melalui pendekatan geokultural bangsa Arab. Kehidupan
bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara
hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam sahara yang ganas telah memunculkan sikap
penyerahan diri terhadap alam. Situasi demikian, bangsa Arab tidak melihat jalan untuk
mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keingianan mereka sendiri. Mereka merasa
lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya, mereka banyak bergantung
kepada sikap Fatalisme.

C. TOKOH-TOKOH SERTA DOKTRIN AJARAN
1. Ja'd Bin Dirham
Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh pancung oleh
Gubernur Kufah yaitu khalid bin Abdullah El-Qasri.
Pendapat-pendapatnya :
a. Tidak pernah Allah berbicara dengan Musa sebagaimana yang disebutkan oleh Alqur'an surat
An-Nisa ayat 164.
b. Bahwa Nabi Ibrahim tidak pernah dijadikan Allah kesayangan Nya menurut ayat 125 dari surat
An-Nisa.
2. Jahm bin Shafwan
Ia bersal dari Persia dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di Marwan dengan Bani
Ummayah. Pendapat-pendapatnya:
a. Bahwa keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan akal sebelum
pendengaran. Akal dapat mengetahui yang baik dan yang jahat hingga mungkin mencapai soal-
soal metafisika dan ba'ts/dihidupkan kembali di akhirat nanti. Hendaklah manusia menggunakan
akalnya untuk tujuan tersebut bilamana belum terdapat kesadaran mengenai ketuhanan.
c. Iman itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab itu iman itu tidak
meliputi tiga oknum keimanan yakni kalbu, lisan dan karya. Maka tidaklah ada perbedaan antara
manusia satu dengan yang lainnya dalam bidang ini, sebab ia adalah semata pengetahuan belaka
sedangkan pengetahuan itu tidak berbeda tingkatnya.
d. Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan pula kepada manusia,
sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu. Maka Allah tidak diberi sifat sebagai satu
zat atau sesuatu yang hidpu atau alim/mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab manusia
memiliki sifat-sifat yang demikian itu. Tetapi boleh Allah disifatkan dengan Qadir/kuasa, Pencipta,
Pelaku, Menghidupkan, Mematikan sebab sifat-sifat itu hanya tertentu untuk Allah semata dan
tidak dapat dimiliki oleh manusia.
D. CIRI-CIRI AJARAN JABARIYAH
Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :
1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik
yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
5. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
6. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya,
karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
8. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah
E. PENOLAKAN TERHADAP PAHAM JABARIYAH
Kelompok jabariyah adalah orang-orang yang melampaui batas dalam menetapkan takdir hingga
mereka mengesampingkan sama sekali kekuasaan manusia dan mengingkari bahwa manusia bisa
berbuat sesuatu dan melakukan suatu sebab (usaha). Apa yang ditakdirkan kepada mereka pasti
akan terjadi. Mereka berpendapat bahwa manusia terpaksa melakukan segala perbuatan mereka
dan manusia tidak mempunyai kekuasaan yang berpengaruh kepada perbuatan, bahkan manusia
seperti bulu yang ditiup angin. Maka dari itu mereka tidak berbuat apa-apa karena berhujjah
kepada takdir. Jika mereka mengerjakan suatu amalan yang bertentangan dengan syariat, mereka
merasa tidak bertanggung jawab atasnya dan mereka berhujjah bahwa takdir telah terjadi.
Akidah yang rusak semacam ini membawa dampak pada penolakan terhadap kemampuan
manusia untuk mengadakan perbaikan. Dan penyerahan total kepada syahwat dan hawa nafsunya
serta terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan karena menganggap bahwa semua itu telah
ditakdirkan oleh Allah atas mereka. Maka mereka menyenanginya dan rela terhadapnya. Karena
yakin bahwa segala yang telah ditakdirkan pada manusia akan menimpanya, maka tidak perlu
seseorang untuk melakukan usaha karena hal itu tidak mengubah takdir.
Keyakinan semacam ini telah menyebabkan mereka meninggalkan amal shalih dan melakukan
usaha yang dapat menyelamatkannya dari azab Allah, seperti shalat, puasa dan berdoa. Semua itu
menurut keyakinan mereka tidak ada gunanya karena segala apa yang ditakdirkan Allah akan
terjadi sehingga doa dan usaha tidak berguna baginya. Lalu mereka meninggalkan amar ma'ruf
dan tidak memperhatikan penegakan hukum. Karena kejahatan merupakan takdir yang pasti akan
terjadi. Sehingga mereka menerima begitu saja kedzaliman orang-orang dzalim dan kerusakan
yang dilakukan oleh perusak, karena apa yang dilakukan mereka telah ditakdirkan dan
dikehendaki oleh Allah.
Para ulama Ahlu Sunnah wal jamaah telah menyangkal anggapan orang-orang sesat itu dengan
pembatalan dan penolakan terhadap pendapat mereka. Menjelaskan bahwa keimanan kepada
takdir tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa manusia mempunyai keinginan dan pilihan
dalam perbuatannya serta kemampuannya untuk melaksanakannya. Hal ini ditunjukkan dengan
dalil-dalil baik syariat maupun akal.

Aliran Jabariyah ( Ilmu Kalam )

A. Asal-usul aliran Jabariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Didalam Al- Munjid, dijelaskan bahwa
nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti Memaksa dan mengharuskannya melakukan
sesuatu. Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam bahasa
inggris, Jabariyah disebut Fatalism atau Predisnation, yaitu Paham yang menyebutkan bahwa perbuatan
manusia ditentukan dari semula oleh Qada dan Qadar Tuhan.
Paham Al-Jabar pertama kali dikenalkan oleh Ja'd bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm Bin
Shafwan dari khurasa. Dalam sej arah teologi slam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan
aliran Jamhiyah dalam kalangan Murji'ah. a adalah sekertaris Suraih bin Al-haris dan selalu menemaninya
dalam gerakan melawan kekuasaan Bani umaiyah. Namun dalam perkembangannya, paham Al- Jabar juga
dikembangkan oleh tokoh lainya diantaranya Al- Husain bin Muhammad An-Najjar dan Ja'd bin Dirrar. Lebih
lanjut, Harun nasution menj elaskan bahwa dalam situasi demikian, Masyarakat Arab tidak melihat jalan untuk
merubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginannya sendiri.Akhirnya,mereka banyak bergantung
pada kehendak alam. Hal ini membawa mereka kepada sifatfatalism.
Sebenarnya benih-benih faham Al- Jabar sudah muncul j auh sebelum kedua tokoh diatas. Benih-benih
itu terlihat dalam peristiwa sej arah berikut:
a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sekarang sedang bertengkar dalam masalah takdir Tuhan. Nabi
melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut agar terhindar kekeliruan penafsiran tentang ayat-
ayat Tuhan mengenai takdir.
b. Khalifah Umar bin Khattab pernah menangkap seseorang yang ketahuan mencuri. Ketika di introgasi pencuri itu
berkata,"Tuhan telah menentukan aku mencuri." Mendengar ucapan itu, Umar marah sekali dan menganggap
orang tersebut telah berdusta kepada Tuhan.
c. Khalifah Ali bin Abi Thalib sesuai perang Shiffin ditanya oleh seorang tua tentang Qadar (ketentuan) Tuhan
dalam kaitannya dengan pahala dan siksa. Ada pahala dan siksa sebagai balasan amal perbuatan
manusia.Sekiranya Qada dan Qadar itu merupakan paksaan, batallah pahala dan siksa,gugur pulalah makna
janji dan ancaman Tuhan , serta tidak ada celaan allah atas pelaku dosa dan pujian-Nya bagi orang-orang yang
baik.
d. Pada pemerintahan Daulat Bani Umaiyah, pandangan tentang Al-Jabar semakin mencuat
kepermukaan.Abdullah bin Abas, melalui suratnya, memberikan reaksi keras kepada penduduk Syria yang
diduga berpaham Jabariyah.
Berkaitan dengan kemunculan Jabariyah, ada yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh
pengaruh pemikiran asing,yaitu pengaruh agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab
Yacobit.Namun,tanpa pengaruh asing itu,paham Al-Jabar akan muncul juga dikalangan umat slam.Didalam Al-
Qur'an sendiri terdapat ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham ini misalnya:

Artinya:
kalau Sekiranya Kami turunkan Malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan
mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan
beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS.Al-An'am [6]:111)

Artinya:
Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.(QS.Ash-Shaffat:96)
Ayat-ayat tersebut terkesan membawa seseorang pada alam pikiran Jabariyah. Mungkin ini yang
menyebabkan pola fikir Jabariyah masih tetap ada dikalangan umat slam hingga kini walaupun anjurannya telah
tiada.
Dalam perjalanan sej arahnya, slam pernah terkonstaminasi pemikiran dari luar slam tentang
memahami masalah taqdir.Sehingga muncul paham yang saling bertolak belakang yaitu paham Jabariyah dan
pahan Qadariyah.Paham Jabariyah muncul karena terpengaruh dengan pikiran dari aliran diterminismus dan
theoogis slam.Paham ini mula-mula timbul dikhurasan (persi) dengn pimpinannya yang pertama bernama Jahm
bin Shafwan dan karena itu muzhabnya disebut madzhab Jahamiyah. Mazhab ini banyak yakubiyah dalam
Agama Kristen.
Ternyata jahm bin Shaffwan mendirikan aliran Jabariyah ini belajar dari seorang Yahudi yang masuk
slam bernama Thalub A'Sham. Paham jabariyah berpendirian bahwa Allah saj a yang menentukan, menetapkan
dan memutuskan segala nasib hingga amal perbuatan manusia. Hanya Qudrat dan radat Allah yang
berlaku.Manusia diibaratkan sebagai kapas yang beterbangan mengikuti tiupan angin. Manusia tidak memiliki
kemampuan untuk memilih jalan kehidupannya.( Selain penggerak gerakan jabariyah, jahm juga seorang
pemimpin gerakan yang mengatakan ; bahwa Allah ta'ala itu tiada mempunyai sifat sifat. Menurut jahm, tuhan
hanya mempunyai zat saja. Walaupun terdapat ayat yang menyebutkan sifat-sifat Tuhan seperti sama',bashar,
kalam dan sebagainya yang harus di takwilkan. Mengartikan secara lahir saja, tentulah menagkibatkan
pengertian Allah serta makhluknya, keadaan denikian,mustahil disisi Allah ta'ala dengan makhluknya. Keadaan
demikian,mustahil disisi Allah ta'ala. Oleh karena itu wajiblah ditakwilkan memahamkannya.( Paham
Jabariyah melegetimasi pendiriannya dengan berpegang kepada ayat Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 96, yang

Berbunyi " Sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". Dalam
perkembangan sejarahnya , paham ini berkembang dan banyak diikuti oleh umat slam.
2.Para pemuka Jabariyah dan doktrin-doktrinnya

Menurut asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokan menjadi 2 bagian,Ekstrim dan Moderat.Doktrin
Jabariyah Ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang
timbul dari kemauannya sendiri,tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.
Diantara pemuka Jabariyah Ekstrim adalah berikut ini:
a. Jahm bin Shofwan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shafwan. a berasal dari khurasan ,bertempat tinggal di
Khuffa. a seorang Da' yang fasih dan lincah ( orator). a menj abat sebagai sekertaris haris bin Surais, seorang
Mawali yang menentang pemerintah Bani Umaiyah di Khurasan. a ditawan dan dibunuh secara politis tanpa ada
kaitannya dengan Agama.
Sebagi seorang penganut dan penyebar Paham jabariyah banyak usaha yang dilakukan jahm yang tersebar
keberbagai tempat,seperti ketirmidz dan balk.
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah SBB:
1) Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.a tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan
tidak mempunyai pilihan.
2) Surga dan neraka tidak dikekal. Tidak kekal selai Tuhan
3) man adalah ma'rifat atau membenarkan dalam hati.Dalam hal ini pendapatnya sama dengan konsep iman yang
diajukan kaum Murjiyah.
4) Kalam Tuhan adalah makhluk.Allah maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti
berbicara,mendengar,dan melihat.

Begitu pula Tuhan tidak dilihat dengan indra mata diakhirat kelak.
Dengan demikian dalam beberapa hal,pendapat Jahm hamper sama dengan Murji'ah, Mu'tazilah dan Asy'ariyah.
tulah sebabnya para pengkritik dan sejarah wan meyebabkan dengan Al-mu'tazilah, Al- Murji'ah dan Al- asy'ari.

b. Ja'd bin dirham
Al-ja'd adalah seorang Maulana bani Hakim, tiggal Di Damaskus. Dia dibesarkan didalam lingkungan orang
Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula dipercaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani
umaiyah, tetapi setelah tampak pikiran pikirannya yang controversial, bani Umaiyah menolaknya. Kemudian
Al-ja'd lari ke kufah dan disana ia bertemu dengan Jahm serta mentransper pikirannya kepada Jahm untuk
dikembangkan dan disebar luaskan.
Dokterin pokok Ja'd secara umum sama dengan pikiran Jahm. Al-Ghuraby menj elaska sbb:
1) Al- Quran itu adalah Mahkluk. Oleh karena itu, dia baru.Sesuatu yang baru itu tidak dapat di sefatkan kepada
Allah.
2) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahkluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar.
3) Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Berbeda dengan jabariyah Ekstrim, Jabariyah Moderat mengatakan bahwa tuhan memang menciptakan
perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik. Tetapi manusia mempunyai bagian
didalamnya. Tenaga yang diciptakan didalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatanya.
nilah yang dimaksud dengan Kasab (Acquisitin). (Menurut Paham kasab, manusia tidaklah Majbur ( Dipaksa
Oleh Tuhan), tidak seperti Wayang yang dikendalikan Oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan,
tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan.
Yang termasuk Tokoh Jabariyah Moderat adalah sbb:
1. An- Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An- Najjar ( Wafat 230 H ). Para pengikutnya disebut
An-Najariyah Al-hasainiyah.Diantara pendapat-pendapatnya adalah:
a) Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.tulah yang disebut khasab dalam teori Al-asy'ary. Dengan
demikian,Manusia dalam pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya tergantung pada
dalang,sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuata-
perbuatannya.
b) Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat . akan tetapi, An-Najjar menyatakan bahwa tuhan dapat saja memindahkan
potensi hati ( Ma'rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat Tuhan.
2. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar Bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan
husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang.Secara
tegas,Dhirar mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artunya
perbuatan manusia,tidak hanya dilakukan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.
Mengenai Ru'yat Tuhan diakhirat, Dirar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat diakhirat melalui
indra ke enam.a juga berpendapat bahwa Hujjah yang dapat diterima oleh Nabi adalah jtihad . Hadis ahad tidak
dapat dijadikan sumber dalam menetapkan Hukum.
KesimpuIan
Nama jabariyah berasal dari Jabara yang mengandung arti memaksa .Aliran jabariyah adalah suatu
gerakan yang menentang kadariyah. Pembangunya adalah Jahm bin Shafwan kadang-kadang jabariyah ini juga
dinamakan jahmiah. Paham utamanya adalah bahwa manusia dalam keadaan terpaksa, tidak bebas dan tidak
mempunyai kekuasaan sedikitpun untuk bertindak dalam keadaan terpaksa,tidak bebas dalam mengerjakan
sesuatu.Allah lah yang menentukan sesuatu itu kepada seseorang, apa yang akan dikerjakannya, yang
dikehendaki oleh manusia ataupun tidak.Jadi Allah yang memperbuat segala pekerjaan manusia.dalam istilah ini
paham ini disebut fatalism atau predestination.Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan oleh semua Qada
dan Qadar Tuhan

Anda mungkin juga menyukai