Anda di halaman 1dari 3

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Ikhwan dan Akhwat sekalian yang dimuliakan Allah, dalam seri-seri satu dan dua telah
disampaikan bahwa tujuan hidup manusia adalah beribadat kepada Allah dan tugas manusia
adalah menjadi khalifah di muka bumi. Dikutuk oleh Allah Yang Maha Kuasa karena
ketidaksetujuan dan pembangkangannya terhadap keputusan Allah tentang ke halifahan manusia
ini, syaithan bersumpah akan menyesatkan manusia dengan jalan mengotori hati manusia
sehingga hati itu tidak lagi dapat menerima dan memancarkan nur Illahi, dan manusia pun
menjadi dzalim serta kelak akan menjadi penghuni neraka jahannam bersama syaithan. Dalam
seri ketiga ini, Insya Allah akan dibahas cara-cara membersihkan hati yang kotor itu,
khususnya metode DZIKRULLAH, sehingga Insya Allah hati tersebut dapat bersih kembali.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.

3. Dzikir Membersihkan Hati " Qolbu "

Membersihkan hati dan menolak kehendak hawa nafsu yang keji itu fardlu 'ain
hukumnya. Akan tetapi, membersihkan hati itu sangat sukar karena penyakit hati (illat-illat) itu
tidak terlihat oleh mata tetapi dapat ditangkap dengan hati.
Untuk menandingi illat-illat tersebut harus ada Nur yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indera tetapi tertangkap oleh hati.
Dengan Nur tersebut keluarlah manusia dari gelap gulita ke terang benderang dengan izin
Tuhannya.

Cara kaum Sufi membuang penyakit hati tersebut adalah dengan riyadhah atau latihan-
latihan yang antara lain meliputi bertaubat, membersihkan tauhid, taqarrub kepada Allah,
mengikuti sunnah Nabi, memperbanyak ibadah, qiyamul lail, tidak memakan/meminum
makanan/minuman yang haram, tidak menghadiri tempat yang menambah nyala api hawa nafsu,
tidak melihat pemandangan yang haram, menahan diri dari ajakan syahwat, dll.

Disamping itu, kaum Sufi melakukan riyadhah atau latihan khusus dengan metode yang
disebut DZIKRULLAH, berdzikir dengan menyebut nama Allah. Landasan kaum Sufi dalam
menggunakan metode ini adalah firman-firman Allah SWT dalam al-Qur'an seperti:

" Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu; dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat-ni'mat) Ku. " (al-Baqarah 152).

" Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang", "Adapun orang
laki-laki yang banyak berdzikrullah, demikian juga orang-orang wanita, disediakan Allah baginya
ampunan dan pahala yang besar ". (al-Ahzab 35),
" (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah.
Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang " (ar-Ra'd 28).

Landasan lain yang digunakan kaum Sufi adalah:

Sabda-sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

" Bahwasanya hati itu kotor seperti besi yang berkarat dan pembersihnya adalah dzikrullah",

" Bagi setiap sesuatu ada alat pembersihnya, dan alat pembersih hati adalah "DZIKRULLAH",
"Jauhkanlah syaithanmu itu dengan ucapan 'LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMADUR
RASULULLAH', karena syaithan itu kesakitan dengan ucapan kalimat tersebut, sebagaimana
kesakitan unta salah seorang kamu sebab banyaknya penunggang dan banjirnya muatan
diatasnya", "Dzikir kepada Allah SWT, jadi benteng dari godaan syaithan", dan "Allah berfirman
'LAA ILAAHA ILLALLAH adalah bentengKu. Barang siapa mengucapkannya, masuklah ia kedalam
bentengKu. Dan barang siapa masuk ke dalam bentengku, maka amanlah ia daripada azabKu.
(Hadist Qudsi)."

Pengertian umum dzikir adalah mengingat Allah; dengan demikian, setiap ibadah (baik
yang fardlu maupun sunnat) seperti sholat, zakat, puasa, haji, baca Qur'an, da'wah, belajar,
berusaha, dll yang dilakukan semata atas nama Allah atau dengan mengingat Allah adalah dzikir.
Akan tetapi disamping melaksanakan hal-hal tersebut, kaum Sufi melaksanakan thariqat-dzikir
secara khusus yang merupakan cara pembersihan ruh pada sisi Allah (hati) secara Sufi, yaitu
dengan menyebut LAILAA HA ILLALLAH atau ALLAH baik sendiri-sendiri maupun berjamaah
dengan "cara tertentu."

Para guru Sufi mengajar murid-muridnya mula-mula cara :


berdzikir dengan lidah (dzikir zahar, dzikir dengan suara keras ),
kemudian meningkat secara teratur
kedzikir hati (dzikir khofi, dzikir yang tidak bersuara karena didalam hati )
yang awalnya disengajakan kemudian menjadi kebiasaan, lantas meningkat lagi ke
dzikir sirri ( dzikir di dalam hatinya hati ).
Hamba Allah yang sudah mampu berdzikir sirri ini tidak akan pernah terputus dzikirnya
meskipun ia terlupa berdzikir.
Sementara itu, sang guru pun membantu muridnya yang sedang dalam keadaan salik untuk
menundukkan dan mengalahkan hawa nafsunya.

Ulama-ulama Sufi berkata:


"Apabila murid-murid mengucapkan dzikir LAA ILAAHA ILLALLAH dengan memusatkan
perhatiannya secara bulat kepadaNya, maka terbuka segala tingkat ajaran thariqat dengan
cepat, yang kadang-kadang terasa dalam tempo satu jam, yang tidak dapat dihasilkan dengan
ucapan kalimat lain dalam tempo satu bulan atau lebih.
Dengan berdzikir yang dilakukan secara khussu' dengan bimbingan guru Sufi yang
mursyid, murid dapat membersihkan cermin hatinya dari sifat-sifat yang rendah secara dikit
demi sedikit.
Dalam masa itu, menyesallah sang murid atas dosa-dosa yang dilakukannya sehingga ia
mencucurkan air mata dan berkehendak memperbaiki tingkah lakunya. Ia tidak rela untuk
berada lagi dalam kelupaan dan kemaksiatan dengan mengikuti hawa nafsunya. Ia bertobat dan
minta ampun dan mengikuti petunjuk Tuhannya. Maka cermin hatinyapun mulai dapat menerima
dan memancarkan Nur Illahi yang kemudian merasuk keseluruh tubuhnya dan mempengaruhi
segala ucapan, tingkah laku, dan perbuatannya dengan segala keutamaan.

[bersambung]

Anda mungkin juga menyukai