Anda di halaman 1dari 15

URGENSI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN PENDEKATAN

DAKWAH PADA MASYARAKAT KOTA DAN DESA

TUGAS 1
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta

Dosen Pengampu
Ira Wahyudi, S.SOS., M.I.Kom

Disusun Oleh :
Sri Utami (10020219004)
Intan Nabila Putri Pamungkas (10020219005)
Kiky Fatmawati (10020219006)
Amalia Husna (10020219010)

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022-2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Dakwah ............................................................................................................. 3
B. Urgensi Dakwah dalam Kehidupan Sosial ......................................................................... 4
C. Pendekatan Dakwah Pada Masyarakat Kota ...................................................................... 6
D. Pendekatan Dakwah Pada Masyarakat Desa ...................................................................... 8
BAB III.................................................................................................................................... 12
PENUTUP............................................................................................................................... 12
A. Simpulan ........................................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah merupakan seruan atau panggilan pada manusia untuk menuju jalan
yang lebih baik, jalan yang sesuai dengan perintah Allah. Dakwah juga disebut sebagai
upaya menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya.
Adanya dakwah ini adalah ditunjukan untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali,
yang memiliki beragam suku bangsa, ras, warna kulit maupun berdasarkan klasifikasi
kemanusiaan lainnya.
urgensi adalah keharusan yang mendesak, seorang muslim terdorong untuk
melakukan dakwah karena adanya sebuah perintah berdakwah dan besar pahalanya
yang dipersiapkan Allah. Adanya urgensi dakwah ini adalah sangat diperlukan bagi
manusia, karena manusia semakin lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya dan mereka
menjadikan dunia sebagai orientasi dan tujuan, suatu yang sangat terbatas. Karena
kehidupan dikemudian harilah yang kekal dan abadi. Seorang muslim bersemangat
untuk berdakwah kepada Allah karena Allah mengangkat derajatnya dan
menjadikannya orang yang terbaik dengan perkataannya disisi Allah. Maka berdakwah
dijalan Allah merupakah suatu hal yang sangat mulia, dan dakwah juga meneruskan
sunnah Rasulullah untuk mengubah pola hidup manusia untuk lebih mendekatkan diri
kepada sang pencipta.
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Secara umum, kota adalah suatu
tempat bermukim warga kota, tempat berkerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi,
pemerintahan, dan sebagainya. Pendekatan dakwah pada masyarakat kota relatif lebih
rasional sehingga membutuhkan pelaksanaan dakwah yang lebih faktual dan aktual
baik itu dari segi materi, metode, maupun target dakwah yang akan dicapai.
Keterbatasan waktu dalam masyarakat perkotaan membutuhkan pendekatan dakwah
yang lebih sistematis dan berkelanjutan dan dakwah diperkotaan juga harus didukung
dengan metode atau cara yang tepat dan elegan.
Sedangkan desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga
yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai) oleh seorang kepala desa.
Masyarakat desa masih menjunjung nilai-nilai tradisional yang masih berkembang
dilingkungannya, bagi masyarakat desa tidak mudah bagi mereka untuk mengubah
kebiasaan mereka, kebiasaan yang sudah mandarah daging.
Maka dari itu orang yang tinggal di pedesaan berbeda dengan orang yang tinggal
di perkotaan, mereka memiliki adat dan budaya yang berbeda, jadi tidak mudah bagi
seorang da’i untuk berdakwah disuatu perdesaan maupun perkotaan, da’i harus
mengetahui terlebih dahulu karakteristik objek dakwah yang akan didakwahi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dakwah ?
2. Apa yang dimaksud dengan urgensi dakwah dalam kehidupan sosial?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekaran dakwah masyarakat kota ?
4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dakwah masyarakat desa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dakwah
2. Untuk mengetahui urgensi dakwah dalam kehidupan sosial
3. Untuk mengetahui pendekatan dakwah masyarakat kota
4. Untuk mengetahui pendekatan dakwah masyarakat desa

D. Manfaat

Manfaatnya agar kita lebih mengetahui dan memahami pendekatan dakwah seperti apa
yang cocok untuk dipakai pada masyarakata kota dan desa dalam menyampaikan pesan
dakwah tersebut, agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Secara etimologi atau bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti
panggilan, ajakan, atau seruan. Menurut ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk
“isim masdar” yang berasal dari fiil (kata kerja) da’a, yad’u, da,watan yang artinya
memanggil, mengajak, atau menyeru.1
Sedangkan menurut terminologi atau istilah ada beberapa pengertian, dakwah
adalah mengandung upaya menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang lain untuk
mempercayainya. Sedangkan menurut Kustadi Suhandang, dakwah adalah bahwa
manusia diseru untuk mendakwahi orang lain untuk berbuat kebajikan melakukan amar
makruf nahi munkar berupa kontrol sosial.2
Menurut Prof. Ali Aziz, setidaknya ada 10 macam makna yang dikandung dalam
kata dakwah dalam Al-Qur’an, yaitu mengajak dan menyeru baik kepada kebaikan
maupun kemusyrikan, Do’a, mendakwa atau menganggap tidak baik, mengadu,
memanggil atau panggilan, meminta, mengundang, malaikat israfil sebagai penyeru,
panggilan nama atau gelar anak angkat.3 Muhammad Fuad Abdul Baqi, dalam al-Quran
Kata dakwah dan kata-kata yang terbentuk darinya disebutkan tidak kurang dari 213
kali. Sedangkan menurut hitungan Ahmad Sulthon ditemukan sebanyak 198 kali dan
2124.
Pengertian dakwah banyak di utarakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Prof. Toha Yahya Umar, M.A. dalam bukunya Ilmu Dakwa mendefinisikan
dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan kebahasiaan mereka
di dunia dan akhirat.5
2. Prof. H.M. arifin M.Ed. dalam bukunya Psikologi dakwah Suatu Pengantar
Studi, mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk
lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual
maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian,
kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap agama sebagai

1
Saputra, “Pengantar Ilmu Dakwah”. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011). 1
2
Suhadang, “Kustadi,Ilmu Dakwah”. (Bandung, Remaja Rosdakarya 2013). 10
3
Moh. Ali Aziz, “Ilmu Dakwah”. (Jakarta: Prenada Media Group, 2009). 6-9
4
Muhiddin, Asep, “Dakwah dalam perspektif Al-Qur’an”. (Bandung: Pustaka Setia, 2002)
5
Toha Yahya Omar, “Islam dan Dakwah”. (Jakarta: Zakia Islami Press, 2004). 67

3
message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur
pemaksaan.6
3. Menurut Prof. A. Hasjmy, dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini
dan mengamalkan aqidah dan syariat islam yang terlebih dahulu telah diyakini
dan diamalakan oleh pendakwah itu sendiri.
4. Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah memotivasi memotivasi manusia untuk
berbuat kebaikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.7
5. Qurasy Shihab dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha
peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi
juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus
berperan menuju pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam
berbagai aspek.8
Dari berbagai pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa dakwah adalah
kegiatan menyeru atau mencegah kepada yang mungkar saling mengingatkan untuk
manusia berbuat baik, dengan tujuan menjadikan kehidupan aman dan damai.karna
dengan kita menerapkan hal-hal kebaikan kehidupan akan lebih terasa tenang dan
nyaman. Di Dlam quran di jelaskan dalam qs. An nahl : 125
‫سبِ ْيل ِٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫س ُۗنُ ا َِّن َربَّكَ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ه‬
َ ‫ِي ا َ ْح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ُُ دْعُ ا ِٰلى‬
َ ‫سبِ ْي ِل َربِكَ بِ ْالحِ ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ‫بِ ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” 9
Dari ayat di atas dapat disimpulkan yaitu kewjiban berdakwah dan tugas kita
berdakwah allah yang memberi hidayah. Ayat ini juga menjelaskan tiga metode dakwah
yakni hikmah, mauidhah hasanah (pengajaran yang baik) dan jidal (debat) dengan cara
baik. Hal ini dilakukan dengan metode-metode yang baik agar dapat diterima oleh dan
tersampaikan kepada masyarakat.
Pada dasarnya tujuan dakwah secara umum sama seperti diturunkan agama Islam itu
sendiri, yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam. Fungsi kerahmatan dari ajaran Islam
ini disosialisasikan oleh da‟i agar manusia mengenal Tuhan, mengikuti petunjuk-Nya,
sehingga dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.10
B. Urgensi Dakwah dalam Kehidupan Sosial

6
Samsul Munir Amin, “Ilmu Dakwah”. (Jakarta: Hamzah, 2009). 3
7
Ali Mahfudz, Hidayat Al-Mursyidin. (Cairo; Dar Al-Kutub Al-Arabiyah, 1952). 1
8
Samsul Munir Amin, “Ilmu Dakwah”. (Jakarta: Hamzah, 2009). 1
9
“Departemen agama republic Indonesia”, al quran dan terjemahan ( Bandung: 2009) h.281
10
Jasafat, dkk, “Dakwah Media Aktualisasi Syariat Islam”, (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam, 2011), hal.8.

4
Urgensi dalam berdakwah sangat penting dalam kemajuan jaman ke jaman
apalagi saat ini kita ada di jaman era globalisasi yang sangat memudahkan dari segi
teknologi dan sebagainya, namun dapat membuat pengaruh pada umat manusia , tidak
terkecuali umat islam, Dakwah juga adalah sesuatu yang di perintah kepada semua
manusia di muka bumi untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada yang
mungkar. Urgensi dakwah semakin diperlukan tatkala manusia modern makin lupa
tujuan hidupnya. Mereka hanya menjadikan dunia sebagai orientasi dan tujuan, suatu
yang sangat terbatas. Jauh dari yang dipesankan oleh agama, kehidupan di kemudian
hari yang kekal abadi11
Dakwah dilakukan oleh siapa saja dengan berlandasan alquran dan hadist. Karna
pada hakikatnya manusia adalah ini adalah pelupa maka wajib bagi kita untuk saling
mengingatkan, Seruan yang di gunakan dalam berdakwah memiliki banyak arti bukan
hanya sekedar masalah agama, namun kata dakwah bisa di katatakan kepada hal-hal
yang positif.
Dakwah tidak hanya dilakukan sekali atau musiman,terikat pada bulan atau acara-
acara besar keagaamaan. namun dkawah dilakukan kapanpun dan dimanapun bahkan
tanpasadarpun kita bisa melakukan dakwah secara bil hal perbuatan baik,Dalam al-
quran surat al-imran : 104
ٰٰۤ ُ
َ‫ولىِٕكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُح ْون‬ َ َ‫َاو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ا ُ َّمةٌ يَّدْع ُْونَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُم ُر ْونَ بِ ْال َم ْع ُر ْوفِ َويَ ْن َه ْون‬
‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر ُۗ َوا‬
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.12
Dalam alquran surat at-taubat : 71
َّ َ‫ص ٰلوةَ َويُؤْ ت ُ ْون‬
َ‫الز ٰكوة‬ َ َ‫ض يَأ ْ ُم ُر ْونَ بِ ْال َم ْع ُر ْوفِ َويَ ْن َه ْون‬
َّ ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َويُ ِق ْي ُم ْونَ ال‬ ٍۘ ‫ض ُه ْم ا َ ْو ِليَ ٰۤا ُء بَ ْع‬
ُ ‫َو ْال ُمؤْ مِ نُ ْونَ َو ْال ُمؤْ مِ ٰنتُ بَ ْع‬
ٰٰۤ ُ َ
‫ع ِزي ٌْز َح ِك ْي ٌم‬ َ ‫ّٰللاُ ُۗا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬ ‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم ه‬ َ َ‫ولىِٕك‬ ‫س ْولهٗ ُۗا‬
ُ ‫ّٰللا َو َر‬
َ ‫َويُطِ ْيعُ ْونَ ه‬
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.13
Dakwah bukan hal yang slalu di kerjakan dalam mimbar, cara berdakwah pun
dilakukan dengan cara lisan dan prilaku, dakwah bil hal lebih efektif dari pada dakwah
bil lisan , karna pada kenyataanya orang-orang akan mencontoh apa yang kita lakukan,
dakwah bil hal dakwah yang bisa dan mudah di praktekan dalam kegiatan sehari-hari.
Tentunya sebelum berdakwah seorang pendakwah harus terlebih dahulu berperang
dengan musuh yang bersarang dalam dirinya melalui jihad bin al nafs. Hal-hal baik
yang slalu kita terapkan dalam kehidupan sehari bisa menjadi dakwah bil hal yang slalu
kita lakukan.

11
M. Munir, “Metode Dakwah”, Cet ke 1, (Jakarta: Kencana, 2003), hal. 30
12
Departemen agama RI,opcit, h 63
13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, “Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an”, Cet ke 1, Jakarta: Lentera
Hati: 2002), hal 650.

5
Pentingnya dakwah bagi manusia adalah untuk menjaga dan mengembalikan
harkat dan martabat manusia. Martabat manusia adalah apa yang diinginkan Tuhan.
Agar manusia bisa mengikuti ciptaannya, yaitu menjalankan fungsi kekhalifahannya.
Lebih dari itu, pentingnya dakwah bagi umat adalah untuk membangun moralitas dan
menumbuhkan jiwa kemanusiaan, karena dakwah itu penting dan sangat dibutuhkan
umat. Tanpa Dafa, orang-orang akan tersesat, hidup mereka akan kacau balau, dan
kemanusiaan mereka akan terdegradasi. Akibatnya, manusia kehilangan kesadaran
moralnya, menjadi egois, serakah, biadab, saling menindas, dan merugikan dunia.
Kehadiran dakwah di tengah umat harus mampu mendorong terjadinya sebuah
perubahan yang nyata kepada umat, baik dari segi pemahamannya maupun perilakunya,
karena tujuan terbesar dari dakwah adalah mengeluarkan manusia dari situasi kegelapan
dan kemunduran menuju cahaya Islam yang berkemajuan serta dilandasi dengan nilai-
nilai tauhid.
Dalam mewujudkan perubahan sosial melalui proses dakwah adalah sebuah
keniscayaan, karena dakwah tersebut pasti akan berinteraksi dengan manusia, sehingga
manusia sebagai subjek dan objek dakwah menjadi target dari perubahan itu sendiri.
Setidaknya ada beberapa perubahan kehidupan sosial yang diperankan oleh dakwah
sendiri antara lain:
1. Dengan dakwah akan berusaha mendorong terwujudnya masyarakat yang islami.
Artinya sebuah masyarakat yang sebelumnya berada pada kondisi yang tidak islami
kemudian berubah menjadi masyarakat yang berbasis Qur'ani.
2. Dakwah juga dapat mendorong perubahan cara berpikir umat. Artinya dengan
dakwah Islam bisa mengajak untuk berpikir, berdebat dan beragumen, dan untuk
menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah islam juga harus berupaya
mengedepankan argumen ilmiah bukan sentimen yang cenderung reaktif terhadap
perbedaan budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat.
3. Dakwah bisa mendorong perubahan perilaku yang terkait dengan perubahan
sistem-sistem sosial di mana masyarakat meninggalkan sistem yang lama dan
beralih kepada sistem yang baru. Proses perubahan perilaku ini meliputi tiga hal,
yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.14 Perubahan sikap umat adalah hal
yang penting, sebab di sinilah salah satu ujung atau tujuan dari seluruh rangkaian
dakwah.
4. Dakwah juga berupaya mendorong perubahan tingkah laku perubahan dalam
konteks di mana subjek dakwah dalam merealisasikan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari telah sesuai dengan yang diterimanya dari para da'i, sehingga
muncul dari proses kognitif afektif.
C. Pendekatan Dakwah Pada Masyarakat Kota
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Secara umum, kota adalah suatu
tempat bermukim warga kota, tempat berkerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi,
pemerintahan, dan sebagainya.

14
Moh. Ali Aziz, Op. cit., h.457.

6
Menurut Max Weber, kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Sedangkan menurut
Prof. Drs. R. Bintaro, peta adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak
kehidupan yang materialistik. (Syamsuddin, 2016)
Ciri masyarakat perkotaan:
1. Kehidupan masyarakat kota secara keagamaannya berkurang bila dibandingkan
dengan kehidupan keagamaan yang ada di desa
2. Masyarakat kota pada umumnya bisa mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung kepada orang lain.
3. Pembagian kerja di antara masyarakat kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-
batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak
diperoleh masyarakat kota dibanding dengan masyarakat desa.
5. Interaksi yang terjadi di masyarakat kota lebih banyak terjadi berdasarkan pada
faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
6. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Strategi dakwah yang digunakan di masyarakat perkotaan
1. Pendekatan kajian keislaman
Upaya ini telah dilaksanakn tanpa henti oleh para da'i dari masa ke masa dan
hal itu telah dilihat dalam catatan sejarah bagaimana berbagai macam bentuk
pembinaan umat baik berupa lembaga formal dan nonformal. Lembaga pembinaan
ini pada umumnya berfungsi sebagai sarana pewarisan nilai-nilai Islam. Salah satu
model pembinaan umat nonformal yang diharapkan bisa berkembang bersama
dengan lembaga pendidikan lainnya adalah pendekatan kajian keislaman salah satu
contohnya dalam bentuk majlis ta’lim. Model pembinaan kajian keislaman ini
diharapkan dapat menawarkan sebuah solusi dari problematika yang dihadapi umat
di antaranya berupa tantangan akibat kemajuan teknologi, masalah hubungan sosial
di masyarakat perkotaan.
Memandang posisi strategis dengan bentuk pendekatan kajian keislaman
dalam bentuk majlis ta’lim yang berdiri sejajar dengan lembaga pendidikan lainnya
seperti sekolah, madrasah atau pesantren yang menempatkan dirinya mengakar di
masyarakat. Sehingga peranannya sebagai sarana pembinaan umat sangatlah
penting. Dapat diprediksikan jika seandainya umat Islam hanya terikat pada
pendidikan formal yang terbatas pada lembaga sekolah atau madrasah sehingga
banyak celah yang tidak tertutupi, sehingga pilihan alternatifnya dapat dialihkan
pada majlis ta’lim yang berperan sebagai pembinaan umat. Pembinaan umat sangat
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
2. Dakwah melalui internet
Adanya akses internet merupakan media yang tidak bisa dihindari karena
sudah menjadi peradaban baru dalam dunia informasi. Di mana karena akses
internet ini dianggap sebagai sebuah revolusi dalam dunia komunikasi dan
7
informasi. Oleh karenanya dakwah melalui jaringan internet dinilai sangat efektif
dan potensial dengan alasan, antara lain:
a. Dengan internet mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap
tentu dengan biaya dan energi yang relatif terjangkau
b. Penggunaan jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, itu artinya
berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.
c. Dakwah melalui internet juga telah menjadi salah satu pilihan masyarakat.
Berbagai situs mereka bebas memilih materi dakwah mana yang mereka
sukai dan juga yang mereka butuhkan, dengan demikian pemaksaan
kehendak bisa dihindari.
d. Melalui internet juga pesan dakwah dapat tersampaikan dengan variatif dan
bisa menjangkau segmen yang luas.
Kemunculan internet dengan kemajuan peradaban manusia menjadikan
globalisasi sebagai sebuah ideologi bagi masyarakat saat ini yang juga disebut
sebagai masyarakat informasi. Untuk dapat mencapai tujuan yang tepat dan
mendapat keberhasilan, maka seorang da'i harus pintar dalam memilih media
dakwah. Masyarakat saat ini adalah masyarakat yang berkembang dengan berbagai
kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi mau tidak mau akan
dihadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, media dakwah merupakan sarana bagi keberhasilan
dakwah yang akan dilakukan. Selain itu, informasi yang akan disampaikan dalam
berdakwah juga harus bersifat valid, terpercaya, bukan sebuah fitnah, bersifat
konstruktif, membuka dan memperdalam wawasan, terbuka untuk didiskusikan
dan tidak mengandung unsur-unsur lain yang dapat merusak makna dakwah itu
sendiri
D. Pendekatan Dakwah Pada Masyarakat Desa
Pengertian Desa menurut Sutardjo Kartohadikusumo bahwa desa adalah suatu
kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat berkuasa mengadakan pemerintahan
sendiri. (Syamsuddin, 2016)
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan
Daerah Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah,
langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Syamsuddin, 2016)
Ciri-ciri Masyarakat Desa
1. Pola hidup, masyarakat desa secara umum kehidupannya berkaitan dengan alam,
mata pencahariannya tergantung pada alam seperti misalnya menjadi petani, karena
masyarakat desa umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Selain menjadi
petani, masyarakat desa juga berkebun, menjadi nelayan dan membuat pertenakan
hewan.

8
2. Masyarakat yang religius/animisme/dinamisme. Rata-rata masyarakat desa masih
sangat patuh terhadap agama dan kepercyaan masyarakat desa yang dianutnya.
3. Masyarakat desa dikenal masih meyakini hal-hal yang mistis.
4. Kehidupan masyarakat desa juga terkenal dengan sifat gotong-royong serta
kebersamaan.
5. Dalam berbahasa sehari-hari masyarakat desa masih menggunakan bahasa daerah
masing-masing.
Menurut Tallcot Person ciri-ciri masyarakat desa adalah:
1. Afektivitas yang berhubungan dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan, dan
kemesaraan. Sebagai perwujudannya bisa dengan tolong menolong dan bersimpati
terhadap orang yang terkena musibah dengan menolongnya tanpa pamrih.
2. Orientasi kolektif, sifat ini sebagai konsekuensi terhadap ciri afektivitas, yaitu
mereka semua harus menunjukkan keseragaman persamaan seperti selalu bersama
dan tidak suka pendapat yang bertentangan.
3. Partikularisme adalah semua hal yang berkaitan dengan keberlakuan khusus untuk
suatu daerah atau tempat tertentu. Keberlakuan khusus tersebut seperti, perasaan
kebersamaan.
4. Askripsi berkaitan dengan sifat khusus yang tidak di dapatkan karena suatu usaha
yang tidak disengaja, tetapi karena keadaan yang sudah merupakan kebiasaan.
5. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas dalam sebuah hubungan
anatarpribadi tanpa ketegasan yang dikatakan eksplisit.
Metode Dakwah pada Masyarakat Desa
1. Metode kontak langsung
Maksud dari metode kontak langsung ini adalah hubungan secara langsung
berhadapan dengan orang-orang desa baik itu secara individual atau secara
kelompok. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:
‫ير‬
ٌ ‫علِي ٌم َخ ِب‬
َ ‫ٱَّلل‬ ِ َّ َ‫ارفُ َٰٓو ۟ا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم عِند‬
َ َّ ‫ٱَّلل أَتْقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن‬ َ ‫شعُوبًا َوقَ َبا َٰٓ ِئ َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫ٰ ََٰٓيأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِمن ذَكَر َوأُنث َ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم‬

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Kontak langsung ini dilakukan agar bisa menimbulkan minat penduduk
desa terhadap masalah-masalah desa yang baru dan menjadikan mereka berfikir
bahwa dalam hal yang baik bila mereka mau mulai mencoba mengerjakan maka
akan menemukan pemecahannya.
Tujuan yang ingin diraih dalam menggunakan metode ini adalah:
a. Menemukan kepada siapa orang-orang desa menganggap pemimpin serta apa
alasan dan tujuannya.

9
b. Bertujuan untuk menjelaskan bagaimana program pembangunan masyarakat
yang ditentukan oleh pemerintah.
c. Metode ini bertujuan menemukan minat orang-orang desa.
d. Metode ini bertujuan belajar dari orang-orang desa apa saja yang mereka
anggap sebagai masalah-masalahnya dan bagaimana sikap mereka untuk
mengatasinya.
2. Metode Demontrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan dengan cara
memperlihatkan suatu contoh, bisa dengan berupa benda, peristiwa, perbuatan dan
sebagainya. Artinya suatu metode dakwah, di mana seorang da’i menunjukkan
sesuatu atau menampilkan sesuatu terhadap sasarannya (madh'u), dalam rangka
mencapai tujuan dakwah yang ingin dicapai. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
seringkali menggunakan metode demonstrasi ini. Sebagaimana pada surat Al-Ahzab
ayat 21:

َ ٌ ‫ل َ ق َ د ْ ك َا َن ل َ ك ُ مْ ف ِي َر س ُ و ِل ّٰللاَّ ِ أ ُسْ َو ة‬
ْ َ‫ح س َ ن َ ة ٌ ل ِ َم ْن ك َا َن ي َ ْر جُ و ّٰللاَّ َ َو ال ْ ي َ ْو م‬
‫اْل ِخ َر َو ذ َ ك َ َر ّٰللاَّ َ ك َ ث ِي ًر ا‬
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”

Berdasarkan dalil di atas maka jelaslah metode demonstrasi dalam dakwah


perlu dipelajari dan dijadikan bekal dalam berdakwah bagi para muballigh masa kini
dan juga sangat relevan untuk diterapkan pada masyarakat pedesaan. Metode
demonstrasi ini dianggap metode yang penting dan ampuh di dalam merubah tradisi
orang desa yang dalam beberapa hal mengenai demonstrasi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Dari sudut pandangan para da'I, hubungan kerja yang dilakukan secara terus
menerus dengan orang-orang desa sangat penting bagi berhasilnya saran-saran
yang dikemukakan petugas dakwah, karena yang ditunjukkan dalam metode
demonstrasi ini adalah hasil.
2. Metode demonstrasi dapat memperkuat penerimaan dan keyakinan, karena apa
yang didemonstrasikan adalah hasilnya.
3. Para petugas dakwah bekerja sama dengan penduduk secara langsung dalam
melaksanakan demonstrasi. Dalam kerja sama ini akan menemukan perbaikan
dan penesuaian yang diperlukan sebelum memutuskan rekomendasi agar semua
penduduk dapat mengambil hasil dari hasil kerja sama tersebut.
3. Bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin desa
Dewasa ini dakwah tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, tetapi dakwah harus
ada kerja sama dengan pemerintah atau pemimpin-pemimpindesa. Kerja sama yang
dimaksudkan disinu adalah pemerintah atau pemimpin pemimpin desa, ulama dan
orang tua serta tokoh masyarakat dalam mengatasi kemungkaran-kemungkaran
yang terjadi di desa atau yang akan terjadi. Pengaruh khusus ulama ini tentu ada
hubungannya dengan dakwah agama yang disampaikan ulama sehingga ia
berwibawa di masyarakat. Kemungkaran-kemungkaran yang belum terjadi akan
10
dilakukan upaya kuratif yaitu upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kemungkaran
yang akan terjadi supaya tidak meluas dan merugikan masyarakat desa.

4. Mengunjungi Rumah
Metode ini biasa disebut dengan metode silaturrahmi atau home visit. Metode
ini sering juga digunakan oleh agama-agama lain. Metode mengunjungi rumah
sangat efektif untuk dilaksanakan dalam rangka mengembangkan maupun membina
ummat Islam pada masyarakat pedesaan
Metode silaturrahmi ini dilaksanakan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Tingkat usia obyek/sasaran dakwah atau madh’u
b. Tingkat pengetahuan masyarakatnya
c. Status sosial dan ekonomi masyarakatnya
d. Ideologi yang dianut oleh masyarakat tersebut.

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dakwah merupakan seruan atau panggilan pada manusia untuk menuju jalan
yang lebih baik, jalan yang sesuai dengan perintah Allah. Dakwah juga disebut sebagai
upaya menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya.
Adanya dakwah ini adalah ditunjukan untuk seluruh umat manusia tanpa terkecuali,
yang memiliki beragam suku bangsa, ras, warna kulit maupun berdasarkan klasifikasi
kemanusiaan lainnya.
Dengan perkembangan zaman yang semakin canggih seorang da'i harus pintar
dalam memilih media dakwah. Masyarakat saat ini adalah masyarakat yang
berkembang dengan berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi
mau tidak mau akan dihadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan masyarakat.

B. Saran

1. Ketika akan berdakwah, da’i mengetahui mengetahui terlebih dahulu karakteristik


objek dakwah yang akan didakwahi.
2. Di zaman yang semakin maju ini, da’i bisa lebih kreatif dan inovatif dalam
berdakwah agar masyarakat lebih tertarik
3. Menggunakan metode yang sesuai dengan objek dakwah

12
DAFTAR PUSTAKA

Saputra. (2011). Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Suhadang, Kustadi. (2013).Ilmu Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moh, Ali Aziz.(2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media Group.
Muhiddin, Asep. (2002). Dakwah dalam perspektif Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Toha Yahya Omar. (2004). Islam dan Dakwah. Jakarta: Zakia Islami Press.
Samsul Munir Amin,. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Hamzah.
Syamsuddin. (2016). Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Wahid, A. (2019). Gagasan Dakwah Pendekatan Komunikasi Antarbudaya. Jakarta:
Prenadamedia.

13

Anda mungkin juga menyukai