Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KONSEP DASAR BERBICARA

ANALISIS SITUASI DAN PENDENGAR

PENYUSUNAN BAHASA BERBICARA

Disusun Oleh:

KELOMPOK V

1. WAHYU RIZKI SAMUDRA


2. YHUNI IRAWAN

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur Alhamdullilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang masalah
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat membangun,
penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita
semua.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu penyusunan
tulisan ini.Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

Wassallamu’alaikum Wr.Wb

Pringsewu,01 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... .... 2
2.1 Hakikat Berbicara ...............................................................................................2
2.2 Tujuan Berbicara ................................................................................................3
2.3 Fungsi Berbicara ................................................................................................5
2.4 Teori Berbicara ..................................................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... .. 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki
oleh seseorang, karena berbicara merupakan alat komunikasi yang sangat vital. Kemampuan
berbicara sesorang akan menentukan kesuksesan kariernya. Terkadang berbicara menjadi sebuah
alat yang sangat ampuh untuk menyatukan kelompok-kelompok sosial. Akan tetapi dilain pihak,
berbicara dapat pula menjadi sebuah pemecah belah, yang dapat mempersoalkan segala
perbedaan-perbedaan yang terjadi, pada setiap pandangan pemikiran yang dimilki oloeh setiap
kelompok. Dengan demikian, berbicara akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan cinta serta
perdamaian pada diri seseorang. Dan berbicara dapat pula menjadi sebuah penyebab kebenciannya
seseorang sehingga menyebabkan suatu permasalahan yang sangat rumit, semua itu tergantung
dengan situasi dan kondisi.
Dalam hal ini, penulis hanya akan membahas tentang “Berbicara” dari segi penggunaannya
saja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah hakikat berbicara itu?
2. Apakah tujuan-tujuan berbicara itu?
3. Apa fungsi-fungsi berbicara?
4. Teori-teori apakah yang terdapat dalam berbicara?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui hakikat berbicara
2. Untuk mengetahui tujuan-tujuan bebicara
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi berbicara
4. Untuk mengetahui teori-teori berbicara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Berbicara


Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanana, dan penempatan. Jika
komunikasi berlangsung tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik)
pembicara.(Dra. Maidar , dkk.1986:2.2)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai
batasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda
yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan.(Tarigan, 2008:16)
Dengan demikian, ada dua hal penting dalam proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris
dan motoris. Aspek sensoris meliputi: pendengaran, penglihatan, dan rasa raba yang berfungsi
untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik, yaitu: mengatur laring,
alat-alat untuk artikulasi, dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. Jadi,
untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris.
Adapun pengertian berbicara secara lebih luas lagi yaitu suatu bentuk prilaku manusia yang
memanfaatkan fakto-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik.(
Tarigan,2008:16)
Dari pengertian diatas, jelas sekali bahwa dalam berbicara seseorang memanfaatkan
empat faktor, yaitu;
1. Faktor fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. dengan demikian, faktor fisik yang
digunakan untuk berbicara yaitu mulut.
2. Faktor psikologis, yaitu memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara.
3. Faktor neuroogis, yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga,
dan organ tubuh lainnya yang ikut dalam aktifitas berbicara.
4. Faktor semantik, yaitu yang berhubungan dengan makna.
5. Faktor linguistik yaitu yang berkaitan dengan struktur bahasa yang selalu berperan dalam kegiatan
berbicara.
Oleh karena itulah berbicara merupakan suatu alat yang sangat penting bagi kontrol sosial,
karena berbicar tidak hanya sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata. Melainkan suatu alat untuk
mengomunkasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

2.2 Tujuan Berbicara


Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala sesuatu yang
ingin disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam Tarigan, 2008:17), pada
dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu: memberitahukan dan melaporkan (to
inform); menjamu dan menghibur (to entertaint); membujuk, mengajak, mendesak, dan
meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja
terjadi, misalnya suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan
menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan.
Adapun pengertian lebih rinci dari tujuan yang telah disebutkan di atas yaitu:
1. Memberitahukan dan melaporkan ( to inform)
Bebicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, tertib, dan hening. Soalnya, pesan
yang dibicarakan merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam hal ini,
pembicara harus berusaha berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat mengenai isi pembicaraan
yang akan disampaikan, agar apa yang akan di sampaikan terjaga keakurtannya. Pendengarpun
biasanya berusaha menangkap isi dari informasi yang di sampaikan dengan penuh kesungguhan.
Contoh nya yaitu: penjelasan seorang Polisi mengenai konflik yang sedang terjadi ke khalayak
umum, penjelasan seorang Presiden mengenai kenaikan BBM.
2. Menjamu dan Menghibur (to entertaint)
Berbicara dengan tujuan menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Soal
pesan yang di sampaikan bukanlah tujuan utama. Akan tetapi, seorang pembicara berusaha
berbicara agar mampu membuat pendengarnya senang gembira, dan bersuka ria dengan apa
yang pembicara sampaikan. Contoh berbicara menghibur ini antara lain: lawakan, guyonan
dalam ludruk, srimulat, cerita Kabayan, cerita Abu Nawas, dll.
3. Membujuk, Mengajak,dan Mendesak, (to persuade)
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku,
karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pendengarnya. Si pembicara
biasanya memberikan masukan atau motivasi kepada pendengar dengan dilandasi kasih sayang,
kebutuhan, harapan, serta memberikan inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa
yang disampaikan pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin perusahaan kepada
Karyawan-karyawannya, agar mereka mampu meningkatkan pendapatan Perusahaan lebih tinggi.
Serta nasehat seorang Guru kepada Siswanya yang malas mengerjakan tugas.
4. Meyakinkan
Berbicara meyakinkan bertujuan meyakinkan pendengarnya. Pembicara berusaha
mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati,
dan sebagainya. Dalam pembicaraan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada
argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi.
Contohnya: pidato seorang caleg kepada masyarakat tertentu, agar masyarakat dapat memilihnya
sebagai anggota legislatif.

2.3 Fungsi Berbicara


Fungsi umumm berbicara adalah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara erat kaitannya
dengan kehidupan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai
anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan,
ide, pemikiran, harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi manusia dalam
kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang digunakan, karena keselamatan orang itu
ada pada pembicaraannya.
Adapun menurut Halliday dan Brown (dalam Tarigan, 2008:12-15), fungsi berbicara dapat
dikelompokan menjadi tujuh, yaitu:
1. Fungsi instrumental, yaitu bertindak untuk menggerakan serta memanipulasikan lingkungan,
menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Dengan fungsi ini, bahasa yang diucapkan
menimbulkan suatu kondisi khusus. Sebagai contoh fungsi ini adalah, ketika seorang atasan
memberikan nasiha-nasihat, perintah-perintah, serta larangan-larangan kepada bawahannya.
2. Fungsi regulasi atau pengaturan, yaitu pengawasan kepada peristiwa-peristiwa. melalui ini,
berbicara difungsikan untuk persetujuan, celaan, pengawasan kelakuan. Sebagai contoh, adalah
keputusan seorang pengusaha yang memecat karyawannya, karena sering terlambat datang.
3. Fungsi representasional merupakan penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan,
menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, dan menggambarkan.sebagai
contoh, seorang Penyiar yang menyampaikan berita gunung meletus. Seorang Guru yang
mendeskripsikan tentang suatu benda kepada murid-muridnya.
4. Fungsi intraksional merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin pemeliharaan sosial. Fungsi
ini untuk menjaga agar saluran-saluran komunikasi tetap terbuka. Sebagai contoh, seorang Guru
yang memberikan permainan, agar Siswanya tidak merasa bosan dengan pelajaran yang
disampaikan.
5. Fungsi personal merupakan penggunaan bahasa untuk menyatakan perasaan, emosi, kepribadian,
dan reaksi-reaksi yang terkandung dalam benaknya. Sebagai contoh, Orang tua yang memarhi
Anaknya karena tidak melaksanakan pekerjaan Rumah dengan baik.
6. Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan pengetahuan, mempelajari
lingkungan. Fungsi ini sering disampaikan dalam pertanyaan-pertanyaan. Sebagai contoh, seorang
mahasiswa yang bertanya kepada dosennya tenteang hal yang belum dipahami ketika dosen sedang
menerangkan.
7. Fungsi nimajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk menciptakan sistem-sistem atu gagasan-
gagasan imajiner. Sebagai contoh, seorang Ibu yang mendongeng kepada Anaknya, tentang cerita
Sangkuriang atau Malinkundang.

2.4 Teori Berbicara


Teori Berbicara Komunikatif
Seseorang dikatakan terampil berbicara apabila ia memiliki kompetensi komunikatif.
Hymes mengajukan sebuah gagasan kompetensi komunikatif sebagai alternatif terhadap
kompetensi linguistik Chomsky. Kompetensi komunikatif mencakup kompetensi linguistik tetapi
juga mencakup sejumlah keterampilan sosiolinguistik dan percakapan lainnya yang
memungkinkan pembicara untuk mengetahui bagaimana cara mengatakan apa kepada siapa, dan
kapan.
Pembelajaran bahasa seharusnya mampu meningkatkan tujuan komunkatif. Oleh karena
itu, berbicara seharusnya diajarkan melalui aktifitas yang komunmikatif, seperti: percakapan,
permainan, bermain peran, debat, atau diskusi. Berikut ini contoh aktivitas-akivitas yang
mendukung teori pembelajaran berbicara komunikatif.
1. Pair-share (berpasangan lalu berbagi)
Aktivitas model ini terdiri dari dua orang. Secara berpasangan siswa dan siswi, siswa dan
siswa, atau siswi dan siswi diajak untuk berbagi ide atau bereksplorasi menjawab pertanyaan. Tipe
grup seperti ini berguna saat melatih mereka untuk berbicara dan belajar mendengarkan orang
lain. Tipe tugas yang cocok utuk kelompok ini adalah bertukar pikiran mengenai pengalaman
pribadi yang ada kaitannya dengan pelajaran yang disampaikan, berbagai pengalaman pribadi saat
mengunjugi tempat wisata, memeriksa pekerjaan teman.
Keuntungan dari tipe pengelompokan jenis ini adalah; siswa dan siswi memiliki banyak
kesempatan untuk berbagi dengan rekan satu kelompoknya dengan leluasa tanpa khawatir oleh
gangguan yang biasanya terjadi dalam kelompok yang besar. Dengan kelompok yang terdiri dari
dua orang, siswa dan siswi dengan kemampuan interpersonal yang sedikit akan merasa nyaman.
2. jigsaw
Dalam kelompok jigsaw ini siswa dan siswi melakukan dua fungsi sebagai orang yang
meneliti (kelompok peneliti) atau mencari jawaban kemudian setelah mendapatkan jawaban dari
pertanyaan kemudian berubah menjadi orang yang mengajarkan (kelompok ahli). Tipe kelompok
jenis ini akan berfungsi dengan baik apabila guru mempunyai empat atau lima bagian dari sebuah
topik untuk diteliti atau dikaji.
Keuntungan dari pengelompokan jenis ini adalah dengan memberi Siswa dan Siswi
tanggung jawab untuk mengajarkan dan belajar pada saat bersamaan, mereka sudah
memperbaharui kemempuan mereka dalam mengajar dan meneliti (mencari jawaban).
Kemampuan belajar mereka akan terasah dengan model ini.
3. Split_class discussion
Guru membagi kelas menjadi dua kelompok atau lebih, (bisa di campur atau sejenis) untuk
melakukan diskusi. Topik diskusi harus benar-benar menarik agar siswa dan siswi antusias.
Siapkan suatu benda misalnya pulpen, penggaris atau lain sebagainnya. Kemudian benda tersebut
harus diestafetkan ke setiap siswa sambil menyanyikan sebuah lagu yang bertempokan cepat,
apabila seorang siswa menjatuhkan atau memegang terlalu lama benda tersebut, maka siswa itulah
yang harus berbicara mengenai soal yang diberikan Guru.
Keuntungan dari tipe pengelompokan jenis ini adalah: seluruh anggota kelas baik laki-laki
maupun perempuan dapat mendengar sudut pandang yang berbeda. Saat mendengarkan orang lain
berbicara baik siswa maupun siswi biasanya langsung mengubah pendiriannya atau membuat
pendapatnya menjadi lebih tajam dan komprehensif.
4. Retrorika dan Berbicara Efektif
Retrorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan tentang
bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik yang mempesona, sehingga orang yang
mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah perasaannya. Retrorika memberi penekanan
kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan
sentuhan gaya (seni) dalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati
pendengarnya dan mengerti serta memahami pesan yang disampaikannya.
Di samping memiliki retrorika yang baik, pembicara juga perlu menguasai apa yang
disebut berbicara yang efektif. Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang
atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya.
Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit dengan
penggunaan bahasa yang baik dan benar. Pada dasarnya, berbicara efektif pada kesempatan apapun
terdiri atas tiga unsur yaitu: pembukaan, isi atau permasalahan, dan penutup.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai
batasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda
yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot
dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan.(Tarigan,2008:16)
2. Tujuan berbicara yaitu:
a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
b. Menjamu dan menghibur (to entertaint)
c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).
3. Fungsi berbicara yaitu:
a. Fungsi instrumental
b. Fungsi pengaturan
c. Fungsi represantisonal
d. Fungsi interaksional
e. Fungsi personal
f. Fungsi heuristik
g. Fungsi imajinatif

4. Teori Berbicara yaitu:


Teori Berbicara Komunikatif, meliputi:
a. Pair-share (berpapasan lalu berbagi)
b. Jigsaw
c. Split-class discussion
d. Retrorika dan Berbicara efektif
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai