MAKALAH
Oleh Kelompok 9:
Sultan Bayu Wiratama (23383021096)
Moh Yusril (23383021058)
Roihan Alfarisi (23383021086)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
nikmat dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul “Pengertian dan Penilaian Berbicara”. Makalah ini membahas
tentang pengertian dan penilaian seseorang berbicara. Pada makalah ini juga
memberikan informasi - informasi seputar keterampian , pegertian, tujuan , dan
kemampuan berbicara
Demikian yang dapat kami sampaikan, ucapan terima kasih kami pada Ibu
dosen pengampu ibu Sri Nurma Ningsih, M.Pd. Semoga makalah ini bermanfaat
dan membantu untuk para pembaca dalam memperoleh informasi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Pengertian Berbicara................................................................. 3
B. Keterampilan Berbicara............................................................ 3
C. Penilaian dalam berbicara......................................................... 4
D. Metode Penilaian Dalam Berbicara.......................................... 5
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 8
A. Kesimpulan............................................................................... 8
B. Saran.......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 9
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
menjadi dua yaitu berbicara sebagai seni dan berbicara sebagai ilmu. Berbicara
sebagai seni penekanan penerapannya diletakkan sebagai alat komunikasi dalam
masyarakat, sedangkan berbicara sebagai ilmu menekankan mekanisme bicara dan
mendengar, latihan dasar bagi ajaran dan suara, bunyi- bunyi bahasa. bunyi-bunyi
dalam rangkaian ujaran, vowel-vowel, diftong- diftong, konsonan-konsonan dan
patologi ujaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berbicara
Pendapat mengenai berbicara juga dikemukakan oleh Hedge, Chaney dan
Rofiudin. Hedge (2000: 261) mengemukakan bahwa berbicara adalah "a skill by
which they (people) are judged while first impressions are being formed." Adapun
pendapat Chaney yang dikutip oleh Kayi (2006) berbicara adalah "the process of
building and sharing meaning through the use of verbal and non verbal symbols,
in a variety of contexts." Rofiuddin (1998:13) mengatakan bahwa berbicara
merupakan keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata- kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan secara lisan.1
B. Keterampilan Berbicara
Kemampuan Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa Menurut Nida dan
Harris (dalam Tarigan, 1985: 1), kemampuan berbicara dikelompokkan kedalam
empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skill, keterampilan
berbicara (speaiking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan
keterampilan menulis (writing skill). 2Keempat keterampilan berbahasa tersebut
1
Erwin Harianto,Metode Bertukar Gagasan dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara,volume
9 ,2020, hal 412
2
Sitti Fauziah M,Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa,volume 1,2017,hal 2.
3
pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan-pisahkan,
karena antara komponen yang satu dengan yang lainnya memiliki kaitan yang
erat, dan saling mendukung. Pemerolehan keterampilan berbahasa pada umumnya
berlangsung secara teratur dan berurutan, yaitu mula-mula pada waktu kecil
seorang anak belajar menyimak, kemudian berbicara, sesudah itu belajar
membaca, dan akhirnya belajar menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari
sebelum sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipalajari sesudah memasuki
sekolah.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara
merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa. Kemampuan berbicara
ini merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau perasaan atau ide, menjadi
wujud bunyi bahasa yang bermakna. Kemampuan berbicara merupakan
keterampilan yang produktif, yang terjadi secara langsung, dan ekspresif.
3
Hari Wahyono,Penilaian kemampuan berbicara di perguruan tinggi
Berbasis teknologi informasi wujud aktualisasi
prinsip-prinsip penilaian,volume 2,2017,hal 20
4
menekankan sasaran yang harus dicapai, yaitu tujuan pengajaran. Informasi yang
dicatat dalam penilaian, merupakan umpan balik yang tidak tenilai bagi peserta
didik. Untuk menghindari kebiasaan yang hanya berdasarkan pada kesan umum
dalam memberikan penilaian, para pakar bahasa memberikan pedoman penilaian
kemampuan berbicara, mereka antara lain:Nurgiyantoro (1995:276-289)
Halim,dkk (1982), Haris(1969), Tariga (1983), Teuw (1984), Uhlenbeck(1979),
Arsjad (1988), serta Arsjad dan Mukti (1988).
Nurgiyantoro (1995:276-289) membagi tugas kemampuan bebicara dalam
beberapa bentuk, yaitu: (1) berbicara berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3)
bercerita, (4) pidato, serta (5) diskusi. Selanjutnya dijelaskan pula tentang
tingkatan tes kemampuan berbicara. Tingkatan tes kemampuan berbahasa merujuk
pada pengertian tes ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan: Tingkat
ingatan (C1) sampai dengan tingkat penilaian (C6). Akan tetapi, untuk tugas
berbicara, masalhnya agak berlainan karena aktivitas berbicara tidak semata-mata
berhubungan dengan kemampuan kognitif, tetapi juga dengan aspek psikomotor,
aktivitas otot yang berupa gerakan-gerakan organ mulut ditambah dengan anggota
badan yang lain yang sering menyertai kegiatan berbicara.
Model pertama ini adalah model penailaian yang belum dapat digunakan
secara langsung untuk menilai kemampuan bebricara mahasiswa. Model ini
harus dikembangkan lebih lanjut oleh penilai, untuk dikembangkan lebih
rinci mengenai aspek dan unsur yang dinilai, perlu ada pembobotan pada tiap-
5
tiap aspeknya agar memiliki nilai keadilan, tidak model hantam kromo atau semua
unsur yang dinilai dari setia aspek diperlakukan sama atau dipukul rata.
Model I belum memenuhi panca prinsip penilaian.
6
Model ketiga ini, meskipun penilaian terdiri dari enam hal, namun model
penilaian ketiga ini berbeda dengan model pertama penilaian
kemampuan berbicara. Model penilaian kemampuan berbicara yang ketiga,
setiap hal ada rinciannya. Selain ada perbedaan, model ketiga memiliki
kesamaan dengan model pertama dan kedua, yaitu belum ada penskoran,
pembobotan dan penentuan kriteria atas total skor yang diperoleh. Dari
ketiga model yang ada tersebut menunjukkan bahwa model penilaian
kemampuan berbicara di perguruan tinggi masih memiliki kelemahan.4
BAB III
PENUTUP
4
Hari Wahyono,Panca Prinsip Penilaian Dan Kualitas Penilaian Kemampuan Berbicara
Mahasiswa,2018,hal 770-772
7
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya tugas ini masih perlu perbaikan dan
penyempurnaan melalui kritikan dan masukan bermanfaat dari para pembaca
sekalian. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua terkhusus kepada penulis maupun pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
8
Agus Setyonogoro,Pengertian, Hakikat, dan Tujuan Berbicara (Dasar
Pembangun Kemampuan Berbicara Mahasiswa),Volume 3,2013,hal 67