Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANTIQ DAN PEMBAHASAN LAFADZ

Disusun oleh :

Riska Marlia Ningsih (20531139)

Rosella Agustina (20531140)

Dosen pengampu :

Achmad Syauqi Alfanzari, MAg

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, Senantiasa kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu Mantiq yang
berjudul "Mantiq Dan Pembahasan Lafadz".

Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami sadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk kritik, saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Kami
harap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Rejang Lebong,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … .. 1

1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ...1

1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …...1

1.4 Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Lafadz . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … . 2

2.2 Dilalah dan pembagiannya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …3

2.3 Pembagian Lafadz . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..7

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan
dalam berpikir. Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula
berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berpikir
salah. Manusia sebagai makhluk yang berpikir tidak akan lepas dari berpikir. Namun,
saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi oleh berbagai tendensi, emosi,
subyektifitas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih, logis dan obyektif.
Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar, tidak
keliru.

1.2 Rumusan Masalah

1.) Apa pembahasan lafadz ?

2.) Apa pengertian dilalah dan pembagiannya ?

3.) Bagaimana pembagian lafadz ?

1.3 Tujuan

1.) Mengetahui pembahasan lafadz

2.) Mengetahui pengertian dilalah dan pembagiannya

3.) Mengetahui pembagian lafadz

1.4 Manfaat

Dengan adanya rumusan masalah diatas, diharapkan kita dapat memahami dan
menelaah terkait materi tentang "Mantiq Dan Pembahasan Lafadz". Selain itu, kita
juga dapat mengkaji serta mengaplikasikan pemahaman yang telah didapati dari
materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Lafadz

Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah lafadz
berasal dari bahasa Arab dan diartikan sebagai 'kata' dalam bahasa Indonesia yang
diberikan pada rangkaian huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai
arti. Jika lafadz tidak mempunyai arti maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut
sebagai lafadz. Seperti kayu, batu, air dan lain-lain. Lafadz ada dua macam, yaitu:
lafadz mufrod dan lafadz murokkab.1

Lafadz merupakan perantara untuk menyampaikan pikiran. Dengan ungkapan


lain, lafadz yang diucapkan itu terkait erat dengan makna yang dipikirkan. Berpikir
melalui lafadz yang ditangkap, dan seseorang tak akan mampu menyampaikan pikiran
kecuali melalu lafadz yang diucap. Dalam konteks ini, misalnya, Ikhwan al-Shafa
berkata bahwa “makna yang terkandung dalam suatu lafaz itu bagaikan ruh,
sedangkan lafaznya itu sendiri bisa diibaratkan seperti jasad. Setiap lafaz yang tidak
memiliki makna bagaikan jasad yang tak memiliki ruh. Dan setiap makna yang tak
memiliki lafaz bagaikan ruh tanpa jasad.”

Tanpa adanya lafaz, seseorang tidak mungkin mampu menyampaikan pikiran


kepada orang lain dengan jelas. Karena ia merupakan medium berpikir, maka sangat
wajar jika ia masuk kedalam pembahasan ilmu yang merumuskan kaidah berpikir.
Seseorang tidak akan mampu berpikir dengan benar kecuali jika lafaz dan tata
peristilahan yang digunakan itu tepat dan benar.

Dalam sumber lain dikatakan bahwa lafadz adalah kata atau suara yang
mengandung sebagian abjad atau dalam ilmu nahwu diterangkan:

‫ف ْال ِه َجائِيَّ ِة‬


ِ ْ‫ْض ْال ُحرُو‬
ِ ‫ت ْال ُمسْت ِم ُل عَلى بَع‬
ُ ْ‫ْاللَّ ْفظُ هُ َوالصَّو‬

Artunya: Lafadz adalah suara yang mengandung sebagian huruf hijaiyah (berjumlah
dua puluh delapan). Contoh: Sulaiman, ahmad berdiri, dan lain-lain.

1
Rofik, Muhammad. 2002: 6
2
Ahli mantiq melihat lafadz pada maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya.
Artinya, susunan lafadz yang jumlahnya lebih dari satu kata tetapi menunjukkan
makna satu tetap disebut sebagai lafadz mufrod. Meja, kursi, rumah, Amir
Syarifuddin, Muhammad Ali adalah contoh lafadz mufrod.

Ahli nahwu lebih melihat pada bentuk dan jumlah susunan kata, sehingga lafadz
seperti Muhammad Abdullah Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod.

2.2 Dilalah dan pembagiannya

Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, sesuatu yang pertama
disebut al-madhul. dan segala sesuatu yang kedua disebut. Al-Dall (Petunjuk,
penerang atau yang memberi dalil). Contoh: Terdengan raungan harimau di suatu
semak adalah dilalah bagi adanya harimau di dalam semak tersebut. Pembagian
Dilalah: Lafzhiyah ( Thabi’iyah, ‘Aqliyah, Wadh’yah), Ghairu Lafzhiyah (Thabi’iyah,
Aqliyah, Wadh’yah).2

A. Dilalah Lafzhiyah

Dilalah lafzhiyah adalah Petunjuk yang berupa kata atau suara. Dilalah ini
terbagi menjadi tiga:

1. Dilalah Lafzhiyah Thab’iyah, yaitu dilalah (petunjuk) yang berbentuk alami


(‘aradh thabi’i).

Contoh:

a) Tertawa terbahak-bahak menjadi dilalah untuk gembira.

b) Menangis terisak-isak menjadi dilalah bagi sedih.

2. Dilalah Lafzhiyah ‘Aqliyah, yaitu dilalah (petunjuk) yang dibentuk akal


pikiran.

Contoh:

2
² Rofik, Muhammad. 2002: 12
3
a) Suara teriakan di tengah hutan menjadi dilalah bagi adanya manusia di
sana.

b) Suara teriakan maling di sebuah rumah menjadi dilalah bagi adanya


maling yang sedang melakukan pencurian.

Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah, yaitu dilalah (petunjuk) yang dengan sengaja


dibuat oleh manusia untuk suatu isyarah atau tanda (apa saja) berdasar
kesepakatan.

Contoh:

Petunjuk lafadz (kata) kepada makna (benda) yang disepakati:

1. Orang Sunda, misalnya sepakat menetapkan kata cau menjadi dilalah bagi
pisang.

2. Jawa, misalnya sepakat menetapkan kata gedang menjadi dilalah bagi pisang.

3. Inggris, misalnya sepakat menetapkan kata banana menjadi dilalah bagi


pisang.

Adapun Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah menjadi ajang pembahasan para pakar mantiq.

Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah dibagi menjadi tiga:3

a) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Muthabaqiyah, yaitu dilalah lafadz (petunjuk


kata) pada makna selengkapnya.

Contoh:

Kata rumah memberi petunjuk (dilalah) kepada bangunan lengkap yang terdiri
dari dinding, jendela, pintu, atap dan lainnya, sehingga bisa dijadikan tempat tinggal
yang nyaman. Jika anda menyuruh seorang tukang membuat rumah, maka yang
dimaksudkan adalah rumah selengkapnya, bukan hanya dindingnya atau atapnya saja.

b) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Tadhammuniyah, yaitu dilalah lafadz (petunjuk


kata) kepada bagian-bagian maknanya.

Contoh:
3
Ali Hasan. Ilmu Mantiq (Logika). 1991: 32
4
1. Ketika anda mengucapkan kata rumah, kadang-kadang yang anda maksudkan
adalah bagian-bagiannya saja.

2. anda, misalnya menyuruh tukang memperbaiki rumah maka yang anda


maksudkan bukanlah seluruh rumah, tetapi bagian-bagiannya yang rusak saja.

3. anda meminta dokter mengobati badan anda, maka yang dimaksudkan adalah
bagian yang sakit saja.

c) Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah Iltizamiyah, yaitu dilalah lafadz (petunjuk kata)


kepada sesuatu yang di luar makna lafadz yang disebutkan, tetapi terikat amat erat
terhadap makna yang dikandungnya.

Contoh:

Jika anda menyuruh tukang memperbaiki asbes rumah anda yang runtuh, maka
yang anda maksudkan bukan asbes-asbesnya saja, tetapi juga kayu-kayu tempat asbes
itu melekat yang kebetulan sudah patah-patah. asbes dan kayu yang menjadi
tulangnya terkait amat erat (iltizam). Jika kerusakan asbes itu disebabkan kebocoran
di atap maka perbaikan atap iltizam (menjadi keharusan yang terkandung dan terikat)
kepada perintah memperbaiki asbes loteng itu.

B. Dilalah Ghairu Lafzhiyah

Dilalah ghairu lafzhiyah adalah petunjuk yang tidak berbentuk kata atau suara.
Dilalah ini terbagi tiga:4

a.) Dilalah Ghairu Lafzhiyah Thabi’iyah.

yaitu dilalah (petunjuk) yang bukan kata atau suara yang berupa sifat alami.

Contoh:

1. Wajah cerah menjadi dilalah bagi hati yang senang.

2. hidung menjadi dilalah bagi menghindarkan bau kentut dan sebagainya.

b.) Dilalah Ghairu Lafzhiyah ‘Aqliyah.

yaitu dilalah (petunjuk) yang bukan kata atau suara dibentuk akal pikiran.
4
Thahir, M Taib, Abd. Mu’in. 1987: 44
5
Contoh:

1. Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah adanya pencuri yang


mengambil.

2. Terjadinya kebakaran di gunung menjadi dilalah bagi adanya orang yang


membawa api ke sana.

c.) Dilalah Ghairu Lafzhiyah Wadh’iyah.

yaitu dilalah (petunjuk) bukan berupa kata atau suara yang dengan sengaja dibuat
oleh manusia untuk suatu isyarah atau tanda (apa saja) berdasar kesepakatan.

Contoh:

Petunjuk lafadz (kata) kepada makna (benda) yang disepakati:

1. Secarik kain hitam yang diletakkan di lengan kiri oarang Cina adalah dilalah
bagi kesedihan/ duka cita, karena ada anggota keluarganya yang meninggal.

2. Bendera kuning dipasang di depan rumah orang Indonesia umumnya,


menggambarkan adanya keluarga yang meninggal.

2.3 Pembagian Lafadz

Lafadz ada dua macam, yaitu: lafadz mufrod dan lafadz murokkab.5

1. Lafadz mufrod

Lafadz mufrod ialah lafadz yang bermakna tunggal. Terdapat perbedaan


pendapat antara Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu tentang pengertian ini. Ahli mantiq
melihat lafadz pada maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan
lafadz yang jumlahnya lebih dari satu kata tetapi menunjukkan makna satu tetap
5
Abû Hâmid al-Ghazâlî, 1977: 103
6
disebut sebagai lafadz mufrod. Meja, kursi, rumah, Amir Syarifuddin,
Muhammad Ali adalah contoh lafadz mufrod. Ahli nahwu lebih melihat pada
bentuk dan jumlah susunan kata, sehingga lafadz seperti Muhammad Abdullah
Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod.

Berdasarkan bagian-bagian katanya lafadz mufrad terbagi :

a) Lafadz yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafadz
yang terdiri dari satu huruf.

b) Lafadz yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan,


bagian itu tidak mempunyai arti sama sekali.

c) Lafadz yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian itu


mempunyai arti sendiri. Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab
disebut Mudhaf dan Mudhaf ilaih.

Pembagian Lafadz Mufrad:

a) Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat
dengan waktu,

b) Fi’il adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat
dengan waktu.

c) Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = huruf seperti bi, min, wa, ila dll.

Pembagian Isim

Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi ;

a) Kulli (isim kulli) adalah lafadz mufrad yg ketika disebutkan lantas


menunjukkan kepada semua arti atau maknanya.

b) Juz’i (isim juz’i) adalah lafadz mufrad yg ketika disebutkan lantas


menunjukkan kpd satu bagian saja dari kesluruhan makna yg terkandung
oleh lafzh kulli.

Pembagian Kulli dan Juz’i. Kulli dan Juz’i dilihat dari pengertiannya :

7
a) Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara
menyeluruh.

b) Kulliyat artinya menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara satu


persatu.

c) Juz’i artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara


keseluruhan dari yg sebagian itu.

d) Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian


secara masing-masing dari yg sebagian itu.

Bagian Isim

a) Muhashal adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada suatu benda yang
ada atau suatu sifat yang ada.

b) Ma’dul adalah Lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan


sesuatu atau ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal).

c) ‘Adami adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat


yang lazimnya ada.

2. Lafadz Murakkab (‫)مركب‬6

Lafadz murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafadz dan Murakkab. Lafadz
artinya kata-kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafadz
murakkab artinya kata-kata yang disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun
lebih dari itu.

Pembagian Lafadz Murakkab ada dua, yaitu:

a) Lafadz Murakkab Tam, adalah kata-kata yang dirangkai atau disusun


sedemikian rupa sehingga memberi pengertian yang lengkap. Dalam
bahasa Indonesia, murakkab tam disebut kalimat efektif atau kalimat
sempurna.

b) Lafadz Murakkab Naqish, adalah rangkaian kata yang belum memberikan


pengertian efektif atau sempurna (kalimat gantung).
6
Abû Hâmid al-Ghazâlî, 1977:106
8
Pembagian Murakab Tam

a) Murakkab Khabari, adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan
mungkin juga salah (mengandung keraguan).

b) Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan
tidak mungkin pula salah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah lafadz
berasal dari bahasa Arab dan diartikan sebagai 'kata' dalam bahasa Indonesia seperti
kayu, batu, air dan lain-lain. Lafadz ada dua macam: pertama, lafadz mufrod, ke dua,
lafadz murokkab. Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yakni daala-
yadulu-dilalah yang artinya petunjuk atau yang menunjukan. Dilalah adalah
memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, sesuatu yang pertama disebut Al-madhul.
dan segala sesuatu yang kedua disebut Al-dall (petunjuk, penerang atau yang memberi

9
dalil). Pembagian Dilalah: Lafzhiyah ( Thabi’iyah, ‘Aqliyah, Wadh’yah), Ghairu
Lafzhiyah (Thabi’iyah, Aqliyah, Wadh’yah).

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan untuk perbaikan ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

 Abû Hâmid al-Ghazâlî, 1977, al-Munqid min al-Dlalâl, Kairo: Maktabah al-
Jundî.

 Rofik, Muhammad. 2002. Pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq. Surabaya: Al-


Miftah

 Ali Hasan. 1991. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

 Thahir, M Taib, Abd. Mu’in. 1987. Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: PT Bumi
Restu.

10

Anda mungkin juga menyukai