Anda di halaman 1dari 17

KEGIATAN BERBICARA

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

DOSEN :
Lailatul Fitriyah

DI SUSUN OLEH :
1. Putri Ayu Andhika
2. Erni Apriliya
3. Yunita

Akademi Keprawatan Kosgoro Pandaan


Tahun ajaran 2016 / 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT atas segala karunia, nikmat dan anugrah yang
diberikannya kepada kami terutama atas pertolongan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Penyusunan Karya Ilmiah ini.

Tugas Penyusunan Karya Ilmiah ini telah kami susun berdasarkan tugas dan materi
yang di berikan kepada kami. Penyelesaian penyusunan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, sehingga kami menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bu Lailatul Fitriyah, selaku Dosen Bahasa Indonesia


2. Teman-teman sesama mahasiswa
3. Serta kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik materil
maupun non materil

Kami sadar penyusunan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak dan semoga penyusunan ini bermanfaat.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Pandaan, 16 November 2016

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......1
1.2 Rumusan masalah .....1
1.3 Tujuan ...........1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berbicara.......3
2.2 Tujuan Berbicara.4
2.3 Tes Kemampuan Berbicara.....6
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Berbicara.7
2.5 Jenis-jenis Kegiatan Berbicara......10
2.6 Ciri-ciri Kegiatan Pembaca Yang Baik.....11
2.7 Contoh Kegiatan Berbicara....12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan memberikan pengetahuan kebahasaan agar
murid mampu menguasai bahasa Indonesia sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan ini maka,
pada dasarnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasi oleh murid secara baik
dan benar sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis.
Dari keempat keterampilan berbahasa yang dikemukakan diatas, hanya keterampilan
berbicara yang akan menjadi perhatian dalam makalah ini karena pada umumnya pengetahuan
diperoleh melalui keterampilan berbicara. Setiap orang mendengar berita-berita melalui
informasi tatap muka, saat itu telah berlangsung pula kegiatan berbicara. Oleh karena itu,
pembelajaran berbicara mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah
dasar sebab kemampuan berbicara yang baik adalah kondisi awal untuk mengahsilkan
presentasi belajar yang baik.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kegiatan berbicara ?
1.2.2 Apa tujuan dari kegiatan berbicara ?
1.2.3 Bagaimana cara untuk Tes Kemampuan kegiatan berbicara ?
1.2.4 Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kegiatan berbicara ?
1.2.5 Sebutkan jenis-jenis kegiatan berbicara ?
1.2.6 Apa saja ciri-ciri kegiatan berbicara yang baik ?
1.2.7 Sebutkan contoh kegiatan berbicara ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari kegiatan berbicara

1.3.2 Mahasiswa dapat memahami tujuan dari kegiatan berbicara

1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam dari kegiatan berbicara

1
2

1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui factor yang mempengaruhi kegiatan berbicara

1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui unsur-unsur dari kegiatan berbicara

1.3.6 Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri kegiatan berbicara

1.3.7 Mahasiswa dapat mengetahui contoh dari kegiatan berbicara


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berbicara

Pengertian berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasai atau kata-


kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 2008:16 ). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara
berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan
disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.

Definisi berbicara juga dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam Puji Santoso, dkk
(2006:34). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk
mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Pengertian
ini pada intinya mempunyai makna sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan
yaitu bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata.

Haryadi dan Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa secara umum berbicara dapat
diartikansebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.
Pengertian ini mempunyai maknayang sama dengan kedua pendapat yang diuraikan diatas,
hanya saja diperjelas dengan tujuan yang lebih jauh lagi yaitu agar apa yang disampaikan
dapat dipahami oleh orang lain.

Sedangkan St. Y. Slamet dan Amir (1996:64) mengemukakan pengertian berbicara


sebagai keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan sebagai aktivitas untuk
menyampaikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
penyimak. Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucaokan
kata-kata, tetapi menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan penyimk tau penerima informasi atau gagasan.

Menurut Ningsih, dkk (2007:203) berbicara adalah suatu cara penyebaran informasiyang
bersifat konsepsional maupun procedural dalam suatu forum untuk mencapai tujuan tertentu.

3
4

Berbicara adalah aktifitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan
berbahasa, yaitu setelah kegiatan mendengarkan (Nurgiyantoro, 2001:276).

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa


pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan
atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan
dikembangkan sesuia dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat
dipahami oleh penyimak.

2.2 Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
informasi secara efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya,
disamping juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Jadi
bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaiman mengemukakannya. Bagaimana
mengemukakannya, hal ini menyangkut masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi Bahasa
tersebut. Yang dimaksu ucapan adalah seluruh kegiatan yang kita lakukan dalam
memproduksi bunyi bahasa, yang meliputi artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara,
seperi lidah, gigi, bibir, dan langit-langit pada waktu kita membentuk bunyi, baik vocal
maupun konsonan (Arsjad dan Mukti, 1987:17)

Menurut Tarigan (1981:27), tujuan orang berbicara adalah :

2.2.1 Melaporkan

2.2.2 Menghibur

2.2.3 Meyakinkan, dan

2.2.4 Merundingkan.

Berbicara untuk melaporkan, untuk memberi informasi, atau dalam Bahasa inggris disebut
informative speaking sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti memberi atau
menanamkan pengetahuan, menetapkan atau menentukan hubungan antara benda-benda,
menerangkan atau menjelaskan suatu proses, dan mengintepretasikan atau menafsirkan
sesuatu persetujuan ataupun menguraikan sesuatu tulisan secara lisan.
5

Cara yang paling umum menjamin serta memadukan suatu perasaan dan menciptakan
suasana santai aadalah melalui pembicaraan-pembicaraan hiburan.

Menghibur adalah membuat orang-orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan
hati. Tidak semua orang yang mempunyai kemampuan berbicara dapat menghibur orang
yang diajak bicara atau orang yang mendengarkan pembicaraannya.

Tujuan lain dari aktifitas berbicara adalah untuk meyakinkan , persuasi atau meyakinkan
merupakan tujuan kalau pembicara menginginkan tindakan (Tarigan, 198:31). Dengan
demikian pembicara berharap agar apa yang disampaikan dapat dikuti oleh pendengar dengan
cara meyakinkan pendengar dengan isi pembicaraannya.

Tujuan yang terakhir orang berbicara adalah berbicara untuk merunding. Pada dasarnya
berbicara untuk merunding bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana.
Biasanya berbicara untuk merundingkan terjadi jika seseorang dalam masalah atau dalam
suatu pilihan antara benar atau tidak.

Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk
memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (tp entertain), serta
untuk membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).

Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996:46-47) mengemukakan tujuan berbicara
diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik
pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya
menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur,
namun juga menghendaki, reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84) berpendapat bahwa tujuan berbicara adalah untuk:

2.2.1 Memberitahukan sesuatu kepada pendengar

2.2.2 Meyakinkan atau mempengaruhi pendengar

2.2.3 menghibur pendengar.

Pendapat ini mempunyai maksud yang sama dengan pendapat-pendapat yang telah diuraikan
diatas.
6

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama adalah untuk
berkomunikasi. Sedangkan tujuan umum ialah melaporkan , menghibur, meyakinkan, dan
merunding. Oleh sebab itu, berbicara mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari.

2.3 Tes Kemampuan Berbicara

Ahmad Rofiuddin dan Darmayati Zuhdi (2002:169-171) mengemukakan bahwa secara


umum, bentuk tes yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan berbicara adalah tes
subjektif yang berisi perintah untuk melakukan kegiatan berbicara. Beberapa tes yang dapat
digunakan antara lain :

2.3.1 Tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar. Tes ini dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan sehubungan dengan rangkaian gambar atau menceritakan rangkaian
gambar.

2.3.2 Tes wawancara, yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa yang sudah
cukup memadai.

2.3.3 Bercerita, yang dilakukan dengan mengungkapkan sesuatu (pengalamannya atau topik
tertentu).

2.3.4 Diskusi, dengan cara meminta mendiskusikan topik tertentu.

2.3.5 Ujaran terstruktur, yang meliputi mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah
kalimat dan membuat kalimat.

Selanjutnya, Puji Santoso, dkk (2006:7.19-7.24) mengemukakan bahwa ada tiga jenis tes
yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur kemampuan berbicara, yaitu tes respons
terbatas, tes terpandu, dan tes wawancara.

2.3.1 Tes Respons Terbatas

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara secara terbatas atau secara
singkat. Tes ini juga mencakup beberapa macam tes, yaitu :

2.3.1.1 Tes respons terarah. Tes ini dilakukan dengan cara meminta isyarat (cue) yang
disampaikan.
7

2.3.1.2 Tes isyarat atau penanda gambar. Tes ini menggunakan gambar sebagai sarana
untuk mengukur kemampuan berbicara.

2.3.1.3 Tes berbicara nyaring. Tes ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk
membaca dengan bersuara kalimat atau paragraf yang disediakan oleh guru.

2.3.2 Tes Terpandu

Tes ini dilakukan dengan cara memberikan panduan untuk mendorong menampilkan
kemampuan berbicaranya. Tes ini meliputi tes paraphrase, tes penjelasan, dan tes bermain
peran terpandu.

2.3.2 Tes wawancara

Tes wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai dan meminta untuk bersikap wajar,
tidak dibuat-buat, dan tidak bersikap kasar.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Berbicara

2.4.1 Faktor Kebahasaan

Menurut Maidar G Arsjad dan Mukti US (1988:17), factor-faktor yang menunjang


kamampuan berbicara adalah sebagai berikut:

2.4.1.1 Ketepatan Ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara


tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar,
kebosanan, dan kurang menyenangkan. Sudah tentu pula ucapan dan artikulasi yang kita
gunakan tidak selalu sama, masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran.

2.4.1.2 Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai.

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara. Bahkan kadang-kadang meruoakan faktor-faktor penentu walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, durasi yang sesuai.
8

Akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar-


datar saja, hamper dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara
tentu berkurang.

2.4.1.3 Pilihan kata/diksi

Dalam pemilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi: jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar, misalnya kata-kata populer tertentu lebih eektif dari pada kata-
kata muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu,
namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu hendaknya pilih kata-kata yang
konkret sehingga mudah dipahami pendengar.

2.4.1.4 Ketepatan sasaran pembicara.

Semua ini menyangkut kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan
memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat
besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan
pengaruh, meninggalkan kesan atau menimbulkan akibat. Kalimat yang efektif mempunyai
ciri-ciri kebutuhan, pertautan, pemusatan perhatian dan kehematan. Kebutuhan kalimat jika
setiap kata betul-betul merupakan bagian dari sebuah kalimat, bisa juga rusak karena
ketiadaan subjek atau adanya kerancuan. Pertatutan pertalian dengan hubungan antara unsur-
unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frase dengan frase dalam sebuah kalimat.
Hubungan harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian dalam kalimat dapat ditempatkan pada
bagian awal atau akhir kalimat. Selain itu kalimat efektif juga harus hemat dalam pemakaian
kata sehingga kata yang tidak berfungsi perlu disingkirkan.

2.4.2 Faktor Nonkebahasaan

Menurut Maidar G Arsjad dan Mukti US (1988:20-22), kefektifan berbicara tidak hanya
didukung oleh factor kebahasaan, dalam proses belajar mengajar berbicara, sebaiknya factor
nonkebahasaan ini ditanamkan terebih dahulu, sehingga kalau factor nonkebahasaan sudah
dikuasai akan memudahkan penerapan factor kebahasaan.

Yang termasuk factor nonkebahasaan adalah sebagai berikut :

2.4.2.1 Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.


9

Sikap yang wajar oelh pembicara sudah dapat menujukkan otoritas dan inegritas dirinya.
Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi.
Penguasaan materi yang baik, akan menghilangkan kegugupan dan sikap ini juga
memerlukan latihan.

2.4.2.2 Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara.

Banyak pembicara kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat
keatas, kesamping, atau menunduk. Akibatnya perhatian pendengar berkurang. Hendaknya
diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan.

2.4.2.3 Kesediaan menghargai pendapat orang lain.

Seorang pembicara hendaknya menyampaikan isi pembicaraan memiliki sikap terbuka


dalam arti dapat menerima pendapat pihak, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah
pendapatnya kalau ternyata memang kliru. Se;ain itu juga harus mampu mempertahankan
pendapatnya yang mana mengandung argumentasi yang kuat dan betul-betul diyakini
kebenarannya.

2.4.2.4 Gerakan-gerakan dan mimic yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara.
Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan
atau mimic hal ini dapat menghidupkan komunikasi. Tetpi gerak gerik yang berlebihan akan
mengganggu keefektifan berbicara sehingga akan kurang dipahami.

2.4.2.5 Kenyaringan suara juga sangat menentukan.

Tingkat kenyaringan ini disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan akustik
tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak. Kita antara kenyaringan suara kita supaya dapat
didengar oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga memuat kemungkinan gangguan
dari luar.

2.4.2.6 Kelancaran

Kelancaran berbicara akan memudahkan pendengaran menangkap isi pembicaraannya.


Selain itu berbicara yang terputus-putus bahkan menyelipkan bunyi ee, oo, aa dapat
mengganggu pendengaran, dan seballiknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan
menyulitkan pendegar menangkap pembicaraanya.
10

2.4.2.7 Relevansi atau penalaran

Proses berfikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis yang meliputi berbagai
gagasan. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam kalimat, ubungan kalimat dengan
kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

2.4.2.8 Penguasaan Topik

Dalam pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik
yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan
keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik ini sangat penting bahkan merupakan
factor utama dalam berbicara.

2.5 Jenis-jenis kegiatan berbicara

2.5.1 Berdasarkan situasi

Berdasarkan lingkup situasinya, ada dua macam kegiatan berbicara didepan umum, yaitu
lingkup resmi (formal) dan lingkup tidak resmi (non formal).

Berbicara resmi (formal), yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan di depan forum, dengan
tema tertentu, dam pastilah mediumnya bahasa Indonesia ragan baku. Jadi dalam kegiatan
bicara resmi ini pendengarnya banyak dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia
baku.

Berbicara tidak resmi (informal), yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan pada acara-
acara tidak resmi. Biasanya berbicara informal ini pendengarnya tidak banyak. Kadang-
kadang topiknya pun tidak satu.

2.5.2 Berdasarkan tujuan

Menurut tujuannya, maka kegiatan berbicara terbagi enjadi lima jenis, yaitu :

1. Berbicara menghibur
2. Berbicara menginformasikan
3. Berbicara menstimulasi
4. Berbicara myakinkan
11

5. Berbicara menggerakkan

2.5.3 Berdasarkan metode penyampaian

Ada empat cara yang bisa digunakan seseorang dalam penyampaian pembicaraannya,
yaitu :

1. Penyampaian secara mendadak


2. Penyampaian berdasarkan catatan kecil
3. Penyampaian berdasarkan hafalan
4. Penyampaian berdasarkan naskah

2.5.4 Berdasarkan jumlah penyimak

Berdasarkan jumlah penyimak, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:

1. Berbicara antar pribadi


2. Berbicara dalam kelompok kecil
3. Berbicara dalam kelompok besar

2.5.5 Berdasarkan peristiwa khusus

Menurut Logan dkk. (dalam Tarigan, 1986:56), berdasarkan peristiwa khusus berbicara
atau pidato dapat digolongkan atas enam jenis, yaitu:

1. Pidato presentasi
2. Pidato penyampaian
3. Pidato perpisahan
4. Pidato perjamuan
5. Pidato perkenalan
6. Pidato nominasi

2.6 Ciri-ciri Pembicara Yang Baik

2.6.1 Pembicara mampu mengucapkan bunyi atau lafal-lafal dengan tepat

2.6.2 Suara pembicara yang stabil

2.6.3 Dapat memilih kata atau diksi dengan baik, mudah di pahami dan dimengerti
12

2.6.4 Menguasai materi atau topik dengan baik

2.7 Contoh Kegiatan Berbicara

Contoh kegiatan berbicara resmi (formal) : pidato, ceramah, diskusi.

Contoh kegiatan berbicara tidak resmi (informal) : berbicara atau mengobrol dengan
teman sebaya, dengan keluarga, dan lain sebagainya.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penulisan makalah ini dapat kita simpulkan bahwa kegiatan berbicara mempunyai
tujuan yang utama adalah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan umum ialah melaporkan ,
menghibur, meyakinkan, dan merunding. Oleh sebab itu, berbicara mempunyai peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan berbicara juga dapat dilakukan beberapa tes, seperti : tes berbicara berdasarkan
gambar, tes wawancara, bercerita, diskusi, ujaran terstruktur, dan lain sebagainya.

Adapun factor yang mempengaruhi kegiatan betbicara, yaitu : factor kebahasaan yang
meliputi ketepatan ucapan, penepatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan
kata atau diksi, ketepatan sasaran pembicara.

Ada pula factor nonkebahasaan , yang meliputi : sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
pandangan kepada lawan berbicara atau pendengar, bersedia menghargai pendapat orang lain,
gerakan-gerakan mimic harus tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevasi atau penalaran,
penguasaan topik.

Jenis kegiatan berbicara dibagi menjadi 5, yaitu : berdasarkan situasi, berdasarkan tujuan,
berdasarkan metode penyampaian, berdasarkan jumlah penyimak, berdasarkan peristiwa
khusus.

Terdapat pula ciri-ciri pembaca yang baik, yaitu : pembicara mampu mengucapkan bunyi
atau lafal-lafal dengan tepat, suara pembicara stabi, mampu memilih kata dengan baik,
menguasai materi dengan baik.

Berikut contoh kegiatan berbicara, yaitu : pidato, ceramah, diskusi, dan lain sebagainya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.kajianpustaka.com/2013/06/pengertian-
tujuan-dan-tes-kemapuan.html?m%3DI&ei=hLvoUPE_&Ic=id-
ID&s=I&m=826&host=www.google.co.id&ts=1479344435&sig=AF9Nedl2FjAvrT9dvuEC
AbhBtbEugTANIhw

http://googleweblight.com/?lite_url=http://syahri-jendelabahasa.blogspot.com/2012/01/jenis-
jenis-
berbicara.html?m%3DI&ei=AlunwqtC&lc=idID&s=1&m=826&host=www.google.co.id&ts
=1479344904&sig=AF9NedmSeu1X1v8UxUFaGyRGfduMVyW2Fg

http://gogleweblight.com/?lite_url=http://www.aneiqbal.com/2016/01/pengertian-tujuan-
unsur-unsur-jenis-berbicara-dan-langkah-menjadi-pembicara-
ideal.html?m%3DI&ei=OeAAbRz9&lc=id-
ID&s=1&m=826&host=www.google.co.id&ts=1479351712&sig=AF9NedmZNzbHiAMpzC
PYza40cNaSweJy0Q

14

Anda mungkin juga menyukai