Anda di halaman 1dari 11

MENYATUKAN DAKWAH DALAM MENYATUKAN NKRI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dakwah dan Resolusi Konflik

Dosen Pengampu : Dr. H. Udin, M.Ag.

Disusun oleh:

Maulana Abdul Aziz A (210405027)

MAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021
PENDAHULUAN

Menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI adalah merupakan sebuah kewajiban


bagi setiap rakyat Indonesia. Dakwah atau informasi sebagai salah satu sarana yang
dapat menentukan bagaimana pola piker dan alur pikir setiap orang yang
mendengarkannya. Untuk itu dalam mewujudkan tujuan dakwah yang menyatukan,
para dai perlu mengetahui objek dakwah ataupun mad’unya, supaya apa yang
disampaikan dapat diterima dengan baik dan dapat diamalkan sesuai dengan
tujuannya.

Pluralisme adalah sebuah realitas social dengan bermacam keberagaman


yang hidup dalam kebersamaan. Djaelani (1995) menyatakan bahwa negara adalah
gabungan dari bagian-bagian yang terdiri atas individu, keluarga, kampung.
Individu tidak mungkin hidup dalam kesendirian, karena secara fitrah, manusia
membutuhkan teman untuk saling memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesatuan
tersebut membentuk keluarga dan bila digabungkan keluarga yang satu dengan
keluarga yang lain terciptalah sebuah kampung yang membentuk Negara. 1

Perbincangan mengenai pluralisme berupa hubungan antar berbagai macam


suku, ras, etnis agama yang berbeda sudah menjadi perbincangan yang utama lebih
lebih tentang pluralisme agama di Indonesia. Secara sosiologis, pluralisme agama
adalah suatu kenyataan bahwa kita adalah berbeda beda, beragam dan plural
dalam hal beragama. Ini adalah kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan
tidak dapat dipungkiri lagi.

Hidup dikalangan masyarakat yang majmuk tentunya memiliki pantangan


sekaligus tantangan berupa konflik yang harus dihadapi. konflik yang terjadi di kalangan
masyarakat majmuk ini tidak terlepas dari kurangnya pemahaman rentang pluralisme,
dengan demikian sikap ekskusivisme justru sering muncul di permukaan, ajaran yang
benar adalah ajaran yang dipeluknya, di tuduh sesat yang lainnya, sehingga
pemeluknya wajib ditobatkan dan dikikis, karena dalam pandangan mereka orang yang
tidak sependapat dan tidak mengikuti mereka diakatakan sesat dan terkutuk. Cendrung

1
jurnal Riset dan Konseptual Volume 6 Nomor 2, Mei 2021
memonopoli klaim kebenaran (truth claim) seperti inilah yang sering menyebabkan
konflik di dalam masyarakat.

Truth claim ini juga yang menyebabkan timbulnya berbagai kelompok paham
paham radikal yang dapat mengancam ketenangan dalam masyarakat, bahkan
mengancam keutuhan dan kesatuan Negara. Paham radikalisme telah mulai
mengahantui bangsa dan Negara Indonesia. Paham radikalisme ini menjadi sangat
berbahaya karena dapat mengganggu keutuhan kesatuan Negara Indonesia.

Seperti halnya paham radikalisme yang dianut wahabi. Madawi Rasheed


menyebutkan karakter dari pemikiran Wahabisebagai sebuah paham yang otoriter,
sama seperti negara yang menyokongnya. Disebut otoriter karena aliran Wahabi
menganggap ajarannya yang paling murni dan paling Islam sementara yang lain
disebut sebagai ahli bid`ah atau orang-orang yang menyelewengkan agama. Rasheed
menyebutkan, “Official Wahabiyya is religiously dogmatic, socially conservative and
politically acquiescent” (inti dari ajaran Wahabiadalah dogmatis, konservatif,dan pasif
secara politik).2

Dalam konstelasi politik Indonesia, masalah radikalisme Islam makin besar


karena pendukungnya juga makin meningkat. Akan tetapi gerakan-gerakan ini lambat
laun berbeda tujuan, serta tidak mempunyai pola yang seragam. Ada yang sekedar
memperjuangkan implementasi syari’at Islam tanpa keharusan mendirikan “Negara
Islam”, namun ada pula yang memperjuangkan berdirinya Negara Islam Indonesia, di
samping yang memperjuangkan berdirinya “kekhalifahan Islam’, pola organisasinya pun
beragam, mulai dari gerakan moral ideologi seperti Majelis Mujahidin Indonesia dan
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sampai kepada gaya militer seperti Laskar Jihad, dan
FPI.3

Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang
menginginkan perubahan dan pembahran system social dan politik secara drastic
menggunakan cara cara kasar. Hal ini mengacu kepada pondasi agama yang masih

2
The Journal Of Islamic Studies And International Relations. Volume 1, Agustus,2016; ISSN 2528-3472:
15-30
3
Endang Turmudi (ed), Islam dan Radikalisme di Indonesia, (Jakarta :LIPI Press, 2005), h. 5
dangkal dengan fanatisma agama yang sangat tinggi. sehingga tidak jarang penganut
dari paham / aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa.

PEMBAHASAN

MENYATUKAN DAKWAH DENGAN MENYATUKAN NKRI

Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa Arab ‫دع>وة‬-‫ ي>دعو‬-‫ دعا‬yang
berarti menyeru, memanggil, mengajak, mengundang. 4 Dakwah secara umum diartikan
dengan kegiatan mengajak atau menyeru dalam kebaikan. Di dalam alquran sendiri
terdapat beberapa makna terkait dengan kata dakwah diataranya dalam surah Ali Imron
Yat 104 yang berbunyi:
ٰۤ ُ
104 ‫ك ُه ُم ْال ُم ْفلِح ُْو َن‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ َو ْل َت ُكنْ ِّم ْن ُك ْم اُم ٌَّة ي َّْدع ُْو َن ِالَى ْال َخي ِْر َو َيْأ ُمر ُْو َن ِب ْال َمعْ ر ُْوفِ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬.

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.

Dalam ayat ini jelas menerangkan bahwa kata dakwah bermakna menyeru
kepada kebajikan, baik melalui lisan ataupun dengan perbuatan. Ayat ini juga sebagai
dalil wajibnya berdakwah. Adapun pengertian dakwah secara terminologis
sebagaimana di kemukakan oleh para ahli antara lain:

1. Menurut Syaikh Ali Mahfudh


Dakwah adalah Mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan petunjuk,
menyuruh mereka berbuat makruf dan melarang mereka dari perbuatan
mungkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 5
2. Syaikh Adam Abdullah al aluri
Dakwah adalah mengarahkan pandangan dan akal manusia kepada
kepercayaan yang berguna dan kebaikan yang bermanfaat. Dakwah juga
4
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-
Qur’an, 1973). Hal.127.
5
Muhammad Qaruddin Abdullah, Pengantar Ilmu Dakwah, CV Penerbit Qiara Media, 2019. Hal.3.
mengajak (orang) untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan yang hampir
menjatuhkannya atau dari kemaksiatan yang selalu mengelilinginya.
3. HSM Nasaruddin Latif
Dakwah adalah setiap usaha atau aktifitas dengan lisan, tulisan, dan lainnya
yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia untuk beriman menaati
Allah SWT sesuai dengan garis garis akidah dan syariaat serta akhlak islamiah.

Selain itu dalam musyawarah kerja nasional –I PTDI di Jakarta tahun 1968 juga
merumuskan bahwa dakwah adalah mengajak atau menyeru untuk melakukan
kebajikan dan mencegah kemungkaran, mengubah ummat dari satu situasi kepada
situasi yang lain yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasi ajaran islam dalam
kehidupan sehari hari bagi seorang pribadi, keluarga, kelompok atau massa, serta bagi
kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka
pembangunan bangsa dan ummat islam.6

Berdasarkan beberapa definisi tersebut bahwa dakwah selalu dimaknai dengan


kata kata seruan, anjuran, ajakan, ataupun panggilan untuk berbuat baik. Ini
menunjukan bahwa dakwah itu bersifat persuasif, bukan refresif. Dakwah itu dengan
infomatif bukan manipulatif. Maka bukanlah termasuk dakwah jika ada tindakan yang
memaksakan seseorang untuk memilih antara hidup sebagai muslim atau mati
terbunuh. Bukanlah termasuk dakwah orang yang mengajak kepada islam namun
dengan cara merusak, karena itu jauh menyimpang dari ajaran islam yang
sesungguhnya yaitu islam yang rahmatan lilalamin.

1. Metode dakwah yang pluralis.


Indonesia adalah Negara yang pluralis maka menghadapi mad’u yang
beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para da’i
memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para
mad’u dengan tepat. Oleh karena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti
dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide

6
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana. 2004. Hal.11.
yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan
kalbunya,7
Sebagai dai yang baik harus memahami mad’u sebagai objek sasaran
dakwahnya dari berbagai segi karena tanpa kita mengenal objek dakwah, akan
menyulitkan pesan itu tersampaikan dengan baik dan tepat.
Mengambil contoh dakwah para sabahat nabi dan umat Islam dari masa
ke masa menerapkan prinsip dan nilai Ilahi dalam menciptakan kehidupan yang
damai di tengah-tengah masyarakat yang berbeda agama, budaya, ras suku dan
bangsa. Prinsip hubungan muslim dengan orang lain dijelaskan Allah swt. dalam
al-Qur’an dan melalui utusanNya nabi Muhammad saw. di mana harus terjalin
atas dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan
kemanusiaan (al-ikhwah al-insaniyah). Nilai-nilai Qur’ani inilah yang
direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan
yang berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan
budaya.

Allah swt berfirman dalam surah al-hujurat ayat 13:

‫ارفُ ْوا ۚ اِنَّ اَ ْك َر َم ُك ْم عِ ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِنَّ هّٰللا َ َعلِيْم َخ ِب ْي ٌر‬ ُ ‫ٌ ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّنا َخلَ ْق ٰن ُك ْم مِّنْ َذ َك ٍر َّوا ُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم‬
َ ‫شع ُْوبًا َّو َق َب ۤا ِٕى َل لِ َت َع‬

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti. (Q.S. Al-Hujurat 49: 13).

Firman Allah dalam ayat ini jelas menyatakan bahwa diciptakannya


manusia bersuku suku dan berbangsa bangsa adalah untuk kita saling
mengenal, melangkapi setiap kekurang satu dengan yang lain, bukan justru
saling mengejek dan menjelekan. Tertera dalam alquran surah alhujurat ayat 11
juga menyatakan “Janganlah satu qaum (kumpulan lelaki) mengejek qaum
(kumpulan lelaki) yang lain. Jangan pula (kumpulan perempuan) mengejek

7
Munir, M. dkk., Metode Dakwah, Edisi I, Jakarta: Kencana, 2003. Hal. 11-12.
(kumpulan) perempuan yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diejek) lebih
baik daripada mereka (yang mengejek)”.

Di tengah merebaknya sektarianisme, maka sudah seharusnya


masyarakat dibekali dengan penguatan toleransi pemahaman yang utuh
mengenai keragaman entitas bangsa yang terdiri dari beragam agama, budaya,
dan suku. Bukannya menunggalkan, tapi malah memberikan pengertian bahwa
di dalam keragaman ini, toleransi dan dialog menjadi semangat yang senantiasa
dikedepankan.
2. Dakwah wasatiyah

Wasatiyah secara literature terambil dari kata wasat yang berarti


pertengahan atau pada posisi pertengahan. 8 Ibnu faris al-Shabi menyatakan
bahwa wasat berarti keadilan dan pertengahan sesuatu. Wasat berarti yang
terbaik, yang adil dan lainnya. Dan dengan mengutip dari al-Tabari, beliau
mengatakan bahwa wasat berarti al-‘adl dan di kesempatan lain Wasat
dinyatakan sebagai yang terbaik.9

Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Wawasan Al-
Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat menjelaskan bahwa
ummatan wasathan bermakna ummat pertengahan, yaitu ummat yang tidak larut
dalam spritualisme tetapi juga tidak larut dalam alam matearialisme. 10
Merealisasikan sikap wasatiyah ini ialah dengan akidah dan toleransi, sebab ciri
dari pada islam wasatiyah itu ialah bersikap realistis antara idealis dan
kenyataan. Artinya bahwa dalam menjalani hidup ditengah masyarakat yang
plural seperti ini, seyogyanya para penda’I berdakwah sebagaimana konsep
dakwah yang wasatiyah, menyeimbangkan antara hablu minallah dan hablu
minannasnya.

8
Munawir, Ahmad Warson. Kamus alMunawir Arab Indonesia Terlengkap. Yogyakarta: Yayasan Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak. 1984.
9
Islamic Management and Empowerment Journal (IMEJ) Volume 1, Number 1, June 2019 79 Lembaga
Dakwah dan Wasatiyah: Sebuah Tela’ah Perspektif Manajemen Dakwah di Kota SalatigaVolume 1,
Number 1, June 2019. p. 79-10
10
Quraish Shiahab, WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: mizan, 1996)
hal. 375
Kata al-wasaṭ berarti yang paling sempurna dan paling baik.
Sebagaimana juga disebutkan dalam hadits Nabi, situasi terbaik adalah yang
tengah. Hal Ini berarti bahwa ketika berhadapan dengan Masalah dalam hidup
yang perlu kita ungkapkan Adil dan masuk akal. Islam moderat mencoba
mengeksploitasi Pendekatan kompromi dan di tengah Tidak ekstrim kanan atau
ekstrim kiri saat memecahkan masalah perbedaan. Baik itu perbedaan sektarian
atau perbedaan agama. Islam moderat mengutamakan sikap gotong royong
Menghargai perbedaan dan toleransi antar umat beragama serta kelompok
agama internal tanpa partisipasi Aksi anarkis.

Adanya perbedaan mazhab maupun agama tidak menghalangi manusia


untuk saling bekerja sama, saling melengkapi satu sama lain sesuai dengan sifat
manusia yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Percaya pada islam Yang paling
benar, bukan berarti ingin mendiskreditkan agama lain. Solidaritas antar umat
beragama perlu dipertahankan sebagaimana Rasulullah saw membangun kota
Yatsrib. agama moderat harus menunjukkan toleransi beragama dan
Keterbukaan terhadap keragaman (inclusiveness).

Konsep Islam wastiyah ini juga menjadi solusi yang harus dikedepankan
untuk menjauhkan kaum milenial dari radikalisme dan ekstremisme. Islam
wasathiyah merupakan bagian dari moderasi Islam yang bisa menajdi vaksin
Radikalisme di Indonesia. Islam Wasathiyah sejatinya merupakan ajaran ulama
nusantara yang dianut dan diamalkan oleh umat Islam di nusantara selama ini.
Namun setelah terjadinya revolusi teknologi informasi, di mana semua paham
keagamaan dapat diakses dengan mudah dan bebas oleh masyarakat, maka
mulailah ajaran keagamaan yang pada mulanya tidak dikenal di Indonesia dan
berkembang di negara lain, mulai masuk dan diajarkan di Indonesia. Termasuk
ajaran keagamaan yang radikal yang dapat membuat pemeluknya melakukan
tindakan teror. Sebab itu merupakan hal yang sangat penting untuk
mengembalikan umat Islam kepada ajaran ulama nusantara. Yaitu dengan
mengembalikan pemahaman Islam wasathiyah.

3. Meneguhkan wawasan kebangsaan


"Kebangsaan" terbentuk dari kata "bangsa" yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diartikan sebagai "kesatuan orang-orang yang bersamaan
asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendõri."
Sedangkan kebangsaan diartikan sebagai "ciri-ciri yang menandai golongan
bangsa."11

Wawasan kebangsaan merupakan salah satu pengetahuan penting bagi


warga negara Indonesia. Melalui wawasan ini, warga negara akan memiliki rasa
bela negara dan cinta tanah air. Wawasan kebangsaan adalah bagian dari
pemahaman berwarga negara. Konsep wawasan kebangsaan merupakan
bagian yang sangat fundamental dari bangsa Indonesia. Wawasan Kebangsaan
adalah sebuah konsep yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa
lain di dunia. Tujuan utama Wawasan kebangsaan adalah membangun dan
mengembangkan persatuan dan kesatuan.

Meneguhkan wawasan kebangsaan ini juga adalah sebagai materi yang


sangat perlu untuk disampaikan oleh para pendakwah guna tercapainya bangsa
yang utuh dan bersatu. Lebih lebih di dalam masyarakat yang pluralis tetunya
memiliki berbagai macam pemikiran. Namun terkadang dengan perkembangan
zaman yang begitu pesat saat ini, banyak muncul inisiatif inisiatif masyarakat
yang tidak terontrol melahirkan eskalasi komunalisme dan sektarianisme yang
tampaknya tidak berbanding lurus dengan pemahaman wawasan kebangsaan.
Maka untuk mencegah hal semacam itu perlu menanamkan nilai nilai
kebangsaan itu dari sejak dini, karena Menguatnya komunalisme dan
sektarianisme Resesi yang mempengaruhi wawasan kebangsaan Dengan
munculnya apa yang disebut nasionalisme etnisitas.

Diantara konsep atau nilai yang perlu seorang dai sampaikan dalam
berdakwah guna meneguhkan wawasan kebangsaan ialah dengan:

1. Cinta tanah air

11
Quraish Shiahab, WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: mizan, 1996)
hal. 328.
Menjelaskan tentang pentingnya mencintai tanah air adalah
sebagai menjadi suatu hal yang sangat perlu karena dengan itu akan
menumbuhkan kesadaran dalam membela Negara. Meskipun pada
dasarnya cinta tanah air itu bersifat alamiah namun perlu untuk kita
jelaskan bagaimana seharusnya mencintai tanah air itu dengan baik.
Islam sebagai agama yang sempurna mengatur segala bentuk
pranata kehidupan begitupun terhadap fitrah manusia dalam mencintai
tanah airnya, supaya menjadi manusia yang bisa berperan secara
maksimal dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara,
serta memiliki keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.
Mewujudkan masyarakat yang cinta tanah air dapat dilakukan
dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya mengetahui
sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada,
menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap yang harus
kita miliki sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan
dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanaan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
Hal ini dapat kita mewujudkan dengan cara mencegah perkelahian
antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3. Pancasila.
Pancasila sebagai ideologis warisan perjuangan heroik telah
mencapai hasil yang luar biasa, Pancasila tidak hanya teoritis dan
normatif, tetapi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa
Pancasila adalah alat pemersatu Keanekaragaman Indonesia, dengan
banyak budaya, agama, ras, dll. Nilai-nilai Pancasila sebgai pematah
segala bentuk acaman, tantangan dan hambatan.
Ideologi Pancasila sebagai dasar negara, falsafah atau pandangan
hidup bangsa Indonesia yang telah digagas para pendiri bangsa sudah
final dan tidak perlu diperdebatkan atau dipertentangkan lagi dengan
agama.
Maka oleh sebab itu, seorang dai atau ulama selain menyampaikan
pesan Islam rahmatan lil alamin kepada umat, juga harus bisa menjadi
agen dalam membumikan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dengan berwawasan kebangsaan dalam
menyampaikan dakwah kepada masyarakat.
4. Kesediaan berkorban untuk bangsa dan negara.
Tentu saja dalam bentuk bela negara, kita harus rela berkorban
untuk bangsa dan negara. Rela berkorban merupakan sikap yang
harus ditanamkan dalam pribadi seseorang agar tercipta kedamaian di
lingkungan sekitar. Untuk menerapkan sikap rela berkorban ini,
sebagak seorang da’I juga harus mendakwahkan tentang pentingnya
memiliki jiwa patriotisme yang tinggi.

Muhammad Makmun Rasyid. “Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektif KH. Hasyim Muzadi”.
Epistemé, Vol. 11, No. 1, Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai