Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebinekaan atau keragaman adalah bagian yang melekat dengan

kehidupan bangsa Indonesia, oleh karena itu bangsa dengan jumlah penduduk

lebih dari 245 juta jiwa ini terdiri dari atau dibangun dengan berbagai latar

belakang etnik, agama, kebudayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Dan karena

itupula bangsa ini mengikat diri dengan satu semboyan bineka tunggal ika, yang

artinya keragaman dalam satu ikatan.

Namun, apa yang terjadi dewasa ini cenderung mengarah pada hal yang

sebaliknya, pertentangan, permusuhan yang berlatar belakang agama, suku,

golongan, politik dan sebagainya telah melanda sebagian besar wilayah bangsa

Indonesia dengan segala konsekuensi dan implikasinya berupa kerugian harta

benda, yang tidak sedikit jumlahnya dan bahkan jiwa anak-anak manusia yang

tidak bersalah. Pada saat yang sama, agama yang diharapkan membawa misi

rahmat li al-alamin belum mampu menunjukkan peran strategisnya yang

signifikan dalam menciptakan haromoni sosial yang manusiawi. Hal ini sangat

boleh jadi karena paham keagamaan masyarakat telah terkontaminasi oleh limbah

kepentingan dengan aroma politik, ekonomi, budaya yang sangat menyengat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan dakwah ?

2. Apa yang dimaksud dengan Multikulturalisme ?

3. Bagaimana dakwah yang berbasis multikulturalisme ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah

Menurut bahasa, dakwah berasal dari kata da'a yang artinya

memanggil, mengundang, ajakan, imbauan dan hidangan. Dalam Al

Quran, kata dakwah ini memiliki makna hampir sama dengan tabligh,

nasihat, tarbiyah, tabsyir, dan tanzdir. Namun jika dikaji lebih mendalam,

kata-kata tersebut memiliki makna dan penggunaan yang berbeda. Abdul

Wahid dalam bukunya Gagasan Dakwah mengatakan, secara etimologi

dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata da'a-yad'u-da'watan. Kata

tersebut memiliki kesamaan makna denganan Nida' yang artinya

memanggil, mengajak, menyeru.

Ulama tafsir Quraish Shihab mendefinisikan dakwah sebagai

seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi menjadi

lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik atau manuver yang

dipergunakan dalam aktifitas dakwah.6Awal penggunaan kata strategi

dipergunakan dalam dunia militer. Lebih lanjut, Asmuni menambahkan,

strategi dakwah yang dipergunakan dalam usaha dakwah harus

memperhatikan beberapa hal, antara lain: 1) Azas filosofi, yaitu azas yang

membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang hendak

dicapai dalam proses dakwah. 2) Azas psikologi yaitu azas yang terkait

dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu juga


sasaran serta objek dakwah yang memiliki karakter kejiwaan yang unik.3)

Azas sosiologi, yaitu azas yang membahas masalah yang terkait dengan

situasi dan kondisi sasaran dakwah (Ulfah,2015).

B. Pengertian Multikulturalisme
Multikultural adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

pandangan seseorang tentang berbagai kehidupan di bumi, atau kebijakan

yang menekankan penerimaan keragaman budaya, dan berbagai budaya nilai-

nilai (multikultural) masyarakat, sistem, budaya, adat istiadat, dan politik yang

mereka pegang.

Adapun pengertian multilulturalisme menurut para ahli adalah sebagai

berikut:

Azyumardi Azra (2007)

Multikulturalisme adalah pandangan hidup yang mengedepankan

kebersamaan atas asas berbedaan, baik perbedaan agama, politik, sampai

dengan perbedaan suku bangsa.

Parekh (1997)

Pengertian multikulturalisme adalah kesepakatan yang diabagun

atas dasar perbedaan, baik secara komunitas budaya, sejarah, kebiasaan,

serta adat,

Lawrence Blum
Multikulturalisme adalah pemahaman atas suatu idiologi yang

menerima perbedaan dengan dasar kesedaran, baik secara individual

ataupun kelompok.

Rifai Harahap (dalam M. Atho’ Muzhar, 2007)

Multikulturalisme adalah gagasan yang dibagun atas dasar cara

pandang mengenai perbedaan dan mengeutamakan kebersamaan.

C. Dakwah Berbasis Multikulturalisme

Jika ditilik dari segi bahasa (etimologi), maka dakwah dapat berarti

memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong ataupun

memohon. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan bentuk

mashdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan, yang berarti memanggil,

menyeru, atau mengajak.1 Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan

dalam bentuk fi’il maupun mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-

Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang

disertai dengan risiko masing-masing pilihan. Dalam Al-Qur’an, dakwah

dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti

mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau

kejahatan.

Di samping itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan istilah

dakwah dalam konteks yang berbeda.2 Sedangkan secara istilah, para ahli

memiliki tafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka

di dalam memberikan pengertian dakwah. Berikut ini dikutip beberapa

pendapat, di antaranya: 1. Ibnu Taimiyah; Dakwah merupakan suatu

proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya
dan menaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar

dalam menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya. 3 2. Syekh Ali

Mahfudz; Dakwah adalah mengajak manusia kepada kebaikan dan

petunjuk, dan menyeru berbuat baik dan mencegah berbuat munkar untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.4 3. Muhammad

Natsir; Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan

kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam

tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang

meliputi al-amar bi ma’ruf an-nahyu an al-munkar dengan berbagai

macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing

pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan

bernegara.

Dari beberapa definisi di atas, terdapat tiga gagasan pokok

berkenaan dengan hakikat dakwah Islam yaitu: Pertama, dakwah

merupakan bentuk proses kegiatan mengajak kepada jalan Allah. Aktivitas

mengajak tersebut bisa berbentuk tabligh (menyampaikan), taghyir

(perubahan, internalisasi dan pengembangan), dan uswah (keteladanan).

Kedua, dakwah merupakan proses persuasi (memengaruhi). Berbeda

dengan hakikat yang pertama, memengaruhi tidak hanya sekedar

mengajak, melainkan membujuk agar objek yang dipengaruhi itu mau ikut

dengan orang yang memengaruhi. Dalam hal ini, dakwah tidak diartikan

sebagai proses memaksa, karena bertentangan dengan ajaran Al-Qu’an

“Tidak ada paksaan dalam beragama” (QS. Al-Baqarah 2: 256).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan mengetahui hakikat dakwah, maka dapat

dirumuskan pengertian dakwah Islam yakni proses mengajak dan

memengaruhi orang menuju jalan Allah yang dilakukan oleh umat

Islam secara sistemik. Dari pengertian tersebut, jelas menunjukkan

bahwa kegiatan dakwah membutuhkan pengorganisasian yang

sistemik dan modern serta dapat dikembangkan melalui kajian

epistemologinya baik menyangkut strategi, prinsip dasar, metode,

standar keberhasilan, dan evaluasi pelaksanaannya.

Sementara multikultural, secara sederhana dapat dikatakan

sebagai pengakuan atas adanya pluralitas budaya. Multikultural


yang menjadi paham multikulturalisme pada hakikatnya mengakui

akan martabat manusia yang hidup di dalam komunitasnya dengan

kebudayaannya masing-masing yang spesifik. Dengan demikian,

setiap individu merasa dihargai dan sejalan dengan itu pula merasa

bertanggung jawab untuk hidup bersama di dalam komunitasnya.

Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui

(needs for recognition) merupakan akar dari ketimpangan-

ketimpangan dalam berbagai bidang kehidupan.

B. Saran

Proses dalam melakukan dakwah penuh dibumbui dengan suka

dan duka, belajar dari cara Rasulullah. SAW dalam melakukan

dakwah tak kenal menyerah walaupun selalu dicaci maki

bahakan di lemparkan batu dan dilontarkan kata-kata yang

kasar namun beliau tetap sabar dan semangat dalam

menjalankan dakwahnya. Oleh karena itu kita sebagai umat

Rasulullah.SAW harus semangat dalam menjalankan tugas kita

sebagai kaum muslim, tak perlu berdakwah jika pengethuan

kita sedikit namun dengan menyampaikan sedikit kebenaran

kepada saudara, teman bahakan sanak keluarga itu sudah baik

dan bisa bernilai pahala. Semoga kita selalu didalam bimbingan

sang maha pemilik semesta Allah.SWT.


DAFTAR PUSTAKA

Alifudin Muhammad, (2015). Dakwah berbasis tokoh agama


dalam membangun harmoni antar iman di Kendari.
Jurnal Dakwah. Vol XVI, No.1.

Ulfah Maria Novi (2015). Strategi manajemen dakwah


lembaga dakwah islam Indonesia (LDII) kecamatan
tugu kota Semarang. Jurnal Dakwah. Vol 35. No.2.

www.detik.com
www.Gurupendidikan.co.id
www.indonesiaStudents.com

Anda mungkin juga menyukai